Segmentasi Tepi Citra CT Scan Paru-paru Menggunakan Metode Chain Code dan Operasi Morfologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Segmentasi Tepi Citra CT Scan Paru-paru Menggunakan Metode Chain Code dan Operasi Morfologi"

Transkripsi

1 Jurnal Teknik Informatika, Vol 1 September 2012 Segmentasi Tepi Citra CT Scan Paru-paru Menggunakan Metode Chain Code dan Operasi Morfologi Masfran, Ananda dan Erwin Setyo Nugroho Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Komputer, Politeknik Caltex Riau Jalan Umban Sari no.1, Rumbai, Pekanbaru, Riau, ( masfran99@yahoo.com, ananda@pcr.ac.id, erwinsn@pcr.ac.id ) Abstrak Image segmentation is an important topic in digital image processing and can be found in various field of images research. One of them is medical image segmentation in the medical field. Edge of image segmentation of lung CT scan is an alternative step in medical lung images processing, which the result can be continued to be used to detect the presence of nodules that are useful as an auxiliary parameter in detecting lung disease like cancer. In this study, edge of image segmentation of lung CT scan is using chain code and mathematical morphology operations. The function of chain code in this study is to detect edge of lung in CT image, whereas the morphology operations are used to enhancement the shape of image. This study showed that the use of chain code and morphological operations can provide a smooth edge of lung CT scan image segmentation. The smooth detail on the edge of the lung CT scan can provide important information such as the boundary of an areas or object within the image. Mathematical morphology operations haven t been success applied to all images, the percentage of success is 76.6% and percentage of success to eliminate noise in lung CT images is equal to 86.7%. Kata kunci : Segmentasi citra; CT-Scan paru-paru; Chain Code; Matematika Morfologi. I. PENDAHULUAN Segmentasi citra merupakan topik penting dalam pengolahan citra digital dan dapat ditemukan dalam berbagai bidang riset citra. Salah satunya adalah segmentasi citra medis di bidang kedokteran. Tujuan yang ingin dicapai dalam segmentasi adalah untuk menentukan objek yang spesifik atau sebuah area dalam citra untuk pencocokan atau identifikasi. Dalam citra medis identifikasi dari objek atau area yang diinginkan dapat menyediakan informasi yang berguna untuk diagnosis dan perawatan penyakit. Citra medis yang akan disegmentasi pada penelitian ini adalah citra CT scan paru-paru. Pemilihan paru-paru sebagai objek yang akan disegmentasi adalah karena tingginya jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit paru-paru yaitu kanker paru-paru. Menurut data tahun 2008 dari situs resmi WHO (World Health Organization), kanker paru-paru adalah penyebab kematian paling besar diantara jenis kanker lainnya yaitu sebesar 1,4 juta kematian. Bandingkan dengan jenis kanker lainnya seperti: kanker perut ( kematian), kanker hati ( kematian), kanker kolorektal ( kematian) dan kanker payudara ( kematian) [1]. Penelitian yang melibatkan segmentasi citra CT scan pada paru-paru sudah pernah dilakukan sebelumnya. Samuel, dkk memperkenalkan algoritma rolling ball untuk segmentasi paru-paru. Pada tahap awal, digunakan teknik gray-level thresholded untuk segementasi dada dari latar belakang dan kemudian paru-paru dari dada. Pada tahap selanjutnya algoritma rolling ball diterapkan untuk segmentasi kontur paru-paru untuk menghindari hilangnya nodul juxtapleural, yaitu nodul yang berbentuk bulat telur atau lonjong [2]. Shiying, dkk Menyajikan suatu metode otomatis untuk segmentasi paru-paru dalam citra CT scan. Metode ini memiliki tiga langkah utama. Pertama paru-paru diekstrak dari citra CT scan dengan gray-scale thresholding. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dipisahkan dengan mengidentifikasi anterior (lebih dekat ke depan) dan persimpangan posterior (lrbih dekat ke belakang) dengan pemrograman dinamis. Akhirnya, sebuah rangkaian operasi morfologi digunakan untuk memperhalus batas yang tidak beraturan di sepanjang mediastinum untuk memperoleh hasil agar konsisten dengan yang diperoleh melalui analisis secara manual, dimana hanya arteri paru-paru paling sentral dikeluarkan dari wilayah paru-paru [3]. Saleem, dkk menyajikan suatu metodologi untuk segmentasi paru-paru yang akurat. Mereka mengatasi masalah segmentasi paru-paru dalam dua langkah utama. Pada langkah pertama, wilayah paru-paru di ekstrasi dari latar belakang dan dada dari citra CT scan menggunakan algoritma region growing. Pada langkah kedua, wilayah paru-paru diperhalus menggunakan algoritma k-means clustering yang dimodifikasi dari algoritma adaptive border marching [4]. Ananda menggunakan metode Max-Tree untuk membentuk pohon segmentasi sebagai representasi nodul paru-paru di CT scan. Kemudian attribute filters digunakan pada proses pruning tree untuk segmentasi kontruksi Max-Tree [5]. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian yang dibicarakan sebelumnya adalah pada penelitian sebelumnya tidak menampilkan atau mempertegas tepi dari citra berbeda dengan yang akan dibuat pada penelitian ini. Pada penelitian ini segmentasi citra CT

2 yang dilakukan menggunakan metode chain code dan operasi morfologi. Penggunaan chain code sebelumnya pernah digunakan untuk penelitian citra medis, hanya saja dalam kasus klasifikasi objek pada citra medis [6]. II. METODE CHAIN CODE DAN MORFOLOGI MATEMATIKA A. Median Filter Perbaikan kualitas citra salah satunya adalah pengurangan derau dapat dilakukan dengan pentapisan/operasi spatial (filtering). Pada proses pentapisan, nilai pixel baru umumnya dihitung berdasarkan piksel tetangga. Median filter merupakan salah satu dari tapis Non-linear. Median filter menghitung nilai dari setiap piksel baru, yaitu nilai piksel pada pusat koordinat kernel dengan nilai tengah (median) dari piksel di dalam kernel. Untuk ukuran kernel m baris dan n kolom maka banyaknya piksel dalam kernel adalah (m x n). Akan lebih baik ukuran kernel adalah bilangan ganjil karena piksel pada posisi tengahnya lebih pasti diperoleh, yaitu piksel pada posisi (m x n +1)/2. Semua piksel tetangga harus diurut sebelum menentukan piksel pada posisi tengah [7]. B. Penandaan Komponen terhubung Piksel p adalah adjacent (berbatasan) ke piksel q jika keduanya terhubung (pengertian terhubung tergantung pada jenis keterhubungan yang digunakan). Dua himpunan bagian citra S 1 dan S 2 adalah adjacent jika beberapa piksel pada S 1 adalah adjacent ke beberapa piksel pada S 2. Suatu jalur dari piksel p dengan koordinat (x,y) ke piksel q dengan koordinat (s,t) adalah suatu urutan atau deretan dari piksel yang berbeda (distinct pixel) dengan koordinat (x 0, y 0 ), (x 1, y 1 ),, (x n, y n ) dengan (x 0, y 0 ) = (x, y) dan (x n, y n ) = (s,t) adalah adjacent ke (x i-1, y i-1 ), 1 i n, dan n menyatakan panjang dari jalur. Jika p dan q adalah piksel pada suatu himpunan bagian citra S maka p adalah terhubung ke q dalam S bila ada suatu jalur dalam S yang menghubungkan p ke q. Untuk setiap piksel p dalam S, sekumpulan piksel dalam S yang terhubung ke p disebut dengan komponen terhubung (connected component) dari S. Sekarang menjadi jelas bahwa dua piksel dari komponen terhubung adalah saling terhubung satu dengan yang lainnya dan komponen terhubung berbeda (distinct connected component) adalah tidak saling terhubung (disjoin). Penandaan komponen terhubung memeriksa suatu citra dan mengelompokkan setiap piksel ke dalam suatu komponen terhubung menurut aturan keterhubungan (4, 8, atau m-connectivity). Setiap komponen terhubung yang saling tidak terhubung (disjoin) pada suatu citra akan diberi tanda (label) berbeda. Memisahkan dan memberikan tanda pada setiap komponen terhubung maupun tidak terhubung pada suatu citra memegang peranan sentral pada beberapa aplikasi analisis citra secara otomatis. Penandaan komponen terhubung dilakukan dengan memeriksa suatu citra, piksel per piksel (dari kiri ke kanan dan atas ke bawah) untuk mengidentifikasi area piksel terhubung yaitu suatu area dari piksel berbatasan yang memiliki nilai intensitas sama atau nilai intensitas berada dalam suatu himpunan V (pada citra biner V = {1}, pada citra keabuan himpunan V disesuaikan dengan kebutuhan). Penandaan komponen terhubung dapat dilakukan pada citra biner maupun citra keabuan [7]. C. Iterasi Threshold Salah satu metode segmentasi berbasis cluster adalah metode iterasi. Metode iterasi adalah bentuk khusus dari K-means di mana K = 2. Metode iterasi dimulai dengan memilih nilai batas (threshold) secara sembarang (perkiraan) sebagai nilai awal, lalu secara iterasi nilai tersebut diperbaiki berdasarkan sebaran nilai intensitas citra yang bersangkutan. Nilai threshold yang baru diharapkan akan menghasilkan pemisahan yang lebih baik dari citra sebelumnya. Langkah-langkah dalam menentukan nilai batas T dalam metode iterasi adalah sebagai berikut : Pilih nilai T awal, biasanya dipakai nilai ratarata dari intensitas citra. Segmentasi citra menjadi dua daerah, misalnya R1 dan R2 dengan menggunakan nilai T awal sebelumnya. Hitung nilai rata-rata intensitas pada daerah R1 dan R2. Kedua nilai rata-rata tersebut berturutturut disebut r1 dan r2. Hitung nilai T baru dengan rumus T = (r1 + r2)/2. Ulang langkah 2 sampai 4 sampai nilai T tercapai. Nilai T dikatakan telah tercapai bila nilai T tidak mengalami perubahan nilai T lagi [7]. D. Chain Code Chain code (kode rantai) pertama kali diperkenalkan untuk merepresentasikan kurva digital oleh Herbert Freeman [8]. Karena itu chain code disebut juga dengan Freeman code, sesuai dengan nama pencetus idenya. Menurut Freeman, skema coding untuk struktur garis harus memenuhi 3 syarat, yaitu : (1) menjaga informasi penting agar tidak hilang, (2) memungkinkan untuk disimpan dan ditampilkan lagi dengan mudah dan (3) mempermudah dalam melakukan pengoperasian atau pengolahan yang diperlukan Chain code digunakan untuk menggambarkan batas obyek atau jumlah piksel yang berada dalam satu obyek. Batas obyek direpresentasikan dengan piksel-piksel yang saling terhubung dan memiliki nilai yang sama. Chain code mendeskripsikan sebuah obyek dengan segmen garis yang berurutan berdasarkan arah prioritas penelusuran yang telah ditetapkan. Arah dari tiap segmen direpresentasikan dengan angka tertentu. Elemen pertama pada sebuah urutan harus memberikan informasi mengenai posisinya sehingga rekonstruksi area atau perhitungan luas dapat dilakukan. Chain code berjalan

3 dengan menelusuri piksel-piksel pada citra berdasarkan prioritas arah yang telah ditentukan. Sebuah chain code bisa terdiri dari 4 arah mata angin atau 8 arah mata angin seperti pada gambar 1 [9]. Gambar 1. Chain code arah 4 mata angin dan 8 mata angin [8] chain code umumnya telah diterima dalam pengolahan citra digital karena menawarkan sejumlah keuntungan. Diantaranya adalah kelebihan untuk dapat mencari nilai dari keliling dan luas dari sebuah objek dari chain code. Selain itu, chain code juga dapat digunakan untuk memperhalus kontur dalam pengurangan derau [8]. E. Matematika Morfologi Matematika Morfologi (Mathematics Morphology) adalah sebuah metode untuk analisa citra yang didasarkan pada teori dasar matematika yaitu teori himpunan, dimana citra diasumsikan tersusun dari himpunan piksel [10]. Operasi morfologi menggunakan dua input himpunan yaitu suatu citra (pada umumnya citra biner) dan suatu kernel. Khusus dalam morfologi, istilah kernel biasa disebut dengan structuring elements (elemen pembentuk struktur). SE merupakan suatu matrik dan pada umumnya berukuran kecil. Elemen dari SE dapat bernilai 1, 0, don t care. Nilai don t care biasanya ditandai dengan nilai elemen dikosongkan atau diberi tanda silang. Ada dua operasi dasar morfologi yaitu dilasi dan erosi. Kedua operasi dasar tersebut menjadi basis untuk membuat berbagai operasi morfologi yang sangat berguna untuk pengolahan citra digital, seperti opening, closing, hit and miss transform, thinning, dan thickening [7]. Operasi dilasi A dengan B dapat dinyatakan sebagai berikut : D(A, B) = A B = { x : B x A } (1) Operasi erosi dapat dinyatakan sebagai berikut : E(A, B) = A Θ B = { x : B x X} (2) III. PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN Tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian ini dapat diilustrasikan pada blok diagram gambar 2. Gambar 2. Blok diagram sistem Tahap awal penelitian ini adalah menyediakan citra CT scan paru-paru Langkah berikutnya adalah melakukan median filter. Median filter ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi noise yang ada. Dengan mengurangi jumlah noise akan menghasilkan citra dengan kualitas yang lebih baik untuk melakukan proses selanjutnya. Tahap selanjutnya adalah menghilangkan latar belakang citra. Langkah-langkahnya antara lain: mengubah citra masukan menjadi citra biner. Pengubahan citra menjadi citra biner menggunakan metode iterasi threshold. Selanjutnya bagian objek citra biner yang menyentuh border dihilangkan, sehingga menyisakan bagian paru-paru saja. Teknik Connected component labeling digunakan untuk mengetahui objek yang menyentuh border citra. Setelah itu tepi citra objek paruparu diperhalus menggunakan operasi morfologi opening. Opening merupakan proses erosi citra baru kemudian diikuti proses dilasi citra. Persamaan opening dapat dirumuskan sebagai berikut: Opening = A ο B = (A Θ B) B (3) Proses opening selain memperhalus tepi objek pada citra juga dapat menghilangkan noise pada citra. Langkah selanjutnya adalah untuk menghilangkan atau menutup lubang yang terdapat pada bagian objek paruparu dengan operasi morfologi closing. Closing merupakan kebalikan dari opening, yaitu proses dilasi citra diikuti proses erosi citra. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut: Closing = A B = (A B) Θ B (4) Tahap berikutnya deteksi tepi citra. Langkah awal pada tahap ini adalah menetapkan piksel awal. Piksel awal dapat dicari dengan iterasi nilai piksel citra. Iterasi dilakukan dari sudut kiri atas citra dan berhenti setelah menemukan piksel bernilai 1. Piksel tersebut kemudian dijadikan sebagai piksel awal. Setelah itu, dilakukan pencarian piksel tetangga. Piksel tetangga ditelusuri berdasarkan arah jarum jam. Begitu piksel tetangga ditemukan lokasi nilai dari piksel sebelumnya disimpan dan diberi nilai arah chain code 8 mata angin. Kemudian posisi berpindah ke piksel tetangga yang ditemukan sebelumnya dan melakukan pencarian terhadap piksel tetangga lagi sampai kembali ke posisi piksel awal.

4 Berikutnya ekstrasi bagian paru-paru yang dilakukan menggunakan citra mask dan citra asli. Citra mask merupakan citra biner hasil penutupan lubang dengan operasi morfologi closing. Citra mask dengan nilai piksel satu atau berwarna putih akan menampilkan piksel dari citra asli, sedangkan citra mask dengan nilai piksel nol atau berwarna hitam nilai pikselnya tetap. Kemudian tahap terakhir adalah perbaikan kualitas citra, yaitu memperjelas atau mempertajam spons pada paru-paru yang berbentuk jaringan dengan operasi morfologi. Operasi morfologi yang digunakan adalah operasi tophat. Operasi morfologi tophat sendiri merupakan perbedaan antara citra dengan opening dari citra itu sendiri yang dirumuskan dalam persamaan berikut : Tophat = A (A ο B) (5) Proses pengolahan citra yang pertama dilakukan adalah pengurangan derau. Pengurangan derau dilakukan dengan median filter. Median filter penting dilakukan sebelum kita melanjutkan ke proses pengolahan citra selanjutnya. Dengan melakukan proses pengurangan derau, maka proses citra selanjutnya akan menghasilkan kualitas yang lebih baik. Median filter cocok digunakan untuk citra yang memiliki noise salt and pepper. Seperti halnya pada citra CT scan paru-paru yang akan dijadikan citra biner, maka median filter cocok untuk mengurangi noise pada citra ini. Hasil citra biner dengan pengurangan derau median filter dan tanpa median filter dapat dilihat pada gambar 4. Secara visual terlihat citra biner dengan median filter menghasilkan derau yang lebih sedikit dibanding kan dengan citra biner tanpa melakukan median filter. IV. HASIL DAN DISKUSI Pada penelitian ini, citra CT scan paru-paru disegmentasi bagian tepinya menggunakan metode chain code dan operasi morfologi. Pengujian dari metode ini dicoba pada slice gambar CT scan paru-paru dari data citra medis umum yang bebas digunakan yaitu Lung Image Database Consortium of National Cancer Institute [11]. Berikut adalah beberapa sampel gambar yang telah diujikan. Gambar 4. Citra biner dengan median filter dan tanpa median filter Tahapan berikutnya adalah mengubah citra menjadi citra biner dengan metode iterasi threshold. Dengan metode ini, nilai threshold pada citra didapat secara otomatis. Iterasi threshold dapat mengubah citra menjadi citra biner dengan baik, dimana objek paru-paru dapat tersegmentasi dengan bagian lain yang berada disekitar objek paru-paru. Hasil citra setelah dilakukan iterasi threshold dapat dilihat pada gambar 4. Tahapan selanjutnya adalah membuang atau menghilangkan objek yang menyentuh border dari citra. Teknik Connected component labeling digunakan untuk mengetahui objek tersebut. Pada gambar CT scan setelah objek yang menyentuh border dihilangkan, maka bagian yang tampak adalah bagian paru-paru kanan dan kiri. Selain itu, pada gambar 5 terdapat beberapa objek kecil yang tersisa. Objek-objek tersebut merupakan objek yang bukan merupakan objek yang menyentuh tepi atau border dari citra atau merupakan bagian yang terpisah dan bukan merupakan objek yang terhubung ke objek yang menyentuh tepi atau border pada citra. Objek tersebut menjadi noise pada citra tersebut. Akan tetapi, tidak semua citra hasil pengujian memiliki noise pada tahapan ini. Hal ini dapat dilihat dari 10 buah citra yang diujikan, 9 dari 10 buah citra memiliki noise. Gambar 3. Hasil pengujian pada beberapa sampel CT Scan Paru

5 Citra yang telah melalui tahapan ini memberikan citra bagian objek paru berwarna putih atau bernilai biner 1. Hasil citra ini menampakkan secara jelas mana bagian dari objek paru-paru kanan dan kiri. Setelah selesai memprosesan citra pada tahap ini, tahap selanjutnya adalah deteksi tepi dari objek paru-paru pada citra. Gambar 5. Citra biner tanpa objek menyentuh border Apabila diamati citra biner pada gambar 4 yang telah dilakukan pengurangan derau dengan median filter sebelumnya dengan citra pada gambar 5, maka dapat dilihat derau yang terdapat pada gambar 5 merupakan objek yang terpisah atau tidak terhubung dengan objek yang menyentuh tepi atau border dari citra. Tahapan berikutnya adalah penghalusan tepi citra menggunakan operasi morfologi opening. Morfologi opening dalam proses ini menggunakan structuring elements disk dengan ukuran 3x3 sebanyak dua kali. Hal ini dikarenakan karena apabila hanya sekali, maka noise yang dihilangkan lebih kecil atau juga tidak bisa menghilangkan noise dengan ukuran yang lebih besar. Bentuk structuring elements disk memberikan efek tepi citra yang lebih halus. selain memperhalus tepi citra operasi morfologi opening juga dapat menghilangkan noise yang tersisa pada tahapan sebelumnya. Ukuran structuring elements yang diberikan dapat menghilangkan noise yang berukuran kecil. Hasil pengujian pada tahapan ini dapat dilihat pada gambar 6 berikut. Gambar 7. Citra setelah dilakukan closing Proses selanjutnya adalah deteksi tepi dengan metode chain code. Tepi citra yang didapat hasil ini disimpan dalam sebuah matriks mapping dan tampak seperti pada gambar 8. Tepi objek yang didapat pada gambar 8 ada dua yaitu bagian tepi objek paru-paru kanan dan kiri. Tepi yang didapat memberikan hasil yang tampak halus di sepanjang kontur objek paru-paru. Metode ini memberikan hasil dari tepi citra dengan objek tertutup seperti sebuah rantai, sesuai dengan namanya chain code yang berarti kode rantai dalam bahasa Indonesia. Gambar 8. Citra hasil deteksi tepi Gambar 6. Citra setelah dilakukan opening Tahapan berikutnya penutupan lubang pada objek paru-paru menggunakan operasi morfologi closing. Morfologi closing menggunakan structuring elements square dan diamond dengan ukuran sepuluh. Ukuran structuring elements yang digunakan setelah diujikan dapat menutupi lubang dengan baik pada sebagian besar citra CT scan paru. Akan tetapi, pada citra lainnya ukuran structuring elements yang digunakan terlalu besar sehingga bagian paru-paru kanan dan kiri menyatu. Hal ini dapat menyebabkan atau memberikan informasi yang salah. Adapula citra yang lubangnya tidak tertutup dengan baik karena ukuran structuring elements dianggap terlalu kecil. Hal ini dapat menghilangkan sebagian besar informasi yang penting pada citra. Hasil citra pada tahapan ini yang berhasil dapat dilihat pada citra gambar 7 yang telah diujikan. Tahapan berikutnya adalah ekstrasi paru-paru yang hasilnya tampak seperti pada gambar 9. Pada tahap ini digunakan citra mask dari tahapan penutupan lubang sebelumnya. Jadi hasil ekstrasi citra sangat tergantung dari citra mask yang dihasilkan. Tepat atau tidaknya objek yang tersegmentasi dan tampak dari hasil ekstrasi dipengaruhi oleh proses operasi morfologi closing sebelumnya.

6 Citra 9. Citra hasil ekstrasi Tahapan selanjutnya adalah memperjelas atau mempertajam spons pada paru-paru yang berbentuk jaringan dengan operasi morfologi tophat. Jenis structuring elements yang digunakan adalah disk sebanyak dua kali untuk memberikan efek penajaman yang tidak menghilangkan bagian sponsnya, karena apabila terlalu kecil maka spons paru-paru yang dihasilkan akan sangat halus atau bahkan tidak tampak. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 10. Gambar 10. Citra hasil tophat Uji coba dilakukan terhadap 30 buah citra yang berbeda dari 3 pasien dengan masing-masing pasien 10 buah citra. Berdasarkan hasil pengujian yang didapat terdapat 7 buah citra yang paru-paru kanan dan kiri menyatu seperti tampak pada gambar 11, sebagai akibat dari pengggunaan ukuran structuring elements pada operasi morfologi closing yang terlalu besar. Sehingga mendapatkan error sebesar 23.3%. Berdasarkan hasil pengamatan citra CT paru-paru yang bagian paru-paru kanan dan kirinya menyatu adalah citra yang objek paruparu kanan dan kirinya memiliki jarak yang sangat berdekatan seperti tampak pada gambar 12, sehingga pada proses operasi morfologi closing kedua objek tersebut menyatu. Gambar 11 Citra hasil yang bagian paru-paru kanan dan kiri menyatu Gambar 12 Citra CT asli paru-paru yang bagian paru-parunya berdekatan Selain itu terdapat 4 buah citra yang masih terdapat derau diluar objek paru-paru. Dengan demikian error yang dihasilkan oleh derau sebesar 13.3 % yang didapat dari ujicoba 30 buah citra. Citra CT hasil yang masih memiliki derau tersebut tampak seperti pada gambar 13. Gambar 13 Citra hasil yang masih memiliki derau Dari hasil pengujian tersebut dapat kita lihat secara visual bahwa tepi yang diperoleh sangat halus. Selain itu gambar latar dari citra juga dapat dihilangkan sehingga focus mata lebih tertuju ke bagian paru-paru. V. KESIMPULAN DAN STUDI PENGEMBANGAN Penggunaan metode chain code dan operasi morfologi dalam segmentasi tepi citra CT scan paru-paru mendapatkan hasil dengan visual deteksi tepi yang halus dan tidak mereduksi bagian bagian dalam citra CT sehingga tepi objek yang menjadi tujuan menjadi lebih tegas dibanding dengan keadaan citra aslinya yang masih terdapat objek objek rongga dada lainnya dari hasi pengambilan gambar asli CT Scan Paru-paru. Hasil citra pada penelitian ini kedepannya dapat digunakan sebagai langkah alternative pemrosesan citra medis paru-paru, yaitu untuk mendeteksi adanya nodul yang berguna sebagai parameter pembantu dalam mendeteksi ada atau tidaknya penyakit di paru-paru, seperti kanker. PENGHARGAAN Terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini yaitu penyedia data CT scan Lung Image Database Consortium of National Cancer Institute dan kepada Politeknik Caltex Riau khususnya untuk program studi Teknik Informatika Multimedia. DAFTAR PUSTAKA [1] World Health Organization. (Oktober 2011). Cancer. Diambil 8 Desember 2011 dari [2] Armato, Samuel G., Giger, Maryellen L., Moran, Catherine J., Blackburn, James T., Doi, Kunio., Macmahon, Heber. (1999). Imaging & Therapeutic Technology. Computerized Detection of Pulmonary Nodules on CT Scans. hal [3] Hu, Shiying., Hoffman, Eric A. and Reinhardt, Joseph M. (2001). IEEE Transactions on Medical Imaging. Automatic Lung Segmentation for Accurate Quantitation of Volumetric X-Ray CT Images. 20(6), hal [4] Iqbal, Saleem,. Iqbal, Khalid. (2011). International Journal of Academic Research. Lungs Segmentation for ComputerAided Diagnosis. 3(5), hal [5] Ananda. (2012). Segmentasi Nodul pada Citra Computed Tomography Paru-Paru Menggunakan Max-Tree dan Atribute Filters. Institut Teknologi Sepuluh September. [6] Bertalya, Prihandoko, Kusuma, Tb. Maulana. (2008). Seminar Ilmiah Ilmu Komputer Nasional. Klasifikasi Citra X-Ray Menggunakan Kode Freeman. [7] Putra, Darma. (2010). Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta: Penerbit ANDI. [8] Shabab, Walid., Al-Otum, Hazem and Al-Ghoul, Farouq. (2009). The International Arab Journal of Information Technology. A Modified Chain Code Algorithm for Object Segmentation and Contour Tracing. 6(3), hal

7 [9] Gonzalez, Rafael C. dan Woods, Richard E. (2002). Digital Image Processing ( 2 nd ed ). New Jersey: Prentice Hall. [10] Dougherty, Geoff. (2009). Digital Image Processing for Medical Applications. Unites States of America: Cambridge University Press. [11] Lung Images Database Consortium, National Cancer Institute,

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY DAN TEKNIK CONNECTED COMPONENT LABELING Oleh I Komang Deny Supanji, NIM 0815051052 Jurusan

Lebih terperinci

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram Shabrina Mardhi Dalila, Handayani Tjandrasa, dan Nanik

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL Andi Hendra 1 1 Jurusan Matematika MIPA Universitas Tadulako ABSTRAK Penelitian pengolahan

Lebih terperinci

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Ardi Satrya Afandi Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Depok, Indonesia art_dhi@yahoo.com Prihandoko,

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) Pramuda Akariusta Cahyan, Muhammad Aswin, Ir., MT., Ali Mustofa, ST., MT. Jurusan

Lebih terperinci

SEGMENTASI BRONCHUS dan BRONCHIOLUS PADA CITRA CTSCAN PARU-PARU MENGGUNAKAN WATERSHED FILTER

SEGMENTASI BRONCHUS dan BRONCHIOLUS PADA CITRA CTSCAN PARU-PARU MENGGUNAKAN WATERSHED FILTER SEGMENTASI BRONCHUS dan BRONCHIOLUS PADA CITRA CTSCAN PARU-PARU MENGGUNAKAN WATERSHED FILTER Syafitri Afriza 1), Ananda 2), dan Wawan Yunanto 3) 1) Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Caltex Riau, Pekanbaru

Lebih terperinci

By Emy. 2 of By Emy

By Emy. 2 of By Emy 2 1 3 Kompetensi Mampu menjelaskan dan operasi morfologi Mampu menerapkan konsep morfologi untuk memperoleh informasi yang menyatakan deskripsi dari suatu benda pada citra mampu membangun aplikasi untuk

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL Rudy Adipranata Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya. Telp. (031) 8439040

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Jurnal Teknik Informatika Vol. 1 September 2012 1 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Wahyu Saputra Wibawa 1, Juni Nurma Sari 2, Ananda 3 Program Studi

Lebih terperinci

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Nur Nafi iyah 1, Yuliana Melita, S.Kom, M.Kom 2 Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Email: nafik_unisla26@yahoo.co.id 1, ymp@stts.edu

Lebih terperinci

10/11/2014. CIG4E3 / Pengolahan Citra Digital BAB 10. Morphological Image Processing. Pemrosesan citra secara morfologis.

10/11/2014. CIG4E3 / Pengolahan Citra Digital BAB 10. Morphological Image Processing. Pemrosesan citra secara morfologis. CIG4E3 / Pengolahan Citra Digital BB 10. Morphological Image Processing Intelligent Computing and Multimedia (ICM) Pemrosesan citra secara morfologis Perbedaan antara pemrosesan citra secara morfologis

Lebih terperinci

DEKOMPOSISI MORFOLOGI BENTUK BINER DUA DIMENSI MENJADI POLIGON KONVEKS DENGAN PENDEKATAN HEURISTIK

DEKOMPOSISI MORFOLOGI BENTUK BINER DUA DIMENSI MENJADI POLIGON KONVEKS DENGAN PENDEKATAN HEURISTIK DEKOMPOSISI MORFOLOGI BENTUK BINER DUA DIMENSI MENJADI POLIGON KONVEKS DENGAN PENDEKATAN HEURISTIK Nanik Suciati, Rosdiana Rahmawati Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Apa yang bisa dilakukan oleh morfologi citra? Operasi morfologi :

Apa yang bisa dilakukan oleh morfologi citra? Operasi morfologi : Morfologi Citra 2 Morfologi Citra Apa yang bisa dilakukan oleh morfologi citra? Operasi morfologi : Fit dan Hit Erosi (Erosion) Dilasi (Dilation) Operasi Gabungan (Compound Operations) 3 Kegunaan Morfologi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK (FT) PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

FAKULTAS TEKNIK (FT) PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016 DETEKSI KEMUNCULAN BULAN SABIT MENGGUNAKAN METODE CIRCULAR HOUGH TRANSFORM ARTIKEL Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL Murien Nugraheni Prodi Teknik Informatika Fak FTI UAD Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta 55164,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau yang disebut dengan cardiomegaly. Pemantauan pembesaran jantung

BAB I PENDAHULUAN. atau yang disebut dengan cardiomegaly. Pemantauan pembesaran jantung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan pembunuh yang paling berbahaya saat ini yang menjadikannya sebagai penyebab kematian nomor satu di dunia (WHO, 2012). Salah satu tanda penyakit

Lebih terperinci

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) *) Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura Abstrak CT scan mampu menghasilkan citra organ internal (struktur

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan Konvolusi Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Filter / Penapis Digunakan untuk proses pengolahan citra: Perbaikan kualitas citra (image enhancement) Penghilangan

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Dasar Citra Digital. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

Pertemuan 2 Dasar Citra Digital. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc Pertemuan 2 Dasar Citra Digital Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc Tujuan Memberikan pemahaman tentang konsep-konsep dasar dalam pengolahan citra digital, a.l.: Apakah pengolahan citra digital? Sampling dan

Lebih terperinci

ALGORITMA IMAGE THINNING

ALGORITMA IMAGE THINNING ALGORITMA IMAGE THINNING Oleh Zurnawita dan Zulharbi Suar Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT Using image thinning algorithm, various example of application is processing image

Lebih terperinci

OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS

OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS PADA MATA MANUSIA BERBASIS IMAGE PROCESSING DENGAN EUCLIDEAN DISTANCE PADA SISTEM MEKANIKAL AUTOMATED OPTICAL INSPECTION (AOI) AHMAD RIFA I RIF AN NRP. 2106 100

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEL DARAH BERBENTUK SABIT PADA CITRA SEL DARAH PENDERITA ANEMIA

IDENTIFIKASI SEL DARAH BERBENTUK SABIT PADA CITRA SEL DARAH PENDERITA ANEMIA IDENTIFIKASI SEL DARAH BERBENTUK SABIT PADA CITRA SEL DARAH PENDERITA ANEMIA IMAM SUBEKTI 2209106021 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng. Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST, MT. Latar

Lebih terperinci

Morphological Image Processing

Morphological Image Processing Morphological Image Processing Muhammad Kusban Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak -- Proses morphologi terutama digunakan untuk menghilangkan ketidaksempurnaan bentuk yang ada dalam

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TALI PUSAT PADA JANIN DENGAN METODE CONTOUR TRACING

PENDETEKSIAN TALI PUSAT PADA JANIN DENGAN METODE CONTOUR TRACING PENDETEKSIAN TALI PUSAT PADA JANIN DENGAN METODE CONTOUR TRACING David Habsara Hareva 1), Steven Juliono 2), Dion Krisnadi 3) 1),2),3 ) Teknik Informatika, Universitas Pelita Harapan Lippo Karawaci, Tangerang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram Shabrina Mardhi Dalila (5109100049) Dosen Pembimbing 1 Prof. Ir. Handayani Tjandrasa, M.Sc., Ph.D. Dosen

Lebih terperinci

corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Kain batik merupakan ciri khas dari bangsa I

corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Kain batik merupakan ciri khas dari bangsa I Pembuatan Perangkat Lunak Untuk Menampilkan Deskripsi Mengenai Batik dan Pola Citra Batik Berdasarkan Segmentasi Objek Maulana Sutrisna, maulanasutrisna@gmail.com Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA

IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA Hal : -29 IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA Asmardi Zalukhu Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan ABSTRAK Deteksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

10/13/2009 MORFOLOGI CITRA SET CITRA DAN OPERASINYA PEMROSESAN CITRA SECARA MORFOLOGIS PEMROSESAN CITRA SECARA MORFOLOGIS

10/13/2009 MORFOLOGI CITRA SET CITRA DAN OPERASINYA PEMROSESAN CITRA SECARA MORFOLOGIS PEMROSESAN CITRA SECARA MORFOLOGIS PEMROEN CITR ECR MORFOLOGI Kuliah ke 8 Program 1 Reguler, DTE FTUI 2009 MORFOLOGI CITR Perbedaan antara pemrosesan citra secara morfologis dengan pemrosesan biasa (yang telah dipelajari): Dulu sebuah citra

Lebih terperinci

Identifikasi Sel Darah Berbentuk Sabit Pada Citra Sel Darah Penderita Anemia

Identifikasi Sel Darah Berbentuk Sabit Pada Citra Sel Darah Penderita Anemia Identifikasi Sel Darah Berbentuk Sabit Pada Citra Sel Darah Penderita Anemia Imam Subekti, I Ketut Eddy Purnama, Mauridhi Hery Purnomo. Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Penelitian ini mengidentifikasi

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax Abstrak Segmentasi citra merupakan salah satu tahapan dalam pengolahan citra yang penting, terutama dalam dunia medis. Apabila seorang dokter

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra (image) adalah bidang dalam dwimatra (dua dimensi) (Munir, 2004). Sebagai salah satu komponen multimedia, citra memegang peranan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD Murinto, Resa Fitria Rahmawati Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad

Lebih terperinci

SEGMENTASI WARNA CITRA DENGAN DETEKSI WARNA HSV UNTUK MENDETEKSI OBJEK

SEGMENTASI WARNA CITRA DENGAN DETEKSI WARNA HSV UNTUK MENDETEKSI OBJEK SEGMENTASI WARNA CITRA DENGAN DETEKSI WARNA HSV UNTUK MENDETEKSI OBJEK Benedictus Yoga Budi Putranto, Widi Hapsari, Katon Wijana Fakultas Teknik Program Studi Teknik Informatika Universitas Kristen Duta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel Sri Enggal Indraani, Ira Dhani Jumaddina, Sabrina Ridha Sari Sinaga (enggal24@gmail.com, Ira.dhani5393@gmail.com,

Lebih terperinci

Identifikasi Gejala Penyakit Padi Menggunakan Operasi Morfologi Citra

Identifikasi Gejala Penyakit Padi Menggunakan Operasi Morfologi Citra Identifikasi Gejala Penyakit Padi Menggunakan Operasi Morfologi Citra Shofiyyah Zahrah 1, Ristu Saptono 2, Esti Suryani 3 1,2,3 Program Studi Informatik, FMIPA, Universitas Sebelas Maret Email: 1 shofizr@gmail.com,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B Heri Setiawan, Iwan Setyawan, Saptadi Nugroho IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

NORMALISASI DAN PEMBOBOTAN UNTUK KLONING MULUS PADA PENCAMPURAN CITRA MENGGUNAKAN METODE POISSON

NORMALISASI DAN PEMBOBOTAN UNTUK KLONING MULUS PADA PENCAMPURAN CITRA MENGGUNAKAN METODE POISSON NORMALISASI DAN PEMBOBOTAN UNTUK KLONING MULUS PADA PENCAMPURAN CITRA MENGGUNAKAN METODE POISSON Ratna Shofiati, Binti Solihah, Sari Irmadani Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS Ikhwan Ruslianto KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS IKHWAN RUSLIANTO Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL Ahmad Yunus Nasution 1, Garuda Ginting 2 1 Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma 2 Dosen Tetap STMIK Budi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENDETEKSI TEPI STUDI KASUS : CITRA USG JANIN

PERBANDINGAN METODE PENDETEKSI TEPI STUDI KASUS : CITRA USG JANIN PERBANDINGAN METODE PENDETEKSI TEPI STUDI KASUS : CITRA USG JANIN 1) Merly Indira 2) Eva Yuliana 3) Wahyu Suprihatin 4) Bertalya Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang kontinu menjadi gambar diskrit melalui proses sampling. Gambar analog dibagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI...

BAB II LANDASAN TEORI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HASIL TESIS... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii SARI...

Lebih terperinci

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Meteran Air Meteran air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor, unit penghitung,

Lebih terperinci

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson Veronica Lusiana Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email: verolusiana@yahoo.com Abstrak Segmentasi citra sebagai

Lebih terperinci

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Ari Sutrisna Permana 1, Koredianto Usman 2, M. Ary Murti 3 Jurusan Teknik Elektro - Institut Teknologi Telkom - Bandung

Lebih terperinci

Deteksi Citra Objek Lingkaran Dengan Menggunkan Metode Ekstraksi Bentuk Circularity

Deteksi Citra Objek Lingkaran Dengan Menggunkan Metode Ekstraksi Bentuk Circularity 54 Integer Journal, Vol 1, No 1, Maret 2016: 54-59 Deteksi Citra Objek Lingkaran Dengan Menggunkan Metode Ekstraksi Bentuk Circularity Hendro Nugroho Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari dua puluh tahun terakhir, penelitian tentang tumor otak yang dilakukan oleh National Cancer Institute Statistics (NCIS) menyebutkan penyakit tumor

Lebih terperinci

Image Processing. Nana Ramadijanti Laboratorium Computer Vision Politeknik Elekltronika Negeri Surabaya PENS-ITS 2010

Image Processing. Nana Ramadijanti Laboratorium Computer Vision Politeknik Elekltronika Negeri Surabaya PENS-ITS 2010 Image Processing Nana Ramadijanti Politeknik Elekltronika Negeri Surabaya PENS-ITS 2010 Referensi 1. Rafael C. Gonzales E.Woods, Digital Image Processing,2 nd Edition,Prentice Hall,2001 2. Wanasanan Thongsongkrit,

Lebih terperinci

APLIKASI OPERASI HIMPUNAN DAN MATEMATIKA MORFOLOGI PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

APLIKASI OPERASI HIMPUNAN DAN MATEMATIKA MORFOLOGI PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Desember 2016 Volume 10 Nomor 2 Hal. 83 96 APLIKASI OPERASI HIMPUNAN DAN MATEMATIKA MORFOLOGI PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL V. Y. I. Ilwaru 1, Y. A. Lesnussa 2, E. M.

Lebih terperinci

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Metha Riandini 1) DR. Ing. Farid Thalib 2) 1) Laboratorium Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) Jani Kusanti Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Elektro dan Informatika Universitas Surakarta (UNSA),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Digital Image 2.1.1 Definisi Digital Image Menurut Gonzalez dan Woods (1992, p6), digital image adalah image f(x,y) yang telah dibedakan berdasarkan koordinat tata letak dan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Materi 7 Operasi Morfologi M. Miftakul Amin, M. Eng. JURUSAN TEKNIK KOMPUTER POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TUJUAN Istilah morfologi mengadopsi istilah yang ada dalam bidang ilmu

Lebih terperinci

EFEK HIGH PASS FILTERING DENGAN KOEFESIEN NOL PADA CITRA BINER

EFEK HIGH PASS FILTERING DENGAN KOEFESIEN NOL PADA CITRA BINER EFEK HIGH PASS FILTERING DENGAN KOEFESIEN NOL PADA CITRA BINER 1 1 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Bunda Mulia Jakarta tmulyana@bundamulia.ac.id ABSTRAK Filtering akan melakukan penapisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap

Lebih terperinci

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION Ahmad Saikhu, Nanik Suciati, Widhiantantri S. Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

SEGMENTASI NODUL PADA CITRA COMPUTED TOMOGRAPHY PARU-PARU MENGGUNAKAN MAX-TREE DAN ATTRIBUTE FILTERS

SEGMENTASI NODUL PADA CITRA COMPUTED TOMOGRAPHY PARU-PARU MENGGUNAKAN MAX-TREE DAN ATTRIBUTE FILTERS Presentasi Sidang Tesis SEGMENTASI NODUL PADA CITRA COMPUTED TOMOGRAPHY PARU-PARU MENGGUNAKAN MAX-TREE DAN ATTRIBUTE FILTERS Ananda (2209 206 804) Program Magister Bidang Keahlian Telematika Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

Segmentasi Region Growing Untuk Deteksi Nodul Sebagai Indikasi Kanker Paru

Segmentasi Region Growing Untuk Deteksi Nodul Sebagai Indikasi Kanker Paru Segmentasi Region Growing Untuk Deteksi Nodul Sebagai Indikasi Kanker Paru Rodiah 1, Ferhat Nuh Riza 2 1,2 Universitas Gunadarma, Jl.Margonda Raya 100 Pondok Cina Depok 1 rodiah@staff.gunadarma.com 2 bluespreak@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN Warsiti Mahasiswi Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Sp. Limun

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH Rikko Ismail Hardianzah 1), Bambang Hidayat 2), Suhardjo 3) 1),2) Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Simulasi Teknik Image Enhancement Menggunakan Matlab Yustina Retno Wahyu Utami 3)

Simulasi Teknik Image Enhancement Menggunakan Matlab Yustina Retno Wahyu Utami 3) Simulasi Teknik Image Enhancement Menggunakan Matlab Yustina Retno Wahyu Utami 3) ISSN : 1693 1173 Abstrak Penelitian ini menekankan pada pentingnya teknik simuasi pada pengolahan citra digital. Simulasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

Penerapan Metode Kirsch Dalam Mendeteksi Tepi Objek Citra Digital

Penerapan Metode Kirsch Dalam Mendeteksi Tepi Objek Citra Digital Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Penerapan Metode Kirsch Dalam Mendeteksi Tepi Objek Citra Digital Edy Victor Haryanto Universitas Potensi Utama Jl. K.L.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. citra keluaran dengan informasi yang siap digunakan. meningkatkan efisiensi dan akurasi, serta meminimalisasi kesalahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. citra keluaran dengan informasi yang siap digunakan. meningkatkan efisiensi dan akurasi, serta meminimalisasi kesalahan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada bidang kedokteran cukup pesat. Dalam bidang pencitraan biologis, penggunaan kardiologi dan mammografi telah diaplikasikan secara luas di

Lebih terperinci

Pengolahan Citra Digital: Peningkatan Mutu Citra Pada Domain Spasial

Pengolahan Citra Digital: Peningkatan Mutu Citra Pada Domain Spasial Pengolahan Citra Digital: Peningkatan Mutu Citra Pada Domain Spasial Dr. Aniati Murni (R.1202) Dina Chahyati, M.Kom (R.1226) Universitas Indonesia DC - OKT 2003 1 Tujuan Peningkatan Mutu Citra Sumber Pustaka:

Lebih terperinci

Segmentasi Bagian Paru-Paru di Citra 2D CT-Scan

Segmentasi Bagian Paru-Paru di Citra 2D CT-Scan Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Segmentasi Bagian Paru-Paru di Citra 2D CT-Scan Naser Jawas STIKOM Bali Jl. Raya Puputan no.86 Renon Denpasar e-mail: naser.jawas@stikom-bali.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

PENGHAPUSAN NOISE PADA CITRA DENGAN FILTER ADAPTIVE- HIERARCHICAL

PENGHAPUSAN NOISE PADA CITRA DENGAN FILTER ADAPTIVE- HIERARCHICAL MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PERIODE JUNI-JULI PENGHAPUSAN NOISE PADA CITRA DENGAN FILTER ADAPTIVE- HIERARCHICAL Ana Wahyu Hakim 1, Handayani Tjandrasa 2, Bilqis Amalia 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE Riandika Lumaris dan Endang Setyati Teknologi Informasi Sekolah Tinggi Teknik Surabaya riandika.lumaris@gmail.com

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

Batra Yudha Pratama m111511006@students.jtk.polban.ac.id

Batra Yudha Pratama m111511006@students.jtk.polban.ac.id Operasi Morfologi Pada Citra Biner Batra Yudha Pratama m111511006@students.jtk.polban.ac.id Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas

Lebih terperinci

3.2.1 Flowchart Secara Umum

3.2.1 Flowchart Secara Umum BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui dan memahami permasalahan dari suatu sistem yang akan dibuat. Dalam aplikasi menghilangkan derau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Warna Dengan menggunakan 3 buah reseptor manusia dapat membedakan banyak warna. Warna tricromatic RGB dalam sistem grafis umumnya menggunakan 3 byte (2 8 ) 3,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

REVIEW PROPERTI OPERATOR MATEMATIKA MORPHOLOGI DALAM PEMROSESAN CITRA

REVIEW PROPERTI OPERATOR MATEMATIKA MORPHOLOGI DALAM PEMROSESAN CITRA Prosiding Semirata 2015 bidang Teknologi Informasi dan Multi Disiplin Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 134-141 REVIEW PROPERTI OPERATOR MATEMATIKA MORPHOLOGI DALAM PEMROSESAN CITRA Zaiful Bahri Jurusan

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt Romindo Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran No. 190 Pasar VI Manunggal romindo4@gmail.com Nurul Khairina Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran

Lebih terperinci

SISTEM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS KERAMIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOG DAN PREWITT

SISTEM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS KERAMIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOG DAN PREWITT SISTEM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS KERAMIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOG DAN PREWITT Ardi Satrya Afandi art_dhi@yahoo.com Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl.

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Citra Menggunakan Metode Contrast Stretching (Improvement of image quality using a method Contrast Stretching)

Perbaikan Kualitas Citra Menggunakan Metode Contrast Stretching (Improvement of image quality using a method Contrast Stretching) Perbaikan Kualitas Citra Menggunakan Metode Contrast Stretching (Improvement of image quality using a method Contrast Stretching) Nur Wakhidah Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang

Lebih terperinci

Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI

Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI 1 Desti Riminarsih dan 2 Cut Maisyarah Karyati 1 Pusat Studi Komputasi Matematika(PSKM), Universitas

Lebih terperinci

Perancangan Deteksi Citra USG Kepala Janin untuk mencari Biparetal Diameter dan Head Circumference

Perancangan Deteksi Citra USG Kepala Janin untuk mencari Biparetal Diameter dan Head Circumference Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Perancangan Deteksi Citra USG Kepala Janin untuk mencari Biparetal Diameter dan Head Circumference Putu Desiana Wulaning

Lebih terperinci

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK Jurnal Dinamika, April 2017, halaman 18-29 P-ISSN: 2087-889 E-ISSN: 2503-4863 Vol. 08. No.1 PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I

Lebih terperinci

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR Pengolahan citra digital by Jans Hry / S2 TE UGM 09 ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR Edge atau tepi merupakan representasi dari batas objek dalam citra. Hal ini

Lebih terperinci

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter Roslyn Yuniar Amrullah 7406040026 Abstrak Computer Vision merupakan disiplin ilmu perpanjangan dari pengolahan citra digital dan kecerdasan buatan.

Lebih terperinci

WEBSITE PERANCANGAN SCRAPBOOK DENGAN PEMOTONGAN GAMBAR OTOMATIS

WEBSITE PERANCANGAN SCRAPBOOK DENGAN PEMOTONGAN GAMBAR OTOMATIS WEBSITE PERANCANGAN SCRAPBOOK DENGAN PEMOTONGAN GAMBAR OTOMATIS C. Pickerling Teknik Informatika,Sekolah Tinggi Teknik Surabaya e-mail: pickerling@stts.edu ABSTRAK Scrapbook merupakan salah satu kegemaran

Lebih terperinci