BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
|
|
- Yulia Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium pelumas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB LEMIGAS ) yang berlokasi di Jalan Ciledug Raya Kav.109, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.Waktu percobaan dilakukan pada tanggal 7 Maret hingga 20 Mei Alat dan Bahan Alat 1. Hot Plate Berfungsi untuk memanaskan sampel. 2. Magnetik Stirrer Berfungsi untuk mengaduk sampel. 3. Timbangan Digital Berfungsi untuk menimbang bahan yang akan digunakan. 4. Beakerglass Berfungsi sebagai wadah sampel pada saat proses blending. 5. Fume Hood Berfungsi sebagai tempat pada saat proses blending 1 sampel M-0,1 yang berfungsi sebagai penyedot gas H 2 O yang menguap. 6. Pipet Tetes Berfungsi untuk memindahkan sejumlah base oil dan aquades dalam sekala milliliter. 7. Spatula Berfungsi sebagai alat pemindah bahan MoS 2 dan surfaktan SDS kedalam beakerglass. 8. Botol Sampel Berfungsi sebagai tempat sampel jadi yang telah diblending.
2 9. Tissu/Majun Bahan Berfungsi untuk melap peralatan yang kotor dan bahan yang tumpah. 1. HVI 60(base oil group I) Berfungsi sebagai minyak lumas dasar. 2. HVI 95 (base oil group I) Berfungsi sebagai minyak lumas dasar. 3. Yubase 8 (base oil group III) Berfungsi sebagai minyak lumas dasar. 4. LZ 7075 (aditif indeks viskositas improver) Berfungsi sebagai pemodifikasi viskositas yaitu pembesaran polimer sesuai dengan peningkatan temperature untuk mencegah pengenceran oli. 5. LZ 19010(aditif paket) Berfungsi sebagai aditif paket yaitu memiliki multifungsi. 6. Viscoplex PP(aditif penurun titik tuang) Berfungsi sebagai pour point depressant yaitu membungkus krista lilin sehingga mencegah pembekuan pelumas pada suhu rendah. 7. MoS 2 (aditif nano pemodifikasi gesekan) Berfungsi sebagai aditif friction modifier yaitu membentuk lapisan yang menempel dibidang yang dilumasi sehingga mengurangi gesekan. 8. SDS(surfaktan Sodium Dodecyl Sulfate) Berfungsi sebagai aditif polaritas yaitu membungkus partikel nano MoS 2 sehingga mencegah pengendapan Penandaan Sampel Uji Tabel 3.1 Penandaan sampel ujii No Kode Sampel Keterangan 1 Y8 Yubase 8 (base oil grup III tanpa campuran) 2 H60 HVI 60 (base oilgrup I tanpa campuran) 3 H95 HVI 95 (base oilgrup I tanpa campuran) 4 1H60 HVI ,1 % MoS 2 + 0,2 % SDS 5 1H95 HVI ,05 % MoS 2 + 0,05 % SDS
3 6 2H95 HVI ,01 % MoS 2 + 0,01 % SDS 7 3H95 HVI ,5 % MoS 2 + 0,5 % SDS 8 4H95 HVI ,05 % MoS 2 + 0,01 % SDS 9 5H95 HVI ,5 % MoS 2 + 0,01 % SDS 10 6H95 HVI ,1 % MoS 2 + 0,2 % SDS 11 1Yu8 Yubase 8 + 0,05 % MoS 2 + 0,05 % SDS 12 2Yu8 Yubase 8 + 0,01 % MoS 2 + 0,01 % SDS 13 3Yu8 Yubase 8 + 0,5 % MoS 2 + 0,5 % SDS 14 4Yu8 Yubase 8 + 0,05 % MoS 2 + 0,01 % SDS 15 5Yu8 Yubase 8 + 0,5 % MoS 2 + 0,01 % SDS 16 6Yu8 Yubase 8 + 0,1 % MoS 2 + 0,2 % SDS 17 Y8-0,1(6Yu8) Yubase 8 + 0,1 % MoS 2 + 0,2 % SDS 18 H60-0,1(1H60) HVI ,1 % MoS 2 + 0,2 % SDS 19 H95-0,1(6H95) HVI ,1 % MoS 2 + 0,2 % SDS 20 M Pelumas SAE 10W M-0,1 Pelumas SAE 10W-30+0,1% MoS 2 + 0,2 % SDS 3.4 Proses Formulasi Untuk mendapatkan campuran tertentu antara minyak lumas dasar dengan aditif, dilakukan proses formulasi. Formulasi mencakup spesifikasi sebagaimana dipersyaratkan dalam standar SAE dan API Service.Formula minyak lumas disusun dengan menggunakan kalkulasi teoritis.walaupun sudah banyak teori yang merumuskan persamaan perhitungannya, nilai yang dihasilkan masih berbeda dengan hasil analisis laboratorium.oleh karena itu, perhitungan secara matematis digunakan sebagai panduan dalam menentukan konsentrasi formula.karakteristik físika kimia minyak lumas sendiri ditentukan dengan analisis laboratorium. Tabel 3.2Formulasi pembuatan pelumas SAE 10W-30(Sampel M) No Komposisi Blending 1 Blending 2 %wt Berat(gr) %wt Berat(gr) 1 Base oil HVI ,4 142,8 2 Base oil HVI-95 21, Base oil Yu Aditif LZ Aditif LZ ,5 17 8, Aditif Viscoplex PP 0,1 0,2 0,1 0,2 Total Berat Pelumas Jadi:
4 Tabel 3.3 Formulasi pembuatan pelumas SAE 10W ,1% MoS 2 + 0,2% SDS(sampel M-0,1) No Komposisi Konsentr Blending 1 Blending 2 asi (%wt) %wt Berat(gr) %wt Berat(gr) 1 Base oil HVI-60 71, , ,929 2 Base oil HVI Base oil Yu-8 9, ,97 49,85 4 Aditif LZ7075 9, ,97 49,85 5 Aditif LZ , , , Aditif Viscoplex PP 0, ,0997 0, Aditif MoS 2 0,1 0,1 0, Surfaktan SDS 0,2 0, Total Blending I 10,3 51,5 10,3 51,5 Total Pelumas Jadi Pengujian Ada 2 jenis alat uji yang akan digunakan untuk karakterisasi sifat perlindungan keausan pelumas dalam penelitian ini, yaitu mesin uji four-ball, dan HFRR Uji Four-Ball Pengujian dilakukan di Laboratorium Pelumas, KP3 Teknologi Aplikasi Produk PPPTMBG Lemigas. Mesin uji four-ball dapat digunakan untuk pengujian sesuai dengan ketentuan ASTM D 4172 untuk karakteristik ketahanan terhadap keausan dari minyak lumas. Minyak lumas hasil formulasi, diuji karakteristik perlindungan keausannya menggunakan metode uji ASTM D 4172 Standard Test Method for Wear Preventive Characteristics of Lubricating Fluid (Four-Ball Method). Bola uji yang dipakai adalah baja paduan kromium,sesuai standar material AISI E-52100, diameter 12,7 mm (0,5 inci), grade 25 EP (Extra Polish). Kekerasan Rockwell C antara Hasil dari pengujian ini adalah ukuran goresan dari bola uji. Semakin besar goresan yang ditimbulkan, berarti perlindungan terhadap keausannya semakin kecil dan berlaku sebaliknya. Gambar mesin uji four-ball disajikan pada Gambar 3.1.
5 Gambar 3.1 Mesin Uji Four-Ball Merk Stanhope Seta (kiri) dan skematis (kanan) Uji HFRR Pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan Bakar Minyak dan Gas, KP3 Teknologi Aplikasi Produk PPPTMBG Lemigas. Mesin uji HFRR lebih tepat digunakan untuk pengujian lubrisitas minyak diesel yang digunakan pada kendaraan bermesin diesel. Uji HFRR dilakukan dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur koefisien friksi, diameter goresan benda uji dan sifat pelapisan film. Uji HFRR sesuai dengan ketentuan ASTM D Spesifikasi bola uji adalah terbuat dari baja AISI E Grade 24 per ANSI B3.12, diameter of 6,00 mm, memiliki tingkat kekerasan Rockwellhardness skala C (HRC) nomor menurut Metode Uji E 18, dan kekasaran permukaan kurang dari 0,05 μm Ra. Cakram uji berukuran 10 mm dari baja AISI E memiliki tingkat kekerasan Vickers hardness HV 30, sesuai spesifikasi E 92, nomor skala , dilapis dengan kekasaran permukaan kurang dari 0,02 μm Ra. Gambar mesin uji dan diagram skematis mesin uji HFRR disajikan pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Mesin uji (kiri) dan diagram skematis mesin uji HFRR (kanan)
6 3.5.3 Uji Viskositas kinematik C Uji CCS 3.6 Diagram Alir Diagram Alir pembuatan pelumas SAE 10W-30(Sampel M) Pengadaan Aditif: LZ 7075, LZ 19010, Viscoplex Persiapan bahan dan formulasi Pengadaan Base Oil: HVI 60, HVI 95, Yubase 8 Blending ±50 o C, ±330rpm, ±60menit Cold Cranking Simulator (Viskositas pada suhu rendah) untuk grade 10W Pengujian Viskositas kinematik pada suhu 100 o C untuk grade 30 Pengambilan Data Analisa Data. Memenuhi grade SAE 10W-30? Tidak Ya Four-Ball(sifat ketahanan terhadap keausan) Pengujian HFRR(koefisien friksi, diameter goresan benda uji, film) Pengambilan Data Selesai Gambar 3.3 Diagram Alir pembuatan pelumas SAE 10W-30(Sampel M)
7 3.6.2 Diagram Alir pembuatan Pelumas SAE 10W-30+0,1% MoS 2 + 0,2 % SDS (Sampel M-0,1) Pengadaan Aditif: LZ 7075, LZ 19010, Viscoplex, MoS 2, SDS Persiapan Alat, Bahan Pengadaan Base Oil: HVI 60 Yubase 8 Formulasi: HVI 60 + MoS 2 + SDS + aquades Blending 1 103±2 o C, ±330rpm, ±180menit di fume hood Formulasi: Blending 1 + HVI 60 + Yubase 8 + LZ LZ Viscoplex Blending 2 ±50 o C, ±330rpm, ±60menit Four Ball HFRR Korosi Bilah Tembaga Pengujian Pengambilan Data Selesai Gambar 3.4 Diagram Alir pembuatan Pelumas SAE 10W-30+0,1% MoS 2 + 0,2 % SDS (Sampel M-0,1)
8 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik perlindungan keausan dari uji four-ball Sebagai dasar analisa, pengujian dilakukan terhadap ketiga base oil tanpa aditif MoS 2.Untuk menentukan konsentrasi optimum aditif MoS 2 dan surfaktan SDS digunakan 2 jenis base oil yaitu HVI 95 dan Yubase 8.Nano aditif MoS 2 divariasikan dengan 6 konsentrasi yang berbeda.kemudian konsentrasi yang paling optimum, selanjutnya di uji coba menggunakan base oil HVI 60. Setelah dilakukan perhitungan, besar rata-rata diameter luka dari masing-masing base oildengan dan tanpa aditif MoS 2 disajikan pada Gambar 4.1 Scar Diameter (mm) 0,9 0,7 0,5 0,3 0,1-0,1 0,72 Hasil Uji Fourball Scar Diameter Penentuan Konsentrasi Optimum MoS2 dan SDS 0,46 0,73 0,48 0,520,58 0,6 0,68 0,480,47 0,36 0,43 0,35 0,490,51 0,34 Sampel Gambar 4.1 Diagram batang hasil uji four-ball scar diameter penentuan konsentrasi optimum MoS 2 dan SDS(warna hitam mewakili base oil HVI 60, warna biru mewakili base oil HVI 95, warna merah mewakili base oil Yubase8). Dari gambar diatas terlihat bahwa penambahan nano aditif MoS 2 ke dalam masing-masing base oil memberikan pengaruh yang baik yaitu dengan menurunkan diameter luka bola uji. Sampel 1H60 menunjukkan hasil yang terbaik menggunakan base oil HVI 60 dengan konsentrasi 0,1% berat MoS 2 + 0,2% berat SDS. Menggunakan base oil HVI 95 dan Yubase8, secara berurut pada sampel 6H95 dan 6Yu8 menunjukkan hasil terbaik dengan konsentrasi MoS 2 dan SDS
9 yang sama. Tetapi ada 2 sampel dengan base oil Yubase8 menghasilkan diameter luka bola uji yang lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan aditif MoS 2 yaitu pada sampel 4Yu8 dan 5Yu8.Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan aditif MoS 2 adalah temperature kerja, kondisi lingkungan terutama kelembaban, ukuran dan tingkat kemurnian. Jika konsentrasi aditif MoS2 terlalu tinggi, maka partikel nano cenderung teraglomerasi membentuk agregat dengan ukuran partikel lebih besar dan pengendapan secara kimia terjadi.karena kecilnya ukuran partikel nano aditif MoS 2, maka semakin mudah teroksidasi menjadi MoO 3 yang bersifat abrasive, terutama jika pada kondisi lingkungan dengan kelembaban tinggi dan temperature tinggi. Semakin tinggi tingkat oksidasi semakin banyak produk MoO 3 yang terbentuk yang akan meningkatkan kemungkinan keausan abrasive dan meningkatnya koefisien gesek dari pelumas. Ini terlihat dari sampel 5H95 dan 5Yu8 dengan penambahan konsentrasi nano aditif MoS 2 sebanyak 0,5%, terlihat indikasi adanya produk abrasive MoO 3 yang mengakibatkan diameter luka bola uji justru lebih besar jika dibandingkan base oil tanpa aditif MoS 2. Sedangkan jika konsentrasi terlalu kecil, jumlahnya tidak mencukupi untuk membentuk gesekan menggelinding tetapi gesekan menggelincir, sehingga gesekan yang ditimbulkan menjadi lebih besar. Dari Gambar 4.1 dapat disimpulkan karakteristik perlindungan keausan base oil grup III (Yubase8) lebih baik dari pada grup I (HVI 60 dan HVI 95). Hal ini disebabkan molekul penyusun base oil grup III lebih seragam dibandingkangrup I sehingga base oil grup III memiliki koefisien gesekan yang lebih rendah yang berpengaruh terhadap semakin baik perlindungan keausanya. Akan tetapi setelah ditambah nano aditif MoS2, sampel dengan base oil grup I memiliki rata-rata persen perbaikan yang lebih tinggi dibandingkan sampel dengan base oil grup III. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya base oil grup III sudah memiliki perlindungan keausan yang lebih baik sehingga ketika ditambahkan nano aditif MoS 2 hanya berpengaruh sedikit, berbeda dengan grup I yang sangat terbantu dengan penambahan aditif. Pada Gambar 4.2 terlihat peningkatan unjuk kerja terbaik sebesar 36 % pada sampel 1H60, sebesar 34 % pada sampel 1H95 dan 6H95 dan sebesar 27%
10 pada sampel 6Yu8. Hasil dari ketiga sampel diatas diperoleh dengan penambahan 0,1% aditif MoS 2 + 0,2% SDS. Sedangkan beberapa sampel memberikan pengaruh buruk yaitu pada sampel 4Yu8 dan 5Yu8 dengan penurunan unjuk kerja sehingga memberikan nilai persen perbaikan yang negatif. Dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 disimpulkan bahwa konsentrasi aditif MoS 2 optimum sebesar 0,1% dan 0,2% untuk surfaktan SDS. Gambar 4.2 Diagram batang perbaikan scar diameter penentuan konsentrasi optimum nano aditif MoS 2 dan surfaktan SDS(dalam satuan %) Membutuhkan 2 kali formulasi untuk menghasilkan pelumas SAE 10W- 30, karena hasil uji viskositas kinematik C hasil formulasi pertama tidak memenuhi standart SAE J300 Jan 2015(Tabel 2.2) untuk multigrade SAE 10W- 30. Percobaan dilanjutkan pengujian scar diameterdilakukan terhadap sampel M. Dari hasil pengujian, nilai scar diameter sampel M sebesar 0,31 mm(tabel 4.3). Hasil pengujian viskositas Cdan CCS dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pengujian viskositas 100 Cdan CCS Pelumas SAE 10W- 30(Sampel M) No Karakteristik Blending 1 Blending 2 1 Viskositas100 o C(cSt) 14,63 12,30 2 CCS (cp) Pada sampel M-0,1, membutuhkan 2 kali proses blending dalam formulasinya. Pada blendingi, terlihat bahwa base oil yang digunakan hanya HVI- 60, nano aditif MoS 2 dan surfaktan SDS. Pada Tabel 3.3(formulasi pembuatan
11 sampel M-0,1) tidak dicantumkan aquades yang digunakan sebagai pelarut SDS, karena aquades yang digunakan akan hilang setelah blending I selesai. Proses blending I menggunakan suhu dan waktu yang berbeda dengan blending II, karena tujuan utama blending I adalah menghilangkan aquades yang digunakan untuk melarutkan surfaktan SDS.Blending I menggunakan suhu 103±2 o C selama 180 menit dan putaran ±330 rpm yang dilakukan di fume hood sedangkan blending II dengan suhu dan waktu yang berbeda yaitu ±50 o C selama 60 menit. Untuk menjaga kualitas pelumas tidak turun saat proses blending I dengan o suhu 103±2 C, maka hanya sedikit base oil HVI 60 yang digunakan pada blending I karena konsentrasi HVI 60 merupakan yang terbanyak sekitar 71,2% berat total pelumas jadi. Maka dari itu total berat blendingan I hanya sekitar 10,3 % berat dari total berat pelumas jadi dengan penambahan HVI 60 sekitar 10% berat dari total konsentrasi pelumas jadi. Tadinya dihawatirkan kandungan aquades yang belum hilang akan menyebabkan reaksi kimia yang tidak diinginkan pada mesin, maka dilakukan pengujian korosi bilah tembaga metode uji ASTM D 130. Hasil pengujian menunjukan bahwa tidak terjadi korosi sama sekali pada bilah tembaga ini terlihat dari lempeng tembaga masuk klasifikasi 1a. Hasil ini menunjukan bahwa aquades yang terdapat pada pelumas jadi telah hilang dan tidak menyebabkan korosi. Pengujian dilanjutkan dengan menggunakan mesin uji four-ball scar diameter ASTM D 4172 yaitu beban 40 kgf, putaran mesin 1200 rpm selama 60 menit pengujian. Dari hasil pengujian, nilai scar diameter untuk sampel M-0,1 menghasilkan 0,26 mm. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil pengujian four-ballscar diameter, viscosity, CCS, dan korosi bilah tembaga pada sampel M dan M-0,1 No KARAKTERISTIK M M-0,1 1 Four-Ball Scar Diameter(mm) 0,31 0,26 2 Viscosity 100 o C(cSt) 12,30 12,47 CCS (cp) Korosi Bilah Tembaga 1a Terlihat bahwa perubahan nilai scar diameter dari sampel M-0,1 menunjukan hasil yang positif yaitu menurunkan nilai scar diameternya sekitar 16% (Gambar 4.4). Hasil ujiscar diameter dan % perubahan nilai scar diameter ditampilkan dalam bentuk diagram batangpada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
12 Scar Diameter (mm) 0,9 0,7 0,5 0,3 0,1-0,1 Hasil Uji Fourball Scar Diameter sampel 0,73 0,48 0,72 0,46 0,47 0,34 0,31 0,26 Sampel Gambar 4.3 Diagram batang hasil uji scar diameter Perubahan scar diameter (%) % Perubahan Scar Diameter Hasil Uji Four Ball Sampel Sampel Gambar 4.4 Diagram batang perubahan scar diameter (dalam satuan %) 4.2 Karakteristik Koefisien Gesek Dari Uji HFRR(High-Frequency Reciprocating Rig) Selain karakterisasi sifat perlindungan keausan, karakteristik gesekan diuji juga menggunakan metode HFRR.Pada uji HFRR, koefisien friksi berbanding lurus dengan wear scar dan berbanding terbalik dengan pelapisan film.berikut disajikan hasil uji HFRR pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, Gambar 4.7.
13 wear scar (µm) ,5 Sampel Gambar 4.5 Diagram batang hasil pengujian wear scar uji HFRR Dari Gambar 4.5 terlihat nilai wear scar masing-masing base oil dan pelumas setelah ditambah nano aditif MoS 2.Dengan penambahan nano aditif MoS 2 ke dalam pelumas memberikan hasil yang positif dengan menurunkan nilai wear scarnya ini terlihat dari sampel M(pelumas tanpa nano aditif MoS 2 ) dan sampel M-0,1(pelumas ditambah nano aditif MoS 2 ). koefisien friksi Hasil Uji wear scar HFRR Sampel Gambar 4.6 Diagram batang hasil pengujian koefisien friksi uji HFRR H60-0,1 H95-0,1 Y8-0,1 M M-0,1 Hasil Uji Koefisien Friksi HFRR H60-0,1 H95-0,1 Y8-0,1 M M-0,1 Sama hal nya uji HFRR, Gambar 4.6 juga menunjukan hasil yang positif dengan menurunkan nilai koefisien friksi pelumas SAE 10W-30 setelah ditambah nano aditif MoS 2 ini terlihat dari sampel M(pelumas tanpa nano aditif MoS 2 ) dan sampel M-0,1(pelumas ditambah nano aditif MoS 2 ).
14 film (%) Hasil Uji film HFRR H60-0,1 H95-0,1 Y8-0,1 M M-0,1 Sampel Gambar 4.7 Diagram batang hasil pengujian film uji HFRR Beda halnya dengan dengan uji pelapisan film HFRR, semakin kecil koefisien friksi maka semakin kecil juga nilai wear scarnya yang mengindikasikan semakin bagus pelumas melapisi logam dalam satuan persen (%). Untuk sampel H60-0,1 dan H95-0,1 nilai persen (%) pelapisan film sampel cukup kecil secara berurut 12% dan 8%(Gambar 4.7). Sedangkan sampel M dan sampel M-0,1 memberikan hasil yang terbaik dengan nilai pelapisan film 100%. Berikut hasil uji HFRR ditampilkan dalam bentuk Tabel(Tabel 4.3). Tabel 4.3. Hasil pengujian HFRR KARAKTERISTIK Y8-0,1 H60-0,1 H95-0,1 M M-0,1 HFRR Film(%) Wear scar (µm) 224,0 371,0 400,5 167,5 96,0 Coefficient Friction 0,125 0,177 0,175 0,124 0,122 Pelapisan film terlihat pada Gambar 4.8, dengan stabil berada pada bagian atas terdapat 2 sampel yang menunjukan grafik sedemikian yang menunjukan pelapisan film sebesar 100% yaitu terlihat pada sampel M dan M-0,1. Sedangkan untuk sampel Y8-0,1 membutuhkan waktu sekitar 40 menit agar terjadi pelapisan yang konstan 100%, tetapi besar pelapisan rata-rata dari awal hingga akhir pengujian sampel Y8-0,1 sebesar 85%(Tabel 4.3). Untuk sampel H60-0,1 dan H95-0,1 sifat pelapisan film pada pelumas masih tergolong kecil hal ini dilihat dari grafik warna hijau dan ungu yang berada dibagian bawah dan tidak stabil.
15 Gambar 4.8 Gabungan grafik pelapisan film uji HFRR Pada Gambar 4.9 terlihat di akhir pengujian sampel Y8-0,1 berada di bagian terbawah lebih rendah dari sampel M dan M-0,1. Hal ini menunjukan koefisien gesek sampel Y8-0,1 menurun walaupun di awal pengujian koefisien gesekanya lebih tinggi dibandingkan sampel M dan M-0,1. Untuk sampel M dan M-0,1 memiliki koefisien gesek cukup stabil dari awal pengujian hingga akhir. Sedangkan untuk sampel H60-0,1 dan H95-0,1 menunjukkan koefisien gesek yang tidak stabil dan paling besar dari ke tiga sampel lainya. Profil uji HFRR sampel H60-0,1(Lampiran 5), H95-0,1(Lampiran 6), Y8-0,1(Lampiran 7), M(Lampiran 8), M-0,1(Lampiran 9).
16 Gambar 4.9 Gabungan grafik koefisien gesekan uji HFRR
17 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data dan analisa percobaan karakterisasi sifat perlindungan keausan pelumas SAE 10W-30 dengan penambahan nano aditif MoS 2 sebagai pemodifikasi gesekan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penambahan aditif MoS 2. Konsentrasi nano aditif MoS 2 ke dalam pelumas SAE 10W-30 berpengaruh terhadap karakteristik dan koefisien gesekan dan perlindungan keausanya. 2 surfaktan SDS sebesar 0,2%wt. 3. Hasil ujiscar diameterpelumas SAE 10W-30 dengan penambahan aditif MoS 2 paling optimum sebesar 0,1%wtdan sebesar 0,26 mm, hasil uji HFRR wearscarsebesar 96 µm danbesar koefisien gesekn pelumas sebesar 0, Hasil uji four-ballscar diameter memperlihatkan bahwa aditif MoS2memberikan perbaikan sekitar 16% terhadap karakteristik perlindungan keausan pelumas SAE 10W Saran 1. Sebaiknya peneliti selanjutnya memakai surfaktan berbeda berdasarkan teori yang tepat yang dapat membuat nano aditif MoS 2 stabil parmanen. 2. Sebaiknya penelitian selanjutnya melakukan perhitungan secara teori untuk menentukan berat konsentrasi (%wt) yang optimum penambahan nano aditif MoS2 dan surfaktan SDS sesuai dengan besar dan bentuk materialnya.
FORMULASI GEMUK LUMAS RAMAH LINGKUNGAN (BIODEGRADABLE GREASE) Ratu Ulfiati, M. Rizkia Malik, Pandu Asmoro Bangun
FORMULASI GEMUK LUMAS RAMAH LINGKUNGAN (BIODEGRADABLE GREASE) Ratu Ulfiati, M. Rizkia Malik, Pandu Asmoro Bangun Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "Lemigas" ratuulfi@lemigas.esdm.go.id
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS. Daniel Parenden Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Musamus
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS Daniel Parenden dparenden@yahoo.com Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Musamus ABSTRAK Pelumas merupakan sarana pokok dari mesin untuk
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan di laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan otomatis. Maka dari itu minyak pelumas yang di gunakan pun berbeda.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem transmisi pada kendaraan di bedakan dalam transmisi manual dan otomatis. Maka dari itu minyak pelumas yang di gunakan pun berbeda. Oli untuk motor matic dikenal
Lebih terperinciHasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan
Lebih terperinciPemakaian Pelumas. Rekomendasi penggunaan pelumas hingga kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga
Pemakaian Pelumas Rekomendasi penggunaan pelumas hingga 2.500 kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga 15 ribu kilometer. Pelumas : campuran base oil (bahan dasar pelumas) p ( p ) dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Alat Penelitian 1. Mesin electrospinning, berfungsi sebagai pembentuk serat nano.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan penelitian Bahan penelitian yang digunaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. PVA gohsenol (polyvinyl alcohol). 2. Aquades. 3. Nano emulsi kitosan ukuran
Lebih terperinciCara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol
Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL
METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL SNI 03-6758-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kuat tekan campuran aspal panas yang digunakan untuk lapis
Lebih terperinciPemeriksaan & Penggantian Oli Mesin
Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin A. Fungsi dan Unjuk Kerja Oli Mesin Oli mesin mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Pelumasan: mengurangi gesekan mesin 2. Perapatan: memastikan bahwa ruang pembakaran
Lebih terperinciBab 3 Metodologi Penelitian
Bab 3 Metodologi Penelitian Percobaan ini melewati beberapa tahap dalam pelaksanaannya. Langkah pertama yang diambil adalah mempelajari perkembangan teknologi mengenai barium ferit dari berbagai sumber
Lebih terperinciGambar 4.1. Bagan Alir Penelitian
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Bagan alir dibawah ini adalah tahapan penelitian di laboratorium secara umum untuk pemeriksaan bahan yang di gunakan pada penentuan uji Marshall. Mulai
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PERBEDAAN JENIS MINYAK LUMAS DASAR (BASE OIL) TERHADAP MUTU PELUMAS MESIN
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN JENIS MINYAK LUMAS DASAR (BASE OIL) TERHADAP MUTU PELUMAS MESIN Rini Siskayanti 1* dan Muhammad Engkos Kosim 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadyah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Sebelum melakukan suatu penelitian, maka perlu adanya perencanaan dalam penelitian. Pelaksanaan pengujian dilakukan secara bertahap, yaitu pemeriksaan
Lebih terperinciEFEK PENAMBAHAN ZAT ADITIF PADA MINYAK PELUMAS MULTIGRADE TERHADAP KEKENTALAN DAN DISTRIBUSI TEKANAN BANTALAN LUNCUR
EFEK PENAMBAHAN ZAT ADITIF PADA MINYAK PELUMAS MULTIGRADE TERHADAP KEKENTALAN DAN DISTRIBUSI TEKANAN BANTALAN LUNCUR Tekad Sitepu, Himsar Ambarita, Tulus B. Sitorus, Danner Silaen Departemen Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana
34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam
Lebih terperinciJURNAL REKAYASA PROSES. Analisis Pengaruh Bahan Dasar terhadap Indeks Viskositas Pelumas Berbagai Kekentalan
94 JURNAL REKAYASA PROSES Volume 11 No.2, 2017, hal. 94-100 Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros Analisis Pengaruh Bahan Dasar terhadap Indeks Viskositas Pelumas Berbagai Kekentalan Rini
Lebih terperinciPresentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381
TUGAS AKHIR MM091381 PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER Oleh : Diego Pramanta Harvianto 2708100020 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN. INDONESIA Cilandak - Jakarta dengan menggunakan mesin Viscosity Kinematic Bath,
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN 4.1 Data Hasil Pengujian Data hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium PT. CORELAB INDONESIA Cilandak - Jakarta dengan menggunakan mesin Viscosity Kinematic
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Rancangan kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
Bab IV Pengujian dan Analisis 47 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Dalam melakukan pengujian menggunakan BOCLE, diperlukan perangkat data akuisisi. Perangkat ini akan mengambil data dan memindahkannya ke komputer
Lebih terperinciMENGENAL PELUMAS PADA MESIN
Mengenal Pelumas Pada Mesin (Darmanto) MENGENAL PELUMAS PADA MESIN Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl. Menoreh Tengah X/22 Semarang E-mail : darmanto_uwh@yahoo.co.id
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN OLI BERBAHAN DASAR PETROLEUM DENGAN OLI BERBAHAN DASAR NABATI DALAM MENGURANGI TINGKAT KEAUSAN
ANALISA PERBANDINGAN OLI BERBAHAN DASAR PETROLEUM DENGAN OLI BERBAHAN DASAR NABATI DALAM MENGURANGI TINGKAT KEAUSAN Fauzul Ismi 1, A.Jannifar 2, Nurlaili 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3
III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Dalam pengambilan data untuk laporan ini penulis menggunakan mesin motor baker 4 langkah dengan spesifikasi sebagai berikut : Merek/ Type : Tecumseh TD110 Jenis
Lebih terperinciGesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com
Gesekan Hoga Saragih Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bergesekan dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Beberapa cara memperkecil gaya gesekan dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Penjelasan Metodelogi Penelitian Dalam proses pengerjaan pembuatan campuran beton ada beberapa tahap yang perlu di perhatikan adalah : 1. Tahap persiapan Sebelum melakukan penuangan
Lebih terperinciCara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus
Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus ICS 91.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengujian dan analisa limbah plastik HDPE ( High Density Polyethylene ). Gambar 4.1 Reaktor Pengolahan Limbah Plastik 42 Alat ini melebur plastik dengan suhu 50 300
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Gesekan
5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Gesekan Ketika dua benda saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, apabila diamati pergerakannya seperti dilawan oleh suatu gaya. Fenomena ini adalah gesekan (friction); sedangkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN 4.1 Data Hasil Pengujian Data hasil pengujian pelumas bekas yang telah dilakukan di laboratorium PT. CORELAB INDONESIA Cilandak Jakarta dengan menggunakan mesin
Lebih terperinciPengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika
Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika ISSN 1907-0500 Desi Heltina, Yusnimar, Marjuki, Ardian Kurniawan Jurusan Teknik, Fakultas Teknik, Universitas Riau Pekanbaru 28293 Abstrak Seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciKarakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data dan Analisa Metalografi Pengambilan gambar atau foto baik makro dan mikro pada Bucket Teeth Excavator dilakukan pada tiga dua titik pengujian, yaitu bagian depan spesimen
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,
28 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan laboratorium uji material Jurusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masih awam akan mesin sepeda motor, sehingga apabila mengalami masalah atau
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor merupakan produk dari teknologi otomotif yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Akan tetapi sebagian besar penggunanya masih awam akan mesin
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian adalah cara yang dipakai dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan ilmiah. Adapun
Lebih terperinci3 Metodologi penelitian
3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di
27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan penelitian yang berbeda tempat pelaksanaannya. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciCara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)
Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ancaman terhadap kerusakan lingkungan telah menjadi isu yang sangat berkembang di zaman globalisasi saat sekarang ini, sehingga menyadarkan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Paduan Fe-Al merupakan material yang sangat baik untuk digunakan dalam berbagai aplikasi terutama untuk perlindungan korosi pada temperatur tinggi [1]. Paduan ini
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-
41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH
TUGAS AKHIR (TM 145316) KONVERSI ENERGI ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH OLEH : Ladrian Rohmi Abdi
Lebih terperinciRANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (SATUAN ACUAN PERKULIAHAN) : Teknologi Bahan Bakar dan Pelumasan Kode MK/SKS : TM 333/2
RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (SATUAN ACUAN PERKULIAHAN) Mata : Teknologi Bahan Bakar dan Pelumasan Kode MK/SKS : TM 333/2 Pokok Bahasan dan Sub Tujuan Instruktusional Umum (TIU) Bantuk Alat Bantu
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.
31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam
Lebih terperinciPerbandingan Tegangan Tembus Isolasi Minyak Transformator Diala B Dan Mesran Super Sae 40 W Menggunakan Hypot Model 04521aa
Perbandingan Tegangan Tembus Isolasi Minyak Transformator Dan Mesran Super Sae 40 W Menggunakan Hypot Model 04521aa Agus Darwanto 1) dan Agus Prayitno 2) 1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Elektro STTR Cepu
Lebih terperinciCara uji daktilitas aspal
Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap di tempat yang berbeda, yaitu: 1) Tahap preparasi, dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan
Lebih terperinciANALISIS KEAUSAN DISC DENGAN MATERIAL BAJA St 70 MENGGUNAKAN ALAT TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI PELUMASAN
i ANALISIS KEAUSAN DISC DENGAN MATERIAL BAJA St 70 MENGGUNAKAN ALAT TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI PELUMASAN Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat Memperoleh gelar Sarjana Stara-1
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal
Lebih terperinciCara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat
Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dilaboratorium Material Teknik Mesin Universitas Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia Depok. B. Alat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan untuk proses pencampuran biodiesel dan minyak
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan untuk proses pencampuran biodiesel dan minyak solar adalah: 1. Impeler jenis propeler berdiameter 5 cm. 2. Alat mixer IKA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Proses pengeboran merupakan proses permesinan yang paling sering digunakan setelah proses bubut karena hampir semua komponen dan produk permesinan mempunyai lubang.
Lebih terperinciBAB I PANDAHULUAN. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda. merupakan pelapisan logam pada benda padat yang mempunyai
BAB I PANDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan modern tak lepas dari peranan industri elektroplating. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda motor, mobil, mesin, barang elektronik,
Lebih terperinciBAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT
BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT IV.1 Pemilihan Material Penyusun Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan kesimpulan bahwa material penyusun dari rem komposit
Lebih terperinciPEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGIKAT PARTIKEL - PARTIKEL LOGAM YANG TERKANDUNG DALAM PELUMAS AKIBAT GESEKAN PADA MESIN
1 PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGIKAT PARTIKEL - PARTIKEL LOGAM YANG TERKANDUNG DALAM PELUMAS AKIBAT GESEKAN PADA MESIN Dani Nurdarojat (2010013005) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciTATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM
TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen
Lebih terperinciPENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN
Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN ABSTRAK Meri Suhartini dan Rahmawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penimbangan Serbuk Alumunium (Al), Grafit (C), dan Tembaga (Cu) Pencampuran Serbuk Al dengan 1%Vf C dan 0,5%Vf Cu Kompaksi 300 bar Green Compact
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon
Lebih terperinciGambar 7 Desain peralatan penelitian
21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pemucat bekas yang diperoleh dari Asian Agri Group Jakarta. Bahan bahan kimia yang digunakan adalah
Lebih terperinciDiagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam
Diagram Fasa Latar Belakang Umumnya logam tidak berdiri sendiri (tidak dalam keadaan murni Kemurnian Sifat Pemaduan logam akan memperbaiki sifat logam, a.l.: kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan korosi,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
komposisi tidak homogen akan memiliki perbedaan kelarutan dalam pembersihan, sehingga beberapa daerah ada yang lebih terlarut dibandingkan dengan daerah yang lainnya. Ketika oksida dihilangkan dari permukaan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Kimia Fisik-Analitik Fakultas
24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan dimulai pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2011. Tempat penelitian untuk
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENCELUPAN DAN TEMPERATUR PROSES ELEKTROPLATING TERHADAP KETEBALAN DAN KEKERASAN PERMUKAAN BAJA ST 42
JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 176 183 PENGARUH WAKTU PENCELUPAN DAN TEMPERATUR PROSES ELEKTROPLATING TERHADAP KETEBALAN DAN KEKERASAN PERMUKAAN BAJA ST 42 Ratih Deviana S1 Pendidikan Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Start
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Secara umum rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Start Studi literatur Jurnal, Text book Persiapan alat dan bahan Pembentukan spesimen
Lebih terperinciSampel air panas. Pengenceran 10-1
Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi utama pelumas (oli) adalah mencegah terjadinya friksi dan keausan (wear) antara dua bidang atau permukaan yang bersinggungan, memperpanjang usia pakai mesin, dan fungsi
Lebih terperinciANALISIS KEAUSAN BALL BAJA ST 90 MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS
ANALISIS KEAUSAN BALL BAJA ST 9 MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS Abdul Basyit Afta 1, Darmanto 2 dan Imam Syafa at 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta 3.1.2. Alat dan bahan 3.2.1 Alat Alat yang dipergunakan
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan
3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer
Lebih terperinciMomentum, Vol. 11, No. 1, April 2015, Hal ISSN , e-issn
Momentum, Vol. 11, No. 1, April 2015, Hal. 13-18 ISSN 0216-7395, e-issn 2406-9329 PENGUJIAN KOEFISIEN GESEK PERMUKAAN PLAT BAJA ST 37 PADA BIDANG MIRING TERHADAP VISKOSITAS PELUMAS DAN KEKASARAN PERMUKAAN
Lebih terperinciAnalisa Temperatur Nitridisasi Gas Setelah Perlakuan Annealing pada Baja Perkakas
Analisa Temperatur Nitridisasi Gas Setelah Perlakuan Annealing pada Baja Perkakas I Komang Astana Widi 1), Wayan Sujana 2), Teguh Rahardjo 3) 1),2),3 ) Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional Malang
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian pemisahan plastik dengan jig dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui sifat fisik sampel plastik, dan pengamatan proses jig dalam reaktor batch untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Data awal: Spesifikasi awal Studi pustaka Persiapan benda uji: Pengelompokkan benda uji Proses Pengujian: Pengujian keausan pada proses
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH :
LAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH : Pandu Hary Muckti 0931010043 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS
ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS Darmanto 1, Wahid Nasruddin 2 dan Imam Syafa at 3 1,3 Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciESTER PROPILENA DIOLEAT SEBAGAI PRODUK DOMESTIK MINYAK LUMAS DASAR SINTETIK UNTUK OLI OTOMOTIF. Roza Adriany
ESTER PROPILENA DIOLEAT SEBAGAI PRODUK DOMESTIK MINYAK LUMAS DASAR SINTETIK UNTUK OLI OTOMOTIF Roza Adriany Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS rozaa@lemigas.esdm.go.id
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METOOLOGI PENELITIAN III.1 IAGRAM ALIR PENELITIAN Persiapan bahan baku serbuk Karakterisasi serbuk Penimbangan Al Penimbangan NaCl Penimbangan Zn(C 18 H 35 O 2 ) 2 Penimbangan Al 2 O 3 Pencampuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem perawatan elemen mesin telah dikenal luas teknik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem perawatan elemen mesin telah dikenal luas teknik pelumasan, yang berperan penting dalam mengendalikan gesekan dan keausan. Pada mesin-mesin yang yang mempunyai
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan
Lebih terperinciProses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)
Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei sampai bulan Agustus 2010. Bertempat di Laboratorium Pengawasan Mutu, Departemen Teknologi Industri Pertanian, dan Bengkel
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan
Lebih terperinciPengaruh Temperatur Terhadap Penetrasi Aspal Pertamina Dan Aspal Shell
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Desember 2015 Pengaruh Temperatur Terhadap Penetrasi Aspal Pertamina Dan Aspal Shell TIARA GAVIRARIESA¹, SILVIA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan prosedur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini mendorong para peneliti untuk menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang telah ada maupun menciptakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam sebuah penelitian, sehingga dalam pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pada penelitian
Lebih terperinci