ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN JALAN TEMBUS JANTHO-LAMNOP PENGEMBANGAN WILAYAH Dl KABUPATEN ACEH BESAR 1. Fìtri Diansari 2 Eko Budi Santoso 3 ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN JALAN TEMBUS JANTHO-LAMNOP PENGEMBANGAN WILAYAH Dl KABUPATEN ACEH BESAR 1. Fìtri Diansari 2 Eko Budi Santoso 3 ABSTRAK"

Transkripsi

1 ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN JALAN TEMBUS JANTHO-LAMNOP PENGEMBANGAN WILAYAH Dl KABUPATEN ACEH BESAR 1 Fìtri Diansari 2 Eko Budi Santoso 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan unluk memprediksi dampak peningkatan jalan tembus Jantho terhadap manfaat ekonomi yang dihasilkan dan aktivitas perdagangan barang bagi produsen, pedagang dan konsumen untuk komoditi padi/beras, tomat dan sapi/daging sapi; penghematan biaya perjalanan bagi penumpang angkutan umum dan Jantho ke Lamno; dan potensi peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar, serta kesesuaian dampak peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno dengan arahan pengembangan wilayah yang dibuat pemerintah daerah. Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa statistik untuk data kuantitatif. Analisa tersebut digunakan untuk mengolah data yang menyangkut perhitungan prediksi pergeseran volume penjualan, harga jual dan harga beli komoditi sebelum dan sesudah adanya peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, peningkatan jalan tembus Jantho-Larnno memberikan dampak positif terhadap manfaat ekonomi yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan. Produsen petani padi dan pedagang komoditi beras memperoloh manfaat yang signifikan yaitu masing-masing sebesar 34,98 persen dan 61,97 persen. Namun penghematan bagi konsumen akibat pergeseran harga beli tidak signifikan yaitu dibawah 3 (tiga) persen. Penghamatan biaya perjalanan bagi penumpang angkutan umum adalah sebesar 46,63 persen. Penerimaan daerah dari pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga mengalami peningkatan sebesar 70,43 persen. Selan jutnya peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno sesuai dengan arahan pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar yaitu peningkatan akses untuk memperlancar pemasaran hasil produksi terutama produk yang berfungsi sebagai penopang ekonomi daerah serta penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur yang mendorong kegiatan investasi ekoniomi dan sosial. Kata kunci: jalan, peningkatan jalan, manfaat ekonomi jalan. PENDAHULUAN Mobilitas perekonomian di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sangat bertumpu pada kehandalan dan tingkat pelayanan jaringan jalan, karena lalu lintas orang dan muatan barang sebagian besar masih diangkut melalui jaringan prasarana jalan. Jalur lintas Banda Aceh-Meulaboh selama ini, sebenarnya adalah lintas yang dibangun oleh Belanda untuk tujuan perluasan daerah jajahan. Seperti banyak dikeluhkan selama ini, jalur tersebut tidak memberi akses ekonomi daerah dalam dan tengah ke daerah pesisir sehingga Aceh terkotak-kotak satu sama lainnya. Permasalahannya adalah hingga kini, Kota Jantho yang merupakan ibukota Kabupaten Aceh Besar belum bisa menarik berbagai pusat kegiatan ekonomi atau permukiman penduduk Aceh, kecuali pegawai negeri dan keluarganya serta Kota Banda Aceh yang menjadi tujuan masyarakat Aceh Besar dalam melakukan aktivitas perdagangan. Oleh karena itu perlu suatu tinjauan terhadap dampak pembangunan 1

2 jalan tembus Jantho-Lamno terhadap aktivitas ekonomi masyarakat dan pemerintah daerah sehingga bermanfaat bagi pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar. Peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno diharapkan mampu memberikan dampak peningkatan aktivitas perdagangan barang dan jasa serta manfaat ekonomi dengan memberdayakan potensi sumber daya di Kabupaten Aceh Besar secara optimal. Dengan sendirinya akan berdampak terhadap struktur tata ruang dan perkembangan wilayah pada umumnya. Tujuan yang akan dicapai dalam penetitian ini adalah memprediksi dampak peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno terhadap manfaat ekonomi yang dihasilkan dan aktivitas perdagangan bagi produsen, pedagang dan konsumen untuk komoditi padi/beras, tomat dan sapi/daging sapi. Memprediksi dampak peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno bagi penumpang angkutan umum dan Jantho ke Lamno dalam bentuk penghematan biaya perjalanan. Serta memprediksi dampak peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno bagi peningkatan pendapatan daerah khususnya potensi peningkatan pajak bumi dan bangunan (PBB). Selanjutnya mengetahui kesesuaian dampak peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno dengan arahan pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar. Parameter yang digunakan adalah peningkatan nilai tambah, penghematan akibat pergeseran harga beli, penghematan biaya perjalanan bagi penumpang angkutan umum dan potensi peningkatan pendapatan daerah yang bersumber dan pajak bumi dan bangunan (PBB). Peningkatan aktivitas ekonomi tersebut dengan sendirinya akan berdampak terhadap struktur tata ruang dan perkembangan wilayah pada umumnya. Untuk kepentingan penelitian ini, maka wilayah penelitian dibatasi pada 5 (lima) kecamatan yang berada dekat dengan titik awal jalan di Kota Jantho. Kelima kecamatan tersebut adalah Kecamatan Lembah Seulawah, Kecamatan Seulimeum, Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan Kuta Cot Glie dan Kecamatan lndraputi. Saat penelitian diasumsikan keadaan ekonomi normal dan tidak mempertirnbangkan aspek sosial dan politis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi Pemerintah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar khususnya terhadap dampak yang ditimbulkan akibat peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno. Dan juga sebagai masukan dalam menyusun perencanaan pengembangan wilayah yang terpadu antar sektor. METODE PENEUTIAN Analisis manfaat ekonomi yang dihasilkan dan peningkatan aktivitas perdagangan barang bagi produsen dan pedagang, serta penghematan akibat pergeseran harga beli bagi konsumen dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah menghitung nilai rata-rata dari parameter berdasarkan data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran angket dan wawancara. Tahap kedua adalah uji hipotesis apakah ada perbedaan yang signifikan diantara sampel sebelum dan sesudah adanya peningkatan jalan tembus Jantho- Lamno. Teknik statistik yang digunakan adalah uji beda rata-rata (Compare Means) dengan rnenggunakan t-test (Paired Sample T Test). Pengujian hipotesis menggunakan uji dua pihak (arah) yaitu: Ho = tidak terdapat perbedaan rata-rata populasi sebelum dan sesudah peningkatan jalan tembus Jantho- Lamno. Hl = terdapat perbedaan rata-rata populasi sebelum dan sesudah peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno. Pengambilan kesimpulan menggunakan: 2

3 Probabilitas > α maka terima Ho Probabilitas < α maka tolak Ho Taraf signifikansi (α) adalah sebesar 5. Dan tahap ketiga adalah melakukan perhitungan nilai tambah sebelum dan sesudah adanya peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno berdasarkan pergeseran volume penjualan, harga jual dan harga beli. Sedangkan penghematan biaya perjalanan penumpang angkutan umum dan potensi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar menggunakan analisa secara deskriptif. Analisa tersebut dilakukan berdasarkan data sekunder dari Dinas Perhubungan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Wilayah I-Aceh, Bappeda Aceh Besar, Dinas Pendapatan Kabupaten Aceh Besar dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Besar. Selanjutnya analisis kesesuaian dampak peningkatan jalan tembus Jantho Lamno dengan arahan pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar. Analisa ini juga bersifat deskriptif yang memaparkan fakta-fakta dan kondisi saat ini dan rnembandingkan dengan hasil analisis manfaat ekonomi di wilayah penelitian. Hasil analisis ini digabungkan dengan aspek keruangan untuk melihat kesesuaian dampak peningkatan jalan dengan kebijaksanan pengembangan wilayah yang ditetapkan pemerintah daerah. Parameter yang digunakan adalah fungsi wilayah dan arahan pengembangan wilayah di Kabupaten Aceh Besar terhadap masing-masing wilayah itu sendiri. HASIL DAN PEMBAHASAN Manfaat Ekonomi dan Aktivitas Perdagangan Manfaat ekonomi dan aktivitas perdagangan bagi produsen dan pedagang adalah selisih prediksi nilai tambah sesudah dan sebelum peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno. Prediksi nilai tambah sesudah peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno dapat dihitung berdasarkan prediksi pergeseran volume penjualan dan harga jual. Asumsi yang digunakan untuk memprediksi nilai tambah bagi produsen dan pedagang adalah (a) jika volume penjualan mengalami pergeseran dan harga jual tetap, (b) jika volume penjualan tetap dan harga jual mengalami pergeseran dan (c) jika volume penjualan dan harga jual mengalami pergeseran. Nilai rata-rata volume penjualan, harga jual dan harga beli dapat dihitung dan jumlah nilai total responden terhadap masing-masing variabel dibagi dengan jumlah responden; Means = nilai masing-masing variabel jumlah responden Selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata populasì berdasarkan parameter volume penjualan dan harga jual. Uji hipotesis tersebut menggunakan t-test (Paired Sample T Tess) dengan Program SPSS for Windows 12. Manfaat Ekonomi Bagi Produsen Berdasarkan hasil uji hipotesis terhadap volume penjualan dan harga jual komoditi padi, diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti tolak Ho atau terdapat perbedaan signifikan rata-rata populasi volume penjualan dan harga jual komoditi padi sebelum dan sesudah peningkatan jalan 3

4 tembus Jantho-Lamno di wilayah penelitian. Sedangkan terhadap komoditi tomat diketahui bahwa untuk volume penjualan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti tolak Ho atau terdapat perbedaan signifikan rata-rata populasi volume penjualan komoditi tomat sebelum dan sesudah peningkatan jalan. Sedangkan untuk harga jual diketahui nilai signifikansi lebih besar dan 0,05 yang berarti diterima Ho atau tidak terdapat perbedaan signifikan rata-rata populasi volume penjualan dan harga jual komoditi tomat sebelum dan sesudah peningkatan jalan. Hasil uji hipotesis terhadap volume penjualan dan harga jual komoditi ternak sapi, diketahui nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti tolak Ho atau terdapat perbedaan signifikan rata-rata populasi volume penjualan dan harga jual komoditi ternak sapi sebelum dan sesudah peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno di wilayah penelitian. Setelah adanya peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno, peningkatan nilai tambah terbesar diterima oleh produsen petani padi yaitu sebesar 31,67 persen, sebagaimana terlihat pada Tabel 1 berikut ini. Produsen petani tomat mengalami peningkatan sebesar 30,05 persen, sedangkan produsen petani ternak sapi hanya sebesar 17,20 persen. Tabel 1 Peningkatan Nilal Tambah Bagi Produsen Menurut Komoditi No Komoditi Sebelum Sesudah (Rp./Thn/ (Rp./Thn/ Peningkatan () 1 Padi 867, ,142, Tomat 2,124, ,762, Ternak Sapi 9,293, ,892, Sumbet: Hasi Analisis Tabel 2. Manfaat Ekonomi Bagi Produsen Menurut Kecamatan Petani Padi Petani Tomat Petani Ternak Sapi No Kecamatan (Rp./Thn/ (Rp./Thn/ (Rp./Thn/ 1 Lembah Seulawah 2 Seulimeum Kota Jantho Kuta Cot Glie 5 Indrapuri Rata-rata Sumber: Hasd Analisis Tabel 2 dan Gambar 1 berikut ini menunjukkan manfaat ekonomi menurut kecamatan di wilayah penelitian. Bagi produsen, petani tomat, prosentase manfaat ekonomi di Kecamatan Lembah Seulawah adalah sebesar 35,88 persen. Namun berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan volume penjualan dan harga jual sebelum dan sesudah peningkatan jalan di wilayah tersebut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa besarnya manfaat tersebut dipengaruhi oleh besarnya harga jual tomat di Kecamatan Lembah Seulawah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. 4

5 Gambar 1 Peta Manfaat Ekonomi bagi Produsen Menurut Kecamatan Produsen, petani ternak sapi, di Kecamatan Kota Jantho mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yaitu sebesar 35,53 persen. Namun berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pergeseran volume penjualan dan harga jual ternak sapi sebelum dan sesudah peningkatan jalan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa besarnya manfaat ekonomi tersebut dipengaruhi oleh nilal tambah akibat besarnya harga jual dan kecilnya jumlah biaya yang dikeluarkan responden petani ternak sapi di Kecamatan Kota Jantho. Manfaat Ekonomi Bagi Pedagang Para responden pedagang adalah pedagang yang menjalankan kegiatan usaha mereka di pasar kecamatan atau pusat perdagangan skala kecil pada tingkat kemukiman atau desa di wilayah penelitian yaitu Pasar Saree dan Pasar Lamtamot (Kecamatan Lembah Seulawah), Pasar Seulimeum dan Pasar Hewan Seulimeum (Kocamatan Seulimeum), Pasar Kota Jantho (Kecamatan Kota Jantho, Pasar Lampakuk dan Pasar Keumire (Kecamatan Kuta Cot Glie) serta Pasar Baru Indrapuri (Kecamatan Indrapuri). Berdasarkan hasil uji hipotesis terhadap volume penjualan dan harga jual komoditi beras, diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti tolak Ho atau terdapat perbedaan signifikan rata-rata populasi volume penjualan dan harga jual komoditi beras sebelum dan sesudah peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno di wilayah penelitian. Terhadap volume penjualan dan harga jual komoditi tomat diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti tolak Ho atau terdapat perbedaan signifikan rata-rata populasi volume penjualan dan harga jual komoditi tomat sebelum dan sesuðah peningkatan jalan. Hasil uji hipotesis terhadap volume penjualan diketahui nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti tolak Ho atau terdapat perbedaan signifikan rata-rata populasi volume penjualan komoditi ternak sapi sebelum dan sesudah peningkatan jalan, sedangkan terhadap harga jual komoditi ternak sapi diketahui nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti terima Ho atau tidak terdapat perbedaan 5

6 signifikan rata-rata populasi harga jual komoditi ternak sapi sebelum dan sesudah peningkatan jalan. Hasil uji hipotesis terhadap volume penjualan dan harga jual komoditi daging sapi diketahui nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti terima Ho atau tidak terdapat perbedaan signifikan rata-rata populasi volume penjualan dan harga jual komoditi daging sapi sebelum dan sesudah peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno. Sesudah adanya peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno, peningkatan nilai tambah yang signifikan diperoleh pedagang beras yaitu sebesar 64,84 persen. Hal ini dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam di wilayah penelitian yaitu komoditi pertaniaan (tanaman bahan makanan dan peternakan). Sedangkan pedagang komoditi tomat dan daging sapi juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 49,11 persen dan 47,17 persen, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Peningkatan Nilai Tambah Bagi Pedagang Menurut Komoditi No Komoditi Sebelum Sesudah Peningkatan (Rp./Thn/ (Rp./Thn/ () 1 Padi 7,783, ,830, Tomat 748, ,116, Ternak Sapi 10,868, ,793, Daging Sapi 10,350, ,232, Sumber: Hasil Analisis Tabel 4 Manfaat Ekonomi Bagi Pedagang Menurut Kecamatan Petani Padi Petani Tomat Petani Ternak Pedagang Daging Sapi Sapi No Kecamatan (Rp./Thn/ 1 Lembah 1,381, , Seulawah 2 Seulimeum 11,847, , ,431, ,880, Kota Jantho 2,068, , ,885, Kuta Cot 694, , ,215, Glie 5 Indrapuri 8,475, , Rata-rata 4,893, , ,329, ,953, Sumber: Hasil Analisis Pedagang komoditi beras di Kecamatan Seulimeum memperoleh manfaat ekonomi sebesar 85,54 persen, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4 diatas, Bagi pedagang komoditi beras di Kecamatan Seulimeum, dengan adanya peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno akan membuka peluang pasar yang lebih luas ke wilayah pesisir barat dengan ongkos transportasi yang lebih kecil dibanðingkan saat ini. Peluang pasar tersebut bisa berupa peningkatan jumlah konsumen maupun perluasan jangkauan pasar. Peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno memberikan juga manfaat ekonomi bagi pedagang komoditi tomat dan pedagang komoditi daging sapi di Kecamatan Kota Jantho, yaitu masing-masing sebesar 80,43 persen dan 62,03 persen. 6

7 Penghematan Harga Beli Bagi Konsurnen Berdasarkan hasil uji hipotesis terhadap harga beli bagi konsumen rumah tangga dan rumah makan diketahui bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti terima Ho atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata populasi harga beli sebelum dan sesudah peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno. Penghematan bagi konsumen rumah tangga dan rumah makan untuk komoditi beras adalah masing masing sebesar 0,68 persen dan 2,16 persen. Penghematan bagi konsumen rumah tangga dan rumah makan untuk komoditi tomat adalah masing-masing sebesar 0,13 persen dan 1,37 persen. Penghematan bagi konsumen rumah tangga dan rumah makan untuk daging sapi adalah masing-masing sebesar 1,03 persen dan 1,72 persen. Penghematan bagi konsumen rumah tangga dan rumah makan menurut kecamatan dapat dilihat path Tabel 5 dan Tabel 6 berikut ini. Tabel 5 Penghematan Bagi Konsumen (Rumah Tangga) Menurut Kecamatan Komoditas Beras Komoditi Tomat Komoditi Daging Sapi No Kecamatan (Rp./Thn/ 1 Lembah 14, , , Seulawah 2 Seulimeum 34, , , Kota Jantho 59, , , Kuta Cot -39, , , Glie 5 Indrapuri -23, , , Rata-rata 9, ,788 1,03 Sumber: Hasil Analisis Tabel 6 Penghematan Bagi Konsumen (Rumah Makan) Menurut Kecamatan Komoditas Beras Komoditi Tomat Komoditi Daging Sapi No Kecamatan (Rp./Thn/P etani) 1 Lembah 2,887, , ,759, Seulawah 2 Seulimeum 1,800, , ,162, Kota Jantho 5,040, , ,200, Kuta Cot 318, , ,606, Glie 5 Indrapuri -2,592, , , Rata-rata 7,120, , ,923, Sumber: Hash Analisis 7

8 Penghematan Biaya Perjalanan Bagi Penumpang Angkutan Umum Penumpang di wilayah penelitian selama ini harus melalui rute lama untuk menuju ke Lamno, yaitu dari Kota Jantho-Banda Aceh dan Banda Aceh-Lamno. Penghematan biaya perjalanan bagi penumpang angkutan umum adalah selisih jumlah biaya perjalanan menggunakan rute lama (Kota Jantho-Banda Aceh dan Banda Aceh - Lamno) dengan jumlah biaya perjalanan menggunakan rute baru (Jantho-Lamno). Biaya perjalanan atau disebut juga biaya gabungan merupakan penjumlahan ongkos angkut (tarif) dan nilai waktu. Ongkos angkut merupakan perkalian jarak tempuh dan tarif per kilometer, sedangkan nilai waktu merupakan perkalian waktu tempuh dan nilai waktu. Berdasarkan data sekunder, diketahui ongkos angkut (tarif) per kilometer adalah sebesar Rp per orang dan nilai waktu adalah Rp. 867,96 per jam per orang. Nilai waktu dihitung berdasarkan pendapatan regional per kapita atas dasar harga konstan Kabupaten Aceh Besar yaitu Rp ,35, dan dengan asumsi waktu kerja selama 40 jam per minggu. Sebelum adanya peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno, jarak tempuh ke Lamno adalah 112 km dengan waktu tempuh 4,45 jam, sehingga biaya perjalanan penumpang angkutan umum ke Lamno adalah sebesar Rp ,58 per orang. Namun sesudah ada jalan tembus Jantho Lamnio yang memiliki jarak tempuh 60 km dengan waktu tempuh 2,30 jam, maka biaya perjalanan penumpang angkutan umum ke Lamno adalah sebesar Rp ,11 per orang. Jadi dengan adanya peningkatan jalan tembus Jantho- Lamno akan menghemat biaya perjalanan bagi penumpang angkutan umum di wilayah penelitian sebesar Rp ,47 per orang atau sebesar 46,63 persen. Potensi Peningkatan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno ini mengakibatkan terjadinya peningkatan harga tanah di sekitar ruas-ruas jalan. Persentase peningkatan harga jual tanah sebelum peningkatan jalan dan sesudah peningkatan jalan merupakan perbandingan harga jual tanah di lokasi penelitian dengan harga jual tanah di jalan kolektor yang memiliki karaktenistik sama yaitu sebesar 66,20 persen. Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan Peraturan Menkeu No 34/PMK-03/2005 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penerimaan Daerah Kabupaten Aceh Besar dan pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), sebelum peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno adalah sebesar Rp ,70 per tahun. Sesudah peningkatan jalan tembus tersebut, penerimaan daerah Kabupaten Aceh Besar dari pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebesar Rp ,09 per tahun. Jadi potensi peningkatan penerimaan daerah Kabupaten Aceh Besar dan pembagian hasil penerimaan PBB adalah sebesar Rp ,39 per tahun atau 70,43 persen. Hal ini akan menarnbah pendapatan daerah Kabupaten Aceh Besar. Pada satu sisi, kenaikan harga jual tanah memberikan manfaat bagi pemenintah daerah Kabupaten Aceh Besar, namun di sisi lain kenaikan tersebut menyebabkan peningkatan beban pajak yang harus dibayar oleh pemilik tanah. Sebelum peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno, beban Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dibayarkan oleh pemilik tanah adalah sebesar Rp per tahun. Namun sesudah peningkatan jalan tersebut mengalami kenaikan sebesar 73,28 persen atau menjadi Rp pertahun. 8

9 Kesesuaian Dampak Peningkatan Jalan Tembus Jantho-Lamno Dengan Arahan Pengembangan Wilayah Yang Dibuat Pemerintah Daerah. Berdasarkan analisis manfaat ekonomi diatas, maka produsen dan pedagang di Kecamatan Kota Jantho dan Kecamatan Seulimeum lebih banyak menerima manfaat ekonomi. Peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno akan membuka akses ke wilayah pesisir barat (Lamno dan Meulaboh). Sehingga para produsen dan pedagang di wilayah tersebut, yang selama ini hanya melakukan aktivitas ekonomi dan perdagangan ke Kota Banda Aceh dan Kota Sigli, memiliki pangsa pasar baru yaitu wilayah pesisir barat melalui Kota Jantho dengan biaya transportasi yang relatif lebih murah. Hal ini juga dapat meningkatkan daya tarik Kota Jantho sebagai pusat utama pelayanan, jasa dan distribusi, sehingga potensi yang ada di kecamatan-kecannatan terutama yang berbatasan dengan Kota Banda Aceh dapat dipasarkan di wilayah Kabupaten Aceh Besar. Secara umum, manfaat ekonomi yang diterima produsen dan pedagang di wilayah penelitian adalah positif artinya peningkatan jalan tembus Jantho Lamno sesuai dengan arahan pengembangan wilayah dalam RTRW Kabupaten Aceh Besar yaitu pengembangan tanaman bahan makanan, peternakan dan kawasan industri kecil. Kesesuaian ini juga didukung oleh ketersediaan lahan di wilayah tersebut. Saat ini, Kecamatan Seulimeum memiliki lahan sawah seluas 2,876 Ha berpengairan dan 647 Ha masih tadah hujan. Kecamatan Indrapuri memiliki lahan sawah seluas 1,664 Ha berpengairan dan 670 Ha tadah hujan. Luas padang pengembalaan di Kecamatan Seulimeum tahun 2004 adalah 17,552 Ha atau persen dari total luas pengembalaan yang ada. Sedangkan Kecamatan Indrapuri memiliki padang pengembalaan seluas 1,173 Ha atau 2.42 persen dari total luas pengembalaan (Aceh Besar Dalam Angka Tahun 2004). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: (1) Manfaat ekonomi per tahun per petani yang signifikan diperoleh produsen petani padi dan ternak sapi yaitu masing masing sebesar 34,98 persen dan 19,31 persen. Manfaat ekonomi per tahun per pedagang yang signifikan diperoleh pedagang komoditi beras dan tomat yaitu masing-masing sebesar persen dan 50,76 persen. Penghematan bagi konsumen baik konsumen rumah tangga maupun konsumen rumah makan, sesudah adanya peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno, tidak signifikan yaitu dibawah 3 (tiga) persen. (2) Peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno memberikan penghematan biaya perjalanan bagi penumpang angkutan umum sebesar 46,63 persen. (3) Penerimaan daerah Kabupaten Aceh Besar dan pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), sesudah adanya peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno mengalami peningkatan sebesar 70,43 persen. (3) Peningkatan jalan tembus Jantho-Lamno sesuai dengan arahan pengembangan wilayah yang dibuat pemerintah daerah yaitu peningkatan akses untuk memperlancar pemasaran hasil produksi terutama produk yang berfungsi sebagai penopang ekonomi daerah serta penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur yang mendorong kegiatan investasi ekonomi dan sosial. Rekomendasi dan penelian ini adalah: (1) Pemerintah Kabupaten Aceh Besar harus mengatur dan mengarahkan pembangunan transportasi yang terpadu antar wilayah baik antar kota kecamatan maupun antar kabupaten sebagai sarana untuk mewujudkan sistem transportasi yang terintegrasi dan terkoordinasi secara menyeluruh. (2) Perlunya pengembangan sarana dan prasarana trasnportasi antara lain angkutan umum, terminal, penambahan dan peningkatan jaringan jalan untuk menunjang pemanfaatan potensi perekonomian di Kabupaten Aceh Besar dan Kota Jantho khususnya. (3) Pengembangan sarana dan prasarana transportasi juga harus memperhatikan kesesuaian dengan tata guna lahan sehingga potensi ekonomi yang terdapat di suatu wilayah dapat dimanfaatkan secara optimal. (4) 9

10 Perlu penelitian lebih lanjut mengenai manfaat ekonomi bagi produsen dan pedagang serta konsumen dan sisi produksi. DAFTAR RUJUKAN Adisasmita, H. Rahardjo (2005), Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta. Anonim (2003), Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Besar Tahun 2003, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Aceh Besar. Dikun, Suyono (2003), Infrastruktur Indonesia : Sebelum, Selama, dan Pasca Krisis, Kementerian Negara Perencanaan Pembangurian Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Jakarta. Suprayitno, Hitapriya (2003), Konsep Dasar Model Perhitungan Manfaat Pengembangan Jaringan Jalan Bagi Ekoriomi Lokal, TORSI Edisi Maret 2003 Tahun 23 No.1, Jurusan Teknik Sipil, ITS, Surabaya. Tarigan, Robinson (2005), Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta. Tamin, Ofyar Z. (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, ITB, Bandung. 10

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO Juanita 1, Tito Pinandita 2* 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa terutama dalam kegiatan perekonomian negara yang tidak lepas dari pengaruh pertambahan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Sektor unggulan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan infrastruktur mempunyai peranan yang vital dalam pemenuhan hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani VISI KEMENTERIAN PERTANIAN 2015-2019 Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Mengukur KESEJAHTERAAN PETANI EKONOMI Pendapatan, NTP, NTUP NON EKONOMI Terhormat Diperhatikan Dilindungi dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR Oleh: B U S T A M I L2D 302 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di bagian pesisir pantai barat pulau

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN PELAYANAN OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA BANDA ACEH TUGAS AKHIR

STUDI PENINGKATAN PELAYANAN OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA BANDA ACEH TUGAS AKHIR STUDI PENINGKATAN PELAYANAN OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA BANDA ACEH TUGAS AKHIR Oleh: DINAR DWIRIANSYAH L2D 099 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan atau mesin. Transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam perkembangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan atau mesin. Transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam perkembangan suatu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu usaha pemindahan manusia, hewan atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA RENCANA PROPOSAL Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Seleksi Masuk Program Studi Pasca Sarjana Oleh : SYANNE PANGEMANAN

Lebih terperinci

5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA

5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA 5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA 5.1 Determinan Ketahanan Pangan Regional Analisis data panel dilakukan untuk mengetahui determinan ketahanan pangan regional di 38 kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

PENGARUH BANGKITAN PERGERAKAN PADA GUNA LAHAN KOMERSIAL TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN DI PUSAT KOTA WONOGIRI TUGAS AKHIR

PENGARUH BANGKITAN PERGERAKAN PADA GUNA LAHAN KOMERSIAL TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN DI PUSAT KOTA WONOGIRI TUGAS AKHIR PENGARUH BANGKITAN PERGERAKAN PADA GUNA LAHAN KOMERSIAL TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN DI PUSAT KOTA WONOGIRI TUGAS AKHIR Disusun oleh: Desta Eko P. Jati L2D 304 148 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perhubungan nasional pada hakekatnya adalah pencerminan dari sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan sebagai penunjang utama

Lebih terperinci

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu kota pada mulanya berawal dari suatu pemukiman kecil, yang secara spasial mempunyai lokasi strategis bagi kegiatan perdagangan (Sandy,1978). Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Boks.2 PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BERAS DI PROVINSI JAMBI

Boks.2 PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BERAS DI PROVINSI JAMBI Boks.2 PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BERAS DI PROVINSI JAMBI Latar Belakang Produksi beras di Jambi mencapai 628.828 ton pada tahun 2010. Produksi beras dari tahun ke tahun memang menunjukkan peningkatan dalam

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu

Lebih terperinci

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh Adinda Putri Siagian dan Eko Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer manusia. Sebelum seseorang memenuhi kebutuhan yang lain, pangan menjadi kebutuhan mendasar yang tidak bisa ditunda. Pangan pun menjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE Gilang Satrio, M. Zainul Arifin, dan Achmad Wicaksono Jurusan Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Kriteria Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang

Kriteria Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Rendy Rosyandana Zulkarnaen, dan Rulli Pratiwi Setiawan Program Studi

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI Oleh: Aladin Nasution*) - Abstrak Pada dasarnya pembangunan pertanian di daerah transmigrasi

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi menyebabkan terjadinya perkembangan yang cukup pesat di Kabupaten Gunungkidul, hal ini ditandai dengan telah terbentuknya

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI Yunan Maulana 1, Janthy T. Hidajat. 2, Noordin Fadholie. 3 ABSTRAK Wilayah pengembangan merupakan bagian-bagian wilayah yang

Lebih terperinci

Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh

Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh Rilis PUPR #1 12 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/342 Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh Jakarta - Salah satu faktor penting mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO)

PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO) Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDA ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA BANDA ACEH ADMINISTRASI Profil Wilayah Aceh Utara berada pada jalur yang sangat strategis yang merupakan titik tengah antara Banda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana dalam sistem transportasi nasional memiliki peranan penting dalam mendukung kehidupan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya sektor produksi primer seperti kegiatan sektor pertanian di negara negara yang sedang berkembang merupakan sektor yang masih cukup dominan. Secara logis

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

RINCIAN FORMASI ASN DAERAH DARI PELAMAR UMUM PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN ANGGARAN 2014 KUALIFIKASI PENDIDIKAN. S1 Pendidikan Geografi

RINCIAN FORMASI ASN DAERAH DARI PELAMAR UMUM PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN ANGGARAN 2014 KUALIFIKASI PENDIDIKAN. S1 Pendidikan Geografi RINCIAN FORMASI ASN DAERAH DARI PELAMAR UMUM PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN ANGGARAN 2014 NO. NAMA JABATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN GOL./RUANG JUMLAH ALOKASI RENCANA PENEMPATAN Jumlah 100 Jumlah TENAGA

Lebih terperinci

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH KAJLAN 4.1. Kota Pekanbaru 4.1.1. Geografis Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke daratan Sumatera. Secara geografis, kota Pekanbaru terletak

Lebih terperinci

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-33 Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Ajeng Nugrahaning Dewanti dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep 3.1.1. Konsep partisipasi Kegiatan Perencanaan Angkutan Pemadu Moda New Yogyakarta International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk masyarakat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan tinggi sekalipun tetap terdapat orang yang membutuhkan dan menggunakan angkutan umum penumpang. Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH ELSA THESSIA YENEVA 06114052 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara bertahap sektor pertanian diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi 2012 PERANAN TANAMAN PADI SAWAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU. Fitra Yani

Jurnal Ekonomi 2012 PERANAN TANAMAN PADI SAWAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU. Fitra Yani PERANAN TANAMAN PADI SAWAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU Fitra Yani (Pembimbing : Dra. Hj. Nursiah Chalid, MS dan Sri Endang Kornita, SE, MSi) Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 sebanyak 44.038 rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 sebanyak 44.038 rumah tangga ..11110088. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 sebanyak 44.038 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 sebanyak 6

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D 003 322 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati masyarakat baik dari kalangan bawah maupun kalangan atas karena menimbulkan kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan merupakan sektor dalam perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia. Pentingnya sektor-sektor pertanian

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci