IMPLEMENTASI SURFACE MOUNTING TECHNOLOGY PADA RANGKAIAN PEMANCAR FM MHz

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI SURFACE MOUNTING TECHNOLOGY PADA RANGKAIAN PEMANCAR FM MHz"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI SURFACE MOUNTING TECHNOLOGY PADA RANGKAIAN PEMANCAR FM MHz Agung Darmawansyah Teknik Elektro Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang Abstrak Salah satu cara untuk memperkecil dimensi instrumen adalah menggunakan komponen SMD (Surface Mount Device) dengan dasar pembuatan menggunakan teknologi film tebal. Komponen SMD dapat langsung dipasang di atas PCB menggunakan Surface Mount Technology (SMT) yaitu penyolderan secara langsung diatas permukaan substrat atau PCB sesuai dengan tataletak komponen yang dibuat. Penelitian ini bertujuan membuat pemancar FM dengan menggunakan komponen SMD sehingga dihasilkan dimensi yang lebih kecil tanpa mengurangi kinerja rangkaian. Frekuensi sinyal termodulasi yang dipancarkan antara MHz dengan daya sebesar 1 watt. Pengujian rangkaian pemancar yang telah terimplementasikan menggunakan teknologi surface mounting dilakukan untuk mengetahui frekuensi osilasi dari osilator, kestabilan frekuensi, daya dari penguat, serta respon keluaran terhadap perubahan frekuensi masukan. Dari hasil pengujian tiap blok rangkaian pemancar FM MHz, didapatkan rangkaian osilator menghasilkan frekuensi osilasi antara MHz dengan keluaran sebesar 0,02mV pp. Rangkaian buffer memberikan penguatan sebesar 15 kali, penguat awal sebesar 22 kali, penguat akhir tingkat pertama sebesar 48 kali, dan penguat akhir tingkat ke-dua sebesar 69 kali. Daya yang dipancarkan sebesar 1,4Watt. Bandwidth dari pemancar FM yang dibuat sebesar 200kHz. Kata Kunci : pemancar FM, Surface Mount Devices, Surface Mount Technology. I. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mempermudah manusia dalam mencapai kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Salah satu bidang teknologi yang berkembang adalah teknologi elektronika. Instrumen elektronik akan memiliki manfaat yang tinggi jika dalam pemakaiannya dapat mempermudah penyelesaian pekerjaan. Instrumen elektronik tidak hanya dituntut untuk mempermudah pekerjaan saja tetapi harus memiliki daya guna yang lebih baik, bentuk yang sederhana, maupun kepraktisannya. Dengan kata lain dimensi alat yang semakin kecil dengan biaya produksi yang rendah. Teknologi yang digunakan untuk memperkecil sirkuit elektronika dikenal dengan mikroelektronika. Teknologi ini diterapkan untuk merealisasikan pembuatan sirkuit elektronika berdimensi kecil hingga mencapai orde mikron dengan pertimbangan tidak mengurangi kemampuan kerja dari instrumen elektronik tersebut. Mikroelektronika terdiri atas teknologi diskret, teknologi film, dan teknologi IC monolitik. Teknologi film terbagi menjadi teknologi film tebal (Thick Film) dan teknologi film tipis (Thin Film) sedangkan untuk teknologi IC monolitik bisa dibedakan atas teknologi IC bipolar dan IC MOS. Gabungan dari teknologi film dan IC monolitik disebut sebagai teknologi hibrid. Film tebal dibuat dengan menggunakan penyablonan sejenis pasta diatas subtrat dan memiliki ketebalan beberapa ribu angstrom. Komponen elektronika yang memanfaatkan teknologi tersebut disebut SMD (Surface Mount Device). Komponen SMD ditempatkan pada pola konduktor dengan cara penyolderan (bonding). Metode penempatan komponen berbentuk chip pada pola konduktor di atas substrat disebut SMT (Surface Mount Technology), dimana tidak diperlukan lubang substrat seperti PCB. Kemampuan pembuatan komponen SMD tersebut menjadikan teknologi hibrid tidak lagi menggunakan cara penyolderan melewati lubang (through hole) pada jalur interkoneksi tetapi dilakukan dengan cara penempelan (mounting). Penempelan komponen komponen SMD diatas PCB atau substrat keramik disebut sebagai Surface Mounting Technology (SMT). Metode tersebut akan digunakan dalam penelitian, sehingga diperlukan kajian mengenai bahan-bahan yang diperlukan dan teknik peletakan komponen SMD dengan cara penempelan. Aplikasi teknologi surface mounting dewasa ini banyak dijumpai pada peralatan telekomunikasi, otomotif, komputer, dan peralatan industri. 195

2 Walaupun demikian teknik fabrikasi rangkaian hibrid belum dikenal di Indonesia dan sampai saat ini belum ada satupun industri yang khusus menghasilkan komponen atau rangkaian hibrid didalam negeri. Indonesia mengimpor rangkaian elektronis hibrid dari Malaysia, Singapura, Thailand, Korea Selatan, dan Taiwan dengan nilai impor sekitar 11 juta dolar AS setiap tahun. Dapat ditarik kesimpulan Indonesia sangat ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang telah memiliki industri untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri maupun untuk diekspor. Dengan demikian perlu dilakukan kajian secara mendalam tentang perancangan dan pembuatan rangkaian elektronis teknologi hibrid menggunakan teknik fabrikasi film tebal, sehingga dapat dihasilkan peralatan elektronis berdimensi kecil dengan unjukkerja yang tinggi selanjutnya dapat dikembangkan ke arah kemampuan memproduksi rangkaian elektronis teknologi hibrid buatan dalam negeri. Salah satu contoh dari perkembangan teknologi mikroelektronika adalah bidang telekomunikasi untuk siaran radio. Siaran radio FM lebih disukai oleh pendengar, karena banyak menawarkan kelebihan dibanding dengan siaran AM. Kelebihan ini antara lain hasil kualitas suara hampir terbesar dari derau dan lebar pita yang disediakan juga sangat lebar sampai frekuensi 200kMz. Dalam siaran radio FM diperlukan 2 komponen penting yaitu pemancar dan penerima FM. Rangkaian pemancar dan penerima FM sudah banyak dijual di pasaran baik dalam bentuk kemasan maupun berupa kit rangkaian jadi tetapi masih memiliki dimensi atau ukuran yang besar. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan teknologi surface mounting. Dalam penelitian ini akan dilakukan implementasi dari komponen SMD pada rangkaian pemancar FM MHz. Untuk komponen pasifnya seperti resistor dan kapasitor menggunakan komponen SMD kecuali komponen tersebut tidak ada di pasaran maka tetap digunakan komponen diskrit, sedangkan untuk komponen aktif tetap menggunakan jenis Small Outline (SO) dengan dimensi yang kecil pula. II. TINJAUAN PUSTAKA Pemancar adalah suatu alat yang berfungsi membawa dan memproses sinyal informasi untuk ditransmisikan. Metode yang dipakai adalah menumpangkan sinyal informasi pada sinyal pembawa yang mempunyai frekuensi lebih tinggi dari pada frekuensi sinyal informasi, memperkuat sinyal, dan memancarkannya ke udara. Sinyal yang mempunyai frekeunsi tinggi tersebut berfungsi membawa sinyal informasi dari pemancar ke penerima, dikenal sebagai sinyal pembawa (carrier). Proses penumpang sinyal informasi pada sinyal pembawa disebut proses modulasi dan sinyal hasil dari proses modulasi disebut sinyal termodulasi (Krauss et. All, 1990: 246) sedangkan piranti tempat terjadinya proses modulasi disebut modulator. Pemancar FM adalah pemancar yang sinyal pembawanya dimodulasi frekuensi oleh sinyal pemodulasi. Berdasarkan ketentuan FCC (Frederal Communication Commission), beberapa hal yang harus dipenuhi dalam merancang suatu pemancar FM (Roddy, 1990 : 362) yaitu: 1. Lebar pita setiap pemancar 200kHz 2. Rentang frekuensi pembawa antara MHz 3. Kestabilan frekuensi pembawa + 2kHz. 4. Deviasi frekuensi maksimum 75kHz 5. Respon sinyal radio 50Hz-15kHz Modulasi adalah proses penumpang sinyal informasi rendah pada suatu sinyal membawa frekuensi tinggi, dengan berubahnya salah satu parameter sinyal pembawa. Pada modulasi frekuensi parameter yang berubah adalah frekuensi sinyal pembawa. Gambar 1 menunjukkan suatu proses modulasi frekuensi. Dibandingkan dengan modulasi amplitudo, modulasi frekuensi memiliki beberapa kelebihan tertentu, terutama adalah bahwa perbandingan S/N dapat ditingkatkan tanpa harus menambah daya yang dipancarkan (tetapi ini harus diimbangi dengan meningkatnya lebar jalur frekuensi yang diperlukan), bentuk-bentuk inteferensi tertentu pada penerima lebih mudah untuk ditekan, dan proses modulasi dapat dilakukan pada pemancar, sehingga tidak diperlukan daya modulasi yang terlalu besar (Roody, 1990 : 331). Dalam sistem modulasi frekuensi, deviasi frekuensi sesaat dari sinyal pembawa berubah-ubah sesuai dengan amplituda sesaat sinyal informasi. 196

3 Gambar 2.1 Proses Modulasi Frekuensi Sumber : Angerbeuer, 1974 Selama akhir 1950-an dan awal 1960-an terdapat suatu minat yang sangat besar dalam mikroelektronika hibrid. Industri elektronika sedang mencari suatu pendekatan baru dalam miniaturisasi yang bisa menghasilkan sistem elektronis yang murah, handal, dan ukuran kecil dengan kompleksitas yang besar. Teknologi monolitik dan hibrid secara aktif telah mengejar dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut di atas. Aktivitas baru ini diarahkan menuju pemanfaatan rangkaian hibrid sebagai suatu pendekatan yang saling melengkapi untuk miniaturisasi mikro yang lebih baik sebagai suatu teknik untuk mengimbangi rangkaian monolitik. Teknologi surface mounting telah berkembang dengan suatu pendekatan pengemasan (packaging), untuk mengambil manfaat dari semua komponen aktif dan pasif yang tersedia untuk memperoleh kinerja rangkaian secara optimum. SMT ditemukan luas dalam aplikasi array rangkaian terintegrasi digital, rangkaian dengan daya besar, rangkaian tegangan tinggi, rangkaian linier ketika kepresisian komponen pasif sangat dibutuhkan, dan dalam aplikasi frekuensi tinggi serta gelombang-mikro. Aplikasi luas rangkaian hibrid telah banyak digunakan Malcom (1982) mengklasifikasikan teknologi mikroelektronika menjadi tiga bagian, yaitu: teknologi film tebal, teknologi film tipis, dan teknologi rangkaian terpadu (integrated circuit). Karena komponen surface mount kecil, maka dapat dipasang sebelah menyebelah pada board, sehingga komponen tersebut mampu mencapai pemakaian yang luas. Berhubungan dengan keuntungan dalam penggunaan teknologi hibrid menggunakan komponen tersebut menyediakan kemudahan dalam mendisain dan memproduksi. Gambar 2 Perbedaan berat komponen IC Surface mounting dengan IC DIP (Dual Inline Package). Di antara manfaat-manfaat tersebut, desain yang terkait yang paling utama adalah penghematan pada berat dan area penempatan/pemasangan dan pengurangan noise elektrik. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2 komponen surface mount dapat memperkecil sampai sepersepuluh dari komponen Dual Inline Package (DIP) konvensionalnya. Penyebabnya adalah suatu pengurangan penting pada berat dari perakitan surface mount itu sendiri. Penghematan berat secara khusus penting untuk aplikasi pesawat terbang dan pesawat ruang angkasa. Oleh karena ukurannya lebih kecil, komponen surface mount menduduki hanya sekitar setengah sampai sepertiga dari tempat 197

4 (ruang) pada papan rangkaian/sirkuit. Gambar 3 menunjukkan perbandingan besar area papan yang digunakan oleh DIP, PLCC, dan kemasan SOIC. Gambar 3 Luas area board yang digunakan pada IC DIP, IC SOIC, dan IC PLCC.(Prassad, 2003) III. METODOLOGI PENELITIAN Bahan penelitian seperti pasta konduktor yang diperlukan diperoleh dari METECH semikonduktor sedangkan komponen SMD dari perusahaan penghasil komponen-komponen SMD. Jenis pasta konduktor yang digunakan adalah palladium perak tipe Bahan penelitian yang berkaitan dengan proses penyablonan menggunakan bahan-hahan yang telah tersedia di pasaran seperti screen, rakel, dan cairan pembersih. Penelitian diawali dengan studi literatur tentang perancangan rangkaian pemancar dan proses teknologi SMT, sehingga diperoleh spesifikasi dan rancangan rangkaian serta prosedur yang harus ditempuh dalam menerapkan teknologi tersebut. Spesifikasi rangkaian pemancar yang dirancang adalah sebagai berikut. Pemancar FM yang dibuat adalah mono Frekuensi sinyal informasi antara 50Hz 15kHz Frekuensi daerah kerja sinyal termodulasi antara Mhz Daya pemancar 1 Watt Penguat daya menggunakan penguat daya kelas A Diagram blok rangkaian pemancar FM ditunjukkan dalam Gambar 2. Antena Oscilato Modulat Buffer Penguat Sumber Gambar 4. Pemancar FM Sinyal informasi dihasilkan oleh sumber audio, sedangkan sinyal pembawa dihasilkan oleh isolator. Kemudian sinyal informasi ini ditumpangkan pada sinyal pembawa sehingga menghasilkan sinyal termodulasi. Karena perubahan frekuensi sinyal termodulasi sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal informasi maka proses ini dikenal dengan modulasi frekuensi. Hasil dari proses modulasi dimasukkan ke rangkaian buffer untuk menjaga agar isolator dan modulator tidak terbebani oleh rangkaian selanjutnya sekaligus juga berfungsi untuk menguatkan level sinyal keluaran dari modulator yang sangat lemah. Karena sinyal yang dihasilkan oleh rangkaian penyangga masih lemah maka diperlukan rangkaian penguat daya. Rangkaian penguat daya yang digunakan adalah penguat daya 198

5 kelas A. Pada bagian tersebut level sinyal dikuatkan sampai sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan sebelum dipancarkan melalui antena. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dengan spesifikasi Intel Pentium IV Prosesor 2,2GHz dan RAM 128 Mb. Perangkat-lunak yang digunakan sebagai penunjang program adalah: Microsoft Office, Visio Technical 2000, PROTEL 9 dan PSPICE 9. IV.PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Perancangan layout rangkaian harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan aturan perancangan. Pembuatan layout ini menggunakan Software Microsoft Visio Profesional Untuk mempermudah proses penggambaran rangkaian dilakukan pembesaran antara 500% sampai 1000% pada bidang gambar. Layout rangkaian hanya berisi jalur konduktor karena dalam perancangan hanya dilakukan pembuatan konduktor, sedangkan resistor dan kapasitor menggunakan komponen SMD. Gambar 5 menunjukkan hasil perancangan layout jalur konduktor. Gambar 5. Layout jalur konduktor Hasil penelitian didapatkan melalui pengukuran dan pengujian yang dilakukan pada rangkaian pemancar yang telah terimplementasikan dengan teknologi surface mounting. Pengukuran dan pengujian tersebut adalah penguatan tegangan penguatan daya awal, penguatan daya akhir pertama dan kedua, pengukuran besar daya keluaran, pengujian rangkaian keseluruhan dengan penerima FM. Besarnya penguatan tegangan dari rangkaian penguat daya awal dan respon keluaran terhadap perubahan frekuensi masukan dengan cara memberikan sinyal masukan sinusioda dari function generator pada terminal masukan dari rangkaian dengan amplitudo sebesar 0,3mVpp dan frekuensi diubah-ubah pada jangkauan yang telah ditentukan antara 88MHz sampai 98MHz. Pada terminal keluaran dihubungkan dengan probe channel 1 dari osiloskop dan diamati besarnya amplitudo gelombang keluarannya. Dari hasil pengujian didapatkan data seperti dalam Tabel 1. Masukan Tabel 1 Data Pengujian Penguat Daya Awal Frekuensi (MHz) Keluaran Penguatan 0,3 88 6,6 22 0,3 90 6,6 22 0,3 92 6,5 21,67 0,3 94 6,6 22 0,3 96 6,7 22,33 0,3 98 6,8 22,67 Multimeter digital digunakan untuk mengukur besarnya arus kolektor dan tegangan keluaran antara terminal kolektor dengan tanah. Dari hasil pengujian diperoleh nilai arus kolektor sebesar 23mA, sedangkan tegangan antara terminal kolektor dengan tanah sebesar 11,98 volt. Dari data hasil pengujian dapat diketahui bahwa terdapat sedikit perbedaan antara perhitungan dengan hasil penguji pada rangkaian penguat daya awal yang dibuat. Pada pengujian dihasilkan penguatan level tegangan sebesar 22,11 kali. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya penyimpangan pada nilai resistensi dan kapasitansi pada komponen SDM yang digunakan. Karena penyimpangan yang terjadi dengan nilai yang relatif kecil maka perbedaan pad hasil keluaran juga 199

6 relatif kecil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rangkaian penguat daya awal telah bekerja sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Untuk mengetahui besarnya penguatan tegangan dari rangkaian penguat daya akhir tingkat I dan respon keluaran terhadap perubahan frekuensi masukan dengan cara memberikan sinyal masukan sinusioda dari Function Generator dengan amplitudo sebesar 6,6mVpp dan frekuensi diubah-ubah pada jangkauan yang telah ditentukan antara 88MHz sampai 98MHz. Pada terminal keluaran dihubungkan dengan probe channel 1 dari osiloskop dan diamati besarnya amplitudo sinyal keluaran. Dari hasil pengujian didapatkan data seperti dalam Tabel 2. Tabel 2 Data Pengujian Penguat Daya Akhir Tingkat I Frekuensi Masukan Keluaran (MHz) Penguatan 6, ,48 6, , ,48 6, ,97 6, , ,48 Multimeter digital digunakan untuk mengukur besarnya arus kolektor dan tegangan antara terminal kolektor dengan tanah. Dari hasil pengujian diperoleh nilai arus kolektor sebesar 70mA, sedangkan tegangan antara terminal kolektor dengan tanah sebesar 11,97 volt. Dari data hasil pengujian dapat diketahui bahwa terdapat sedikit perbedaan antara perhitungan dengan hasil pengujian pada rangkaian penguat akhir tingkat I yaitu dibuat. Pada pengujian dihasilkan penguatan level tegangan sebesar 48,735 kali. Sedangkan untuk mengetahui besarnya penguatan tegangan dari rangkaian penguat daya akhir tingkat II dan respon keluaran terhadap perubahan frekuensi masukan dengan cara memberikan sinyal masukan sinusioda dari Function Generator dengan amplitudo sebesar 320mVpp dan frekuensi diubah-ubah pada jangkauan yang telah ditentukan antara 88MHz sampai 98MHz. Pada terminal keluaran dihubungkan dengan probe channel 1 dari osiloskop dan diamati besarnya amplitudo sinyal keluaran. Dari hasil pengujian didapatkan data seperti dalam Tabel 3. Tabel 3 Data Pengujian Penguat Daya Akhir Tingkat II Frekuensi Keluaran Penguatan (MHz) Masukan , , , , , ,625 Multimeter digital digunakan untuk mengukur arus kolektor dan tegangan antara terminal kolektor dengan tanah. Dari hasil pengujian diperoleh nilai arus kolektor sebesar 101mA, sedangkan tegangan antara terminal kolektor dengan tanah sebesar 11,98volt. Dari data hasil pengujian dapat diketahui bahwa terdapat sedikit perbedaan antara perhitungan dengan hasil pengujian pada rangkaian penguat daya akhir tingkat II yang dibuat. Pada pengujian dihasilkan penguatan level tegangan sebesar 67 kali. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya penyimpangan pada nilai resistansi dan kapasitansi pada komponen SDM yang digunakan. Karena penyimpangan yang terjadi dengan nilai yang relatif kecil maka perbedaan pada hasil keluaran juga relatif kecil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rangkaian penguat daya akhir tingkat II telah bekerja sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Pengukuran besar daya keluaran digunakan untuk mengetahui besarnya daya keluaran dan SWR dari pemancar FM. Terminal keluaran dari rangkaian penguat paling akhir dihubungkan dengan SWR/WATT meter. Untuk pengujian maka frekuensi osilasinya diset pada frekuensi tengah yaitu 98MHz. Data hasil pengukuran menunjukkan SWR untuk frekuensi 98MHz adalah 1,4 sedangkan 200

7 daya keluaran untuk frekuensi 98MHz sebesar 1,3 watt. Data hasil pengukuran menunjukkan adanya penyimpangan daya keluaran yang diinginkan, yaitu dari 1watt menjadi 1,3 watt. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya penyimpangan pada nilai resistans dan kapasitans pada komponen SMD yang digunakan dimana sangat menentukan titik kerja transistor. Karena penyimpangan yang terjadi dengan nilai yang relatif kecil maka perbedaan pada hasil keluaran juga relatif kecil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rangkaian pemancar FM telah bekerja sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Sedangkan dari pengujian rangkaian keseluruhan ini untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang dapat bekerja dengan baik. Diagram blok untuk pengujian rangkaian keseluruhan ditunjukkan dalam Gambar 6. Sumber Audio Pemancar FM Penerima FM Gambar 6. Diagram blok pengujian keseluruhan sistem Dari hasil pengujian diperoleh hasil frekuensi sinyal termodulasi yang dipancarkan dapat diubah-ubah dalam jangka frekuensi antara MHz dan hasilnya mampu diterima dengan baik oleh penerima sampai radius jarak sekitar 15 sampai 20 meter dari pemancar. Setelah lebih dari 20 meter maka sinyalnya akan melemah bahkan hilang karena terpengaruh oleh frekuensi dari pemancar lain yang mempunyai daya lebih kuat daripada pemancar yang dirancang. Untuk mengetahui besarnya bandwidth frekuensi yang dipancarkan dengan cara mengukur frekuensi sinyal yang dipancarkan dengan frequency counter (misalnya 90 MHz), kemudian diukur jangkauan frekuensi yang dapat diterima dengan baik oleh radio antara 88,9MHz sampai 90,1MHzs sehingga bandwidth FM dari pemancar yang dibuat sebesar 200kHz. V. KESIMPULAN Dari perancangan, pembuatan, serta pengujian alat yang telah dilakukan diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Rangkaian osilator mampu menghasilkan frekuensi osilasi antara 88MHz sampai 108MHz. 2. Rangkaian penyangga mampu menguatkan level tegangan sebesar 15 kali, penguat awal mampu menguatkan level tegangan sebesar 22 kali, rangkaian penguat akhir tingkat I mampu menguatkan level tegangan sebesar 48 kali, dan rangkaian penguat akhir tingkat II mampu menguatkan level tegangan sebesar 69 kali. 3. Daya yang dipancarkan sebesar 1 watt. 4. Penggunaan teknologi film tebal dengan memanfaatkan komponen SMD dalam pembuatan alat menghasilkan dimensi alat yang kecil dan praktis disamping memberikan hasil yang mendekati nilai perancangan. DAFTAR PUSTAKA A.K., Sawhrey., 1990, A Course In Electrical and Electronic Measurements and Instrumentation, Nai Sarak Delhi, Dhanpat Rai & Sons Educational and Technical Publishers. Adamson,T.A., 1992, Electronic Communications Second Edition, Delmar Publisher, New York. Anonymous., 1991, SMD and Leaded Dummy Parts Catalog Top Line Components, Garden Grove, California. Anonymous., 1999, 3501 Paladium Silver Conductor Paste and 7600A Multilayer Dielektrik Paste Competition and Certificate of Analysis, Eleverson. Bohn, D.A., Operator Adjustable Filtering System, RaneNote, HTML Public. Brink, O.G., Flink, R.J., Subandi, S., 1985, Dasar-dasar Ilmu Instrumentasi, Binacipta, Bandung. Breed, S., 1998, Stencil Adhesive Deposition, Internasional SMT Journal, HIS Publishing, p Chen, C., 1990, Active Filter Application, Hayden Book Company Inc, Rochelle Park, New Jersey. Champman, A., 1988, Hybrid Circuit Technology: Designing Manufacturable Thin Film Resistor Circuits, McGraw-Hill, Inc., USA. Chen, C., 1982, Active Filter Design, Hayden Book Company Inc, New Jersey. Clark, J., 2001, Question and Answer Regarding Resistance and Sheet Resistance, Jandel Engginering Ltd. 201

2

2 1 2 PEMBUATAN RANGKAIAN PENGUAT AUDIO 300 WATT STEREO MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MIKROELEKTRONIK HIBRID FILM TEBA (HYBRID MICROELECTRONIC THICK FILM) Dr.Agung Darmawansyah,ST.,MT Abstrak Teknologi elektronik

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui apakah hasil rancangan yang dibuat sudah bekerja sesuai dengan fungsinya atau tidak, perlu dilakukan pengujian dan beberapa pengukuran pada beberapa test point

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BOBI KURNIAWAN, JANA UTAMA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

BOBI KURNIAWAN, JANA UTAMA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK PERANCANGAN RADIO PORTABEL UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN DI INDONESIA BERBASIS FREKUENSI MODULASI (FM) DENGAN MENGGUNAKAN MP3, MEMORY CARD, KOMPUTER DAN LINE IN MICROPONE SEBAGAI MEDIA INPUT

Lebih terperinci

PEMBUATAN PEMANCAR FM SEDERHANA UNTUK ALAT PERAGA

PEMBUATAN PEMANCAR FM SEDERHANA UNTUK ALAT PERAGA INDEPT, Vol. 6, No. 1 Februari 2016 ISSN 2087 9245 PEMBUATAN PEMANCAR FM SEDERHANA UNTUK ALAT PERAGA João Dos Reis Tavares 1, Heni Puspita 2 Program Studi Avionik Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung

Lebih terperinci

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT Respati Loy Amanda, Eko Setijadi, dan Suwadi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com MODULASI Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan atau penggabungan sinyal informasi (pemodulasi) kepada gelombang pembawa (carrier), sehingga memungkinkan sinyal

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa Disusun oleh: (Telkom Group) 1. Alwin Bahari 2. Aulya Rahman F 3. Firman Anggoro 4. Gunawan 5. Hafiz Maulana 6. Irfan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI Kompetensi: Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi (modem). Mendesain dan merangkai contoh modulasi dengan perpaduan piranti elektronika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan industri komunikasi pada beberapa dekade di abad ini telah mengalami peningkatan yang luar biasa [1]. Meningkatnya permintaan sistem komunikasi nirkabel

Lebih terperinci

Rangkaian Elektronika

Rangkaian Elektronika Bab 1: Pendahuluan Rangkaian elektronika adalah rangkaian yang dibentuk oleh komponen-komponen elektronika pasif dan aktif yang merupakan suatu satuan untuk pemrosesan isyarat (signal processing). SINYAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI VCR DAN TCR KONDUKTOR PASTA PALLADIUM-PERAK PADA SUBSTRAT ALUMINA DENGAN TEKNOLOGI FILM TEBAL

KARAKTERISASI VCR DAN TCR KONDUKTOR PASTA PALLADIUM-PERAK PADA SUBSTRAT ALUMINA DENGAN TEKNOLOGI FILM TEBAL KARAKTERISASI VCR DAN TCR KONDUKTOR PASTA PALLADIUM-PERAK PADA SUBSTRAT ALUMINA DENGAN TEKNOLOGI FILM TEBAL Publikasi Jurnal Skripsi Disusun Oleh: HERDINTO PRAJA MUKTI NIM. 0910633051-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ABSTRAK Transceiver (transmitter receiver) tidak hanya digunakan untuk komunikasi suara saja tetapi dapat digunakan untuk komunikasi data dengan menggunakan sebuah modem. Untuk komunikasi jarak jauh biasa

Lebih terperinci

Pemancar dan Penerima FM

Pemancar dan Penerima FM Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga budihardja.murtianta@staff.uksw.edu Ringkasan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi menjadi suatu kebutuhan yang penting dalam era globalisasi seperti sekarang ini, salah satu teknologi yang sangat berperan dalam kehidupan bermasyarakat yaitu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol. TAKARIR AC {Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK

KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK Rama Kurnia Pasifik, Bayu Al Fajri, Angga Setya Perdana Program Studi Teknik Elekomunikasi Politeknik Negeri Jakarta, Depok ABSTRAK Dengan kemajuan dalam bidang telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah BAB II PEMBAHASAN.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal berfrekuensi rendah.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Gambaran Umum Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate 64 Kbps untuk melakukan proses modulasi terhadap sinyal data digital. Dalam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Berkala Fisika ISSN : 141-966 Vol. 6, No. 3, Juli 3, hal. 55-6 RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Sapto Nugroho 1, Dwi P. Sasongko, Isnaen Gunadi 1 1. Lab. Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, UNDIP

Lebih terperinci

Elektronika Dasar Ponsel

Elektronika Dasar Ponsel Elektronika Dasar Ponsel Bagaimanapun sebuah ponsel adalah sebuah rangkaian elektronika. Akan tetapi ponsel tidak dapat berfungsi bila tidak diberikan daya atau tegangan (listrik). Sumber listrik Dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015. 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT PENGAMAN SEPEDA MOTOR DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

PEMBUATAN ALAT PENGAMAN SEPEDA MOTOR DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PKMT-2-2-1 PEMBUATAN ALAT PENGAMAN SEPEDA MOTOR DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Haryanto Amanu, Bayu Suhartanto, Benni Indra, Adhadi Cahyono Jurusan Fisika, Universitas Bengkulu, Bengkulu

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK

PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2008 PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK Gumilar Trisyana Putra¹, Budianto², Budi Prasetya³

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

BOOSTER 300 WATT PADA PEMANCAR RADIO FM STEREO MHZ DENGAN MENGGUNAKAN MOS TRANSISTOR

BOOSTER 300 WATT PADA PEMANCAR RADIO FM STEREO MHZ DENGAN MENGGUNAKAN MOS TRANSISTOR BOOSTER 300 WATT PADA PEMANCAR RADIO FM STEREO 88-108 MHZ DENGAN MENGGUNAKAN MOS TRANSISTOR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

Jurnal ILMU DASAR Vol. 5 No.1, 2004 : Misto Staf Pengajar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Jember

Jurnal ILMU DASAR Vol. 5 No.1, 2004 : Misto Staf Pengajar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Jember 55 Desain Tranduser Suhu Dengan Rangkaian Perata Dan Modulator Frekuensi Untuk Transmisi Fiber Optik (Temperature Transducer Desain With Averager And Frequency Modulation Circuit For Fiber Optic Transmission)

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER Eko Supriyatno, Siswanto Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Email : anzo.siswanto@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN IC CMOS LOW PASS FILTER SALLEN-KEY ORDE 2 DENGAN MICROWIND

PERANCANGAN IC CMOS LOW PASS FILTER SALLEN-KEY ORDE 2 DENGAN MICROWIND PERANCANGAN IC CMOS LOW PASS FILTER SALLEN-KEY ORDE DENGAN MICROWIND Beauty Anggraheny Ikawanty Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Beauty_Ikawanty@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI - S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI Dengan kemajuan teknologi, telekomunikasi menjadi lebih cepat, lebih andal dan lebih murah dibandingkan dengan metode komunikasi

Lebih terperinci

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D.

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D. Teknik Telekomunikasi Multimedia -Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya 2012 Arie Setiawan 2209106024 Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D. Latar Belakang Indonesian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SALURAN TRANSMISI. Disusun untuk melaporkan hasil praktikum Saluran Transmisi Semester 4. Dosen Pembimbing Hendro Darmono,B.Eng.

LAPORAN PRAKTIKUM SALURAN TRANSMISI. Disusun untuk melaporkan hasil praktikum Saluran Transmisi Semester 4. Dosen Pembimbing Hendro Darmono,B.Eng. LAPORAN PRAKTIKUM SALURAN TRANSMISI Disusun untuk melaporkan hasil praktikum Saluran Transmisi Semester 4 Dosen Pembimbing Hendro Darmono,B.Eng.,MT KELOMPOK 4 JTD 2A Kiki Lailatul Rahmadhani (1341160013)

Lebih terperinci

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Waluyo 1, Syahrial 2, Sigit Nugraha 3, Yudhi Permana JR 4 Program Studi

Lebih terperinci

APLIKASI RDS (Radio Data Sytem) PADA SIARAN FM KONVENSIONAL

APLIKASI RDS (Radio Data Sytem) PADA SIARAN FM KONVENSIONAL APLIKASI RDS (Radio Data Sytem) PADA SIARAN FM KONVENSIONAL TUGAS AKHIR Disusun Oleh : AHMAD BURHANUDDIN ROSID 201010130312099 JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015 i KATA

Lebih terperinci

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Yogo Tri Saputro 17411549 Teknik Elektro Latar Belakang Pada dasarnya pemancar

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN CAR AUDIO BREAKER BERBASIS MOBILE PHONE THE DESIGN OF MOBILE PHONE-BASED CAR AUDIO BREAKER

RANCANG BANGUN CAR AUDIO BREAKER BERBASIS MOBILE PHONE THE DESIGN OF MOBILE PHONE-BASED CAR AUDIO BREAKER Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer RANCANG BANGUN CAR AUDIO BREAKER BERBASIS MOBILE PHONE THE DESIGN OF MOBILE PHONE-BASED CAR AUDIO BREAKER Albert Mandagi Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON CARA KERJA PENERIMA RADIO Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Template Modul

Lebih terperinci

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 Mulia Raja Harahap, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran

Lebih terperinci

PERANCANGAN RECTENNA (RECTIFIER ANTENNA) SEBAGAI PENGUBAH DAYA ELEKTROMAGNETIK MENJADI OUTPUT DC PADA FREKUENSI WIFI 2,4 GHZ JURNAL SKRIPSI

PERANCANGAN RECTENNA (RECTIFIER ANTENNA) SEBAGAI PENGUBAH DAYA ELEKTROMAGNETIK MENJADI OUTPUT DC PADA FREKUENSI WIFI 2,4 GHZ JURNAL SKRIPSI PERANCANGAN RECTENNA (RECTIFIER ANTENNA) SEBAGAI PENGUBAH DAYA ELEKTROMAGNETIK MENJADI OUTPUT DC PADA FREKUENSI WIFI 2,4 GHZ JURNAL SKRIPSI KONSENTRASI TEKNIK TELEKOMUNIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium Pemodelan Fisika untuk perancangan perangkat lunak (software) program analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Rancang Bangun Modulator FM

Rancang Bangun Modulator FM Rancang Bangun Modulator FM David Satria Efendi* Febrizal** Rahyul Amri** *Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau Kampus Binawidya Km 125 Simpang Baru Panam Pekanbaru

Lebih terperinci

Noise. Lohman Liyanto Untoro

Noise. Lohman Liyanto Untoro Noise Lohman Liyanto Untoro 5103013004 Pokok Bahasan Pendahuluan db dalam komunikasi Noise Perancangan dan Perhitungan Noise Pendahuluan Fungsi sistem telekomunikasi: mengirim informasi dari satu titik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ET-3280 ELEKTRONIKA FREKUENSI RADIO

LAPORAN PRAKTIKUM ET-3280 ELEKTRONIKA FREKUENSI RADIO LAPORAN PRAKTIKUM ET-328 ELEKTRONIKA FREKUENSI RADIO MODUL : 1 PENGUKURAN KARAKTERISTIK PENGUAT FREKUENSI RADIO SINYAL KECIL NAMA : ANAK AGUNG GOLDHA F.P NIM : 1811219 GRUP : 1 HARI : KAMIS TANGGAL : 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini Surface Mount Technology (SMT) telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini Surface Mount Technology (SMT) telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam beberapa tahun terakhir ini Surface Mount Technology (SMT) telah menjadi pilihan dari teknologi manufaktur. Ini dikarenakan SMT lebih murah dibanding

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Bandung, Februari 2015 Penyusun. (Agung Rismawan)

Kata Pengantar. Bandung, Februari 2015 Penyusun. (Agung Rismawan) Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT SINGLE SIDEBAND SUPPRESSED CARRIER (SSBSC) MENGGUNAKAN PHASE SHIFT BERBASIS OP AMP

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT SINGLE SIDEBAND SUPPRESSED CARRIER (SSBSC) MENGGUNAKAN PHASE SHIFT BERBASIS OP AMP Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer RANCANG BANGUN PEMBANGKIT SINGLE SIDEBAND SUPPRESSED CARRIER (SSBSC) MENGGUNAKAN PHASE SHIFT BERBASIS OP AMP THE DESIGN OF SSB SUPPRESSED CARRIER GENERATOR USING OP AMP

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1

PENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1 PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Rangkaian Elektronika Dalam eknologi Audio Visual yang mencakup: teknik pemancar dan penerima audio, serta pemancar dan penerima audio-video.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi VSAT VSAT merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal, awalnya merupakan suatu trademark untuk stasiun bumi kecil yang dipasarkan sekitar tahun 1980 oleh

Lebih terperinci

APLIKASI PERANGKAT LUNAK ELECTRONICS WORKBENCH PADA ALAT ELEKTRONIK ANALOG

APLIKASI PERANGKAT LUNAK ELECTRONICS WORKBENCH PADA ALAT ELEKTRONIK ANALOG Aplikasi Perangkat Lunak Electronics Workbench pada Alat Elektronik Analog (Samuel H. Tirtamihardja) APLIKASI PERANGKAT LUNAK ELECTRONICS WORKBENCH PADA ALAT ELEKTRONIK ANALOG Samuel H. Tirtamihardja ABSTRAK

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB) Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB) Fitria Kumala Trisna, Rudy Yuwono, ST.,MSc, Erfan Achmad Dahlan,Ir, MT Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying Deddy Susilo 1, Budihardja Murtianta 2, Arivia Aurelia Devina Pramono 3 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas

Lebih terperinci

menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal suara dan sinyal-sinyal gambar

menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal suara dan sinyal-sinyal gambar X. BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Sistem Alat yang dibuat merupakan pemancar televisi berwama dengan menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan teknologi semakin pesat, terutama dalam bidang komunikasi data. Komunikasi berarti pengiriman informasi dari pengirim ke penerima

Lebih terperinci

PEMANCAR&PENERIMA RADIO

PEMANCAR&PENERIMA RADIO PEMANCAR&PENERIMA RADIO Gelombang elektromagnetik gelombang yang dapat membawa pesan berupa sinyal gambar dan suara yang memiliki sifat, dapat mengarungi udara dengan kecepatan sangat tinggi sehingga gelombang

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KENDALI PENGENALAN NI ELVIS MEASUREMENT INSTRUMENT

MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KENDALI PENGENALAN NI ELVIS MEASUREMENT INSTRUMENT MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KENDALI PENGENALAN NI ELVIS MEASUREMENT INSTRUMENT A. Tujuan Praktikum 1. Memahami dasar-dasar penggunaan NI ELVIS 2. Memahami analisis rangkaian menggunakan NI ELVIS B. Alat

Lebih terperinci

TELEMETRI Abstrak I. Pendahuluan

TELEMETRI Abstrak I. Pendahuluan TELEMETRI Abstrak Telemetri (sejenis dengan telematika) adalah sebuah teknologi yang membolehkan pengukuran jarak jauh dan pelaporan informasi kepada perancang atau operator sistem. Kata telemetri berasal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Tujuan Pengukuran dan Analisis Tujuan pengukuran dan analisis pada proyek akhir ini adalah untuk mengetahui karakteristik, level tegangan dan frekuensi dari suatu sinyal

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014

KISI-KISI SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 KISI-KISI SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BIDANG LOMBA: APLIKASI ELEKTRONIKA (ELECTRONIC APPLICATION) PENYUSUN: 1. Drs. Herry Sudjendro, M.T

Lebih terperinci

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A VI. ANALISA DATA Percobaan SSB dan DSB yang pertama sinyal audio dengan gelombang sinus 1kHz dan amplitudo 2Vpp dimodulasi dengan carrier. Sinyal audio digabung

Lebih terperinci

Pertemuan 2 DASAR-DASAR SISTEM KOMUNIKASI

Pertemuan 2 DASAR-DASAR SISTEM KOMUNIKASI Pertemuan 2 DASAR-DASAR SISTEM KOMUNIKASI Tujuan Menyebutkan elemen dasar sistem komunikasi dengan diagramnya Membedakan antara bentuk komunikasi analog dan komunikasi digital Menjelaskan pentingnya keberadaan

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM TRANSMITTER DENGAN PSEUDO NOISE CODE

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM TRANSMITTER DENGAN PSEUDO NOISE CODE FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM TRANSMITTER DENGAN PSEUDO Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2] BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi begitu pesat, dari generasi ke generasi lahir berbagai inovasi yang merupakan objek pembaharuan penunjang kehidupan manusia. Di bidang komunikasi

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 JUDUL AMPITUDE SHIFT KEYING GRUP 4 3A PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA ISSN: 1693-6930 39 SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA Adi Wisaksono Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN GROUND PENETRATING RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN PIPA BAWAH TANAH

RANCANG BANGUN GROUND PENETRATING RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN PIPA BAWAH TANAH RANCANG BANGUN GROUND PENETRATING RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN PIPA BAWAH TANAH Amir D Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln Banda Aceh-Medan Km

Lebih terperinci

TEKNIK MODULASI AMPLITUDO (AM) DAN MODULASI FREKUENSI (FM).

TEKNIK MODULASI AMPLITUDO (AM) DAN MODULASI FREKUENSI (FM). PROYEK PENINGKAAN PPPG IPA BANDUNG Pokok permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. EKNIK MODULASI AMPLIUDO (AM) DAN MODULASI FREKUENSI (FM). Oleh: Kardiawarman, Ph.D. DAFAR ISI KAA PENGANAR PENGEMBANG

Lebih terperinci

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta DEMODULASI DELTA DEMODULASI DELTA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com INTISARI Demodulasi Delta merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 4 Modulasi Frekuensi

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 4 Modulasi Frekuensi TKE 2102 TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 4 Modulasi Frekuensi Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009 B

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip dasar pengukuran. Mengukur arus,

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci

MAKALAH Speaker Aktif. Disusun oleh : Lentera Fajar Muhammad X MIA 9/18. SMA 1 KUDUS Jl. Pramuka 41 telp. (0291)

MAKALAH Speaker Aktif. Disusun oleh : Lentera Fajar Muhammad X MIA 9/18. SMA 1 KUDUS Jl. Pramuka 41 telp. (0291) MAKALAH Speaker Aktif Disusun oleh : Lentera Fajar Muhammad X MIA 9/18 SMA 1 KUDUS Jl. Pramuka 41 telp. (0291) 431368. KUDUS-59319 1 Kata Pengantar Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji hanya milik Allah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Perancangan sistem dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Perancangan sistem dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Perancangan sistem dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014, bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

Modul 02: Elektronika Dasar

Modul 02: Elektronika Dasar Modul 02: Elektronika Dasar Alat Ukur, Rangkaian Thévenin, dan Rangkaian Tapis Reza Rendian Septiawan February 4, 2015 Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang beberapa hal mendasar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire.

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi radio, pengiriman dan penerimaan data dilakukan melalui transmisi ruang udara bebas. Sistem ini disebut juga sebagai teknologi komunikasi wireless

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat sudah dapat digunakan sesuai dengan perencanaan yang ada. Pengujian dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN S-PARAMETER PADA PERANGKAT DUPLEXER DAN KABEL COAXIAL DENGAN FREKUENSI MHz

ANALISIS PENGUJIAN S-PARAMETER PADA PERANGKAT DUPLEXER DAN KABEL COAXIAL DENGAN FREKUENSI MHz Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PENGUJIAN S-PARAMETER PADA PERANGKAT DUPLEXER DAN KABEL COAXIAL DENGAN FREKUENSI 1.800 MHz ANALYSIS OF S-PARAMETER TESTING ON DUPLEXER DEVICE AND COAXIAL CABLE

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN AMMETER DC TIPE NON-DESTRUCTIVE BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN SENSOR EFEK HALL ACS712

RANCANG BANGUN AMMETER DC TIPE NON-DESTRUCTIVE BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN SENSOR EFEK HALL ACS712 RANCANG BANGUN AMMETER DC TIPE NON-DESTRUCTIVE BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN SENSOR EFEK HALL ACS712 Dwi Cahyorini Wulandari, Wildian Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci