Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa"

Transkripsi

1 Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa Sujiyanto ( ) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latarbelakang: Semua orang pasti sependapat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling berharga. Melalui pendidikanlah upaya mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi akan dapat dicapai. Pendidikan di sekolah tidak sekedar menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik akan tetapi lebih dari itu merupakan upaya menanamkan nilai-nilai yang berharga bagi hidup bersama. Salah satu nilai yang ditanamkan lewat aktivitas pendidikan adalah kemampuan sosial emosial yaitu perilaku sopan santun. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk meningkatkan perilaku sopan santun siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri Rembang Purbalingga terhadap gurunya. Penelitian ini dilaksanakan 6 bulan yaitu dari bulan pebruari sampai dengan bulan juni pada semester II ( dua ) Tahun Ajaran 2011 / Pembahasan : Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri Rembang Purbalingga kelas XI IPS 4 sebanyak 36 siswa, yang terdiri dari laki-laki 17 siswa dan perempuan 19 siswa. Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan pedoman observasi. analisis data pada penelitian ini adalah diskriptif komparatif. Kesimpulan : Berdasarkan data terhadap hasil observasi diketahui bahwa Perilaku sopan santun siswa terhadap guru dari pra siklus 53 % (13 siswa masuk kriteria rendah dan 23 masuk kriteria sedang), pada Siklus I menjadi 75 % (24 siswa masuk kriteria sedang dan 12 siswa masuk kriteria tinggi) dan pada siklus II menjadi 89 % (6 siswa masuk kriteria sedang dan 30 masuk kriteria tinggi). Dengan demikian penggunaan layanan penguasaan konten dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa terhadap guruya. Kata Kunci : Layanan Penguasaan Konten, Perilaku Sopan Santun Siswa PENDAHULUAN Semua orang pasti sependapat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling berharga. Melalui pendidikanlah upaya mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi akan dapat dicapai. Pendidikan di sekolah tidak sekedar menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik akan tetapi lebih dari itu merupakan upaya menanamkan nilai-nilai yang berharga bagi hidup bersama. Salah satu nilai yang ditanamkan lewat aktivitas pendidikan adalah kemampuan sosial emosial yaitu perilaku sopan santun. Menurut Daniel Goleman (1995:56) keberhasilan hidup seseorang lebih ditentukan oleh kemampuan sosial emosionalnya dibandingkan kemampuan intelektualnya. Kemampuan sosial emosional menjadi pondasi awal bagi seseorang untuk bisa berinteraksi dengan linngkungannya secara lebih luas.berinteraksi dengan lingkungan tidak hanya mampu berkomunikasi dengan baik, tetapi juga bagaimana individu tersebut mampu mengendalikan dirinya secara baik. Pengendalian yang buruk akan menimbulkan berbagai masalah sosial emosional di lingkungan. Salah satu contohmasalah sosial emosional di SMA Negeri Rembang Purbalinnga yang akan 99 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2 dijadikan penelitian adalah rendahnya perilaku sopan santun siswakelas XI IPS 4terhadap gurunya. Kemampuan sosial emosional (sopan santun) dilingkungan sekolah masih rendah sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku anak pada kegiatan belajar mengajar dan kegiatan sekolah lainnya. Oleh karena itu persoalan rendahnya kemampuan sosial emosional (sopan santun) siswa terhadap guru di SMA Negeri Rembang Purbalingga merupakan persoalan penting dalam pembentukan karakter. Berdasarkan kesimpulan diskusi dengan kolaborator rendahnya kemampuan sosial emosional (sopan santun) akan dapat teratasi melalui berbagai layanan, salah satunya adalah layanan penguasaan konten. Layanan penguasaan konten(pko) merupakan layanan bantuan kepada individu (sendiri dan kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui proses belajar. Layanan penguasaan konten membantu individu menguasai aspek-aspek konten tersebut secara tersinergikan, penguasaan konten perlu bagi individu atau klien untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian sikap, menguasai cara-cara atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah- masalahnya. Kemampuan sosial emosional, khususnya perilaku sopan santun siswa disekolahmerupakan isi pendidikan dalam membentuk karakter siswa yang berakhlaq muliadan selalu menghormati orang lain, yang dapat diterapkan didalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat. Oleh karena itu rendahnya kemampuan sosial emosional(sopan santun) siswa di sekolah merupakan persoalan yang penting dan mendesak untuk dicari penyelesaiannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, guru pembimbing memberikan layanan penguasaan konten sebagai upaya peningkatkan perilaku sopan santun siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri Rembang Purbalingga KAJIAN TEORI Pengertian Sosial Emosional 1. Pengertian Sosial Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial. Syamsuddin (1995:105) mengungkapkan bahwa "sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial", sedangkan menurut Loree (dalam Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati 2008:18) "sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya". 2. Pengertian Emosi Menurut Crow & Crow (dalam Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati 2008:3) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan 100 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

3 mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Keadaan emosional merupakan satu reaksi kompleks yang berkaitan dengan kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam yang dibarengi dengan perasaan kuat atau disertai dengan keadaan afektif (J.P.Chaplin. 2005:296). 3. Bentuk Hubungan Sosial Emosional dengan Aktivitas Dan Kehidupan Gambaran tentang pola atau bentuk hubungan dan pengaruh emosi terhadap kehidupan seorang anak adalah : Pertama, ternyata emosi yang melekat pada seorang anak akan mewarnai pandangannya terhadap kehidupan dan dimensi- dimensinya. Cara-cara anak melihat perannya dalam kehidupan dan kedudukannya dalam kelompok sosial sangat dipengaruhi oleh emosi yang dimilikinya. Kedua, emosi akan sangat mempengaruhi interaksi sosial seorang anak. Tampaknya semua emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, mendorong terjadinya interaksi sosial. Melalui emosi, anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan ukuran sosial. Jadi, perlu diingat betapa dekat hubungan emosi dengan perilaku sosial. Dengan kata lain, bentuk-bentuk emosi akan menentukan bentuk- bentuk perilaku sosial seorang anak. Ketiga, ternyata reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi suatu kebiasaan. Setiap ekspresi emosi yang memuaskan anak akan diulang-ulang, dan pada suatu saat tertentu akan berkembang menjadi kebiasaan. Bentuk hubungan sosial emosional dengan aktivitas dan kehidupan yang dimaksud disini adalah perilaku sopan santun. Sopan santun menurut Taryati, dkk. (dalam Nurul Zuriah 2007:71) adalah suatu tata cara atau aturan yang turun-temurun dan berkembang dalam suatu budaya masyarakat, yang bermanfaat dalam pergaulan dengan orang lain, agar terjalin hubungan yang akrab, saling pengertian, hormat-menghormati menurut adat yang telah ditentukan. Sopan santun juga sering disamakan dengan budi pekerti. Menurut kamus besar bahasa Indonesia budi pekerti diartikan sebagai tingkahlaku, akhlak dan watak. Menurut Rahmat Djatnika (1992: 25) budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermenifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. Budi pekerti berkaitan erat dengan sikap dan perilaku dalam hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan alam sekitar. Pengertian layanan Penguasaan Konten Layanan penguasaan konten (PKo) merupakan layanan bantuan kepada individu (sendiri dan kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui proses belajar. Layanan penguasaan konten membantu individu menguasai aspek-aspek konten tersebut secara tersinergikan, dengan penguasaan konten, individu diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. 101 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

4 METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan 6 bulan yaitu dari bulan pebruari sampai dengan bulan juni pada semester II ( dua ) Tahun Ajaran 2011 / Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri Rembang Purbalingga kelas XI IPS 4 sebanyak 36 siswa, yang terdiri dari laki- laki 17 siswa dan perempuan 19 siswa, yang diindikasikan perilakunya kurang sopan terhadap gurunya. Teknik pengumpulan data. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik observasi, yang ditujukan kepada tiga sasaran: Pertama, kepada guru dengan fokus pengamatan pada tindakan kongkrit guru dalam mengatasi masalah perilaku sopan santun siswa terhadap gurunya, yaitu dengan layanan penguasaan konten. Kedua, kepada kondisi keaktifan siswa sewaktu mengikuti layanan penguasaan konten. Ketiga, tertuju pada perilaku sopan santun siswa terhadap guru sewaktu mengikuti layanan penguasaan konten dan setelah diberikan layanan penguasaan konten. Alat pengumpulan data Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pedoman observasi yang dibuat oleh guru pembimbing peneliti dan kolaborator penelitian. Analisis data Analisis data dilakukan terhadap hasil pengamatan. Analisis data pada Penelitian ini adalah diskriptif komparatif, karena membandingkan data pada perilaku sopan santun siswa dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Data tersebut tercatat sebagai bukti otentik dari adanya layanan yaitu layanan penguasaan konten terhadap perilaku sopan santun siswa terhadap gurunya. HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal) Berdasarkan pengamatan di sekolah peneliti menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPS 4 perilaku sopan santun terhadap guru masih rendah. Hal ini dapat dilihat datasebagai berikut : Berdasarkan kreteria penilaian pada pedoman observasi perilaku sopan santun siswa terhadap guru dikelompokkan menjadi 4 tingkatan kualitas, yaitu: 76 % - 100% = Sangat Tinggi 56 % - 75% = Tinggi 40 % - 55 % = Rendah 39 % = Sangat Rendah 102 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

5 Tabel 1. Perilaku Sopan Santun Siswa terhadap Guru Pra Siklus Skor Prosen- Kriteria Skor Ideal tase Rendah Sedang Tinggi 13 Siswa 23 siswa % 36 % 64 % - Jumlah skor Jumlah skor ideal Jumlah siswa Jumlah seluruh siswa Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perilaku sopan santun siswa terhadap gurupada pra siklus memperoleh hasil 53 %. Dari hasil tersebut maka dapat di simpulkan bahwa perilaku sopan santun siswa terhadap guru pada siswa kelas XI IPS 4 termasuk dalam katagori rendah. B. Diskripsi Siklus I Skor Tabel 2. Perilaku Sopan Santun Siswa terhadap Guru Siklus I Skor Prosen- Kriteria Ideal tase % Jumlah skor Jumlah skor ideal Rendah Sedang Tinggi - 24 siswa 12 siswa - 67 % 33 % Jumlah siswa Jumlah seluruh siswa Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perilaku sopan santun siswa terhadap guru pada siklus I memperoleh hasil 75 %,sehingga perilaku sopan santun siswa terhadap gurunya pada siswa kelas XI IPS 4 termasuk dalam katagori tinggi. C. Diskripsi Siklus II Skor Tabel 3. Perilaku Sopan Santun Siswa terhadap Gurupada Siklus II Skor Ideal Prosen- tase % Jumlah skor Jumlah skor ideal Kriteria Rendah Sedang Tinggi - 6 siswa 30 siswa - 17 % 83 % Jumlah siswa Jumlah seluruh siswa 103 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

6 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perilaku sopan santun siswa terhadap guru memperoleh hasil 89 % sehingga perilaku sopan santun siswa terhadap gurunya pada siswa kelas XI IPS 4 termasuk dalam katagori tinggi. KESIMPULAN Berdasarkan data terhadap hasil observasi diketahui bahwa Perilaku sopan santun siswa terhadap guru dari pra siklus 53 % (13 siswa masuk kriteria rendah dan 23 masuk kriteria sedang), pada Siklus I menjadi 75 % (24 siswa masuk kriteria sedang dan 12 siswa masuk kriteria tinggi) dan pada siklus II menjadi 89 % (6 siswa masuk kriteria sedang dan 30 masuk kriteria tinggi). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan layanan penguasaan konten dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa terhadap guruya. DAFTAR PUSTAKA Chaplin, J.P. (terj. Kartini Kartono) Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Goleman, Daniel Working With Emotional Intelligence (Terjemahan Alex Kantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hurlock, E. B Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Nugraha, Ali dkk Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta : Universitas Terbuka. O, Setiawan djuharie dan Suherli Teknik Penulisan Skripsi &Tesis. Yogyakarta : Yrama Widya. Prayitno Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT Bineka Cipta. Santrock, J. W Perkembangan Anak (Jilid 2) (Edisi II). Jakarta : Erlangga. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sukiman Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru Pembimbing (Bimbingan dan Koseling). Yogyakarta : Paramita Publishing. Sukmadinata, Nana Syaodih Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Syamsuddin,A Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Undang-Undang No. 20/2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Willis, Sofyan Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta. Yusuf, Syamsu Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Zuriah, Nurul Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta : Bumi Aksara. 104 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

7 ( menurut-pribadi/) ( berwawasan-budipekerti/) ( 105 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Rumlah (09220274) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang

Lebih terperinci

EMPATI ANAK PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA IMAN 3 SUKUN MALANG. Nur Cahyati

EMPATI ANAK PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA IMAN 3 SUKUN MALANG. Nur Cahyati EMPATI ANAK PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA IMAN 3 SUKUN MALANG Nur Cahyati Fakultas Psikologi Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN Tindakan bullying yang dilakukan oleh anak,

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Konsep Diri Siswa Dalam Belajar Melalui Teknik Modeling Dalam Bimbingan Kelompok

Upaya Meningkatkan Konsep Diri Siswa Dalam Belajar Melalui Teknik Modeling Dalam Bimbingan Kelompok Upaya Meningkatkan Konsep Diri Siswa Dalam Belajar Melalui Teknik Modeling Dalam Bimbingan Kelompok Subardi (09220275) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masalah pada siswa dengan pemilihan materi yang berkaitan dengan masalah

BAB V PENUTUP. masalah pada siswa dengan pemilihan materi yang berkaitan dengan masalah BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Upaya guru Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan kemampuan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM A. Analisis Kurikulum 2013 Mata Pelajaran IPS SD/MI Pembicaraan kurikulum tidak bisa terlepas dari

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013)

DAFTAR PUSTAKA. Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013) DAFTAR PUSTAKA Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013) Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data hubungan Lingkungan Keluarga,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data hubungan Lingkungan Keluarga, 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data hubungan Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah, dan Lingkungan Masyarakat, dengan prestasi Belajar secara parsial maupun secara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan emosional terhadap

BAB V PENUTUP. 1. Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan emosional terhadap BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANGTUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA TERHADAP PERATURAN SEKOLAH

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANGTUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA TERHADAP PERATURAN SEKOLAH HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANGTUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA TERHADAP PERATURAN SEKOLAH Linda Fitria, M.Pd 1 Dosen Bimbingan dan Konseling, UPI YPTK Padang Email : lindafitria@yahoo.com Abstrak Orangtua

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri EFEKTIVITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF SISWA KELAS X SMK NEGERI KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

Efektifitas Layanan Orientasi Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi

Efektifitas Layanan Orientasi Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Efektifitas Layanan Orientasi Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Kartika Dewi (09220672) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Dengan berdasarkan latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan hakekat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal. Potensi ini mencakup

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI USIA 5-6 TAHUN DITINJAU DARI IBU YANG BEKERJA. Heleni Filtri 1) 1 Universitas Lancang Kuning

PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI USIA 5-6 TAHUN DITINJAU DARI IBU YANG BEKERJA. Heleni Filtri 1) 1 Universitas Lancang Kuning 32 PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI USIA 5-6 TAHUN DITINJAU DARI IBU YANG BEKERJA Heleni Filtri 1) 1 Universitas Lancang Kuning email: helenifiltri@unilak.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia senantiasa berproses, salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016 KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaiab Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk unik, ia menjadi subjek dan objek kajian sekaligus. Ia bertindak selaku subjek karena memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap segala

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU Rahmawati 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada peranan guru dalam mengembangkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran di Pesantren,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran di Pesantren, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern yang ditandai dengan era globalisasi dan teknologi informatika, telah menghadapkan pesantren pada sejumlah tantangan dan persoalan yang semakin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memenuhi persyaratan validitas isi dan memiliki harga koefisien reliabilitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memenuhi persyaratan validitas isi dan memiliki harga koefisien reliabilitas BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengembangan inventori kesiapan kerja siswa SMK Jurusan Agribisnis Ternak Unggas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menghasilkan instrumen

Lebih terperinci

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH (Studi Kasus di SMK Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi ANALISIS LINGKUNGAN PERGAULAN DAN GAYA BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Dian Haryani, 2014 Kontribusi kecerdasan emosi terhadap prestasi belajar serta implikasinya pada bimbingan dan konseling

DAFTAR PUSTAKA Dian Haryani, 2014 Kontribusi kecerdasan emosi terhadap prestasi belajar serta implikasinya pada bimbingan dan konseling DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2007) Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bim Abingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan formal. Bandung : Depdiknas Agustian, AG.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Yogyakarta, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran pembelajaran PKn dalam membentuk karakter terletak pada strategi

BAB V PENUTUP. Yogyakarta, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran pembelajaran PKn dalam membentuk karakter terletak pada strategi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peran Pembelajaran PKn dan Kegiatan Kepramukaan dalam Membentuk Karakter Siswa di MAN 1 Yogyakarta, diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KARTASURA

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KARTASURA PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123 ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan di muka bumi ini selain menjadi makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai makhluk sosial harus

Lebih terperinci

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL SISWA DI SMP NEGERI 5 PAREPARE. Kata Kunci: Peran Teman Sebaya Terhadap Pembentukan Moral Siswa

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL SISWA DI SMP NEGERI 5 PAREPARE. Kata Kunci: Peran Teman Sebaya Terhadap Pembentukan Moral Siswa 35 PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL SISWA DI SMP NEGERI 5 PAREPARE Oleh: HILDAYANTI Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar FIRMAN UMAR Dosen PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : YUNITA AYU ARDHANI F 100 060

Lebih terperinci

THE EFFORT FOR INCREASING EMOTIONAL INTELLIGENCE BY PROJECT METHO.D FOR 5-6 YEAR OLD S CHILDREN IN BHAKTI IBU KINDERGARTEN PEKANBARU CITY

THE EFFORT FOR INCREASING EMOTIONAL INTELLIGENCE BY PROJECT METHO.D FOR 5-6 YEAR OLD S CHILDREN IN BHAKTI IBU KINDERGARTEN PEKANBARU CITY 1 THE EFFORT FOR INCREASING EMOTIONAL INTELLIGENCE BY PROJECT METHO.D FOR 5-6 YEAR OLD S CHILDREN IN BHAKTI IBU KINDERGARTEN PEKANBARU CITY Isra Miyarti, Zulkifli Nurdin, Ria Novianti miyartiisra@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses pengubahan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling OLEH: HUBUNGAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL DENGAN UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PACITAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup diri pribadi tidak dapat melakukan sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Terdapat ikatan saling ketergantungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ahli (expert judgment), inventori dinyatakan layak digunakan dan dapat diuji

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ahli (expert judgment), inventori dinyatakan layak digunakan dan dapat diuji BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengembangan inventori kesiapan kerja siswa SMK jurusan animasi dapat ditarik kesimpulan yaitu menghasilkan instrumen dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

: EXMA OSKAR RIANA DEVI A

: EXMA OSKAR RIANA DEVI A UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK JIGSAW PADA KELOMPOK B DI TK PERTIWI III MOJOREJO SAWAHAN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

DAFTAR KEPUSTAKAAN. Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

DAFTAR KEPUSTAKAAN. Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: Bumi Aksara, 2010. DAFTAR KEPUSTAKAAN Amalia Sawitri Wahyuningsih, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Denganprestasi Belajar Pada Peserta Didik Kelas Di SMU Lab School Jakarta Timur, Skripsi, Jakarta: Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Penggunaaan media gambar dalam pembelajaran IPS dapat

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling FKIP UNP Kediri

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling FKIP UNP Kediri EFEKTIVITAS TEKNIK KONSELING CLIENT CENTERED THERAPY DALAM MENGATASI SISWA YANG TERISOLIR DI KELAS VIII F SMP NEGERI 1 TULAKAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling FKIP UNP Kediri

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling FKIP UNP Kediri EFEKTIVITAS KONSELING INDIVIDU TEKNIK BEHAVIORAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang beradab dan berakhlak mulia akan terbentuk yang akhirnya akan memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentukan sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KONSEP DIRI, PERILAKU SISWA, DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN TEKNIK KLARIFIKASI NILAI

UPAYA PENINGKATAN KONSEP DIRI, PERILAKU SISWA, DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN TEKNIK KLARIFIKASI NILAI Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 0 UPAYA PENINGKATAN KONSEP DIRI, PERILAKU SISWA, DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN TEKNIK KLARIFIKASI NILAI Sumarjo, Salamah Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini tercantum dalam pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut pendidikan dan sebuah proses belajar. Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena menarik dalam kehidupan masyarakat saat ini adalah maraknya budaya global yang patut diwaspadai. Fenomena tersebut merupakan akibat dari adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PENGENDALIANN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PENGENDALIANN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PENGENDALIANN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL Oleh : ANCE EFRIDA NPM. 09020122 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Rasulullah di Masa kini, Jogjakarta: IRCiSoD. 2006

DAFTAR PUSTAKA. Rasulullah di Masa kini, Jogjakarta: IRCiSoD. 2006 DAFTAR PUSTAKA Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Abdul Wahid Hasan, SQ NABI Aplikasi Strategi & Model Kecerdasan Spiritual (SQ) Rasulullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

Hakikat Budi Luhur. Pusat Studi Kebudiluhuran Universitas Budi Luhur Jakarta 06/07/17

Hakikat Budi Luhur. Pusat Studi Kebudiluhuran Universitas Budi Luhur Jakarta 06/07/17 Hakikat Budi Luhur Pusat Studi Kebudiluhuran Universitas Budi Luhur Jakarta 06/07/17 Mengapa kita harus cerdas berbudi luhur? Bagaimana jika tidak? Cerdas berbudi luhur adalah dua hal yang tidak terpisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI I PURWANTORO TAHUN JARAN 2013/2014

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI I PURWANTORO TAHUN JARAN 2013/2014 PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI I PURWANTORO TAHUN JARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini merupakan permasalahan yang perlu segera diselesaikan. Berbagai tayangan televisi yang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua dan guru sudah barang tentu ingin membina anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, mental sehat dan akhlak yang terpuji.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan dan menyelaraskan pembangunan dan kemajuan, maka nilai akhlak harus tetap dilestarikan dan ditanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dikemudian hari. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan waktu kecil

BAB I PENDAHULUAN. anak dikemudian hari. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan waktu kecil BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orang tua yang bertanggung jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya, karena pengaruh yang diterima

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KOMPARASI HASIL BELAJAR MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA ANTARA LULUSAN SMA DENGAN SMK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menciptakan sumber daya manusia. Dengan adanya sistem pendidikan yang baik dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang pokok dan sangat penting didapat oleh setiap orang. Dengan pendidikan tersebut manusia selalu berproses menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA MENGENAI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1 TAHUN AKADEMIK 2009/2010 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012 PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012 Naskah Publikasi Disusun oleh YULIYATUN A 210 080 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meneruskan nilai- nilai moral melalui pendidikan, ada pandangan yang berpendapat bahwa pendidikan yang bertolak dari asumsi bahwa peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, akan diuraikan simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dalam penelitian yang diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan

Lebih terperinci

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan Pengertian Remaja Definisi Menurut Para Ahli Ciri Tahap dan Perkembangan Masa Remaja Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Pengertian Remaja -Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak kanak dan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu usaha dalam menjawab permasalahan serta berbagai tantangan yang selalu hadir dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan unsur dari berbagai bidang dalam kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya ada tiga ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci