3. Jelaskan bagaimana cara seorang tertanggung membuktikan adanya asuransi, apabila polisnya belum di terima.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. Jelaskan bagaimana cara seorang tertanggung membuktikan adanya asuransi, apabila polisnya belum di terima."

Transkripsi

1 1 SOAL-SOAL SOAL APRIL Menurut pasal 1320 KUHPER untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat. Uraikan ke empat syarat dimaksuk. Apa akibatnya bila syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi. 2. (a) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 pada dasarnya menganut azas spesialisasi. Uraikan apa yang dimaksud dengan azas tersebut. (b) Pasal 7 Undang-Undang No.2 Tahun 1992 menetapkan bahwa usaha perasuransian dapat dilakukan oleh badan hukum berbentuk Usaha Bersama (mutual). Jelaskan apa yang dimaksud dengan Usaha Bersama tersebut. (c) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 mengutamakan perlindungan bagi masyarakat tertanggung. Berikan sedikitnya 5(lima) contoh perlindungan tersebut. 3. Jelaskan bagaimana cara seorang tertanggung membuktikan adanya asuransi, apabila polisnya belum di terima. 4. Uraikan secara singkat bagaimana lahirnya dan berakhirnya kuasa/agency menurut hukum Inggris dan hukum Indonesia. 5. Dalam keputusan Menteri Keuangan RI No. 225/KMK.017/1993 diatur antara lain hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang dilarang dicantumkan dalam polis. Uraikan dan jelaskan hal-hal yang berkaitan dengan asuransi kerugian. 6. Ketentuan hukum dan perudang-undangan tidak memungkinkan perusahaan asuransi menolak pembayaran klaim kepada tertanggung dengan alasan reasuradur yang mendukungnya menolak klaim tersebut. Jelaskan. 7. Berikan uraian singkat mengenai empat dari hal-hal berikut : a. Vicarious liability b. Onus of proof c. Minor d. Assignment of contract e. Daluwarsa

2 2 SOAL JULI Menurut pasal 18 Undang-Undang No. 2 tahun 1992, Menteri Keuangan dapat mencabut izin usaha perusahaan asuransi. a. Jelaskan akibat hukum pencabutan izin usaha tersebut. b. Bagaimana pengaruh hal ini terhadap pemegang polis perusahaan asuransi yang bersangkutan. 2. Uraikan secara singkat, pedoman penafsiran (rules of interpretation) dari perjanjian menurut hukum Inggris dan bagaimana aplikasinya atas perjanjian asuransi. Bandingkat dengan hukum Indonesia yang diatur dalam pasal 1342 KUHPER. 3. Berikan uraian singkat mengenai 4 (empat) dari hal-hal berikut : (a) hak subyektif (b) dading (c) undue influence (d) apparent authority (e) mareva injuntion 4. a. Dalam SK Menteri Keuangan RI No. 225/KMK.017/1993 disebutkan beberapa tindakan perusahaan asuransi yang dapat dikategorikan sebagai memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim. Uraikan tindakan-tindakan dimaksud. b. Dalam pasal 22 dan pasal 24 Peraturan Pemerintah RI No. 73 tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian, terdapat ketentuan mengenai hal-hal yang wajib, harus dab dilarang dilakukan oleh perusahaan pialang asuransi. Uraikan hal-hal dimaksud. 5. Tanggal 1 April 1994 perusahaan asuransi ABC menyampaikan penawaran reasuransi fakultatif kebakaran kepada perusahaan reasuransi XYZ. Tanggal 3 April 1994, perusahaan XYZ menulis surat jawaban menerima tawaran tersebut, dan diposkan pada tanggal 4 April Tanggal 6 April 1994, surat perusahaan XYZ sampai di kantor perusahaan ABC. Tanggal 7 April 1994, surat perusahaan XYZ itu dibaca oleh perusahaan ABC. (a) Bilamana perjanjian mengenai reasuransi fakultatif tersebut terjadi, menurut paham yang dianut hukum Inggris. Apakah hal ini berbeda dari faham yang dianut dalam hukum dagang Indonesia. (b) Pada tanggal 14 April 1994 perusahaan ABC bermaksud menarik kembali penawaran tersebut. Apakah hal ini menurut hukum dibolehkan? Jelaskan! 6. (a) Apa yang dimaksud dengan "insurable interest"? Sebutkan 4 (empat) unsur pokok dalam prinsip ini. (B) Jelaskan apakah ada insurable interest dalam hal-hal berikut, dengan disertai dengan alasan saudara.

3 3 i. seorang penyewa kios : atas bangunan kios, dan atas uang sewa. ii. Seorang penadah : atas barang curian yang belum dibayarnya dan ia kuatir akan kerugian bila barang tersebut musnah. iii. Seorang yang baru menerima warisan : atas bangunan rumah yang diwariskan kepadanya beserta ketiga saudaranya. 7. Penyelesaian perselisihan suatu klaim asuransi dimungkinkan melalui suatu arbitrase. Jelaskan cara berperkara, serta manfaat dan kelemahan arbitrase. 8. Jelaskan pengertian maxim "qui facit per alium facit perse". Uraikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban seorang agen.

4 4 SOAL OKTOBER Pada umumnya polis asuransi dipersiapkan dan hanya ditandatangani oleh penanggung. Sedangkan untuk perjanjian pada umumnya,dokumen perjanjian harus ditandatangani oleh semua pihak yang mengikatkan diri. a. Jelaskan mengapa tertanggung terikat dan tunduk pada ketentuan polis sedangkan yang bersangkutan tidak menandatangani polis tersebut. b. Bila timbul perselisihan yang diakibatkan oleh hal yang meragukan (ambiguity) dalam isi polis, bagaimana hal ini diselesaikan? 2. Dalam hukum perjanjian Indonesia terdapat istilah wnprestasi (ingkar janji). Sehubungan dengan itu berikan uraian singkat tentang : a. Pengertian wanprestasi b. Bentuk-bentuk wanprestasi c. Hal-hal yang dapat dituntut oleh kreditur d. Pembelaan-pembelaan yang dapat diajukan oleh debitur yang dituduh lalai. 3 Terhadap setiap keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap pada umumnya tersedia 3 (tiga) upaya hukum yang dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan. Uraikan secara singkat ketiga upaya hukum dimaksud. 0 a. Apa yang dimaksud dengan istilah agen asuransi menurut pasal 1 ayat 10 UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian? b. Dalam pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian terdapat beberapa ketentuan yang berhubungan dengan agen asuransi. Uraikan ketentuan-ketentuan dimaksud. 5. Jelaskan secara singkat 4 (empat) dari hal-hal berikut : a. Hierarki perundang-undangan di Indonesia b. Statute Law c. Bunga moratoir d. Kecakapan hukum e. Ratio decidendi 6. Berikan uraian singkat mengenai 4 (empat) dari hal-hal berikut : a. Perseroan Terbatas b. Inevitable accident c. Vicarious liability d. Maxim "qui facit per alium facit perse" e. Arbitrase 7. Berikan definisi "contribution"

5 5 Uraikan dan bedakan bagaimana pengaturan prinsip ini dalam KUHD dan dalam polis asuransi pada umumnya. 8. Seorang penanggung menolak membayar klaim dengan alasan bahwa premi belum dibayar oleh tertanggung. Namun menurut tertanggung, premi yang bersangkutan telah diterimakan kepada broker dua minggi sebelum terjadi kerugian.

6 6 SOAL MARET a. Bila suatu badan usaha perasuransian melakukan penutupan asuransi sebelum memperoleh izin usaha, jelaskan sanksi-sanksi yang dapat dikenakan atas perbuatan tersebut. b. Jelaskan pula sanksi-sanksi yang dapat dikenakan berkaitan dengan pemalsuan atas dokumen polis asuransi yang dilakukan oleh pegawai suatu perusahaan asuransi kerugian. 2. a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan "program asuransi baru" menurut ketentuan hukum positif Indonesia. b. Jelaskan prosedur yang harus dipenuhi sebelum suatu perusahaan asuransi kerugian dapat memasarkan program asuransi baru. 3. Pasal 1338 jo pasal 1320 KUHPER Indonesia menjamin 'kebebasan membuat kontrak'. a. Jelaskan apa yang dimksud dengan hal tersebut. b. Bagaimana penerapan hal tersebut dalam perjanjian asuransi. 4. Berikan uraian singkat 4 (empat) dari hal-hal berikut : a. standard of careb. contribution negligencec. Perjanjian Bunga Cagak Hidupd. Damnum Sine Injuriae. Hubungan afiliasi (menurut UU. RI No. 2/ Penyelesaian perselisihan suatu klaim asuransi dimungkinkan melalui suatu arbitrase. Jelaskan cara berperkara, serta manfaat dan kelemahan arbitrase 6. a. Atas klaim yang diajukan, suatu perusahaan asuransi kerugian mengajukan dalil bahwa klaim yang bersangkutan tidak dapat dibayar karena perushaan reasuransi yang mendukung pertanggungan resiko tersebut dinyatakan pailit. b. Bagaimana bila yang dinyatakan pailit adalah perusahaan asuransi yang bersangkutan? 7. Ketentuan perundang-undangan perasuransian di Indonesia saat ini menekankan perlindungan kepentingan masyarakat. Jelaskan lima hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah berkaitan dengan perlindingan kepentingan masyarakat tersebut. 8. Sering terjadi bahwa suatu bangunan yang diasuransikan terhadap kebakaran dibebani hipotik. Apa yang dimaksud dengan hipotik? a Apakah pemegang hipotik mempunyai hak untuk menuntut ganti rugi bila terjadi kebakaran? b Bila debitor/tertanggung pailit, bagaimana penyelesaian kredit dengan agunan hipotik dilakukan?

7 7 SOAL MEI Menurut pasal 20 ayat 2 Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, hak pemegang polis atas pembagian harta kekayaan perusahaan Asuransi Kerugian atau perusahaan Asuransi Jiwa yang dilikuidasi merupakan hak utama. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hak utama tersebut dan bandingkan dengan ketentuan umum mengenai kepailitan. 1 Menurut pasal 249 KUHD, penanggung tidak sekali-kali bertanggung jawab atas kerusakan atau kerugian yang langsung timbul dari : cacat barangnya sendiri a kebusukan barangnya sendiri, atau b sifat barangnya sendiri yang diasuransikan. 0 Passal 6 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 225/KMK.017/1993 melarang adanya ketentuan dalam polis yang dapat ditafsirkan sebagai pembatasan upaya hukum bagi para pihat dalam hal terjadi perselisihan mengenai polis. Diskusikan ketentuan tersebut di atas. 1 Jelaskan 4 (empat) cara berakhirnya suatu perjanjian menurut hukum Inggris dan bandingkan dengan hukum Indonesia. 2 Uraikan secara singkat 4 (empat) dari hal-hal berikut : akta autentik a dading b kecakapan hukum c bunga moratoip d contribury negligence 0 Berikan definisi Contribution. Uraikan dan bedakan bagimana pengaturan prinsip ini dalam KUHD dan dalam polis asuransi pada umumnya 1 Uraikan secara singkat, pedoman penafsiran (rules of interpretation) dari perjanjian menurut hukum Inggris dan bagaimana aplikasinya atas perjanjian asuransi. Bandingkan dengan hukum Indonesia yang diatur dalam pasal 1342 KUHPER 2 Hak milik atas sebuah benda yang dipertanggungkan dapat beralih kepada orang lain selama pertanggungan berjalan. Dalam hal demikian, bagaimana KUHD dan PSKI mengatur tentang peralihan asuransinya.

8 8 SOAL JULI Ketentuan pasal 255 KUHD mengatur bahwa pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang disebut polis. Sedangkan pasal 257 (1) KUHD mengatur bahwa perjanjian tersebut terjadi seketika setelah ditutup; hak dan kewajiban timbal balik para pihak mulai berlaku sejak saat itu, bahkan sebelum polis ditandatangani. 1 Pasal 252 KUHD melarang diadakannya pertanggungan kedua, untuk jangka waktu yang sama dan untuk bahaya yang sama atas benda yang sudah dipertanggungkan untuk harga penuh, atas ancaman batal bagi pertanggungan kedua tersebut. Sedangkan pasal 277 KUHD membebaskan penanggung kedua dan seterusnya bila pertanggungan pertama telah dilakukan untuk harga sepenuhnya. Jelaskan kaitan dengan prinsip asuransi dan bagaimana penerapannya dalam praktek 2 Berkaitan dengan UU No 2 tahun 1992 serta peraturan pelaksanaannya, berikan penjelasan singkat mengenai: objek asuransi dan kepentingan yang diasuransikan a perusahaan perasuransian b afiliasi c usaha bersama 0 Jelaskan secara singkat 4 (empat) dari hal-hal berikut: Quantum meruit a Estoppel b Vicarious liability c Apparent authority d Perjanjian timbal balik 0 Pasal 15 PP No 73 tahun 1992 mengharuskan perusahaan asuransi kerugian memiliki kerjasama dalam bentuk treaty. Jelaskan secara lengkap bentuk kerjasama tersebut menurut ketentuan yang berlaku serta persyaratan yang diberlakukan untuk penempatan reasuransi keluar negeri. 1 Dalam hukum perjanjian Indonesia berlaku sistem terbuka dan asas konsensualitas. Jelaskan! 2 Penyelesaian perselisihan suatu klaim asuransi dimungkinkan melalui suatu arbitrase. Jelaskan cara berperkara, serta manfaat dan kelemahan arbitrase. 3 Pada umumnya polis asuransi dipersiapkan dan hanya ditandatangani oleh Penanggung. Sedangkan pejanjian pada umumnya, dokumen perjanjian harus ditandatangani oleh semua pihak yang mengikatkan diri.

9 9 Jelaskan mengapa Tertanggung terikat dan tunduk pada ketentuan polis sedangakan yang bersangkutan tidak menandatangani polis a Bila timbul perselisihan yang diakibatkan oleh hal yang meragukan (ambiguity) dalam isi polis, bagaimana hal ini diselesaikan

10 10 SOAL NOPEMBER a. Bandingkan definisi asuransi menurut pasal 246 KUHD dengan pasal 1 ayat 1 UU No 12 tahun 1992 tentang usaha perasuransian b. Perasuransian di Indonesia selama ini diatur dalam KUHD. Jelaskan mengapa harus diundangkan UU No 2 tahun 1992 beserta peraturan pelaksanaannya. 0 Perusahaan asuransi atau reasuransi di Indonesia dimungkinkan untuk menggunakan tenaga asing. Jelaskan pengaturan hukum positif Indonesia mengenai hal tersebut 1 Uraikan 4 (empat) dari hal-hal berikut: tanggung jawab renteng a daluwarsa b kekuasaaan diskrosioner hakim c perjanjian konsensual d wanprestasi e sistem terbuka dari hukum perjanjian 0 Salah satu syarat untuk memperoleh izin usaha perusahaan perasuransian adalah menyampaikan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas yang telah disahkan oleh Departemen Kehakiman. Sebelum adanya pengesahan dimaksud, jelaskan: Bagaimana status hukum Perseroan Terbatas tersebut a Bagaimana pertanggungjawaban Direksi dan Komisaris atas transaksi-transaksi yang dilakukan 0 Negligence merupakan bentuk Tort yang sangat sering terjadi Jelaskan bentuk tort ini, terutama dari segi: pengertiannya; apa yang menjadi test standar apa yang harus dibuktikan oleh penggugat a Apakah kewajiban pembuktian negligence harus selalu berada di pihak penggugat. Berikan penjelasan Saudara 0 Dalam studi hukum dikenal adanya Subjek Hukum Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah tersebut a Sebutkan pula 3 (tiga) subjek hukum dan jelasakan kemampuan serta tanggung jawab masing-masing 0 Ketentuan hukum dan perundang-undangan tidak memungkinkan perusahaan asuransi menolak pembayaran klaim kepada tertanggung dengan alasan reasuradur yang mendukungnya menolak klaim tlam studi hukum dikenal adanya Subjek Hukum

11 11 Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah tersebut a Sebutkan pula 3 (tiga) subjek hukum dan jelasakan kemampuan serta tanggung jawab masing-masing 0 Ketentuan hukum dan perundang-undangan tidak memungkinkan perusahaan asuransi menolak pembayaran klaim kepada tertanggung dengan alasan reasuradur yang mendukungnya menolak klaim tersebut. Jelaskan! 1 Penyelesaian perselisihan suatu klaim asuransi dimungkinkan melalui arbitrase. Jelaskan cara berperkara serta manfaat dan kelemahan arbitrase.

12 12 SOAL MARET Dalam pelaksanaan suatu perjanjian, salah satu pihak mungkin melakukan ingkarjanji (wanprestasi). Jelaskan: pengertian ingkar janji a bentuk-bentuk ingkar janji b hal-hal yang dapat dituntut oleh penggugat c 2 (dua) hal yang dapat diajukan oleh tergugat sebagai pembelaan (defence) 0 Dalam kaitan dengan kepailitan, jelaskan: Apa yang dimaksud dengan kepailitan a Akibat hukum kepailitan b Ketentuan UU No 2 tahun 1992 mengenai kepailitan perusahaan asuransi 0 Dalam pasal 23 UU No 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian diatur bahwa tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 UU yang sama adalah kejahatan. Uraikan pengertian kejahatan dimaksud a Jelaskan perbedaan kejahatan dan pelanggaran 0 Berkaitan dengan Hukum Inggris (English Law), uraikan apa yang dimaksud dengan kontrak dan 4 (empat) persyaratan terjadinya kontrak 1 Dalam sistem hukum Inggris dikenal adanya Tort (perbuatan melawan hukum), uraikan: Apa yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum (Tort) a 5 (lima) bentuk pembelaan (defences) dari tergugat (defendant) kepada penggugat (plaintiff) 0 Persetujuan hanya mengikat hal-hal yang secara tegas dinyatakan di dalamnya. Berikan komentar Saudara mengenai pernyataan tersebut di atas 7. Uraikan hal-hal berikut: Res ipsa loquitor a Hukum pelengkap b Vicarious liability c Lex specialis derogat legi generali 8. Uraikan prinsip Subrogasi dan prinsip Kontribusi dan jelaskan mengapa kedua prinsip ini disebut sebagai Corollaries daripada prinsip Indemnity

13 13 SOAL MEI Apakah seorang warga negara asing dapat bekerja di perusahaan asuransi kerugian yang bukan merupakan joint venture? Jelaskan ketentuan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut. 1 Pasal 252 KUHD melarang diadakannya pertanggungan kedua, untuk jangka waktu yang sama dan untuk bahaya yang sama atas benda yang sudah dipertanggungkan untuk harga penuh, atas ancaman batal bagi pertanggungan kedua tersebut. Sedangkan pasal 277 KUHD membebaskan penanggung kedua dan seterusnya bila pertanggungan pertama telah dilakukan untuk harga sepenuhnya. Jelaskan kaitannya dengan prinsip asuransi dan bagaimana penerapannya dalam praktek! 2 Pengertian agen secara umum sangat berbeda dengan pengertian di dalam usaha perasuransian. Jelaskan 3 (tiga) perbedaan kedua agen tersebut a Jelaskan pula perbedaan agen asuransi dengan pialang asuransi 0 Suatu perusahaan asuransi kerugian yang telah memperoleh izin usaha bermaksud untuk menempatkan dana jaminan sebagai deposito wajib pada suatu bank umum, dalam bentuk valuta asing, satu dan lain hal agar perusahaan tersebut mempunyai investasi yang lebih aman Apakah penempatan dana jaminan seperti itu diperkenankan a Bila tidak diperkenankan, peraturan mana yang dapat dipergunakan sebagai dasar/alasan untuk melarang. Bila diperkenankan, bagaimana cara yang dianggap paling aman bagi aparat pembina/pengawas dalam mengabulkan keinginan perusahaan tersebut. 5. a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Vicarious Liability dalam kaitannya dengan Tort b. Siapa saja yang dapat dikategorikan dalam hubungan master-servant ini sehingga liability bisa terjadi b Jelaskan syarat-syarat dalam menetapkan adanya hubungan masterservant berkaitan dengan vicarious liability 6. a. Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik, sehubungan dengan itu apakah masih diperlukan klausula pembatalan dalam polis, jelaskan. b. Menurut pasal 1381 KUHPerdata terdapat 10 cara hapusnya suatu perikatan, uraikan 5 (lima) dari cara-cara dimaksud 7. a. Dalam kaitan dengan law of contract, uraikan apa yang dimaksud dengan consideration

14 14 b. Uraikan 5 (lima) ketentuan (rules) sehubungan dengan consideration 8. Pada umumnya polis asuransi dipersiapkan dan hanya ditandatangani oleh penanggung, sedangkan untuk perjanjian pada umumnya, dokumen perjanjian harus ditandatangani oleh semua pihak yang mengikatkan diri. Jelaskan mengapa tertanggung terikat dan tunduk pada ketentuan polis sedangkan yang bersangkutan tidak menandatangani polis yang bersangkutan a Bila timbul perselisihan yang diakibatkan oleh hal yang meragukan (ambiguity) dalam isi polis, bagaimana hal ini diselesaikan.

15 15 SOAL AGUSTUS Walaupun keputusan Arbitrase bersifat mengikat, namun dalam hal tertentu masih dapat dilakukan bantahan. Uraikan 5 (lima) alasan yang dipersyaratkan undangundang untuk memungkinkan dapat dilakukan bantahan atas keputusan tersebut. 1 Dalam praktek penyusunan perjanjian asuransi di Indonesia sering terdapat hal-hal yang menyimpang dari ketentuan KUHD, khususnya bagian yang merupakan hukum pelengkap. Jelaskan apakah penyimpangan tersebut dapat dibenarkan dan berikan contohnya. 3. a. Apa yang dimaksud dengan Insurable Interest? Sebutkan 4 (empat) unsur pokok dalam prinsip ini b. Seorang pengusaha jual beli mobil bekas menyewa ruangan di pertokoan Kelapa Gading untuk operasionalnya, dalam mana ia menyimpan mobil-mobil yang diperjualbelikannya. Umumnya mobil-mobil itu adalah milik orang lain yang dititipkan untuk dijualkan, namun sebuah di antaranya adalah kepunyaannya sendiri yang dibelinya beberapa waktu yang lalu. Ternyata mobil itu adalah mobil curian. Jelaskan apakah pengusaha tersebut memiliki insurable interest dalam hal-hal berikut, dengan disertai alasan Saudara: mobil-mobil yang dititipkan untuk dijualkan i mobil curian yang dibelinya beberapa waktu yang lalu ii uang sewa ruangan iii ruangan toko tempat operasionalnya 4. Berikan uraian ringkas mengenai 4 (empat) dari hal-hal berikut: mareva injuction a lex specialis derogat lex generalem b assignment of policy c ratio decidendi d maxim qui facit per alium facit per se 0 Tidak seperti dalam perjanjian pada umumnya, di mana dokumen perjanjian ditandatangani oleh semua pihak yang mengikat diri, polis asuransi dipersiapkan dan ditandatangani hanya oleh Penanggung. Jelaskan mengapa Tertanggung terikat dan tunduk pada ketentuan polis sementara yang bersangkutan tidak menanda tangani polis tersebut a Bila timbul perselisihan yang diakibatkan oleh hal yang meragukan (ambiguity) dalam isi polis, bagaimana hal ini diselesaikan? 0 Salah satu remedy yang dapat diputuskan oleh pengadilan Inggris dalam perkara tort adalah injunction

16 16 Uraikan 3 (tiga) jenis injunction 1 Berkaitan dengan hukum Inggris (English Law), uraikan apa yang dimaksud dengan kontrak dan 4 (empat) persyaratan terjadinya kontrak. 2 Dalam ilmu hukum dikenal adanya subjek hukum Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah tersebut a Sebutkan 3 (tiga) subjek hukum dan jelaskan kemampuan serta tanggung jawab masing-masing.

SOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000

SOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000 SOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000 BAGIAN I 1. Uraikan 2 (dua) bidang usaha perasuransian menurut UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Dalam Bab II yang berjudul Bidang Usaha

Lebih terperinci

HUKUM ASURANSI. Lecture: Andri B Santosa

HUKUM ASURANSI. Lecture: Andri B Santosa HUKUM ASURANSI Lecture: Andri B Santosa 1 Pengaturan Asuransi O KUHPerdata O KUHD (Ps. 246 s/d 308) O UU Nomor 2 Th 1992 tentang Usaha Perasuransian O Keppres RI No. 40 Th ttg Usaha di Bidang Asuransi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1992 (EKONOMI. ASURANSI. Uang.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright 2002 BPHN UU 2/1992, USAHA PERASURANSIAN *7799 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 2 TAHUN 1992 (2/1992) Tanggal: 11 PEBRUARI 1992 (JAKARTA) Sumber: LN 1992/13;

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN BISNIS ASURANSI

BAB II PENGELOLAAN BISNIS ASURANSI BAB II PENGELOLAAN BISNIS ASURANSI A. Perkembangan Perusahaan Asuransi Kondisi yang memungkinkan berkembangnya perusahaan asuransi: 1. Sistem ekonomi masyarakat berbentuk sistem perekonomian bebas 2. Masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peranan usaha perasuransian di Indonesia dalam menunjang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan 2 Prof. Subekti Perikatan hubungan hukum antara 2 pihak/lebih, dimana satu pihak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini dengan : 1. Perusahaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi 1. Pengertian Asuransi Apabila seseorang menginginkan supaya sebuah resiko tidak terjadi, maka seharusnyalah orang tersebut mengusahakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3467 (Penjelasan Atas Lembaran Negara

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI 2.1 Asas Subrogasi 2.1.1 Pengertian asas subrogasi Subrogasi ini terkandung dalam ketentuan Pasal 284 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI BAB I PERUSAHAAN ASURANSI A. Pengertian Perusahaan Asuransi 1. Pengertian Perusahaan Kegiatan ekonomi yang berkembang akan membawa perkembangan pula dalam kegiatan bisnis, kegiatan ekonomi yang meningkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa industri perasuransian yang sehat,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR

BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR 2.1. Pembubaran dan Likuidasi Dalam Pasal 1 UU PT tidak dijelaskan mengenai definisi dari pembubaran tetapi apabila ditarik dari rumusan Pasal 142 ayat (2)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014 Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peranan usaha perasuransian

Lebih terperinci

Hukum Perikatan. Defenisi 4 unsur: Hubungan hukum Kekayaan Pihak pihak prestasi. Hukum meletakkan hak pada 1 pihak dan kewajiban pada pihak lain

Hukum Perikatan. Defenisi 4 unsur: Hubungan hukum Kekayaan Pihak pihak prestasi. Hukum meletakkan hak pada 1 pihak dan kewajiban pada pihak lain Hukum Perikatan Defenisi 4 unsur: Hubungan hukum Kekayaan Pihak pihak prestasi Hukum meletakkan hak pada 1 pihak dan kewajiban pada pihak lain Hak perseorangan adalah hak menuntut prestasi dari orang tertentu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 68-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 1999 PERBANKAN. LIKUIDASI. IZIN USAHA. PEMBUBARAN. LEMBAGA KEUANGAN. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI

BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI 15 BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI A. Perjanjian Asuransi Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD, sebagai

Lebih terperinci

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS CACAT TERSEMBUNYI PADA OBJEK PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL YANG MEMBERIKAN FASILITAS GARANSI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO

Lebih terperinci

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU ANALISA HUKUM TERHADAP BEBERAPA KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KEANGGOTAAN KARTU KREDIT PERBANKAN DITINJAU DARI SUDUT KUH PERDATA DAN UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: IRDANURAPRIDA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut

Lebih terperinci

Pasal 12 ayat (1) dan (2)

Pasal 12 ayat (1) dan (2) SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS PERBANKAN COMMERCIAL NO. PASAL SEMULA MENJADI PERATURAN OJK YANG DIGUNAKAN 1. Halaman 1 Syarat dan Ketentuan Umum Syarat dan Ketentuan Umum Pasal 20 ayat (1)

Lebih terperinci

BAB VI POLIS ASURANSI

BAB VI POLIS ASURANSI BAB VI POLIS ASURANSI A. Pengertian Polis Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan terhadap identifikasi masalah, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan di antaranya : 1. Kedudukan para pihak : a. Hubungan hukum antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti 26 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI 2.1. Pengertian dan Unsur unsur Asuransi 2.1.1. Pengertian Asuransi. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti pertanggungan. Dalam pasal 246

Lebih terperinci

Dokumen Perjanjian Asuransi

Dokumen Perjanjian Asuransi 1 Dokumen Perjanjian Asuransi Pada prinsipnya setiap perbuatan hukum yang dilakukan para pihak dalam perjanjian asuransi perlu dilandasi dokumen perjanjian. Dari dokumen tersebut akan dapat diketahui berbagai

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17 Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 48/PM/1997 TENTANG REKENING EFEK PADA KUSTODIAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 48/PM/1997 TENTANG REKENING EFEK PADA KUSTODIAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP- 48/PM/1997 TENTANG REKENING EFEK PADA KUSTODIAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 426 /KMK.06/2003

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 426 /KMK.06/2003 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 426 /KMK.06/2003 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan

Lebih terperinci

Minggu Ke III ASURANSI JIWA

Minggu Ke III ASURANSI JIWA Minggu Ke III ASURANSI JIWA A. PENGERTIAN A. Abbas Salim dalam buku Dasar-Dasar Asuransi (Principles of Insurance) memberi definisi tentang asuransi jiwa, bahwa : Asuransi Jiwa adalah asuransi yang bertujuan

Lebih terperinci

ABSTRACT Keywords: the key points of the insurance, insurance law Kata kunci : poin-poin penting dalam asuransi, hukum asuransi A.

ABSTRACT Keywords: the key points of the insurance, insurance law Kata kunci : poin-poin penting dalam asuransi, hukum asuransi A. Deny Guntara ASURANSI DAN KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM YANG MENGATURNYA Oleh: Deny Guntara Universitas Buana Perjuangan Karawang Email : deny.guntara@ubpkarawang.ac.id ABSTRACT In this paper outlined the

Lebih terperinci

PASAL-PASAL DALAM UNDANG-UNDANG YANG AKTA-AKTANYA HARUS DIBUAT DALAM AKTA NOTARIIL. A. Yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)

PASAL-PASAL DALAM UNDANG-UNDANG YANG AKTA-AKTANYA HARUS DIBUAT DALAM AKTA NOTARIIL. A. Yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) PASAL-PASAL DALAM UNDANG-UNDANG YANG AKTA-AKTANYA HARUS DIBUAT DALAM AKTA NOTARIIL A. Yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) Buku I tentang Orang: 1. Pasal 70 pencegahan perkawinan

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 1 tahun ~ keharusan Perseroan menyesuaikan ketentuan Undang-undang ini Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. PERIKATAN & PERJANJIAN Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.05/2016 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.05/2016 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN PEMBLOKIRAN KEKAYAAN

Lebih terperinci

2.Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23);

2.Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23); UU 2/1992, USAHA PERASURANSIAN Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:2 TAHUN 1992 (2/1992) Tanggal:11 PEBRUARI 1992 (JAKARTA) Tentang:USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PERBANKAN DALAM PENJUALAN REKSADANA ILEGAL

PERTANGGUNGJAWABAN PERBANKAN DALAM PENJUALAN REKSADANA ILEGAL PERTANGGUNGJAWABAN PERBANKAN DALAM PENJUALAN REKSADANA ILEGAL 1. Latar Belakang Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki

Lebih terperinci

Materi Tutorial Mata ujian 102 Hukum dan Asuransi CHAPTER 3. DALUWARSA

Materi Tutorial Mata ujian 102 Hukum dan Asuransi CHAPTER 3. DALUWARSA CHAPTER 3. DALUWARSA Daluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia 120 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Dari seluruh penjelasan dan uraian yang diberikan pada bab-bab sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan pada Badan Usaha

Lebih terperinci

1

1 CHAPTER 5. PERATURAN PENGAWASAN DI INDONESIA Peraturan pengawasan di Indonesia 1 2 3 4 5 6 1 UU No 2 Tahun 1992 usaha perasuransian PP No 73 Tahun 1992 penyelenggaraan usaha perasuransian KMK No 223/KMK.017/1993

Lebih terperinci

FAQ (Frequently Asked Question)

FAQ (Frequently Asked Question) FAQ (Frequently Asked Question) POJK Nomor 67/POJK.05/2016 tentang Perizinan Usaha Dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, Dan Perusahaan Reasuransi Syariah

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Dasar Hukum Perseroan Terbatas Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT),

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PEDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI SISTEM INFORMASI ASURANSI Materi 1 PENGENALAN ASURANSI Dr. Kartika Sari U niversitas G unadarma Materi 1-1 Pengertian Asuransi Asuransi adalah: Suatu mekanisme pemindahan risiko dari tertanggung (nasabah)

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 29 BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH,

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8 MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : ------- Disusun oleh : Kelompok 8 Dickxie Audiyanto (125020305111001) Gatra Bagus Sanubari

Lebih terperinci

Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti

Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti sebagai berikut: a. "Angsuran" adalah besar pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR VI.A.3 : REKENING EFEK PADA KUSTODIAN Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep- /PM/1997 Tanggal : Desember

PERATURAN NOMOR VI.A.3 : REKENING EFEK PADA KUSTODIAN Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep- /PM/1997 Tanggal : Desember PERATURAN NOMOR VI.A.3 : REKENING EFEK PADA KUSTODIAN Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep- /PM/1997 Tanggal : Desember 1997 1. Definisi a. Kepemilikan Manfaat (Beneficial Ownership) Atas Efek

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1 HUKUM PERJANJIAN Ditinjau dari Hukum Privat A. Pengertian Perjanjian Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih (Pasal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan pengikatan melalui pranata jaminan fidusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan pengikatan melalui pranata jaminan fidusia. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pembahasan terhadap identifikasi masalah antara lain: 1. Bentuk perikatan dan risiko atas jaminan kebendaan bergerak

Lebih terperinci

Teknik Perancangan Perjanjian - Studi Kasus Perjanjian Jual Beli Saham

Teknik Perancangan Perjanjian - Studi Kasus Perjanjian Jual Beli Saham Teknik Perancangan Perjanjian - Studi Kasus Perjanjian Jual Beli Saham Bogor, 11 Maret 2017 Oleh : Genio Atyanto Partner Adhi Wardhana - Associate Equity Tower 49th Floor, Jalan Jenderal Sudirman, Kav.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /POJK.05/2017 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN PEMBLOKIRAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-17/PM/1996 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-17/PM/1996 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-17/PM/1996 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci