Tahapan Proses Pendataan dan Validasi Data PMKS dan PSKS. Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tahapan Proses Pendataan dan Validasi Data PMKS dan PSKS. Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI"

Transkripsi

1 Tahapan Proses Pendataan dan Validasi Data PMKS dan PSKS Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI

2 LATAR BELAKANG Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pada Pasal 1 ayat 2 Keberhasilan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh kesiapan unit-unit dalam organisasi tersebut terutama dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian Data dan informasi merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam merumuskan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Khususnya data tentang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang merupakan sasaran utama pembangunan kesejahteraan sosial.

3 Data seharusnya dianggap sebagai suatu sumberdaya yang harus dikelola sama baiknya dengan sumberdaya lainnya. Ketersediaan data yang lengkap, akurat, relevan, dan up to date serta berdasarkan by name by address (BNBA) adalah prasyarat penting dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian penyelenggaraan kesejahteraan sosial Data tersebut tentunya harus dikelola dengan baik, terkoordinasi dan terintegrasi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pola dan mekanisme pendataan yang baku, sehingga diharapkan akan terwujud persamaan persepsi tentang pola dan mekanisme pendataan tentang PMKS dan PSKS dari petugas pendata baik tingkat pusat maupun provinsi dan kabupaten/kota.

4 Kondisi saat ini : Masih kurang akuratnya data yang diperoleh dari Dinsos Prov/Kab/Kota Saat ini masih kurangnya data by name by adress Unit teknis melakukan pendataan sendiri-sendiri Membangun sistim informasi terpisah dari Pusdatin (simnapza, sim js odk, js lu, PKH

5 Keadaan yang diharapkan Pusdatin merupakan pintu utama data di Kementerian Sosial RI, data tersebut meliputi database PMKS, data program dan data lainnya Terintegrasinya database PMKS dan PSKS secara online dan realtime dari seluruh Dinas Sosial Provinsi di Indonesia Terintegrasinya data program seluruh unit teknis pada Pusdatin Kesos Pusdatin memperoleh data dari Pendataan langsung (Kecacatan dan KAT) Dinsos Prov/Kab/Kota (PMKS dan PSKS) Lembaga lain (TNP2K, BPS, BNN)

6 Solusi Membuat kebijakan 1 (satu) pintu dalam pendataan dan sumber data Membangun koordinasi dengan Dinsos Prov/Kab/Kota, unit teknis dan lembaga terkait Membangun sistim informasi terpadu

7 JENIS DAN KRITERIA PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) Peraturan Menteri Sosial No : 08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI

8 Konsep dan Definisi PMKS dan PSKS Pengertian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PMKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar 26 JENIS PMKS

9 26 JENIS PMKS 1. Anak balita telantar 2. Anak terlantar 3. Anak yang berhadapan dengan hukum 4. Anak jalanan 5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) 6. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah 7. Anak yang memerlukan perlindungan khusus 8. Lanjut usia telantar 9. Penyandang disabilitas 10.Tuna Susila 11.Gelandangan 12.Pengemis 13.Pemulung 14. Kelompok Minoritas 15. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) 16. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) 17. Korban Penyalahgunaan NAPZA 18. Korban trafficking 19. Korban tindak kekerasan 20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS 21. Korban bencana alam 22. Korban bencana sosia 23. Perempuan rawan sosial ekonomi 24. Fakir Miskin 25. Keluarga bermasalah sosial psikologis 26. Komunitas Adat Terpencil

10 7 (tujuh) katagori masalah kesejahteraan sosial yang menjadi prioritas penanganan 1. Kemiskinan 2. Keterlantaran 3. Kecacatan 4. Ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku 5. Keterasingan 6. Korban bencana, 7. Korban tindak kekerasan, eksploitasi & diskriminasi 10

11 1. Kemiskinan Kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial. Itulah sebabnya masalah kemiskinan dapat muncul sebagai penyebab ataupun pemberat Kemiskinan meliputi jenis PMKS 1. Perempuan rawan sosial ekonomi 2. Fakir miskin

12 14 Kriteria Kemiskinan 1. Hidup dalam rumah dengan ukuran lebih kecil dari 8M2/orang. 2. Hidup dalam rumah dengan lantai tanah atau lantai kayu berkualitas rendah. 3. Hidup dalam rumah dengan dinding terbuat dari kayu berkualitas rendah. 4. Hidup dalam rumah yang tidak dilengkapi dengan WC. 5. Hidup dalam rumah tanpa listrik. 6. Tidak mendapatkan fasilitas air bersih. 7. Menggunakan kayu bakar, arang atau minyak tanah untuk memasak. 8. Mengkonsumsi daging atau susu seminggu sekali. 9. Belanja satu set pakaian baru setahun sekali. 10. Makan hanya sekali atau dua kali sehari. 11. Tidak mampu membayar biaya kesehatan pada Puskesmas terdekat. 12. Pendapatan keluarga kurang dari Rp , per bulan. 13. Pendidikan Kepala Keluarga hanya setingkat Sekolah Dasar. 14. Memilik tabungan kurang dari Rp ,

13 2. Keterlantaran Pengabaian/penelantaran anak-anak dan orang lanjut usia karena berbagai penyebab. Keterlantaran meliputi jenis PMKS 1. Anak balita telantar 2. Anak terlantar 3. Lanjut usia telantar

14 3. Kecacatan Kecacatan diartikan sebagai hilang/terganggunya fungsi fisik maupun fungsi psikologis seseorang. Kecacatan telah menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan atau gangguan terhadap fungsi sosialnya sehingga memengaruhi keleluasan aktivitas fisik, kepercayaan, dan harga diri yang bersangkutan, dalam berhubungan dengan orang lain ataupun dengan lingkungan, Kecacatan meliputi jenis PMKS: 1. Anak dengan kedisabilitasan (ADK) 2. Penyandang disabilitas

15 4. Keterpencilan Masalah isolasi alam yaitu keterpencilan dan keterasingan yang berakibat pada ketertinggalan yang dialami oleh sekitar KK komunitas adat terpencil yang tersebar di 182 lokasi, 158 desa, 139 kecamatan, 82 kabupaten di 30 provinsi. (Sumber: Direktorat PKAT). Keterpencilan mencakup jenis PMKS: Komunitas Adat Terpencil

16 5. Ketunaan Sosial dan Penyimpangan Perilaku Ketunaan memberi indikasi atas ketidakberhasilan fungsi sosial seseorang, yakni tergantungnya salah satu atau lebih fungsi yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, emosi, konsep diri, dan juga kebutuhan religius Penyimpangan perilaku menyangkut ketidak sesuaian perilaku di dalam lingkungan sosialnya akibat pengaruh negatif globalisasi

17 Ketunaan meliputi jenis PMKS: 1. Anak yang berhadapan dengan hukum 2. Anak jalanan 3. Tuna Susila 4. Gelandangan 5. Pengemis 6. Pemulung 7. Kelompok Minoritas 8. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) 9. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) 10. Korban Penyalahgunaan NAPZA 11. Keluarga bermasalah sosial psikologis

18 6. Korban Bencana, Korban Tindak Kekerasan, Eksploitasi dan Diskriminasi Kondisi geografis Indonesia yangberbentuk kepulauan yang tersebar luas dan dipersatukan oleh laut-laut di antara pulau-pulau. Namun karena terbatasnya sarana komunikasi dan angkutan menjadi kendala dalam upaya penanggulangan bencana Bencana lain yang juga mengancam tatanan sosial dan ekonomi Indonesia adalah bencana sosial, yakni bencana yang disebabkan oleh ulah manusia (man-made disasters) antara lain karena kesenjangan ekonomi, diskriminasi, ketidakadilan, kelalaian, ketidaktahuan, ataupun sempitnya wawasan dari sekelompok masyarakat

19 Korban Bencana meliputi jenis PMKS: 1. Korban bencana alam 2. Korban bencana sosial 7. Korban Tindak Kekerasan, Eksploitasi dan Diskriminasi mencakup jenis PMKS: 1. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah 2. Anak yang memerlukan perlindungan khusus 3. Korban trafficking 4. Korban tindak kekerasan 5. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS)

20 Didalam menangani permasalahan kesejahteraan sosial, pemerintah melaksanakan pembangunan kesejahteraan sosial dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui potensi dan sumber kesejahteraan sosial

21 Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PSKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dapat berperan serta untuk menjaga, menciptakan, mendukung, dan memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial

22 12 jenis PSKS 1. Pekerja Sosial Profesional 2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 3. Taruna Siaga Bencana (Tagana) 4. Lembaga Kesejahteraan Sosial 5. Karang Taruna 6. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga 7. Keluarga pioner 8. Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut (WKSBM) 9. Wanita pemimpin kesejahteraan 10. Penyuluh Sosial 11. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan 12. Dunia usaha

23 Langkah-langkah Pendataan 1. Persiapan Penentuan lokasi yang akan dijadikan sebagai lokasi pendataan Penyusunan instrumen pengumpulan data PMKS dan PSKS berdasarkan pendekatan pendataan (keluarga, individu, kelembagaan, masyarakat) yaitu, instrumen Formulir A, Instrumen Formulir B, Instrumen Formulir C, yang akan digunakan dalam pendataan PMKS dan PSKS dengan melakukan uji coba instrumen terlebih dahulu Penghitungan penyebaran jumlah petugas pendata dan estimasi waktu pendataan. Konsolidasi tim dalam rangka menyamakan pemahaman tentang PMKS dan PSKS yang menjadi sasaran pelayanan. Koordinasi dalam pelaksanaan pendataan

24 lanjutan Sosialiasi program pendataan PMKS dan PSKS Pemantapan Instruktur (Koordinator Lapangan) dalam rangka memberikan pemahaman yang sama tentang kegiatan pendataan PMKS dan PSKS melalui pemantapan materi tentang pola pendataan PMKS dan PSKS, Instrumen yang digunakan (Instrumen A,B,C), cara pengisian instrumen, waktu pendataan, pengenalan dasar-dasar tehnik pengumpulan data. Pelatihan Petugas Pendata (Surveyor) yang telah ditunjuk oleh Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota, dilakukan oleh Instruktur (Korlap) yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sama tentang pelaksanaan pendataan PMKS dan PSKS. Materi pelatihan mencakup pola pendataan PMKS dan PSKS, instrumen yang digunakan, cara pengisian instrumen, waktu pelaksanaan.

25 2. Pelaksanaan Pendataan: 1) Listing yaitu, membuat daftar PMKS dan PSKS (melalui instrumen A, B, dan C) yang akan dijadikan sasaran pendataan melalui kegiatan: Sebelum melakukan pendataan PMKS dan PSKS, perlu dilakukan listing di setiap wilayah pendataan lingkup desa/kelurahan tentang PMKS dan PSKS Listing dilakukan oleh pemerintah lingkup desa/kelurahan setempat yang sudah mengenal kondisi PMKS dan PSKS di desa/kelurahan masingmasing Hasil listing dari masing-masing desa/kelurahan dikirim kembali ke Dinas Sosial Provinsi atau Kabupaten/Kota untuk dijadikan sebagai dasar untuk tahap survey dan verifikasi.

26 lanjutan 2) Survey/verifikasi yaitu, melakukan pendataan dan pencatatan sekaligus keberadaan PMKS dan PSKS by name by adress yang ada di wilayah pendataan berdasarkan data hasil listing melalui kegiatan sebagai berikut: Berdasarkan daftar/listing PMKS dan PSKS yang telah dibuat oleh aparat desa/kelurahan, dilakukan mobilisasi petugas pendata (surveyor) yang telah dibekali dengan instrumen pendataan PMKS dan PSKS untuk melakukan proses pendataan dan verifikasi terhadap PMKS dan PSKS yang tercantum dalam listing tersebut. Para petugas harus mengecek kembali (re-check) formulir hasil survey/verifikasi yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan dengan persyaratan yang ditetapkan. Jika sudah sesuai maka dapat dikirimkan kembali ke Dinas Sosial. Jika belum maka perlu dilakukan kembali pengecekan ulang.

27 lanjutan 3) Sweeping yaitu, melakukan pendataan PMKS dan PSKS yang ditemukan di lapangan namun tidak terdapat pada hasil listing melalui kegiatan sebagai berikut: Proses sweeping dilakukan ketika ditemukan data PMKS dan PSKS yang belum masuk kepada data listing yang telah dibuat. Proses sweeping dilakukan setelah proses survey/verifikasi selesai dilaksanakan. Proses ini dilakukan secara langsung di wilayah pendataan jika ditemukan PMKS dan PSKS yang memenuhi kriteria tetapi belum masuk listing maupun melalui hasil survey/verifikasi.

28 3. Pengelolaan data (entri, editing, koding, dan tabulasi) Jenis data Jenis data PMKSdan PSKS yang dimasukan ke dalam database melalui aplikasi entri data yang terintegrasi di dalam SIKS didasarkan pada 3 jenis instrumen yaitu, Instrumen A : pendataan PMKS melalui pendekatan keluarga Instrumen B : pendataan PMKS melalui pendekatan Individu Instrumen C : pendataan PSKS melalui pendekatan kelembagaan

29 4. Analisa Data Jenis Data Jenis data PMKS dan PSKS yang dianalisis dapat dibagi menjadi tiga yaitu, Data PMKS dan PSKS berdasarkan by name by adress (BNBA) Data PMKS dan PSKS berdasarkan kategori Data PMKS dan PSKS prediksi

30 5. Penyajian data Penyajian/penyebarluasan data PMKS dan PSKS dapat dilakukan melalui website, buku, leaflet, booklet, atau media lainnya.

31 Tahapan, Pendekatan, Teknik dan Tata cara Wawancara

32 Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik Secara substansi mempunyai spesifikasi yang berbeda dalam arti berbeda dengan data yang lain. Jenis Statistik berdasarkan tujuan Pemanfaatannya : Statistik Dasar : Luas, Lintas Sektor, Makro, tanggung jawab Badan Pusat Statistik (BPS) Statistik Sektoral : Statistik Sektoral adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan instansi pemerintah tertentu dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan tugas pembangunan yang merupakan tugas pokok instansi pemerintah yang bersangkutan. Statistik Khusus : Statistik Khusus adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan intern dari suatu instansi/perusahaan swasta dalam rangka penyelenggaraan riset atau penelitian misalnya : survei-survei yang sering dilakukan oleh lembaga Survei Riset Indonesia (SRI).

33 Cara Pengumpulan Data a. Sensus Cara pengumpulan data melalui pencacahan semua unit populasi di wilayah NKRI untuk memperoleh karakteristik populasi b. Survei Cara pengumpulan data melalui pencacahan sampel untuk memperkirakan suatu populasi c. Kompilasi Produk Administrasi Pengumpulan data didasarkan pada catatan produk administrasi

34 Tahapan Pendataan Listing Listing adalah aktifitas memperoleh daftar PMKS dan PSKS yang mungkin dapat diperoleh suatu komunitas populasi (provinsi, kabupaten, desa). Verifikasi Setelah didapat listing, surveyor melakukan survey lapangan ke PMKS dan PSKS yang terdapat di dalam listing tersebut. Sweeping Sweeping dilakukan ketika proses pelaksanaan survey lapangan telah dilakukan. Sweeping dilakukan terhadap PMKS dan PSKS yang tidak masuk dalam daftar listing awal namun ditemukan ketika proses verifikasi berlangsung.

35 Pendekatan Pendekatan Rumah Tangga Pendekatan rumah tangga merupakan upaya untuk menghimpun data PMKS dengan unit analisis rumah tangga. Rumah tangga didefinisikan sebagai satuan unit yang tinggal dan hidup dalam satu BTT (Bangunan Tempat Tinggal) dan menggunakan dapur yang sama untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap anggota rumah tangga. Pendekatan Individu Pendekatan individu memuat informasi mengenai keterangan individu setiap anggota rumah tangga. Keterangan individu ini diantaranya mengenai umur, jenis kelamin, hubungan dengan kepala rumah tangga, keterangan kecacatan, dan lain-lain. Pendekatan Kelembagaan Pendekatan kelembagaan dimaksudkan untuk mengungkap informasi yang tidak diperoleh dari dua pendekatan sebelumnya, yaitu pendekatan rumah tangga dan pendekatan individu. Pendekatan ini sangat diperlukan untuk melengkapi analisis profil KAT dan analisis sosial budaya.

36 Teknik Pengumpulan Data Basis data pendekatan rumah tangga dan individu diperoleh dengan cara wawancara dengan kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga yang mengenal dengan jelas kehidupan rumah tangganya. Wawancara ini direkam dalam instrument data by name by address. Selain itu, data dapat dilakukan pula dengan cara studi dokumentasi khususnya dalam rangka penyusunan listing dan persiapan analisis profil dan analisis sosial-budaya. Untuk beberapa hal yang berkaitan dengan kondisi fisik dilakukan pengumpulan data dengan cara observasi.

37 Pendataan PMKS Pendekatan Rumahtangga Sumber data adalah kepala rumahtangga atau anggota rumahtangga yang mengetahui kondisi kehidupan rumahtangga. Dilakukan terhadap 7 jenis PMKS (FORM A) : 1. Anak Balita Terlantar 2. Anak Terlantar 3. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 4. Lanjut Usia Terlantar 5. Anak Dengan Kedisabilitasan (ADK) 6. Penyandang Disabilitas 7. Fakir Miskin

38 lanjutan Pendekatan Kelembagaan (Non-Rumahtangga) Sumber data adalah Dinas/Instansi Sosial, aparat pemerintahan, desa/kelurahan, dan lembaga pelayanan kesejahteraan sosial pemerintah maupun swasta. Dilakukan terhadap 19 jenis PMKS (FORM B): 1. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah 2. Anak yang berhadapan dengan hukum 3. Anak yang memerlukan perlindungan khusus 4. Anak Jalanan 5. Korban Tindak Kekerasan 6. Tuna Susila 7. Pengemis 8. Gelandangan 9. Pemulung 10. Kelompok Minoritas 11. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) 12. Korban Penyalahgunaan NAPZA 13. Komunitas Adat Terpencil 14. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 15. Korban Bencana Alam 16. Korban Bencana Sosial 17. Pekerja Migran Bermasalah Sosial 18. Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) 19. Korban Trafficking

39 lanjutan Pendekatan Kelembagaan /MASYARAKAT (Non-Rumahtangga) Sumber data adalah Dinas/Instansi Sosial, aparat pemerintahan, desa/kelurahan, lembaga pelayanan kesejahteraan sosial pemerintah maupun swasta maupun masyarakat. Dilakukan terhadap 12 jenis PSKS (FORM C): 1. Pekerja Sosial Profesional 2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 3. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial 4. Penyuluh Sosial 5. Taruna Siaga Bencana (Tagana) 6. Karang Taruna (KT) 7. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM) 8. Lembaga Kesejahteraan Sosial 9. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) 10. Keluarga Pioner 11. Dunia Usaha yang melakukan UKS 12. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK)

40 Tugas dan Kewajiban Pendata (TKSK) 1. Mengikuti pelatihan petugas Pendata. 2. Menguasai instrumen pendataan 3. Mengajukan permohonan izin dan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat 4. Mengenali lokasi dan daerah tugasnya. 5. Melaksanakan pendataan pada daerah tugasnya dengan formulir yang telah ditentukan 6. Mengikuti petunjuk dan arahan dari koordinator 7. Mengoreksi dan menandatangani formulir pendataan

41 Tugas dan Kewajiban Koordinator 1. Mengikuti Training Of Trainer (TOT ) Pendataan 2. Membuat jadwal kegiatan pelaksanaan pendataan. 3. Mengkoodinir petugas pendata dalam kegiatan pendataan 4. Mengenali dan memeriksa daerah yang akan didata bersama dengan petugas pendata 5. Mendistribusikan dan mengumpulkan dokumen yang diperlukan. 6. Melaksanakan pemeriksaan kebenaran isian data (Quality Control) dengan cara memeriksa kebenaran pengisian formulir yang digunakan, terutama konsistensi atau kelengkapannya. Bila isian tidak lengkap, tidak konsisten, dan tidak wajar formulir dikembalikan kepada Petugas pendata untuk dilengkapi atau diperbaiki. 7. Membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui oleh petugas pendata.

42 Tata Tertib Pendataan Untuk mendapatkan data yang akurat, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Kuasai konsep, definisi, maksud, dan tujuan pendataan; 2. Isilah instrumen sesuai dengan perintah yang tersedia, menggunakan pensil hitam, huruf kapital agar mudah dibaca, dan teliti kembali formulir yang telah diisi serta perbaiki bila terdapat kesalahan pengisian sebelum diserahkan ke koordinator pendata; 3. Instrumen yang telah diisi agar ditanda tangani oleh petugas pendata, koordinator dengan menggunakan ballpoint.

43 Tata Cara Pengisian Instrumen Dalam pengisian instrumen, perlu diperhatikan jenis aturan pengisian yang masing-masing berlaku untuk Kolom atau pertanyaan tertentu. Pada dasarnya, cara pengisian Kolom atau pertanyaan dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Menuliskan nama/keterangan di tempat yang tersedia kemudian membubuhkan kode yang bertalian dengan nama/keterangan yang dimaksud pada kotak yang tersedia; 2. Memberi tanda silang (X) kode jawaban, kemudian menuliskan ke kotak yang tersedia; 3. Memberi tanda silang (X) kode jawaban lebih dari 1 kotak yang tersedia ( terdapat dalam Form C ).

44 Tata Cara Pengisian Kuesioner 1. Menuliskan nama di tempat yang tersedia dan mengisikan kode pada kotak yang tersedia; Contoh:

45 Tata Cara Pengisian Kuesioner 2. Melingkari/memberi tanda silang kode jawaban, kemudian menuliskan ke kotak yang tersedia; Contoh: 3. Memberi tanda silang (X) kode jawaban lebih dari 1 kotak yang tersedia ( terdapat dalam Form C ).

46 Etika Wawancara Mengatur waktu kunjungan ke responden, sehingga responden tidak terganggu dan siap melakukan wawancara Dalam melakukan wawancara, petugas Pendata tidak diperkenankan didampingi oleh siapapun kecuali Koordinator pendataan Pada saat akan memasuki rumah responden untuk wawancara, lakukan dengan sopan seperti ucapkan salam, mengetuk pintu atau cara lain yang berlaku. Selanjutnya lakukan rangkaian wawancara dengan ramah dan menggunakan tata bahasa yang jelas Wawancara dimulai dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan saudara, tunjukkan kartu/tanda pengenal petugas pendata Sebelum mulai mengajukan pertanyaan, jelaskan tujuan diadakannya pendataan dan berikan keyakinan bahwa keterangan yang diberikan akan dirahasiakan

47 lanjutan Perhatikan komunikasi dengan responden agar ia tidak merasa segan untuk memberi jawaban yang tepat dan benar. Bila responden tidak dapat berbahasa Indonesia, gunakan bahasa yang dikuasai oleh responden, sepanjang tidak mengubah arti pertanyaan Dalam melakukan pendataan, petugas pendata akan menemui berbagai sikap responden. Gunakan kecakapan, ketrampilan, kesabaran, dan keramahan agar wawancara berhasil Jika responden membelokkan percakapan ke hal-hal yang menyimpang dari tujuan pendataan, kembalikanlah pembicaraan secara bijaksana ke arah form isian Bila responden tetap menolak untuk memberikan jawaban, laporkan kepada Koordinator pendataan

48 lanjutan Jangan memberikan tanggapan/kesan yang tidak baik terhadap jawaban yang diberikan. Harus mampu bersikap tenang dalam menghadapi suasana yang tidak diinginkan dan sabar dalam menghadapi rasa ingin tahu mereka dan dapat menjawab segala pertanyaan dengan tenang Setelah selesai melakukan pendataan, jangan lupa ucapkan terima kasih atas bantuan responden. Katakan kepada responden bahwa mungkin petugas akan datang lagi bila ada keterangan yang masih diperlukan, dan lanjutkan kunjungan ke keluarga lainnya Kunjungan ulang dapat dilakukan bila pada kunjungan pertama keterangan yang didapat belum lengkap atau mungkin atas perintah Koordinator pendata Petugas pendata jangan menjanjikan pemberian bantuan dalam bentuk apapun

49 Definisi Umum Verifikasi adalah pemeriksaan dan pengkajian untuk menjamin kebenaran data PMKS Validasi adalah suatu tindakan untuk menetapkan kesahihan data PMKS berdasarkan kriteria yang di tentukan Pencacah adalah petugas yang melakukan pengumpulan data melalui wawancara dengan responden. Bangunan Fisik (BF) adalah tempat berlindung tetap maupun sementara yang mempunyai dinding, lantai dan atap, baik digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal. Bangunan Sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu keluar masuk sendiri dan merupakan satu kesatuan fungsi/ penggunaan. Untuk rumah kantor (rukan) atau rumah toko (ruko) yang mempunyai pintu keluar masuk tersendiri, maka dihitung sebagai bangunan sensus tersendiri.

50 lanjutan Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Rumah tangga umumnya terdiri dari ibu, bapak, anak, orang tua/mertua, famili, pembantu dan lainnya (BPS). Anggota Rumah Tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga baik yang berada di rumah tangga maupun yang sementara tidak ada pada waktu pendataan. Orang yang telah tinggal dalam rumah tangga selama 6 bulan atau lebih, atau yang tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap/berencana tinggal selama 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga. Sebaliknya anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga.

51 lanjutan Anggota Rumah Tangga (ART) Contoh: Sutarno dan istrinya tinggal menumpang di rumah bapak ibunya (Parmo dan Supriati). Sutarno adalah pencari barang bekas dan Parmo adalah tukang becak. Penghasilan Sutarno dan Parmo setiap hari disatukan untuk memenuhi kebutuhan makan dan kebutuhan lainnya. Dalam contoh ini, di rumah Pak Parmo hanya ada 1 rumah tangga. Sutarno dengan istrinya dan Supriati merupakan ART.

52 lanjutan Kepala Rumah Tangga (KRT) adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga, atau orang yang dituakan/dianggap/ ditunjuk sebagai KRT. Khusus untuk KRT yang mempunyai kegiatan/usaha di tempat lain dan pulang ke rumah istri dan anak-anaknya secara berkala (setiap minggu, setiap bulan, setiap 3 bulan tetapi kurang dari 6 bulan), tetap dicatat sebagai KRT di rumah istri dan anak-anaknya.

53 lanjutan Kepala Rumah Tangga (KRT) Contoh: a. Untuk menghidupi keluarganya, Anton berjualan sate di Jakarta. Istri dan ketiga anaknya tinggal di Sukabumi yang berjarak 100 km dari Jakarta. Anton pulang ke Sukabumi setiap akhir bulan. Karena Anton adalah KRT, maka ia tetap dicatat sebagai KRT di Sukabumi. b. Ibu Martilah tinggal bersama anaknya, yang bernama Subagyo yang masih menganggur. Karena ibunya sudah tua dan menjanda, maka segala urusan dengan lingkungan dan orang lain diurus oleh Subagyo. Dalam contoh ini, Subagyo dapat dicatat sebagai KRT, karena ia ditunjuk oleh ibunya untuk menjadi kepala rumah tangga.

54 lanjutan Keluarga adalah sekelompok orang yang mempunyai pertalian darah dan atau hukum yang terdiri dari suami, istri, dan atau anak-anaknya (keluarga batih atau keluarga inti) atau terdiri dari keluarga batih ditambah dengan beberapa orang yang mempunyai hubungan kekerabatan langsung (keluarga besar/extended family) dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Jumlah keluarga dalam suatu rumah tangga biasanya didasarkan atas banyaknya pasangan suami-istri di rumah tangga tersebut. Bisa disebut keluarga apabila ada 2 status hubungan dengan kepala keluarga yang berbeda, misalnya suami dan istri, bapak dan anak atau ibu dan anak. (hal 8)

55 A. Pengolahan Data: 1. Entri Instrumen A : pendataan PMKS melalui pendekatan keluarga Instrumen B : pendataan PMKS melalui pendekatan kelembagaan Instrumen C : Pendataan PSKS melalui pendekatan masyarakat

56 lanjutan 2. Pemerikasaan Data (Editing) Kelengkapan pengisian Kejelasan tulisan Kejelasan makna Konsistensi/keajegan dan kesesuaian antar jawaban Relevansi jawaban Keseragaman kesatuan data

57 lanjutan 3. Pembuatan Kode (Coding) Manfaat: Mempermudah dan mempercepat analisis Mempermudah penyimpanan data

58 Sistem pengkodean berdasarkan pada jenis pertanyaan: 1. Pertanyaan yang jawabannya berupa angka 2. Pertanyaan tertutup 3. Pertanyaan setengah terbuka 4. Pertanyaan terbuka 5. Pertanyaan tertutup yang jawabannya bisa dipilih lebih dari satu

59 lanjutan 4. Penyederhanaan Data Dilakukan dengan membuat klasifikasi, yaitu: menggolongkan data dari ratusan/puluhan jawaban.

60 B. Analisis Data Rencana analisis Mengapa diperlukan Rencana Analisis? Data yang dikumpulkan pada kenyataannya tidak selalu sama dengan yang ditemukan Kebutuhan analisis dapat diperinci lebih dulu dan disesuaikan dengan data yang terkumpul

61 lanjutan Analisis Data Identifikasi data PMKS dan PSKS Tabulasi data PMKS dan PSKS Membuat tabel frekuensi data PMKS dan PSKS Data terpilah sesuai kebutuhan Analisis hubungan antar variabel kuantitatif dan kualitatif

62 C. Penyajian Data Dalam bentuk Web (PMKS, PSKS, simcat, simkat, Kube) Penyajian data dalam bentuk gambar, grafik Penyajian data dalam bentuk tabel frekuensi Penyajian data dengan angka mutlak dan persen Penyajian data dalam bentuk buku

63 SISTIM INFORMASI KESEJAHTERAAN SOSIAL A. PENGERTIAN SIKS adalah suatu sistem informasi yang terdiri dari beberapa komponen yaitu pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyimpanan data kesejahteraan sosial dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi Dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan. (Desa/Lurah s.d Tingkat Nasional)

64 Skema Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS) Pengumpulan Data Sistem Informasi Komponen Sistem Pengolahan Penyajian dan Diseminasi Sistem Teknologi Informasi Penyimpanan

65 Tercipta & Terbinanya Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS) yang didukung IT sehingga mampu menyajikan data / informasi yang akurat, cepat, tepat & mutakhir (update) Pendataan Tujuan SIKS Data Akurat Organisasi / Perencanaan Sehat Implementasi Tepat Hasil / Program Tercapai Pengawasan Ketat

66 Komponen SIKS 1. Pengumpulan data; Data dikumpulkan oleh Pusdatin Kesos dengan melakukan pendataan seperti pendataan penyandang disabilitas (33 prov), Komunitas Adat Terpencil (9 prov), kompilasi data di dinas sosial provinsi, dan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu menitipkan modul kesejahteraan sosial dalam Survey Sosial Ekonomi Nasional, PPLS kepada Badan Pusat Statistik, survey di daerah dan pengumpulan data sekunder dari instansi terkait. 2. Pengolahan data; Data yang terkumpul diolah untuk memperoleh informasi dari berbagai perspektif. Proses pengolahan data meliputi entri, editing, koding, dan tabulasi Aplikasi dalam pengolahan data menggunakan excel, Dbase, SPSS, My SQL, dan Sybase Saat ini sedang dikembangkan aplikasi pengolahan dan penyajian data melalui aplikasi PMKS yang kedepan diharapkan dapat terhubung/terintegrasi ke 33 provinsi dengan menggunakan teknologi informasi

67 Lanjutan 3. Penyajian data; Informasi yang diperoleh dari pengolahan data dimaksud, ditampilkan melalui Sistem informasi seperti simcat, simkat, GIS, JS LU, JS ODK, dan media cetak seperti : Buku, Leaflet dan lain-lain serta media elektronik intranet dan internet. 4. Aplikasi SIKS merupakan Aplikasi berbasis web yang terdiri dari beberapa modul aplikasi untuk mengolah data dari hasil pengumpulan data yang saat ini terdiri dari modul PMKS- PSKS, IKU, PBI Jamkes, LKS ODK dan modul modul lainnya yang akan dikembangkan ke depan 4. Penyimpanan data; Pada saat data layak untuk disajikan sangat diperlukan adanya file backup (data cadangan yang memadai) yang disimpan dalam media penyimpanan data yang tepat agar ketersediaan data dan informasi tersebut dapat mudah untuk diakses kembali pada saat diperlukan.

68 Kebijakan Meningkatkan Tata Kelola Sistem Teknologi Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS). Dengan langkah2 Standardisasi instrumen pendataan secara terpadu dan nasional (terutama dengan BPS) Pemuktakhiran data lebih akurat, rinci, valid dan up to date Peningkatan profesionalitas SDM pulahta+informasi untuk menjadi jabatan fungsional statistisi yang menguasai sistem TI Memantapkan manajemen SIKS & TI Membangun Networking SIKS secara nasional

69 Program dalam SIKS 1. Pengembangan SIKS antara Pusdatin dengan Unit Teknis dan Pemda Prov,Kab/Kota, Peningkatan Kapasitas pusat dan daerah dalam SIKS Pemantapan SDM Pengumpul dan Pengolah Data dan Informasi Kesos serta SIKS Peningkatan kapasitas kemampuan pengelolaan program dalam hal pengumpulan dan pengolahan database berdasar gender, pengolahan dan penyajian data dasar tentang Kemiskinan, PMKS dan PSKS Peningkatan koordinasi inter dan intra instansi pusat-daerah 2. Pengembangan sarana dan prasarana SIKS Pengembanan jaringan SIKS melalui TI Pengadaan alat pengolahan data dan aset untuk kelancaran kegiatan operasional

70 Strategi dalam SIKS Aplikasi TI / Pragmatis Sensivity (Kepekaan) dengan ciri ciri penyajian data lengkap, rinci, valid dan up to date Partnership, keterlibatan instansi pusat dan daerah dalam posisi seimbang dalam kaitannya dengan data & informasi SIKS / Networking Kecepatan dan ketepatan penyajian dalam hubungannya dengan pengambilan kebijakan nasional maupun lokal / inovatif Wilingness / Win Win Solution

71 SIKS INTEGRASI NASIONAL DATABASE PMKS,PSKS DAN RUMAH TANGGA MISKIN (AKURAT, TERKINI, HANDAL) (APLIKASI PMKS & PSKS - REALTIME) KEMISKINAN DATA PPLS DATA PMKS & PSKS (DINSOS) 2. DATA PPLS TERVERIFIKASI DAN VALIDASI DATA PBI JAMKESMAS) Kepmensos no 8 tahun 2012 PMKS 26 -PSKS 12 UU NO PMKS (PPLS 2011) PMKS 19 PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL UU NO PP NO KEMENSOS 1. PENANGANAN MASALAH KEMISKINAN 2. VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA PEND MISKIN DAN PBI JAMKESMAS PENGEMBANGAN KAPASITAS DAERAH UNTUK SIKS Teknik Pendataan PMKS DAN PSKS Pelatihan aplikasi PMKS dan PSKS INSTANSI SOSIAL (33 PROV/497KAB/KOTA)

72 TERIMAKASIH

TAHAPAN PROSES PENDATAAN DAN VALIDASI DATA PMKS DAN PSKS. PUSAT DATA DAN INFORMASI KESEJAHTERAAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI

TAHAPAN PROSES PENDATAAN DAN VALIDASI DATA PMKS DAN PSKS. PUSAT DATA DAN INFORMASI KESEJAHTERAAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI TAHAPAN PROSES PENDATAAN DAN VALIDASI DATA PMKS DAN PSKS. PUSAT DATA DAN INFORMASI KESEJAHTERAAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI Tahapan Proses Pendataan dan Validasi Data PMKS dan PSKS Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS DAERAH UNTUK SISTEM INFORMASI KESEJAHTERAAN SOSIAL APLIKASI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PENGEMBANGAN KAPASITAS DAERAH UNTUK SISTEM INFORMASI KESEJAHTERAAN SOSIAL APLIKASI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PENGEMBANGAN KAPASITAS DAERAH UNTUK SISTEM INFORMASI KESEJAHTERAAN SOSIAL APLIKASI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PUSAT DATA DAN INFORMASI KESEJAHTERAAN SOSIAL BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BIDANG SOSIAL BUDAYA. Oleh: Dr. Dra. Luluk Fauziah, M.Si Disampaikan saat pembekalan KKN Mahasiswa UMSIDA 9 Juli 2017

BIDANG SOSIAL BUDAYA. Oleh: Dr. Dra. Luluk Fauziah, M.Si Disampaikan saat pembekalan KKN Mahasiswa UMSIDA 9 Juli 2017 BIDANG SOSIAL BUDAYA Oleh: Dr. Dra. Luluk Fauziah, M.Si Disampaikan saat pembekalan KKN Mahasiswa UMSIDA 9 Juli 2017 Meliputi : Pemberdayaan Panti Pendampingan Anak Jalanan Aparatur PemerintahDesa Pembinaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.567, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Pendataan. Pengelolaan Data. Penyandang. Masalah Kesejahteraan Sosial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PROGRAM TKSK

ARAH KEBIJAKAN PROGRAM TKSK KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA ARAH KEBIJAKAN PROGRAM TKSK RABU, 27 AGUSTUS 2014 Disampaikan Oleh : Drs. Hasbullah,M.Si Direktur PKKS Ditjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan 1 MASALAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 5 TAHUN tentang

PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 5 TAHUN tentang Booklet PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 5 TAHUN 2016 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan

Lebih terperinci

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlantaran baik anak maupun lanjut usia, kecacatan, ketunasosialan,

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL A. KONDISI UMUM Pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan sosial selama periode 2001-2004 memperlihatkan kondisi yang menggembirakan, terutama

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1167, 2017 KEMENSOS. Standar Nasional SDM Penyelenggara Kesejahteraan Sosial. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL A. KONDISI UMUM Pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan sosial selama periode 2001-2004

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang

Lebih terperinci

Peningkatan Kapasitas Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial Dalam Verifikasi dan Validasi Data Kemiskinan

Peningkatan Kapasitas Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial Dalam Verifikasi dan Validasi Data Kemiskinan Peningkatan Kapasitas Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial Dalam Verifikasi dan Validasi Data Kemiskinan Hartono Laras Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial RI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa

Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa Disampaikan pada : Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII di Hotel Grand Inna Muara, Padang Sumatera Barat Tanggal 19 April 2015 POSISI STRATEGIS

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH : DINAS SOSIAL KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH PROVINSI NTB TAHUN ANGGARAN : 2016 SASARAN STRATEGIS

Lebih terperinci

RANCANGAN. PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Nomor : Tahun 2016

RANCANGAN. PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Nomor : Tahun 2016 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Nomor : Tahun 2016 TENTANG PENANGANAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL SAMARINDA, Pebruari 2016 2 RANCANGAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONSEIA, PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONSEIA, PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Lebih terperinci

Jl. Sukarno Hatta Giri Menang Gerung Telp.( 0370 ) , Fax (0370) Kode Pos TELAAHAN STAF

Jl. Sukarno Hatta Giri Menang Gerung Telp.( 0370 ) , Fax (0370) Kode Pos TELAAHAN STAF PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Sukarno Hatta Giri Menang Gerung Telp.( 0370 ) 681150, 681156 Fax (0370) 681156 Kode Pos 83363 TELAAHAN STAF Kepada : Bapak

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN

DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN LAPORAN KINERJA DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, Laporan Kinerja Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2012 TENTANG PENERIMA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BIMBINGAN LANJUT DAN RUJUKAN BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial 22. URUSAN SOSIAL Perlindungan dan kesejahteraan sosial diperlukan bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Meskipun telah banyak dicatat beberapa keberhasilan, beberapa masalah

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : Tahun 2017 27 Januari 2017 PEMERINTAH KOTA MEDAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 70 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarmasin, 10 Januari 2015 KEPALA DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KATA PENGANTAR. Banjarmasin, 10 Januari 2015 KEPALA DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, Laporan Kinerja Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 dapat diselesaikan. Laporan kinerja merupakan bentuk

Lebih terperinci

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 17,800, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 45,668,879, BELANJA LANGSUNG 53,024,950,000.00

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 17,800, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 45,668,879, BELANJA LANGSUNG 53,024,950,000.00 Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.13 URUSAN WAJIB Sosial 1.13.01 Dinas Sosial KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 17,800,000.00 00 00 1 2 Retribusi Daerah 17,800,000.00 PENDAPATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka implementasi Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan untuk mendukung

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS SOSIAL KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NO

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS SOSIAL KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NO Lampiran PK PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS SOSIAL KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 2 3 4 TARGET 1 Tersedianya Layanan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL - 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN

LAPORAN KEGIATAN TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN LAPORAN KEGIATAN TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN BULAN OKTOBER DESEMBER 2009 DAN BULAN JANUARI 2010 DISUSUN OLEH: Rully Abdul Aziz TKSK PACET TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN (TKSK) KECAMATAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL I. UMUM Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan

Lebih terperinci

2017, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P

2017, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P No.202, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. SIGA. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 481 /PER/ G4 /2016 TENTANG SISTEM INFORMASI KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Perlindungan dan kesejahteraan sosial diperlukan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS SOSIAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS SOSIAL PROVINSI SULAWESI SELATAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS SOSIAL PROVINSI SULAWESI SELATAN NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (1) (2) (3) (4) 1 2 Berkontribusinya menurunkan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Pancasila

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL, PENGENDALIAN PENDUDUK

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG 2012, No.567 14 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDATAAN DAN PENGELOLAAN DATA PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS SOSIAL

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS SOSIAL PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS SOSIAL Jln. A. Yani No. 38 Telp. ( 0342 ) 801357 BLITAR KEPUTUSAN KEPALA DINAS SOSIAL KABUPATEN BLITAR NOMOR : 467/ /409.102/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

MEMBANGUN PENDATAAN & PENDAFTARAN PENDUDUK PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)

MEMBANGUN PENDATAAN & PENDAFTARAN PENDUDUK PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) MEMBANGUN PENDATAAN & PENDAFTARAN PENDUDUK PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) Direktur Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 6 Februari 2015 TRANSFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL YANG

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Khofifah Indar Parawansa

Khofifah Indar Parawansa SAMBUTAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Khofifah Indar Parawansa OPEN PARTNERSHIP DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Disampaikan pada acara Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII di

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS SOSIAL PROVINSI BALI PERIODE 2013-2018

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS SOSIAL PROVINSI BALI PERIODE 2013-2018 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS SOSIAL PROVINSI BALI PERIODE 2013-2018 Tugas Pokok Dinas Provinsi Bali Fungsi Dinas Provinsi Bali : Membantu Gubernur Bali dalam menyelenggarakan Pemerintahan di Bidang Kesejahteraan

Lebih terperinci

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial 22. URUSAN SOSIAL UUD 45 telah mengamanatkan bahwa Negara wajib memberi perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial. Beberapa masalah yang masih perlu mendapat perhatian diantaranya masih rendahnya kualitas

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS SOSIAL PROVINSI BALI TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS SOSIAL PROVINSI BALI TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS SOSIAL PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 Tujuan Sasaran Strategis Target Strategi Satuan Uraian Indikator Tujuan Target Tujuan Uraian Indikator Kinerja 2014 2015 2016 2017 2018 Kebijakan

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL ACEH 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi. Hasil pelaksanaan urusan Sosial tahun 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi. Hasil pelaksanaan urusan Sosial tahun 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut : 22. URUSAN SOSIAL a. Program dan Kegiatan. Program pokok pelaksanaan urusan Sosial tahun 2012 adalah: 1) Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan

Lebih terperinci

Panduan Pendataan PMKS PSKS Dilengkapi dengan Kode Wilayah 0

Panduan Pendataan PMKS PSKS Dilengkapi dengan Kode Wilayah 0 Panduan Pendataan PMKS PSKS Dilengkapi dengan Kode Wilayah 0 Kata Pengantar Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) telah diakui sebagai data

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM. Dinas Sosial 1.

LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM. Dinas Sosial 1. 57 Dinas Sosial 1. KEPALA DINAS LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM Kepala Dinas Sosial Kabupaten Karangasem mempunyai tugas

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 52

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 52 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 52 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME VERIFIKASI, VALIDASI DAN PEMANFAATAN DATA TERPADU PROGRAM PENANGANAN FAKIR MISKIN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG 1 PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE A DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE A DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI) - 1 - LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL DAERAH PROVINSI DAN DINAS SOSIAL DAERAH KABUPATEN/KOTA. PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDATAAN DAN PENGELOLAAN DATA PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS SOSIAL

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS SOSIAL PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS SOSIAL Jln. A. Yani No. 38 Telp. ( 0342 ) 801357 BLITAR KEPUTUSAN KEPALA DINAS SOSIAL KABUPATEN BLITAR NOMOR : 460/14.2/409.102/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi : Provinsi Kalimantan Selatan Tugas : Melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dibidang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA Rencana Strategis Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat secara lengkap termuat dalam Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang dilaksanakan secara berkesinambungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata. Hasil dari pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BHINNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE C DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE C DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI) - 1 - LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL DAERAH PROVINSI DAN DINAS SOSIAL DAERAH KABUPATEN/KOTA. PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS

Lebih terperinci

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE A DAERAH PROVINSI (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE A DAERAH PROVINSI (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI) - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL DAERAH PROVINSI DAN DINAS SOSIAL DAERAH KABUPATEN/KOTA. PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR p BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEWENANGAN KEMENTERIAN SOSIAL DALAM VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA KEMISKINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KHOFIFAH INDAR PARAWANSA

KEWENANGAN KEMENTERIAN SOSIAL DALAM VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA KEMISKINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KHOFIFAH INDAR PARAWANSA KEWENANGAN KEMENTERIAN SOSIAL DALAM VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA KEMISKINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KHOFIFAH INDAR PARAWANSA Disampaikan pada Acara Rakornas Verifikasi dan Validasi Database Kemiskinan,

Lebih terperinci

- 2 - (Tabel A) Tabel Verifikasi dan Validasi Perubahan Data PBI Jaminan Kesehatan NAMA ANGGOTA KELUARGA/ TAMBAHAN NIK ALAMAT NO KK

- 2 - (Tabel A) Tabel Verifikasi dan Validasi Perubahan Data PBI Jaminan Kesehatan NAMA ANGGOTA KELUARGA/ TAMBAHAN NIK ALAMAT NO KK LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE B DAERAH PROVINSI (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE B DAERAH PROVINSI (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI) - 1 - LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL DAERAH PROVINSI DAN DINAS SOSIAL DAERAH KABUPATEN/KOTA. PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2017 KEMENSOS. Standar Rehabilitasi Sosial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG 30 PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL I. UMUM Kota Tangerang Selatan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 1 30.F t JHUN 2008

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 1 30.F t JHUN 2008 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 1 30.F t JHUN 2008 TENTANG. PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN SOSIAL KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

: SOSIAL ORGANISASI : DINAS SOSIAL Halaman sebelum perubahan

: SOSIAL ORGANISASI : DINAS SOSIAL Halaman sebelum perubahan URUSAN PEMERINTAHAN : 1.13. - SOSIAL ORGANISASI : 1.13.01. - DINAS SOSIAL Halaman. 113 Jumlah 1.13.1.13.01.00.00.4. PENDAPATAN 1.13.1.13.01.00.00.4.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.13.1.13.01.00.00.4.1.2. RETRIBUSI

Lebih terperinci

Dirjen. Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial RI 2012

Dirjen. Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial RI 2012 Disampaikan oleh: Drs. Hartono Laras, M.Si Dirjen. Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Dirjen. Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial RI 2012 1 UU No. 11/2009

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2016

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2016 BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Paska Konflik

RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Paska Konflik RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Paska Konflik WILAYAH : Sulawesi Hari/ Tanggal : Jumat/30 April 2010 Sesi

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 8 TAHUN 2015

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 8 TAHUN 2015 1 BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 8 TAHUN 2015 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE B DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE B DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI) - 1 - LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL DAERAH PROVINSI DAN DINAS SOSIAL DAERAH KABUPATEN/KOTA. PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan

Lebih terperinci

PERAN STRATEGIS PENYULUHAN SOSIAL DALAM PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : EMMY WIDAYANTI Staf Ahli Bid. Hubungan Antar Lembaga

PERAN STRATEGIS PENYULUHAN SOSIAL DALAM PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : EMMY WIDAYANTI Staf Ahli Bid. Hubungan Antar Lembaga PERAN STRATEGIS PENYULUHAN SOSIAL DALAM PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Oleh : EMMY WIDAYANTI Staf Ahli Bid. Hubungan Antar Lembaga Pada akhir RPJMN II,Target MDGs untuk menurunkan angka kemiskinan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial dilaksanakan sebagai wujud dan amanah pengamalan UUD 1945 yang dilaksanakan bersama-sama masyarakat, dunia usaha, pemerintah

Lebih terperinci

KEPALA DINAS UPTD SEKRETARIAT BIDANG PARTISIPASI SOSIAL DAN MASYARAKAT BIDANG REHABILITASI SOSIAL BIDANG PELAYANAN SOSIAL

KEPALA DINAS UPTD SEKRETARIAT BIDANG PARTISIPASI SOSIAL DAN MASYARAKAT BIDANG REHABILITASI SOSIAL BIDANG PELAYANAN SOSIAL DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG INFORMASI BERKALA A. Profil Kedudukan SKPD 1. Kedudukan Kedudukan Dinas Sosial yaitu penyelenggara pelayanan dalam bidang kesejahteraan 2. Struktur Struktur Organisasi Dinas Sosial

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB SOSIAL. Hal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

URUSAN WAJIB SOSIAL. Hal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 13. A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan pada urusan sosial diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat terutama bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN SOSIAL

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN SOSIAL SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

2. Kelompok Masyarakat adalah kelompok sasaran penerima bantuan warga binaan sosial Dinas Sosial Kabupaten Karawang;

2. Kelompok Masyarakat adalah kelompok sasaran penerima bantuan warga binaan sosial Dinas Sosial Kabupaten Karawang; LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2011 TANGGAL : PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL KEPADA KELOMPOK MASYARAKAT PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL ( PMKS ) PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS SOSIAL, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.43, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial. Profesi. Pekerjaan Sosial. Standar. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan sosial merupakan

Lebih terperinci