ANALISIS TENTANG INTERAKSI SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO
|
|
- Djaja Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS TENTANG INTERAKSI SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO Oleh RABI R. DAMA Jurusan Bimbingan dan Konseling Program Studi SI Pembimbing I :Dra. Rena. L. Madina M.Pd Pembimbing II : Meiske Puluhulawa M.Pd A B S T R A K Penelitian ini dilaksanakan disekolah SMA Negeri 1 paguyaman Kabupaten Boalemo. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah analisis tentang kemampuan interaksi sosial siswa. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan interaksi sosial siswa disekolah SMA Negeri 1 paguyaman kabupaten Boalemo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan tekni pengumpulan data melalui wawancara. Hasil penelitian menujukkan Sosial Siswa SMA Negeri 1 Paguyaman kualitas interaksi sosial siswa masih rendah, yang dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti, Guru belum mampu memperhatikan interaksi sosial siswa, masih terdapat siswa yang bersikap tidak sopan satun saat berbicara menggunakan kata-kata yang kasar, masih terdapat sebagian siswa yang membentuk kelompok yang hanya sesuai dengan latar belakang. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan harus ada usaha dan dukungan dari pihak sekolah, orang tua serta pemerintah yang bertanggung jawab dalam peningkatan interaksi sosial siswa. Kata Kunci:Analisis tentang kemampuan interaksi sosial siswa Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan dapat memberikan kontribusinya dalam membina interaksi sosial siswa. Hasil interaksi social siswa di sekolah mencakup kemampuan siswa dalam berinteraksi dalam lingkungan sekolah. Melalui hasil interaksi tersebut diharapkan terjadinya sebuah perubahan pada diri siswa dalam satu kecenderungan dalam bertingkah laku (Suparlan, 2004:2009). Dalam hal ini merupakan suatu sasaran yang dapat dilihat dari hasil interaksi siswa yang diharapkan dapat diperhatikan oleh seluruh lembaga pendidikan. Perubahan interaksi siswa diharapkan memiliki sebuah bentuk hubungan yang baik antara induvidu dengan lingkungannya. Demikian pula. Pada aspek sikap siswa diharapkan memiliki perilaku dan karakter yang menjadi modal dalam melakukan
2 hubungan dan tindakan sosial. Hasil interaksi ini merupakan suatu kegiatan pendidikan yang merupakan proses perubahan perilaku yang dituntun secara alamiah dan spontan (Sumaatmadja, 2002:41) Oleh karena itu kemampuan interaksi sosial siswa diharapkan dapat berkembang secara wajar sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada pada lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah wilayah dan tempat siswa berada sesuai dengan tradisi dan budaya yang melekat pada wialayah tersebut yang disepakati oleh masyarakat menjadi norma sosial yang harus dipahami dan ditaati oleh siapa pun. Permasalahan yang dihadapi dalam lembaga pendidikan saat ini adalah kecenderungan kegiatan yang lebih mengutamakan pada aspek pengetahuan dan keterampilan dengan mengesampingkan aspek sikap. Hal ini tampak dapat dilihat pada kebijakan pendidikan yang lebih mengedepankan penilaian dan evaluasi keberhasilan siswa dibidang pengetahuan seperti Ujian Sekolah dan Ujian Nasional yang bersifat teoritis. Pada akhirnya kebijakan ini berdampak pada pemahaman siswa itu sendiri bahwa aspek sikap ini yang merupakan salah satu kompetensi yang diharapkan kurang menjadi perhatian. Para siswa beranggapan bahwa jika dia sudah mendapat juara di kelasnya, dia termasuk siswa yang sudah berhasil walaupun sikap dan perilakunya tidak baik.padahal perilaku merupakan modal siswa dalam melakukan interaksi sosial dengan kehidupan masyarakat kelak. Dampak lain yang banyak ditemui adalah kemampuan interaksi siswa semakin rendah, misalnya perilaku siswa yang hanya mementingkan diri sendiri, tidak ada tata kramah, tidak saling menegur, serta tidak saling peduli antara satu dengan yang lain. Di samping itu juga kecenderungan siswa untuk mengelompokan dirinya sesuai dengan latar belakang ekonomi, dalam hal ini siswa itu sendiri membentuk kelompok sejenis seperti siswa yang berasal dari golongan orang kaya, yang tidak mau berteman dengan orang tidak mampu. Dari segi tindakan sosial, sebagian besar siswa tidak memperhatikan nilainilai dan karakter bangsa yang saling tolong menolong. Jika ada teman yang kesulitan dianggap sebagai beban dan tidak ada kepedulian dan rasa empati terhadap teman tersebut. Pada akhirnya hasil belajar siswa pada aspek sikap dan perilaku menjadi sesuatu yang kurang penting di lembaga sekolah. Hal ini di akibatkan dari kurangnya pembinaan dari seluruh lembaga pendidikan.
3 Kenyataan ini yang ditemui peneliti pada siswa SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tampak bahwa sebagian besar kemampuan interaksi sosial siswa sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan interaksi siswa baik dalam melakukan komunikasi sosial maupun dalam melakukan tindakan sosial khususnya di lingkungan sekolah yang belum sesuai dengan harapan yang di butuhkan peneliti dalam melakukan kajian lebih dalam tentang permasalahan ini. Observasi awal yang dilaksanakan peneliti pada 30 orang siswa Kelas X SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo yang merupakan wakil-wakil kelas paralel, terdapat 15 orang atau 50% yang menunjukkan interak sisosial yang baik sedangkan sisanya 15 0rang atau 50% tidak memperlihatkan interaksi sosial sesuai yang diharapkan. Pada aspek berkomunikasi tampak sebagian besar yang memperlihatkan kurang ramah, kurang senyum dan tidak sopan santun bahkan sebagian besar siswa berbicara dengan kata-kata yang kasar seperti komunikasi yang tidak sesuai dengan aturan yang ada di dalamlingkungan sekolah dan sebagainya. Demikian pula padaaspektindakansosial, sebagianbesarsiswatidakpedulidenganteman-temannya yang dalam keadaan susah, di mana mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri. Pemasalahan tersebut, memerlukan perhatian dari seluruh pihak, yang berkenaan dengan kemampuan interaksi sosial siswa, yang sangat penting dalam pengembangan moral siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Permasalahan ini bertentangan pula dengan nilai-nilai dan norma sosial bangsa kita yang mengutamakan sopan santun dan keramah tamahan siswa serta saling tolong-menolong dalam segala hal. Di samping itu interaksi sosial siswa merupakan modal dalam melakukan interaksi dalam masyarakat kelak. Siswa merupakan generasi muda yang diharapkan dapat terjun kemasyarakat dengan modal sikap dan perilaku yang salah satunya adalah perilaku yang mampu berinterak sisosial baik dengan lingkungan sekitar,. Ditinjau dari segi komunikasi sosial maupun cara bertindak sosial, sesuai dengan norma dan budaya bangsa Indonesia, karena siswa merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma sosial. Menelaah harapan dan kenyataan pada latar belakang, peneliti menyimpulkan bahwa sangat perlu di lakukan penelitian untuk menganalisis kemampuan interaksi sosial siswa melalui indicator komunikasi siswa dan tindakan sosial dengan alas an bahwa kemampuan sosial siswa merupakan suatu dari kompetensi dalam kurikulum yang diharapkan menjadi perhatian, dalam kemampuan berinteraksi sosial ini merupakan modal bagi siswa dalam mengembangkan pola keteraturan dan dinamika kehidupan sosial di masyarakat.
4 Berdasarkan penjelasan maka dari itu peneliti merumuskan penelitian dengan judul Analisis Tentang Kemampuan Interaksi Sosial Siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka identifikasi masalah sesuai dengan analisis tentang kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, sebagai berikut : a. Kemampuan interaksi siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo masih rendah. b. Sebagian siswa masih memperihatkan sikap angkuh dan acuh tak acuh dengan teman-temannya c. Terdapat siswa yang menujukan sikap yang tidak sopan santun dalam berbicara dengan kata-kata yang kasar. d. Sebagian siswa membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan latar belakang ekonomi. e. Siswa tidak saling menghargai sesama teman maupun sesama kelompok (kelas). Siswa tidak saling tolong menolong dalam kesusahan atau yang terkena musibah. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo? b. Apa faktor pendukung dan penghambat kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo? Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: a. Mengetahui kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. b. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Manfaat penelitian ini baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memperkaya secara logis kajian dalam wawasan berpikir tentang pengembangan interaksi sosial terutama pada siswa pada jenjang sekolah menengah atas. b. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian dapat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial bagi siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo.
5 Kajian Teori Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan masyarakat (Wiyono, 2007:234). Oleh karena itu secara umum interaksi sosial dapat diartika sebagai hubungan yang terjadi dalam sekelompok induvidu yang saling berhubungan baik dalam berkomunikasi maupun melakukan tindakan sosial. Interaksi sosial merupakan pula salah satu prinsip integritas kurikulum pembelajaran yang meliputi keterampilan berkomunikasi, yang bekerja sama yang dapat untuk menumbuhkan komunikasi yang harmonis antara individu dengan lingkungannya (Hernawan, 2010:314). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa interkasi sosial sangat penting diberikan sebagai pengetahuan kepada siswa sejak dibangku sekolah, karena berkenaan dengan keterampilan berkomunikasi dan kerja sama yang dapat menumbuhkan sikap siswa setelah terjun kemasyarakat kelak. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa interaksi sosial merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam melakukan hubungan baik antara rekan-rekannya,antara siswa dan guru maupun siswa dengan orang tuanya, baik dalam menerima, maupun menolak dan menilai komunikasi yang diperoleh dalam bentuk proses interaksi. Interaksi sosial seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam menjalin sebuah hubungan yang dinyatakan dalam bentuk prialaku sosial yang baik,yang dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Karakteristik Interaksi Sosial Menurut (Gerungan, 2010:14) bahwa interaksi sosial itu memiliki karakteristik yang dinamis dan tidak statis. Hal ini berarti bahwa karakteritik interaksi sosial dapat ditinjau dari berbagai segi sesuai dengan ciri interaksi yang dilakukan manusia. Artinya bahwa karakteritik interkasi akan dapat dilihat secara detail pada model interaksi yang dilakukan oleh manusia. Bentuk-bentuk InteraksiSosial Menurut (Gerungan, 2010:194) bahwa ssesuai dengan bentuk pelaksanaannya terdapat jenis interaksi sosial yaitu. Guna dalam menjelaskan bentuk interaksi sosial tersebut akan diuraikan oleh penulis / Gerungan sebagai berikut: a. Interaksi Antar status Interaksi antar status adalah hubungan antara dua pihak dalam individu yang berbeda dalam satu lingkungan yang bersifat formal sehingga masing-masing pihak dapat melakukan interaksinya didasarkan pada status masing-masing.
6 Misalnya hubungan antara guru dan siswa atau siswa dengan orang tua atau dengan keluarganya yang berbeda status. b Interaksi Antar kepentingan Interaksi antara kepentingan merupakan hubungan antara pihak induvidu yang berorientasi terhadap kepentingan dari masing-masing pihak. Dalam hubungan ini,masing-masing pihak saling memberikan solidaritasnya untuk mendukung terciptanya suatu sikap yang harmonis sehingga komunikasi tersebut dapat tercapai dengan baik. c Interaksi antara Keluarga Interaksi antar keluarga merupakan suatu hubungan yang terjadi antar pihak yang mempunyai hubungan darah. Pada hubungan ini,solidaritas antara anggota yang relatif lebih tinggi dan bentuk hubungannya lebih bersifat informal. d Interaksi antar Persahabatan Interaksi ini merupakan hubungan antara dua atau lebih dimana masing-masing individu sangat mendambakan adanya komunikasi yang saling menguntungkan untuk menjalin suatu hubungan yang sedemikian dekat atau kekerabatan Manfaat Interaksi Sosial Manfaat interaksi sosial yang diharapkan adalah hubungan timbale balik yang terjadi akan berjalan dengan wajar. Di samping interaksi sosial dapat berguna bagi siswa dalam mengembangkan pemikiran sosial, yang berkenaan dengan pengetahuan dan keyakinan mereka tentang masalah nhubungan dan keterampilan sosial (Sumantri, 2008:4.8). Al-Qarashi (dalam Suparlan 2004:86) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan secara umum adalah untuk meningkatkan spiritual dan mengembangkan interaksi sosial siswa, sehingga siswa dapat memiliki pengetahuan tentang ketuhanan sebagai pencipta dalam hubungan dengan manusia secara baik dan teratur. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pendidikan, interaksi sosial merupakan sasaran utama, agar siswa memahami dan mengetahui cara berinteraksi sosial sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang telah diatur. (Sumaatmadja, 2002: 93) menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan bimbingan bagi siswa, karena tergolong dalam kompetensi aspek apektif yaitu salah satu sikap yang diharapkan pada siswa setelah berinteraksi. Berdasarkan penjelasan ini bahwa pengembangan interaksi sosial bagi siswa sangat penting sebagai bekal dan persiapan bagi siswa dalam kehidupan bermasyarakat.
7 Berdasarkan kajian teori peneliti menyimpulkan bahwa dalam sebuah lembaga pendidikan sekolah telah terjadi interak sisosial antara siswa yang menjadi perhatian lembaga pendidikan dalam pengembangannya. Tenaga pendidik maupun kependidikan di lembaga sekolah tersebut dapat melakukan pemantauan secara terprogram dalam mengembangkan interaksi sosial siswa sebagai sarana dalam mengembangkan potensi siswa dengan baik. Karakteristik Interaksi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas Siswa sekolah menengah atas memiliki karakteristik usia antara 16 sampai 18 tahun, dimana pada usia ini sudah tergolong pada usia remaja. Menurut Sumantri (2008:6.28) bahwa karakteristik siswa usia remaja menuntut interaksi sosial yang lebih aktif karena pada fase ini manusia sudah memiliki keinginan untuk bergaul dengan banyak teman. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bawah pada masa remaja ini terjadi suatu interaksi sosial yang dapat dipengaruhi pula oleh suatu ketertarikan lawan jenis yang sulit dibentuk karena merupakan karakter yang secara alamiah. Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan dalam membina dan membimbing siswa dalam upaya pengembangan interaksi sosial siswa di sekolah. Menurut (Faturochman, 2009:12) terdapat pola interaksi yang harus diperhatikan oleh guru dalam pengembangan interaksi sosial siswa yaitu dilihat dari individu yang satu dengan individu yang lain. Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa induvidu dengan induvidu yang lain atau dengan kelompok yang satu ketika berada dalam kelas yang lain adalah merupakan sebuah interaksi sosial. (Suparlan, 2004:31) mengemukakan bahwa lahirnya suatu pendekatan bahwa lembaga pendidikan sekolah menengah education production finction, maka sekolah merupakan sebuah lembaga tempat mendidik manusia dengan raw input, procces dan output. Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah lembaga untuk membina dan melatih siswa untuk dapat merubah sikap dan perilaku dalam interaksi sosial. Kerangka Berpikir Beradasarkan kajian-kajian teori, dijelaskan guna pemahaman penelitian ini maka peneliti akan menggambarkan kerangka berpikir dalam bentuk skema.
8 Cara Berbicara Komunikasi Sosial Sopan santun Interaksi Sosial Siswa Tidak Kasar Kepedulian Tindakan Sosial Empati Suka Menolong Berdasarkan kerangka berpikir sesuai skema tersebut di atas tampak bahwa penelitian dalam mengkaji kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyama Kabupaten Boalemo, dikaji melalui indikator interaksi sosial yaitu interaksi siswa dalam berkomunikasi sosial dan interkasi sosial siswa dalam bertindak sosial. Interaksi sosial siswa dalam komunikasi sosial meliputi cara berbicara dan sikap sopan santun, sedangkan aspek bertindak sosial meliputi kepedulian, empati dan suka menolong Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Interaksi Sosial Dalam hal ini peran guru BK dalam sekolah untuk melihat bagaimana masalah yang dihadapi oleh siswa, yakni seperti masalah interaksi sosial siswa yang ada di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Guru BK merupakan guru yang membantu mengatasi berbagai bentuk masalah yang dihadapi oleh siswa, yang bersumber dari sikap siswa terhadap dirinya sendiri, lingkungan sekolah,keluarga,dan lingkungan yang lebih luas. Guru BK bisa memberikan nasihat dan saran atas permasalahan yang di hadapi oleh siswa. Melalui pelatihan ini, diharapkan pada guru BK dapat memberikan pendidikan interaksi sosial pada siswa. Menurur (Prayitno, 2003) merinci peran, tugas dan tanggung jawab guru dalam bimbingan dan konseling adalah: 1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa. 2. Membantu guru pembimbing / konselor mengidentifikasi siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
9 3. Jika siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling tersebut langsung kepada guru pembimbing /atau konselor. 4. Menerima siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, terhadap guru yang dapat memberikan pelayanan konseling. 5. Membantu mengembangkan suasana kelas, diantara guru dan siswa yang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. 6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/bimbingan dan konseling. 7. Guru berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan dan konseling dalam penanganan masalahyang dihadapi oleh siswa. 8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian, metode merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian, sedangkan jenis penelitian merupakan ciri penyajian dan pengungkapan data penelitian (Arikunto, 2006:13). Berdasarkan permasalahan penelitian maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus yang menurut Anggoro (2008:24) adalah penelitian yang mengangkat permasalahan dalam satu waktu tertentu dengan memandang permasalahan secara akurat. Hasil Penelitian Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 orang siswa yang mewakili 20 rombongan kelas menunjukkan bahwa kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Kemampuan Berkomunikasi Sosial Indikator yang dijadikan tolak ukur dalam menilai kemampuan siswa berkomunikasi sosial adalah kemampuan berbicara dan kemampuan sopan santun. Dalam hal ini hasil wawancara yang di peroleh dari siswa hasil buah pikiran dari peneliti. Menurut salah seorang Siswa Kelas Xa SMA Negeri 1 Paguyaman Oktaviani Mohi, 16 Tahun dijelaskan bahwa: Komunikasi sosial yang kami lakukan di sekolah ini biasa-biasa saja. Kami berbicara sesuai dengan kebutuhan saja, baik berbicara dengan rekan-rekan siswa, maupun dengan guru. Sebagian besar siswa berbicara dengan sopan
10 santun sesama temannya demikia pula dengan guru. Sebagian besar siswa juga berbicara dengan guru dengan cara lemah lembut, karena kami merasa bahwa guru adalah orang tua kami di sekolah. Tetapi sangat disayangkan dialek-dialek yang digunakan dalam bebicara masih campuran yaitu ada yang menggunakan dialek bahasa Gorontalo dan bahasa Manado,sehingga dialek yang kami lakukan terkesan secara kasar,padahal itu hanya dialek saja. Kami yakin suatu saat siswa yang ada di SMA Negeri 1 Paguyaman akan berusaha berbicara dengan bahasa indonesia yang lebih baik lagi yaitu Bahasa Indonesia yang secara baku,serta Bahasa Gorontalo yang baik, jika kami dalam berdialek kami berusaha memperhatikan sopan santunnya (Oktaviani Mohi, Kelas Xa, Rabu 1 Mei 2013) Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo masih tergolong rendah. Karena komunikasi yang di lakukan masih sesuai dengan kebutuhan, baik dalam berkomunikasi dengan rekan-rekan siswa maupun dengan guru. Sebagian besar siswa saat berbicara dengan sopan santun sesama temannya demikia pula dengan guru. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 orang siswa yang mewakili 20 rombongan kelas yang menunjukkan bahwa kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo dapat dideskripsikan dalam kemampuan siswa dalam berkomunikasi, hal tersebut ini dapat dilihat dari tercapainya interaksi sosial siswa dalam lingkungan sekolah yakni: 1) kemampuan berkomunikasi sosial, dimana dalam kemampuan berkomunikasi sosial siswa dengan sikap dan prilaku yang sopan santun. 2) Kemampuan dalam bertindak sosial adalah siswa bertindak atau berperilaku, dimana seorang induvidu hendaknya memperhitungkan keberadaannya. Hal tersebut ini sangat penting diperhatikan karena tindakan interaksi sosial merupakan perwujudan dari hubungan atau interaksi sosial yang menghasilkan nilai yang baik. 3) faktor pendukung yang secara rinci dalam
11 mendukung kemmpuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo sebagai berikut : a. Lingkungan keluarga siswa yang memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam berinteraksi sosial. b. Lingkungan masyarakat tempat siswa bergaul yang memiliki norma dan aturan yang baik. c. Sikap dan perilaku orang tua yang mendidik anak dengan baik d. Sikap dan perilaku guru dalam memberikan pembelajaran yang memperhatikan pemahaman karakter siswa. e. Keikut sertaan siswa dalam kegiatan organisasi sekolah yang berupa Ptamuka, PMR dan kegiatan lainnya yang didalamnya memuat pendidikan karakter. f. Pengenalan tentang budaya norma dan etika masyarakat kepada siswa g. Kesadaran siswa dalam melakukan interkasi sosial sesuai dengan norma-norma kesopanan dalam kehidupan. Faktor-faktor di atas yang merupakan pendukung kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo yang semestinya mendapat perhatian dari seluruh lembaga pendidikan sehingga kemampuan siswa dalam beriteraksi sosial, baik yang ditinjau dari segi komunikasi sosial maupun tindak sosial akan dapat terlaksana dengan baik. 4) faktor Penghambat secara rinci dalam menghambat kemampuan interaksi siswa di SMA Negeri 1 Paguyamaman sebagai berikut:
12 a. Lingkungan keluarga siswa yang memiliki sikap dan perilaku yang kurang baik seperti bertindak kasar,sering memukul anaknya dan tidak memiliki sopan santun. b. Pergaluan siswa di lingkungan masyarakat dengan remaja yang sudah putus sekolah tidak memperhatiakn etika yang kurang baik dalam berkomunikas. c. Sikap dan perilaku orang tua yang tidak memiliki pendidikan yang cukup dalam mendidikan anak. d. Guru dalam memberikan pembelajaran yang tidak memperhatikan kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial yang baik. e. Siswa yang malas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. f. Siswa yang tidak memiliki kesadaran dalam melakukan interkasi sosial sesuai dengan norma yang ada. Faktor penghambat kemampuan interaksi siswa itu adalah siswa yang tidak pernah merasa sadar bahwa mereka adalah masyarakat yang sangat menjunjujng tinggi nilai-nilai etika dan moral. Hal ini biasanya faktor penghambat dari siswa itu sendiri yang berupa sifat yang buruk misalnya siswa yang bersifat angkuh,sombong dan merasa orang tuanya kaya,ini merupakan salah satu faktor penghambat utama dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial. Hambatan lain adalah kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman yakni guru yang mengajar hanya mengutamakan kepintaran atau pengetahuan siswa tersebut. Mereka tidak memperhatikan sikap siswa dalam melakukan interaksi sosial,sehingga siswa tersebut tidak dapat melakukan interaksi
13 sosial dengan baik. Hal ini meupakan sebuah faktor kurangnya pertahtian guru dalam menerapkan cara interaksi sosial yang baik,sehingga ini merupakan salah satu faktor penghambat kemampuan interaksi siswa di sekolah. Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 orang siswa, 1 orag guru, 3 orang, orang tua siswa. Dapat diperoleh data bahwa kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo masih rendah. Hal tersebut berdasarkan pada spek-aspek yang perlu di perhatikan siswa dalam interaksi sosial yakni seperti ; 1) Masih ada pula sikap siswa yang berbicara dengan kata-kata yang kasar, 2) siswa tidak saling tolong menolong dalam sesame teman yang terkena musibah, 3) Masih ada siswa yang menujukan sikap acuh tak acuh pada sesame teman, 4) siswa membentuk kelompok sesuai dengan tingkat latar belakang ekonomi. 5.2 Saran Sebagai akhir dari penulisan skripsi, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai upayah untuk meningkatkan perkembangan interaksi sosial siswa yang ada di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo sebagai berikut : 1. Demi upaya tercapainya interaksi sosial pada siswa, maka di harapkan pada guru-guru yang ada di SMA Negeri 1 Paguyaman lebih meningkatkan interaksi sosial siswa. 2. Perlunya tanggung jawab bersama baik dari orang tua, guru dan pihak sekolah untuk selalu berupaya hmemperhatikan interaksi sosial siswa.
14 3. Pembinaan sikap positif oleh guru BK terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dijadikan sebagai wahana pembentukan karakter siswa, sehingga mampu memberikan manfaat dalam peningkatan kemampuan interaksi sosial siswa dalam lingkungan sekolah. DAFTAR PUSTAKA Anggoro, Toha Metode Penelitian. Jakarta:Universitas Terbuka Arikunto, Suharsimi Metodologi Penelitian. Bandung:Alfabeta Bungin, Burhan Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada Danim. Sudarwan Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung:Pustaka Setia Gerungan, WA Psikologi Sosial. Bandung:Refika Aditama Hernawan, Asep Harry Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Universitas Terbuka Sumaatmadja, Nursid Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiswi. Bandung: Alfabeta Sugiyono, Metode Penelitia Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.Bandung:Alfabeta Sumaatmadja, Nursid Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiswi. Bandung: Alfabeta Sumantri, Mulyani Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: UT Bandung: Alfabeta Suparlan Mencerdakan Kehidupan Bangsa dari Konsepsi sampai dengan Implelmentasi. Yogyakarta:Hikayat Publishing Wiyono, Eko Hadi Kamus Bahasa Indonesia Lengkap dan Ejaan yang Disempunakan.Jakarta: Palanta
15
BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan dapat memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan dapat memberikan kontribusinya dalam membina interaksi sosial siswa. Hasil interaksi social siswa di
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Interaksi Sosial Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar untuk mengarahkan tindakan orang lain sebagai reaksi antara pihakpihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi pada dasarnya merupakan suatu hubungan timbal balik yang secara sadar untuk mengarahkan tindakan orang lain sebagai reaksi antara pihakpihak bersangkutan.
Lebih terperinciPOLA INTERAKSI GURU BIMBINGAN KONSELING DAN SISWA DALAM PEMBERIAN LAYANAN DI SMA NEGERI 1 BANDAR BENER MERIAH
POLA INTERAKSI GURU BIMBINGAN KONSELING DAN SISWA DALAM PEMBERIAN LAYANAN DI SMA NEGERI 1 BANDAR BENER MERIAH SKRIPSI Diajukan Oleh NASTI JULITA NIM. 271121515 Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab menyiapkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan oleh pembangunan. Oleh karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia yang berkualitas bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter individu, dan hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bangsa yang unggul adalah bangsa yang dapat memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dengan baik bagi kesejahteraan rakyatnya serta memiliki sumber daya manusia (SDM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain, hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu cara dalam pembinaan sumber
Lebih terperinciPENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH
PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH (Studi Kasus di SMK Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa
1 2 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII B DI MTS. AL-KHAIRAAT KOTA GORONTALO Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan orang lain, untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciTUGAS SKALA PSIKOLOGI DENGAN TEMA KECERDASAN MORAL (PRIBADI-SOSIAL)
TUGAS SKALA PSIKOLOGI DENGAN TEMA KECERDASAN MORAL (PRIBADI-SOSIAL) Mata Kuliah Pengembangan Instrumen dan MediaBimbingan dan Konseling Dosen Pengampu Prof.Edi Purwanta, M.Pd & Dr.Ali Muhtadi Oleh: Nur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik melalui proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperoleh berbagai ilmu berupa pengetahuan,
Lebih terperinciKONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME
JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan dengan sempurna dan berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia dilengkapi dengan akal
Lebih terperinciPENDEKATAN KONSELING HUMANISTIC UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PENDEKATAN KONSELING HUMANISTIC UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Shinta Wahyu S NIM. 11500075 Abstraks: Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Zuriah (2007:22), Pendidikan moral adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasi dan menyederhanakan sumber-sumber moral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dan di lingkungan sosial. Pendidikan karakter didapatkan di dalam sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pengembangan potensi diri dalam meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah hati, yakni perasaan memiliki kekurangan dan kelemahan dibanding orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan sebagai hak asasi manusia telah dilindungi oleh undangundang dan hukum, sehingga setiap individu memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN. Abstrak
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN Azhar, Enny Fitriani 1) dan Zakiah Hasibuan 2) 1) Dosen FKIP UMN Alwashliyah dan
Lebih terperinciBAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan proses belajar mengajar tertib dan lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Dalam Negara manapun remaja adalah penerus. pertanda akan merosotnya akhlak anak bangsa. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja punya peranan yang sangat penting dalam mengisi pembangunan. Dalam Negara manapun remaja adalah penerus pembangunan. Demikian halnya juga di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu tempat bagi peserta didik untuk menuntut ilmu selain di rumah dan lingkungan yang juga dapat memberikan ilmu kepada anak. Sebagai tempat
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi. Disusun Oleh : Ridwan Irianto
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DI KALANGAN MAHASISWA TERHADAP POLA KOMUNIKASI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2014 Universitas Muhammadiyah Malang) SKRIPSI Diajukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan karakter saat ini sangat penting untuk mendidik generasi muda di Indonesia. Karakter perlu dikembangkan mengingat banyak sekali penyimpangan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia emas atau golden age adalah masa yang paling penting dalam proses kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I
IMPLEMENTASI KARAKTER BERSAHABAT DAN PEDULI SOSIAL PADA SISWA SMP (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari di SMP Negeri 1 Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL
1 OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL Oleh Vivit Risnawati NIM : 2009/51093 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL MELALUI KEGIATAN HISBUL WATHAN (HW) (Studi Kasus di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan IPTEK yang semakin pesat saat ini mempengaruhi perilaku individu termasuk siswa. Perilaku yang sering muncul pada siswa di sekolah paling banyak pada hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global yang terus berkembang menuntut manusia untuk lebih dapat beradaptasi serta bersaing antara individu satu dengan yang lain. Dengan adanya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dari, untuk, dan oleh manusia, berisi hal-hal yang menyangkut perkembangan dan kehidupan manusia serta diselenggarakan dalam hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merebaknya isu rendahnya kecerdasan moral pada siswa saat ini sangat marak diperbincangkan, seperti yang sangat sering kita temukan di mana siswa seringkali melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di mana dapat berkembang dan diperkembangkan (Giri Wiloso dkk, 2012). Sebagai makhluk sosial, manusia
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL SOSIAL MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA (PMR) DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN
IMPLEMENTASI PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL SOSIAL MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA (PMR) DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama(adler, 1927: 72
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepedulian sosial adalah sebuah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia. Kepedulian sosial merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup. Membangun dan mengembangkan karakter yang baik merupakan
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia
1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penerimaan Diri pada Narapidana Remaja Rutan Negara Kelas II B Salatiga,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis mengenai Penerimaan Diri pada Narapidana Remaja Rutan Negara Kelas II B Salatiga, maka dapat dirumuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan waktu di mana seseorang berada di dalam umur belasan tahun. Pada masa remaja seseorang tidak bisa dikatan sudah dewasa maupun anak-anak. Kata
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel (Pre-Test) Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimen semu, sebelum diberikan perlakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fondasi utama dalam pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan kemampuan, kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik dan menerima semua
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Penyelenggaraan Bimbingan Konseling di sekolah bertujuan agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, menemukan pribadi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong, sangat ironis jika realitas yang terjadi menunjukan hal yang sebaliknya, perilaku individu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang
Lebih terperinciPENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH :
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH : SRI WAHYUNI A1D109028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
Lebih terperinciPELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PEMILIHAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 RANTAU. Noor Jannah
PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PEMILIHAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 RANTAU Noor Jannah Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang berkembang dan mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinciGambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80
Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas. Dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial, seperti yang dikemukakan Aristoteles (Budiyanto, 2004: 3) Manusia adalah zoon piliticon atau makhluk yang pada dasarnya selalu
Lebih terperinciAPRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II)
PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TINANGKUNG KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang pesat merupakan salah satu karya manusia sebagai pemimpin di bumi ini. Memecahkan misteri alam, menemukan sumber energi baru, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA
ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciPEDOMAN PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYKARTA
PEDOMAN PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYKARTA Pedoman Perilaku Mahasiswa UAJY merupakan pedoman sikap dan tingkah laku yang wajib diikuti oleh mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta, yang
Lebih terperinciPelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Etika Pergaulan Siswa SMK Negeri 1 Kluet Selatan. Novita Anggriani
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP Unsyiah Volume 1 No. 1 Tahun 2016 Hal 65-71 Periode Wisuda Agustus 2016 Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Etika Pergaulan Siswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.
Lebih terperinciPERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Tugas Perkembangan : Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Rumusan Kompetensi : Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Oleh KARTIKA SANI A. PENGATAR Pendidikan karakter menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum. Definisi pendidikan secara luas (hidup) adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah kompleks, salah satunya karena lemahnya pemahaman para generasi muda sebagai generasi penerus bangsa
Lebih terperinciPENDIDIKAN DALAM KELUARGA
Mata Kuliah Nama Dosen : Landasan Pendidikan : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag.,M.Pd.H PENDIDIKAN DALAM KELUARGA OLEH PUTU YULIA SHARA DEWI NIM : 15.1.2.5.2.0861 PROGRAM MAGISTER (S2) DHARMA ACARYA PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam
Lebih terperinciwarga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan dalam sistem Pendidikan Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan diberikan mulai dari sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negeri ini menghadapi persaingan global, khususnya dalam bidang. pendidikan nonformal. Pendidikan formal diperoleh melalui lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT yang artinya sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia dilebihkan Allah dari makhluk lain dengan akal dan potensi. Dengan itu manusia
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai
BAB I A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka
Lebih terperinciBAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG
BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG A. Analisis Konsep Diri Remaja Delinquen di Desa Lobang Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Masa remaja merupakan masa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi diri mereka namun, banyak anak mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan selama
Lebih terperinciPELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL
0 PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL LAURA SUKMAWATI NPM: 11060152 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH
Lebih terperinci