BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD 1945). Setiap upaya perwujudan pembangunan nasional adalah merupakan pencapaian tujuan dalam meningkatkan aspek perekonomian negara. Pembangunan nasional tidak dapat terlepas dari kegiatan pembangunan yang dapat mempermudah dan mempercepat terlaksananya kegiatan perekonomian masyarakat demi tercapainya nilai ekonomi yang lebih tinggi. Salah satu dari kegiatan yang dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat saat ini yaitu kegiatan jasa transportasi darat, yang salah satunya adalah transportasi kereta api (selanjutnya dtulis KA). Pemerintah di berbagai belahan dunia memberikan perhatian yang sangat besar untuk merestrukturisasi perkeretaapian milik negara. Alasan yang mendasarinya adalah kebijakan transportasi global, sehingga jaringan transportasi harus dioptimalkan disertai dengan pengefektifan biaya dan efisien. Suatu kelemahan pada sistem transportasi nasional dapat membahayakan posisi

2 2 ekonomi suatu negara. 1 Perkeretaapian harus mampu memberikan kontribusi secara berkesinambungan kepada masyarakat dengan kualitas pelayanan dan keandalan operasi yang tinggi. Berdasarkan Pasal 34 ayat 3 UUD 1945 Amandemen ke IV yang mengatur bahwa Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Dalam hal ini tentu Pemerintah memiliki tanggung jawab atas fasilitas pelayanan umum kepada masyarakat sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan tersebut. Tanggungjawab tersebut dapat dilakukan Pemerintah melalui penugasan khusus kepada Badan Usaha Nasional (Badang Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Swasta, dan Badan Usaha Milik Daerah). Di Indonesia, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) (selanjutnya ditulis PT. KAI) sebagai Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya ditulis BUMN) yang bergerak di bidang penyelenggaraan sarana yang ditugaskan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan tanggungjawab dalam memberikan fasilitas pelayanan umum yang layak tersebut. Pemerintah memberikan pelayanan umum berupa Kereta Api Kelas Ekonomi yang merupakan subsidi untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah melalui PT. KAI sebagai BUMN yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian. Penugasan khusus dari pemerintah kepada PT.KAI adalah penyediaan angkutan KA non-komersial atau KA kelas ekonomi yang skema ini dikenal sebagai Public Service Obligation (PSO) atau kewajiban 1 Taufik Hidayat, 2012, Jalan Panjang Menuju Kebangkitan Perkeretaapian Indonesia, Indonesian Railway Watch,Bandung,Hal 38.

3 3 pelayanan publik. 2 Pengertian PSO menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan Presiden Nomor 53 tahun 2012tentang Kewajiban Pelayanan Publik dan Subsidi Angkutan Perintis Bidang Perkeretaapian, Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara serta Perawatan dan Pengoperasian Prsarana Perkeretaapian Milik Negara (selanjutnya ditulis PerPres no. 53/2012 tentang Kewajiban Pelayanan Publik Perkeretaapian dan lainnya) yaitu kewajiban Pemerintah untuk memberikan pelayanan angkutan kereta api kepada masyarakat dengan tarif yang terjangkau. Dasar hukum PSO adalah Undang-Undang RI No 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya ditulis UU BUMN) Pasal 66 ayat 1. Menurut UU No. 19 Tahun 2003 tersebut, pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN. Apabila penugasan tersebut menurut kajian secara finansial tidak visibel, pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN tersebut termasuk margin yang diharapkan. 3 Perkeretaapian Indonesia memiliki sasaran utama kebijakan transportasi nasional yaitu menciptakan pasar kompetitif bagi setiap bentuk moda transportasi. 4 Mengacu pada UU nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, 2 Ibid Service Obligation,2015, diakses pada tanggal 7 Agustus Taufik Hidayat, Op. Cit, Ihlm. 97.

4 4 Pemerintah Indonesia sebagai pemilik dan pemegang saham atas PT.KAI, juga regulator, telah menetapkan kebijakan pengembangan perkeretaapian dengan sasaran utama berupa peningkatan efisiensi serta peningkatan kualitas pelayanan. Sehubungan dengan adanya PSO tersebut yang bertujuan memberikan subsisdi kepada pengguna KA kelas ekonomi, menjaga kelangsungan angkutan KA Kelas Ekonomi yang sangat diperlukan oleh masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah, serta mengurangi beban angkutan jalan raya, sehingga tercipta efisiensi penggunaan bahan bakar dan lahan / tanah (Ditjen Perkeretaapian Dephub, Agustus 2009) 5, jika dikaitkan dengan perihal operasi perkeretaapian kelas ekonomi ini, terdapat kontrak PSO antara Pemerintah dengan PT. KAI yang ditugaskan untuk menyelenggarakan pengoperasian KA kelas ekonomi ini. Sebagai BUMN, PT.KAI memiliki salah satu tujuan yaitu mengejar keuntungan. Adanya kontrak PSO terhadap penyelenggaraan kereta api kelas ekonomi tentu menjadi kegiatan bisnis oleh PT. KAI dengan menyelenggarakan fungsi non - komersial untuk memberikan manfaat kepada masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Sesuai yang dijelaskan dalam Pasal 2 UU BUMN yaitu selain mengejar keuntungan, BUMN juga menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang 5 Taufik Hidayat,2011,Regulasi, Keselamatan, dan Pelayanan Perkeretaapian Indonesia,Indonesian Railway Watch,Bandung,Hal.62.

5 5 banyak. Pelaksanaan PSO oleh Pemerintah dan PT. KAI tentu harus sesuai dengan tujuan BUMN tesebut Kereta api kelas ekonomi merupakan kereta api yang fasilitasnya dibawah kereta api kelas bisnis namun tetap memiliki standar yang memadai yang bertujuan untuk membantu masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Sedangkan kereta api kelas bisnis dan eksekutif merupakan salah satu tujuan dari PT. KAI sebagai badan usaha yaitu untuk mendapatkan laba secara komersial dan pengadaan sarana ditanggung oleh PT.KAI. KA kelas ekonomi yang ada di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu kereta kelas ekonomi AC PSO dan Non-PSO. KA kelas ekonomi non-pso merupakan KA kelas ekonomi yang dimiliki PT. KAI sebagai bentuk kewajiban yang harus disediakan oleh PT. KAI untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah sesuai dengan tujuan PT. KAI dalam menyelenggarakan kemanfaatan umum untuk masyarakat yang layak, namun KA tersebut memiliki tarif KA yang relatif lebih rendah dibandingkan KA bisnis yang dimiliki oleh PT. KAI. KA non-pso ini masih ada seperti pada Daerah Operasi seperti di pulau Jawa. Berbeda dengan KA PSO, KA non-pso tidak disubsidi oleh Pemerintah. 6 Sebagai bentuk kewajiban Pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang layak, Pemerintah menetapkan tarif yang relatif rendah untuk pelayanan KA PSO dengan maksud untuk menyediakan jasa pelayanan kepada 6 diakses pada tanggal 5 Oktober 2015.

6 6 mayarakat tanpa membebani dengan biaya yang tinggi. Apabila tarif tersebut harus tetap diberlakukan, maka Badan Penyelenggara akan mengalami kerugian, sehingga Pemerintah harus membayarkan kompensasi atas kerugian tersebut kepada Badan Penyelenggara agar tidak mengalami kerugian dan tarif tetap terjangkau oleh masyarakat. Nilai kompensasi yang dibayarkan Pemerintah kepada Badan Penyelenggara merupakan subsidi Pemerintah kepada penumpang KA PSO. 7 Pedoman tarif angkutan orang dan tarif angkutan barang ditetapkan oleh Pemerintah. Tarif angkutan orang ditetapkan oleh penyelenggara sarana perkeretaapian dengan memperhatikan pedoman tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah tersebut. Pedoman penetapan tarif angkutan tersebut berdasarkan perhitungan modal, biaya operasi, biaya perawatan, dan keuntungan. Tarif angkutan orang tersebut dapat ditetapkan oleh Pemerintah/ Pemerintah Daerah (Pemda) untuk pelayanan KA kelas ekonomi. Untuk pelayanan kelas ekonomi, dalam hal tarif angkutan yang ditetapkan Pemerintah / Pemerintah Daerah lebih rendah daripada tarif yang dihitung oleh Penyelenggara Sarana Perkeretaapian dengan memperhatikan pedoman tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah, selisihnya menjadi tanggung jawab Pemerintah / Pemerintah Daerah dalam bentuk kewajiban pelayanan publik (lihat pasal 151 sampai 156 UU Perkeretaapian tentanf tarif angkutan KA). 7 Taufik Hidayat, Loc.Cit.

7 7 Dalam hal masyarakat dinilai belum mampu membayar tarif yang ditetapkan oleh PT. KAI sebagai penyelenggara sarana perkeretaapian, Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan menetapkan tarif KA angkutan penumpang kelas ekonomi. Anggaran yang telah ditetapkan telah disesuaikan dengan hitungan berdasarkan selisih antara tarif yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan dengan tarif yang ditetapkan oleh Direksi PT. KAI berdasarkan pedoman tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah dan selisih tersebut menjadi tanggungjawab Pemerintah dalam bentuk kewajiban pelayanan publik. Sesuai dengan ketentuan pasal 2 huruf a UU Perkeretaapian yaitu perkeretaapian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional diselenggarakan berdasarkan asas manfaat,yaitu perkeretaapian harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan perikehidupan yang berkeseimbangan bagi Warga Negara. Pada pasal 3 UU Perekeretaapian yaitu perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional.hal ini juga sangat mempengaruhi perkembangan pembangunan dan ekonomi suatu negara dan kemajuan suatu negara di dunia pun juga dapat dilihat dari kemajuan transportasi perkeretaapiannya sehingga asas dan tujuan

8 8 perkeretaapian tersebut tentu harus dapat dicapai oleh Pemerintah dan Badan Usaha yang melaksanakan penyelenggaraan perkeretaapian tersebut. Seperti wilayah lainnya, PT. KAI memiliki wilayah kerja salah satunya adalah Divisi Regional II Sumatera Barat (selanjutnya ditulis DivRe II). Dalam menyelenggarakan sarana KA Sibinuang yang merupakan KA kelas ekonomi sebagai salah satu bentuk penugasan PSO dari Pemerintah kepada PT. KAI, memiliki anggaran pengoperasian yang sesuai dengan kebutuhan sarana perkeretaapian. Anggaran ini disatukan dalam perhitungan anggaran masing - masing wilayah kerja PT. KAI yang menyelenggarakan KA PSO. Anggaran tersebut dihitung sesuai dengan ketentuan tarif dalam UU Perkeretaapian hingga menuju kesepakatan dengan dicantumkan dalam kontrak PSO antara pemerintah yang bertanggungjawab yaitu oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian sebagai Pihak Pertama dengan Direktur Utama PT. KAI yang bertindak untuk dan atas nama PT. KAI sebagai Pihak Kedua. PT. KAI DivRe II memiliki KA Sibinuang yang merupakan KA penumpang satu-satunya yang menjadi transportasi kereta api regional yang masih ada di Sumatera Barat. KA Sibinuang merupakan KA subsidi Pemerintah untuk menyelenggarakan perkeretaapian DivRe II. KA Sibinuang merupakan KA kelas ekonomi yang juga disubsidi PSO oleh Pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat ekonomi menengah kebawah. Semakin baik subsidi dari pemerintah melalui PSO maka dapat meningkatkan citra pemerintah dan PT.KAI dari masyarakat, meningkatkan pendapatan

9 9 PT.KAI dan dapat mengembangkan perekonomian daerah khususnya, serta dapat terpenuhi fungsi kemanfaatan umum yang lebih baik. Penerapan PSO pada BUMN ini sebetulnya dapat menimbulkan beban, mengingat dana PSO berasal dari APBN, yang pertanggungjawabannya tunduk pada pengelolaan keuangan Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara beserta peraturan peraturan yang terkait lainnya (selanjutnya ditulis UU Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara).Pemberlakuan Undang Undang yang mengatur tentang Keuangan Negara seringkali menyebabkan implementasi PSO terhambat baik secara teknis maupun besarannya. Pemberian subsidi tersebut sebenarnya menimbulkan dilema bagi pemerintah, dimana pada satu sisi pemberian subsidi dan pelaksanaan kewajiban pelayanan publik merupakan konsekuensi dan tugas serta tanggung jawab pemerintah namun disisi lain hal tersebut terkendala oleh terbatasnya anggaran yang tersedia.dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis melakukan penelitian terutama dalam bentuk karya ilmiah, dengan judul PELAKSANAAN KONTRAK PUBLIC SERVICE OBLIGATION (PSO) TERHADAP OPERASI KERETA API SIBINUANG RELASI PADANG PARIAMAN. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitiannya, antara lain :

10 10 1. Bagaimana pelaksanaan kontrak Public Service Obligation (Kewajiban Pelayanan Publik) antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)? 2. Bagaimana bentuk tanggungjawab PT. KAI Divisi Regional II Sumatera Barat pada operasi KA Sibinuang dalam melaksanakan kontrak Public Service Obligation (Kewajiban Pelayanan Publik) antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini diharapkan dari hasil penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan kontrak Public Service Obligation (Kewajiban Pelayanan Publik) antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero). 2. Untuk mengetahui tanggungjawab PT. KAI Divisi Regional II Sumatera Barat pada Operasi KA Sibinuang dalam melaksanakan kontrak Public Service Obligation (PSO) antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero). D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini penulis mengharapkan adanya manfaat yang dapat diambil yaitu: 1. Manfaat Teoritis

11 11 a. Penulis mengharapkan hasil penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya konsep konsep, teori teori, dan pembangunan hukum pada umumnya dan perdata khususnya. b. Untuk menambah pembendaharaan literatur di bidang hukum, khususnya literatur di bidang hukum perdata. c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau rujukan oleh peneliti yang ingin mendalami masalah ini lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan Public Service Obligation (PSO) dan pelaksanaan kontrak PSO terhadap operasi perkeretaapian khususnya KA Sibinuang. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat dalam bidang hukum, terutama pada tema yang menjadi objek penelitian. b. Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam usaha kemajuan perkeretaapian Sumatera Barat, membantu perkembangan pelaksanaan Public Service Obligation khususnya terhadap perkeretaapian Sibinuang, dan menjadi ilmu yang berguna bagi masyarakat dalam perkeretaapian, sehingga tercipta dorongan untuk kebangkitan dan kemajuan transportasi Indonesia khususnya perkeretaapian. E.Metode Penelitian

12 12 Sutrisno Hadi menyatakan, bahwa penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. 8 Dengan demikian penelitian yang dilaksanakan tidak lain untuk memperoleh data yang telah teruji kebenaran ilmiahnya.metode itu sendiri menurut Soerjono Soekanto, 9 adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.hal di atas dapat diartikan, bahwa dalam usaha memecahkan masalah penelitian, diperlukan metode atau tata caranya yang dibuat secara sistematis dalam usaha memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan. Tata cara sebagaimana dimaksudkan, telah ditentukan dengan menyusun langkah-langkah atau tahaptahap sebagai berikut : 1. Pendekatan Masalah Penelitian diperlukan dalam usaha menentukan arah dan cara bagaimana permasalahan yang telah dirumuskan tersebut dapat dipecahkan dan gambaran yang bagaimana diinformasikan kepada pembaca. Berkaitan dengan itu, dalam penelitian dan pemecahan permasalahan diperlukan pendekatan masalah, di mana pendekatan 8 Sutrisno Hadi, 2000, Metodologi Research Jilid I, ANDI, Yogyakarta, hlm Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 6.

13 13 masalah yang digunakan adalah yuridis empiris. Berkaitan dengan itu, menurut Abdul Kadir Muhammad, 10 bahwa pendekatan yuridis empiris adalah : penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undangundang, atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hokum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Implementasi secara in action tersebut merupakan fakta empiris dan berguna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh Negara atau oleh pihak-pihak dalam kontrak. Implementasi secara in action diharapkan akan berlangsung secara sempurna apabila rumusan ketentuan hukum normatifnya jelas dan tegas serta lengkap. Selanjutnya menurut Bambang Sunggono 11 bahwa pendekatan yuridis digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan perundangundangan terkait dengan pembatalan akta pengikatan jual beli tanah. Sedangkan pendekatan empiris digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat sebagai prilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitiannya adalah penelitian deskriptif, artinya hasil penelitian yang telah dilakukan dan permasalahan yang telah dipecahkan melalui penelitian selanjutnya diinformasikan apa adanya yang sesuai dengan fakta 10 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.. 43.

14 14 sebenarnya. Hasil penelitian dan pembahasannya memberikan gambaran tentang fakta yang ditemui dilapangan terutama tentang hubungan pelaksanaan kontrak PSO terhadap operasi KA Sibinuang dalam mengangkut perpindahan penumpang relasi antar Kota Padang dengan Kota Pariaman. 3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data Sesuai dengan pendekatan masalah yang telah ditentukan di atas, maka jenis data yang diperlukan, antara lain : 1) Data Sekunder Data sekunder tersebut merupakan data yang telah ada atau telah jadi yang berbentuk bahan-bahan hukum. Bahan hukum tersebut terdiri dari: a) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer ini berupa berbagai ketentuan yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang telah dirumuskan, seperti: 1) KUHPerdata 2) Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 3) Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN 4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara beserta peraturan peraturan yang terkait lainnya

15 15 5) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN 6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian 7) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian 8) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Perkeretaapian 9) Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2012 tentang Kewajiban Pelayanan Publik dan Subsidi Angkutan Perintis Bidang perkeretaapian, Biaya Penggunaan Prasarana, Perkeretaapian Milik Negara, Serta Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara 10) Kontrak Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik ( Public service Obligation / PSO ) Bidang Angkutan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi Tahun Anggaran ) Peraturan Lainnya yang Terkait Dalam Dasar Kontrak b) Bahan Hukum Sekunder Merupakan bahan hukum yang berisikan berbagai pendapat atau teori, hasil penelitian atau karya ilmiah, seperti buku-buku, jurnal, dan muatan tulisan yang terdapat dalam internet dan perjanjian antara para pihak. c) Bahan Hukum Tertier

16 16 Bahan hukum tertier merupakan bahan yang membantu menterjemahkan istilah yang digunakan dalam penulisan yang berupa kamus-kamus, seperti kamus bahasa Inggris dan kamus bahasa Belanda. 2) Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dilapangan terutama dengan melakukan wawancara dan observasi. b. Sumber Data Sumber data dapat diperoleh melalui penelitian, sebagai berikut : 1) Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan diperlukan untuk memperoleh data sekunder yang tidak dapat dipisahkan dari objek atau permasalahan yang akan dipecahkan atau perumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan bantuan dari literatur yang diperlukan diharapkan dapat memecahkan permasahannya secara teoritisnya. Data ini dapat diperoleh dari perpustakaan perpustakaan seperti perpustakaan Fak.Hukum Universitas Andalas, Perpustakaan Pusat Universitas Andalas,Perpustakaan PT.KAI Divisi Regional II Provinsi Sumatera Barat. 2) Penelitian Lapangan Penelitian lapangan diperlukan untuk memperoleh data primer, artinya penelitian lapangan dapat menjadi sumber data dengan melihat pelaksanaan ketentuan yang ada serta dokumen dari perjanjian kerjasama

17 17 penyelenggaraan program PSO dari pemerintah kepada PT. KAI dan untuk memperoleh data seperti yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian. Untuk melengkapi dan memperoleh data diperlukantempat penelitian yaitupt. KAI Divisi Regional II Provinsi Sumatera Barat. 4. Teknik Pengumpulan Data 1) Studi Dokumen Studi Dokumen merupakan metode pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi dan peraturan perundang-undangan. Studi dokumen tersebut dilakukan dengan cara penelusuran kepustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan hukum, seperti bahan hukum primer yang berbentuk peraturan-peraturan, bahan hukum sekunder yang berbentuk berbagai tulisan ilmiah dan tertier berupa kamus sebagaimana dikemukakan di atas. 2) Wawancara Wawancara merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data primer. Perolehan hasil wawancara dapat dilakukan kepada responden, seperti pihak Hubungan Masyarakat PT.KAI Divisi Regional II Sumatera Barat dan Manajer Angkutan Barang dan Penumpang. 5. Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan Data

18 18 Data yang diperoleh, selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui proses editing atau pengeditan,gunanya adalah untuk menentukan terhadap mana data yang diperlukan dan data yang tidak, seperti melalukan pemilihan, mengdelete atau menghapus secara keseluruhan atau sebagian kalimatkalimat tertentu. b.analisis Data Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang menghasilkan data berbentuk kalimat dan dari hasil analisis tersebut diperoleh data deskriptif yang menggambarkan hasil penelitian yang sebenarnya dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta dapat diuji kebenarannya. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab yakni : 1. Bab I, merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab pembahasan, antara lain; latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian. 2. Bab II, merupakan bab yang membahas tentang kerangka teori yang melandasi penulisan skripsi. Dalam bab ini dibahas tentang pengertian PSO,Hubungan PSO dengan PT.Kereta Api Indonesia. 3. Bab III, merupakan bab hasil penelitian, pembahasannya sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, antara lain tentang pelaksanaan Kontrak Public Service Obligation (PSO) antara Dirjen Perkeretaapian

19 19 dengan Dirut PT.KAI,pelaksanaan PSO terhadap Tarif Kereta Api SibinuangRelasi Padang Pariaman, kendala yang terjadi dalam pelaksanaan Kontrak PSO terhadap tarif kereta api Sibinuang Relasi Padang-Pariaman. 4. Bab IV, merupakan bab penutup yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran.

BAB IV. PT. KAI masih terdapat beberapa kendala. Sampai saat sekarang ini di Indonesia

BAB IV. PT. KAI masih terdapat beberapa kendala. Sampai saat sekarang ini di Indonesia 1 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan kontrak Public Service Obligation (PSO) antara Pemerintah dengan PT. KAI masih terdapat beberapa kendala. Sampai saat sekarang ini di Indonesia belum ada kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan interaksi satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan antara individuindividu yang merupakan

Lebih terperinci

2012, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

2012, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat dari gambaran Indonesia yang sangat luas dan menjadi salah satu penduduk terbanyak di dunia sudah pantas bila masyarakat Indonesia sangat membutuhkan moda transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengemban misi yang amat strategis dalam pembangunan nasional. BUMN

BAB I PENDAHULUAN. mengemban misi yang amat strategis dalam pembangunan nasional. BUMN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merupakan fakta yang tidak bisa dibantah bahwa BUMN Indonesia mengemban misi yang amat strategis dalam pembangunan nasional. BUMN dituntut untuk mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

2016, No Pelayanan Kelas Ekonomi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia

2016, No Pelayanan Kelas Ekonomi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia No.1914, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelayanan Publik Kelas Ekonomi. Angkutan Orang dengan KA. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 151 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan tak dapat dipungkiri, hal ini ditandai dengan berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan tersebut sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yuridis normatif yaitu dengan menelaah ketentuan-ketentuan peraturan hukum

BAB III METODE PENELITIAN. yuridis normatif yaitu dengan menelaah ketentuan-ketentuan peraturan hukum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif yaitu dengan menelaah ketentuan-ketentuan peraturan hukum tertulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini pengangkutan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan dengan makin berkembangnya

Lebih terperinci

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation-PSO) sampai saat ini belum berjalan dengan baik. Secara umum permasalahan tersebut antara lain adalah belum adanya persepsi yang sama tentang

Lebih terperinci

2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,

2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.815, 2016 KEMENHUB. Angkutan Kota. Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi. Pelayanan Publik. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Kalimat ini tercantum dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia, dan alinea ke-4 (empat)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi secara umum adalah kegiatan memindahkan barang atau manusia dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi merupakan elemen penting dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan merupakan bidang yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju mundurnya perekonomian

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL II SUMATERA BARAT DENGAN PIHAK KETIGA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia untuk melakukan sesuatu dengan cara cepat dan mudah. Salah satu hal yang ingin dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan hal yang sudah lumrah ditemukan di banyak tempat. Seluruh wilayah di Indonesia memiliki alat transportasi yang saling menghubungkan satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

III. METODE PENELITIAN. mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 70 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari kata Latin, yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau-pulau besar maupun kecil, yang terhubung oleh selat dan laut. Pada saat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI Oleh : ANGGA ZIKA PUTRA 07 140 077 PROGRAM KEKHUSUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras yang merupakan hasil pengolahan dari padi merupakan sumber karbohidrat tertinggi dibandingkan dengan jenis pangan lainnya, maka tidak heran beras paling banyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan dalam usaha memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, penelitian hukum merupakan kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anoraga, Pandji. BUMN Swasta dan Koperasi (Tiga Pelaku Ekonomi). Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

DAFTAR PUSTAKA. Anoraga, Pandji. BUMN Swasta dan Koperasi (Tiga Pelaku Ekonomi). Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya DAFTAR PUSTAKA Buku Anoraga, Pandji. BUMN Swasta dan Koperasi (Tiga Pelaku Ekonomi). Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. 1995. Priambodo, Dibyo Soemantri. Perjalanan Panjang dan Berliku Refleksi BUMN 1993-2003

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS ORANG DENGAN KERETA API a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 149 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu,

Lebih terperinci

, No.2007 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tamb

, No.2007 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2007, 2015 KEMENHUB. Tarif. Angkutan. Orang dengan Kereta Api. Perhitungan. Penetapan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 196 TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Implementasi kebijakan..., Ramdha Hari Nugraha, FISIP UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Implementasi kebijakan..., Ramdha Hari Nugraha, FISIP UI, 2008 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi nasional yang baik berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional. Dengan sistem transportasi nasional yang baik maka arus komoditas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang 33 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Mengikuti perkembangan dari perekonomian yang moderen, adanya pengangkutan merupakan salah satu sarana yang cukup penting dalam menunjang pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengubah sistem pemerintahan di daerah dengan penguatan sistem desentralisasi (Otonomi Daerah). Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah. tanah, sehingga setiap manusia berhubungan dengan tanah.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah. tanah, sehingga setiap manusia berhubungan dengan tanah. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan tanah dalam kehidupan di dunia sebagai salah satu sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat menuntut para pelaku ekonomi untuk mempertahankan usahanya. Pelaku usaha yang mengikuti trend

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan. Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aliran sumber daya jenis ini entah dipakai atau tidak, terus menerus ada dan. diperbaharui ini dapat mengakibatkan kerugian.

BAB I PENDAHULUAN. Aliran sumber daya jenis ini entah dipakai atau tidak, terus menerus ada dan. diperbaharui ini dapat mengakibatkan kerugian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sumber daya alam itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu kelompok sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan kelompok sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam. Hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah pemeluk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah. Setelah masalah diketahui maka perlu diadakan pendekatan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. masalah. Setelah masalah diketahui maka perlu diadakan pendekatan masalah 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan. Dengan menggunakan metode maka akan menemukan jalan yang baik untuk memecahkan suatu masalah. Setelah masalah diketahui

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.855, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Biaya. Prasarana. Perkeretaapian. Milik Negara. Biaya. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 62 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), baik yang bersifat hayati (perikanan, pertanian, dan perkebunan) maupun nonhayati (hasil tambang).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaaan yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. adalah salah satu perusahaan yang dibentuk oleh Badan Usaha Milik Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaaan yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. adalah salah satu perusahaan yang dibentuk oleh Badan Usaha Milik Negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, keberadaan Perusahaan Perseroan (Persero) merupakan suatu keadaaan yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Perusahaan Perseroan adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan manusia lain dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ia memerlukan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011

PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN,

Lebih terperinci

MENnaUPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA

MENnaUPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA MENnaUPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 29 TAHUN 2010 PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETA API KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2010

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega No.671, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelayanan Publik Kapal Perintis Milik Negara. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2017

Lebih terperinci

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan meningkat setiap harinya, masyarakat pun menganggap kebutuhan yang ada baik diri maupun hubungan dengan orang lain tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.714, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Komponen Biaya. Perhitungan. Angkutan. Pelayanan Publik. Perkeretaapian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1

III.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1 43 III.METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia seperti yang terdapat pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada alinea ke-4 yaitu Memajukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan

METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan III. METODE PENELITIAN A. Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologi, sistematis, dan konsisten. Metodologi berarti

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA 0 PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Persyaratan guna Mencapai Derajat Hukum dan Ilmu Hukum pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan prasarana untuk kepentingan umum (infrastruktur). 1

BAB I PENDAHULUAN. dan prasarana untuk kepentingan umum (infrastruktur). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang melakukan pembangunan dengan tujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana tujuan Negara Indonesia yang termaktub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh majunya pemikiran masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG) PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG) A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk melaksanakan suatu usaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada 44 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak semula setiap orang memerlukan orang lain. Seseorang memerlukan orang lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini, telah menyebabkan tingkat persaingan antar perusahaan di segala bidang, baik yang perusahaan sejenis maupun yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dengan beribu-ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan yang terdiri atas perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan momentum yang sangat penting bagi perjalanan hidup manusia. Perkawinan secara otomatis akan mengubah status keduannya dalam masyarakat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah proses, prinsip-prinsip, dan tata cara memecahkan suatu masalah,

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah proses, prinsip-prinsip, dan tata cara memecahkan suatu masalah, III. METODE PENELITIAN Metode adalah proses, prinsip-prinsip, dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun, dan tuntas terhadap suatu gejala untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala bidang yang sangat membutuhkan perhatian untuk mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan

Lebih terperinci

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN 5. Berakhirnya Perjanjian Kredit...... 30 C. Tinjauan Umum Tentang Kredit Usaha Rakyat...37 1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat...37 2. Tujuan dan Lembaga Penjamin Kredit Usaha Rakyat...37 BAB III PEMBAHASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.887, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Angkutan Kereta Api. Prosedur Penggunaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.02/2012 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian ini diperlukan untuk memperoleh data yang akurat sehingga dapat menjawab permasalahan sesuai dengan fakta/data yang ada dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR perusahaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR perusahaan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang CSR (Corporate Social Responsibility) saat ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat umum, sebagai respon perusahaan terhadap lingkungan masyarakat. CSR berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Perkembangan asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis,

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan lahirnya konsep Negara kesejahteraan yang mana Negara bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir diseluruh dunia saat ini termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti, digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut dipergunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah Pada hakikatnya manusia lahir sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat melangsungkan

Lebih terperinci

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express) PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi sangat penting dan sangat diperlukan dalam kehidupan yang serba modern ini. Berdasarkan kepemilikan transportasi, transportasi dapat dibagi menjadi dua

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK DI KOTA PADANG PANJANG Oleh : FADEL MUHAMMAD 0910112092 Program

Lebih terperinci