iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK iii v vi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK iii v vi"

Transkripsi

1 I

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan 2. TUGAS POKOK DAN FUNGSI SKPD 2.1 Struktur organisasi 2.2 Susunan Kepegawaian dan Kelengkapan 2.3 Tupoksi 3. PROFIL KINERJA PELAYANAN SKPD 3.1 Kinerja Pelayanan Masa Kini 3.2 Identifikasi Permasalahan 3.3 Telaahaan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah 3.4 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi 3.5 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis 3.6 Hasil Analisa terhadap KLHS 3.7 Isu-Isu Strategis 4. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi 4.2 Misi 4.3 Tujuan 4.4 Strategi dan Kebijakan 4.5 PROGRAM 4.6 Program 4.7 Indikator Kinerja 4.8 Kelompok 4.9 Pendanaan Indikatif i iii v vi INDIKATOR KINERJA SASARAN PENUTUP 137 iii

3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pertanian secara umum dan pembangunan sub sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat baik langsung seperti dalam pertumbuhan PDRB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan penyediaan pangan, maupun tidak langsung melalui peningkatan dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dalam melaksanakan koordinasi dan pemberian fasilitasi bagi pelaksana pembangunan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat. Potensi pengembangan ekonomi suatu daerah dari sisi pembangunan sektoral ditentukan oleh Keuntungan Komperatif yang dimiliki oleh daerah bersangkutan dibandingkan dengan kinerja sektor yang sama secara nasional. Tingkat Keuntungan Komperatif sektor dan subsektor suatu daerah dapat diukur dengan Indek Koefisien Lokasi (Location Quotient, LQ). Berdasarkan Indek Koefisien Lokasi sebagaimana yang tertuang pada 1

4 RPJMD Provinsi Sumatera Barat tahun menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu potensi ekonomi wilayah yang cukup penting bagi pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat. Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai LQ lebih besar dari satu yaitu 1,75 yang memperlihatkan bahwa sektor ini mempunyai Keuntungan Komperatif yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama secara rata-rata pada provinsi lainnya di Indonesia. Di dalam sektor pertanian tersebut terlihat pula bahwa subsetor tanaman pangan ternyata merupakan potensi ekonomi utama Provinsi Sumatera Barat. Kondisi ini terlihat dari nilai LQ yang cukup tinggi yaitu rata-rata 1,78. Dengan meningkatnya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat mendorong peningkatan kemampuan daya beli dan preferensi permintaan masyarakat terhadap komoditas tanaman pangan dan hortikultura, dalam rangka diversifikasi komsumsi dan peningkatan gizi. Pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, mengembangkan usaha profesional yang efektif dan efisien serta mampu bersaing di pasar bebas, baik di dalam negeri maupun luar negeri sehingga punya kontribusi terhadap perekonomian 2

5 daerah. Berbagai usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura baik secara aspek produksi, pengolahan maupun pemasaran memiliki potensi besar sebagai sumber percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Revitalisasi pertanian menjadi penting tidak hanya dalam mendorong percepatan pertumbuhan produksi, tetapi juga dalam peningkatan nilai tambah produk lokal dengan pengembangan agroindustri di pedesaan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan mempunyai tugas dan fungsi merumuskan kebijakan daerah, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Renstra merupakan acuan utama bagi jajaran lingkup Dinas Pertanian se Sumatera Barat yang selanjutnya Renstra ini dijadikan acuan pula dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) tahunan dalam pelaksanaan Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat ini merupakan dokumen perencanaan yang berisikan arahan visi, misi, tujuan, target, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan-kegiatan yang akan menjadi acuan bagi Dinas lingkup Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi dan kabupaten/kota se Sumatera Barat, selama lima tahun ke depan ( ). 3

6 Dokumen ini disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang, permasalahan mendasar dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Sumatera Barat. Dokumen Renstra ini seyogyanya dijadikan acuan dan arahan dalam melaksanakan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura periode secara menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergi baik di dalam maupun antar sektor terkait. Rencana strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan disusun berdasarkan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun , Renstra Kementerian Pertanian Tahun , serta hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan sub sektor tanaman pangan dan hortikultura yang sesuai dengan tugas dan kewenangan dan aspirasi masyarakat. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Renstra (Rencana Strategis) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat adalah merupakan pedoman yang akan dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura tahun di Sumatera Barat. 4

7 Tujuan penyusunan Renstra ini adalah untuk mewujudkan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan pertanian khusus tanaman pangan dan hortikultura antar wilayah, antar sektor pembangunan, dan antar tingkat pemerintahan serta mewujudkan efisiensi alokasi berbagai sumber daya dalam pembangunan pertanian. 1.3 LANDASAN HUKUM Dalam Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun , peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan hukum adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 5

8 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 15/Permentan/ Rc.110/1/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian

9 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi SumaterA Barat Tahun ; 15. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Nomor 1 tahun 2003 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat 16. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun ; 17. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2011 tentang RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun

10 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut : Bab 1 : PENDAHULUAN Memuat latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, serta sistematika Penulisan Renstra Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat Tahun Bab 2 : GAMBARAN PELAYANAN SKPD Menyampaikan gambaran Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, Sumberdaya SKPD (sumber daya manusia dan sumberdaya institusi), Kinerja Pelayanan, Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Bab 3 : ISU-ISU STRATEGIS Menjelaskan isu-isu strategis yang akan dihadapi meliputi identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan, Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah, Telaahan Renstra Kementerian Pertanian dan Renstra Provinsi Sumatera Barat, Telaahan Rencana Tata Ruang 8

11 Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, dan penentuan isu-isu strategis terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Bab 4 : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Merupakan gambaran Visi dan Misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pembangunan Pertanian, serta Strategi dan Kebijakan berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumater Barat. Bab 5 : RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Menjelaskan rencana program, rencana kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan rencana pendanaan indikatif kegiatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. 9

12 BAB 6 : INDIKATOR KINERJA Menjelaskan indikator kinerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat yang mengacu kepada tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Sumatera Barat BAB 7 : PENUTUP 10

13 BAB 2 TUGAS POKOK DAN FUNGSI SKPD 2.1. STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat terdiri dari : 1. Kepala Dinas. 2. Sekretariat terdiri dari : a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. b. Sub Bagian Keuangan. c. Sub Bagian Progam. 3. Bidang Tanaman Pangan, terdiri dari. a. Seksi PengembanganPadi. b. Seksi Pengembangan Palawija. c. Seksi Benih. 4. Bidang Hortikultura, terdiri dari: a. Seksi Pengembangan Tanaman Buah. b. Seksi Pengembangan Tanaman Sayuran & Biofarmaka. c. Seksi Pengembangan Tanaman Hias. 5. Bidang Pengulahan & Pemasaran hasil, Terdiri dari : a. Seksi Pasca Panen. b. Seksi Pembinaan Usaha & Pengembangan. c. Seksi Standarisasi dan Perizinan. 11

14 6. Bidang Sarana dan Prasaran Pertaian, terdiri dari. a. Seksi Pengolahan Lahan dan Air. b. Seksi Pengawasan Pupuk dan Pestisida. c. Seksi Pengembangan Kelembagaan. 7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) terdiri dari : a. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikltura (BPTPH) terdiri dari: - Kepala. - Sub Bagian Tata Usaha. - Kelompok Jabatan Fungsional. b. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH). - Kepala. - Sub Bagian Tata Usaha. - Kelompok Jabatan Fungsional. c. Balai Diklat Pertanian (BDP). - Kepala. - Sub Bagian Tata Usaha. - Kelompok Jabatan Fungsional. d. Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBI-TPH). - Kepala. - Sub Bagian Tata Usaha. - Seksi Pembibitan dan Produksi. - Seksi Pengembangan dan Pemeliharaan 12

15 e. Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikltura (BMP-TPH). - Kepala. - Sub Bagian Tata Usaha. - Kelompok Jabatan Fungsional. f. Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri (SPPN) - Kepala. - Sub Bagian Tata Usaha. - Kelompok Jabatan Fungsional 2.2. SUSUNAN KEPEGAWAIAN DAN KELENGKAPAN SUMBERDAYA MANUSIA Kondisi Sumberdaya Aparatur Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel data pegawai berikut ini. Tabel 1. Jumlah Pegawai berdasarkan Kualifikasi Pangkat dan Golongan, dan Jenis Kelamin GOLONGAN RUANG/JENIS KELAMIN NO UNIT GOLONGAN RUANG IV KERJA A B C D JUMLAH P W P W P W P W P W 1 PROVINSI BPTPH BPSBTPH BDP TPH BBI TPH BMP TPH

16 7 SPP N JUMLAH GOLONGAN RUANG III JUMLAH NO UNIT A B C D KERJA P W P W P W P P P W NO NO 1 PROVINSI BPTPH BPSBTPH BDP TPH BBI TPH BMP TPH SPP N JUMLAH UNIT KERJA GOLONGAN RUANG II JUMLAH A B C D P W P W P W P P P W 1 PROVINSI BPTPH BPSBTPH BDP TPH BBI TPH BMP TPH SPP N JUMLAH GOLONGAN RUANG I JUMLAH UNIT A B C D KERJA P W P W P W P P P W 1 PROVINSI BPTPH BPSBTPH BDP TPH BBI TPH BMP TPH SPP N JUMLAH

17 Potensi pelayanan yang tersedia pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat dengan sumberdaya manusia dan kelembagaan merupakan kekuatan untuk dapat melaksanakan tugas - tugas yang dibebankan terutama perannya sebagai penanggung jawab dan simpul koordinasi pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Selanjutnya potensi pelayanan pembangunan pertanian TPH yang berada pada Kabupaten/Kota akan dapat mendukung upaya upaya pembangunan beserta seluruh unit kerja yang di Kecamatan/Balai Penyuluhan Pertanian dan para penyuluh pertanian dengan segenap organisasii kemasyarakat yang bergerak di bidang pertanian. Untuk mendukung penerapan teknologi pertanian, Provinsi Sumatera Barat memiliki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sedangkan pada unit kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan didukung pula dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yakni, Balai Proteksi TPH, Balai Benih Induk TPH, Balai Pengawasan Sertifikasi Benih, Balai Diklat Pertanian TPH, Balai Mekanisasi Pertanian TPH, SMK-PP N Padang. 15

18 SUMBERDAYA INSTITUSI A. Balai Benih Induk Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian, Balai Benih adalah merupakan institusi perbenihan yang menangani fungsi produksi baik untuk benih sumber maupun benih sebar sekaligus mendistribusikannya kepada produsen. Peran Balai Benih sangat penting dalam mempelopori perkembangan penggunaan benih bermutu varietas unggul padi, palawija dan hortikultura serta penyebar luasan varietas unggul tersebut kepada masyarakat maupun penangkar. Kegiatan perbenihan lebih ditujukan untuk meningkatkan kinerja para pelaku sistem perbenihan dalam memproduksi benih unggul bermutu, serta bagaimana kemampuan mereka dalam menyediakan benih unggul bermutu tersebut untuk menunjang program pengembangan agribisnis. B. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih merupakan institusi pengawas yang mempunyai tenaga profesional dan terampil yang dapat mengikuti perkembangan industri perbenihan. Sejalan dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, dan Peraturan Gubernur 16

19 No. 82 Tahun 2008 telah menetapkan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih sebagai Unit Pelaksana Tenis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat dengan tugas pokok yaitu melaksanakan sebagian tugas teknis operasional Dinas Pertanian Tanaman Pangan terutama penyiapan varietas dan pengawasan mutu benih, pengujian laboratorium serta mengawasi peredaran perbenihan. C. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Peningkatan produksi dan produktivitas pangan, pertanian, terus dilakukan untuk mendukung peningkatan ketersediaan pangan dan bahan baku industri. Meningkatnya penerapan budidaya tanaman yang baik (Good Agricultural Practices- GAP), jaminan mutu produk dan budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sesuai SOP (Standard Operational Procedure) merupakan salah satu cara untuk peningkatan produktivitas. Upaya peningkatan produktivitas tidak akan berhasil jika tidak diiringi dengan upaya penekanan kehilangan hasil akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) 17

20 D. Balai Mekanisasi Pertanian Balai Mekanisasi Pertanian mempunyai 3 kegiatan utama yang tediri dari : a. Pengembangan alat ; dilaksanakan dalam rangka efisiensi alat mesin pertanian yang beredarkan ditingkat petani b. Pelayanan masyarakat Bengkel keliling Pembuatan Alat Pembinaan bengkel pengrajin Pelatihan untuk perbaikan dan perawatan bagi operator. Bengkel - bengkel pertanian yang telah lolos uji sertifikasi telah dapat membuat atau menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh pemerintah. c. Pengujian Mutu Alsintan Balai Mekanisasi Pertanian telah pula mendapat sertifikasi untuk mengawasi yang ada dilapangan bengkel-bengkel pertanian E. SMKPP-N Padang Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMKPP-N Padang adalah merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Pertanian 18

21 Tanaman Pangan Sumatera Barat, yang berfungsi untuk pendidikan formal dibidang pertanian dan setingkat sekolah menengah atas. Lokasi persekolahan yang berlokasi di Lubuk Minturun merupakan pindahan dari tempat yang lama yang berada di pusat kota Padang. Sejak tahun 2009 sampai saat ini, fasilitas sarana dan prasarana untuk kelancaran proses belajar dan mengajar bagi siswa dan guru pada SMK-PP terus dilengkapi. Beberapa fasilitas yang telah dilengkapi tersebut diantaranya adalah labor bahasa, labor kultur jaringan, Ruang pratikum, lahan praktek baik untuk tanaman padi, palawija, hortikultura, dan perkebunan, berbagai jenis tanaman koleksi, asrama, ruang pertemuan serta berbagai sarana olah raga lainya, dengan jumlah guru pengajar 19 orang yang terdiri dari 12 orang guru tetap dan 7 orang guru tidak tetap. F. Balai Diklat Pertanian Peningkatan kualitas dan kemampuan SDM pertanian yang profesional pada akhirnya akan mampu menciptakan rumah tangga petani yang handal sebagai pelaku usaha pertanian sekaligus juga sebagai pelaku bisnis. Untuk hal ini Balai Diklat Pertanian setiap tahunnya 19

22 terus melakukan pelatihan bagi petugas dan petani baik pelatihan teknis maupun pelatihan non teknis TUPOKSI Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Nomor 1 tahun 2003 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat, Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan berkedudukan sebagai : 1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang Pertanian Tanaman Pangan 2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang Pertanian Tanaman Pangan dan tugas pembantuan dengan fungsi sebagai berikut: 20

23 1. Perumusan Kebijakan Teknis dibidang Pertanian Tanaman Pangan. 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pertanian Tanaman Pangan. 3. Pembinaan dan pelaksanaan urusan di bidang Pertanian Tanaman Pangan. 4. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas. 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Tugas dan fungsi masing-masing unit kerja pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut : 1. Sekretariat Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan dibidang program, keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana sekretariat mempunyai fungsi : a). Penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program dinas; b). Penyelenggaraan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan; c). Penyelenggaraan pengelolaan urusan keuangan, umum, dan kepegawaian. 21

24 2. Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengolahan lahan dan air, pengawasan pupuk dan pestisida, serta pengembangan kelembagaan. Untuk menyelenggarakan tugas, Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian mempunyai fungsi :a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang Pengolahan lahan dan air; b). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengawasan pupuk dan pestisida; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pengembangan kelembagaan. 3. Bidang Tanaman Pangan Bidang Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Padi, Pengembangan Palawija dan Benih Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Tanaman Pangan mempunyai fungsi : a). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Padi; b). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, 22

25 pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Palawija; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang Benih;. 4. Bidang Hortikultura Bidang Hortikultura mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan tanaman buah, Pengembangan tanaman sayur, dan Pengembangan Tanaman Hias dan Biofarmaka. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Hortikultura mempunyai fungsi : a). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Tanaman Buah; b). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Tanaman Sayur; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Tanaman Hias dan Biofarmaka. 5. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pasca panen, pembinaan usaha dan Pemasaran serta Pembinaan standarisasi perizinan. Untuk 23

26 menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil mempunyai fungsi : a). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pasca panen; b). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembinaan usaha dan Pemasaran; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pembinaan standarisasi perizinan. 6. Unit Pelaksana Teknis Dinas a. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikutura UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura adalah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura menyelenggarakan fungsi : - Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pengkajian dan Analisis Teknis Operasional Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura; 24

27 - Pengujian dan Persiapan Teknologi Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan kebijakan teknis Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat dengan bidang Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura; b. Pengawasan dan Sertifikat Benih UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikat Benih mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasianal dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas dibidang Pengawasan dan Sertifikat Benih. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikat Benih menyelenggarakan fungsi: - Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Pengawasan dan Sertifikat Benih - Pengkajian dan Analisis Teknis Operasianal Pengawasan dan Sertifikat Benih; 25

28 - Pengujian dan Persiapan Teknologi Pengawasan dan Sertifikat Benih; - Pelaksanaan kebijakan teknis Pengawasan dan Sertifikat Benih; - Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat dengan bidang Pengawasan dan Sertifikat Benih; - Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Pengawasan dan Sertifikat Benih; c. Balai Diklat Pertanian Tanaman dan Holtikutura UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura menyelenggarakan fungsi : - Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura; 26

29 - Pengkajian dan Analisis Teknis Operasional Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pengujian dan Persiapan Teknologi Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan kebijakan teknis Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat dengan bidang Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. d. Balai Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikutura UPTD Balai Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura menyelenggarakan fungsi : 27

30 - Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura; - Pengkajian dan Analisis Teknis Operasional Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura; - Pelaksanaan kebijakan Teknologi Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura; - Pelaksanaan kebijakan teknis Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura; - Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura - Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura. e. Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikutura UPTD Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai 28

31 Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura menyelenggarakan fungsi : - Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pengkajian dan Analisis Teknis Operasional Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pelaksanaan kebijakan Teknologi Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pelaksanaan kebijakan teknis Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura f. Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri UPTD Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasianal dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Sekolah Pertanian 29

32 Pembangunan Negeri. Untuk melaksanakan tugas UPTD Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri menyelenggarakan fungsi: - Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri; - Pengkajian dan Analisis Teknis Operasianal Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri; - Pengujian dan Persiapan Teknologi Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri; - Pelaksanaan kebijakan teknis Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri; - Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat dengan bidang Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri; - Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri; 30

33 BAB 3 PROFIL KINERJA PELAYANAN SKPD 3.1. KINERJA PELAYANAN MASA KINI Pembangunan pertanian memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan nasional dan regional bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi juga terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kesempatan kerja, sumber pendapatan dan perekonomian daerah. Sektor pertanian merupakan salah satu potensi ekonomi utama Sumatera Barat yang dapat menggerakkan perekonomian daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi Perkembangan Produksi Komoditas Pertanian Sumatera Barat adalah merupakan salah satu provinsi penyangga beras nasional di wilayah Sumatera selain Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung, dan berada di dalam 13 provinsi sentra padi. Capaian 31

34 produksi padi telah menunjukan prestasi sangat baik, yaitu peningkatan produksi padi dari ton tahun 2006 menjadi ton pada tahun 2010, atau rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4,03 %. Peningkatan produksi jagung juga cukup pesat, dengan rata-rata laju pertumbuhan mencapai 17,63 % pertahun yaitu dari ton tahun 2006 menjadi ton tahun Peningkatan produksi komoditas penting lainnya selama periode juga menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan yang menggembirakan yaitu : Cabe sebesar 9,87 %, Kubis 2,89 %, Tomat 22,91 %, Jeruk 0,67 %, Pisang 27,99 %, dan Markisah 6,50%. Melanjutkan kemajuan pembangunan pertanian yang telah dicapai sebelumnya, selama periode pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura mencatat berbagai keberhasilan. Semua capaian pembangunan pertanian ini merupakan bentuk nyata dari hasil kerja keras dan kerjasama yang baik dan terus menerus dari para pelaku pembangunan pertanian, yaitu petani, penyuluh, pelaku usaha di bidang pertanian bersama dengan Pemerintah Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota. Salah satu adalah meningkatnya produksi beberapa komoditi unggulan nasional dan unggulan daerah. Secara lebih lengkap dapat dilihat dari 32

35 capaian produksi komoditas pertanian, dan pencapaian kinerja pertanian lainnya sebagai berikut ini. Tabel 2. Perkembangan Produksi Padi di Sumatera Barat Tahun 2006 s/d 2010 No. Komoditi Tahun LP 1 Padi ,03 2 Jagung ,63 3 Kedelai ,77 4 Kc.Tanah (2,27) 5 Kacang Hijau (4,45) 6 Ubi Kayu ,90 7 Ubi Jalar ,73 Tabel 3. Perkembangan Produksi Sayuran Utama di Sumatera Barat Tahun 2006 s/d 2010 No. Komoditi Tahun LP 1 Cabe ,87 2 Kubis ,89 3 Tomat ,91 Tabel 4. Perkembangan Produksi Buah-Buahan di Sumatera Barat tahun 2006 s/d 2010 No. Komoditi Tahun LP 1 Jeruk ,67 2 Pisang ,99 3 Markisah , Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Pertanian TPH. a. Peningkatan Produksi 33

36 Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi dengan penerapan program Padi Tanam Sabatang (PTS) untuk efisiensi usahatani, telah tersosialisasi di kab/kota. Program Padi Tanam Sabatang mampu mengangkat produktivitas padi rata-rata 7,18 kw / ha. Peningkatan produksi jagung disebabkan karena peningkatan luas panen karena meningkatnya animo petani dan peningkatan luas pertanaman terutama melalui pemanfaatan lahan yang pengairannya tidak memungkinkan untuk tanaman padi. Sedangkan peningkatan produktivitas terutama disebabkan karena meningkatnya penggunaan benih hybrida. Pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya petani tidak hanya melalui peningkatan produktivitas padi dan palawija saja, namun pengembangan komoditi hortikultura (sayuran, buah-buahan dan tanaman hias) juga mendapat perhatian yang lebih. Produk hortikultura Sumatera Barat juga merupakan komoditi andalan karena disamping untuk memenuhi kebutuhan lokal, Komoditi hortikultura terutama sayuran dan buah-buahan telah di pasarkan keluar Sumatera Barat. Dalam hal komoditi hortikultura, Sumatera Barat salah satu sentra produksi sayuran di samping Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Barat mempunyai dataran tinggi dan dataran rendah di mana semua jenis sayuran bisa tumbuh, serta punya 34

37 keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif. Untuk dapat meningkatkan mutu dan daya saing telah diupayakan dengan jalan penerapan GAP/SOP dan registrasi kebun. Berbagai program dan kegiatan terus dilakukan untuk meningkatkan produksi sayuran dan buah-buahan di Sumatera Barat antara lain adalah : 1. Memantapkan pengembangan kawasan sentra produksi 2. Memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis komoditi unggulan 3. Mengembangkan sistem dan industri perbenihan 4. Penguasaan dan penerapan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan 5. Pembinaan/Penerapan GAP, SOP, GHP/GMP dan lainlain. 6. Pengembangan pembibitan buah-buahan untuk pengembangan petani. buah-buahan dipekarangan rumah 7. Memperkuat kelembagaan usaha dan kemitraan agribisnis 8. Memfasiltasi pemasaran produk melalui penyediaan informasi pasar 35

38 b. Pengembangan Pertanian Organik Upaya meningkatkan kualitas produk pertanian yang aman dan ramah lingkungan yang sesuai dengan tuntutan pasar, pertanian organik merupakan jawaban yang harus diupayakan pengembangannya. Pada tahun telah dilakukan pembinaan penumbuhan dan pengembangan kawasan pertanian organik dalam bentuk : demplot-demplot, peningkatan penggunaan kompos jerami, pengembangan Kawasan Pertanian Organik di beberapa Kabupaten antara lain Kabupaten Tanah Datar, Solok, Agam, Lima Puluh Kota, Payakumbuh, dan Padang Panjang, serta pelaksanaan magang Pertanian Organik. Aktivitas dan operasional yang dilakukan dalam rangka pengembangan kawasan / sentra produksi pertanian organik meliputi Insentif Petani Produksi Pangan Organik, pengembangan kawasan agribisnis sayuran organik, pelatihan petugas, Sekolah Lapang Pertanian Organik (SLAPO), magang petani dalam rangka pengendalian mutu dan fasilitasi Outlet untuk pemasaran produk pangan organik. Pengembangan pertanian organik tidak hanya terfokus pada komoditi hortikultura, melainkan juga diterapkan pada komoditi tanaman pangan terutama padi. c. Pemberdayaan Petani 36

39 Pembangunan pertanian diwujudkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. Indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan petani, antara lain meningkatnya pendapatan, tingkat upah dan daya beli yang diukur dengan nilai tukar petani (NTP), serta terbukanya akses bagi setiap pelaku usaha pertanian terhadap sumberdaya produktif pertanian (modal, informasi, teknologi, lahan dan air). Pemberdayaan petani secara langsung dilakukan melalui pelatihan, sekolah lapang, pembuatan demplot percontohan, kegiatan magang dan pelatihan penyuluh swakarsa, sedangkan pemberdayaan tidak langsung berupa penyebaran informasi (poster, leaflet, brosur, VCD, dan tabloid), kerjasama dengan Radio/Televisi dan pembinaan kelembagaan. Realisasi kegiatan ini meningkat setiap tahun karena diyakini melalui pemberdayaan petani akan dapat dicapai perbaikan, peningkatan produksi yang berimplikasi peningkatan pendapatan petani. d. Perluasan Areal Tanam dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian Perluasan areal tanam merupakan salah satu upaya peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura, 37

40 yakni melalui penambahan luas baku lahan, peningkatan luas tanam pada lahan-lahan yang berpotensi untuk ditingkatkan IP-nya, optimalisasi lahan-lahan terlantar serta rehabilitasi dan konservasi lahan. Disamping itu untuk mendukung peningkatan produksi telah dilakukan perbaikan dan pembangunan infrastruktur pertanian yang menunjang usaha pertanaman dan perbaikan mutu produksi, perbaikan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT), perbaikan irigasi Desa (JIDES), pembuatan embung, pengembangan irigasi permukaan, optimalisasi lahan, dan cetak sawah. e. Peningkatan Efisiensi Usaha Tani, Mutu Produksi dan Nilai Tambah Efisiensi usaha tani dilakukan dengan melaksanakan input teknologi yang tepat guna dan murah, sehingga mereduksi biaya produksi, menekan kehilangan hasil dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Perbaikan mutu produksi perlu dilakukan mulai dari pra panen sampai dengan pasca panen, antara lain perbaikan mutu benih, perbaikan input teknologi, perbaikan cara panen dan penangan pengolahan hasil yang berkaitan dengan mutu produksi sehingga meningkatkan daya saing. Disamping itu untuk mencari nilai tambah produksi dilakukan pembinaan kelembagaan UP3HP (Unit Pelayanan, Pengolahan, Pemasaran hasil Pertanian). 38

41 f. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian Pendekatan Penyuluhan pertanian dan pendampingan terhadap petani sangat penting dalam pengembangan pertanian di Sumatera Barat, khususnya mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha pertanian. Penyuluhan mendukung peningkatan usaha tani, berbisnis usahatani yang lebih baik, organisasi yang lebih efektif serta sarana dialog yang produktif untuk pemberdayaan petani. Atas dasar itulah Dinas Pertanian Tanaman Pangan, sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan pertanian untuk mencapai tujuan yang telah digariskan, akan dapat diukur dengan beberapa indikator : (a) Pertumbuhan PDRB pertanian tanaman pangan dan hortikultura, (b) Perkembangan produksi komoditas pertanian, (c) Peranan kelembagaan tani (d) Berkembangnya pertanian organik dan LEISA, dan (e) Meningkatnya jumlah tenaga kerja usaha dibidang tanaman pangan dan hortikultura Dukungan Anggaran Penganggaran berbasis kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian keluaran daripada menitikberatkan alokasi biaya atau input semata. 39

42 Output (keluaran) menunjukkan barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan input yang digunakan. Input (masukan) adalah besarnya sumber dana, sumber daya manusia, material, waktu dan teknologi yang digunakan untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan. Dalam anggaran berbasis kinerja, setiap penggunaan sumber daya yang direncanakan harus dapat dikaitkan dengan produk berupa barang atau jasa yang akan dihasilkan. Alokasi anggaran fasilitasi pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun adalah sebagai berikut : Tabel 5. Alokasi Anggaran Dan Realisasi Pendanaan Sumber Anggaran APBN Dinas Provinsi APBD Diperta Sumbar Realisasi Anggaran Pada Tahun ke (x1000) , , , , , , , , , ,00 APBN Dinas Kab/Kota , , , , , IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Fokus pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pengembangan ekonomi 40

43 rakyat, yang bersumber bukan hanya dari kegiatan usaha tani (on - farm) saja, tetapi justru sebagian besar dari kegiatan di luar usaha tani (off farm). Beberapa permasalahan dalam pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura antara lain adalah : a. Rendahnya Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi Lahan Dari tahun ke tahun terlihat bahwa tingkat kesuburan lahan sawah di Indonesia dan di Sumatera Barat khususnya semakin menurun. Berdasarkan hasil penelitian Badan Litbang Pertanian, dari luas lahan sawah beririgasi di Indonesia sekitar 5 juta hektar, sekitar 65% diantarannya mempunyai kandungan bahan organik rendah sampai sedang (kurang dari 2%), sedangkan dalam kondisi normal lahan sawah subur mengandung bahan organik minimal 3%. Degradasi lahan sawah terutama makin menurunnya kandungan bahan organik disebabkan oleh kesalahan dalam pengelolaan lahan dan pencemaran lingkungan. Faktor penyebab degradasi lahan antara lain adalah pencemaran oleh bahan kimia secara berlebihan terutama pupuk dan pestisida kimia sintetis, kebiasaan petani mengangkut ke luar lahan atau membakar jerami, rendahnya penggunaan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Dari berbagai fakor penyebab 41

44 degaradasi lahan tersebut akar permasalahannya adalah rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat khususnya petani terhadap konservasi lahan pertanian. b. Kurang Optimalnya Pemanfaatan Lahan Optimalisasi pemanfaatan lahan belum membudaya dikalangan petani. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya lahan kosong, indek pertanaman yang rendah, belum dimanfaatkannya lahan pekarangan dan sistim budidaya polikultur yang belum banyak diterapkan petani. Kondisi ini selain tidak dapat meningkatkan nilai guna lahan juga dapat menggganggu upaya konservasi lahan. c. Terbatasnya ketersediaan infrastruktur serta prasarana lahan dan air Salah satu prasarana pertanian yang saat ini keberadaanya sangat memprihatinkan adalah ketersediaan irigasi. Banyaknya jaringan irigasi yang rusak mengakibatkan daya dukung irigasi bagi pertanian tidak mencukupi. Kerusakan ini terutama diakibatkan banjir, kerusakan sumberdaya alam di daerah aliran sungai, bencana alam serta kurangnya pemeliharaan jaringan irigasi hingga ke tingkat usaha tani. Prasarana usahatani lain yang sangat dibutuhkan masyarakat dan pedagang komoditas pertanian namun keberadaannya masih terbatas adalah jalan usahatani, 42

45 jalan produksi, balai-balai penyuluhan serta pasar-pasar yang spesifik bagi komoditas. d. Diversifikasi Usaha Tani Yang Rendah Keluarga miskin di Sumatera Barat masih didominasi oleh Rumah Tangga Petani (RTP), dimana dari KK terdapat KK (36,65%) adalah RTP yang menggantungkan kehidupan pada subsektor tanaman pangan. Salah satu penyebab utama dari keadaan diatas adalah rendahnya jam kerja efektif RTP yang pada giliran menyebabkan rendahnya pendapatan petani setiap priode usaha. Rendahnya jam kerja efektif RTP sangat berkaitan erat dengan tingkat diversifikasi usaha tani, dimana saat ini indeks pekerjaan petani baru mencapai 1,8 yang artinya tiap RTP masih belum mempunyai jenis 2 jenis usaha tani. e. Belum Tercapainya Efisiensi yang Lebih dari Kegiatan Usaha Tani Pendekatan program yang hanya berorientasi terhadap uapaya peningkatan produksi cenderung menyebabkan ekploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan tidak efisiennya kegiatan usaha tani. 43

46 Kondisi ini menyebabkan tidak tercapainya efisiensi usaha tani yang pada gilirannya menyebabkan rendahnya keuntungan yang diterima petani. f. Lemahnya Kelembagaan Petani Salah satu strategi dalam menggerakkan petani dalam pembangunan pertanian adalah melalui pemberdayaan kelembagaan tani. Kelembagaan tani berperan sebagai jembatan antara petani dan pemerintah serta dapat menjadi wadah advokasi dan penyampaian aspirasi petani. Kelembagaan tani yang kuat dan mandiri dapat menjadi mitra pemerintah dalam melaksanakan pembangunan pertanian yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani. Namun pada saat ini kelembagaan petani belum kuat dan mandiri, sehingga belum dapat berperan secara optimal sebagai mitra pemerintah dan penyalur aspirasi petani. g. Belum Kuatnya Sistim Penyuluhan Sistim penyuluham pertanian dibangun oleh subsistim sumberdaya personil, subsistim kelembagaan, subsistim sarana dan subsistim metode penyuluhan. Disadari bahwa pada saat ini sistim penyuluhan belum 44

47 kuat, sehingga belum mampu secara optimal untuk melakukan pemberdayaan petani dan kelembagaan petani. Faktor penyebab belum kuatnya sistim penyuluhan adalah keterbatasan penyuluh baik dari segi jumlah maupun kompotensi, kelembagaan penyuluhan yang belum mandiri dan inovatif, kurangnya sarana serta metode yang belum sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat petani. h. Tingginya Kehilangan Hasil Pertanian Upaya peningkatan produktivitas tidak akan berhasil jika tidak diiringi dengan upaya penekanan kehilangan hasil. Dalam proses produksi, panen dan pasca panen serta pengolahan hasil terjafi kehilangan hasil yang cukup tinggi (10,09%). Kondisi ini belum termasuk akibat serangan oranisme pengganggu tanaman (OPT) dan kerusakan akibat bencana alam. i. Rendahnya Peningkatan Nilai Tambah Produk Pertanian Salah satu strategi untuk meningkatkan pendapatan petani adalah melalui peningkatan nilai tambah produk pertanian. Namun pada saat ini 45

48 peningkatan nilai tambah produk pertanian masih rendah. Rendahnya peningkatan nilai tambah produk pertanian disebabkan oleh belum tersedianya peralatan yang memadai dan penguasaan teknologi oleh petani. j. Sistim Bantuan Benih yang Tidak Memihak Petani Benih merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usaha tani. Ketersediaan benih unggul dan bermutu belum dapat memenuhi kebutuhan petani baik dari aspek jumlah dan waktu yang sesuai dengan kegiatan usaha tani. Walaupun pemerintah telah memberikan bantuan benih melalui berbagai kegiatan, namun sistim pemberian bantuan belum memihak kepada petani, sehingga bantuan tersebut kurang tepat guna dan bernilai guna. k. Subsidi Pupuk Organik yang Tidak Tepat Sasaran Upaya memperbaiki atau meningkatkan kualitas kesuburan lahan dapat dilakukan melalui pemberian bahan organik. Bahan organik yang dgunakan berasal dari kompos yang menggunakan bahan baku utama limbah pertanian atau pupuk kandang dari limbah ternak. Salah satu strategi untuk mendorong penggunaan bahan organik dalam memperbaiki kesuburan lahan adalah dengan pemberian subsidi pupuk organik, namun sistim pemberian 46

49 subsidi pupuk organik belum tepat. Saat ini subsidi pupuk organik diberikan kepada swasta/produsen. Idealnya subsidi pupuk organik adalah untuk petani, karena pupuk organik dapat dibuat oleh petani dan untuk keperluan petani. l. Masih Lemahnya Permodalan Petani Salah satu persoalan dalam meningkatkan pendapatan petani adalah lemahnya permodalan dan akses petani ke lembaga permodalan. Masalah ini cukup serius yang perlu mendapat perhatian khusus. Untuk mengatasi persolan tersebut perlu dilakukan penguatan permodalan dan meningkatkan akses petani ke lembaga keuangan, baik di Propinsi maupun di kabupaten/kota. m. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait dan Birokrasi Kinerja pembangunan pertanian Tanaman Pangan Hortikultura sangat ditentukan oleh keterpaduan diantara subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari subsistem hulu, subsistem budidaya usaha tani (on-farm) subsistem hilir (pengolahan dan pemasaran) dan subsistem pendukung (keuangan pendidikan dan transportasi). Keterkaitan antar subsistem sangat erat namun penanganannya terkait dengan kebijakan berbagai sektor. Sementara Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura hanya memiliki 47

50 kewenangan dalam aspek budidaya/usahatani. Lemahnya koordinasi terjadi juga antara pemerintah provinsi daerah (provinsi dengan kabupaten/kota) serta antara pemerintah Kabupaten/Kota. Berdasarkan identifikasi permasalahan dalam tugas dan fungsi pelayanan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat di atas, maka faktor kunci keberhasilan dapat diuraikan sebagai berikut: Peningkatan mutu sumber daya pertanian (Sumber Daya Manusia, dan Sumber Daya Alam). 4. Perbaikan infrastruktur pertanian (jalan usaha tani, jaringan irigasi). 5. Peningkatan penerapan teknologi pertanian. 6. Peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan keamanan pangan produk pertanian. 7. Peningkatan peran/kompetensi petugas lapang (POPT, Penyuluh, PBT, dan PIP) dan petani/kelompok tani. 8. Penumbuhan dan penguatan kelembagaan usaha tani. 9. Peningkatan mutu hasil pertanian yang memenuhi standar dan berdaya saing. 10. Penumbuhan kemitraan dan pemanfaatan peluang pasar baik dalam dan luar daerah 48

51 11. Peningkatan akses petani/kelompok tani ke sumber pembiayaan. 12. Peningkatan koordinasi dan sinergitas antar unit kerja lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan TELAAHAN VISI, MISI, DAN PROGRAM KEPALA DAERAH Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia. Visi pembangunan jangka panjang daerah Provinsi Sumatera Barat untuk Tahun 2025 adalah Menjadi Provinsi Terkemuka Berbasis Sumberdaya Manusia Yang Agamais Pada Tahun RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun merupakan Penjabaran Visi, Misi, dan Program Gubernur kedalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Gubernur dan arah kebijakan keuangan daerah, dengan mempertimbangkan RPJPD Sumatera Barat. 49

52 Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan dan memperhatikan prioritas nasional, serta mengakomodir visi, misi, program kepala daerah terpilih, maka visi pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun adalah : Terwujudnya Masyarakat Sumatera Barat Madani yang Adil, Sejahtera dan Bermartabat. Masyarakat Madani yang dimaksudkan disini adalah suatu masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang berbasis pada nilai-nilai, norma hukum, moral yang ditopang oleh keimanan. Adil yang dimaksudkan disini adalah suatu kondisi masyarakat yang dapat menjaga kebutuhan, kepentingan dan hak seluruh anggota masyarakat sesuai dengan azas kepatutan dan kewajaran. Sejahtera dalam hal ini dimaksudkan adalah suatu kondisi masyarakat yang sudah cukup makmur yang ditandai oleh pendapatan masyarakat yang sudah dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan, tingkat pengangguran dan kemiskinan sudah sangat rendah, pendidikan yang sudah cukup tinggi dan berbadan sehat dan kuat. Bermartabat dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu kondisi masyarakat dimana hak azasi manusia sudah 50

53 terjamin dengan baik, bebas dari tekanan dan rasa takut dan mendapat perlindungan hukum yang cukup dari negara. Misi pembangunan jangka menengah daerah Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut: 1. Mewujudkan tata kehidupan yang harmonis, agamais, beradat, dan berbudaya berdasarkan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah ; 2. Mewujudkan tata-pemerintahan yang baik, bersih dan profesional; 3. Mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman, dan berkualitas tinggi; 4. Mewujudkan ekonomi masyarakat yang tangguh, produktif, berbasis kerakyatan, berdayasaing regional dan global; 5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun , adalah rencana pelaksanaan tahap ke dua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun Penekanan dan skala prioritas pembangunan pada RPJM ke 2 ini secara umum ditujukan untuk terwujudnya pemantapan landasan pembangunan 51

54 dengan penekanan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi maju di bidang pertanian, perdagangan dan jasa. Sesuai dengan RPJMD Sumatera Barat tahun , maka dari 5 misi pembangunan jangka menengah Sumatera Barat, terdapat 1 (satu) misi yang merupakan sasaran yang harus dicapai Dinas Pertanian Tanaman Pangan yaitu pada Misi 4 : Mewujudkan ekonomi masyarakat yang tangguh, produktif, berbasis kerakyatan, berdayasaing regional dan global dengan beberapa sasaran utama yang terkait dengan pembangunan pertanian adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya kualitas dan produktivitas berbagai komoditi pertanian 2. Meningkatnya jumlah dan luas kawasan sentra produksi komoditi unggulan bidang pertanian 3. Berkembangnya industri pengolahan hasil pertanian (Agroindustri) 4. Meningkatnya kesejahteraan petani 5. Meningkatnya pengelolaan sumberdaya air Strategi yang ditempuh untuk mencapai Misi 4 pada prioritas pengembangan pertanian berbasis komoditi kawasan dan komoditi unggulan, adalah sebagai berikut : meningkatkan produksi dan penanganan pasca panen 52

55 komoditi unggulan pertanian, mengembangkan sentra produksi komoditi pertanian unggulan bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian (agro-industri), memperkuat manajemen untuk mengelola resiko usaha pertanian, mengembangkan pembinaan untuk menerapkan pertanian maju, dan menambah jam kerja petani dengan usaha pertanian lain TELAAHAN RENSTRA K/L DAN RENSTRA PROVINSI Renstra Kementerian Pertanian Tahun merupakan acuan dan arahan pembangunan pertanian untuk memposisikan kembali pertanian sebagai motor penggerak pembangunan nasional melalui pencapaian 4 Target Utama pembangunan pertanian ke depan, yaitu: 1. Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. 2. Peningkatan Diversifikasi Pangan. 3. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor. 4. Peningkatan Kesejahteraan Petani Upaya mencapai target utama pembagunan pertanian tersebut dihadapkan pada kondisi permasalahan dan tantangan pembangunan pertanian yang tidak ringan, di samping juga gerak dinamika lingkungan strategis 53

56 internasional, regional dan lokal yang semakin kompleks. Untuk menghadapi kondisi tersebut Kementerian Pertanian akan menerapkan Strategi 7 GEMA Revitalisasi yaitu : 1. Revitalisasi lahan 2. Revitalisasi perbenihan dan perbibitan 3. Revitalisasi infrastruktur dan sarana 4. Revitalisasi sumber daya manusia 5. Revitalisasi pembiayaan petani 6. Revitalisasi kelembagaan petani 7. Revitalisasi teknologi dan industri hilir. Dalam implementasi 7 GEMA Revitalisasi ini di lapangan membutuhkan kerjasama dan komitmen oleh para pelaku pembangunan pertanian di berbagai jenjang pemerintahan yang disesuaikan dengan karakteristik prospek dan potensi yang ada di masing-masing daerah. Visi Kementerian Pertanian Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan Yang Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani. Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi Kementerian Pertanian adalah : Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis. 54

57 Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dikonsumsi Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku industri Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horisontal guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional 55

58 Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan professional Kementerian Pertanian menetapkan 5 (lima) tujuan pembangunan pertanian yaitu : 1. Mewujudkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal. 2. Meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan. 3. Menumbuhkembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan. 4. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian. 5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sejalan dengan semangat reformasi dan penyelengaraan pemerintah yang baik (good governance) oleh pemerintah yang bersih (clean goverment) maka selayaknya pula semangat reformasi dijadikan sebagai ruh (semangat) di dalam pelaksanaan pembangunan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Semangat penyelengaraan pemerintah yang baik oleh 56

59 sesuatu Pemerintah yang bersih di harapkan dapat menghasilkan pembangunan khususnya di subsektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang bermanfaat dan dipergunakan sebesar besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat (petani). Adanya ruh yang merupakan suatu nilai (value) dan jiwa (spirit) akan mampu dijadikan dasar yang kuat agar tidak terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah dituangkan dalam rencana pembangunan selama 5 (lima) tahun, hal ini disebabkan karena bagi pembangunan sub sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang objeknya benda hidup yakni keluarga petani (manusia) tanaman dan lingkungannya (human activity system) justru karena itu ruh pembangunan sangat diperlukan. Dengan adanya ruh pembanguan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura tidak bersifat ekploitasi dan merusak kelestarian lingkungan dari objek pembangunan. Diharapkan kondisi dalam melakukan pembangunan yang dirancang melalui Renstra akan mempunyai ruh yang bersih dan peduli dengan pengabdian yang bersih dan bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), amanah transparan dan akuntabel serta peduli dengan arti bahwa terlaksananya upaya pembangunan dengan memberikan fasilitasi, pelayanan, 57

60 perlindungan, pembekalan, pemberdayaan dan keberpihakan terhadap kepentingan umum (keluarga petani) di atas kepentingan pribadi dan golongan (demokratis) dan aspiratif. Bagian alur penyusunan Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Barat adalah sebagai berikut: Gambar 1. Bagan Alur Penyusunan Renstra I. II. III. TUGAS POKOK DAN FUNGSI FALSAFAH Visi Misi Tujuan Sasaran Strategi * Kebijakan * Program * Kegiatan pokok Mandat : Peraturan Gubernur SB. IV. No. 74 Thn Perda SB No 1 Thn V. Dari kondisi yang dicapai tahun maka perlu dilakukan upaya - upaya untuk 5 (lima) tahun kedepan melalui peningkatan produktifitas tenaga kerja rumah tangga petani dengan pengembangan usaha secara vertikal dan horizontal, sasaran tenaga kerja adalah pada umur < 30 th, dan umur petani th. Sehingga tenaga kerja yang produktif akan mampu meningkatkan 58 Analisis Strategis Kondisi Saat Ini Potensi, Permasalahan dan Tantangan Kondisi Yang Diingikan

61 nilai tambah produksi dan daya saing. Adapun kondisi yang diinginkan adalah: a. Meningkatnya produksi dan mutu hasil tanaman pangan dan hortikultura melalui pengembangan komoditi unggulan nasional dan unggulan daerah berbasis nagari dan kawasan yang pada akhir mampu memenuhi permintaan dan persaingan pasar. Peningkatan produksi dan produktivitas pangan, pertanian, terus dilakukan untuk mendukung peningkatan ketersediaan pangan dan bahan baku industri. Meningkatnya penerapan budidaya tanaman yang baik (Good Agricultural Practices- GAP) untuk peningkatan produktivitas, jaminan mutu produk dan budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sesuai SOP (Standard Operational Procedure). Tuntutan masyarakat akan produk yang bermutu telah menjadi hal yang mutlak untuk diperhatikan baik untuk produk jadi maupun produk bahan baku/setengah jadi. penerapan Good Handling Practices (GHP) adalah salah satu persyaratan yang harus dilakukan dalam penerapan system jaminan mutu dan keamanan pangan. b. Mantapnya sistem kelembagaan melalui pendekatan penyuluhan pertanian dan pendampingan terhadap 59

62 petani Tanaman Pangan dan Hortikultura sehingga relevan dengan kebutuhan perbaikan kapasitas rumah tangga petani dan daya saing produk pertanian memasuki pasar. c. Berkembangnya sistem kelembagaan pasar pertanian yang difokuskan kepada kemampuan akses lokal dan berkembangnya kelembagaan agribisnis dan agrowisata pedesaan. d. Terkondisinya kualitas/kemampuan SDM Pertanian secara umum dan rumah tangga petani yang handal sebagai pelaku usaha pertanian sekaligus juga sebagai pelaku bisnis. e. Meningkatnya Kesejahteraan Petani Unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani adalah tingkat pendapatan petani. Walaupun demikian tidak selalu upaya peningkatan pendapatan petani secara otomatis diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani, karena kesejahteraan petani juga tergantung pada nilai pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani. Kurangnya jam kerja efektif petani menggambarkan kurangnya produktivitas anggota rumah tangga petani dalam berusaha tani yang akibatnya rumah tangga petani tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sendiri. 60

63 3.5. TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS Penataan ruang Provinsi Sumatera Barat mencakup struktur dan pola ruang. Rencana pengembangan pusat kegiatan di Provinsi Sumatera Barat juga mengacu pada kriteria sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang meliputi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Berdasarkan struktur ruang RTRW Provinsi Sumatera Barat , sistem perkotaan di Sumatera Barat terdiri dari 1 Pusat Kegiatan Nasional (PKN), 5 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), 4 Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan oleh provinsi (PKWp), dan 11 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan uraian sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 6. Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Barat sampai Tahun

64 PKN PKW PKWp PKL Kota Padang 1. Kota Bukittinggi 2. Kota Pariaman 3. Kota Sawahlunto 4. Kota Solok 5. Muara Siberut 1. Kota Payakumbuh 2. Pulau Punjung 3. Tapan 4. Simpang Empat 1. Painan 2. Kota Padang Panjang 3. Lubuk Sikaping 4. Sari Lamak 5. Batusangkar 6. Padang Aro 7. Tuapejat 8. Lubuk Basung 9. Muaro Sijunjung 10. Lubuk Alung 11. Aro Suka 12. Parik Malintang Keterangan : PKN dan PKW : ditetapkan sesuai kebijakan nasional PKWp dan PKL : ditetapkan atas usulan sesuai potensi dan arah kebijakan Provinsi Sumatera Barat Sumber : RTRW Sumatera Barat Berdasarkan pola ruang Provinsi Sumatera Barat kawasan lindung seluas 35,86% ( Ha) dari luas provinsi Sumbar dan kawasan budidaya seluas 64,14% ( Ha) dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sumatera Barat memiliki luas lahan 4,2 juta Ha. dengan kontur bergelombang, terdiri atas wilayah perbukitan dan pegunungan 2,2 juta Ha. (52,19%), wilayah daratan yang dapat dihuni hanya 13,31% (0,5 juta Ha). Dari luasan tersebut sekitar 60% diantaranya (2,6 juta Ha.) adalah kawasan hutan. Sesuai dengan kondisinya Sumatera Barat memiliki iklim dengan curah hujan yang tinggi, dengan curah hujan rata-rata mm/th. 62

65 Sumatera Barat mempunyai potensi ketersediaan lahan yang cukup luas. Dari luas wilayah ,84 km2, tercatat seluas ,65 km2 atau sekitar 54,83 % merupakan lahan budidaya dan ,19 km2 (45,17 %) merupakan kawasan lindung. Sebagian lahan budidaya tersebut adalah merupakan potensi lahan yang dimanfaatkan untuk usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Pada akhir tahun 2009 luas Lahan sawah tercacat ha terdiri dari sawah berpengairan teknis ha, setengah teknis ha, pengairan sederhana/ desa/non PU seluas ha, sawah tadah hujan seluas ha, dan lainnya ha. Sedangkan potensi luas lahan bukan sawah adalah seluas ha yang terdiri dari lahan pekarangan ha, tegal kebun ha, ladang huma ha dan lahan sementara tidak diusahakan seluas Ha. Sumatera Barat memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian lahan potensi tersebut merupakan lahan sub optimal seperti lahan kering, rawa, lebak, pasang surut dan gambut yang produktivitasnya relatif rendah, karena jenis tanah yang kurang subur, namun apabila keberadaan lahan tersebut dapat direkayasa dengan penerapan inovasi teknologi budidaya dan dengan 63

66 dukungan infrastruktur yang cukup, maka lahan tersebut dapat dirubah menjadi lahan-lahan produktif Tabel 7. Potensi Lahan Sawah dan Lahan Bukan Sawah. No Jenis Lahan Luas I LAHAN SAWAH Sawah Irigasi Teknis Sawah Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana/Desa Non PU Tadah Hujan Pasang Surut/Lebak Lainnya 866 II LAHAN BUKAN SAWAH Rumah, bangunan dan halaman sekitar Tegal/Kebun Ladang/Huma Sementara tidak diusahakan Tabel 8. Data Penggunaan Lahan Sawah di Sumatera Barat 64

67 No. kabupaten/kota Luas Lahan Sawah Indeks Pertan aman Tiga kali Penggunaan Lahan Sawah (HA) Ditanami Padi Dua kali Satu kali Tidak Di tanami Padi Semen tara Tidak Diusa hakan 1 Kab. Pasaman , Kab Pasaman Barat , Kab Limapuluh Kota , Kab Agam , Kab Tanah Datar , Kab. Pd.Pariaman , Kab Solok , Kab Solok Selatan , Kab Sijunjung , Kab Dharmasraya , Kab Pesisir Selatan , Kab Mentawai , Kota Payakumbuh , Kota Bukittinggi 400 1, Ko. Padang Panjang 690 2, Kota Padang , Kota Solok , Kota Sawahlunto , Kota Pariman , J U M L A H , Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa masih banyaknya lahan yang belum termanfaatkan terutama pada beberapa kabupaten yang cukup luas seperti di kabupaten Pasaman Barat, Tanah Datar, Sijunjung, Solok dan Pesisir Selatan serta beberapa kabupaten lainnya. Potensi sumberdaya lahan ini harus dikelola dengan baik sesuai dengan kedaan topografi dan jenis tanah yang cocok dengan sifat-sifat teknis dari komoditi yang akan diusahakan. Konversi lahan pertanian ke non pertanian cendrung meningkat sehingga luas baku lahan pertanian 65

68 semakin tahun terus berkurang, hal ini disebabkan efek pembangunan dari beberapa sektor yang menuntut ketersediaan lahan, sehingga lahan produktif beralih fungsi. Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Undang-Undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) merupakan perangkat hukum untuk melindungi dan mengatur konversi lahan pertanian. Ketersediaan lahan pertanian harus dipertahankan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian terlantar (lahan pertanian yang selama ini tidak dibudidayakan) dan cetak sawah baru HASIL ANALISA TERHADAP KLHS Sasaran pembangunan berdimensi kewilayahan diantaranya adalah peningkatan kawasan pengembangan pertanian berbasis potensi kawasan dan komoditi unggulan masing-masing kabupaten/kota serta sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah. 66

69 Rencana pengembangan budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura diarahkan untuk pemanfaatan secara intensif lahan-lahan yang belum dimanfaatkan dan tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam Provinsi Sumatera Barat. Selain itu juga akan ditetapkan lahan-lahan pertanian tanaman pangan abadi untuk mendukung ketahanan pangan. Adapun rencana pengembangan kawasan pertanian pangan dan hortikultura, antara lain adalah : 1. Pertanian Lahan sawah tersebar pada seluruh kabupaten di Provinsi Sumatera Barat. Pengembangan lahan irigasi di : Kabupaten Pasaman (Irigasi Panti Rao), Kabupaten Pasaman Barat (Irigasi Batang Tongar dan Irigasi Batang Batahan), Kabupaten Padang Pariaman (Irigasi Batang Anai), Kabupaten Dharmasraya (Irigasi Batang Hari), Kabupaten Pesisir Selatan (Irigasi Inderapura). 2. Kawasan Pertanian Lahan Kering (Palawija dan Hortikultura) Komoditi sayuran (seperti kubis, kentang, bawang merah, cabe) : Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, dan Kota Pariaman. 67

70 Buah-buahan (seperti : Jeruk, Manggis, Pisang, jeruk, markisah, alpokat, dan salak) : Kabupaten Pasaman, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan Kota Pariaman, Tanaman hias Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kota Padang, Kabupaten Solok dan Kabupaten Agam Berdasarkan Analisa Kajian Lingkungan Hidup Strategis (AKLHS) terhadap pelayanan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat diperoleh hasil sebagai berikut : 68

71 Tabel 9. Analisa Kajian Lingkungan Strategis Terhadap Pelayanan SKPD No Aspek Kajian Ringkasan KLHS Peningkatan pemanfaatan kawasan budidaya untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah Pengembangan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier sesuai daya dukung wilayah Pemanfaatan kawasan budidaya sesuai dengan kapasitas daya dukung lingkungan Karakteristik alam Provinsi Sumatera Barat dan sumberdaya manusia menjadi potensi keunggulan komparatif untuk Pengembangan kegiatan pertanian Implikasi Terhadap Pelayanan SKPD Diperlukan peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam dengan tetap mempertahankan ekosistem lingkungan Diperlukan pengembangan industri berbasis pertanian berupa perlengkapan saprodi dan sarana pendukungnya P P P B P D P P T P m p d

72 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat ISU-ISU STRATEGIS Isu strategis merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau belum dapat diselesaikan pada periode lima tahun sebelumnya dan memiliki dampak jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu diatasi secara bertahap. Dengan demikian, isu isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi pembangunan daerah baik pada waktu sekarang maupun dimasa mendatang. Isu-isu pokok pembangunan daerah dan bersifat strategis yang dimiliki Provinsi Sumatera Barat dewasa ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pemahaman Agama dan Budaya. 2. Peningkatan tata pemerintahan yang baik. 3. Pelaksanaan otonomi daerah. 4. Kualitas sumberdaya manusia. 5. Kemampuan wirausaha 6. Daya beli masyarakat 7. Daya saing daerah untuk menghadapi globalisasi. 8. Akses dengan daerah tetangga 9. Prasarana dan sarana daerah 10. Dukungan pemerintah nasiional 11. Daerah tertinggal dan ketimpangan pembangunan 12. Bencana alam

73 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Kualitas lingkungan hidup Kebijakan dan strategi dalam membangun pertanian di Provinsi Sumatera Barat ke depan, perlu analisis faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal yang sangat dominan berpengaruh dalam proses pembangunan. Adapun isu strategis pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Sumatera Barat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. ASPEK TEKNIS a. Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. b. Alih fungsi lahan. c. Perbaikan infrastruktur di perdesaan. d. Peningkatan mutu dan keamanan pangan. e. Kelembagaan perbenihan tanaman pangan dan hortikultura. f. Peningkatan ketersediaan sarana produksi pertanian. 2. ASPEK EKONOMIS a. Penguatan daya saing ekonomi. b. Peningkatan akses permodalan petani. c. Peningkatan akses pemasaran hasil pertanian. d. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani

74 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat ASPEK SOSIAL a. Peningkatan kemampuan kelembagaan petani. b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian. c. Pengembangan pola kemitraan dengan petani penangkar 4. ASPEK EKOLOGIS a. Pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi yang berwawasan lingkungan. b. Pelestarian dan pemanfaatan agen hayati dan pestisida nabati. c. Pengelolaan air dan tanah berwawasan lingkungan dan berkesinambungan. Untuk itu pada gambar dibawah ini dapat diuraikan faktor-faktor tersebut baik faktor kekuatan, kelemahan peluang maupun tantangan. FAKTOR INTERNAL KEKUATAN a. Kewenangan Dinas dalam pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura. b. Komitmen pimpinan dalam peningkatan ketahanan pangan. c. Ketersediaan sumber daya pertanian d. Ketersediaan data dan FAKTOR EKSTERNAL PELUANG a. Sektor pertanian merupakan program unggulan. b. Permintaan pasar akan produkproduk pertanian. c. Pemanfaatan potensi SDA, SDM, dalam pengembangan pertanian. d. Komoditas spesifik di sentra produksi banyak

75 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat informasi pengembangan usaha pertanian. e. Ketersediaan dukungan anggaran. f. Keberadaan lembaga perbenihan dan sertifikasi tanaman pangan dan hortikultra g. Ketersediaan laboratorium penguji mutu h. Ketersediaan fasilitas alsintan KELEMAHAN a. Kompetensi aparatur dinas belum sepenuhnya merata dan sesuai dengan yang diharapkan. b. Sistim penyuluhan yang masih lemah c. Akses terhadap data dan informasi agribisnis belum optimal. d. Peran dan fungsi lembaga perbenihan belum optimal. e. Peran dan fungsi pihak lain belum optimal. f. Sinergitas antar SKPD belum terjalin dengan optimal. e. Pengembangan infrastruktur, sarana prasarana di perdesaan terus meningkat. f. Teknologi komunikasi dan informasi mendukung pengembangan agribisnis di pedesaan. g. Peluang pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura terbuka luas. h. Kesadaran petani dalam penggunaan sarana produksi pertanian. TANTANGAN/KENDALA a. Semakin tingginya alih fungsi lahan. b. Menurunnya kesuburan tanah (lahan) pertanian. c. Kerusakan infrastruktur jaringan irigasi. d. Meluasnya areal yang potensial terkena gangguan bencana alam kekeringan/kebanjiran. e. Mahalnya agroinput (sarana produksi dan alat mesin pertanian) f. Menurunnya minat terhadap usaha tani. g. Kemampuan permodalan petani terbatas. h. Impor benih hortikultura terus meningkat. i. Penerapan teknologi pertanian terbatas. j. Insentif peningkatan mutu masih rendah. k. Daya saing produk hortikultura masih rendah. l. Tingkat kehilangan hasil masih tinggi

76 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal tersebut diatas dan setelah dilaksanakan analisis SWOT, maka faktor kunci keberhasilan dapat diuraikan sebagai berikut: a. Peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan keamanan pangan produk pertanian. b. Peningkatan ketersediaan sarana produksi dan alsintan. c. Peningkatan akses petani/kelompok tani ke sumber pembiayaan. d. Penumbuhan kelembagaan usaha tani. e. Pembinaan petugas lapang (POPT, Penyuluh, PBT, dan PIP) dan petani/kelompok tani. f. Perbaikan infrastruktur pertanian (jalan usaha tani, jaringan irigasi g. Pemanfaatan peluang pasar regional dan global. h. Penumbuhan kemitraan dengan stakeholder terkait. i. Peningkatan sinergitas antar Program dan SKPD j. Penempatan aparatur harus sesuai dengan kompetensinya

77 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat BAB 4 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI Setelah melakukan pengkajian dan analisis yang dilandasi oleh semangat reformasi dan semangat revitalisasi pertanian maka sebagai penanggung jawab dan simpul koordinasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat menetapkan VISI tahun yakni TERWUJUDNYA RUMAH TANGGA PETANI YANG SEJAHTERA MISI Untuk dapat mewujudkan Visi dengan cara mendorong efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, yang didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin dicapai. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat mengemban misi yang harus dilaksanakan yaitu sebagai berikut : a. Meningkatkan pemberdayaan petani dan kompetensi aparatur

78 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat b. Meningkatkan efisiensi, mutu produksi dan daya saing c. Mengembangkan pertanian organik dan LEISA d. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dan sarana prasarana pertanian e. Meningkatkan kelembagaan, permodalan dan peluang pasar TUJUAN Perekonomian di Sumatera Barat sampai saat ini masih didominasi oleh sektor pertanian dan diperkirakan akan tetap menjadi pengarah perekonomian Sumatera Barat di masa depan dimana sebagian besar penduduk Sumatera Barat menggantungkan kehidupannya pada sektor ini. Karena itu pembangunan sektor pertanian pada tahun akan menjadi prioritas pembangunan dalam kerangka pengembangan ekonomi Sumatera Barat. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan yang ada, maka penyusunan Renstra ini harus dapat menjawab tantangan pembangunan sub sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura sehingga terjadi perobahan yang lebih baik, untuk itu penyusunan dokumen Renstra menetapkan tujuan sebagai berikut :

79 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Menyiapkan SDM pertanian yang tangguh dan mempunyai kompetensi dalam pembangunan pertanian TPH. 2. Terpenuhinya kebutuhan tanaman pangan dan hortikultura 3. Meningkatkan efesiensi produksi 4. Memperluas peluang pasar produk tanaman pangan dan hortikultura 5. Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan pembangunan pertanian berkelanjutan 6. Meningkatkan akses pembiayaan pertanian sampai kepedesaan 7. Mewujudkan kondisi lahan yang kondusif Sasaran strategis dalam membangun pertanian tanaman pangan dan hortikultura kedepan di Sumatera Barat adalah : 1. Meningkatnya kemandirian petani 2. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pertanian melalui pemberdayaan penyuluh, pendidikan dan pelatihan 3. Meningkatnya produksi tanaman pangan dan hortikultura 4. Berkembangnya kawasan sentra produksi

80 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Meminimalkan luas serangan yang disebabkan oleh serangan OPT, bencana alam. 6. Meningkatnya nilai tambah komoditi pertanian tanaman pangan dan hortikultura. 7. Meningkatnya daya saing komoditi melalui pengembangan agroindustri. 8. Meningkatnya posisi tawar petani. 9. Berkembangnya pertanian organik 10. Membangun/mengembangkan lembaga keuangan di pedesaaan. 11. Berkembangnya sarana dan prasarana lahan, air dan alsintan

81 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tabel Revisi Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET g Menyiapkan SDM Meningkatnya pertanian yang kemandirian petani dan tangguh dan kesejahteraan petani mempunyai kompentensi dalam pembangunan pertanian TPH Jumlah rumah tangga petani yang difasilitasi (Poktan) Poktan Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pertanian melalui pemberdayaan penyuluh, pendidikan dan pelatihan Jumlah BPP yang berperan Aktif (Unit) Unit Perbaikan menjadi I Menyiapkan SDM Meningkatnya pertanian yang Kemandirian Petani tangguh dan mempunyai kompentensi dalam pembangunan pertanian TPH Persentase petani yang mandiri -% Petani yang mampu memenuhi kebutuhan saprodi % 64,29 100,00 2 Meningkatkan pengawasan mutu sarana produksi pertanian Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pertanian melalui pemberdayaan penyuluh, pendidikan dan pelatihan Meningkatnya produksi tanaman pangan dan hortikultura Peningkatan jumlah sumber daya manusia pertanian yang kompeten (org) Tersedianya Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura: (Ton) orang Padi ton Jagung ton Manggis ton Berkembangnya kawasan sentra produksi Jumlah kawasan sentra Kawasan produksi (KSP) Tanaman Pangan dan Hortikultura yang dikembangkan (Kawasan) Registrasi kebun unit Perbaikan menjadi II Terpenuhinya kebutuhan tanaman pangan dan hortikultura Meningkatnya produksi tanaman pangan dan hortikultura Peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura (%) - Padi % Jagung % 6,71 5,91 - Manggis % 2 2 Berkembangnya kawasan sentra produksi Peningkatan jumlah kawasan sentra produksi kawasan Meminimalkan Meningkatnya efisiensi kehilangan hasil produksi yang disebabkan oleh serangan OPT, Menurunnya luas serangan hama dan penyakit tanaman (%) %

82 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditi melalui pengembangan agroindustri dan peluang pasar Jumlah UP3HP yang difasilitasi (Unit) Unit Penerapan GHP dan GMP produk segar olahan (unit/th) Peningkatan produksi olahan pertanian (macam/th) Unit Macam III IV Perbaikan menjadi Meningkatkan efisiensi produksi Memperluas peluang pasar produk tanaman pangan dan hortikultura Meminimalkan luas Menurunnya luas serangan yang serangan hama dan disebabkan oleh penyakit tanaman (%) serangan OPT, bencana alam Meningkatnya nilai Peningkatan produksi tambah komoditi olahan pertanian pertanian tanaman (macam/th) pangan dan hortikultura % 1 1 macam/th 5 5 Meningkatnya daya saing komoditi melalui pengembangan agroindustri Penerapan GHP dan GMP produk segar olahan (unit/th) unit/th Meningkatnya posisi tawar petani Peningkatan Jumlah Poktan/Gapoktan yang melakukan kemitraan (unit/th) unit/th Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan pembangunan pertanian berkelanjutan Berkembangnya pertanian organik yang dilandasi kehidupan organis sejahtera dan lestari, serta ratio pemakaian agroinput luar yang rendah Bertambahnya luasan pertanian organic (Ha) Ha/th Perbaikan menjadi V Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan pembangunan pertanian berkelanjutan Berkembangnya pertanian organik Bertambahnya luasan pertanian organic (Ha/th) Ha/th Membangun/menge Meningkatnya akses mbangkan lembaga pembiayaan pertanian keuangan di Nagari dengan suku bunga rendah sampai kepedesaan serta berkembangnya LKMA Jumlah Poktan dan LKMA yang difasilitasi (Kelompok) kelompok Perbaikan menjadi VI Meningkatnya akses pembiayaan pertanian sampai kepedesaan Membangun/mengemba ngkan lembaga keuangan di pedesaan Berkembangnya LKMA (klp/th) kelompok Fasilitasi Berkembangnya sarana dan prasarana lahan, air dan alsitan ketersediaan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung peningkatan produksi, dan produktivitas Terbangunnya kincir Air/Pompanisasi (Unt) Terbangunny jalan usaha tani (km) Pembangunan Embung (Unit) Unit km unit

83 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Perbaikan Kesuburan Lahan Sawah (Ha) Ha Rumah percontohan Pupuk Oganik (RP3O) (Unit) Rumah Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) (Unit) Unit unit Unit Terlaksananya perbaikan dan penambahan fasilitas pendidikan dan pelatihan Persentase jumlah kelompok tani yang menggunakan alsitan (%) Terlaksananya perbaikan dan penambahan fasilitas pelatihan (Paket) Terlaksananyan penambahan Sarana dan fasiltitas belajar pada SMK-PP N Padang (Paket) % Paket Paket VII Perbaikan menjadi Mewujudkan kondisi lahan yang kondusif Berkembangnya sarana dan prasarana lahan, air dan alsitan Penambahan Luas Lahan Sawah (Ha/Thn) Peningkatan jumlah kelompok tani yang menggunakan pupuk organik (kelompok) ha/th kelompok Perluasan areal hortikultura/buahbuahan (pohon/th) Persentase jumlah kelompok tani yang menggunakan alsitan (%) pohon/th %

84 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tabel. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan VISI : Terwujudnya Rumah Tangga Petani yang Sejahtera NO TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN Misi I : Meningkatkan pemberdayaan petani. 1 Menyiapkan SDM pertanian yang Meningkatnya kemandirian Peningkatan jam kerja efektif Meningkatkan tangguh dan mempunyai petani dan kesejahteraan petani keluarga tani melalui peningkatan pemberdayaan petani kompentensi dalam pembangunan usaha tani yang bertumpu pada dan aparatur pertanian TPH sumberdaya lokal dan berbasis nagari Peningkatan gerakan petani melalui koordinasi dan pemberdayaan Misi II : Meningkatkan kompetensi aparatur Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pertanian melalui pemberdayaan penyuluh, Meningkatkan pemberdayaan petani dan aparatur pendidikan dan pelatihan Perbaikan menjadi (Misi I digabung dengan Misi II) Misi I : Meningkatkan pemberdayaan petani dan kompentensi aparatur I Menyiapkan SDM pertanian yang Meningkatnya Kemandirian tangguh dan mempunyai Petani kompentensi dalam pembangunan pertanian TPH Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pertanian melalui pemberdayaan penyuluh, pendidikan dan pelatihan Peningkatan jam kerja efektif keluarga tani melalui peningkatan usaha tani yang bertumpu pada sumberdaya lokal dan berbasis nagari Peningkatan kompetensi SDM melalui pemberdayaan aparatur Meningkatkan pemberdayaan petani Meningkatkan pemberdayaan aparatur melalui pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan Misi II : Meningkatkan efisiensi, mutu produksi dan daya saing 2 Meningkatkan pengawasan mutu sarana produksi pertanian Meningkatnya produksi tanaman pangan dan hortikultura Pengembangan kawasan sentra Meningkatkan efisiensi produksi dan cluster agro industri usahatani dan mutu produksi Berkembangnya kawasan sentra produksi Perbaikan menjadi II Terpenuhinya kebutuhan tanaman pangan dan hortikultura Meningkatnya produksi tanaman pangan dan hortikultura Meningkatkan produktivitas dan produksi tanaman pangan dan hortikultura Meningkatkan kualitas faktor pendukung produksi tanaman pangan dan hortikultura Berkembangnya kawasan sentra produksi Pengembangan kawasan sentra Meningkatkan efisiensi produksi tanaman pangan dan usahatani dan mutu hortikultura produksi dalam kawasan

85 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Meminimalkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan OPT, bencana alam, panen dan pasca panen Meningkatnya efisiensi produksi Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditi melalui pengembangan agroindustri dan peluang pasar Pengembangan kawasan sentra Meningkatkan efisiensi produksi dan cluster agro industri usahatani dan mutu produksi Meningkatkan agribisnis dan ketahanan pangan Perbaikan menjadi III Meningkatkan efisiensi produksi Meminimalkan luas serangan yang disebabkan oleh serangan OPT, bencana alam Meningkatkan pengendalian terhadap serangan OPT, bencana alam Pengembangan teknik pengendalian OPT yang efektif, efisien dan ramah lingkungan IV Memperluas peluang pasar produk tanaman pangan dan hortikultura Meningkatnya nilai tambah komoditi pertanian tanaman pangan dan hortikultura Peningkatan nilai tambah komoditi tanaman pangan dan hortikultura melalui kelompok usaha Mengembangkan usahausaha produk olahan komoditi tanaman pangan dan hortikultura Meningkatnya daya saing Peningkatan komoditi unggulan yang Meningkatkan kualitas komoditi melalui pengembangan berdaya saing komoditi unggulan agroindustri melalui pengembangan agroindustri Meningkatnya posisi tawar petani Misi III : Pengembangkan pertanian organik dan LEISA. Peningkatan produk komoditi tanaman pangan dan hortikultura yang diminati pasar Meningkatkan kualitas produk komoditi tanaman pangan dan hortikultura 4 Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan pembangunan pertanian berkelanjutan Berkembangnya pertanian Berkembangnya pertanian organik organik yang dilandasi yang dilandasi kehidupan organis kehidupan organis sejahtera dan sejahtera dan lestari, serta ratio lestari, serta ratio pemakaian pemakaian agroinput luar yang agroinput luar yang rendah rendah Bertambahnya luasan pertanian organik Perbaikan menjadi Meningkatkan pertanian organic dan LEISA V Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan pembangunan pertanian berkelanjutan Berkembangnya pertanian organik Berkembangnya pertanian organik dengan pemakaian agroinput luar yang rendah Meningkatkan pertanian organic dan LEISA Misi IV : Meningkatkan kelembagaan, permodalan dan peluang pasar. 5 Membangun/mengembangkan lembaga keuangan di Nagari Meningkatnya akses pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendah sampai kepedesaan serta berkembangnya LKMA

86 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Perbaikan menjadi VI Meningkatnya akses pembiayaan pertanian sampai kepedesaan Membangun/mengembangkan lembaga keuangan di pedesaan Meningkatkan peranan lembaga keuangan di pedesaan Mengembangkan LKMA di pedesaan Misi V : Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dan sarana prasarana pertanian 6 Fasilitasi ketersediaan sarana dan Berkembangnya sarana dan prasarana dalam rangka prasarana lahan, air dan alsitan mendukung peningkatan produksi, dan produktivitas Terlaksananya perbaikan dan penambahan fasilitas pendidikan dan pelatihan VII Perbaikan menjadi Mewujudkan kondisi lahan yang kondusif Berkembangnya sarana dan prasarana lahan, air dan alsitan Meningkatkan pemanfaatan fasilitas sarana dan prasarana lahan, air dan alsintan yang tersedia Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana lahan, air dan alsitan

87 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Salah satu kegiatan utama sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura adalah usaha pertanian yang menghasilkan produksi komoditas pertanian primier, mencakup komoditas tanaman pangan seperti komoditi padi, komoditi palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar), serta komoditi hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat dan biofarmaka). Pada periode 5 (lima) tahun kedepan ( ), sasaran peningkatan produksi akan lebih difokuskan kepada komoditi utama padi dan komoditi unggulan yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, bawang merah, cabe, kentang, tomat, jeruk, manggis, pisang dan markisah. a. Produksi Padi Sasaran yang ingin dicapai pada priode 5 (lima) tahun kedepan adalah meningkatkan produktifitas padi dari 48,02 kw/ha pada tahun 2010 menjadi 53,00 kw/ha pada tahun 2015, dan meningkatkan produksi sebesar ton/tahun dengan laju pertumbuhan 2,56 %, yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi dari ton pada tahun 2010 menjadi tahun Peningkatan produktivitas dilakukan melalui kebijakan pengembangan benih bermutu, baik

88 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat penangkaran maupun subsidi benih, pengembangan tekhnologi organik dengan penggunaan kompos untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan koordinasi dan rehabilitasi kemampuan irigasi, pengawasan pengendalian OPT dan perbaikan teknologi pasca panen, serta peningkatan perluasan tanam melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP) padi pada lahan sawah. Capaian produksi padi tahun 2006, 2010 dan sasaran produksi padi tahun dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik 1 Capaian Produktivitas Padi Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produktivitas Tahun Produktivitas(Kw/Ha)

89 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Grafik 2. Capaian Produksi Padi Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Padi Tahun ,700,000 2,600,000 2,500,000 2,400,000 2,300,000 2,200,000 2,100,000 2,000,000 1,900,000 1,800,000 1,700, Produksi (Ton)GKG 1,889,489 2,211,248 2,279,602 2,368,390 2,512,172 2,628,586 2,656,482 b. Produksi Jagung Usaha tani jagung mempunyai potensi untuk berkembang di Sumatera Barat, terutama di daerah sentra komoditi jagung antara lain Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Limapuluh Kota, Agam, Tanah Datar, Solok Selatan dan Pesisir Selatan. Jagung merupakan komoditi unggulan potensial dan strategis yang pengembangannya lebih diarahkan untuk kebutuhan pakan ternak dan penganekaragaman/ diversifikasi pangan. Penggunaan jagung utama adalah untuk pakan ternak, dimana ± 60% kandungan pakan ternak adalah jagung. Kebutuhan jagung meningkat

90 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan pakan ternak. Jagung juga digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, dan bahan baku olahan makanan ringan (snack) misalnya tojin jagung, pergedel jagung dan lainnya. Di Sumatera Barat jagung hibrida digunakan sebagai bahan baku makanan ternak dan jagung komposit umumnya digunakan sebagai bahan baku makanan ringan (snack). Agribisnis jagung di Sumatera Barat cukup memberi peluang dalam pengembangannya. dan menarik perhatian masyarakat karena budidaya jagung yang tidak terlalu sulit, gangguan OPT yang relatif rendah dan pemasaran yang sudah jelas dengan harga yang relatif tinggi. Potensi untuk pengembangan jagung nampaknya sangat terbuka dan prospektif. Sasaran yang ingin dicapai pada priode 5 (lima) tahun kedepan adalah meningkatkan produksi jagung dari ton menjadi ton Kebijakan peningkatan produksi jagung dengan peningkatan produktifitas dan perluasan areal tanam dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan bantuan langsung benih unggul (BLBU), pelaksanaan sekolah lapang (SL- PTT) Jagung, dan gerakan-gerakan perluasan areal tanam Capaian produksi jagung tahun 2006, 2010 dan sasaran produksi jagung tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini

91 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Grafik 3. Capaian Produktivitas Jagung Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produktivitas Tahun Produktivitas(Kw/Ha) Grafik 4. Capaian Produksi Jagung Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Tahun

92 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat c.kedelai Produksi kedelai di Sumatera Barat masih sangat jauh dari harapan untuk menuju swasembada. Hal ini disebabkan produktivitas kedelai di sentra-sentra produksi masih jauh di bawah potensi genetiknya, dan kondisi iklim yang kurang mendukung, dimana Sumatera Barat mempunyai iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi. Walaupun secara fisik potensi peningkatan produksi kedelai ada, sasaran peningkatan produksi kedelai kedepan di Sumatera Barat, lebih disesuaikan dengan kemampuan petani dan dukungan iklim. Capaian produksi kedelai tahun 2006, 2010 dan sasaran produksi kedelai tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 5. Capaian Produksi Kedelai Tahun 2006, 2010 dan SasaranProduksi Kedelai Tahun ,000 2,500 2,000 1,500 1, Produksi (Ton) 1,438 1,924 2,079 2,194 2,315 2,443 2,

93 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat d. Kacang Tanah Dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada periode 5 tahun kedepan ( ), disamping komoditi padi, jagung dan kedelai, juga akan dikembangkan komoditi kacang tanah. Kondisi produktivitas kacang tanah yang diproduksi petani di sentra-sentra produksi saat ini masih jauh di bawah potensi genetiknya, karena belum diterapkannya aplikasi paket teknologi sesuai anjuran. Peningkatan produksi kacang tanah lebih diprioritaskan untuk memenuhi konsumsi dan bahan baku industri rumah tangga yang akan diupayakan melalui gerakan perluasan areal tanam kacang tanah dan penggunaan benih unggul. Capaian produksi kacang tanah tahun 2006, 2010 dan sasaran produksi kacang tanah tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 6. Capaian Produksi Kacang Tanah Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Kacang Tanah Tahun ,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, Produksi (Ton) 10,116 9,162 11,908 9,597 10,796 11,876 13,

94 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat e.hortikultura Keragaman pencapaian produksi tahun terhadap komoditi hortikultura kedepan juga perlu mendapat perhatian. Pada tahun konsentrasi pengembangan komoditi hortikultura difokuskan pada komoditi sayuran (cabe, kentang, kubis, tomat), komoditi buah-buahan (jeruk, pisang, manggis, markisah), dan pengembangan kawasan tanaman hias. Usaha agribisnis hortikultura (buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias) merupakan sumber pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena didukung dengan keunggulan berupa nilai jualnya yang tinggi, jenisnya beragam, tersedianya sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Untuk meningkatkan mutu dan daya saing produksi pertanian akan dilakukan registrasi kebun dengan target kedepan adalah sebagai berikut : Tabel 10. Target Kegiatan Peningkatan Mutu Dan Dan Daya Saing Produksi Pertanian No. 1 2 KEGIATAN Registrasi Kebun (kebun) Penerapan GAP/SOP TARGET KINERJA PERTAHUN

95 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Capaian produksi beberapa komoditi hortikultura tahun 2006, 2010 dan sasaran produksi tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 7. Capaian Produksi Cabe Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Cabe Tahun ,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Produksi (Ton) 27,265 39,557 48,874 51,191 54,300 54,820 55,

96 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Grafik 8. Capaian Produksi Kentang Tahun 2010 dan Sasaran Produksi Kentang Tahun ,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, Produksi (Ton) 31,949 29,529 28,027 33,329 35,582 37,272 Grafik 9. Capaian Produksi Kubis Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Kubis Tahun , ,000 80,000 60,000 40,000 20, Produksi (Ton) 75,604 92,127 93,562 78,866 99, , ,

97 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Grafik 10. Capaian Produksi Tomat Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Tomat Tahun ,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Produksi (Ton) 22,346 38,581 39,353 60,231 45,901 48,655 51,574 Grafik 11. Capaian Produksi Jeruk Tahun 2010 dan Sasaran Produksi Jeruk Tahun ,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, Produksi (Ton) 31,615 33,196 35,820 36,598 40,428 45,

98 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Grafik 12. Capaian Produksi Pisang Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Pisang Tahun , , , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20, Produksi (Ton) 39,132 94, , , , , ,559 Grafik 13. Capaian Produksi Manggis Tahun 2010 dan Sasaran Produksi Manggis Tahun ,000 20,000 15,000 10,000 5, Produksi (Ton) 12,471 14,080 14,000 17,420 19,012 20,

99 Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Grafik 14. Capaian Produksi Markisah Tahun 2006, 2010 dan Sasaran Produksi Markisah Tahun , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20, Produksi (Ton) 94, , , , , , ,000 Disamping itu dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan akan dilaksanakan penanaman buah-buahan di lahan pekarangan dimana sampai akhir tahun 2015 tertanam pekarangan rumah tangga petani dengan buahbuahan sebagaimana grafik berikut ini

Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015 BAB I. PENDAHULUAN

Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 2011-2015 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pertanian secara umum dan pembangunan sub sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan daerah Propinsi

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Padang, September 2016 Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat

Kata Pengantar. Padang, September 2016 Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Kata Pengantar Puji dan syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat Periode 2017 2021

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Padang, 22 Agustus 2016 Plt. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Ir. Besli NIP

Kata Pengantar. Padang, 22 Agustus 2016 Plt. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Ir. Besli NIP Kata Pengantar Puji dan syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Periode 2016 2021 yang merupakan acuan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jln. Raya Padang-Indarung Km. 8 Bandar Buat Padang LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 I. II. III. IV.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KATA PENGANTAR

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KATA PENGANTAR PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jln. Raya Padang-Indarung Km. 8 Bandar Buat Padang LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Pertanian Dalam Angka Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek ini telah tersusun sebagai

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 1 Kedudukan Satuan Kerja Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, ditetapkan berdasarkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR LAMPIRAN - 3

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 VISI : "MEWUJUDKAN PETANI SEJAHTERA MELALUI PERTANIAN BERKELANJUTAN" MISI 1 TUJUAN : MENINGKATKAN KUALITAS AGROEKOSISTEM : MENINGKATKAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN 94 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA JAWA TIMUR Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK 1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Rekapitulasi Matrik Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif SKPD Tanaman Pangan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

2. RENSTRA SKPD (Ringkasan) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

2. RENSTRA SKPD (Ringkasan) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK 2. RENSTRA SKPD (Ringkasan) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Rekapitulasi Matrik Rencana, Kegiatan, Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif SKPD Tanaman Pangan dan Hortikultura

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D 29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN 2003 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN

PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN 2016-2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah subhanallahu wa ta ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-nya, sehingga penyusunan Rencana

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Pekanbaru, Desember 2015 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU,

KATA PENGANTAR. perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Pekanbaru, Desember 2015 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU, KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Riau disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Dokumen ini memuat tentang

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA A. Program dan Indikasi Kegiatan Program merupakan instrumen kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus BAB XII DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 224 Susunan Organisasi Dinas Pertanian dan Peternakan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

.000 WALIKOTA BANJARBARU

.000 WALIKOTA BANJARBARU SALINAN.000 WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA BANJARBARU DENGAN

Lebih terperinci

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) 9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1. Tinjauan Substansi RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1 Kota Prabumulih 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Keinginan Pemerintah dan tuntutan dari publik saat ini adalah adanya transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan negara. Dasar dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 1 LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI SULAWESI SELATAN

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI SULAWESI SELATAN Perubahan Rencana Kerja (RENJA) Tahun 2016 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 pada Bab IX menyatakan bahwa Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR TAHUN 2016

PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR TAHUN 2016 PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGANTAR. Surabaya, Desember 2015 Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur

PENGANTAR. Surabaya, Desember 2015 Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur [i] PENGANTAR Pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam menunjang perekonomian di Jawa Timur. Jadi sudah selayaknya unsur-unsur pembangunan pertanian tetap menjadi perhatian, salah satunya adalah

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018 Target Kinerja Sasaran RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018 Indikator Target Kegiatan Anggaran Penanggung Triwulan Sasaran Indikator Kinerja Volume Satuan Program / Kegiatan Kegiatan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jl. AIPDA KS. TUBUN NO 7 TELP./FAX (0260) 411323, SUBANG 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian

Lebih terperinci

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 85,281,211, BELANJA LANGSUNG 123,982,604,692.00

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 85,281,211, BELANJA LANGSUNG 123,982,604,692.00 Urusan Pemerintahan Organisasi : : 2.01 URUSAN PILIHAN Pertanian 2.01.01 Dinas Pertanian Tanaman Pangan KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,621,890,000.00 00 00 1 2 Retribusi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G SALINAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TANAH LAUT BUPATI TANAH LAUT, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR i2- TAHUN 2014 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, dan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu wilayah untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakatnya, dan pembangunan merupakan suatu

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id -1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 117 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 117 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 117 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 113 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA PEKANBARU

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 39 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 39 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI RIAU 1 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 39 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. Bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya. BAB. I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini merupakan salah satu alat instrument untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya. Pendekatan

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 13 ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN 2.1. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Gambar 2.1. Bawang Merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN

DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN Jln. Raya Padang-Indarung Km. 8 Bandar Buat Padang 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Sasaran RKPD yang akan dicapai dalam Renja SKPD : Meningkatkan Perekonomian Daerah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah dan akan terus memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah, baik secara langsung dalam pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur, sebagai salah satu lumbung pangan nasional, telah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional melalui pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK Jl. Lintas Sumatera Km 20 Telp. (0755) 31566,Email:pukabsolok@gmail.com RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK TAHUN 2015 AROSUKA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN

RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR Kabupaten Musi Rawas memiliki luas baku lahan 635.717,15 Ha dengan

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan potensi wilayah dengan peluang yang cukup prospektif salah satunya adalah melalui pengembangan agrowisata. Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci