UNIVERSITAS DALAM INDUSTRI * Oleh: Djoko Santoso Rektor Institut Teknologi Bandung
|
|
- Sudomo Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UNIVERSITAS DALAM INDUSTRI * Oleh: Djoko Santoso Rektor Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Universitas (perguruan tinggi) di Indonesia sekarang ini sering digambarkan hanya sebagai lembaga pendidikan sesudah SMA. Pandangan ini sangat memperkecil arti universitas itu sendiri. Padahal sejak awalnya atau hingga saat ini biasanya perguruan tinggi akan diisi oleh para pakar yang bertugas sebagai pendidik. Bahkan pendidikan mereka di beberapa universitas ada yang sebagaian besar dosennya telah menyelesaikan pendidikan akademik tertinggi (doktor). Undang-undang No. 20/2006 mengamanatkan bahwa pendidik di universitas serendahnya berpendidikan Magister (S2), artinya mereka dapat masuk area para peneliti atau pengembang ilmu pengetahuan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Sementara, para pemegang gelar doktor adalah penanggung jawab keberlanjutan ilmu pengetahuan sebagai peneliti atau pakar. Masalah yang kita hadapi ialah bagaimanakah kita dapat memanfaatkan modal insani di universitas ini sebagai modal untuk menjaga keberlanjutan industri melalui inovasi yang mereka hasilkan. Cara terbaik yang harus kita lakukan ialah memandang universitas sebagai bagian dari industri, sehingga memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan industri pula, karena industri akan memberikan dampak ekonomi. Jika kita memandang universitas sebagai bagian industri, sudah sewajarnya universitas dikelola secara penting sebagai barang modal yang dikemudian hari akan memberikan manfaat bagi perekonomian. Hal ini tidak hanya sekedar dibuat kerjasama antara universitas dan industri, namun terjadi sistem kegiatan industri dimana universitas ada di dalamnya. Universitas sebagai lembaga riset dan pengembangan Sejak awalnya sebagaimana dirintis oleh Plato maupun penerusnya Aristoteles ( SM), universitas dibangun dengan tujuan untuk mencari kebenaran. Kemudian Cicero (106-43SM) menegaskan orientasi universitas sebagai lembaga yang berguna bagi masyarakat. Kebenaran ini biasa kita kenal sebagai kebenaran ilmiah. Wujud dari pencarian kebenaran ilmu ini berupa berbagai penemuan atau inovasi baru didunia ilmu pengetahuan. Berbagai inovasi inilah yang kemudian digunakan untuk mengembangkan berbagai macam produk industri. Pengembangan masa kini di negara-negara yang telah maju, secara tersruktur memanfaatkan universitas sebagai lembaga riset. Berbagai hasil riset dari perguruan tinggi yang berupa inovasi baru dalam ujud berbagai prototupe produk maupun paten kemudian dikembangkan menjadi industri. Pengembangan menjadi industri dapat dilakukan oleh universitas dengan bermitra dengan fihak pelaku ekonomi lainnya khususnya industri yang ada di masyarakat. Universitas seharusnya memenuhi syarat untuk berperan sebagai lembaga riset dan pengembangan. Mengapa? Karena agar dapat menjadi lembaga riset dan pengembangan maka yang diperlukan ialah modal insani (periset) dan sarana dan prasarana riset. Sebagai lembaga universitas, untuk melakukan pendidikan tinggi memang sarana riset harus dipenuhi, karena perguruan tinggi berkewajiban untuk melakukan kegiatan pendidikan, riset dan pengabdian kepada masyarakat (UU 20/2003). Modal insani sebagai tulang * Makalah disampaikan pada Raker Perindustrian Jawa Timur, Surabaya, 12 Maret 2008
2 punggung universitas adalah para pemegang gelar akademik minimum magister (UU 14/2005), bahkan beberapa universitas telah mensyaratkan pendidikan doktor untuk para dosennya. Semua universitas (yang benar) juga dilengkapi dengan sarana laboratorium sesuai dengan kebutuhannya. Laboratorium tersebut selain digunakan untuk pendidikan juga dimanfaatkan untuk riset oleh para dosennya. Universitas yang mengarah sebagai universitas riset menjadikan laboratorium riset para periset/dosennya digunakan untuk pendidikan terutama pada strata magister dan doktor. Dengan memperhatikan hal tersebut, universitas memenuhi syarat untuk bekerja sebagai lebaga riset dan pengembangan. Untuk menghasilkan inovasi baru, hanya dapat dilakukan melalui riset. Inovasi baru ini selanjutnya dapat diwujudkan menjadi berbagai produk baru. Produk baru ini biasanya dapat diarahkan kepada pemenuhan produk kebutuhan masa kini atau masa depan yaitu peningkatan efisiensi dan efektifitas dengan tujuan menghasilkan nilai ekonomi bagi kesejahteraan manusia. Oleh karena itu produk yang dihasilkan harus sangat erat kaitannya dengan gaya hidup kita dimasa kini dan masa yang akan datang. Di negaranegara maju produk industri senantiasa selalu berubah dari waktu ke waktu dengan tujuan agar industri yang menghasilkan produk tersebut berlanjut karena harus sesuai dengan jamannya. Caran yang harus dilakukan tiada lain ialah melakukan riset dan pengembangan secara menerus untuk menyesuikan dengan kebutuhan jaman. Industri dan keberlanjutannya Industri sebagai penentu perekonomian suatu wilayah atau negara dimulai dengan era revolusi industri. Pada masa itu di negara Amerika Utara maupun Eropa melalui industri produksi barang berkembang dengan cepat. Kecepatan perkembangannya didukung oleh teknologi yang berjalan dengan cepat pula. Sebagai contoh komunikasi antar masyarakat pada saat itu terdukung oleh perkembangan teknologi jalanraya dan perkapalan. Dampaknya, memungkinkan perusahaan swasta tumbuh dan semakin kuat. Manufaktur jelas kemudian menjadi sektor pemroduksi penting dalam perekonomian. Keluaran industri manufaktur diperkirakan mencapai sepertiga ekonomi dunia, lebih besar dari pertanian. Perkembangan pada saat sekarang, industri manufaktur cenderung menurun, karena negara-negara industri telah menuju masyarakat post-industri, yang ditandai oleh kenaikan sektor jasa dan ekonomi berbasis informasi atau disebut pula revolusi informasi atau era informasi. Namun harus dicatat bahwa teknologi informasi hanya mungkin tumbuh karena di dukung oleh teknologi manufaktur khususnya permesinan, sehingga dimungkinkan dibuat berbagai peralatan informasi dan komunikasi. Industri dapat dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok industri primer yang meliputi pertanian, tambang dan ekstraksi bahan mentah. Kelompok industri sekunder yang biasa disebut sebagai manufaktur yang biasanya dimaksud sebagai industri. Kelompok industri tersier yaitu jasa. Kelompok industri kuarter yaitu jasa intelektual. Pengelompokan ini cenderung menunjukkan tingkat nilai tambah produk dan hasil ekonomi yang berbeda, dimana kelompok industri primer memberikan nilai ekonomi yang terendah. Sementara itu pada saat ini negara industri maju telah masuk ke dalam jaman post-industri (Ritzer, 2007). Namun demikian kita mengetahui bahwa apapun bentuk industrinya, tidak akan dapat bekerja jika tidak menggunakan peralatan dan mesin. Perangkat-perangkat tersebut pasti dibuat dengan menggunakan mesin. Dengan demikian alasan ini sering digunakan menyampaikan bahwa industri manufaktur disebut sebagai industri itu sendiri.
3 Pola kegiatan industri selalu diinginkan berjalan dengan baik, sehingga disetiap negara diperlukan pengaturan penempatan industri, pengelolan polusi/pencemaran akibat industri, pembiayaan/keuangan dan perburuhan. Namun, keberlanjutan industri memerlukan inovasi teknologi dan produk yang berkelanjutan pula. Inovasi hanya akan diperoleh secara struktural melalui riset. IMF (2007) mencacat beberapa negara telah masuk menjadi negara industri baru sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Negara-negara tersebut dianggap telah berhasil membangun ekonominya yang diyakini karena pertumbuhan industrinya. Tabel 1. Negara-negara industri baru (IMF,2007) Continent Country GDP (Millions of USD) GDP per capita (USD) Income equality (GINI) HDI (2004) Africa South Africa 520,948 12, (medium) North America Mexico 1,108,281 11, (high) South America Brazil 1,566,253 9, (medium) China 8,814,860 7, (medium) India 3,779,044 3, (medium) Asia Malaysia 275,830 11, (high) Philippines 508,546 5, (medium) Thailand 557,378 9, (medium) Europe Turkey 605,876 9, (medium) NOTES: 1. GDP (PPP) (2005 data), and GDP (PPP) per capita (2006 data) [7] figures correspond to the IMF. 2. GINI Coefficient as in the 2006 United Nations survey. The higher the figure, the higher the inequality. 3. Human Development Index (HDI) as in the 2006 United Nations report (data from 2004). Bagaimanakah dengan posisi Indonesia?: Indonesia GDP $ juta, GDP/kapita 1,345, GINI 34.3, dan HDI Bagaimanakah pertumbuhan inovasi teknologi kita?teknologi merupakan konsep yang lebar yang digunakan oleh manusia dalam pengertian sebagai alat atau pengetahuan untuk menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya. Kata teknologi berasal dari kata Yunani techne (keahlian) dan logia (perkataan). Definisi teknologi secara umum ialah sesuatu yang digunakan untuk kemanusiaan, senagai contoh mesin, perangkat keras, system, dan teknik. Pada mulanya teknologi digunakan oleh manusia untuk mengubah sumberdaya alam menjadi alat sederhana. Misalnya penggunaan api untuk memperbanyak variasi makanan, roda untuk mempercepat hubungan antar mereka, maupun pengelolaan lingkungan. Perkembangan teknologi lain seperti peralatan cetak, telepon maupun sarana komunikasi digital mampu menghilangkan kendala jarak bagi hubungan antar manusia dan masyarakat maupun transfer data hingga pengetahuan hingga secara global. Perkembangan teknologi ini menumbuhkan industri bagi masyarakat dan terwujud sebagai pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan umat manusia. Namun demikian ada pengaruh negatif dari pertumbuhan teknologi, misalnya mengakibatkan pencemaran,
4 perusakan lingkungan, pengurangan sumberdaya alam, dll. Dengan demikian kita dapat melihat dengan jelas hubungan langsung antara industri dan teknologi, dan pertumbuhan ekonomi, atau ekonomi merupakan wujud dari pertumbuhan industri. Teknologi pada saat sekarang ini tidak lagi tumbuh secara kebetulan, namun polanya sudah ditumbuhkan. Teknologi hanya dapat ditumbuhkan dengan cara melakukan berbagai riset. Riset-riset yang dilakukan bertujuan untuk memperkuat ilmu pengetahuan manusia, karena penguasaan ilmu pengetahuan memungkinkan pengembangan menuju inovasi teknologi. Hasil dari pengembangan riset bermuara pada inovasi baru. Secara nyata inovasi baru ini akan berwujud sebagai produk industri. Bentuk produk industri ini dapat berupa perangkat keras maupun lunak atau sistem atau bentuk lain yang dapat digunakan dalam industri jasa. Selain itu, kemampuan intelektual para periset juga membentuk industri jasa intelektual khas. Uraian ini menggambarkan tentang dinamika riset, inovasi dan industri yang tidak dapat dilepaskan dengan pertumbuhan peradaban manusia dan keberlanjutannya. Tanpa ada inovasi baru, industri, manusia dan masyarakat yang telah tumbuh sulit bertahan pada jaman tertentu. Akibatnya kemanusiaan maupun industri akan menurun dan punah. Untuk memperoleh inovasi secara struktural hanya dapat diperoleh melalui riset. Jadi riset adalah pilar penting dalam keberlanjutan industri. Universitas sebagai komponen Industri Dengan mengacu kepada pembahasan sebelumnya, universitas juga merupakan lembaga riset, sehingga dapat juga kita sebut sebagai lembaga riset dan pengembangan. Selain itu fakta sudah menunjukkan bahwa inovasi merupakan faktor kunci yang perting untuk menghasilkan produk. Namun, perlu dinyatakan dengan jelas dari mana inovasi tadi akan dapat muncul. Inovasi hanya dapat muncul jika dilakukan riset-riset secara intensif. Pengalaman negara-negara maju menunjukkan bahwa dari sejumlah riset yang dilakukan dibawah 5% menghasilkan inovasi baru. Jadi, jika dikaitkan antara pertumbuhan industri secara nasional atau di daerah yang kemudian dikaitkan dengan kegiatan riset universitas, akan mendjadi kunci keberhasilan untuk membuat strategi pertumbuhan industri. Strategi tersebut ialah menumbuhkan inovasi teknologi melalui institusi yang kompeten. Salah satu institusi yang kompeten ialah universitas. Universitas dapat ditugaskan untuk melakukan riset yang intensif untuk klaster atau fokus tertentu dan hasilnya wajib mendukung klaster yang ditetapkan untuk pertumbuhan dan keberlanjutan industri dalam klaster tersebut. Konsep yang dapat digunakan misalnya kemitraan antara universitas dan industri atau perguruan tinggi dengan pemerintah (Santoso, 2007). Strategi Universitas untuk keberlanjutan Industri Bahwasanya gaya hidup manusia akan berubah dari waktu kewaktu yang dapat disebabkan oleh adaptasi terhadap lingkungannya maupun diakibatkan oleh kesejahteraannya dan juga oleh proporsi variasi umur dalam populasi masyarakat. Dengan demikian produk industri senantiasa harus disesuaikan dengan kebutuhan kita agar dapat terserap oleh masyarakat. Produk yang diinginkan oleh orang Indonesia tahan enampuluhan pasti berbeda dengan masa kini, lingkungan masa kini juga memerlukan produk tertentu agar kita dapat hidup nyaman. Masyarakat yang mayoritas anggotanya terdiri dari usia muda pasti berbeda kebutuhannya dengan mayoritas usia lanjut. Dengan demikian agar produk dapat terserap pasar diperlukan cara khusus untuk memasarkan dan
5 menjualnya. Cara ini ialah menyesuaikan dengan kemampuan pasar untuk menyerapnya sesuai dengan kebutuhan penduduk di wilayah tertentu. Namun demikian selain parameter tersebut, secara garis besar perubahan produk dari waktu kewaktu menuju produk yang lebih efisien jika digunakan dan memiliki dayaguna tinggi atau efektif, selain itu juga bentuknya menjadi ringkas, mudah digunakan dan nyaman dipandang. Untuk membuat produk yang mampu memenuhi multi-kebutuhan ini, diperlukan inovasi baru yang berkelanjutan. Inovasi hanya akan diperoleh melalui riset. Dengan demikian riset harus selalu dilakukan untuk menumbuhkan inovasi. Jika inovasi ini diwujudkan kita akan memperoleh produk baru sesuai dengan kebutuhan kita. Produk baru tersebut kemudian dapat dibuat dalam jumlah besar dipabrik atau difabrikasi. Selanjutnya, produksi yang kita hasilkan harus dipasarkan dan dijual. Seluruh kegiatan ini disebut sebagai siklus industri. Seluruh siklus ini memerlukan pengembangan yang berkelanjutan. Pengembangan yang berkelanjutan hanya dapat dilakukan melalui riset. Sebagaimana telah dikemukakan dalam butir sebelumnya, karena universitas adalah lembaga riset, dengan demikian dalam siklus industri universitas dapat memerankan dirinya sebagai komponen yang melakukan riset dan pengembangan. Karena untuk membuat lembaga riset memerlukan biaya yang mahal, sementara hampir semua industri di Indonesia tidak dilengkapi lembaga riset, maka universitas harus menempatkan dirinya sebagai lembaga riset industri. Sinergi Universitas dan Industri di daerah Kegiatan industri di daerah dapat berupa industri kecil dan menengah dan industri besar berskala nasional atau global. Jika industri tersebut adalah industri Indonesia biasanya tidak dilengkapi dengan lembaga riset dan pengembangan. Namun, jika industri tersebut adalah industri internasional atau negara lain, biasanya lembaga riset dan pengembangannya selalu diletakkan di negara lain itu. Bahwasanya keberadaan lembaga riset dan pengembangan sudah menjadi keharusan bagi industri sebagaimana diuraikan pada butir terdahulu. Masalah yang harus kita selesaikan ialah bagaimanakah kita dapat membuat universitas menjadi lembaga riset industri kita? Karena dana untuk berbagai industri kita terutama UKM sangat terbatas, sulit untuk membangun lembaga riset dan pengembangan sendiri. Oleh karena itu kerjasama atau sinergi dengan universitas akan sangat bermanfaat, karena universitas adalah lembaga riset. Jika kerjasama ini terjadi tentu masih menimbulkan lagi masalah bagaimanakah dapat membiayari riset dan pengembangan yang dilakukan karena keterbatasan dana kedua belah fihak. Cara yang terbaik ialah memanfaatkan dana fihak ke tiga. Fihak ketiga tersebut ialah Pemerintah (termasuk Deperin?), pemerintah daerah maupun lembagalembaga pendonor riset dan pengembangan lainnya. Dalam hal pengembangan riset dan pengembangan industri di daerah, Pemerintah dalam hal ini Deperin dan pemerintah daerah dapat berperan besar dalam kerangka penumbuhan klaster industri yang berkelanjutan (Deperin (2005), (2006)). Dengan demikian setiap daerah hendaknya dapat direncanakan untuk unggul dalam produk industri tertentu dan untuk menjaga keberlanjutan ditopang oleh riset dan pengembangan dari universitas. Sementara dalam keadaan industri belum mampu menopang riset dan pengembangan yang dilakukan, Pemerintah (Deperin) dapat mendukungnya. Jika nantinya Industri telah dapat menopang sendiri riset dan pengemangannya, Deperin berperan dalam mendorong pertumbuhan produk baru yang lebih kompetitif dalam sekala yang lebih tinggi. Kegiatan ini dilakukan secara menerus dan meningkat sehingga kita mampu bersaing secara global. Cara ini
6 merupakan implementasi model pengembangan AGI (Academia-Government-Industry). Sering kita terlena bahwa kegiatan bisnis adalah industri, padahal bisnis dilakukan sesudah industri ada. Jadi yang harus ditumbuhkan ialah industri dahulu bisnis kemudian. Penutup 1. Riset dan pengembangan merupakan kebutuhan bagi industri agar industri tersebut dapat berkelanjutan. 2. Universitas sebagai lembaga riset dapat berperan dan harus diposisikan sebagai lembaga riset dalam industri. 3. Kita harus membiasakan diri terjadi kerjasama sinergis antara perguruan tinggi dan industri pada berbagai sekala (UKM hingga besar) dan wilayah ( daerah, nasional bahkan internasional). 4. Pembiayaan riset untuk keberlanjutan industri harus dapat diusahakan pula dari fihak ketiga, seperti Pemerintah, pemerintah daerah maupun pendonor lainnya. Daftar Pustaka Deperin RI, 2005, Kebijakan Pembangun Industri Nasional. Deperin RI, 2006, Industri Indonesia, Catatan Inozemtsev V.L., 2001, The Inevitability of a Post-Industrial World: Concerning the Polarity of Today's World Order, Global FOCUS, Vol. 13, No. 2. P Kuncoro, M, Santoso, D, 2007, Tata pamong perguruan tinggi Indonesia, Makalah disampaika pada Lokakarya Kopertis Wilayah Jabar dan Tangerang, Lembang, 12 Juli Santoso, D, 2007, Kemitraan Perguruan Tinggi, Makalah disampaikan pada Acara Penandatanganan Naskah Kesepahaman antara ITB dan Politeknik Makasar, Makasar, 25 Juni Santoso, D, 2007, Kemandirian Industri dan Perguruan Tinggi (Pemikiran kebijakan riset dalam siklus industri), makalah yang disampaikan pada Konvensi Kampus IV, Forum Rektor Indonesia, Juli. Santoso, D, 2008, Membangun industri yang utuh dan Mandiri, Makalah disampaikan pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian RI dengan tema Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Melalui Konsolidasi Pelaksanaan Pengembangan Klaster dan Kompetensi Inti Industri Daerah, Jakarta, 27 Februari Peraturan Presiden No. 7, 2005 tentang Rencana Pembangunan Industri Jangka Menengah Nasional. Ritzer, George. The Coming of Post-Industrial Society. Second Edition. New York: McGraw-Hill, Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
INDUSTRI. Oleh: Djoko Santoso
UNIVERSITAS DALAM INDUSTRI Oleh: Djoko Santoso (Rektor Institut Teknologi Bandung) Makalah disampaikan pada Rapat Kerja Perindustrian Jawa Timur, Surabaya, 12 Maret 2008 Pendahuluan MENGAPA PERLU SISTEM
Lebih terperinciMEMBANGUN INDUSTRI YANG UTUH & MANDIRI. Oleh: Djoko Santoso (Rektor Institut Teknologi Bandung)
MEMBANGUN INDUSTRI YANG UTUH & MANDIRI Oleh: Djoko Santoso (Rektor Institut Teknologi Bandung) Makalah disampaikan pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian RI, Jakarta 27 Februari 2008 PENDAHULUAN DIMANAKAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan survei yang dilakukan oleh United Nations Development Program ( UNDP ) pada 2007, menempatkan Human Development Index ( HDI ) Indonesia pada ranking
Lebih terperinciRingkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional
Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan
Lebih terperinciADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014
ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciREVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272
REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272 Apa itu Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) MEA adalah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk meminimalisasi
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)
9 BAB 2 PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK DARI PROSES MAKRO GLOBALISASI (MACROPROCESS OF GLOBALIZATION) 2.1 Globalisasi Munculnya arus migrasi
Lebih terperinciSEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT.
SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 1 PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR SEKTOR TRANSPORTASI MELALUI
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA
VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciKESATUAN ITB DI ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN KESEMPATAN Oleh: Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (Guru Besar dan Ketua Senat Akademik ITB)
KESATUAN ITB DI ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN KESEMPATAN Oleh: Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (Guru Besar dan Ketua Senat Akademik ITB) HAKEKAT PERGURUAN TINGGI ITB adalah perguruan tinggi, sehingga harus
Lebih terperinciSambutan Rektor ITB pada Wisuda Lulusan ITB MEMANTAPKAN AKUNTABILITAS DAN MUTU ITB
Sambutan Rektor ITB pada Wisuda Lulusan ITB MEMANTAPKAN AKUNTABILITAS DAN MUTU ITB Sasana Budaya Ganesha, Kampus ITB, 11 November 2006 Yang terhormat, Pimpinan dan Anggota Majelis Wali Amanat, Pimpinan
Lebih terperinciPENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan manifestasi dari ekonomi rakyat, memiliki kedudukan, peran, dan potensi yang strategis dalam perekonomian
Lebih terperinciDaya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia
Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciMEMANTAPKAN RAMBU SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN KEGIATAN AKADEMIK ITB. Oleh: Djoko Santoso, DR., Ir., M.Sc. Profesor dan Ketua Senat Akademik ITB
MEMANTAPKAN RAMBU SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN KEGIATAN AKADEMIK ITB Oleh: Djoko Santoso, DR., Ir., M.Sc. Profesor dan Ketua Senat Akademik ITB Yang terhormat: Para Undangan untuk Acara Dies Natalis ITB tahun
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap orang, terutama warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan
Lebih terperincidan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Negara Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia
Lebih terperinciPotensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al
Potensi Indonesia dinyatakan oleh berbagai studi dan kajian independen, seper[ McKinsey (2012): Unleashing Indonesia s Poten[al #16 2012 PDB Nasional (US$ tn) 16 12 8 4 0 #3 12.0 8.0 4.0 0.0 15.1 US Indonesia
Lebih terperinciDEWAN RISET NASIONAL
DEWAN RISET NASIONAL Sekretariat Gedung I BPPT Lantai 1 Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340 Telepon : (021) 3905126 / 3168046 Fax : (021) 3905126 / 3926632 URL : www.drn.go.id Email : sekretariat@drn.go.id
Lebih terperinciCUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG
CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang
Lebih terperinciKETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Menimbang KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG : (a) bahwa pasal
Lebih terperinciPerekonomian Suatu Negara
Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;
Lebih terperinciPenilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, Human Development Index (HDI) atau yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan sebuah tolak ukur yang
Lebih terperinciPENERAPAN GOOD GOVERNANCE
PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciMenimbang : Mengingat :
PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 003 /Peraturan/MWA-UI/2005 TENTANG KEBIJAKAN RISET UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA SENAT AKADEMIK ITB Dies Natalis ke-55 Aula Barat-Institut Teknologi Bandung, Senin 3 Maret 2014
1 SAMBUTAN KETUA SENAT AKADEMIK ITB Dies Natalis ke-55 Aula Barat-Institut Teknologi Bandung, Senin 3 Maret 2014 Adalah suatu kehormatan dan kebahagiaan bagi saya dapat berdiri di sini mewakili Senat Akademik
Lebih terperinciPENDIDIKAN PASCASARJANA DALAM PERSPEKTIF PERGURUAN TINGGI RISET
SAMBUTAN REKTOR ITB pada PERESMIAN PENERIMAAN MAHASISWA PASCASARJANA BARU ITB SEMESTER 2 TAHUN AKADEMIK 2013/2014 PENDIDIKAN PASCASARJANA DALAM PERSPEKTIF PERGURUAN TINGGI RISET Aula Barat, Kampus ITB,
Lebih terperinciPENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya **
PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya ** A. Pendahuluan Era globalisasi sekarang ini, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
Lebih terperinciSambutan Rektor ITB pada Wisuda Lulusan ITB ITB MENUJU AKUNTABILITAS PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA. Sasana Budaya Ganesha, Kampus ITB, 21 Juli 2007
Sambutan Rektor ITB pada Wisuda Lulusan ITB ITB MENUJU AKUNTABILITAS PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA Sasana Budaya Ganesha, Kampus ITB, 21 Juli 2007 Yang terhormat, Pimpinan dan Anggota Majelis Wali Amanat,
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN memiliki tujuan yang mulia yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki tujuan yang mulia yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
Lebih terperinciPENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH ENDRA YUAFANEDI ARIFIANTO TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MATERI MUKM PENGANTAR MANAJEMEN UKM PENGERTIAN UKM KONSEP DASAR USAHA KECIL DAN MENENGAH
Lebih terperinciCAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak
CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di
Lebih terperinciKEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 34/SK/K01-SA/2004 TENTANG
KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 34/SK/K01-SA/2004 TENTANG FUNGSI-FUNGSI JABATAN FUNGSIONAL AKADEMIK DOSEN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciStudi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE
Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE 1. Persoalan apa yang akan diselesaikan? Pertumbuhan produktivitas di negara-negara
Lebih terperinciE-UMKM: APLIKASI PEMASARAN PRODUK UMKM BERBASIS ANDROID SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA
E-UMKM: APLIKASI PEMASARAN PRODUK UMKM BERBASIS ANDROID SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA Meri Nur Amelia 1*, Yulianto Eko Prasetyo 1, Iswara Maharani 2 1 Pendidikan Teknik Elektro,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi telah menjadi gerbang bagi manusia menuju era baru tanpa terhalang oleh adanya batas-batas geografis dan geopolitis, yang pada akhirnya tercipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRancangan Kepmen Nomenklatur Program Studi dan Gelar Lulusan
Rancangan Kepmen Nomenklatur Program Studi dan Gelar Lulusan Forum Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum Intan Ahmad Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI,
Lebih terperinciPROGRAM KERJA FAKULTAS
PROGRAM KERJA FAKULTAS STRATEGI 2030 Untuk mewujudkan tujuan, Fakultas Pertanian IPB menyusun strategi dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Berkembangnya kompetensi dan komitmen staf
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN PENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR DAN KOTA MALANG)
EXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN PENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR DAN KOTA MALANG) Peneliti: SAHAT ADITUA FANDHITYA SILALAHI PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN SETJEN
Lebih terperinciBAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.
BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN Fakta bahwa Indonesia tidak meratifikasi konvensi ILO No.131 dan No. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.
Lebih terperinciPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG IMPLEMENTASI FUNGSI EMASLIM KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI, DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KOMPONEN KUALITAS SEKOLAH DI SMAN KABUPATEN TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada
Lebih terperinci2 pengaruhnya. Pola baru ini melahirkan penyelenggaraan perguruan tinggi yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis kebijakan strategis, standar
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Institut Teknologi Sepuluh November. Statuta. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 172). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciKERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta
KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta Oleh: Satoto E. Nayono Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan - Universitas Negeri Yogyakarta Jalan Colombo 1, Yogyakarta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3
IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 6,4% dan terus meningkat menjadi 6,6% pada tahun 2014, hal ini berdasarkan publikasi Asia
Lebih terperinciManual Mutu Pengabdian
Manual Mutu Pengabdian MM 03 PJM Revisi Tanggal Dikaji Oleh Disetujui Oleh Pusat Jaminan Mutu Disetujui Oleh: Revisi ke 03 Tanggal 01 Juni 2011 KATA PENGANTAR Kehidupan dan perkembangan akademik di Perguruan
Lebih terperinciKEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 30/I/KEP/SA/2003. tentang KEBIJAKAN DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 30/I/KEP/SA/2003 tentang KEBIJAKAN DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SENAT AKADEMIK INSTITUT
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG
KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG PENGELOMPOKAN NEGARA Negara maju (Developed Countries) : Eropa Barat dan Amerika Utara, Negara-negara Australia dan New Zealand. Negara
Lebih terperinciPENETAPAN KELEMBAGAAN PROGRAM PASCASARJANA
Menimbang KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 03/SK/K01-SA/2003 TENTANG PENETAPAN KELEMBAGAAN PROGRAM PASCASARJANA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG : (a) bahwa Peraturan
Lebih terperinciMEMULAI KARIR BERBASIS KEJUJURAN DARI PENDIDIKAN DI ITB
SAMBUTAN REKTOR ITB pada PERESMIAN PENERIMAAN MAHASISWA BARU ITB TAHUN AKADEMIK 2009/2010 MEMULAI KARIR BERBASIS KEJUJURAN DARI PENDIDIKAN DI ITB Sasana Budaya Ganesa, Kampus ITB, 12 Agustus 2009 Yang
Lebih terperinciPERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)
PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **) A. Pendahuluan Undang- Undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan
Lebih terperinciRencana Kerja Pengembangan ITB
Rencana Kerja Pengembangan ITB 2005-2010 Dr. Ir. Sugeng Purwanto, MM, MBA Proposisi Sejak berubah statusnya menjadi PT-BHMN, ITB perlu memiliki rektor yang mampu bertindak sebagai Chief Executive Officer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat saat ini, secara sadar memahami bahwa dalam pola hidup bermasyarakat, penegakan hukum sangat berperan penting, tidak hanya mengatur bagaimana manusia berperilaku,
Lebih terperinci.BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
.BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) berdiri sendiri pada saat perubahan status STKIP Gorontalo menjadi IKIP Negeri Gorontalo sesuai Keppres No. 19 tahun 2001 tanggal
Lebih terperinci2 pendidikan tinggi harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan pera
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Universitas Diponegoro. Statuta. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 170). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada hakekatnya bertujuan membangun kemandirian,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada hakekatnya bertujuan membangun kemandirian, termasuk pembangunan pedesaan. Salah satu misi pemerintah adalah membangun daerah pedesaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMenuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi:
Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi: Pengembangan Ekonomi Kreatif Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF Anggota Komite
Lebih terperinciKEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 15/SK/K01-SA/2004 TENTANG KEBIJAKAN RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 15/SK/K01-SA/2004 TENTANG KEBIJAKAN RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang : (a) bahwa Peraturan
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Niagara Vol. 1 No. 3, Oktober 2009 PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) TERHADAP USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) TERHADAP USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) Sulasno ABSTRAK Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memegang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA INDUK RISET NASIONAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA INDUK RISET NASIONAL TAHUN 2017-2045 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciTIANSHI GROUP Mr. Li Jin Yuan
Bisnis utamanya yang bergerak dalam bidang bioteknologi canggih, Tianshi juga aktif dalam bidang finansial, pengembangan komplek hunian (real estate), pendidikan, pertukaran budaya dan logistik modern.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan kekayaan alam yang berlimpah. Dengan jumlah penduduk 260 juta jiwa dan ragam kekayaan
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah
KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah (1) Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah adalah seperangkat aturan mengenai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciDUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL Disampaikan Oleh: Depu0 Bidang Pengembangan Regional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Dalam Acara Seminar Penutupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui
Lebih terperinci