BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan anatra Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi terhadap bentuk penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di setiap daerah Kabupaten/Kota sebagai wilayah yang memiliki kewenangan otonomi. Semangat reformasi di bidang politik, pemerintahan dan pembangunan serta kemasyarakatan juga telah mewarnai upaya pendayagunaan aparatur negara dengan tuntutan mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan, pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance (LAN dan BPKP, 2000:1). Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk dapat mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Dalam rangka itu, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna. Perlunya sistem pertanggungjawaban daerah atas segala proses tindakan yang dibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen akuntabilitas daerah. Inilah bagian terpenting untuk ditata, yang pada akhirnya menjadi instrumen good governance. Perhatian pemerintah yang sungguh-sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi harapan masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan mampu menyediakan barang dan jasa serta pelayanan yang optimal. Kinerja instansi pemerintah akhir-akhir ini menjadi sorotan terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalan dari instansi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit untuk dilakukan secara obyektif. Pengukuran kinerja suatu instansi hanya lebih ditekankan kepada kemampuan instansi tersebut dalam menyerap anggaran. Suatu instansi dikatakan berhasil melaksanakan tugas pokok dan fungsinya apabila dapat menyerap seratus persen anggaran pemerintah, walaupun hasil maupun dampak dari pelaksanaan program tersebut masih jauh di bawah standar. Untuk 1

2 dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah, maka seluruh aktivitas instansi tersebut harus dapat diukur, dan pengukuran tersebut tidak semata-mata kepada input (masukan) dari program akan tetapi lebih ditekankan kepada keluaran, proses, manfaat dan dampak. Sistem pengukuran kinerja yang merupakan elemen pokok dari laporan akuntabilitas instansi pemerintah akan mengubah paradigma pengukuran keberhasilan. Melalui pengukuran kinerja, keberhasilan suatu instansi pemerintah akan lebih dilihat dari kemampuan instansi tersebut, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya sesuai dengan rencana yang telah disusun. Banyak para peneliti yang telah meneliti tentang peranan LAKIP sebagai fungsi pengukuran kinerja. Diantaranya Santere dan Bates (1996) meneliti tentang hubungan antara hasil kerja atau kinerja dengan pembayaran gaji di sektor publik. Penelitian ini menggunakan regresi berganda (multiple regression) dengan dua variabel yakni produktivitas dan karakteristik pekerjaan, dan menggunakan bentuk persamaan semi log. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkatnya keseragaman pekerjaan pegawai pajak, dan produktivitasnya maka akan meningkatkan gaji pegawai pajak tersebut. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud pertanggungjawaban terhadap keberhasilan dan kegagalan tingkat kinerja yang dicapai. Oleh karena itu LAKIP instansi harus disusun secara jujur, obyektif, akurat dan transparan. Selain itu LAKIP juga harus memenuhi bebrapa ciri laporan antara lain relevan, tepat waktu, dapat dipercaya/diandalkan, mudah dimengerti, dalam bentuk yang menarik, berdaya banding tinggi (reliable), berdaya uji (verifiable), lengkap, netral, padat dan mengikuti standar pelaporan yang ditetapkan. LAKIP juga menilai kinerja dinas yang ada di daerah dalam mengemban tugas pokok dan fungsinya, sehingga diharapkan dinas-dinas tersebut dapat melaksanakan setiap kegiatannya sesuai dengan yang direncanakan sebagai perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan ataupun kegagalan dari pelaksanaan visi, misi dan strategi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sebagai perwujudan kewajiban instansi pemerintah itu pula maka Dinas Kebudyaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata sebagai pelaksana dalam Bidang Kebudayaan dan Pariwisata daerah, mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan sesuai Rencana Strategis yang telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata tahun 2010 dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja yang telah ditetapkan 2

3 sebelumnya dan hasil dari Capaian Kinerja pelaksanaan kegiatan dapat diketahui melalui Pengukuran Kinerja sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan Lembaga Administrasi Negara (LAN) No. 239/IK/6/8/2003 tentang Penyusunan LAKIP. Penyusunan LAKIP Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi dan secara intern dapat mendorong Disbudpar untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi secara baik dan akuntabel sehingga dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, dan responsive terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan. B. MAKSUD DAN TUJUAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan media akuntabilitas yang dapat dipakai oleh instansi pemerintah untuk mengukur, mengevaluasi kinerja serta melakukan analisis dan interpretasi terhadap pencapaian target kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selama 1 (satu) tahun anggaran (tahun 2010). Adapun maksuda dan tujuan penyusunan LAKIP ini adalah: a. Maksud Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kebudayaan dan Pariwisaga tahun 2010 disusun dengan maksud untuk melihat tingkat pencapaian kinerja baik kinerja program dan kegiatan yang telah dilaksanakan maupun akuntabilitas/pertanggungjawaban keuangan pada tahun dimaksud. b. Tujuan 1. Mengukur, mengevaluasi dan menganalisis kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata selama tahun Meningkatkan Akuntabilitas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata sebagai penanngung jawab urusan Kebudayaan dan Pariwisata. 3. Sebagai bahan acuan perbaikan perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan di tahun yang akan datang. C. GAMBARAN UMUM TUGAS POKOK DAN FUNGSI SKPD Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten mempunyai tugas melaksanakan urusan wajib bidang kebudayaan dan urusan pilihan pariwisata dengan kewenangan dan fungsi sebagai berikut: 1. Penyusunan Rencana induk pengembangan kebudayaan skala kabupaten/kota. 2. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan/kota mengenai perlindungan HKI bidang kebudayaan. 3

4 3. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota mengenai kriteria sistem pemberian penghargaan/anugerah bagi insan/lembaga yang berjasa di bidang kebudayaan. 4. Pelaksanaan kebijakannasional/provinsi danpenetapan/kota mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala kabupaten/kota. 5. Pelaksanaan kebijakannasional/provinsi sertapenetapan kebijakan Kabupaten/kota di bidangpenanaman nilai-nilai tradisi, pembinaan karakter dan pekerti bangsa. 6. Pelaksanaan kebijakannasional/provinsi danpenetapan kebijakan Kabupaten/kota dalam pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan lembaga adat skala kabupaten/kota. 7. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan operasional perfilman skala kabupaten/kota. 8. Pemberian izin usaha terhadap pembuatan film oleh tim asing skala kabupaten/kota. 9. Pemberian perizinan usaha perfilman di bidang pembuatan film, pengedaran film, penjualan dan penyewaan film (VCD, DVD), pertunjukan film (bioskop), pertunjukan film keliling, penayangan film melalui media elektronik, dan tempat hiburan 10. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan /kota di bidang kegiatan standarisasi profesi dan teknologi perfilman. 11. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota mengenai kerjasama luar negeri di bidang perfilman. 12. Pengawasan dan pendataan film dan rekaman video yang beredar, perusahaan persewaan dan penjualan rekaman video serta kegiatan evaluasi dan laporan pelaksanaan kebijakan perfilman skala kabupaten/ kota. 13. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota mengenai kegiatan standarisasi di bidang peningkatan produksi dan apresiasi film skala kabupaten/ kota. 14. Monitoring dan evaluasi pengembangan perfilman skala kabupaten/kota. 1. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota mengenai standarisasi pemberian izin pengiriman dan penerimaan delegasi asing di bidang kesenian. 4

5 2. Penerbitan rekomendasi pengiriman misi kesenian dalam rangka kerjasama luar negeri skala kabupaten/kota. 3. Penetapan kriteria dan prosedur penyelenggaraan festival, pameran, dan lomba tingkat kabupaten/kota. 4. Penerapan dan monitoring implementasi SPM bidang kesenian skala kabupaten/ kota. 5. Pemberian penghargaan kepada seniman yang telah berjasa kepada dan Negara skala kabupaten/kota. 6. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pelatihan kesenian skala kabupaten/ kota. 7. Penerapan dan pelaksanaan prosedur perawatan dan pengamanan aset benda kesenian (karya seni) skala kabupaten/kota. 8. Pelaksanaan pembentukan dan/atau pengelolaan pusat kegiatan kesenian skala kabupaten/kota 9. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota peningkatan bidang apresiasi seni tradisional dan non tradisional. 10. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota dalam rangka perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kesenian skala kabupaten/kota. 15. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota di bidang penulisan sejarah lokal dan sejarah kebudayaan daerah skala kabupaten/kota. 16. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota di bidang pemahaman sejarah nasional, sejarah wilayah, sejarah lokal dan sejarah kebudayaan daerah. 17. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota di bidang inventarisasi dan dokumentasi sumber sejarah dan publikasi sejarah. 18. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota pemberian penghargaan tokoh yang berjasa terhadap pengembangan sejarah. 19. Penerapan pedoman peningkatan pemahaman sejarah dan wawasan kebangsaan skala kabupaten/kota. 5

6 20. Pelaksanaan pedoman penanaman nilai-nilai sejarah dan kepahlawanan skala kabupaten/kota. 21. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota mengenai database dan sistem informasi geografi sejarah. 22. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota mengenai koordinasi dan kemitraan pemetaan sejarah skala kabupaten/kota. 23. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota penyelenggaraan diklat bidang sejarah skala kabupaten/kota 24. Pelaksanaan pedoman mengenai hasil ratifikasi konvensi internasional "Cultural Diversity, Protection on Cultural Landscape, Protection on Cultural and Natural Heritage" skala kabupaten/kota. 25. Penerapan kebijakan perlindungan, pemeliharaan, dan pemanfaatan BCB/situs skala kabupaten/kota. 26. Penetapan BCB/situs skala kabupaten/kota. 27. Penerapan kebijakan penyelenggaraan dan pengelolaan museum dikabupaten/kota. 28. Penerapan pedoman penelitian arkeologi. 29. Penerapan pedoman pendirian museum yang dimiliki kabupaten/kota. 30. Penerapan pedoman hasil pengangkatan peninggalan bawah air skala kabupaten/ kota. 31. Penyelenggaraan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan skala kabupaten/kota, meliputi: a. Penanaman nilai-nilai tradisi serta pembinaan watak dan pekerti bangsa. b. Pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan lembaga adat. c. Pengembangan jaringan informasi kebudayaan. d. Peningkatan kemitraan dengan berbagai pihak terkait, lembaga adat dan masyarakat. e. Advokasi lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan lembaga adat. 32. Monitoring dan evaluasi kegiatan skala kabupaten/kota meliputi: a. Pelaksanaan dan hasil kegiatan. 6

7 b. Pengendalian dan pengawasan kegiatan. c. Pelaksanaan kebijakan nasional, norma dan standar serta pedoman penanaman nilai-nilai budaya bangsa di bidang tradisi pada masyarakat. d. Pelaksanaan peningkatan apresiasi seni tradisional dan non tradisional tingkat kabupaten/kota. e. Pelaksanaan peningkatan apresiasi film skala kabupaten/kota. f. Pelaksanaan kebijakan sejarah lokal skala kabupaten/kota. 33. Pengajuan usul rekomendasi pembebasan fiskal untuk kegiatan misi kesenian Indonesia ke luar negeri dari kabupaten/kota. 34. Penyelenggaraan kegiatan revitalisasi dan kajian seni di kabupaten/kota. 35. Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan peningkatan apresiasi seni tradisional dan modern di kabupaten/kota. 36. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional perfilman skala kabupaten/kota. 37. Penyelenggaraan kegiatan festival pameran dan lomba secara berjenjang dan berkala di tingkat kabupaten/kota. 38. Pengawasan pembuatan film oleh tim asing di kabupaten/ kota. 39. Pemberian izin pelaksanaan kegiatan-kegiatan festival film dan pekan film di kabupaten/ kota. 40. Fasilitasi organisasi/lembaga perfilman di kabupaten/kota. 41. Penapisan dan pengawasan peredaran film dan rekaman video di kabupaten/kota 42. Fasilitasi advokasi pengembangan perfilman di tingkat kabupaten/kota. 43. Perizinan membawa BCB ke luar kabupaten/kota dalam satu provinsi. 44. Penyebarluasan informasi sejarah lokal di kabupaten/ kota. 45. Pelaksanaan pemberian penghargaan bidang sejarah lokal di kabupaten/kota. 46. Pelaksanaan kongres sejarah tingkat daerah di kabupaten/ kota. 47. Pelaksanaan lawatan sejarah tingkat lokal di kabupaten/ kota. 48. Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah lokal dalam perspektif nasional di kabupaten/kota. 49. Pelaksanaan musyawarah kerja daerah bidang sejarah skala kabupaten/kota. 50. Pengkajian dan penulisan sejarah daerah dan sejarah kebudayaan daerah di kabupaten/kota. 7

8 51. Pemetaan sejarah skala kabupaten/kota. 52. Koordinasi dan kemitraan bidang sejarah di kabupaten/kota. 53. Penanganan perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan BCB/situs warisan budaya dunia skala kabupaten/kota. 54. Registrasi BCB/situs dan kawasan skala kabupaten/kota. 55. Pengusulan penetapan BCB/situs provinsi kepada provinsi dan penetapan BCB/situs skala kabupaten/kota. 56. Penyelenggaraan kerjasama bidang perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan BCB/situs skala kabupaten/kota. 57. Penanganan perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan BCB/situs warisan budaya dunia skala kabupaten/kota. 58. Registrasi BCB/situs dan kawasan skala kabupaten/kota. 59. Pengusulan penetapan BCB/situs provinsi kepada provinsi dan penetapan BCB/situs skala kabupaten/kota. 60. Penyelenggaraan kerjasama bidang perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan BCB/situs skala kabupaten/kota. 61. Koordinasi, dan fasilitasi, peningkatan peranserta masyarakat dalam perlindungan pemeliharaan dan pemanfaatan BCB/situs skala kabupaten/kota. 62. Perizinan survei dan pengangkatan BCB/situs bawah air sampai dengan 4 (empat) mil laut dari garis pantai atas rekomendasi pemerintah. 63. Pengembangan dan pemanfaatan museum kabupaten/kota. 64. Registrasi museum dan koleksi di kabupaten/kota. 65. Penyelenggaraan akreditasi museum di kabupaten/kota. 66. Penambahan dan penyelamatan koleksi museum di kabupaten/kota. 67. Pelaksanaan kebijakan nasional, provinsi dan penetapan kebijakan skala kabupaten/kota: a. RIPP kabupaten/kota. b. Pelaksanaan kebijakan nasional, provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota dalam pengembangan system informasi pariwisata. c. Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan kebijakan kabupaten/kota dalam penerapan standarisasi bidang pariwisata. d. Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan pedoman pengembangan destinasi pariwisata skala kabupaten/ kota. 8

9 e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan kebijakan dalam pembinaan usaha dan penyelenggaraan usaha pariwisata skala kabupaten/ kota. f. Penetapan dan pelaksanaan pedoman perencanaan pemasaran skala kabupaten/kota. g. Penetapan dan pelaksanaan pedoman partisipasi dan penyelenggaraan pameran/event budaya dan pariwisata skala kabupaten/kota. h. Penetapan dan pelaksanaan pedoman dan penyelenggaraan widya wisata skala kabupaten/kota. i. Penetapan dan pelaksanaan pedoman kerjasama pemasaran skala kabupaten/kota. 67. Pemberian izin usaha pariwisata skala kabupaten/ kota. 68. Pelaksanaan kerjasama internasional pengembangan destinasi pariwisata skala kabupaten/kota. 69. Pelaksanaan kerjasama pengem-bangan destinasi pariwisata skala kabupaten/ kota. 70. Monitoring dan evaluasi pengembangan pariwisata skala kabupaten/kota. 71. Penyelenggaraan promosi skala kabupaten/kota: a. Penyelenggaraan widya wisata skala kabupaten/kota serta mengirim dan menerima peserta grup widya wisata. b. Peserta/penyelenggara pameran/ event, roadshow bekerja sama dengan pemerintah/provinsi. c. Pengadaan sarana pemasaran skala kabupaten/ kota. d. Pembentukan perwakilan kantor promosi pariwisata di dalam negeri skala kabupaten/kota. e. Penyediaan informasi pariwisata ke pusat pelayanan informasi pariwisata provinsi dan pembentukan pusat pelayanan informasi pariwisata skala kabupaten/ kota. f. Pelaksanaan event promosi di luar negeri dengan koordinasi pemerintah dan provinsi. 72. Pengembangan system informasi pemasaran pariwisata skala kabupaten/kota. 73. Penerapan branding pariwisata nasional dan penetapan tagline pariwisata skala kabupaten/ kota. 9

10 74. Rencana induk pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata nasional skala kabupaten/kota. 75. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota dalam pengembangan sumber daya manusia kebudayaan dan pariwisata skala kabupaten/kota. 76. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten/kota penelitian kebudayaan dan pariwisata skala kabupaten/kota. 77. Pelaksanaan rancangan induk penelitian arkeologi nasional oleh kabupaten/kota berkoordinasi dengan Balai Arkeologi. Untuk menunjang tugas pokok dan fungsi tersebut di atas maka Berdasarkan Keputusan Bupati Lembata No. 43 Tahun 2008 tertanggal 12 Desember 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata dapat di jelaskan struktur organisasi kelembagaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam menjalankan tupoksinya secara hirarkis yang terdiri dari: 1. Kepala Dinas; 2. Sekretariat Dinas, yang membawahi Subbag. Umum dan Kepegawaian Subbag. Administrasi Keuangan, Subbag. Perencanaan Program 3. Bidang Kebudayaan, membawahi Seksi Kebudayaan Nilai Tradisi Sejarah dan Kepurbakalaan Seksi Kerjasama Kelembagaan 4. Bidang Kesenian dan Perfilman membawahi Seksi Pengembangan Kesenian Tradisional Seksi Pembinaan Kelompok Seni Sekolah dan Masyarakat Seksi Pendataan dan Pengawasan Seni dan Perfilman 5. Bidang Pariwisata yang membawahi Seksi Pengembangan Obyek dan Daya tarik Wisata Seksi Sumberdaya Pariwisata Seksi Pemasaran Pariwisata Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata terbentuk sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lembata Nomor; 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lembata. 10

11 BAB II PERENCANAAN STRATEGIS A. RENSTRA SKPD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata sebagai salah satu insan/pelaku pariwisata pemerintah Kabupaten Lembata dalam setiap membaca dan menjawab realitas perkembangan kepariwisataan yang ada dalam lingkungan lokal, nasional maupun internasional selalu tidak terlepas/ berdasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan, yaitu Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata tahun Dengan menggunakan cara pendekatan perencanaan strategis yang jelas dan sinergis, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata diharapkan dapat lebih menyelaraskan visi, misinya dengan potensi, peluang dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan akuntabilitas kinerjanya. Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata secara spesifik /subtansial juga memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran yang berupa Kebijakan dan Program yang terurai dalam berbagai kegiatan strategis, sebagai berikut : 1. Visi Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata adalah KABUPATEN LEMBATA SEBAGAI DESTINASI WISATA BUDAYA BAHARI BERBASIS ALAM YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN MAJU DAN SEJAHTERA Pernyataan visi diatas dilandasi dengan pemahaman bahwa pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Lembata pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan : a. Visi Kabupaten Lembata yang ingin menjadikan Lembata Sebagai Daerah Tujuan Wisata dalam pengembangan ekonomi terpadu pariwista, perlu ditindaklanjuti dengan berbagai langkah yang terprogram dan terstruktur dengan baik. Untuk merealisasikan keinginan tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berkewajiban untuk mewujudkan keinginan tersebut melalui tahapan-tahapan yang secara realistis dapat dilakukan. Tahun 2011 dianggap sebagai waktu yang cukup relevan untuk mengevaluasi pelaksanaan program-program yang telah dilakukan. Penentuan tahapan pembangunan lima (5) tahunan, dipandang tepat 11

12 dipakai sebagai terminal dilakukannya evaluasi. Pada tahun , Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan visi : Kabupaten Lembata Sebagai Destinasi wisata budaya bahari berbasis alam yang berwawasan lingkungan maju dan sejahtera, dan diharapkan pada tahun 2021/2022 Kabupaten Lembata terwujud menjadi Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Nusa Tenggara Timur maupun di Indonesia. b. Kabupaten Lembata secara historis, memiliki modal dasar yang dapat diunggulkan melalui Panorama alam nan indah mempesona dan menantang untuk dijelajahi. Budaya dan tradisi unik nan berkelas sangat menarik untuk dinikmati. Warisan budaya berupa situs-siyus buaya dan peninggalan lainnya merupakan simbol kebesaran budaya masa lalu yang tidak terbantah. Berbagai sarana rekreasi dan berbagai sarana / prasarana pendukung pariwisata dan transportasi memudahkan wisatawan untuk datang dari berbagai tempat untuk datang dan memilih produk-produk wisata yang berkualitas. Selain itu adanya produk-produk wisata wisata yang memungkinkan untuk dikemas dan bernilai jual tinggi. Produk-produk yang harus dilestarikan eksistensinya dan dinaikkan tingkat kenyamanannya. c. Berwawasan budaya, dapat diartikan sebagai cerminan watak dan perilaku insan pariwisata yang selalu mengedepankan budaya timur, Perilaku insan pariwisata yang peduli dalam sikap sehari-harinya. Ramah tamah, gotong royong, gaya hidup bersih, berbudi pekerti baik, dan sopan santun. Agenda Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Panca Program) ke 2 (dua) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Serta Pengembangan Ekonomi Terpadu Pariwisata dan Budaya. d. Agenda Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Panca Program ) ke 2 yang salah satu titik fokus pembangunanya adalah Pembedayaan Masyarakat dan Desa serta Pengembangan Ekonomi Terpadu Pariwisata. Upaya lain untuk menjadikan Lembata sebgai Kabupaten 1 Pulau yang ramah lingkungan merupakan langkah tindak lanjut pemerintah dalam pendekatan Desa Wisata Mandiri Pariwisata yang profesional dalam Pembentukan dan Pengembangan Organisasi Manajemen Pariwisata (Destination Management Organization). e. Konsistensi terhadap keputusan (perencanaan) yang telah dibuat, sering menjadi barang yang sangat mahal dewasa ini. Berbagai kebijaksanaan yang belum tuntas dilaksanakan, sudah berganti dengan kebijakan baru. Perencanaan yang 12

13 tersistem, integrated yang muncul dari analisa yang tajam serta disepakati oleh seluruh unsur stakeholder perlu dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan berkesinambungan (sustainable tourism development). Seluruh Pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan harus berorientasi pada asas adil dan merata serta sebanyak mungkin menciptakan peluang kerja tanpa meninggalkan kaidah, etika, kemandirian dan profesional. f. Kepariwisataan Indonesia adalah pariwisata yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Berdasarkan konsep tersebut, maka konsep yang sebaiknya dipakai sebagai landasan adalah : Pariwisata yang berbasis masyarakat (community based tourism). Rasa ikut memiliki (sense of belongings) perlu ditumbuhkan dengan menanamkan pemahaman tentang arti penting pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan Pemerintah Kabupaten Lembata. 2. Misi Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata. merupakan sesuatu yang diemban untuk dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sehingga dapat mewujudkan Visi yang hendak dicapai seperti tersebut di atas; Sedangkan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata adalah : 1. Melaksanakan Penelitian, seni dan budaya secara komprehensif, terpadu dan berkelanjutan 2. Memanfaatkan seni budaya daerah Kabupaten Lembata bagi pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata 3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Insfrastruktur Pendukung Pariwisata 4. Melaksanakan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Untuk Daya Tarik Wisata 5. Memberdayakan semua komponen masyarakat untuk berperanserta dalam bidang kebudayaan dan pariwisata 6. Memperkenalkan Potensi DTW Alam, Budaya dan hasil-hasil kerajinan ke Nusantara dan Mancanegera melalui event-event pameran, festival dan kunjungan kerja. 7. Peningkatan kerjasama kebudayaan dan pariwisata di wilayah Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Lembata-Pulau Flores-Kabupaten Alor dan Kota Kupang 13

14 8. Menjadikan pariwisata sebagai wahana pemberdayaan masyarakat, meningkatkan kreatifitas, penciptaan dan pemerataan kesempatan kerja dan berusaha. 3. Tujuan Dan Sasaran Tujuan Untuk memberikan fokus bagi pencapaian misi yang diemban maka dirumuskan tujuan dan sasaran dari masing-masing misi dengan berpedoman pada prioritas daerah diuraikan sebagai berikut: 1. Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Kebudayaan dan Kepariwisataan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. 2. Meningkatkan fungsi dinas dalam teknis pelayanan sebagi pelayan public agar terpenuhinya tingkat kebutuhan masyarakat 3. Meningkatkan kwalitas pelayananan pariwisata yang berbasis budaya serta pelestarian nilai-nilai budaya. 4. Terwujudnya Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah yang berbasis budaya. 5. Terwujudnya Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata dan Budaya yang efektif dan terpadu. 6. Terwujudnya Pembinaan dan Pengawasan Daya Tarik Wisata yang berkelanjutan berbasis budaya. 7. Terciptanya kualitas pembangunan dan manajemen pariwisata yang berwawasan lingkungan melalui pola kemitraan. 8. Menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan 9. Menilai Pencapaian Sasaran, Tujuan dan Kinerja Pembangunan Daerah Berdasarkan Indikator dan Sasaran Kinerja yang ditetapkan. 10. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia aparatur perencana Sasaran 1. Meningkatnya Kesadaran dan Partisipasi masyarakat terhadap pelestarian budaya serta lingkungan pariwisata 2. Meningkatnya kualitas pelayanan kebutuhan dasar masyarakat 3. Meningkatnya pemanfaatan Sumber Daya Budaya dan Pariwisata yang ramah lingkungan melalui pengembangan Ekowisata. 14

15 4. Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan pariwisata berbasis domestik sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan kebudayaan dan pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan. 5. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan program Sapta Pesona yang termuat dalam 7 (tujuh) Daya Tarik Wisata. 6. Meningkatnya sarana dan prasaana pendukung pariwisata 7. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kebudayaan dan Pariwisata 8. Lestarinya dan berkembangnya nilai-nilai kebudayaan daerah dalam rangka memperkokoh identitas dan jati diri dalam mengembangkan kepariwisataan daerah. 9. Meningkatnya sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan nilainilai budaya dan Sapta Pesona. 10. Tersedianya Areal/Kawasan Pariwisata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 11. Bertambahnya kuantitas dan kualitas usaha jasa dalam bidang Kebudayaan dan Pariwisata dalam rangka penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambah dan pendapatan. 12. Telaksananya system kadernisasi dan peningkatan Sumber Daya Aparatur serta mekanisme perjenjangan karir secara obyektif, procedural dan prestatif. 13. Meningkatnya sumber-sumber pendapatan dinas untuk daerah pada semua bidang dan jenis usaha dalam sektor pariwisata dan budaya. B. RENCANA KINERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN Strategi dan Arah Kebijakan a. Strategi Untuk mencapai tujuan dan sasaran, maka Disbudpar Kabupaten Lembata harus menetapkan strategi yang tepat agar tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai, antara lain: 1. Memberikan kesempatan kepada PNS untuk mengikuti Diklat yang berkaitan dengan pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Bidang Kebudayaan dan Pariwisata pada Lembaga Penyelenggara yang kredibel dan berkompeten; 2. Meningkatkan profesionalisme aparat perencana dalam mengantisipasi dan menghadapi era demokratisasi dan globalisasi serta ; 15

16 3. Meningkatkan sistem ketatalaksanaan dan sinergisitas pegawai; 4. Mengisi jabatan struktural dan fungsional yang lowong; 5. Pengembangan sistem pelaksanaan, pemantauan, pengawasan dan pertanggungjawaban kinerja dinas kebudayaan dan pariwisata tepat waktu; 6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana aparatur untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan eksistensi Disbudpar sebagai institusi pengelolan, pengendali dan promosi kebudayaan dan pariwisata daerah. b. Kebijakan Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh pihak-pihak terkait dan ditetapkan oleh pimpinan sebagai pedoman atau petunjuk bagi setiap usaha atau kegiatan aparatur dan masyarakat/stakeholders dalam upaya pencapaian sasaran, tujuan, misi dan organisasi. Sehubungan dengan itu, kebijakan yang akan dilaksanakan oleh Disbudpar Kabupaten Lembata pada tahun adalah : Kebijakan Internal : 1. Peningkatan kualitas lingkungan internal; 2. Pengembangan data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai dasar pengembangan dan pemasaran kebudayaan dan pariwisata; 3. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan pada bidang kebudayaan dan pariwisata daerah yang terpadu. 4. Peningkatan koordinasi pengendlian, pengelolaan dan pengembangan pemasaran pariwisata dan budaya yang berdampak pada pembangunan Ekonomi Sosial budaya, prasarana wilayah. Kebijakan Eksternal 1. Pengembangan kerjasama pembangunan yang terpadu bidang kebudayaan dan pariwisata; 2. Kebijakan pengembangan pemanfaatan ruang terpadu 16

17 2. Program dan Kegiatan a. Non Urusan 1. Program dan Kegiatan 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran a. Kegiatan Penyediaan Jasa Pelayanan Administrasi Perkantoran b. Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor Barang Cetakan dan Penggandaan c. Kegiatan Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan d. Kegiatan Rapat Rapat Koordinasi dan Konsultasi 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur a. Kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas b. Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Gedung c. Kegiatan Pemeliharaan Rutin / Berkala Gedung 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur a. Kegiatan Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang Undangan 4. Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan melalui kegiatan a. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Laporan Keuangan 5. Program Peningkatan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara a. Kegiatan Perayaan Hari Besar Nasional dan Daerah Lainnya 6. Program Perencanaan Pembangunan Sektoral a. Kegiatan Penyusunan Renstra, Renja dan RKA/DPA/DPPA SKPD b. Program Dan Kegiatan Pada Urusan Wajib Kebudayaan 1. Program Pengembangan Nilai Budaya a. Kegiatan Pelestarian dan Aktualisasi Adat Budaya Daerah b. Kegiatan Pemberian Dukungan, Penghargaan dan Kerjasama di Bidang Budaya. 2. Program Pengelolaan Keragaman Budaya a. Kegiatan Fasilitasi Penyelenggaraan Festival Budaya Daerah c. Program Dan Kegiatan Pada Urusan Pilihan Pariwisata 1. Program Pembangunan, Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Fasilitas Pariwisata 17

18 a. Kegiatan Rehabilitasi Sedang/Berat Sarana dan Prasarana Wisata 2. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata a. Kegiatan Pelaksanaan Promosi Pariwisata Nusantara di Dalam dan Luar Negeri. 3. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata a. Kegiatan Pengembangan Obyek Pariwisata Unggulan 4. Program Pengembangan Kemitraan Pariwisata a. Kegiatan Pelaksanaan Koordinasi Pembangunan Kemitraan Pariwisata b. Kegiatan Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan Kemitraan Pariwisata 5. Program Penataan Peraturan Pariwisata a. Kegiatan Penyusunan Kebijakan, Norma, Standar dan Prosedur Bidang Pariwisata 18

19 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor: PER/09/M.PAN/5/2007 tangal 16 Desember 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah dan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor: 239/IK/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah maka setiap Instansi Pemerintah diharuskan menyajikan Indikator Kinerja (Key Performance Indicator) pada LAKIP tahun Indikator Kinerja merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Tujuan penetapan Indikator Kinerja di Lingkungan Instansi Pemerintah adalah untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik dan untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Pemilihan dan Penetapan Indikator Kinerja harus memenuhi karakteristik indikator kinerja yang baik dan cukup memadai guna pengukuran kinerja unit organisasi yang bersangkutan yaitu : spesifik, dapat dicapai, relevan, menggambarkan keberhasilan sesuatu yang diukur dan dapat dapat dikuantifikasi dan diukur. 1. Indikator Kinerja Merujuk pada Peraturan diatas maka Indikator Kinerja Utama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata merujuk pada RPJMD Kabupaten Lembata. Gambaran untuk Indikator Kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata dapat di lihat pada table di bawah ini: 19

20 Tabel III.1 INDIKATOR KINERJA Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata No Program Indikator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian I Pengembangan Nilai Budaya Pelestarian dan Aktualisasi Adat Budaya Daerah Jumlah Sanggar Seni Yang Kelompok Ikut Serta dalam Kegiatan Jambore Pariwisata di Rote Ndao Jumlah Sanggar Seni Yang Kelompok Di berikan Dukungan,Pendampingan Penghargaan dan Kerjasama di Bidang Budaya II Pengelolaan Keragaman Budaya Fasilitasi Penyelenggaraan 100 Festival Budaya Daerah Jumlah Sanggar Yang Ikut Kelompok dalam Pelaksanaan Festival Kesenian Daerah Tingkat Provinsi di Kupang Jumlah Even Tahunan/ Festival yang dilaksanakan Buah III Pembangunan, Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Fasilitas 20

21 Pariwisata Rehabilitasi Sedang/Berat Sarana dan Prasarana Wisata Jumlah Sarana Prasarana Wisata yang di Rehab/Dibangun ~ Pagar Kawat Berduri Meter ~ Jaringan Anir Bersih Unit IV Pengembangan Pemasaran Pariwisata Pelaksanaan Promosi Pariwisata Nusantara di Dalam dan Luar Negeri. Jumlah Wisatawan Yang Orang % singgah di Lembata dalam Sail Indonesia V Pengembangan Destinasi Pariwisata Pengembangan Obyek Pariwisata Unggulan Jumlah Obyek Wisata Buah Unggulan yang di tata dan diikutsertakan dalam Lomba Penataan DTW VI Pengembangan Kemitraan Pariwisata Pelaksanaan Koordinasi Pembangunan Kemitraan Pariwisata 21

22 Jumlah Pelaku Usaha Jasa Pariwisata yang diberikan Pembinaan dan Pendampingan Jumlah Kelompok Sadar Wisata yang mengikuti Lomba Pokdarwis Tingkat Provinsi Orang Kelompok VII Penataan Peraturan Pariwisata Penyusunan Kebijakan, Norma, Standar dan Prosedur Bidang Pariwisata Jummlah Kebijakan, Norma, standard dan Prosediur bidang Pariwisata (Perda RIPKA) yang disusun Buah Capaian Kinerja Dari gambaran Indikator Kinerja diatas dapat di Jelaskan Capaian Kinerja sebagai berikut: 1. Jumlah Sanggar Seni Yang Ikut Serta dalam Kegiatan Jambore Pariwisata di Rote Ndao terealisasi 1 kelompok dari target 1 kelompok sehingga capaian kinerjaanya 100%. 2. Jumlah Sanggar Seni Yang Di berikan Dukungan,Pendampingan Penghargaan dan Kerjasama di Bidang Budaya terealisasi 6 Kelompok dari Target 6 Kelompok Sehingga Capaian Kinerjanya 100% 3. Jumlah Sanggar Yang Ikut dalam Pelaksanaan Festival Kesenian Daerah Tingkat Provinsi di Kupang terealisasi 1 kelompok dari target 1 kelompok sehingga capaian kinerjanya 100% demikian juga dengan jumlah 22

23 event/festival budaya tahunan yang dilaksanakan terealisasi 1 event dari target 1 event sehingga capaian kinerjanya 100% 4. Jumlah Sarana Prasarana Wisata yang di Rehab/Dibangun yaitu : Pagar Kawat Berduri terealisasi 200 Meter dari target 200 Meter dan Jaringan Air bersih terealisasi 1 unit dari Target 1 Unit sehingga capaian kinerjanya 100% 5. Jumlah Wisatawan Yang singgah di Lembata dalam Sail Indonesia terealisasi 45 orang dari target 100 orang sehingga capaian kinerjanya adalah : 45% 6. Jumlah Obyek Wisata Unggulan yang di tata dan diikutsertakan dalam Lomba Penataan DTW terealisasi 9 DTW dari target 9 DTW sehingga capaian kinerjanya 100% 7. Jumlah Pelaku Usaha Jasa Pariwisata yang diberikan Pembinaan dan Pendampingan terealisasi 20 Orang dari Target 20 Orang sehingga capaian kinerjanya adalah 100% 8. Jumlah Kelompok Sadar Wisata yang mengikuti Lomba Pokdarwis Tingkat Provinsi terealisasi 1 kelompok dari Target 1 kelompok sehingga capaian kinerjanya adalah 100% 9. Jummlah Kebijakan, Norma, standard dan Prosediur bidang Pariwisata (Perda RIPKA) yang disusun terealisasi 1 buah dari Target 1 buah sehingga capaian kinerjanya adalah 100% B. AKUNTABILITAS KEUANGAN Untuk mempertanggungjawabkan seluruh kinerja Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Lembata yang akuntabel, maka pengukuran penghitungannya tidak hanya dilihat dari sisi akuntabilitas kinerja kegiatan saja tetapi juga mencakup akuntabilitas kinerja keuangan. Akuntabilitas kinerja keuangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata wajib dilakukan karena merupakan suatu pertanggungjawaban keuangan suatu kegiatan yang menyangkut seberapa banyak serapan keuangan yang efektifitas dan efisiensi antara rencana tingkat capaian kinerja (target) dengan realisasi. Akuntabilitas/Pertangungjawabn keuangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata dapat di Lihat pada table di bawah ini: 23

24 Tabel III, 2 TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN TAHUN 2010 Nomor Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian (%) A Pendapatan Asli Daerah ,37 1 Retribusi Daerah ,33 a Retribusi Penggantian Biaya Administrasi b Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggraahan/Villa c Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ,24 2 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah a Jasa Giro Pemegang Kas b Sumbangan Pihak ketiga: Sumbangan Pejabat Struktural

25 Tabel III.3 SERAPAN KEUANGAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN 2010 No Program/Kegiatan Pagu Realisasi Berdasarkan SPJ % Realisasi Fisik % A Belanja Administrasi , Umum/ Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai/Personalia , (Gaji dan Tunjangan) B Belanja Langsung , URAIAN REALISASI BELANJA LANGSUNG PER PROGRAM DAN KEGIATAN I Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1 Kegiatan Penyediaan Jasa Pelayanan Administrasi Perkantoran 2 Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor Barang Cetakan dan Penggandaan 3 Kegiatan Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan 4 Kegiatan Rapat Rapat Koordinasi dan Konsultasi II Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur , , , , ,

26 1 Kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas 2 Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Gedung 3 Kegiatan Pemeliharaan Rutin / Berkala Gedung IV Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur 1 Kegiatan Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang Undangan V Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan melalui kegiatan 1 Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Laporan Keuangan VI Program Peningkatan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara 1 Kegiatan Perayaan Hari Besar Nasional dan Daerah Lainnya VII Program Perencanaan Pembangunan Sektoral 1 Kegiatan Penyusunan Renstra, Renja dan RKA/DPA/DPPA SKPD ,

27 VIII Program Pengembangan Nilai Budaya 1 Kegiatan Pelestarian dan Aktualisasi Adat Budaya Daerah 2 Kegiatan Pemberian Dukungan, Penghargaan dan Kerjasama di Bidang Budaya IX Program Pengelolaan Keragaman Budaya 1 Kegiatan Fasilitasi Penyelenggaraan Festival Budaya Daerah X Program Pembangunan, Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Fasilitas Pariwisata 1 Kegiatan Rehabilitasi Sedang/Berat Sarana dan Prasarana Wisata XI Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata 1 Kegiatan Pelaksanaan Promosi Pariwisata Nusantara di Dalam dan Luar Negeri. XII Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 1 Kegiatan Pengembangan Obyek Pariwisata Unggulan , , , ,

28 XIII Program Pengembangan Kemitraan Pariwisata 1 Kegiatan Pelaksanaan Koordinasi Pembangunan Kemitraan Pariwisata 2 Kegiatan Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan Kemitraan Pariwisata Program Penataan Peraturan Pariwisata Kegiatan Penyusunan Kebijakan, Norma, Standar dan Prosedur Bidang Pariwisata , , Dari tabel diatas dapat dilita bahwa banyak program dan kegiatan yang realisasinya 100% (seratus persen). Dari realisasi program dan kegiatan tersebut di akumulasikan menjadi Kinerja Kegiatan Dinas Kebudayan dan Pariwisata dengan Hasil Pengukuran Kinerja Kegiatan yang mencapai 97,16% C. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Permasalahan-permasalahan yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata dapat dijelaskan sebagai berikut: Mata Pencaharian disektor pariwisata cukup lambat disadari oleh masyarakat sebagai mata pencaharian yang layak dan menjanjikan, mengingat Sumber Daya Manusia yang rendah maka cenderung diserahkan kepada SDM dari luar. Dana Promosi pariwisata daerah terbatas, terkendala dalam pengaanggaran/pembiayaan. Belum terbentuknya kesepahaman tentang format pengembangan kepariwisataan antara stakeholders. 28

29 Teknologi informasi telah dimanfaatkan untuk promosi dan layanan pariwisata namun masih dalam tahap awal. Menurunnya fungsi institusi adat akibat dijalankannya Undang-Undang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Agraria. Pengaruh globalisasi/modernisasi menjadikan lunturnya nilai-nilai budaya lokal diengah masyarakat. Perbedaan pemahaman/persepsi terhadap nilai-nilai budaya diantara kelompok masyarakat yang tersebar di 9 Kecamatan. Proses regenerasi/kadernisasi pemilik budaya berjalan lambat. Kompetensi SDM (masyarakat lokal) bidang pariwisata masih rendah. D. LANGKAH LANGKAH ANTISIPASI Meningkatkan Kualitas SDM lokal dibidang layanan jasa kepariwisataan dengan cara melakukan pembinaan dan pendampingan secara berkelanjutan Melakukan terobosan dalam kaitan dengan pendanaan promosi pariwisata di luar APBD Upaya kesepahaman format pengembangan kepariwisataan antara stakeholders. Mengembankan pemanfaat teknologi dan informasi (Internet) dalam pengelolaan layanan pariwisata. Melakukan Revitalisasi peran dan fungsi lembaga adat. Menumbuhkan dan menghargai tatanan dan budaya lokal. Meningkatkan Peran Komunitas (memposisikan masayarakat sebagai subyek) Tingkatkan peran masyarakat sebagai pelaku/pemilik budaya Memberikan Pendampingan yang bersifat kontinyu dalam rangka pengembangan SDM (Masyarakat Lokal) yang bergerak dalam bidang Pariwisata. 29

30 BAB IV P E N U T U P A. KESIMPULAN Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu instrumen yang digunakan oleh setiap instansi untuk memenuhi kewajibannya yaiu mempertanggungjawabkan kinerja yang telah dilaksanakannya dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan wujud akuntabilitas yang dapat dipakai oleh Instansi Pemerintah dalam mengukur, melakukan evaluasi kinerja serta menganalisa dan menginterpretasi pencapaian Target Kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata selama satu tahun anggaran (tahun 2010) B. SARAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada masing-masing SKPD merupakan hal yang penting terutama bagi Kebudayaan dan Pariwisata. Oleh karena itu saran konkrit yang dapat kita telaah bersama yakni terkait dengan sebuah Dokumen LAKIP yang baik, akurat dan dapat dipertanggunjawabkan maka harus disediakan alokasi waktu yang cukup untuk penyelesaiannya demikian pula dengan sistematika penulisannya harus betulbetul diberikan berdasarkan sistematika penulisan yang tepat sehingga tidak menjadi kendala dalam proses penyelesaiannya. Lewoleba, Kepala Dinas, WENSESLAUS OSE,S.SOS.,M.AP Pembina Tk. I NIP

31 31

BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan

BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 17. BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA - 73-1. Kebijakan Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan skala 2. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah

Lebih terperinci

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI - 346 - Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 Q. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan

Lebih terperinci

- 458 - 2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

- 458 - 2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan. - 458 - Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan

Lebih terperinci

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah.

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah. W. BIDANG KEBUDAYAAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kebijakan Bidang 1. 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan skala 2. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA. Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. (0717) Faximile (0717) 92534

BUPATI BANGKA. Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. (0717) Faximile (0717) 92534 BUPATI BANGKA Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat 33215 Bangka Telp. (0717) 92536 Faximile (0717) 92534 SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang :

Lebih terperinci

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun Uraian dan Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun No 1 2 3 1 Sekretariat Melaksanakan kebijakan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Dinas meliputi pengelolaan

Lebih terperinci

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi :

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi : DINAS KEBUDAYAAN Tugas Pokok dan Fungsi : KEPALA DINAS Kepala Dinas mempunyai tugas: 1. menyusun rencana dan program kerja Dinas; 2. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Dinas; 3. merumuskan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAH RAGA, KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 35 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 35 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 35 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. Bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TUGAS POKOK, FUNGSI SKPD

TUGAS POKOK, FUNGSI SKPD B A B 2 TUGAS POKOK, FUNGSI SKPD 2.1. Struktur Organisasi Struktur organisasi dalam Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD), diatur berdasarkan PERDA No. 38 Tahun 2008, tentang struktur organisasi Dinas Kebudayaan

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI DAN TUGAS SERTA TATA KERJA PADA DINAS KEBUDAYAAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dalam rangka mengembangkan potensi kebudayaan dan pariwisata agar lebih berkualitas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata selaku penanggung jawab teknis

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA Dicabut dengan Perwal Nomor 95 Tahun 2013 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 111 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA PEKANBARU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 Dishubkombudpar 55 BAB II PERENCANAANKINERJA A. RENCANA STRATEGIS SKPD Penetapan Visi,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelakasanaan otonomi daerah, daerah diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna bersih dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

b. pelaksanaan koordinasi kebijakan di bidang kepemudaan, keolahragaan, pengembangan destinasi pariwisata, dan pemasaran pariwisata dan ekonomi

b. pelaksanaan koordinasi kebijakan di bidang kepemudaan, keolahragaan, pengembangan destinasi pariwisata, dan pemasaran pariwisata dan ekonomi BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

PROFILE DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

PROFILE DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROFILE DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA GAMBARAN UMUM DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN KARAWANG Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karawang dibentuk berdasarkan Perda No.10 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013-2018 DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. JEND. A. YANI NO. 107 TELP. (061) 4528436 FAX (061)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

KEPALA DINAS SEKRETARIS

KEPALA DINAS SEKRETARIS KEPALA DINAS Mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkondisikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat DISPARBUD Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017 RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU KECAMATAN ANGSANA DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Bagan... iv Daftar Singkatan... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG -1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 RENSTRA DISBUDPAR

BAB I PENDAHULUAN 1 RENSTRA DISBUDPAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kebudayaan dan Paiwisata Kabupaten Minahasa Tenggara merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis yang berada di bawah Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Berdasarkan Pedoman Penyusunan LAKIP yang dikeluarkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN), disebutkan bahwa Perencanaan Strategik merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LAMPIRAN IIa : PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TUGAS DAN

Lebih terperinci

T A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

T A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA T A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N 2 0 1 5 Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, atas Rahmat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA B adan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Probolinggo menjalankan amanat Misi Kedua dari RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 2018 yaitu MEWUJUDKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016 RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU KECAMATAN ANGSANA DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Bagan... iv Daftar Singkatan... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 NOMOR 30 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 NOMOR 30 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 30 Tahun 2005 tanggal 16 Nopember 2005, maka Nomenklatur Badan Pengawas Daerah Kabupaten Banyuasin

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI

PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI PEMERINTAH KOTA CIREBON KATA PENGANTAR Menindaklanjuti Peraturan Walikota Cirebon Nomor: 16

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 06-0 DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN Tujuan Sasaran Uraian Indikator Sasaran 06 07 08 09 00 0 Kebijakan Program ) Meningkatkan Meningkatnya kunjungan Jumlah kunjungan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 42 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Renja Kecamatan Pusomaen 2017 KATA PENGANTAR.

Renja Kecamatan Pusomaen 2017 KATA PENGANTAR. TAHUN 2017 KATA PENGANTAR. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita Bangsa Bernegara.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2015

RENCANA KERJA TAHUN 2015 RENCANA KERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN JL. KAPTEN A. RIVAI PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2015 adalah Rencana Operasional

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii i Kata Pengantar Seraya memanjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Kepegawaian Daerah telah dapat melalui tahapan lima tahun kedua pembangunan jangka menengah bidang kepegawaian

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Renja ( Rencana kerja ) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasaman Barat Tahun Indikator Kegiatan

Renja ( Rencana kerja ) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasaman Barat Tahun Indikator Kegiatan Renja ( Rencana kerja ) Dinas Kebudayaan dan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2014 No. Program dan Kegiatan Out Put Indikator Kegiatan Out Come 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran - Penyediaan Pelayanan

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PASURUAN

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci