UNJUK KERJA FORMULASI PELUMAS SAWIT PADA SISTEM UJI GEAR-PINION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNJUK KERJA FORMULASI PELUMAS SAWIT PADA SISTEM UJI GEAR-PINION"

Transkripsi

1 UNJUK KERJA FORMULASI PELUMAS SAWIT PADA SISTEM UJI GEAR-PINION Rizqon Fajar, Ikhwan Haryono, Misbakhudin BTMP BPPT, Kawasan Puspiptek Gd. 230 Serpong Tangerang 15314, Indonesia Triharyati, Purboyo Guritno PPKS, Jl. Brigjend Katamso 51, Kp. Baru, P.O. Box 1103, Medan 2001, Indonesia Abstrak Sebuah formulasi pelumas sawit (food grade) telah diuji pada sebuah bangku uji sistem gear-pinion. Diharapkan sebuah metode uji yang efektif diperoleh yang berguna untuk menyeleksi formulasi pelumas sawit untuk pengujian lanjut (uji ketahanan dan sertifikasi). Formulasi pelumas sawit diuji bersamaan dengan pelumas pembanding yaitu pelumas komersial. Pelumas sawit diformulasikan mengacu pada sifat kimia fisik pelumas food grade yang mempunyai spesifikasi kekentalan SAE 20 sedangkan pelumas mineral mempunyai spesifikasi SAE 90 dan SAE 20. Pengujian dilakukan menggunakan variasi beban dan pada kecepatan putaran tetap. Pemeriksaan kondisi pelumas dilakukan setiap 10, 20 dan 30 jam. Parameter kondisi pelumas yang diperiksa adalah viskositas, keasaman, kandungan air dan tingkat keausan. Selain itu dilakukan pula pemeriksan pada permukaan (gear-bearing) menggunakan teknik XRD (X-Ray Difraction). Metode uji terbukti menghasilkan parameterparameter yang dapat membedakan secara signikfikan antara unjuk kerja pelumas sawit dan mineral. Secara umum kondisi pelumas sawit cukup stabil dan dapat melumasi logam tetapi belum dapat menyamai kemampuan pelumas mineral dalam hal tingkat keausan logam. Pelumas sawit masih harus diperbaiki sifat kimia fisiknya sebelum mengalami uji lanjut. Abstract A Foodgrade lubricant based on palm oil has ben tested on a gear-pinion rig test. An effective screening test method was developed which was able to select the lubricant formulations for further tests (durability and certification test). At the same time two mineral based lubricants were tested tested and the results are compared with which of the foodgrade lubricant. The foodgrade lubricant has the viscosity of SAE 20 and the mineral based lubricantshave the SAE 90 and SAE 20 specification. Parameters used for the evaluating the lubricant conditions include viscosity, total acid number, water content and metal wear. Investigation on the gear surface was also done using XRD analyse. The tests were done at variable loads and at constant speed. The conditions of lubricant was monitored by taking sample after 10, 20 and 30 hours. The test method is proved to be effective in identifying the performanec of the lubricants. In general it was found that foodgrade lubricant is thermally stable, however there is still discrepancy in ability to prevent excessive wear. The presence of excessive water in the formulation could be the main reason for improvement in the lubricant properties before performing the field test. 1. Pendahuluan Pasar minyak sawit Indonesia perlu mendapat perhatian karena produksi minyak sawit dunia naik dengan laju sekitar 6% pertahun lebih tinggi dari laju permintaan minyak nabati dunia (3%). Harga pasar dunia minyak sawit diperkirakan akan merosot bila tidak dilakukan diversifikasi produk turunan minyak sawit. Salah satu prospek yang terbaik untuk turunan minyak sawit adalah minyak pelumas sawit (palmlubricant). Pelumas berbahan baku sawit berpeluang untuk menggantikan pelumas konvensional yang berbahan baku dari minyak bumi. Pelumas nabati selain bersifat renewable juga aman digunakan pada 1

2 industri pengolahan makanan, jika mencemari produk olahannya. Meskipun demikian unjuk kerja minyak nabati harus dapat menjalankan fungsi seperti pelumas pada umumnya yaitu melindungi terhadap keausan, gesekan, korosi, oksidasi, dapat membuang panas dsb. Makalah ini akan menguraikan hasil uci coba pelumas sawit yang diformulasikan untuk memenuhi spesifikasi pelumas food grade untuk aplikasi pada gear/bearing yang banyak digunakan pada industri makan. Sedangakan spesifikasi kekentalan pelumas sawit adalah SAE 20. Hasil uji diharapkan dapat memberi masukan terhadap keputusan apakah formulasi telah layak/siap untuk uji selanjutnya (ketahanan/field test, dan sertifikasi) atau masih harus kembali laboaratorium kimia untuk diperbaiki formulasinya. Selain itu penelitian ini juga bertujuan mengembangkan metode uji kelayakan (screening test) yang cepat dan murah juga memberikan masukan untuk perbaikan formulasi pelumas agar pelumas diupayakan untuk dapat menjalai serangkaian uji lanjut yang lebih berat. 2. Studi Pustaka 2.1 Gear & Pinion 1 Gear adalah komponen mesin yang dapat mentransfer gerakan melalui persentuhan gigi. Jika ada dua roda gigi yang saling berputar maka roda dengan jumlah gigi terbanyak dinamakan gear dan roda dengan jumlah gigi lebih sedikit dinamakan pinion. Jika gear pada mesin otomotif beroperasi pada kondisi dan beban yang berat maka gear untuk peralatan industri beroperasi pada kondisi sedang atau ringan. Dengan demikian diperlukan pelumas dengan kapasitas beban yang lebih rendah dibandingkan pelumas otomotif. Karena fungsi gear hanya meningkatkan dan menurunkan keceptan dan mengubah arah dari drive. Sehingga pelumas gear hanya berfungsi mencegah keausan (wear) dan mengurangi gesekan (friction) dengan membentuk lapisan pelumas antara dua permukaan gigi yang salingh bergesekan. Ada dua jenis gear yaitu tertutup dan terbuka. Pada gear tertutup level pelumas dijaga sehingga gigi roda terendah diupayakan tenggelam kedalam pelumas. Sistem pelumasan gear tertutup juga bisa dibantu dengan pompa dimana pelumas disemprotkan ke permukaan roda gigi dan pelumas senantiasa disirkulasi. Pada gear terbuka pelumas disemprotkan ke perermukaan roda gigi. Disain gear untuk mesin industri berbeda dengan gear untuk mesin otomotif. Gear untuk otomotif biasanya tipe hypoid sedangkan untuk gear industri tipe herringbone, helical, spur, bevel, spiral bevel atau worm 2.2 Pelumas Gear untuk Industri 1,2 Gear pada peralatan industri biasanya menggunakan pelumas jenis mineral karena tidak beroperasi pada kondissi ekstrem. Pemilihan kekentalan pelumas ditentukan oleh tenaga/power yang ditransfer dan kecepatan pinion. Pemilihan pelumas yang tepat untuk gear industri mengikuti petunjuk dari American Gear Manufacturer Association (AGMA). Secara umum berlaku bahwa kekentalan pelumas menurun jika kecepatan meningkat dan kekentalan meningkat jika tenaga yang ditransfer meningkat. Jika kondisi cukup ekstrem misalnya ada beban kejut maka pada pelumas perlu ditambahkan additive extreme pressure dan anti-wear (senyawa mengandung sulfur dan fosfor). Pelumas gear industri biasanya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu extreme pressure (EP), non EP dan kombinasi keduanya. Pelumas gear EP Pelumas EP digunakan untuk gear beban berat contohnya pada desain herringbone dan spiral bevel. Pelumas EP untuk industri mempunyai kandungan additive EP yang lebih sedikit sehingga tidak dapat diaplikasikan pada mesin gear otomotif. Pelumas Non EP Diidentifikasikan sebagai pelumas berjenis R & O (rust dan oxidation inhibited). Pelumas non EP diaplikasikan pada gear berbeban ringan dengan kecepatan tinggi. Pelumas non EP pada penggunaannya tidak boleh dicampur dengan pelumas EP. Compounded Gear Oil Pelumas ini mengandung asam lemak nabati atau asam lemak sintetis (polybutenes). Pelumas jenis ini digunakan pada gear dengan desain worm dimana gesekan antara gigi dalam bentuk sliding atau wiping, bukan rolling seperti pada desain lain. 2

3 Klasifikasi viskositas untuk pelumas gear industri menggunakan dapat sistem AGMA atau yang lebih umum dipakai sistem ISO VG. Pelumas dengan klasifikasi ISO 150 adalah sama dengan AGMA 4. Untuk jenis pelumas EP, ditambahkan kode EP dibelakang (AGMA 4 EP). Untuk penggunaan mesin di luar (outdoor), direkomendasikan menggunakan ISO 150 atao 220 sedangkan untuk indoor memerlukan viskositas multigrade ISO 46, 68 atau Pelumas Food Grade 3,4 Fungsi pelumas food-grade sama dengan jenis pelumas lain yaitu melindungi dari keausan, gesekan, korosi dan oksidasi. Selain itu harus dapat membuang panas, dapat memindahkan tenaga dan kompatibel dengan karet atau seal. Pelumas food grade yang banyak digunakan di industri makanan dan farmasi harus stabil jika mengalami kontak dengan makanan, bahan kimia, air dan dapat melarutkan gula. Selain itu pelumas food grade juga harus memenuhi persyaratan kesehatan dan keamanan, tidak berasa dan tiadak berbau. Pelumas food grade biasanya merupakan formulasi yang berasal dari minyak tumbuhan atau turunannya (polyester, polyolester, polyglycols dll). Departemen Pertanian Amerika (USDA) memberikan kategori pelumas food grade menjadi H1, H2 and H3. Pelumas H1 digunakan pada pemrosesan makanan dimana ada kemungkinan kontak langsung dengan bahan makanan. Pelumas H2 diguanakn pada peralatan/mesin dimanan tidak ada kontak langsung dengan bahan makanan. Pelumas H3 biasanya merupakan minyak nabati, digunakan untuk mencegah karat. Pelumas food grade tidak boleh mengandung logam berat dan senyawa penyebab kanker (carcinogenic) dan penyebab mutagen. Selama beroperasi perlu dilakukan monitoring kondisi pelumas agar kualitas pelumasan tetap terjaga. Tabel 2 memberikan batasan umum yang dapat digunakan untuk mengontrol kualitas pelumas food grade. Tabel 1. Batasan sifat kimia fisika pelumas nabati/food grade Sifat Kimia Fisika Batas Yang Direkomendasikan Perubahan Viskositas: 40 o C, % maks o C, % maks o C, % maks 10 Kandungan Air, ppm, maks 300 s/d 500 Bilangan Asam, mg KOH/g, maks 1,6 2.4 Screening Test 1 Dalam mengembangkan sebuah formulasi pelumas perlu dilakukan serangkaian uji untuk dapat mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan formulasi. Karena jumlah formula yang akan diuji cukup banyak maka diperlukan uji yang efektif (cepat & akurat) untuk menyeleksi calon formulasi pelumas yang potensial dimana akan dilakukan uji lanjut (uji ketahanan & uji lapangan). Uji untuk menyeleksi formulasi yang berpotensial biasa dinamakan screening test. Ada beberapa prosedur internasional yang digunakan untuk menguji pelumas gear. Prosedur L-20 digunakan di Amerika untuk melakukan screening dan penelitian terhadap unjuk kerja pelumas gear. Prosedur L-20 digunakan untuk menentukan kapasitas beban, keausan dan karakteristik dari aditif extreme pressure. Setiap pengujian memiliki setting lama waktu, beban, kecepatan (rpm) dan temperatur tertentu. Uji gear dengan L-20 dilakukan pada kecepatan (rpm) rendah tetapi dengan torsi yang tinggi. Selain L 20 ada prosedur uji (L-37) untuk menunjukkan unjuk kerja pelumas gear jika diset untuk kecepatan tinggi, tenaga rendah kemudian diikuti kecepatan rendah dan dengan dengan tenaga yang tinggi. 3.1 Spesifikasi Pelumas Sawit dan Mineral 3. Bahan dan Metode Pengujian 3

4 Tabel 1 merupakan spesifikasi pelumas food grade sawit yang telah diformulasikan sehingga memiliki spesifikasi pelumas komersial gear dengan kekentalan SAE 20. Kedua pelumas tersebut diuji dalam waktu bersamaan, pada beban dan kecepatan yang sama. Pelumas food grade sawit dan pelumas mineral yang diuji tidak mengandung aditif extreme pressure. Pengujian juga dilakukan pada pelumas food grade sawit dan pelumas mineral komersial SAE 90-EP (mengandung aditif extreme pressure) dan SAE 20 (tanpa aditif) secara bersamaan dengan beban dan kecepatan yang sama. Tabel 2. Spesifikasi pelumas sawit, food grade dan mineral No. Keterangan Sawit SAE 20 Food grade SAE 20 Mineral SAE 90-EP 1 Viskositas pada 40 o C, cst ,21 2 Viskositas pada 100 o C, cst 9,0 7,0 17,02 3 Indeks viskositas Flash point, o C Pour point, o C Densitas, g/ml 0,91 0,95 0, Metode Uji Pada penelitian ini, pelumas sawit food grade diujicobakan pada komponen mesin gearing dan pinion yang banyak digunakan pada industri pengolahan pangan. Gearing dan pinion system umumnya banyak digunakan pada pengadukan dan mesin untuk pemindahan produk. Aplikasi pada gear merupakan kondisi yang sangat ekstrem karena akan terjadi kontak langsung antara dua permukaan logam yang bergesekan (boundary lubrication). Gearing dan pinion akan diberi beban 1,5 kg dan 5 kg. Dengan pengujian pada kondisi tersebut akan diperoleh evaluasi kinerja pelumas pada keadaan ekstrem dan besar parameter operasional yang direkomendasikan (beban dan putaran gear). Kondisi pelumas selama pengujian dimonitor, sampling pelumas dilakukan pada setelah 10 jam, 20 jam dan 30 jam. Parameter pelumas yang dimonitor adalah viskositas, keausan logam, kandungan asam, kandungan air dan struktur kimia menggunakan FTIR. Adapun pada akhir pengujian gear dan bearing dibongkar dan diperiksa kondisi permukaannya baik dnegna pengukuran dimensi maupun dengan metode XRD (X-Ray Diffraction) 4. Hasil dan Pembahasan Uji coba telah dilakukan pada mesin bangku gear-pinion seperti pada gambar 1. Uji coba pelumas food grade dilakukan secara bersamaan dengan pelumas gear komersial. Pelumas sawit food grade yang diuji mempunyai kekentalan SAE-20 sedangkan pelumas komersial mempunyai kekentalan SAE 90-EP dan SAE-20 berjenis mineral. Penggunaan pelumas mineral sebagai pembanding karena belum adanya pelumas food grade di pasar Indonesia dengan kekentalan SAE 20. Ada dua beban yang digunakan, yaitu beban berat (5 kg) dan beban ringan (1,5 kg). Tabel 3 dan 4 memperlihatkan kondisi pelumas dan keausan logam setelah mengalami beban sebesar 5 kg dan 1,5 kg pada bangku uji gear-pinion. Setelah mengalami uji selama 10 jam, 20 jam dan 30 jam kekentalan/viskositas pelumas food grade relatif konstan seperti halnya pada pelumas mineral komersial. Hal ini mengindikasikan bahwa pelumas food grade mempunyai stabilitas tinggi terhadap suhu dan beban yang tinggi. Meskipun demikian rendahnya viskositas pelumas food grade (2 hingga 3 kali lebih rendah dari pelumas mineral SAE 90) dapat menyebabkan lapisan pelumas yang terjadi menjadi lebih tipis sehingga tidak terlalu stabil dan dapat menyebabkan kontak langsung antara logam yang saling bergesekan. Hal ini menyebabkan keausan logam (terutama logam besi, Fe) pada pelumas food grade lebih tinggi jika dibandingkan pelumas mineral. Tinggi keausan logam besi juga dapat disebabkan kandungan air pada pelumas sawit sebesar >2% (> ppm) yang telah melampaui batas yang ditentukan (lihat tabel 1). Kehadiran air pada pelumas menyebabkan lapisan pelumas antar permukaan logam tidak stabil dan menghasilkan panas (kenaikan suhu, viskositas turun) sehingga kontak langsung anatar logam bergesekan tidak terhindarakan. Keausan logam Fe yang tinggi pada pelumas sawit dapat disebabkan oleh adanya aditif extreme pressure. Pelumas mineral yang digunakan sebagai pembanding mengandung aditif extreme pressure yang berfungsi melindungi kontak langsung antar logam, mengurangi gesekan dan keausan. 4

5 Tabel 3. Kondisi pelumas dan keausan logam untuk pelumas food grade sawit SAE 20 dan mineral SAE 90-EP Kondisi pelumas pada beban 5 kg Parameter uji 10 jam 20 jam 30 jam Food Mineral Food Mineral Food Mineral Viskositas pd 40 o C, cst 50,64 177,49 50,30 171,96 50,74 167,24 Viskositas pd 100 o C, cst 8,26 16,64 8,71 17,11 8,96 16,39 Kandungan air, % vol 2,3 <0,1 2,1 <0,1 2,3 <0,1 TAN, mg KOH/g sampel 15,89 1,21 15,81 1,13 15,27 1,28 Keausan Logam Parameter uji Food Mineral Food Mineral Food Mineral Aluminium (Al), ppm < Chromium (Cr), ppm 7 <1 9 <1 14 <1 Copper (Cu), ppm <1 <1 1 <1 <1 <1 Iron (Fe), ppm Lead (Pb), ppm Silicon (Si), ppm Sodium (Na), ppm Kandungan air pada pelumas food grade diduga berasal dari proses pencucian yang belum sempurna. Hal ini karena selam pengujian (5, 10 dan 30 jam) kandungan air relatif konstan sehingga kemungkinan terjadinya adanya kondensasi selama pengujian kecil. Kandungan asam pada pelumas food grade juga masih lebih tinggi dibandingkan pelumas mineral dan hal ini akan meningkatkan kemungkinan terjadinya korosi pada permukaan logam. Tingginya bilangan asam (TAN, Total Acid Number) diduga berasal dari kandungan asam lemak bebas dalam bahan baku. Pengaruh beban (5 dan 1,5 kg) ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap pelumas mineral, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi beban lapisan pelumas semakin tipis sehingga kontak langsung antara permukaan logam lebih intensif (keausan logam Fe lebih tinggi). Hal ini ternyat tidak berlaku bagi pelumas sawit, artinya dengan viskositas yang 2-3 kali lebih rendah pelumas tidak cukup kuat menahan beban hingga 1,5 kg. Tidak adanya aditif extreme pressure dan tingginya kandungan air juga memperburuk keausan logam. Pada penelitian ini tidak digunakan material gear-pinion yang diperkeras seperti pada keadaan di lapangan. Hal ini bertujuan untuk melihat batas kemampuan pelumas sawit jika dibandingkan dengan pelumas mineral. Keausan logam bisa menurun drastis jika menggunakan gear dan pinion yang telah diperkeras. Untuk mengetahui sebrapa jauh pengaruh aditif extreme pressure dan viskositas, pengujian dilakukan lagi menggunakan pelumas mineral tanpa additif dengan keknetalan sama dengan pelumas sawit yaitu SAE 20. Tabel 5 memperlihatkan tingkat keausan kedua logam gear-pinion menggunakan kedua pelumas tersebut. 5

6 Tingkat keausan logam Fe pada pelumas mineral SAE 20 tanpa aditif ternyata cukup kecil dan relatif sama dengan keausan logam menggunakan pelumas SAE 90-EP. Hal ini mengindikasikan bahwa peran aditif pada pengujian ini belum terlihat demikian halnya dengan pengaruh viskositas. Kemungkinan kuat penyebab keausan adalah tingginya kandungan air dalam pelumas sawit atau perlu diteliti lebih lanjut adanya pengotoran pada pelumas sawit menginagt proses produksinya belum terkontrol dengan baik. Tabel 4. Kondisi pelumas dan keausan logam untuk pelumas food grade sawit SAE 20 dan mineral SAE 90-EP Kondisi pelumas pada beban 1,5 kg Parameter uji 10 jam 20 jam 30 jam Food Mineral Food Mineral Food Mineral Viskositas pd 40 o C, cst 99,96 177,17 66,64 176,36 49, Viskositas pd 100 o C, cst 9,70 17,30 9,42 16,27 10,85 17,12 Kandungan air, % vol 4,06 Td 4,63 td 4,83 Td TAN, mg KOH/g sampel 14,11 0,99 18,20 1,06 15,02 1,10 Keausan Logam Parameter uji Food Mineral Food Mineral Food Mineral Aluminium (Al), ppm 2 <1 4 <1 3 <1 Chromium (Cr), ppm 6 <1 11 <1 12 <1 Copper (Cu), ppm 1 <1 <1 <1 1 <1 Iron (Fe), ppm Lead (Pb), ppm Silicon (Si), ppm Sodium (Na), ppm Untuk memastikan kondisi permukaan logam akibat gesekan, maka gear-pinion yang digunakan untuk uji pelumas sawit dan mineral diperiksa dengan alat XRD. Hasil XRD menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam struktur ikatan logam pada penggunaan pelumas sawit maupun pelumas mineral baik pada beban 5 kg maupun 1,5 kg. Spektrum XRD juga menunjukkan bahwa setelah menggunakan pelumas sawit, struktur ikatan logam/fase logam masih bersifat martensit (seperti aslinya). Tidak adanya spektrum ikatan Fe 2 O 3 atau Fe 3 O 4 yang biasa terjadi pada permukaan logam akibat gesekan langsung mengindikasikan bahwa pelumas sawit mengandung antioksidan alami yang cukup melindungi permukaan logam dari oksidasi. 6

7 Spektrum XRD Pelumas Sawit Tidak ada spektrum Fe 2 O 3 dan Fe 3 O 4 Gambar 1 Spektrum XRD permukaan gear-pinion menggunakan pelumas sawit Tabel 5. Tingkat keausan logam untuk pelumas food grade sawit SAE 20 dan mineral SAE 20-NonEP Kandungan logam dalam pelumas pada beban 1,5 kg Parameter uji 10 jam 20 jam 30 jam Food Mineral Food Mineral Food Mineral Parameter uji Food Mineral Food Mineral Food Mineral Aluminium (Al), ppm Chromium (Cr), ppm 4 <1 5 <1 6 <1 Copper (Cu), ppm <1 1 <1 Iron (Fe), ppm Lead (Pb), ppm 2 <1 1 <1 <1 <1 Silicon (Si), ppm Sodium (Na), ppm 4 <1 4 <1 4 <1 5. Kesimpulan a. Secara umum dapat disimpulkan bahwa peluams sawit food grade mempunyai stabilitas viskositas yang tinggi. viskositas tidak berubah banyak dengan perubahan beban dan lama pengujian. b. Pelumas sawit food grade terbukti dapat melindungi permukaan logam yang bergesekan dari oksidasi, sama halnya dengan pelumas mineral komersial yang umumnya mengandung aditif antioksidan. c. Pelumas sawit food grade SAE 20 yang telah diuji belum dapat menyamai kemampuan pelumas mineral dengan kekentalan yang sama. Hal ini karena keausan logam Fe yang masih cukup tinggi. Kandungan air diduga menjadi salah satu penyebab keausan yang tinggi jika menggunakan pelumas sawit. Oleh karena itu forrmualsi pelumas sawit masih harus diperbaiki sebelum dilakukan uji lanjut. d. Tingginya kandungan air pada pelumas food grade mengindikasikan bahwa masih belum sempurnanya proses pencucian pada pembuatan pelumas. e. Metode uji yang digunakan cukup efektif untuk menyeleksi dan mengevaluasi formulasi suatu pelumas hanya dalam waktu maksimum 30 jam. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. R.M. Mortier, S.T. Orszulik (editor), (1997), Chemistry and Technology of Lubricants, hal & , Chapman & Hall, London 7

8 2. Panduan Pengawasan Produksi Pelumas, (2003), Direktorat Industri Hilir-Deperindag, Jakarta 3. Lloyd Leugner, (2004), How to Apply and Maintain Biodegradable Lubes, 4. Martin Williamson, (2004), Understanding Food-Grade Lubricants, 5. Foodgrade Anti-Wear Hydraulic, Bearing & Compressor, 6. Triharyati, Rizqon Fajar, (2004), Formulasi Pelumas Berbasis Minyak Sawit Untuk Industri Pangan, Laporan Akhir Rusnas 2004, hal

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN. INDONESIA Cilandak - Jakarta dengan menggunakan mesin Viscosity Kinematic Bath,

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN. INDONESIA Cilandak - Jakarta dengan menggunakan mesin Viscosity Kinematic Bath, BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN 4.1 Data Hasil Pengujian Data hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium PT. CORELAB INDONESIA Cilandak - Jakarta dengan menggunakan mesin Viscosity Kinematic

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN 4.1 Data Hasil Pengujian Data hasil pengujian pelumas bekas yang telah dilakukan di laboratorium PT. CORELAB INDONESIA Cilandak Jakarta dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

Pemakaian Pelumas. Rekomendasi penggunaan pelumas hingga kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga

Pemakaian Pelumas. Rekomendasi penggunaan pelumas hingga kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga Pemakaian Pelumas Rekomendasi penggunaan pelumas hingga 2.500 kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga 15 ribu kilometer. Pelumas : campuran base oil (bahan dasar pelumas) p ( p ) dan

Lebih terperinci

PERTAMINA ATF MINYAK TRANSMISI OTOMATIS

PERTAMINA ATF MINYAK TRANSMISI OTOMATIS PERTAMINA ATF MINYAK TRANSMISI OTOMATIS PERTAMINA ATF is a high quality transmission fluid for automatic transmission. PERTAMINA ATF has very high viscosity index which is made from oil base with high

Lebih terperinci

GANDAR 800 PELUMAS ASPOT GERBONG KERETA API

GANDAR 800 PELUMAS ASPOT GERBONG KERETA API GANDAR 800 PELUMAS ASPOT GERBONG KERETA API GANDAR is primarily designed for the lubrication of railway coach / lorry axles which are not requiring high performance lubricating oil. GANDAR 800 is also

Lebih terperinci

FORMULASI GEMUK LUMAS RAMAH LINGKUNGAN (BIODEGRADABLE GREASE) Ratu Ulfiati, M. Rizkia Malik, Pandu Asmoro Bangun

FORMULASI GEMUK LUMAS RAMAH LINGKUNGAN (BIODEGRADABLE GREASE) Ratu Ulfiati, M. Rizkia Malik, Pandu Asmoro Bangun FORMULASI GEMUK LUMAS RAMAH LINGKUNGAN (BIODEGRADABLE GREASE) Ratu Ulfiati, M. Rizkia Malik, Pandu Asmoro Bangun Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "Lemigas" ratuulfi@lemigas.esdm.go.id

Lebih terperinci

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE 1* Sukmawati, 2 Tri Hadi Jatmiko 12 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, pelumas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mesin. Pelumas dibutuhkan mesin untuk melindungi komponen-komponen mesin dari keausan. Prinsip dasar

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA PELUMAS MOTOR SKUTIK MINERAL DAN SINTETIK PADA UJI JALAN SAMPAI 6000 KM

PERBANDINGAN KINERJA PELUMAS MOTOR SKUTIK MINERAL DAN SINTETIK PADA UJI JALAN SAMPAI 6000 KM PERBANDINGAN KINERJA PELUMAS MOTOR SKUTIK MINERAL DAN SINTETIK PADA UJI JALAN SAMPAI 6000 KM Rini Siskayanti Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah

Lebih terperinci

PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN

PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN ABSTRAK Meri Suhartini dan Rahmawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan otomatis. Maka dari itu minyak pelumas yang di gunakan pun berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. dan otomatis. Maka dari itu minyak pelumas yang di gunakan pun berbeda. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem transmisi pada kendaraan di bedakan dalam transmisi manual dan otomatis. Maka dari itu minyak pelumas yang di gunakan pun berbeda. Oli untuk motor matic dikenal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu produk utama pertanian Indonesia. Usaha agribisnis di bidang ini (terutama minyak sawit) telah memberikan kontribusi bagi perekonomian negara,

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPATIBILITAS CAMPURAN PELUMAS INDUSTRI (MESIN DAN HIDROLIK) DARI BAHAN DASAR MINERAL DAN SINTETIK.

ANALISIS KOMPATIBILITAS CAMPURAN PELUMAS INDUSTRI (MESIN DAN HIDROLIK) DARI BAHAN DASAR MINERAL DAN SINTETIK. Analisis Kompatibilitas Campuran Pelumas Industri (Mesin dan Hidrolik) dari Bahan Dasar Mineral dan (Rini Siskayanti, Muhamad Engkos Kosim) ANALISIS KOMPATIBILITAS CAMPURAN PELUMAS INDUSTRI (MESIN DAN

Lebih terperinci

STRATEGI FORMULASI BIODIESEL JATROPHA UNTUK MEMENUHI SPESIFIKASI WWFC

STRATEGI FORMULASI BIODIESEL JATROPHA UNTUK MEMENUHI SPESIFIKASI WWFC STRATEGI FORMULASI BIODIESEL JATROPHA UNTUK MEMENUHI SPESIFIKASI WWFC 2009: Teknik Blending Dengan Biodiesel Sawit dan Rekayasa Kimia (Partial Hydrogenation) Rizqon Fajar, Siti Yubaidah, Muhammad Ma ruf

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Akurasi Pengujian Oli Metode Cepat Dengan Laboratorium Oli. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

TUGAS AKHIR. Akurasi Pengujian Oli Metode Cepat Dengan Laboratorium Oli. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat TUGAS AKHIR Akurasi Pengujian Oli Metode Cepat Dengan Laboratorium Oli Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Abdurrazaq Noufal Medina

Lebih terperinci

Spesifikasi Mutu B-20 di Indonesia dan Perbandingannya dengan Spesifikasi Biodiesel, Minyak Solar dan Standard International

Spesifikasi Mutu B-20 di Indonesia dan Perbandingannya dengan Spesifikasi Biodiesel, Minyak Solar dan Standard International Seminar Kajian Teknis dan Uji Pemanfaatan Biodiesel B-20 pada Kendaraan Bermotor dan Alat Berat Jakarta, 17 Februari 2015 Spesifikasi Mutu B-20 di Indonesia dan Perbandingannya dengan Spesifikasi Biodiesel,

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING 737-500 PK-GGF Eko Yuli Widianto 1, Herry Hartopo 2 Program Studi Motor Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PELUMASAN SILINDER UNTUK MENGETAHUI OSF (OIL STRESS FACTOR) PADA MOTOR DIESEL 2-STROKE

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PELUMASAN SILINDER UNTUK MENGETAHUI OSF (OIL STRESS FACTOR) PADA MOTOR DIESEL 2-STROKE STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PELUMASAN SILINDER UNTUK MENGETAHUI OSF (OIL STRESS FACTOR) PADA MOTOR DIESEL 2-STROKE JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

Optimasi Sabun Logam Campuran (Li-Ca) Pada Pembuatan Pelumas Padat (Grease) Dari Palm Fatty Acid Destillate (PFAD)

Optimasi Sabun Logam Campuran (Li-Ca) Pada Pembuatan Pelumas Padat (Grease) Dari Palm Fatty Acid Destillate (PFAD) TPP 02 Optimasi Sabun Logam Campuran (Li-Ca) Pada Pembuatan Pelumas Padat (Grease) Dari Palm Fatty Acid Destillate (PFAD) Sukmawati Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

MASRI RG PELUMAS RODA GIGI INDUSTRI

MASRI RG PELUMAS RODA GIGI INDUSTRI MASRI RG PELUMAS RODA GIGI INDUSTRI MASRI RG is a high quality lead free Extreme Pressure gear oil. MASRI RG meets the specification of AGMA 900-EO, AIST, David Brown S..0, and DIN part. SUPERIORITIES

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH :

LAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH : LAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH : Pandu Hary Muckti 0931010043 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Perbandingan Tegangan Tembus Isolasi Minyak Transformator Diala B Dan Mesran Super Sae 40 W Menggunakan Hypot Model 04521aa

Perbandingan Tegangan Tembus Isolasi Minyak Transformator Diala B Dan Mesran Super Sae 40 W Menggunakan Hypot Model 04521aa Perbandingan Tegangan Tembus Isolasi Minyak Transformator Dan Mesran Super Sae 40 W Menggunakan Hypot Model 04521aa Agus Darwanto 1) dan Agus Prayitno 2) 1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Elektro STTR Cepu

Lebih terperinci

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A111 Menggunakan Mata Bor HSS Arinal Hamni, Anjar Tri Gunadi, Gusri Akhyar Ibrahim Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN 46 BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN 4.1 Data Hasil Pengujian Sampel pelumas mesin Hino model RK8JSKA-MHJ milik PT Primajasa Perdana Raya Utama di uji di Laboratorium milik PT Corelab Indonesia.

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS PELUMASAN MESIN

PENENTUAN KUALITAS PELUMASAN MESIN PENENTUAN KUALITAS PELUMASAN MESIN Rizqon Fajar dan Siti Yubaidah Balai Termodinamika Motor dan Sistem Propulsi BPPT Email: rizqon_fajar@yahoo.com ABSTRACT : The monitoring on commercial engine lubricants

Lebih terperinci

BAB IV KOROSIFITAS PADA ENGINE AKIBAT PROSES PEMBAKARAN TERHADAP MINYAK PELUMAS

BAB IV KOROSIFITAS PADA ENGINE AKIBAT PROSES PEMBAKARAN TERHADAP MINYAK PELUMAS BAB IV KOROSIFITAS PADA ENGINE AKIBAT PROSES PEMBAKARAN TERHADAP MINYAK PELUMAS Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kekorosifan pada minyak pelumas yang diakibatkan oleh peristiwa pembakaran. Kekorosifan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF NABATI SOLAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN KETAHANAN MESIN DIESEL GENERATOR SET TF55R

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF NABATI SOLAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN KETAHANAN MESIN DIESEL GENERATOR SET TF55R PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF NABATI SOLAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN KETAHANAN MESIN DIESEL GENERATOR SET TF55R Wilviari Vekky V.R dan Bambang Sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Jl. Arief

Lebih terperinci

Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin

Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin A. Fungsi dan Unjuk Kerja Oli Mesin Oli mesin mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Pelumasan: mengurangi gesekan mesin 2. Perapatan: memastikan bahwa ruang pembakaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ancaman terhadap kerusakan lingkungan telah menjadi isu yang sangat berkembang di zaman globalisasi saat sekarang ini, sehingga menyadarkan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI ) LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI 01-3555-1998) Cawan aluminium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, kemudian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN JENIS MINYAK LUMAS DASAR (BASE OIL) TERHADAP MUTU PELUMAS MESIN

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN JENIS MINYAK LUMAS DASAR (BASE OIL) TERHADAP MUTU PELUMAS MESIN ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN JENIS MINYAK LUMAS DASAR (BASE OIL) TERHADAP MUTU PELUMAS MESIN Rini Siskayanti 1* dan Muhammad Engkos Kosim 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadyah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi utama pelumas (oli) adalah mencegah terjadinya friksi dan keausan (wear) antara dua bidang atau permukaan yang bersinggungan, memperpanjang usia pakai mesin, dan fungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dikembangkan sensor infra red untuk mendeteksi sisa umur pelumas. Beberapa sumber sinar sensor yang digunakan adalah lampu LED near infra red komersial,

Lebih terperinci

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant ) LUBRICATING SYSTEM Adalah sistim pada engine diesel yang dapat merawat kerja diesel engine agar dapat berumur panjang, dengan memberikan pelumasan pada bagian-bagian engine yang saling bergerak/mengalami

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Gesekan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Gesekan 5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Gesekan Ketika dua benda saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, apabila diamati pergerakannya seperti dilawan oleh suatu gaya. Fenomena ini adalah gesekan (friction); sedangkan

Lebih terperinci

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Rita Arbianti *), Tania S. Utami, Heri Hermansyah, Ira S., dan Eki LR. Departemen Teknik Kimia,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT. Solvent)

TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT. Solvent) TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT (Vacuum Distillation Methode in Producing Lime Oil Using Water as the Solvent) Diajukan sebagai

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN OLI BERBAHAN DASAR PETROLEUM DENGAN OLI BERBAHAN DASAR NABATI DALAM MENGURANGI TINGKAT KEAUSAN

ANALISA PERBANDINGAN OLI BERBAHAN DASAR PETROLEUM DENGAN OLI BERBAHAN DASAR NABATI DALAM MENGURANGI TINGKAT KEAUSAN ANALISA PERBANDINGAN OLI BERBAHAN DASAR PETROLEUM DENGAN OLI BERBAHAN DASAR NABATI DALAM MENGURANGI TINGKAT KEAUSAN Fauzul Ismi 1, A.Jannifar 2, Nurlaili 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

Created by Training Department Edition : April 2007

Created by Training Department Edition : April 2007 M-STEP I Created by Training Department Edition : April 2007 Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta. 1 M-STEP I 2 5-1 Fungsi Oil dan Grease Fungsi oli dan grease yang dipakai pada automobile

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET Dwi Ardiana Setyawardhani*), Sperisa Distantina, Hayyu Henfiana, Anita Saktika Dewi Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

KINERJA MESIN BENSIN BERDASARKAN PERBANDINGAN PELUMAS MENERAL DAN SINTETIS

KINERJA MESIN BENSIN BERDASARKAN PERBANDINGAN PELUMAS MENERAL DAN SINTETIS Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Perbandingan Pelumas Mineral dan Sintetis, Mawardi Silaban KINERJA MESIN BENSIN BERDASARKAN PERBANDINGAN PELUMAS MENERAL DAN SINTETIS Mawardi Silaban Balai Besar Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KARAKTERISTIK PELUMAS CALTEX REGAL R&O ISO 32 DAN PERTAMINA TURBOLUBE ISO 32 PADA POMPA INJEKSI AIR SULZER BINGHAM PUMP DI PT CPI MINAS Japri Lukman Prodi Mesin Otomotif Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Rekayasa Proses Produksi Biodiesel

Rekayasa Proses Produksi Biodiesel Institut Pertanian Bogor (IPB) Rekayasa Proses Produksi Biodiesel Berbasis Jarak (Jatropha curcas) Melalui Transesterifikasi In Situ Dr.Ir. Ika Amalia Kartika, MT Dr.Ir. Sri Yuliani, MT Dr.Ir. Danu Ariono

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA KAJI BANDING DATA PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA KAJI BANDING DATA PENGUJIAN 58 BAB IV HASIL DAN ANALISA KAJI BANDING DATA PENGUJIAN 4.1 Data Hasil Pengujian Sample pelumas Nissan Forklift engine QD32 milik PT. Kianis Pratama di uji di Laboratorium milik PT. Petrolab Indonesia.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka peluang bagi pihak lain diluar Pertamina untuk mendistribusikan

BAB I PENDAHULUAN. membuka peluang bagi pihak lain diluar Pertamina untuk mendistribusikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri Pelumas berkembang dengan pesatnya, terutama setelah pemerintah membuka peluang bagi pihak lain diluar Pertamina untuk mendistribusikan produknya di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem perawatan elemen mesin telah dikenal luas teknik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem perawatan elemen mesin telah dikenal luas teknik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem perawatan elemen mesin telah dikenal luas teknik pelumasan, yang berperan penting dalam mengendalikan gesekan dan keausan. Pada mesin-mesin yang yang mempunyai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP PELUMAS MESIN PADA MESIN DIESEL ISUZU PANTHER 2300 CC TIPE C-223

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP PELUMAS MESIN PADA MESIN DIESEL ISUZU PANTHER 2300 CC TIPE C-223 PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP PELUMAS MESIN PADA MESIN DIESEL ISUZU PANTHER 2300 CC TIPE C-223 Diajukan Untuk Mencapai Gelar Strata Satu (S1) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI KUALITAS MINYAK PELUMAS DENGAN METODE GESESKAN

TUGAS SARJANA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI KUALITAS MINYAK PELUMAS DENGAN METODE GESESKAN TUGAS SARJANA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI KUALITAS MINYAK PELUMAS DENGAN METODE GESESKAN Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S-1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR

ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR KELOMPOK 6: 1. YUNO PRIANDOKO 4210100060 2. ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR 4211100018 3. AYUDHIA PANGESTU GUSTI 4211100089 4. RAHMAD BAYU OKTAVIAN 4211100068 1 TEORI, FUNGSI, KARAKTERISTIK, TIPE, DAN KOMPONEN

Lebih terperinci

PABRIK BASE OIL DARI MINYAK DEDAK PADI (RICE BRAN OIL) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI

PABRIK BASE OIL DARI MINYAK DEDAK PADI (RICE BRAN OIL) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI Seminar Tugas Akhir PABRIK BASE OIL DARI MINYAK DEDAK PADI (RICE BRAN OIL) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI OLEH : ENDAH DAHYANINGSIH 2308030038 VINA RATNA SARI DEWI 2308030046 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika ISSN 1907-0500 Desi Heltina, Yusnimar, Marjuki, Ardian Kurniawan Jurusan Teknik, Fakultas Teknik, Universitas Riau Pekanbaru 28293 Abstrak Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIASI VISKOSITAS PELUMAS TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA SIMULATOR ALAT UJI PELUMAS BANTALAN

ANALISIS PENGARUH VARIASI VISKOSITAS PELUMAS TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA SIMULATOR ALAT UJI PELUMAS BANTALAN ANALISIS PENGARUH VARIASI VISKOSITAS PELUMAS TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA SIMULATOR ALAT UJI PELUMAS BANTALAN Komarudin Razul Harfi Abstract Offering lubricants aims to reduce friction and wear between

Lebih terperinci

Kata kunci : DLC, plasma carburizing, roller rantai.

Kata kunci : DLC, plasma carburizing, roller rantai. PENGERASAN PERMUKAAN ROLLER RANTAI DENGAN METODE PLASMA CARBURIZING DARI CAMPURAN GAS He DAN CH 4 PADA TEKANAN 1,6 mbar Dwi Priyantoro 1, Tjipto Sujitno 2, Bangun Pribadi 1, Zuhdi Arif Ainun Najib 1 1)

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Aditif Proses Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas terhadap Sifat-sifat Fisis

Pengaruh Penambahan Aditif Proses Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas terhadap Sifat-sifat Fisis Pengaruh Penambahan Aditif Proses Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas terhadap Sifat-sifat Fisis Siswanti Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGARUH PELUMASAN TERHADAP KEAUSAN ALUMINIUM MENGGUNAKAN MESIN TWO DISK TRIBOMETER PADA 1000 RPM

PENGARUH PELUMASAN TERHADAP KEAUSAN ALUMINIUM MENGGUNAKAN MESIN TWO DISK TRIBOMETER PADA 1000 RPM PENGARUH PELUMASAN TERHADAP KEAUSAN ALUMINIUM MENGGUNAKAN MESIN TWO DISK TRIBOMETER PADA 1000 RPM Ahmad Rif an Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Email: ahmadrifan95@gmail.com

Lebih terperinci

Predictive Maintenance

Predictive Maintenance Predictive Maintenance Metode Perawatan Mesin Breakdown Maintenance Preventive Maintenance Proactive Maintenance Predictive Maintenance Predictive Maintenance Predictive maintenance, disebut juga dengan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS. Daniel Parenden Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Musamus

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS. Daniel Parenden Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Musamus PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS Daniel Parenden dparenden@yahoo.com Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Musamus ABSTRAK Pelumas merupakan sarana pokok dari mesin untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi berkembang sangat cepat pada zaman sekarang ini, termasuk teknologi dalam dunia otomotif atau peralatan permesinan. Minyak pelumas merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR Galih Prasiwanto 1), Yudi Armansyah 2) 1. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: Ir. Arino Anzip, MEng.Sc

Dosen Pembimbing: Ir. Arino Anzip, MEng.Sc Dosen Pembimbing: Ir. Arino Anzip, MEng.Sc WIWIED ROSADHI 2107 030 087 Analisa pelumas bekas adalah salah satu metode dari program perawatan prediktif yang dilakukan untuk mengetahui kondisi pelumas meliputi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MINYAK LUMAS BIOBASED: FORMULASI DENGAN ASHLESS ANTIWEAR AGENT

PENGEMBANGAN MINYAK LUMAS BIOBASED: FORMULASI DENGAN ASHLESS ANTIWEAR AGENT PENGEMBANGAN MINYAK LUMAS BIOBASED: FORMULASI DENGAN ASHLESS ANTIWEAR AGENT Dicky Dermawan 1, Dyah Setyo Pertiwi, Ahmad Siddik, Sayd Rachadiyan Pahlevi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL ROAD TEST 40 ribu Km KENDARAAN BERBAHAN BAKAR B0 & B20. Jakarta, 17 Februari 2015 Oleh: Rizqon Fajar

EVALUASI HASIL ROAD TEST 40 ribu Km KENDARAAN BERBAHAN BAKAR B0 & B20. Jakarta, 17 Februari 2015 Oleh: Rizqon Fajar EVALUASI HASIL ROAD TEST 40 ribu Km KENDARAAN BERBAHAN BAKAR B0 & B20 Jakarta, 17 Februari 2015 Oleh: Rizqon Fajar 1 OUTLINES UJI POWER UJI EMISI UJI KONSUMSI BAHAN BAKAR UJI PELUMAS RATING KOMPONEN Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak bebas dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada sampel CPO {Crude Palm Oil) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium pelumas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB LEMIGAS ) yang berlokasi di Jalan

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA PROSES. Analisis Pengaruh Bahan Dasar terhadap Indeks Viskositas Pelumas Berbagai Kekentalan

JURNAL REKAYASA PROSES. Analisis Pengaruh Bahan Dasar terhadap Indeks Viskositas Pelumas Berbagai Kekentalan 94 JURNAL REKAYASA PROSES Volume 11 No.2, 2017, hal. 94-100 Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros Analisis Pengaruh Bahan Dasar terhadap Indeks Viskositas Pelumas Berbagai Kekentalan Rini

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S-1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

TUGAS SARJANA. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S-1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro TUGAS SARJANA Pengujian Alat Penghemat Bahan Bakar Pada Mesin Diesel Dengan Bahan Bakar Campuran Solar dan Minyak Jarak Ditinjau dari Aspek Metal Content dan Viskositas Minyak Pelumas Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SPENT BLEACHING EARTH PADA MINYAK NYAMPLUNG UNTUK GEMUK LUMAS

PENGARUH PENAMBAHAN SPENT BLEACHING EARTH PADA MINYAK NYAMPLUNG UNTUK GEMUK LUMAS Pengaruh Penambahan Spent Bleaching Eart H pada Minyak Nyamplung untuk Gemuk Lumas (Yeti Widyawati, Dziki Ufidian) PENGARUH PENAMBAHAN SPENT BLEACHING EARTH PADA MINYAK NYAMPLUNG UNTUK GEMUK LUMAS Yeti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Pada penelitian ini penulis meneliti tentang pengaruh komposisi terhadap sifat campuran minyak jarak dan minyak nyamplung pada suhu 160 C. Campuraan minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses produksi pembuatan suatu produk manufaktur yang ada didunia hampir seluruhnya memerlukan proses pemesinan. Contoh produk yang memerlukan proses pemesinan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan bahan bakar bagi penduduk di seluruh dunia semakin meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil semakin menipis. Oleh karena itu banyak negara

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun oleh : LINTANG ZETA FADILA

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun oleh : LINTANG ZETA FADILA i LAPORAN TUGAS AKHIR Pengaruh Tekanan Press dan Temperatur Pemanasan Awal terhadap Perolehan Minyak Biji Kenari (Canarium indicum) dengan Metode Pengepresan Hydrolik (Hydraulic Pressing) (Effect of Pressure

Lebih terperinci

ANALISA KEAUSAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN MESIN TWO DISK TRIBOMETER

ANALISA KEAUSAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN MESIN TWO DISK TRIBOMETER SKRIPSI ANALISA KEAUSAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN MESIN TWO DISK TRIBOMETER AHMAD RIF AN NIM. 201254095 DOSEN PEMBIMBING Taufiq Hidayat, ST, MT Rochmad Winarso, ST, MT PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil pengujian Pengaruh Perubahan Temperatur terhadap Viskositas Oli

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil pengujian Pengaruh Perubahan Temperatur terhadap Viskositas Oli Viskositas (mpa.s) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengujian 4.1.1 Pengaruh Perubahan Temperatur terhadap Viskositas Oli Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui viskositas sampel oli, dan 3100 perubahan

Lebih terperinci

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST Ikwansyah Isranuri (1),Jamil (2),Suprianto (3) (1),(2),(3) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU Jl. Almamater,

Lebih terperinci

FORMULASI FOOD GRADE GREASE BERBAHAN DASAR MINYAK SAWIT (RBDPO) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN MINYAK JARAK, BAHAN PENGENTAL, DAN KONSENTRASI Zn STEARAT

FORMULASI FOOD GRADE GREASE BERBAHAN DASAR MINYAK SAWIT (RBDPO) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN MINYAK JARAK, BAHAN PENGENTAL, DAN KONSENTRASI Zn STEARAT ISSN: 11-9 Agrin Vol. 19, No., Oktober 15 FORMULASI FOOD GRADE GREASE BERBAHAN DASAR MINYAK SAWIT (RBDPO) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN MINYAK JARAK, BAHAN PENGENTAL, DAN KONSENTRASI Zn STEARAT Food Grade

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF PADA OLI SCOOTER MATIC TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR DALAM PEMANASAN MESIN

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF PADA OLI SCOOTER MATIC TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR DALAM PEMANASAN MESIN PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF PADA OLI SCOOTER MATIC TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR DALAM PEMANASAN MESIN Sigit Prasetya 1) Priyagung Hartono 2) Artono Rahardjo 3) Program Sarjana Teknik Strata Satu Teknik

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN MINYAK KEDELAI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN LILIN AROMA TERAPI MENGGUNAKAN PRESS BERULIR DENGAN OPTIMALISASI SUHU

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN MINYAK KEDELAI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN LILIN AROMA TERAPI MENGGUNAKAN PRESS BERULIR DENGAN OPTIMALISASI SUHU LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN MINYAK KEDELAI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN LILIN AROMA TERAPI MENGGUNAKAN PRESS BERULIR DENGAN OPTIMALISASI SUHU (THE USE OF SOYBEAN OIL AS RAW MATERIAL FOR MAKING AROMATHERAPY

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN ZAT ADITIF PADA MINYAK PELUMAS MULTIGRADE TERHADAP KEKENTALAN DAN DISTRIBUSI TEKANAN BANTALAN LUNCUR

EFEK PENAMBAHAN ZAT ADITIF PADA MINYAK PELUMAS MULTIGRADE TERHADAP KEKENTALAN DAN DISTRIBUSI TEKANAN BANTALAN LUNCUR EFEK PENAMBAHAN ZAT ADITIF PADA MINYAK PELUMAS MULTIGRADE TERHADAP KEKENTALAN DAN DISTRIBUSI TEKANAN BANTALAN LUNCUR Tekad Sitepu, Himsar Ambarita, Tulus B. Sitorus, Danner Silaen Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I Ujicoba peralatan penyulingan minyak sereh wangi sistem uap pada IKM bertujuan untuk memanfaatkan potensi sereh wangi;menyebarluaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Data awal: Spesifikasi awal Studi pustaka Persiapan benda uji: Pengelompokkan benda uji Proses Pengujian: Pengujian keausan pada proses

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS

ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS Darmanto 1, Wahid Nasruddin 2 dan Imam Syafa at 3 1,3 Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI Yusuf Syetiawan, Sugianto, Riad Syech Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepeda motor merupakan alat transportasi roda dua yang efisien, efektif dan ekonomis serta terjangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Saat ini sepeda motor

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAWATAN PADA PERALATAN INDUSTRI

SISTEM INFORMASI PERAWATAN PADA PERALATAN INDUSTRI SISTEM INFORMASI PERAWATAN PADA PERALATAN INDUSTRI TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Tahap Sarjana di Departemen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung Oleh: Anatas Binsar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu penyiapan aditif dan analisa sifat-sifat fisik biodiesel tanpa dan dengan penambahan aditif. IV.1 Penyiapan

Lebih terperinci

PRODUCT WATER TREATMENT CHEMICALS COOLING TOWER TREATMENT. Mechatronic Pratama Prima,cv Water Treatment Consultan and Chemical Suppliers

PRODUCT WATER TREATMENT CHEMICALS COOLING TOWER TREATMENT. Mechatronic Pratama Prima,cv Water Treatment Consultan and Chemical Suppliers COOLING TOWER TREATMENT ZG-210 ZG - 210 merupakan larutan bahan kimia hasil blending dari Homo Polymer Polymaleic Acid dengan senyawa organic Azole dan Dispersant yang sangat baik untuk mengontrol kerak

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik Tool Steel (Baja Perkakas) 2 W Pengerasan dengan air (Water hardening) Pengerjaan Dingin (Cold Work) O Pengerasan dengan oli (Oil hardening) A Pengerasan dengan

Lebih terperinci