BAB 2 LANDASAN TEORI
|
|
- Glenna Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Fungsi dan Tujuan Museum adalah lembaga dan tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasikan koleksi kepada masyarakat. Museum memiliki tugas dan kegiatan dan memamerkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Fungsi museum secara umum adalah sebagai pusat dokumentasi, pusat penyaluran ilmu untuk umum, pusat penikmatan karya seni, pusat perkenalan budaya antar bangsa atau wilayah, obyek wisata, dan yang terpenting adalah sebagai media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan. Museum juga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, dan melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk keperluan studi, pendidikan dan rekreasi. Ada beberapa tujuan dari museum yang pertama adalah tujuan bagi pendidikan memfasilitasi kebutuhan para pelajar yang ingin belajar mengenai perkembangan zaman mulai dari zaman pra sejarah sampai ke zaman modern ini. Yang kedua, tujuan museum adalah sebagai obyek wisata yang sarat akan ilmu pengetahuan sehingga pengunjung tidak hanya dapat berekreasi ke museum tetapi juga dapat belajar mengenai benda-benda hasil perkembangan kebudayaan. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, 1989) Klasifikasi Jenis Kegiatan Kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalam area museum antara lain : Pengumpulan koleksi, kegiatan ini antara lain jual beli koleksi, peminjaman koleksi, pembuatan film dokumenter, dan lain sebagainya. Penyimpanan dan pengelolaan koleksi, kegiatan ini antara lain penyimpanan, penampungan, penelitian dan penggandaan (reproduksi).
2 7 Preservasi, kegiatan ini antara lain meliputi reproduksi, penyimpanan dan registrasi. Reproduksi bertujuan sebagai cadangan untuk menyelamatkan koleksi asli. Penyimpanan adalah menyelamatkan koleksi asli dari faktor yang merugikan. Sedangkan registrasi adalah pemberian dan penyusunan keterangan menyangkut benda koleksi. Observasi, penyeleksian koleksi untuk disesuaikan dengan persyaratan koleksi museum. Apresiasi, yang meliputi pendidikan yaitu sebagai penunjang fungsi museum sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat yang sifatnya non formal dan rekreatif maksudnya adalah museum sebagai obyek rekreasi yang menyajikan acara yang menghibur. Komunikasi, kegiatan ini meliputi pameran pada ruang-ruang pamer yang merupakan sarana komunikasi antara masyarakat atau pengunjung dengan materi koleksi, yang dibantu dengan guide dan pertemuan antara pengelola dengan masyarakat sebagai penunjang kegiatan. Lalu ada pula kegiatan administrasi pada saat akan memasuki kawasan museum Klasifikasi Fasilitas Fasilitas-fasilitas yang tersedia di area museum meliputi : Ruang pameran tetap Ruang pameran temporer Ruang auditorium Ruang kantor atau administrasi Ruang perpustakaan Ruang penyimpanan koleksi Bengkel reparasi Kafetaria Tempat penjualan souvenir Ruang penjualan tiket dan penitipan barang Ruang lobby Ruang toilet Ruang parkir Ruang pos jaga
3 Persyaratan Umum Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk membuat sebuah museum adalah sebagai berikut : Lokasi Museum Lokasi Yang Strategis Lokasi yang dipilih hendaknya strategis tanpa mengutamakan kepentingan pengelola, tetapi mengutamakan kepentingan penggunanya yaitu masyarakat, pelajar, mahasiswa, ilmuwan,dan wisatawan. Lokasi Yang Sehat Lokasi yang sehat diartikan lokasi yang digunakan untuk berdirinya sebuah museum harus jauh dari daerah industri yang banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau bertanah pasir Persyaratan Bangunan Persyaratan yang mengatur bentuk ruang museum dijabarkan sebagai berikut ini : a. Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan sesuai dengan fungsi dan aktivitas, ketenangan dan keramaian, dan keamanan. b. Pintu masuk utama diperuntukkan bagi pengunjung. c. Pintu masuk service diperuntukkan bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus. d. Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk perpustakaan dan ruang rapat. e. Area private terdiri dari laboratorium konservasi, studio preparasi dan gudang penyimpanan. f. Area publik atau umum terdiri dari bangunan utama meliputi pameran tetap, pameran temporer dan peragaan, auditorium, kafetaria, keamanan, gift shop, ticket box, penitipan barang, lobby, dan tempat parkir Persyaratan Khusus Untuk Bangunan 1. Bangunan Utama Mewadahi kegiatan pameran tetap dan temporer harus dapat memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan, mudah pencapaiannya baik dari dalam maupun dari luar, merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh
4 9 pengunjung museum, dan memiliki sistem keamanan yang baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami ataupun karena curian. 2. Bangunan Auditorium Bangunan ini harus dapat dengan mudah dicapai oleh umum dan dapat digunakan untuk ruang pertemuan, diskusi atau ceramah. 3. Bangunan Khusus Bangunan ini harus terletak di tempat yang kering, mempunyai pintu masuk khusus, dan memiliki sistem keamanan yang baik dari segalam macam bentuk pengrusakkan (kebakaran, pencurian, kerusakan alami). 4. Bangunan Administrasi Bangunan ini harus terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umun maupun terhadap bangunan lainnya Persyaratan Ruang Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer berdasarkan standarisasi yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Pencahayaan dan Penghawaan Pencahayaan dan penghawaan adalah aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi-koleksi museum. Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 21 o C 26 o C. Sedangkan intensitas pencahayaan yang disarankan sebesar 50 lux dengan meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut :
5 10 Gambar Pencahayaan Alami Pada Museum ( 3 Maret 2013) 2. Ergonomi dan Tata Letak Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati dan mengapresiasi koleksi, maka peletakkan peraga atau koleksi turut berperan. Berikut standar-standar peletakkan koleksi di ruang pamer museum. Gambar Standar Peletakkan Panel Koleksi ( 3 Maret 2013) 3. Jalur Sirkulasi Di Dalam Ruang Pamer Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung pula pada runtutan cerita yang ingin disampaikan dalam pameran. Berikut ini adalah beberapa tipe dari jalur sirkulasi:
6 11 Linier Gambar Alur Sirkulasi Linear ( 2 April 2013) Adalah jalur sirkulasi yang merupakan jalan lurus yang dapat menjadi unsur pengorganisir utama deretan ruang. Jalan dapat berbentuk lurus atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabangcabang, atau membentuk putaran (loop). Radial Gambar Jalur Sirkulasi Radial ( 2 April 2013) Konfigurasi jalur sirkulasi ini merupakan jalan-jalan lurus yang berkembang dari sebuah pusat yang sama. Spiral (Berputar) Gambar Jalur Sirkulasi Spiral ( 2 April 2013) Suatu jalan tunggal menerus yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusatnya dengan jarak yang berubah. Grid
7 12 Gambar Jalur Sirkulasi Grid ( 2 April 2013) Konfigurasi ini terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan ruang segi empat. Jaringan atau Campuran Gambar Jalur Sirkulasi Campuran ( 2 April 2013) Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titiktitik tertentu dalam ruang Persyaratan Koleksi Koleksi merupakan syarat mutlak dan rohnya sebuah museum, maka koleksi harus : Mempunyai nilai-nilai sejarah dan nilai ilmiah. Harus diterangkan asal-usulnya secara historis, geografis dan fungsinya. Harus dapat dijadikan monumen jika benda tersebut berbentuk bangunan yang berarti juga mengandung nilai sejarah. Dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, genus untuk biologi, atau periodenya (dalam geologi khususnya untuk benda alam). Harus dapat dijadikan dokumen apabila benda itu berbentuk dokumen dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi penelitian ilmiah. Harus merupakan benda yang asli bukan tiruan. Harus merupakan benda yang memiliki nilai keindahan (masterpiece).
8 13 Harus merupakan benda yang unik yang tiada duanya Persyaratan Fasilitas Museum memiliki beberapa fasilitas pelengkap yang ditujukan bagi keperluan pengunjung. Fasilitas-fasilitas ini ada yang bermanfaat bagi kegiatan studi pelajar seperti fasilitas perpustakaan yang menyimpan buku-buku yang berkaitan dengan koleksi-koleksi museum dan ada juga fasilitas yang bermanfaat bagi kegiatan wisata yaitu pemandu wisata, kursi sofa pada area transisional, kafetaria, area tunggu, area parkir dan lainnya. Beberapa persyaratan fasilitas yang harus dipenuhi adalah : Bagi pemandu wisata harus mengenal semua koleksi-koleksi yang dimiliki oleh museum sehingga dapat bersifat informatif bagi pengunjung yang melakukan penelitian maupun berkunjung untuk mempelajari koleksikoleksi. Bagi fasilitas penunjang seperti kursi sofa pada area transisional, kafetaria, area tunggu, atau area parkir wajib diperhatikan kebersihannya, keamanan, jumlah yang tersedia harus cukup memadai bagi para pengunjung. Letak fasilitas tambahan bagi pengunjung disarankan agar mudai dicapai sehingga pengunjung tidak tersesat mencarinya Prinsip Tata Pameran Museum Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, museum negeri provinsi di Indonesia teknik penataan pameran baru dapat dilaksanakan apabila sudah memenuhi beberapa prinsip umum untuk penataan dan membuat suatu desain. Prinsip-prinsip tersebut adalah : Sistematika atau jalan cerita yang akan dipamerkan atau disebut juga dengan story line. Museum merupakan salah satu dari infra-struktur media informasi seperti juga tv, radio, surat kabar perpustakaan. Informasi yang diberikan oleh museum merupakan informasi hubungan manusia dengan alamnya, hubungan manusia dengan manusia baik dari masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, sehingga museum merupakan cermin dari manusia dimana museum itu terdapat dan tontonan merupakan fungsi edukatif. Karena museum di Indonesia berfungsi juga sebagai alat untuk
9 14 mencerdaskan bangsa dalam mewujudkan manusia yang utuh, maka semua informasi yang dikemukakan oleh museum haruslah benar obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Tersedianya benda museum atau koleksi yang akan menunjang jalannya cerita dalam pameran. Pengadaan koleki harus dapat mendukung cerita yang akan disajikan. Jadi disini terlihat bahwa pengadaan koleksi yang dilaksanakan oleh setiap museum provinsi terdiri dari dua prioritas, dimana prioritas utama adalah pengadaan koleksi yang akan mendukung cerita, sedangkan prioritas kedua adalah pengadaan koleksi yang berhubungan dengan pengamanan benda budaya yang hampir musnah. Teknik dan metode pameran yang akan dipakai dalam pameran. Teknik ini mempunyai standar tertentu dari teknik penyajian ini terutama yang meliputi : a. Ukuran vitrin dan panel Misalnya tinggi rata-rata orang Indonesia kira-kira antara 160 cm sampai dengan 170 cm dan kemampuan gerak anatomi leher manusia kira-kira sekitar 30 o, gerak ke atas dan ke bawah atau ke samping maka tinggi vitrin seluruhnya kira-kira 210cm sudah cukup alas terendah cm memperhitungkan juga ruangan dan bentuk bangunan dimana vitrine harus diletakkan. b. Tata Cahaya Untuk benda an-organik seperti batu, keramik, benda-benda dari kaca, tembikar, baja putih bebas dari ukuran cahaya. Untuk benda-benda organik yang kurang peka terhadap cahaya seperti benda-benda dari kayu, kulit bamboo dapat mencapai 50 lux. Adapun benda-benda yang peka terhadap chaya seperti lukisan, barang-barang cetakan, tekstil, tidak boleh melebihi 50 lux. Lampu-lampu TL pada obyek-obyek yang peka cahaya sebaiknya diletakkan paling dekat berjarak kurang lebih 40cm. c. Tata Warna
10 15 Untuk ruangan pameran tetap sebaiknya menggunakan warna netral, misalnya krem, abu-abu, broken white, dan sebagainya atau mungkin juga untuk menggunakan warna-warna pastel. d. Tata Letak Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat tata letak yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, kesatuan, harmonis, ritme, dan dominan. e. Keamanan Untuk mencegah pengunjung agar tidak menyentuh koleksi yang dipamerkan dalam ruang pameran di depan koleksi dapat dibuat pagar. Jenis pengamanan yang dapat dipasang di ruang pameran adalah kamera CCTV. f. Labelling Label adalah sarana komunikasi untuk memberikan informasi yang dimiliki oleh museum kepada pengunjung. Membuat label perlu direncanakan dengan secara benar baik mengenai isi maupun tipografinya. Sarana serta prasarana yang akan dipakai, dana atau biaya yang yang perlu disediakan. (Departemen Koperasi. Pedoman Tata Pameran di Museum. 1994) Pengguna Fasilitas Museum Pengelola Pengelola museum bertugas dan bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan merawat gedung museum serta koleksi yang dimiliki oleh museum. Berikut ini adalah bagan struktur organisasi sebuah pengelola museum berdasarkan Drs. Moh. Amir Sutaarga:
11 16 Diagram Bagan Hirarki Pengelola Museum Kepala atau Direktur Museum Memungkinkan jika yang terpilih menjadi kepala atau direktur museum ini adalah pendiri museum itu sendiri. Tugasnya adalah memimpin pelaksaan tugas dan fungsi museum dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pengelola museum. Kepala Bagian Tata Usaha Museum Memimpin seluruh kegiatan penyelenggaraan urusah tata usaha, urusan rumah tangga dan ketertiban museum. Kepala Bagian Kuratorial Memimpin penyelenggaraan pengumpulan, penelitian dan pembinaan koleksi-koleksi museum. Kepala Bagian Konservasi dan Preparasi Memimpin penyelenggaraan konservasi, restorasi dan reproduksi koleksi serta preparasi tata pameran. Kepala Bagian Bimbingan dan Edukasi Memimpin penyelenggaraan kegiatan bimbingan dengan metode dan sistem edukatif kultural dalam rangka menanamkan daya apresiasi dan penghayatan nilai warisan budaya dan ilmu pengetahuan serta menyelenggarakan publikasi tentang koleksi museum. Kepala Bagian Registrasi dan Dokumentasi Memimpin penyelenggaraan registrasi dan dokumentasi seluruh koleksi museum.
12 17 Perpustakaan Menyelenggarakan perpustakaan, dan menyimpan hasil penelitian dan penerbitan museum Pengunjung Pengunjung memiliki peran serta yang sangat besar dalam berlangsungnya kegiatan di dalam museum. Tanpa adanya pengunjung, maka adanya museum tidak akan bermanfaat. Pengunjung dapat melakukan rekreasi melihat-lihat lukisan, melakukan research mengenai koleksi dan museum itu sendiri, melakukan study tour, dan lainnya. Oleh karena itu, fasilitas di dalam museum hendaknya disesuaikan dengan pengunjung yang datang pula. 2.2 Tinjauan Budaya Masyarakat dan Lukisan Tradisional Bali Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Bali mengenal pembagian konsep kehidupan menjadi 3 tingkatan. Hampir sebagian besar aspek kehidupan masyarakat Bali mempunyai 3 tingkat, sebagai contohnya adalah Tri Murti yang merupakan 3 Dewa utama masyarakat Hindu yaitu Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara dan Dewa Syiwa sebagai pelebur. Sebagai contoh yang lain adalah konsep bangunan di Pulau Bali yang juga memiliki 3 tingkatan. Yaitu kepala yang merupakan atap rumah berbentuk limasan, badan yang berupa dinding bangunan, dan kaki yang berupa lantai sampai ke pondasi bangunan. Contoh pembagian 3 aspek kehidupan masyarakat Bali lainnya dijumpai pada konsep Tri Hita Karana, yaitu 3 aspek kehidupan sosial masyarakat Hindu yang berupa hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia dengan lingkungan. Dalam konsep ini disimpulkan bahwa dalam segala aspek kehidupan masyarakat Bali, terdapat 3 aspek utama yaitu kepala, badan, dan kaki Hubungan Pembagian Konsep Kehidupan Masyarakat Bali dengan Interior Di dalam ilmu interior juga terdapat 3 bagian utama pembentuk ruang interior yaitu ceiling, dinding, dan lantai. Dalam perencanaan museum lukisan ini, konsep Tri Hita Karana dapat diwujudkan dalam ketiga bagian pembentuk ruang ini yaitu sebagai contohnya perwujudan hubungan manusia dengan Tuhan dapat diaplikasikan pada ceiling ruangan yang dibuat tinggi yang memiliki arti
13 18 bahwa Tuhan tidak dapat kita raih namun kita dapat merasakan keberadaannya, hubungan manusia dengan sesamanya dapat diwujudkan pada dinding ruangan yang akan digunakan sebagai tempat memajang karya seni sehingga kita manusia dapat mengamati dan mengapresiasi lukisan tersebut sebagai tanda penghargaan kita kepada pelukisnya, sedangkan hubungan manusia dengan alam dapat diwujudkan pada desain penutup lantai yang menggunakan materialmaterial alam Lukisan Tradisional Bali Merupakan lukisan tradisional satu-satunya yang ada di wilayah Indonesia yang berkembang di daerah Ubud dan sekitarnya. Lukisan tradisional Bali memiliki beberapa gaya, di antaranya adalah Gaya Kamasan, Gaya Kerambitan, gaya yang dipengaruhi oleh gaya barat dalam organisasi Pitamaha, Gaya Ubud dan Gaya Batuan. Pada masing-masing gaya tradisional ini memiliki ciri khas tertentu yang membedakan gaya yang satu dengan gaya yang lainnya. Gaya Kamasan Merupakan deskripsi lengkap mengenai wayang, yang masih sangat populer di Bali. Pembuatan lukisan mengenai tokoh-tokoh wayang ini berdasarkan the shadow play wayang yang dimainkan oleh seorang dalang yang pada zaman tersebut merupakan hiburan yang paling populer. Meskipun permainan ini menyediakan hiburan untuk umum, sebenarnya penampilan wayang-wayang ini pada dasarnya merupakan sebuah ritual yang ditujukan untuk kepentingan tradisi yang diperlukan pada upacara-upacara yang berhubungan dengan tonggak penting dalam kehidupan manusia dan sesudah kematian, seperti upacara 210 hari lahir, upacara potong gigi, upacara pernikahan, kremasi dan lain-lain. Wayangwayang tersebut merepresentasikan dewa-dewa, orang jahat, rajaraja, pangeran, dan hewan-hewan yang dijumpai dalam kisah Ramayana dan Mahabharata.
14 19 Gambar Contoh Seni Lukis Tradisional Bali Gaya Kamasan ( 2 April 2013) Pada gambar di atas adalah merupakan contoh lukisan tradisional Bali bergaya Kamasan. Lukisan ini pada mulanya berkembang di daerah Klungkung di desa Kamasan. Lukisan ini banyak dipajang di Bale Kertagosa yang pada zaman dahulu bangunan ini difungsikan sebagai bale pengadilan. Lukisan Kamasan ini dipajang di bagian ceiling bangunan yang berbentuk limasan. Saat itu diceritakan bahwa bila raja sedang menentukan hukuman bagi rakyatnya yang bersalah, raja akan berkeliling sambil menatap ke atas langit-langit untuk menemukan dan memberikan hukuman berdasarkan pedoman-pedoman kitab suci dan susastra Hindu yang terdapat di lukisan-lukisan Kamasan tersebut. Gaya Kerambitan Sedikit berbeda dari gaya Kamasan, bentuk-bentuk yang digambarkan pada gaya ini lebih tegas, lebih kuat, dengan lebih banyak ekspresi pada wajah. Proporsi kaki lebih panjang daripada proporsi tangan. Namun, obyek lukisan masih tetap wayang dengan cerita dari Ramayana dan Mahabharata. Penggunaan warna lebih banyak mengeksplor warna-warna baru seperti biru dan hijau. Seniman-seniman pada gaya ini juga merupakan pemahat, arsitek, dekorator, dan juga seniman musik dan tari.
15 20 Gaya Pita Maha Gambar Contoh Seni Lukis Gaya Pita Maha ( 2 April 2013) Gaya ini merupakan perwujudan dari kebutuhan para seniman untuk mendapatkan penghargaan dari karya-karyanya dengan menunjukkan kesempurnaan karya dan karya yang elegan dalam berbagai kesempatan kepada seluruh dunia. Pada perkembangan seni lukis tradisional gaya Pita Maha ini, gaya ini mendapat pengaruh dari pengaruh barat namun tetap tidak kehilangan gaya tradisionalnya. Gaya Ubud dan Gaya Batuan Kedua gaya ini timbul karena adanya pengaruh dari dua pelukis asing yang tinggal dan melukis di Bali yaitu Walter Spies dan Rudolf Bonet. Tema yang diusung dari kedua gaya lukis ini sudah menyentuh rakyat biasa maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di kehidupan sehari-hari, misalnya suasana di pasar, upacara keagaamaan di pura, pekerjaan petani di sawah dan sebagainya. Lukisan yang dihasilkan merupakan lukisan tiga dimensi yang sudah memperhitungkan perspektif. 2.3 Tinjauan Khusus Museum Neka
16 21 Nama museum : Museum Neka Alamat : Jalan Raya Campuhan Ubud, Bali Pendiri : Suteja Neka Koleksi museum : Karya lukis seniman Bali dan internasional dari zaman sebelum adanya organisasi seni Pitamaha sampai ke zaman modern, keris, seni patung. Jam operasional : 9.00 WITA WITA. Data statistik pengunjung : 60% orang dewasa, 25% pelajar dan mahasiswa, 15% anak-anak. 80% wisatawan internasional, 20 wisatawan lokal. A. Lokasi Museum Neka terletak di Jalan Raya Campuhan Ubud, Bali. Museum ini berada di pinggir jalan raya yang mudah ditemukan. Museum ini dapat dijangkau sekitar 2 jam perjalanan dari pusat kota Denpasar. Gambar Peta Museum Neka ( 6 Maret 2013) B. Eksterior Bangunan Museum Neka Eksterior bangunan museum ini berbentuk bangunan tradisional Bali dengan bentuk atap limasan modern. Bentuk bangunan tradisional ini memberikan kesan teduh dan bernilai seni tinggi karena kolom-kolom di area lobby penuh dengan ukiran-ukiran Bali yang khas. Warna bangunan yang digunakan adalah warna teracota dan warna semen alami yang
17 22 tidak dicat sehingga kesan tradisional sangat dirasakan pengunjung. Eksterior bangunan museum juga terlihat teduh dan rindang ditunjang dari banyaknya pepohonan di sekitar bangunan museum. Bangunan museum terdiri dari 6 gedung pameran, yaitu Gedung I yang berisi ragam seni lukis bali tradisional, Gedung II yang merupakan paviliun Arie Smith pelukis asal Belanda, Gedung III Ruang Pameran Foto karya Robert Koke dari Amerika, Gedung IV paviliun Gusti Nyoman Lempad, Gedung V yang berisi karya seni lukis Indonesia masa kini, gedung VI yang berisi penggabungan seni lukis barat dan timur. Gambar Eksterior Bangunan Museum Neka ( s-glory/, 9 Maret 2013) C. Sejarah Museum Neka Museum Neka didirikan oleh Suteja Neka sejak tahun 1976 yang baru diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun Seiring dengan perkembangan seni lukis di Ubud dari zaman pra sejarah hingga zaman sejarah muncullah keinginan Suteja Neka untuk membangun museum lukisan. Sebelum berkeinginan untuk membuat museum, beliau tergabung dalam organisasi seniman lukis di ubud yang bernama Pitahama. Dalam organisasi tersebut, sering dilakukan pameran-pameran untuk memperjualbelikan hasil karya seniman Ubud. Suteja Neka kemudian berpikir bahwa dengan memperjualbelikan hasil karya tersebut kepada pihak lain, lama kelamaan hasil karya seniman
18 23 Bali akan habis. Maka dari itu, Suteja Neka berinisiatif untuk membuat museum lukisan di bawah pengelolaan Yayasan Dharma Seni. D. Peta Wilayah Museum Neka Gambar Denah Layout Gedung Museum Neka (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) A. Entrance Hall Merupakan lobby utama yang dimiliki oleh Museum Neka, yang berfungsi untuk menampung wisatawan yang berkunjung sebelum masuk ke area Ticket Box. Gedung ini juga mencakup ticket box and receptionis, gift shop, storage di lantai atas, the administrative office, dan perpustakaan. B. Reception Pavilion Merupakan gedung yang multifungsi dengan pemandangan panorama yang segar. C. Meeting Pavilion Gedung ini bernama bale dangin yang dengan konsep outdoor yang memiliki beberapa karya seni yang didisplay, yang secara tradisional digunakan untuk upacara adat yang dilaksanakan oleh pengelola dan sebagai tempat untuk beristirahat bagi para pengunjung. D. Shrines
19 24 Adalah tempat yang suci untuk museum, pengunjung tidak diperkenankan masuk ke wilayah ini. E. Toilets Fasilitas toilet yang nyaman dapat diakses melalui area parkir dan lantai ground dari bangunan museum. I. Ruang Pamer Lukisan Klasik Bali Terdapat ruang-ruang terpisah yang digunakan untuk memajang karya seni dari seniman-seniman awal Bali. Ada 3 gaya karya seni di dalam gedung ini yaitu, seni lukis gaya klasik yang identik dengan menggambarkan wayang-wayang sesuai dengan kisah Mahabarata. seni lukis gaya Ubud yang identik dengan adanya highlight pada teknik pewarnaannya, dan seni lukis gaya Batuan yang identik dengan penggambaran kehidupan sehari-hari. II. Ruang Pamer Lukisan Karya Seniman Arie Smith Terdapat 2 jenis lukisan yang dipajang di dalam gedung ini dan terdapat pula karya seni patung dari seniman-seniman Bali yang dipajang di suatu ruangan. Yang pertama adalah seni lukis kontemporer yang memuat karya seni lukis dari Ida Bagus Nyoman Rai, I Ketut Budiana, dan pande Ketut Taman. Yang kedua adalah karya seni lukis seniman Arie Smith. III. Pusat Fotografi Gedung ini memuat hasil karya fotografi hitam putih oleh Robert A. Koke yang diambil sekitar tahun 1937 sampai Foto-foto ini mengambil gambar-gambar dari para penari kecak, upacara adat yang berlangsung di Bali, dan kehidupan di desa-desa di Bali, IV. Paviliun Lempad Di gedung ini memajang hasil karya dari seniman Bali yang sangat terkenal yaitu, I Gusti Nyoman Lempad. V. Indonesian Contemporary Art-Hall Di gedung ini memuat karya-karya seni lukis dari seniman-seniman yang berasal dari luar Bali, seperti dari Jawa atau Sunda. Penggunaan ruang-ruang terpisah memajang karya-karya Abdul Aziz, Srihadi Soedarsono, Affandi, dan yang lainnya. VI. East-West Art Annex
20 25 Merupakan bangunan dengan 2 lantai yang memajang hasil karya seni kontemporer dari seniman-seniman Indonesia seperti Dullah, Hendra Gunawan, Widayat dan yang lainnya. Gedung ini juga memajang hasil karya seni dari seniman-seniman asing seperti Rudolf Bonnet, Theo Meier, Donald Friend, dan sebagainya. VII. Special Exhibitions Hall Terdiri dari 2 lantai, di lantai 1 merupakan temporary exhibitions gallery dan lantai 2 merupakan keris chamber. E. Receptionis & Ticket Box Receptionis dan ticket box museum ini mudah ditemukan. Berada di dekat lobby utama di sebelah kanan. Setelah memasukki area lobby pengunjung benar-benar diarahkan untuk langsung menjumpai ticket box. Receptionis dan ticket box ini merupakan bangunan terpisah dari gedung pameran museum tetapi menjadi satu bangunan dengan kantor pengelola, gudang, perpustakaan, gift shop, dan bale-bale. F. Ruang Pamer Museum Terbagi menjadi beberapa gedung terpisah yang bertujuan untuk memberi informasi perjalanan perkembangan seni lukis di Ubud. Gedung I yang berisi karya seni lukis tradisional Bali. Gambar Ruang Pamer Gedung I (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
21 26 Gambar Ruang Pamer Gedung I (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Ruang pamer Gedung II berisi karya Arie Smith. Gambar Ruang Pamer Gedung II (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Ruang pamer Gedung III berisi pameran foto karya Robert Koke.
22 27 Gambar Ruang Pameran Foto Karya Robert Koke(Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Ruang Pamer Gedung IV berisi karya lukis Gusti Nyoman Lempad. Gambar Ruang Pamer Gusti Nyoman Lempad(Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Ruang pamer Gedung V yang berisi seni lukis Indonesia masa kini.
23 28 Gambar Ruang Pamer Gedung V (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Ruang pamer gedung VI yang berisi penggabungan seni lukis barat dan timur. Gambar Ruang Pamer Gedung VI (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Ruang pamer gedung I sampai dengan gedung VI memuat banyak sekali karya seni dan karya seni patung, yang peletakkannya sangat berdekatan satu sama lain. Hal ini akan berakibat buruk apabila traffic pengunjung yang datang sedang tinggi-tingginya. Pengunjung akan berdesakkan untuk melihat secara detail pada suatu lukisan karena area yang sempit. Pada gedung yang memuat karya Gusti Nyoman Lempad juga sangat
24 29 sempit dan terlihat tidak terawat sehingga tidak terlalu menarik perhatian pengunjung untuk masuk melihat-lihat karya seniman lukis Bali yang sangat terkenal tersebut. G. Pencahayaan atau Lighting Ruang Pamer Pencahayaan pada ruang pamer di setiap gedung menggunakan pencahayaan lampu TL berwarna putih dan juga menggunakan pencahayaan alami dari jendela-jendela yang berada di area ruang pamer. Gambar Pencahayaan Ruang Pamer Gedung I (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Gambar Pencahayaan Alami di Ruang Pamer Gedung I(Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
25 30 Gambar Pencahayaan Ruang Pamer Gedung II (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
26 31 H. Penghawaan Penghawaan di setiap gedung pameran menggunakan penghawaan buatan dari kipas angin yang berada di tengah-tengah ruangan. Selain menggunakan penghawaan buatan, penghawaan alami juga dipergunakan di museum ini yang didapatkan dari jendela-jendela yang dibiarkan terbuka sehingga angin dapat dengan bebas masuk ke dalam ruangan. Gambar Kipas Angin di Gedung VI (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Penghawaan pada museum ini kurang baik karena jendela-jendela yang terbuka dapat membuat koleksi lukisan mudah berjamur karena daerah Ubud yang berhawa dingin. Perawatan untuk koleksi-koleksi museum ini harus benar-benar diperhatikan. I. Pengamanan Museum neka memiliki tingkat keamanan yang cukup. Setiap gedung pameran memiliki satu buah pintu masuk dan satu buah pintu keluar, tetapi ada juga yang memiliki hanya satu pintu yang digunakan untuk keluar-masuk pengunjung. Namun, jendela cukup banyak ditemukan di dalam area pamer setiap gedung. Jendela-jendela tersebut sudah dilengkapi dengan tralis-tralis besi sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya pencurian karya. Selain pintu dan jendela, kamera CCTV tidak ditemukan di dalam museum. Padahal, kamera CCTV dinilai lebih
27 32 efektif untuk merekam segala kegiatan yang berlangsung di dalam museum selama 24 jam. Kamera CCTV juga berguna untuk memperkecil pelanggaran yang dilakukan oleh pengunjung seperti memotret koleksi-koleksi tanpa seijin pengelola, menyentuh lukisan, bahkan mencoret-coret lukisan. Gedung Pintu Masuk dan Jendela-Jendela Gedung II (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Gambar Pintu Masuk dan Pintu Keluar Gedung III (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Akan tetapi, tingat keamanan masih dirasa kurang bagi lukisan-lukisan yang berharga ratusan juta. Lukisan-lukisan yang mahal ini dipajang dengan metode yang sama dengan lukisan-lukisan yang lain. Tidak ada
28 33 metode pengamanan khusus bagi lukisan yang mahal ini dan jendelajendela dan pintu juga dibiarkan terbuka tanpa pengawasan khusus dari pihak pengelola. J. Cara Mendisplay Lukisan Cara mendisplay lukisan yang dilakukan oleh pengelola museum ini masih menggunakan metode lama yaitu dengan menyekrup bagian belakang frame lukisan ini lalu mengikatnya dengan tali dan menggantungkannya di paku-paku yang sudah terpasang di dekat ceiling ruangan. Gambar Cara Mendisplay Lukisan (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Metode mendisplay lukisan ini terlihat tidak rapih karena tali yang digunakan masih bisa terlihat dengan jelas. Paku-paku yang digunakan untuk tempat menggantung lukisan juga tidak tertutup dengan rapi sehingga pengunjung masih dapat melihat dengan jelas paku-paku tersebut. K. Cara Merawat dan Menyimpan Lukisan Cara Merawat Museum Neka membersihkan karya lukis sebanyak 3 kali dalam sebulan atau juga bisa dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.
29 34 Cara membersihkan karya lukis ini adalah dengan mengelap permukaan lukisan dengan lap kering atau basah yang dibasahi dengan cairan pembersih khusus. Apabila karya seni lukis ditemukan rayap, maka cara pembersihan yang dilakukan adalah dengan mem-vernis karya lukis tersebut. Karya lukis terlebih dahulu diturunkan dari tempat pemajangannya, lalu dibawa ke area servis untuk dibersihkan selama beberapa saat. Cara Menyimpan Lukisan Lukisan-lukisan yang tidak dipajang disimpan di dalam gudang yang berada di dalam area kantor pengelola. Gambar Gudang Tempat Penyimpanan Lukisan (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) L. Elemen Interior Lantai Pada setiap gedung pameran menggunakan bahan penutup lantai yang berbeda-beda. Pada gedung pamer I menggunakan penutup lantai keramik glossy berwarna teracota yang sangat mendominasi warna ruangan.
30 35 Gambar Penutup Lantai Gedung I (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Pada gedung pamer II menggunakan penutup lantai keramik berwarna merah glossy yang juga mendominasi warna ruangan. Ukuran keramik yang digunakan 40cm x 20 cm. Penutup lantai di ruangan ini agak sedikit licin sehingga pengunjung rawan tergelincir apabila tidak berhati-hati melangkah. Penutup lantai di gedung II ini sama dengan penutup lantai yang digunakan di gedung IV. Gambar Penutup Lantai Gedung II (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
31 36 Penutup Lantai gedung III menggunakan keramik tidak glossy yang berwarna netral. Sehingga kesatuan dari elemen interior ini benar-benar menonjolkan koleksi foto hitam putih yang dipajang di gedung ini. Gambar Penutup Lantai Gedung III (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Penutup Lantai Gedung IV menggunakan keramik berwarna putih dan tidak glossy. Gambar Penutup Lantai Gedung IV (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
32 37 Gedung Penutup Lantai Gedung V (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Penutup lantai di gedung VI menggunakan marmer berukuran 30cm x 30 cm glossy. Gambar Penutup Lantai Gedung VI (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Penutup lantai di gedung utama menggunakan marmer berwarna abu-abu dengan ukuran 30cm x 30cm.
33 38 Gambar Penutup Lantai Gedung Utama (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Dinding Dinding pada gedung I menggunakan keramik dengan motif glazur berwarna netral glossy dan cat dinding berwarna off white. Penggunaan keramik glossy sebagai background lukisan yang dipajang yang dipadukan dengan pencahayaan lampu TL berwarna putih ini dirasa kurang baik. Keramik glossy tersebut cenderung memantulkan cahaya lampu TL yang terang tersebut sehingga mengganggu penglihatan pengunjung. Gambar Penutup Dinding Gedung I (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
34 39 Gedung-gedung pamer yang lain menggunakan penutup dinding berwarna putih dari cat dinding. Penggunaaan cat dinding berwarna putih bersih ini berpengaruh terhadap warna lukisan yang dipajang. Warna lukisan terlihat lebih keluar apabila background yang digunakan berwarna putih bersih. Gambar Penutup Dinding di Gedung II (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Ceiling Pada beberapa gedung pamer menggunakan penutup ceiling tripleks yang dicat dengan cat dinding berwarna putih. Gambar Penutup Ceiling di Gedung III (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
35 40 Gambar Penutup Ceiling di Gedung VI (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Namun, terdapat satu exposed ceiling yang dijumpai di Gedung II yang memuat karya lukis dari Arie Smith. Gambar Exposed Ceiling di Gedung III (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Penutup ceiling yang digunakan sebagian besar adalah dengan material tripleks. Hal ini dikarenakan, bangunan museum ini merupakan bangunan lama yang belum dipugar sehingga desainnya belum modern. M. Struktur Organisasi Museum Neka
36 41 Diagram Struktur Oeganisasi Museum Neka Museum Puri Lukisan Data Museum Puri Lukisan Lokasi : Jalan Raya Ubud, Gianyar Pendiri : Yayasan Ratna Wartha Koleksi museum : Lukisan-lukisan tradisional Bali dari zaman pra sejarah hingga zaman sejarah, karya seni patung dari beberapa seniman Ubud, museum matketing berisi profil-profil wirausahawan terkenal dunia. Jam Operasional : WITA WITA Data Statistik Pengunjung : 70% dewasa, 20% pelajar, 10% anakanak. A. Lokasi Lokasi Museum Puri Lukisan ini berada di Jalan Raya Ubud Gianyar, Bali. Letaknya persis di lewati oleh jalan utama dan dapat dengan mudah ditemukan oleh pengunjung.
37 42 Gambar Peta Lokasi Museum Puri Lukisan ( 9 Maret 2013) Lokasi museum ini berada di kawasan Ubud yang rindang dan sejuk. Di area museum ini juga banyak pepohonan dan taman yang membuat lokasi ini asri. B. Eksterior Bangunan Museum Puri Lukisan Eksterior bangunan museum ini masih mengandung arsitektur tradisional Bali dilihat dari gerbang utama menuju ke area gedung pameran yang berupa gapura Bali. Gambar Gerbang Utama Menuju Gedung Pameran (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
38 43 Gerbang ini sangat menarik perhatian karena desainnya yang masih mencampurkan gaya tradisional dengan sentuhan modern yang dilihat dari penggunaan material dan warnanya. Bangunan receptionist dan ticket box terpisah dengan bangunan ruang pamer yang mengusung konsep outdoor tetap dengan adanya sentuhan tradisional Bali. Gambar Bangunan receptionist dan ticket box (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Gambar Arsitektur Gedung I ( 9 Maret 2013)
39 44 Ga mbar Arsitektur Gedung II ( 10 Maret 2013) Ga mbar Arsitektur Gedung III ( 10 Maret 2013) C.Sejarah Museum Puri Lukisan Sejak terbentuknya organisasi seniman-seniman di Ubud yang bernama Pitamaha pada tahun 1936, para pendiri organisasi tersebut (Tjokorda Gde Agung Sukawati dan dua seniman asing lainnya yaitu Walter Spies dan
40 45 Rudolf Bonnet) menginginkan berdirinya sebuah museum yang memajang karya-karya terbaik dari para seniman dan pematung terbaik Bali. Museum Puri Lukisan ini mewujudkan keinginan para seniman tersebut Organisasi seniman Pitamaha didirikan oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati (Raja Ubud) dan Tjokorda Gde Raka Sukawati (saudara laki-laki dari Raja Ubud) bersama-sama dengan dua seniman asing yang bekerja di Bali pada saat itu yaitu Walter Spies dan Rudolf Bonnet. Misi dari organisasi ini adalah untuk melindungi dan mengembangkan tradisional-modern karya seni Bali. Organisasi ini mempersempahkan 125 membernya kepada pasar mancanegara dengan menyelenggarakan pameran-pameran. Pertemuan diadakan setiap minggu oleh seniman-seniman lukis dan seniman patung yang ada di Ubud untuk mendiskusikan karya mereka. Seiring dengan terjadinya Perang Dunia II, seniman-seniman tersebut, termasuk I Gusti Nyoman Lempad, membentuk suatu organisasi baru yaitu The Ubud Painters Group, di bawah pengawasan Tjokorda gde Agung Sukawati dan Rudolph Bonnet. Meskipun memiliki banyak anggota, organisasi tersebut tidak lama kemudian bubar dan seniman-seniman menunjukkan keinginannya akan sebuah museum tradisional-modern Bali Organisasi Yayasan Ratna Wartha terbentuk pada tahun 1953 untuk mewujudkan ide-ide dan misi dari Pitamaha. Selama berlangsungnya periode ini, rencana dan persiapan dibuat untuk membentuknya Museum Puri Lukisan ini dengan desain dari Rudolph Bonnet Perdana Menteri Indonesia, Bapak Ali Sastroamidjojo, meletakkan batu pertama, yang berarti dimulainya pembuatan konstruksi awal museum ini pada 31 Januari Tjokorda Gde Agung Sukawati menjadi direktur museum ini dan Rudolph Bonnet menjadi kuratornya. Perkembangan museum ini berkat dorongan dari Gubernur Sarimin Reksodiharjo Museum Puri Lukisan secara resmi dibuka untuk public oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Mohammad Yamin pada 31 Januari Koleksinya dimulai dari sumbangan beberapa lukisan yang dilakukan oleh Rudolph Bonnet. Sumbangan-sumbangan selanjutnya diberikan oleh
41 46 seniman-seniman dan teman-temannya yang ingin membantu museum. Organisasi yayasan kemudian membeli beberapa koleksi seni untuk beberapa koleksi Dua sayap baru bangunan museum ditambahkan, termasuk sebuah ruang pameran temporer Tjokorda Gde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad dan Rudolph Bonnet meninggal. Sebuah upacara adat Ngaben digelar untuk memberi penghormatan kepada mereka. Memori dari kontribuso mereka kepada dunia seni dan efeknya secara lokal dan global, tetap tinggal melalui yayasan Ratna Wartha dan Museum Puri Lukisan Area parkir museum dibangun dalam rangka memperingati ulang tahun ke 50 Museum Puri Lukisan. Museum Puri Lukisan merupakan museum seni tertua di Ubud, Bali. Misinya adala untuk melindungi, mengembangkan, dan menjadi dokumentasi dari tradisional-modern karya seni Bali. Museum ini merupakan tempat tinggal dari karya seni murni dari koleksi lukisan tradisional-modern Bali dan karya seni patung yang ada di Pulau Bali yang berkembang dari zaman sebelum perang kemerdekaan ( ) sampai ke zaman kemerdekaan (1945-sekarang). Koleksi-koleksinya termasuk contoh koleksi yang penting dari seluruh gaya seni lukis di Bali termasuk Sanur, Batuan, Ubud, Seniman-seniman Muda, dan Sekolah Keliki. D. Denah Layout Museum Puri Lukisan 1. Bangunan I Galeri Pitamaha Karya seni lukisan tradisional-modern Bali sebelum perang kemerdekaan ( ). Koleksi karya lukis I Gusti Nyoman Lempad. 2. Bangunan II Galeri Ida Bagus Made Karya seni lukisan Bali setelah perang kemerdekaan (1945-sekarang). Koleksi karya seni Ida Bagus Made. 3. Bangunan III Galeri Wayang atau Tempat Pameran Sementara Karya seni lukis Bali setelah perang kemerdekaan (1945-sekarang). Karya seni lukis wayang. 4. Ticket Counter
42 47 5. Pos Keamanan 6. Workshop Bale 7. Lotus Pond and Gardens 8. Toilets 9. Snack Bar and Gift Shop 10. Mural I Gusti Nyoman Lempad E. Receptionist and Ticket Box Resepsionis dan ticket box museum ini terletak persis di sebelah kanan gapura pintu masuk ke area museum. Letak resepsionis menjadi satu gedung dengan gift shop yang terletak agak tersembunyi. Pengunjung yang baru pertama kali datang ke museum ini tidak diarahkan langsung menuju ke reseptionis ini. Pengunjung yang baru pertama kali datang pasti akan masuk melalui pintu gerbang gapura yang terlihat megah dan mencolok. Desain bangunan ini mempunyai konsep terbuka dan terlihat adanya mini office di belakang ticket counter yang tersedia untuk karyawan resepsionis. Gambar Receptionist and Ticket Box (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) F. Ruang Pamer Museum 1. Gedung 1 Memuat karya seni lukis dari zaman sebelum perang kemerdekaan dan karya seni lukis seniman Bali yang paling terkenal yaitu I Gusti Nyoman Lempad.
43 48 Gambar Gedung I (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Gedung ini memiliki dua buah pintu, yaitu satu pintu masuk dan satu pintu keluar. Pengunjung yang datang tidak diarahkan untuk masuk melalui pintu masuk secara langsung apabila tidak ada museum guide yang berjaga di depan gedung. Jalur kegiatan pengunjung pun tidak diarahkan dengan baik. Sirkulasi di gedung ini cukup. Dalam satu gedung dibagi menjadi beberapa area yang dipisahkan oleh sekat-sekat yang terbuat dari gypsum dengan tinggi setengah badan orang dewasa. Di tengah-tengah setiap area ini diberi satu bench yang terbuat dari kayu untuk tempat duduk apabila pengunjung merasa lelah dan ingin beristirahat sejenak. Gambar Area Pamer Gedung I (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
44 49 Gedung II memajang karya seni setelah perang kemerdekaan (1945- sekarang) dan koleksi karya seni Ida Bagus. Gambar Area Pamer Gedung II (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Area pamer pada gedung II ini lebih besar dibandingkan dengan area pamer pada gedung I. Sama seperti gedung I, area pamer di gedung ini dibagi menjadi beberapa area dengan memisahkan ruangan menggunakan partisi yang terbuat dari gypsum tidak full dari lantai ke ceiling. Kolom-kolom di dalam gedung ini dibuat dengan memasukkan unsur tradisional Bali yang terukir di bagian atas kolom. Gedung ini memiliki datu buah pintu yang digunakan sebagai pintu masuk dan pintu keluar pengunjung. Jalur kegiatan pengunjung tidak diarahkan secara jelas. Pengunjung dapat melihat koleksikoleksi museum dengan bebas berawal dari sudut manapun. Gedung III memajang karya seni setelah perang kemerdekaan dan sebagai tempat pameran temporer.
45 50 Gambar Ruang Pamer Gedung III (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Gambar Partisi Permanen Ruang Pamer Gedung III (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Gedung ini terdiri dari 2 lantai. Di lantai atas digunakan untuk memajang karya seni setelah perang kemerdekaan sampai sekarang dan digunakan juga sebagai ruang pameran sementara. Sedangkan di lantai bawah digunakan sebagai museum multimedia di mana memajang profil-profil wiraswastawan dunia yang terkenal seperti, Steve Jobs, Mark Zuckerberg, dsb. Gedung ini merupakan gedung baru yang terakhir kali didirikan oleh pengelola museum. Interior gedung ini terlihat lebih modern dibandingkan dengan dua gedung sebelumnya. Jalur sirkulasi gedung ini lebih luas dibandingkan dengan gedung I dan gedung II. Pintu masuk dan keluar untuk ke area pameran gedung III ini hanya satu. Pengunjung tidak diarahkan
46 51 secara jelas untuk melihat perkembangan seni lukis di dalamnya. Pengunjung bebas melihat-lihat lukisan yang dimulai dari sudut mana pun. Seperti dua gedung sebelumnya, gedung ini memiliki partisi tetap yang membagi area di dalamnya menjadi beberapa. Partisi ini tidak full sampai ke ceiling. Gambar Museum Marketing (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Museum marketing ini interiornya berkonsep modern dengan sentuhan tradisional yang dilihat dari penggunaan material alam dan ambience nya. Museum ini jalur sirkulasinya tidak cukup baik karena hanya dapat dilalui satu orang saja. Pengunjung yang ingin mengakses museum marketing harus menuruni tangga yang ada di lantai atas yang letaknya tersembunyi. Tidak ada petunjuk yang memberi informasi tentang museum ini kecuali informasi dari museum guide. Di dalam museum marketing ini terdapat kursi-kursi yang dapat digunakan sebagai tempat duduk jika pengunjung ingin menonton slideshow dari profil wirausahawan. Terdapat satu pintu keluar di museum multimedia ini.
47 52 Gambar Area Menonton Slideshow (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Gambar Panel Slideshow Profil Wirausahawan (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
48 53 Gambar Panel Navigasi Profil Wirausahawan (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Gambar Interior Museum Multimedia (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) G. Pencahayaan Ruang Pamer Gedung I menggunakan pencahayaan alami yang datang dari jendelajendela mati yang berada di atas bagian atas setiap dindingnya. Selain menggunakan pencahayaan alami, gedung ini juga menggunakan penerangan lampu spotlight dan downlight yang berwarna kuning.
49 54 Gambar Pencahayaan Gedung I (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Pencahayaan Gedung II menggunakan lampu spotlight berwarna kuning yang menerangi koleksi museum secara langsung. Gambar Pencahayaan Gedung II (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Pencahayaan Gedung III menggunakan lampu downlight, spotlight berwarna kuning dan indirect lighting berwarna putih.
50 55 Gambar Pencahayaan Gedung III (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Pencahayaan pada Museum Marketing menggunakan lampu spotlight, downlight, dan indirect lighting berwarna kuning. Gambar Pencahayaan Museum Marketing (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Sebagian besar jenis pencahayaan yang digunakan untuk museum ini cukup baik dengan menggunakan lampu spotlight yang langsung menerangi koleksi-koleksi lukisan sehingga lukisan terlihat lebih dramatis dan
51 56 menonjolkan warna asli dari lukisan tersebut. Pencahayaan dengan spotlight ini baik karena tidak menimbulkan efek bayangan pada lukisan. Ambience yang dihasilkan dari jenis pencahayaan ini juga menjadi lebih dramatis sehingga menarik perhatian pengunjung untuk melihat-lihat koleksi lukisan dan patung secara lebih detail lagi. Pencahayaan di Gedung III terlihat terlalu terang untuk menerangi koleksi lukisan, sehingga kurang menarik perhatian pengunjung yang datang. Pencahayaan di Museum Marketing terasa lebih temaram dibandingkan dengan pencahayaan di gedung-gedung yang lain. Hal ini bertujuan untuk meng-highlight profil-profil wirausahawan yang dapat dilihat di panel slideshow. Namun, pencahayaan di museum ini sedikit berbahaya karena jenis penutup lantai yang digunakan adalah batu alam yang permukaannya tidak rata sehingga apabila pengunjung tidak berhati-hati akan terpeleset. H. Penghawaan Penghawaan yang digunakan di setiap gedung relatif sama yaitu dengan penghawaan buatan dari kipas angin yang ada di tengah-tengah ruangan dan kipas angin yang diletakkan di lantai. Penghawaan alami hanya dapat terjadi pada pintu masuk yang dibiarkan terbuka, karena jendela-jendela yang ada di setiap gedung pameran adalah jendela mati yang hanya berfungsi sebagai pencahayaan alami di siang hari. Gambar Penghawaan Buatan Gedung I (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
52 57 Gambar Penghawaan Buatan Gedung II (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Gambar Penghawaan Buatan Gedung III (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)
53 58 Gambar Penghawaan Buatan Gedung III (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Perbedaan dijumpai pada penghawaan Museum Marketing yang menggunakan air conditioner. Gambar Penghawaan Museum Marketing (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Penghawaan di gedung I, II dan III ini dirasa cukup karena jumlah kipas angin yang digunakan cukup memadai. Namun, pergantian udara di dalam ruangan di ketiga gedung ini cukup sulit karena tidak adanya jendela-
berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat Indonesia secara umum kian menurun tingkat ketertarikannya dengan dunia seni, khususnya pada dua cabang seni murni yaitu seni lukis dan seni
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR PADA MUSEUM LUKISAN TRADISIONAL BALI DI ULUWATU
PERANCANGAN INTERIOR PADA MUSEUM LUKISAN TRADISIONAL BALI DI ULUWATU Nitya Purusartha Anak Agung Ayu Wulandari dan Fauzia Latif Desain Interior Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Kemanggisan
Lebih terperinciBAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM
BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM Wawan Yogaswara A. Apakah itu museum? Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
Lebih terperinciMUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER
MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER Oleh : Tony Sugiarto, Bambang Adji Murtomo, Bambang Suprijadi Perempuan merupakan sosok yang selalu menjadi sorotan di masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciPenjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai
BAB V KONSEP DESAIN 5.1 Konsep Citra Konsep merupakan solusi dari permasalahan desain yang ada. Oleh karena itu, dalam pembuatan konsep harus mempertimbangkan mengenai simbolisasi, kebutuhan pengguna,
Lebih terperinciBAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA
BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA DI BANDUNG 3.1. Konsep Perancangan Museum Etnobotani Indonesia merupakan tempat untuk memamerkan benda koleksi berupa hasil pemanfaatan tumbuhan yang ada
Lebih terperinciKONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III
BAB III KONSEP DESAIN Sebagaimana fungsinya sebagai Museum Budaya Propinsi Jawa Barat, museum ini mewakili kebudayaan Jawa Barat, sehingga tema yang diangkat adalah Kesederhanaan Jawa Barat dengan mengadaptasi
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN PROYEK
BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.2.1 Deskripsi Proyek Judul : Taman Budaya Sunda Lokasi : Wilayah Pasirlayung Cimenyan, Bandung Sifat Proyek : Non Institusional semi komersial Status : Fiktif, dikelola oleh
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Pengertian Ruang Ruang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologis emosional
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas
BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Bangunan IV.1.1 Organisasi Ruang Berdasarkan hasil studi banding, wawancara, dan studi persyaratan ruang dan karakteristik kegiatan di dalamnya, hubungan fasilitas dapat dilihat
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperincipokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan
BAB III GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA 3.1. Pengertian Ada beberapa pengertian Galeri Seni (Art Gallery) yang antara lain : a. Menurut Amri Yahya.10 Galeri Seni adalah suatu tempat pemajangan benda-benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Galeri merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi mirip dengan museum dan memiliki kegiatan utama yang sama yaitu kegiatan pameran. Galeri memiliki fungsi
Lebih terperinciBABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:
BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Kerangka Berpikir Konsep Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep 105 106 Dari kerangka berpikir diatas dapat penulis memilih konsep Batik Pekalongan : The Diversity of Culture
Lebih terperinciBAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan
BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik 4.1 Tema Tema yang diambil dalam perancangan Museum Mobil Klasik ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan Industrial. Vintage
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG. Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta
BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta hiburan bagi masyarakat untuk memperoleh segala informasi mengenai sejarah
Lebih terperinciGALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.
BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka
Lebih terperinciBAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM
BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi
Lebih terperinciMUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan
BAB III ANALISIS 3.1 Pelaku, Aktivitas pengguna, kebutuhan ruang dan Besaran Ruang 3.1.1 Pelaku dan Aktivitas Pengguna Musuem Pelaku dalam museum dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengelola museum
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Gaya dan Tema Perancangan Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya modern etnik. Pemilihan gaya modern etnik berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DESAIN. dikawasan pusat keramaian dengan lokasi yang strategis.
BAB IV ANALISA DESAIN A. ANALISA EKSISTING 1. Asumsi Lokasi Dasar pertimbangan penentuan siteplan Museum Film Horor mengambil lokasi di daerah Jakarta Pusat lebih tepatnya di JL. Cikini Raya (kawasan TIM).
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN
BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN 5.1. Gaya dan Tema dalam Perancangan Perancangan interior Sing a Song Family Karaoke ini mengambil gaya modern dan tema Pop Art, karena ingin menciptakan suasana
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI
PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI KARYA DESAIN Oleh Debby Tiara Nauli Siregar 1211874023 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT
Lebih terperinciMAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan
MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan
Lebih terperinciBab IV Analisa Perancangan
Bab IV Analisa Perancangan 4.1 Analisa Pemilihan Tapak Kriteria Pemilihan Tapak Pasar Baru Pasar baru adalah salah satu ruang publik diantara banyak ruang publik yang ada di jakarta yang persis bersebelahan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Utama 4.1.1. Museum Alam Gunung Sewu sebagai Pusat Wisata Edukasi Geopark dengan Pendekatan Tektonika Arsitektur Diagram 4.1 Sustainability Museum Gunung Sewu Konsep
Lebih terperinciGambar 4.20 Gallery National of Indonesia s Coffee Shop
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Jakarta... 13 Gambar 2.2 Peta Jakarta Pusat... 13 Gambar 2.3 Denah Eksisting GNI... 15 Gambar 2.4 Resepsionis Eksisting GNI... 16 Gambar 2.5 Gedung B Pameran Showroom Temporer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan
Lebih terperinciDesain Interior Galeri Handicraft Lombok dengan Fasilitas Pelatihan yang Berlanggam Budaya Lombok
Desain Interior Galeri Handicraft Lombok dengan Fasilitas Pelatihan yang Berlanggam Budaya Lombok Diajeng Okta Prathikasari 40810011 Anggri Indraprasti, S.Sn, M.Ds Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA 5.1 Konsep Ruang dan Bangunan Permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Galeri Seni Lukis Modern di Yogyakarta adalah
Lebih terperinciGaleri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini
Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok Ni Made Dristianti Megarini 3407100128 Potensi perkembangan kreatifitas dan seni Lombok sangat pesat dan
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,
BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA
BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN
BAB III KONSEP PERANCANGAN Dalam perancangan pusat Informasi dan kegiatan Muslim Tionghoa Lau Tze ini, banyak hal hal yang telah di jelaskan pada bab bab sebelumnya yang akan diterapkan pada perancangan.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016 Penulis. Perdana Putra NIM
ABSTRAK Sepeda motor merupakan alat transportasi yang banyak digunakan di Indonesia. Saat ini sepeda motor telah berkembang dalam berbagai jenis dan merek. Kegunaannya pun bukan hanya untuk transportasi
Lebih terperincib e r n u a n s a h i jau
01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan
BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN 2.1. Pengertian Judul Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan pengertian sebagai berikut. Gorontalo adalah nama dari daerah Provinsi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pusat es krim merupakan fasilitas yang dirancang untuk penikmat es krim. Pusat es krim menyediakan berbagai jenis es krim dan kebutuhan mengenai es krim bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciMereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.
PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan
Lebih terperinciKonsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic
BAB V KONSEP 5.1 Kerangka Konsep Konsep Sekolah Fotografi Darwis Triadi adalah sebuah sekolah fotografi yang didirikan oleh seorang fotografer profesional bernama Andreas Darwis Triadi pada tahun 2003.
Lebih terperinciMUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum
MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum Kerajinan batik merupakan kerajinan khas Indonesia yang merupakan warisan budaya lokal dan menjadi warisan budaya yang
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN INTERIOR IV.1. Konsep Perancangan Konsep Perancangan hotel resort merupakan kesimpulan dari analisis Perancangan hotel resort. Konsep Perancangan hotel resort di pantai Jakarta
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN
BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan wisata budaya dan karapan sapi Madura di sini mengintegrasikan antara tema regionalisme, karakter umum orang Madura (jujur, terbuka dan tegas) dan wawasan keislaman sebagai
Lebih terperinci3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75
2.1.4. Persyaratan Museum 12 2.1.5. Standar Fasilitas Museum Internasional 13 2.1.6. Kajian Teoritis 15 2.1.7. Literatur Museum 26 2.2. Potensi Museum Sonobudoyo Terkait Pariwisata di Yogyakarta 27 2.3.
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep/Citra Ruang Citra atau image yang digunakan dalam mendukung karakter desain adalah modern natural with batavian etnic, dengan menggunakan bentuk bentuk yang geometris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang GALERI SENI RUPA SINGARAJA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seni merupakan sesuatu yang tidak bisa terlepas dari kehidupan setiap manusia, karena seni tercipta dari budi daya manusia dan identik dengan keindahan serta kebebasan
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu
153 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah sebuah negara yang dikenal dengan keanekaragaman tradisi dan kebudayaan, salah satu keragaman yang dimiliki oleh Indonesia adalah tradisi pembuatan
Lebih terperinciGambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de
BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR 5.1 Konsep Citra Ruang Konsep citra ruang yang ingin dicapai adalah ruangan yang memberikan suasana kondusif kepada pengguna perpustakaan. citra ruang dimana pengguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan murni yang melibatkan pengamatan dan penjelasan tentang kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.
Lebih terperinciBAB IV. KONSEP PERANCANGAN
BAB IV. KONSEP PERANCANGAN IV. 1 Konsep Citra Pada Ayu Balinese Beauty & Spa ini memilih untuk memberikan kesan citra seperti pada tabel dibawah ini. Bagan 4. 1 Konsep Citra IV. 2 Latar Belakang Pemilihan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan 13.466 pulau 1, yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parfum atau wewangian merupakan aroma yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Aplikasinya pun beragam, mulai dari kosmetik, aromatherapy, obat, hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan sebuah drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelar di panggung. Pertunjukan kesenian yang berasal dari Jombang
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa
BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi
Lebih terperinciEksotisme & GALLERY. Vol. 13 No. 05 Mei 2012
Eksotisme KONSEP RESTO & GALLERY Penulis Qisthi Jihan Fotografer Ahkamul Hakim Berwisata kuliner di Bali, tidak sekadar mencari makanan yang nikmat, tetapi kebanyakan dari pengunjung juga mencari sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas merupakan tempat pendidikan tinggi pada perguruan tinggi setelah masa sekolah menengah atas telah diselesaikan. Pendidikan menjadi kebutuhan pokok dalam
Lebih terperinciBAB V HASIL RANCANGAN
BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.
Lebih terperinciKARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL
KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Poster Jejak Rupa Pameran Lukisan Bali PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn SEBAGAI MEDIA PROMOSI PAMERAN JEJAK RUPA LUKISAN BALI Dalam Rangka
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Dasar
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar Mengacu pada TOR sayembara, performance arsitektur diharapkan dapat tampil sebagai sebuah karya arsitektur yang mengandung kriteria: Mengangkat kearifan lokal / local genius
Lebih terperinciMuhammad Shofi IR. R. Adi Wardoyo, M.Mt
Muhammad Shofi 3410100059 IR. R. Adi Wardoyo, M.Mt DESAIN INTERIOR Desain interior adalah bidang keilmuan yang bertujuan untuk dapat menciptakan suatu lingkungan binaan (ruang dalam) beserta elemenelemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Pesatnya perkembangan zaman kearah yang lebih modern dan diikuti dengan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan, kian menuntut masyarakat memenuhi
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN LITERATUR
BAB II. KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Judul Pengertian judul Desain Interior Pusat Mainan Jakarta "dengan perencanaan dan perancangan di Jakarta, adalah sebagai berikut : 1. Desain Rancangan, rencana
Lebih terperinciGambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis)
101 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Ide Gagasan Ide gagasan perancangan desain interior Resort ini berupa konsep Zen. Zen merupakan konsep yang terinspirasi dari konsep interior Jepang, yang memadukan antara
Lebih terperinciby NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD
by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya
Lebih terperinciBAB III STUDI LAPANGAN
BAB III STUDI LAPANGAN A. Perpustakaan Grhatama Pustaka Berlokasi di Jl. Janti, Banguntapan Bantul, D.I. Yogyakarta. Jam layanan untuk hari Senin-Jumat : 08.00 s.d. 22.00 WIB, hari Sabtu : 08.00 s.d. 16.00
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user
digilib.uns.ac.id 101 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Ide Gagasan Ide gagasan perancangan desain interior Resort ini berupa konsep Bali Style. Bali Style merupakan konsep yang sering digunakan pada bangunan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Gambar... vii Daftar Tabel...x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...3 1.3 Tujuan dan Sasaran...3 1.3.1 Tujuan...3 1.3.2
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Didalam sebuah perancangan interior, fasilitas sangat menunjang dalam aktifitas yang dilakukan di dalamnya. Fasilitas merupakan hal penting dalam mendesain
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM
BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM 5.1. Konsep Perancangan Umum Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan beragam budaya dan seni. Dari Yogyakarta lahir para seniman-seniman dan arsitek-arsitek handal yang menjadi
Lebih terperinciELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi
AUDITORIUM BENTUK WARNA MATERIAL Menggunakan sistem dinding panel berporiyang terdiri dari dua konfigurasi : 1. Konfigurasi penyerap (pori terbuka) 2. Konfigurasi pemantul (pori tertutup) Dan dapat di
Lebih terperinciKonsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa
OUT Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA 45 BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk dari sebuah pendekatan dari arsitektur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang
Lebih terperinciKONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.
BENTUK Bentuk yang digunakan dapat berupa transformasi dari bentuk Tongkonan, ragam hias tradisional Makassar dan Toraja, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan budaya Makassar dan Toraja. Untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman
V.1. Konsep Gaya dan Tema BAB V KONSEP PERANCANGAN Kebutuhan : Natural Gaya yang dapat membuat nyaman pengunjung Gaya yang dapat menarik masyarakat umum Gaya yang dapat menampilkan kebudayaan Informatif
Lebih terperinciKEBUTUHAN BESARAN RUANG GEDUNG MUSEUM WAYANG
KEBUTUHAN BESARAN RUANG GEDUNG MUSEUM WAYANG KEGIATAN UTAMA / PAMERAN 1 Ruang studi koleksi 1 unit 60 2 Ruang Kurator Ruang Kurator 1 unit 60 Ruang Asisten 1 unit 4 Ruang Staf 4 unit 16 3 Ruang Konservasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1.1 Konsep Perencanaan Dan Perancangan Proyek perencanaan dan perancangan untuk interior SCOOTER OWNERS GROUP INDONESIA Club di Bandung ini mengangkat tema umum
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Organisasi Ruang a. organisasi ruang
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Organisasi Ruang a. organisasi ruang MAIN ENTRANCE INFORMASI HALL / LOBBY FREE FUNCTION ROOM COFEE SHOP PERPUSTAKAAN TOILET PAMERAN AMPLETHEATRE PENERIMAAN ENTRANCE PENYIMPANAN
Lebih terperinciBAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. PENDEKATAN ASPEK FUNGSIONAL 4.1.1. Studi Pelaku Kegiatan Galeri Batik berskala Kawasan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kota Pekalongan
Lebih terperinciBAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan
BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah
Lebih terperinciBAB III KAJIAN LAPANGAN
BAB III KAJIAN LAPANGAN A. OBSERVASI 1. Stasiun Gambir Jakarta Pusat Merupakan Stasiun yang terbesar di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia dan terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Dibangun pada dasawarsa
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Penjelasan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu: A. Konsep Tapak yang meliputi: a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi b. Sirkulasi e. Orientasi c. Lingkungan f. Skyline
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN MUSEUM MARITIM NUSANTARA. pada pemberian informasi seputar sejarah kemaritiman nusantara masa lalu
BAB IV KONSEP PERANCANGAN MUSEUM MARITIM NUSANTARA IV. 1. Konsep dan Tema Perancangan Museum maritim nusantara merupakan museum khusus yang terfokus pada pemberian informasi seputar sejarah kemaritiman
Lebih terperinci5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung
5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung
Lebih terperinciBAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin
BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.
Lebih terperinci4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN
4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain
Lebih terperinci