MAKALAH LENGKAP INSTRUMENTASI UNTUK PENCITRAAN KEDOKTERAN NUKLIR
|
|
- Yandi Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKALAH LENGKAP INSTRUMENTASI UNTUK PENCITRAAN KEDOKTERAN NUKLIR Dipresentasikan pada Annual Scientific Meeting 2011 The Indonesia Society of Nuclear Medicine A The Indonesia Society of Nuclear Medicine and Biology Radioisotopes, Radiopharmaceutical and Cyclotron Bandung, November 4-5, 2011 A. Hussein S. Kartamihardja Departemen Ilmu Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 0
2 INSTRUMENTASI UNTUK PENCITRAAN KEDOKTERAN NUKLIR A. Hussein S. Kartamihardja Departemen Ilmu Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Dipresentasikan pada Annual Scientific Meeting 2011 The Indonesia Society Of Nuclear Medicine A The Indonesia Society Of Nuclear Medicine And Biology Radioisotopes, Radiopharmaceutical And Cyclotron Bandung, November 4-5, 2011 Pendahuluan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 008/Menkes/SK/I/2009 memberikan definisi pelayanan kedokteran nuklir adalah pelayanan penunjang dan/atau terapi yang memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radionuklida yang meliputi pelayanan diagnotik invivo dan in-vitro melalui pemantauan proses fisiologi, metabolisme dan terapi radiasi internal Pelayanan kedokteran yang prima memerlukan beberapa persyaratan seperti sumber daya manusia yang kompeten, radiofarmaka yang memadai dan berkualitas baik serta peralatan atau instrumentasi yang prima. Peralatan utama dalam pelayanan kedokteran nuklir pada prinsipnya berkaitan dengan sistem deteksi radiaktif. Pemanfaatan teknologi nuklir dalam bidang kedokteran sudah dimulai sejak awal abad ke 20. Bebagai penemuan radionuklida untuk kesejahteraa manusia terus diupayakan sejalan dengan pengembangan peralatan teknologi nuklir. 1
3 Perkembangan dalam penggunaan alat diagnostic ditandai dengan pengembangan alat pendeteksi radiasi, kemudian dikembangkan alat dengan kemampuan pencitraan sederhana berupa rectilinear scanner. Penemuan kamera gamma merupakan perkembangan yang sangat signifikan dalam bidang diagnostic pencitraan. Alat ini jauh dapat menghasilkan hasil pencitraan jauh lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan alat rectilinear scanner. Perbedaan tersebut terletak pada detektor dengan kristal lebih besar dan jumlah multi photo multiplier tube (PMT) lebih dimiliki oleh kamera gamma dibandingkan rectilinear scanner yang hanya memiliki satu PMT saja. Pengembangan dalam bidang diasnostik tidak terbatas pada perangkat kerasnya saja, tetapi juga pada perangkat lunak. Pemanfaatan computer memberikan konstribusi yang sangat bermakna dalam pemanfaatan teknologi nuklir. Perangkat lunak dikembangkan untuk menganalisa hasil pencitraan yang tadinya hanya bersifat kualitatif menjadi hasil yang sifatnya kuantitatif. Perangkat lunak dikembangkan selai untuk aplikasi klinik juga untuk program pada umumnya. Peralatan yang paling canggih saat ini adalah kamera gamma dengan teknologi positron emission tomography (PET) yang digabungkan dengan peralatan CT atau MRI sebagai pendukung khususnya untuk koreksi atenuasi dan penentuan lokasi lesi secara anatomi. Di Indonesia, pelayanan kedokteran nuklir dimulai sejak tahun 1967 setelah reaktor atom pertama didirikan di Bandung pada tahun Awalnya pelayanan kedokteran nuklir dilaksanakan di PRAB (Pusat Reaktor Atom Bandung) tempat reaktor atom didirikan. Pelayanan kedokteran tersebut pada tahun 1971 dipindahkan ke RSUP Dr. Hasan Sadikin yang merupakan RS 2
4 pertama di Indonesia yang memberikan pelayanan kedokteran nuklir. Beberapa rumah sakit seperti RSCM, RS Dr. Soetomo, RS Gatot Soebroto dan RS Dr. Sardjito kemudian membuka pelayanan kedokteran nuklir. RS Swasta pertama yang memberikan pelayanan kedokteran nuklir adalah RSP Pertamina. Selanjutnya beberapa rumah sakit lain ikut serta memberikan pelayanan kedokteran nuklir. Saat ini terdapat 12 RS yang dapat memberikan pelayanan kedokteran nuklir, 3 diantaranya sudah dapat memberikan pelayanan dengan kamera gamma PET/CT. Sebagian besar RS tersebut terletak di Jakarta. Sistem deteksi radiasi Pencitraan dalam bidang kedokteran nuklir dibentuk melalui deteksi sinar gamma, sianr-x dan pada pemeriksaan Positron Emission Tomography adalah annihilation. Kamera gamma akan mendetksi densitas sinar gamma per unit area, energi dan arah cahayanya. Apabila cahaya tunggal dari foton yang digunakan, maka cahaya tersebut harus diarahkan menggunakan kolimator geometrik. Pada deteksi sinar koinsiden ditemukan gambaran yang unik dari annihilasi positron yang menghasilkan 2 sinar gamma berenergi tinggi dan secara simultan memancar ke arah yang berlawanan, sehingga diperlukan system deteksi yang juga simultan. Peralatan detektor skintigrafi terdiri dari Kristal skintilasi untuk merubah energy sinar gamma menjadi sinar tampak, sensor sinar, sistem elektonik dan unit pemroses gambar. 3
5 A B Gambar 1: A. Foto detektor kamera gamma. B. bagian-bagian dari kamera gamma terdiri dari kolimator, PMT dan rangkaian elektronik. Kollimator Kollimator merupakan bagian terluar dari detektor kamera gamma. Kollimator terbuat dari timbal dengan penampang mirip sarang tawon, terdiri dari lubang dan septa diantara lubang-lubang tersebut. Bentuk lubang bisa bundar atau hexagonal. Lubang hexagonal lebih banyak digunakan, karena lebih banyak sinar yang dapat mencapai kristal dan tebal septa homogeny. Besar lubang dan tebal septa ditentukan oleh tingkat energi dari radionuklida yang akan digunakan. Fungsi kollimator adalah untuk menseleksi sinar gamma yang mana yang boleh mencapai kristal, sehingga sinar yang masuk ke satu area pada kristal detektor hanya berasal dari satu area pada organ yang diperiksa. Sinar gamma yang akan masuk ke satu area yang berasal dari area lain dari organ yang diperiksa akan tertahan oleh septa pada kollimator, dengan demikian resolusi gambar yang diperoleh lebih tajam. (lihat gambar 2) Ketajaman resolusi gambar yang dihasilkan juga ditentukan oleh jarak sumber atau organ yang diperiksa dan detektor. Jarak yang makin jauh akan memberikan resolusi gambar lebih kabur. 4
6 Gambar 2: sketsa pancaran sinar yang masuk ke dalam kristal detektor dan pengaruh jarak antara sumber radiasi dengan detektor. Berdasarkan fungsinya kolimator dapat dikelompokan ke dalam pembagian berdasarkan bentuk atau alur lubang dan tingkat energi radionuklida yang digunakan. Jenis kollimator berdasarkan bentuk atau alur lubang kollimator (lihat gambar 3): 1. Parallel hole Kollimator parallel hole adalah kollimator dengan lubang yang tersusun sejajar, sehingga perbandingan antara gambaran yang diperoleh dan besar organ yang diperiksa berimbang. Kamera gamma yang menggunakan kollimator parallel hole biasanya memiliki diameter detektor cukup besar sehingga bisa mencakup lebar tubuh pasien. 2. Convergen Kollimator convergen adlah kollimator yang memiliki alur dengan diameter permukaan terluar (dekat dengan organ yang diperiksa) lebih kecil dibandingkan dengan diameter permukaan yang menempel pada kristal skintilator. Kollimator jenis ini biasnya digunakan pada kamera gamma dengan diameter detektor jauh lebih besar dibandingkan dengan organ yang akan diperiksa, misalnya jika bayi atau anak-anak. 5
7 3. Divergen Kollimator divergen merupakan kollimator dengan bentuk atau alur lubang yang berlawanan dengan kollimator convergen. Kollimator ini digunakan untuk pemeriksaan organ yang lebih besar dibandingkan dengan diameter detektor. Apabila organ tersebut diperiksa dengan kollimator parallel hole, maka ada bagian organ tersebut yang tidak terlihat pada pencitraan yang dibuat. 4. Pin hole Kollimator pin hole merupakan kollimator berbentu kerucut dengan lubang tunggal. Kollimator ini sering digunakan untuk pencitraan organ kecil seperti kelenjar tiroid dan persendian. Gambar 3 : Jenis kollimator yang dapat digunakan tergantung pada diameter detektor dibandingkan dengan besar organ yang diperiksa. A. parallel hole digunakan pada organ besar tapi masih ada dalam lapang pandang detektor; B. convergen digunakan untuk organ kecil dan perlu diperbesar; C. pinhole digunakan untuk organ sangat kecil agar tampak lebih besar, dan D. divergen untuk organ lebih besar dari diameter detektor. 6
8 Jenis kollimator berdasarkan tingkat energi dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Kollimator energi rendah resolusi tinggi (Low Energy High Resolution/LEHR) Kollimator LEHR merupakan kollimator yang dirancang untuk kepentingan pemeriksaan yang memerlukan citra dengan resolusi tinggi, sehingga dapat mendeteksi kelainan dengan ukuran seminimal mungkin. Teknik pemeriksaan yang menggunakan kollimator ini adalah pemeriksaan statik dan bersifat kualitatif. Bentuk kollimator ini memiliki diameter lubang yang kecil dan septa yang tipis namun masih mampu menahan arah sinar gamma yang tidak diinginkan, sehingga dapat memberikan gambar dengan resolusi tinggi. 2. Kollimator energi rendah sensitifitas tinggi (Low Energy High Sensitivity/LEHS) Pemeriksaan yang bersifat kuantitatif dan pencitraan dinamik memerlukan count rate yang tinggi dalam kurun waktu yang sempit, seperti pemeriksaan renografi dan laju filtrasi glomerulus. Pemeriksaan jenis ini memerlukan kemampuan kristal detektor menangkap lebih banyak sinar gamma. Makin banyak cacahan yang bisa diperoleh, makin kecil kemungkinan kesalahan. Kollimator ini memiliki lubang relatif lebih besar dengan septa yang tipis, sehingga memungkinkan lebih banyak sinar gamma yang dapat mencapat kristal detektor, namun demikian resolusi kurang dibandingkan dengan pencitraan yang dihasilkan menggunakan kollimator LEHR. 7
9 3. Kollimator energi rendah multi fungsi (Low Energy General Purpose/LEGP) Kollimator LEGP merupakan kollimator kompromi dari kedua kollimator sebelumnya. Kollimator ini digunakan jika jumlah cacahan diperlukan dalam jumlah yang tinggi, namun resolusi tetap diperlukan. Pemeriksaan yang memerlukan kollimator jenis ini adalah pencitraan dinamik yang tidak memerlukan perhitungan kuantitatif. 4. Kollimator energi tinggi Kollimator ini memiliki septa yang tebal agar mempu nenahan sinar gamma dengan tingkat energi tinggi. Septa yang tebal diharapkan mampu untuk menahan sinar gamma yang tidak diharapkan dapat mencapai kristal detektor. Kollimator ini biasa digunakan pada pencitraan menggunakan radionuklida 131 I. Prinsip dasar detektor skintilasi Sinar tampak sebagai hasil dari proses skintilasi yang terjadi saat sinar gamma menembus kristal. Sinar tersebut merupakan sinar tampak dengan panjang gelombang seperti ultra violet. Intensitas dan waktu pendistribusian sinar dari proses skintilasi tersebut tergantung bahan yang digunakan untuk kristal skintilator tersebut. Kristal skintilator Kristal skintilator tersebut dapat dibuat dari bahan organic seperti plastic atau inorganik yang masing-masing bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam mendeteksi sinar gamma, sinar-x atau partikel bermuatan. 8
10 Semua camera yang digunakan untuk kepentingan klinik kedokteran nuklir dibuat dengan skintilator inorganic, karena efisiensi pendeteksiannya lebih tinggi untuk sinar gamma dan sinar-x. Makin tinggi densitas dari bahan kristal skintilasi dan makin tinggi nomor atom, maka makin baik efisiensi detektor tersebut untuk sinar gamma. Makin banyak sinar skintilasi yang dipancarkan dalam kurun waktu yang pendek akan memberikan keuntungan proses deteksi dalam interval waktu yang pendek. Tabel 1. Karakteristik berbagai jenis kristal skintilator yang digunakan dalam bidang kedokteran nuklir. NaI/Tl adalah Kristal natrium iodide yang diaktivasi dengan Thallium. BGO : bismuth germinat, YSO:Ce cerium yang diaktivasi oleh yttrium oxy-orthosilicate, LSO:Ce cerium diaktivasi oleh lutetium oxy-orthosilicate, GCO:Ce cerium yang diaktivasi dengan gadolinium orthosilicate Kristal Na(Tl) atau kristal sodium iodide yang diaktivasi dengan thallium masih merupakan kristal pilihan untuk deteksi sinar gamma (single photon) dengan tingkat energy antara 70 kev sampai 360 kev. Kristal ini akan menghasilkan sinar yang tinggi, waktu peluruhan yang memadai dan relative murah untuk produksi dalam jumlah besar. Satu kelemahan dari Na(Tl) adalah material ini mempunyai sifat higroskopik, sehingga diperlukan pelindung dengan udara yang sangat terbatas pada kontener. Resolusi energi kamera gamma ditentukan oleh seluruh bagian dari system, namun banyaknya sinar yang dihasilkan oleh Kristal skintilasi menjadi sangat penting. Kontras hasil pencitraan yang baik akan diperoleh jika pemiian energy yang diperlukan lebih baik. 9
11 Skintilator yang paling sering digunakan pada kamera PET adalah bismuth germinate (BGO) yang memiliki efisiensi deteksi sangat tinggi untuk sinar annihilasi yang rendah dan waktu peluruhan yang panjang. Kristal cerium activated lutetium axy-orthosilicate (LSO) merupakan kristal memberikan potensi yang menjanjikan, memiliki efisiensi deteksi mirip dengan BGO namun count rate nya lebih tinggi. Photo multiplier tube (PMT) PMT merupakan tabung sesuai dengan namanya berfungsi sebagai alat untuk menggandakan sinar tampak yang dilepaskan dari kristal detektor. Sinar tampak yang terbentuk akibat peristiwa skintilasi dengan masuknya sinar gamma sangat lemah, sehingga perlu dikuatkan dengan PMT. Selain memperkuat sinar, PMT juga mekonversikannya menjadi pulsa elektrik. Sinar yang tadinya berkekuatan 100 V dilipatgandakan menjadi 1200V. 1. Gambar 4: Photomultiplier tube, berfungsi untuk melipatgandakan sinar dan mengkonfersinya menjadi pulsa listrik. Selanjutnya signal yang terbentuk menjadi tiga jenis yang direpresentasikan menjadi x, y dan z. Signal x dan y merupakan signal yang digunakan untuk menetukan lokasi pada lapang pandang detektor, sedangkan z merepresentasikan kekuatan dari signal yang masuk tersebut. 10
12 Kesimpulan Kamera gamma merupakan salah unsur yang sangat penting dalam pelayanan kedokteran nuklir. Detektor yang terdiri dari kollimator, kristal skintilator dan PMT merupakan komponen kamera gamma yang dapat dikatakan jantungnya kamera gamma. Pemilihan jenis kollimator dan pemilihan seting energi sangat penting dan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diperlukan dan radiofarmaka yang digunakan. Daftar pustaka 1. Becker CL. Myocardial perfusion. In Textbook of Nuclear Medicin vol.ii : Clinical Application, 2 nd ed., Herbert J and Da Rocha FGA (Eds.). Philadelphia, Lea & Febiger, Henkin RE. Nuclear Medicine, 2 nd edition, Philadelphia, Mosby Elservier Lele RD. Principles and Practice of Nuclear Medicine and Correlative Medical Imaging. New Delhi, Jaypee Brother Medical Publisher(p) Ltd,
13 12
14 13
15 14
16 15
17 16
18 Photopeak selection A : Tc-99m pyrophosphate B : Tc-99m uniformity test 17
19 18
20 19
21 20
22 21
PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA
MAKALAH LENGKAP PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA Dipresentasikan pada Pelatihan Evaluasi Mutu Produk Radiofarmaka Badan Pengawan Obat dan Makanan RI Jakarta 26-27 November 2013
Lebih terperinciJurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN
STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY Ra 226 Friska Wilfianda Putri 1, Dian Milvita
Lebih terperinciSPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)
SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M0209054, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciNUKLIR DI BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
NUKLIR DI BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang menakjubkan di bidang ilmu dan teknologi, termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan. Terobosan
Lebih terperinciJurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN
STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY I 131 Yosi Sudarsi Asril 1, Dian Milvita 1, Fadil
Lebih terperinciPEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT
PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT Wiranto Budi Santoso 1 dan Leli Yuniarsari 1 1 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - Badan Tenaga Nuklir Nasional ABSTRAK PEREKAYASAAN SISTEM
Lebih terperinciSTUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR (STATIK) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY RADIUM-226 (Ra 226 )
STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR (STATIK) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY RADIUM-226 (Ra 226 ) Resky Maulanda Septiani 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1
Lebih terperinciSPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)
SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M2954, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK Aras-aras inti dipelajari
Lebih terperinciDESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY
DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY WIRANTO BUDI SANTOSO Pusat Rekayasa Perangakat Nuklir, BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK Desain Dasar Perangkat Scintigraphy.
Lebih terperinciSTUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )
STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 ) Rima Ramadayani 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika
Lebih terperinciPEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT
PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT Wiranto Budi Santoso 1, Leli Yuniarsari 2, Sigit Bachtiar 3 1,2,3 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di
Lebih terperinciUji Kontrol Kualitas Pesawat PET/CT dengan Pedoman IAEA Human Health Series No. 1
Uji Kontrol Kualitas Pesawat PET/CT dengan Pedoman IAEA Human Health Series No. 1 Ita Mesikel 1, Prof. Dr. Djarwani 1, Arreta Rei, M.Si 1 1 Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 messikelsebayang@yahoo.com
Lebih terperinciRadiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada
Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283
Lebih terperinciPROSPEK DAN TANTANGAN PEMANFAATAN IPTEK NUKLIR DALAM BIDANG KEDOKTERAN DI INDONESIA
PROSPEK DAN TANTANGAN PEMANFAATAN IPTEK NUKLIR DALAM BIDANG KEDOKTERAN DI INDONESIA Hussein S. Kartamihardja Bagian Kedokteran Nuklir, Fakultas Kedokteran UNPAD RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung E-mail : 1.
Lebih terperinciPenentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)
Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer) 1 Mei Budi Utami, 2 Hanu Lutvia, 3 Imroatul Maghfiroh, 4 Dewi Karmila Sari, 5 Muhammad Patria Mahardika Abstrak
Lebih terperinciSistem Pencacah dan Spektroskopi
Sistem Pencacah dan Spektroskopi Latar Belakang Sebagian besar aplikasi teknik nuklir sangat bergantung pada hasil pengukuran radiasi, khususnya pengukuran intensitas ataupun dosis radiasi. Alat pengukur
Lebih terperinciFABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY UNTUK TIROID
FABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY UNTUK TIROID Wiranto Budi Santoso PRPN BATAN, Kawasan Puspiptek, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK FABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan sinar-x pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895 memberikan hal yang sangat berarti dalam perkembangan
Lebih terperinciPusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional PDL.PR.TY.PPR.00.D03.BP 1 BAB I : Pendahuluan BAB II : Prinsip dasar deteksi dan pengukuran radiasi A. Besaran Ukur Radiasi B. Penggunaan C.
Lebih terperinci5. Diagnosis dengan Radioisotop
5. Diagnosis dengan Radioisotop Untuk studi in-vivo, radioisotop direaksikan dengan bahan biologik seperti darah, urin, serta cairan lainnya yang diambil dari tubuh pasien. Sampel bahan biologik tersebut
Lebih terperinciFISIKA ATOM & RADIASI
FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),
Lebih terperinciPrinsip Dasar Pengukuran Radiasi
Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi Latar Belakang Radiasi nuklir tidak dapat dirasakan oleh panca indera manusia oleh karena itu alat ukur radiasi mutlak diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur radiasi
Lebih terperinciSIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5
SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito, P. Ilham Y., Muhayatun S., dan Ade Suherman Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri
Lebih terperinciPELURUHAN RADIOAKTIF
PELURUHAN RADIOAKTIF Inti-inti yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) menuju konfigurasi yang baru yang mantap (stabil). Dalam proses peluruhan akan terpancar sinar alfa, sinar beta, atau sinar
Lebih terperinciALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)
ALAT UKUR RADIASI Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta 10350 Telepon : (021) 230 1266 Radiasi Nuklir Secara umum dapat dikategorikan menjadi: Partikel bermuatan Proton Sinar alpha
Lebih terperinciEKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD
Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R3 EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza Andiana
Lebih terperinciX-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)
X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) Philips Venus (Picture from http://www.professionalsystems.pk) Alat X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) memanfaatkan sinar
Lebih terperinciSIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5
290 Simulasi Efisiensi Detektor Germanium Di Laboratorium AAN PTNBR Dengan Metode Monte Carlo MCNP5 ABSTRAK SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Produksi radioisotop dan radiofarmaka pada instalasi rumah sakit diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit terhadap radioisotop yang memiliki waktu paruh singkat.
Lebih terperinciPENGARUH TANGGAPAN DETEKTOR KAMERA GAMMA SPECT PADA PEMERIKSAAN GINJAL
PENGARUH TANGGAPAN DETEKTOR KAMERA GAMMA SPECT PADA PEMERIKSAAN GINJAL Zaenal Arifin 1 dan Djarwani S. Soejoko 2 1 Fisika, FMIPA UNDIP, Semarang 2 Fisika, FMIPA UI, Jakarta email: zaenal.fisika@gmail.com
Lebih terperinciSIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5
ABSTRAK SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Annisatun Fathonah dan Suharyana Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Jl. Ir Sutami No.36
Lebih terperinciLaporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.
Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.Si Septia Kholimatussa diah* (891325), Mirza Andiana D.P.*
Lebih terperinciKIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif
KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12
Lebih terperinciPERANGKAT LUNAK PELATIHAN PENCITRAAN PADA PERALATAN KAMERA GAMMA
PERANGKAT LUNAK PELATIHAN PENCITRAAN PADA PERALATAN KAMERA GAMMA SIGIT BACHTIAR Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN) BATAN Kawasan Puspitek, Serpong Tangerang 15310, Banten Telp (021) 7560896 Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan bisa dikatakan tanpa kesehatan yang baik segala yang dilakukan tidak akan maksimal.
Lebih terperinciTomografi Resonansi Magnetik Inti; Teori Dasar, Pembentukan Gambar dan Instrumentasi Perangkat Kerasnya, oleh Daniel Kartawiguna Hak Cipta 2015 pada
Tomografi Resonansi Magnetik Inti; Teori Dasar, Pembentukan Gambar dan Instrumentasi Perangkat Kerasnya, oleh Daniel Kartawiguna Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283
Lebih terperinciMDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT
PENENTUAN AKUMULASI Technetium-99 Metastabil Methylene Diphosphonat (Tc 99m MDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT (Studi Kasus di Instalasi Kedokteran Nuklir RS
Lebih terperinciVidya Ikawati. Keywords : sinar-x, FSA, single phasa, MA, HU
Perbandingan Ketahanan Panas Focus Spot Area 0,3 mm Tabung Sinar- X Single Phasa pada High Speed Rotation dengan Low Speed Rotation Rentang Uji 50-150 MA Vidya Ikawati Program Studi Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 1 (50 MENIT)
PERTEMUAN KE 1 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan ruang lingkup radiologi sebagai radiodiagnostika serta radioterapi pada hewan. Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu :
Lebih terperinciBAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF
BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF 1. PROSES PROSES PELURUHAN RADIASI ALPHA Nuklida yang tidak stabil (kelebihan proton atau neutron) dapat memancarkan nukleon untuk mengurangi energinya dengan
Lebih terperinciBAB IV Alat Ukur Radiasi
BAB IV Alat Ukur Radiasi Alat ukur radiasi mutlak diperlukan dalam masalah proteksi radiasi maupun aplikasinya. Hal ini disebabkan karena radiasi, apapun jenisnya dan berapapun kekuatan intensitasnya tidak
Lebih terperinciBAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi
BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 2 (50 MENIT)
PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan fisika radiasi sebagai dasar dalam diagnosa Roentgenografi. POKOK BAHASAN : Fisika radiasi Sub pokok bahasan : 1. Konsep dasar sinar
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN KAMERA GAMMA ANALOG MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS KOMPUTER PC DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAHAN CITRA
PENINGKATAN KEMAMPUAN KAMERA GAMMA ANALOG MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS KOMPUTER PC DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAHAN CITRA M. Syamsa Ardisasmita * ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN KAMERA GAMMA ANALOG
Lebih terperinciMagnetic Resonance Image. By Arman
Magnetic Resonance Image By Arman Magneting Resonance Image Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetic inti atom hidrogen.
Lebih terperinciPELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).
PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar
Lebih terperinciDETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.
DETEKTOR RADIASI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Alat deteksi sinar radioaktif atau sistem pencacah radiasi dinamakan detektor radiasi. Prinsip: Mengubah radiasi menjadi
Lebih terperinciOleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS
Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
Lebih terperinciSTANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR
STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Januari 2007 Pengantar Sejak tahun 2000 BATAN telah ditunjuk oleh Badan Standardisasi
Lebih terperinciMAKALAH DETEKTOR RADIASI DALAM KEDOKTERAN NUKLIR
MAKALAH DETEKTOR RADIASI DALAM KEDOKTERAN NUKLIR DISUSUN OLEH : Nama : Pipit Dwi rahayu (021500449) : : Jurusan Prodi Dosen : Teknofisika Nuklir : Elektronika Instrumentasi : Toto Trikasjono, S.T, M.Kes
Lebih terperinciINSTRUMENTASI NUKLIR KAMERA GAMMA
MAKALAH INSTRUMENTASI NUKLIR KAMERA GAMMA Oleh : 1. Tedy Tri Saputro 2. Agustin Nurcahyani 3. Prambudi Wicaksono 4. Gunawan Satrio Pratomo 5. Muhammad Syamsudin SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BADAN TENAGA
Lebih terperinciEKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA
Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R4 EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza
Lebih terperinciPerbandingan Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi Radiasi Gamma
Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 204-209 Perbandingan Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi Radiasi Gamma Syamsul Bahri Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiasi merupakan pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang yang dapat diserap oleh benda lain. Beberapa radiasi berbahaya
Lebih terperinciVII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi
VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok
Lebih terperinciPusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Prinsip Kerja Sinar-X Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung Roentgen dihubungkan ke
Lebih terperinciX-Ray Fluorescence Analysis. (Analisa XRF)
X-Ray Fluorescence Analysis (Analisa XRF) Analisis X-ray Fluoresensi Pendahuluan Prinsip Kerja Skema Cara Kerja Alat Preparasi Sampel Instrumen XRF Contoh spektra Radiasi Elektromagnetik 1Hz - 1kHz Extra-Low
Lebih terperinciPENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI
PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI Tc 99m MDP (Methylene Di Phosphonat) PASCA INJEKSI PADA PASIEN KANKER PROSTAT (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA JAKARTA) Skripsi Untuk Memenuhi
Lebih terperinciANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID
ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID Arizola Septi Vandria 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Andalas, Padang, Indonesia
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.
ABSTRAK ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10. Benar Bukit, Kristiyanti, Hari Nurcahyadi Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kapasitor atau kondensator merupakan salah satu komponen penting dalam rangkaian elektronika karena berfungsi untuk menyimpan muatan listrik. Secara umum, kapasitor
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN
Lebih terperinciGambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan)
Mekanisme Kerja Devais Sel Surya Sel surya merupakan suatu devais semikonduktor yang dapat menghasilkan listrik jika diberikan sejumlah energi cahaya. Proses penghasilan energi listrik itu diawali dengan
Lebih terperinciPHOTODETECTOR. Ref : Keiser
PHOTODETECTOR Ref : Keiser Detektor Silikon PIN Syarat foto detektor High response atau sensitifitas Noise rendah Respon cepat atau bandwidth lebar Tidak sensitif thd variasi suhu Kompatibel dgn fiber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,
Lebih terperinciSIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5
SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito, P. Ilham Y., Rini Heroe Oetami, dan Ade Suherman Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN Jl. Tamansari
Lebih terperinciPendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)
Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) *) Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura Abstrak CT scan mampu menghasilkan citra organ internal (struktur
Lebih terperinciBAB II RADIASI PENGION
BAB II RADIASI PENGION Salah satu bidang penting yang berhubungan dengan keselamatan radiasi pengukuran besaran fisis radiasi terhadap berbagai jenis radiasi dan sumber radiasi. Untuk itu perlu perlu pengetahuan
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA UJI QUALITY CONTROL DETEKTOR PESAWAT SPECT DENGAN PROTOKOL IAEA DAN AAPM. Naskah Ringkas Skripsi
UNIVERSITAS INDONESIA UJI QUALITY CONTROL DETEKTOR PESAWAT SPECT DENGAN PROTOKOL IAEA DAN AAPM Naskah Ringkas Skripsi FERY ARDIANSYAH 0906637393 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN
Lebih terperinciINTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI
INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat
Lebih terperinciRENOGRAF DUAL PROBES Berbasis komputer personal Akurat Aman, dan Ekonomis
RENOGRAF DUAL PROBES Berbasis komputer personal Akurat Aman, dan Ekonomis Perkembangan Renograf Teknik Renografi untuk memeriksa fungsi ginjal telah dikenal sejak tahun 1950-an. Teknik ini pada awalnya
Lebih terperinciPERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN
PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN Suwarni 1, Dian Milvita 1, Heru Prasetio 2, Helfi Yuliati 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas
Lebih terperinciPENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.
Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T. Oleh : ADI WIJAYANTO 1 Adi Wijayanto Badan Tenaga Nuklir Nasional www.batan.go.id CAKUPAN
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM SPEKTROSKOPI XRF DENGAN DETEKTOR SEMIKODUKTOR Cd Te
1. TUJUAN PRATIKUM Tujuan pratikum Instrumentasi nuklir khususnya XRF (X-ray fluorescence spectrometry) adalah : 1. Mahasiswa mengetahui prinsip kerja dan cara-cara menggunakan XRF 2. Mahasiswa mampu mengkalibrasi
Lebih terperinciPenentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller
Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Artikel 0854-0675 Penelitian Volume 15, Nomor 2, April 2007 Artikel Penelitian: 73-77 Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller M. Azam 1,
Lebih terperinciBAB II Besaran dan Satuan Radiasi
BAB II Besaran dan Satuan Radiasi A. Aktivitas Radioaktivitas atau yang lebih sering disingkat sebagai aktivitas adalah nilai yang menunjukkan laju peluruhan zat radioaktif, yaitu jumlah inti atom yang
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 3 (50 MENIT)
PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan faktor faktor pembentuk dalam radiografi POKOK BAHASAN : Faktor faktor pembentuk radiografi Sub pokok bahasan : 1. Interaksi antara sinar
Lebih terperinciKOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62
Jurnal Forum Nuklir (JFN), Volume 6, Nomor 2, November 2012 KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62 Alan Batara Alauddin 1, Argo Satrio Wicaksono 2, Joko Sunardi
Lebih terperinciANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF)
ISSN 1979-2409 Analisis Kerusakan X-Ray Fluoresence (XRF) (Agus Jamaludin, Darma Adiantoro) ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF) Agus Jamaludin, Darma Adiantoro Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir
Lebih terperinciI. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop
I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop II. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mampu menera mikroskop dengan bermacam-macam kombinasi okuler dan objektif 2. Mampu melakukan pengukuran benda / partikel yang Berukuran
Lebih terperinciJumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)
FISIKA INTI A. INTI ATOM Inti Atom = Nukleon Inti Atom terdiri dari Proton dan Neutron Lambang Unsur X X = nama unsur Z = nomor atom (menunjukkan banyaknya proton dalam inti) A = nomor massa ( menunjukkan
Lebih terperinciJurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN 14108542 PRODUKSI TEMBAGA64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN Rohadi Awaludin, Abidin, Sriyono dan Herlina Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN
Lebih terperinciDETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id
DETEKTOR RADIASI NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn@uns.ac.id - Metode deteksi radiasi didasarkan pd hasil interaksi radiasi dg materi: proses ionisasi & proses eksitasi -
Lebih terperinciPELURUHAN SINAR GAMMA
PELURUHAN SINAR GAMMA Pendahuluan Radioaktivitas disebut juga peluruhan radioaktif, yaitu peristiwa terurainya beberapa inti atom tertentu secara spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa (inti
Lebih terperinciPENGARUH EFEK GEOMETRI PADA KALIBRASI EFISIENSI DETEKTOR SEMIKONDUKTOR HPGe MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
258 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal 258-264 PENGARUH EFEK GEOMETRI PADA KALIBRASI EFISIENSI DETEKTOR SEMIKONDUKTOR HPGe MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Hermawan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciOXEA - Alat Analisis Unsur Online
OXEA - Alat Analisis Unsur Online OXEA ( Online X-ray Elemental Analyzer) didasarkan pada teknologi fluoresens sinar X (XRF) yang terkenal di bidang laboratorium. Dengan bantuan dari sebuah prosedur yang
Lebih terperinciPenentuan persentase uptake radiofarmaka Tc 99m Sulfur Colloid pada sidik hati (Liver scan)
Youngster Physics Journal ISSN: 232-7371 Vol. 6, No. 1, Januari 217, Hal. 62-69 Penentuan persentase uptake radiofarmaka Tc 99m Sulfur Colloid pada sidik hati (Liver scan) Istifadatun Ni amah 1), Wahyu
Lebih terperinciSTANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN NUKLIR DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
616.075 Ind k KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 008/MENKES/SK/I/2009 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN NUKLIR DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Colgate, S.A., dan White, R.H., 1965, The Hydrodynamic Behaviour of Supernovae Explosions, ApJ, 143, 626.
DAFTAR PUSTAKA Bradt, H., 2008, Astrophysical Processes, 1 st edition, Cambridge University Press. Colgate, S.A., dan White, R.H., 1965, The Hydrodynamic Behaviour of Supernovae Explosions, ApJ, 143, 626.
Lebih terperinciMateri. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi
Fisika Radiasi Materi Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi PENDAHULUAN kecil dan berbeda, sama atom- Perkembanagn Model Atom : * Model Atom Dalton: - Semua materi tersusun dari partikel- partikel yang sangat
Lebih terperinciMANFAAT ILMU KOMPUTER DALAM BIDANG KESEHATAN
MANFAAT ILMU KOMPUTER DALAM BIDANG KESEHATAN Ramdani Sofhan ninoraymond88@yahoo.com Abstrak Teknologi komputer merupakan salah satu alat yang dapat kita gunakan apabila ingin memudahkan dalam melakukan
Lebih terperinciXpedia Fisika. Soal Fismod 2
Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (target 20 Ne alami + 19 F alami untuk pengemban/carrier). 18 F kemudian disintesis menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data sensus penduduk tahun 2010 menyatakan penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa, dari jumlah ini sebanyak 671.353 jiwa (0,28% dari jumlah penduduk) didiagnosis
Lebih terperinciTEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864
TEORI MAXWELL TEORI MAXWELL Maxwell adalah salah seorang ilmuwan fisika yang berjasa dalam kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berhubungan dengan gelombang. Maxwell berhasil mempersatukan penemuanpenumuan
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A SILABI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A SILABI Fakultas : FMIPA Program Studi : Kimia Mata Kuliah : Kimia Inti Jumah sks : sks Semester : 6 Mata Kuliah Prasyarat : Kimia Dasar, Kimia Fisika
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN RPP/KIM SKM 229/ 01-02 5 September 2012 1. Fakultas/ Program Studi : FMIPA/Kimia 2. Matakuliah/Kode : Radioanalisis
Lebih terperinciEVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali
Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 13 No. 1, April 2016 EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89 Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali ABSTRAK
Lebih terperinci