REFERIGATOR MERAMU PAKAN IKAN. mengoperasikan sistem MODUL MODUL MERAMU PAKAN IKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REFERIGATOR MERAMU PAKAN IKAN. mengoperasikan sistem MODUL MODUL MERAMU PAKAN IKAN"

Transkripsi

1 A-PDF Watermark DEMO: Purchase from to remove the watermark TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN 2015 MERAMU PAKAN IKAN MODUL MERAMU PAKAN IKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN 2015 MODUL mengoperasikan sistem REFERIGATOR Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan Badan Pengembangan SDM dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan tersusunnya modul ini. Modul ini merupakan modul pembelajaran yang dapat digunakan peserta didik program keahlian Teknologi Budidaya Perikanan dalam mempersiapkan diri untuk uji kompetensi keahlian. Peserta didik dapat belajar secara individual dan mandiri dalam menyelesaikan suatu unit kompetensi secara utuh. Modul ini disusun berdasarkan silabus SUPM Edisi 2012 dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Pada setiap bab berisi tentang lembar informasi, lembar praktek unjuk kerja, penilaian/evaluasi dan lembar kunci jawaban. Dengan mempelajari seluruh isi modul dan melaksanakan setiap praktek unjuk kerja diharapkan peserta didik dapat lebih siap menghadapi uji kompetensi keahlian. Jakarta, Desember 2015 Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Deskripsi... 1 B. Peta Judul Modul, Unit Kompetensi dan Elemen Kompetensi... 1 C. Tujuan... 2 D. Petunjuk Penggunaan Modul... 2 E. Waktu... 4 BAB II. MEMILIH DAN MENGHITUNG KEBUTUHAN BAHAN BAKU A. Lembar Informasi... 5 B. Lembar Praktek Unjuk Kerja...10 C. Penilaian/Evaluasi...17 D. Lembar Kunci Jawaban...18 BAB III. MENYIAPKAN PERALATAN DAN BAHAN PEMBUAT PAKAN A. Lembar Informasi...22 B. Lembar Praktek Unjuk Kerja...27 C. Penilaian/Evaluasi...30 D. Lembar Kunci Jawaban...30 BAB IV. MENCAMPUR PAKAN A. Lembar Informasi...32 B. Lembar Praktek Unjuk Kerja...37 C. Penilaian/Evaluasi...38 D. Lembar Kunci Jawaban...39 ii

4 BAB V. MENGEMAS PAKAN A. Lembar Informasi...40 B. Lembar Praktek Unjuk Kerja...41 C. Penilaian/Evaluasi...41 D. Lembar Kunci Jawaban...41 BAB VI. MENYIMPAN PAKAN A. Lembar Informasi...43 B. Lembar Praktek Unjuk Kerja...47 C. Penilaian/Evaluasi...47 D. Lembar Kunci Jawaban...48 BAB VII. MEMBUAT LAPORAN HASIL PEMBUATAN PAKAN IKAN A. Lembar Informasi...50 B. Lembar Praktek Unjuk Kerja...54 C. Penilaian/Evaluasi...56 D. Lembar Kunci Jawaban...56 BAB VIII. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA...59 iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jenis Bahan Baku dan Kandungan Nutrisinya...10 iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Disk Mill...23 Gambar 2. Alat Pencampur Pakan...25 Gambar 3. Alat Pengukus...26 Gambar 4. Alat Penggiling Daging...27 Gambar 5. Pengering...27 v

7 vi

8 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul ini merupakan modul pembelajaran mandiri sehingga siswa diharapkan akan mampu menyerap materi lebih mudah untuk setiap kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki. Modul ini terdiri dari sub judul yaitu memilih dan menghitung kebutuhan bahan baku, menyiapkan peralatan dan bahan pembuat pakan, mencampur pakan, mengemas pakan dan membuat laporan hasil pembauatan pakan ikan yang disusun secara sederhana, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa. B. Peta Judul Modul, Unit Kompetensi dan Elemen Kompetensi (PRK.AP ) Memilih dan menghitung kebutuhan bahan baku Menyiapkan peralatan dan bahan pembuatan pakan Mencampur pakan Mengemas pakan Menyimpan pakan Membuat laporan hasil pembuatan pakan ikan 1

9 C. Tujuan Modul ini merupakan modul yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi meramu pakan ikan yang terdiri dari menghitung kebutuhan bahan baku, menyiapkan peralatan dan bahan pembuat pakan, mencampur pakan, mengemas pakan, menyimpan pakan dan membuat laporan hasil pembuatan pakan ikan. Setelah mempelajari modul ini siswa mampu membuat pakan ikan sesuai dengan formulasi yang diinginkan. D. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Langkah-langkah Belajar Modul ini disusun sebagai bahan pembelajaran dengan pendekatan siswa aktif dan guru berfungsi sebagai fasilitator. Melalui modul ini diharapkan siswa kompeten dalam meramu pakan ikan. Oleh karena itu, diharapkan siswa dapat berinteraksi dengan modul yang dipergunakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Bacalah modul ini secara berurutan b. Pahami secara cermat mengenai deskripsi buku teks, tujuan pembelajaran, dan uraian materi. c. Bila terdapat dal yang kurang dimengerti/dipahami, mintalah petunjuk kepada guru. d. Kerjakan setiap tugas sesuai dengan petunjuk yang ada. e. Kerjakan soal yang ada pada tes formatif di setiap kegiatan belajar. f. Tunjukan hasil kerja anda pada guru. g. Untuk lebih memperluas wawasan, pelajari referensi yang berhubungan dengan modul ini. 2

10 Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari paktikum, perhatikanlah halhal berikut ini: a. Perhatikan petunjuk-petunjuk keselamatan kerja yang berlaku. b. Pahami setiap langkah kerja (prosedur praktikum) yang baik. c. Sebelum melaksanakan praktikum, identifikasi (tentukan) peralatan dan bahan yang diperlukan dengan cermat. d. Gunakan alat sesuai prosedur pemakaian yang benar. e. Untuk melakukan kegiatan praktikum yang belum dipahami, harus meminta ijin guru terlebih dahulu. f. Setelah selesai, kembalikan alat dan bahan ke tempat semula. g. Jika belum menguasai tingkatan materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada guru pengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan. 2. Perlengkapan yang harus dipersiapkan Untuk menunjang keselamatan dan kelancaran tugas yang harus anda kerjakan, maka seluruh perlengkapan yang berkaitan dengan produksi pakan buatan harus disiapkan. Beberapa perlengkapan penunjang yang harus dipersiapkan adalah: a. Alat tulis b. Peralatan-peralatan lain yang berkaitan dengan kompetensi di atas 3

11 E. Waktu Waktu yang dibutuhkan dalam mempelajari modul ini adalah disesuaikan dengan ketuntasan belajar, serta sesuai panduan dari guru/pembimbing. 4

12 BAB II MEMILIH DAN MENGHITUNG KEBUTUHAN BAHAN BAKU A. Lembar Informasi Masih ingatkah anda dengan apa yang dimaksud pakan buatan? Ya, pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan kebutuhan nutrisi biota air yang bersangkutan, sumber dan kualitas bahan baku serta nilai ekonomis. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, diharapkan dapat dihasilkan pakan ikan yang memiliki standar mutu tinggi dengan biaya yang murah. Komposisi pakan buatan sering disebut dengan formulasi pakan. Untuk membuat pakan buatan yang nutrisinya sesuai dengan kebutuhan biota air, diperlukan pengetahuan tentang formulasi pakan. Untuk menyusun formulasi pakan, diperlukan pengetahuan tentang bahan baku pakan. Jenis bahan baku yang harus disiapkan sangat bergantung kepada jenis ikan yang akan mengkonsumsi pakan tersebut dan stadia pemberian pakannya. Setelah mengetahui tentang jenis-jensi bahan baku, zat gizi dari bahan-bahan baku tersebut serta cara menyusun formulasi/ramuan pakan buatan maka barulah kita dapat membuat pakan buatan. Pengetahuan yang harus dipahami dalam menyusun formulasi pakan ikan adalah kebutuhan ikan akan beberapa kandungan zat gizi antara lain adalah: 1. Protein. Kebutuhannya ikan akan protein berkisar antara 20-60%. Untuk ikan kelompok karnivora kebutuhan akan protein cukup tinggi yaitu berkisar antara 30-60% biasanya didominasi oleh ikan-ikan laut. Ikan karnivora menyukai sumber protein yang berasal dari protein 5

13 hewani. Ikan menggunakan protein secara efisien sebagai sumber energi. Sebagian besar energi yang dapat dicerna (digestible energy) dalam protein dapat dimetabolisme dengan lebih baik oleh ikan dibandingkan dengan hewan lainnya. Demikian pula, peningkatan panas akibat mengonsumsi protein pada ikan lebih rendah, yang berarti nilai energi produktif yang diberikan oleh protein kepada ikan lebih besar. Secara garis besar fungsi protein di dalam tubuh ikan adalah : a. Sumber energi bagi ikan, terutama apabila komponen lemak dan karbohidrat yang terdapat di dalam pakan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi. b. Berperan dalam pertumbuhan maupun pembentukan jaringan tubuh. c. Berperan dalam perbaikan jaringan tubuh yang rusak. d. Merupakan komponen utama dalam pembentukan enzim, hormon, dan antibodi. e. Turut berperan dalam pembentukan gamet. f. Berperan dalam proses osmoregulasi di dalam tubuh. g. Ketersediaan protein dibutuhkan secara terus-menerus karena asam amino digunakan secara terus-menerus untuk membentuk protein baru (selama pertumbuhan dan reproduksi) atau mengganti protein yang rusak (pemeliharaan) 2. Lemak. Kebutuhan lemak berkisar antara 4-18%. Sumber lemak/lipid biasanya adalah: a. Hewani: lemak sapi, ayam, kelinci, minyak ikan b. Nabati: jagung, biji kapas, kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai. 6

14 Ikan menggunakan lemak sebagai sumber energi utama, pembentuk struktur sel "prekursor", dan pemelihara keutuhan biomembran yang berperan dalam pengangkutan antarsel untuk nutrien yang larut lemak, seperti sterol dan vitamin. Sterol adalah alkohol berantai panjang yang polisiklik. Fungsi utama senyawa ini adalah sebagai komponen pada sistem hormon, terutama dalam proses pematangan gonad dan fungsi fisiologis yang berkaitan dengan pemijahan. Aktivitas biomembran sangat dipengaruhi oleh asam lemak yang terdapat dalam fosfolipid. 3. Karbohidrat Terdiri dari serat kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN). Kebutuhannya berkisar antara 20-30%. Sumber karbohidrat biasanya dari nabati seperti jagung, beras, dedak, tepung terigu, tapioka, sagu dan lain-lain. Kandungan serat kasar kurang dari 8% akan menambah struktur pellet, jika lebih dari 8% akan mengurangi kualitas pellet ikan. Selain berfungsi sebagai sumber energi bagi ikan, karbohidrat juga berperan dalam menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi. Apabila pakan yang diberikan kekurangan karbohidrat, ikan akan kurang efisien dalam penggunaan pakan berprotein untuk menghasilkan energi dan kebutuhan metabolik lainnya. Hubungan antara protein dan karbohidrat sering disebut protein sparing effect dari karbohidrat, di mana karbohidrat dapat menghemat protein. Diduga bahwa 0.23 gram karbohidrat per 100 gram pakan dapat menghemat 0.05 gram protein. Karbohidrat juga berperan sebagai prekursor untuk berbagai metabolisme internal (intermediate metabolism) yang produknya dibutuhkan untuk pertumbuhan, misalnya asam amino non esensial dan asam nukleat. Di dalam tubuh ikan, karbohidrat disimpan 7

15 sebagai cadangan energi di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen. 4. Vitamin dan mineral. Kebutuhannya berkisar antara 2-5%.Kandungan vitamin di dalam pakan buatan tergantung dari bahan baku yang digunakan dan bahan yang ditambahkan. Jumlah vitamin dapat berkurang atau rusak selama proses pembuatan dan penyimpanan pakan buatan. Oleh karena itu, perlu selalu dilakukan penambahan vitamin. Sebagian besar vitamin akan rusak karena penanganan yang kurang cermat, baik selama proses pembuatan maupun penyimpanan pakan yang terlalu lama (lebih dari tiga bulan). Tiamin akan kehilangan aktivitasnya apabila pembuatan atau penyimpanan pakan dilakukan dalam kondisi basa atau mengandung sulfida. Beberapa vitamin akan mengalami perombakan lebih lanjut apabila terkena cahaya matahari secara langsung. Riboflavin harus dilindungi dari cahaya matahari atau cahaya lampu. Piridoksin tidak tahan terhadap udara dan cahaya matahari. Asam pantotenat kurang stabil apabila disimpan di tempat yang panas dan lembab. Cahaya matahari dan penyimpanan yang terlalu lama akan merusak aktivitas asam folat. Fungsi vitamin B-12 akan menurun apabila disimpan di tempat yang bersuhu tinggi. Vitamin E sangat sensitif terhadap proses oksidasi. Vitamin K dalam bentuk sintetis harus terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Tampak jelas bahwa fungsi vitamin mudah terganggu sehingga lebih baik segera digunakan. Jika terpaksa disimpan, sebaiknya vitamin di letakkan di tempat kering dan dingin, serta terhindar dari pengaruh cahaya matahari maupun cahaya lampu yang terlalu terang. Jumlah 8

16 keseluruhan bahan baku dalam menyusun formulasi pakan ikan ini harus 100%. Metode-metode yang digunakan dalam menyusun formulasi pakan antara lain: 1. Metode pearsons square ( metode segi empat pearsons) 2. Metode aljabar 3. Metode linier 4. Metode trial and error ( coba-coba) 5. Metode worksheet Pada modul ini yang akan dibahas secara menyeluruh adalah metode pearsons square (metode segiempat pearsons). MetodePearson square ini dikembangkan oleh Karl Pearson, yang pada abad ke 19 telah menjadi pelopor penggunaan metode statistik dalam berbagai penelitian bidang biologi maupun pemecahan berbagai permasalahan yang bersifat sosio ekonomis. Metode ini biasanya digunakan untuk menggambarkan kadar nutrisi protein, lemak, karbohidrat atau nutrisi lain yang diperlukan oleh biota air, seperti vitamin dan mineral. Dasar dalam penyusunan formulasi pakan menggunakan metode ini adalah adanya pembagian tingkatan protein bahan-bahan pakan. Tingkatan tersebut dibagi menjadi 2, yaitu protein basal dan protein suplemen. Tahukah anda perbedaan dari protei basal dan protein suplemen? 9

17 Protein basal adalah semua bahan baku pakan, baik nabati, hewani dan limbah industri, yang memiliki kandungan protein kurang dari 20% Protein Suplemen adalah semua bahan baku pakan, baik nabati, hewani dan limbah industri, yang memiliki kandungan protein lebih dari 20% Tabel 1. Jenis Bahan Baku dan Kandungan Nutrisinya TINGKATAN JENIS BAHAN PROTEIN KARBOHIDRAT LEMAK PROTEIN BAKU ( %) (%) ( % ) BASA SUPLEMEN Tepung terigu 8,90 77,30 1,30 Tepung 39,6 29,50 14,30 kedelai Tepung daun turi 27,54 21,30 4,73 Tepung jagung 7,63 74,23 4,43 Tepung ikan 62,65 5,81 15,38 import Tepung rebon 59,40 3,20 3,60 Dedak padi 11,35 28,62 12,15 Tepung bekicot 54,29 30,45 4,18 Bungkil kelapa sawit 18,7 64 4,5 Tepung kepala 53,74 0 6,65 udang Tepung darah 71,45 13,32 0,42 Silase Ikan 18,20-1,20 Ampas tahu 23,55 43,45 5,54 Dalam metode segi empat ini langkah pertama adalah melakukan pemilihan bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan. Disarankan untuk memilih bahan baku pembuatan pakan ikan ini tidak hanya dari satu sumber bahan saja tetapi menggunakan beberapa 10

18 bahan baku dari sumber nabati, hewani atau limbah hasil pertanian. B. Lembar Praktek Unjuk Kerja Langka Kerja: Misalnya kita akan membuat pakan ikan dengan kadar protein 35% dengan menggunakan bahan baku terdiri dari tepung ikan, dedak halus, tepung jagung, tepung terigu dan tepung kedelai. Maka dengan menggunakan metode segiempat ini, tahapan yang harus dilakukan antara lain adalah: 1. Mengelompokkan bahan baku yang telah dipilih berdasarkan kadar protein dari setiap bahan baku tersebut yaitu: a. Bahan baku kelompok protein basal Dedak halus % Tepung jagung 9.50% Tepung terigu % b. Bahan baku kelompok protein suplemen Tepung ikan 62.99% Tepung kedelai % 2. Melakukan perhitungan rata-rata kandungan bahan baku dari protein basal dan protein suplemen dengan cara melakukan penjumlahan semua bahan baku yang berasal dari protein basal dan membagi dengan berapa macam jumlah bahan baku protein basal. Begitu juga dengan bahan baku suplemen dilakukan penjumlahan kadar protein suplemen kemudian dibagi dengan berapa macam jumlah bahan baku protein suplemen. Dari contoh kasus di atas maka jumlah kadar protein basal dari ketiga bahan baku tersebut adalah 15.58% % % = 37.35%, kemudian nilai rata-rata bahan baku protein basal adalah 37.35% : 3 = 12.45%. Sedangkan jumlah kadar 11

19 protein suplemen dari dua bahan baku tersebut adalah 62.99% % = %, kemudian rata-rata bahan baku protein suplemen adalah % : 2 = 54.68%. 3. Setelah bahan baku dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu protein basal dan protein suplemen maka langkah selanjutnya adalah membuat kotak segi empat. Pada bagian tengah kotak segi empat diletakkan nilai kandungan protein pakan yang akan dibuat. Pada bagian atas kiri segi empat diletakkan nilai rata-rata kandungan protein basal dan pada bagian bawah kiri segi empat diletakkan nilai rata-rata kandungan protein suplemen, lihat pada gambar dibawah ini ; Protein basal 12.45%... % Protein suplemen 54.68%... % 4. Lakukan perhitungan untuk mengisi kekosongan nilai pada sisi sebelah kanan segi empat dengan cara diagonal untuk setiap kandungan protein basal dan kandungan protein suplemen tersebut. Pada bagian tengah segi empat tersebut diletakkan kadar protein pakan ikan yang akan dibuat yaitu 35%. Untuk mengisi nilai disebelah kanan segi empat bagian atas adalah nilai protein bahan baku yang berasal dari protein suplemen, maka nilai tersebut adalah melakukan pengurangan nilai protein suplemen dengan kadar protein pakan yaitu 54.68% - 35% = 19.68%. Sedangkan untuk mengisi nilai pada segi empat sisi kanan pada bagian bawah adalah nilai protein bahan baku yang berasal dari protein basal bahan baku 12

20 dilakukan pengurangan antara kadar protein pakan dengan kadar protein bahan baku basal yaitu 35% % = 22.55%, maka dapat dilihat pada gambar segiempat dibawah ini adalah sebagai berikut: Protein basal 12,45% 19,68 % Protein suplemen 54,68% 22,55% 5. Setelah diperoleh nilai pada keempat sudut segi empat tersebut, langkah selanjutnya adalah melakukan penjumlahan nilai pada bagian sisi sebelah kanan, maka dapat dilihat pada gambar segiempat di bawah ini : Protein basal 12,45% 19,68 % Protein suplemen 54,68% 22,55% + 42,23 % 6. Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan komposisi setiap bahan baku yang telah disusun dengan cara sebagai berikut : Protein Basal = 19.68% x100% = 46.60% 42.23% Protein Suplemen = 22.55% x 100% = 53.40% 42.23% Dari hasil perhitungan pada langkah sebelumnya maka dapat dihitung komposisi bahan baku yang akan digunakan untuk 13

21 membuat pakan ikan adalah sebagai berikut : Komposisi bahan baku yang berasal protein suplemen adalah: Tepung ikan = 53.40% : 2 = 26.7% Tepung kedelai = 53.40% : 2 = 26.7% Komposisi bahan baku yang berasal dari protein basal adalah: Dedak halus = 46.60% : 3 = 15.53% Tepung jagung = 46.60% : 3 = 15.53% Tepung terigu = 46.60% : 3 = 15.53% Untuk membuktikan bahwa komposisi bahan baku yang dipergunakan untuk membuat pakan ikan mengandung kadar protein 35% yang berarti dalam satu kilogram pakan mengandung 350 gram protein dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut : Tepung ikan = 26,7% x 62,99% = 16.82% Tepung kedelai = 26,7% x 46,36% = 12.38% Dedak halus = 15,53% x 15,58% = 2.42% Tepung jagung = 15,53% x 9,50% = 1.48% Tepung terigu = 15.53% x 12.27% = 1.91% % Jika akan membuat pakan ikan sebanyak 100 kg maka komposisi bahan baku yang harus disiapkan adalah sebagai berikut: Tepung ikan 26.70% x 100 kg = kg Tepung kedelai % x 100 kg = kg Dedak halus 15.53% x 100 kg = kg Tepung jagung 15.53% x 100 kg = kg Tepung terigu 15.53% x 100 kg = kg kg Jika dalam komposisi bahan baku pembuatan pakan ikan akan ditambahkan bahan tambahan maka jumlah bahan baku utama 14

22 harus dikurangi dengan jumlah bahan tambahan yang akan digunakan. Misalnya dalam komposisi bahan pakan tersebut akan ditambahkan vitamin sebanyak 2% dan mineral 2% maka jumlah bahan utama akan berkurang menjadi 100% - 4% (2% + 2%) = 96%. Maka jumlah kadar protein dari bahan utama tersebut ditambahkan agar komposisi bahan baku dari pakan ikan tersebut memenuhi kebutuhan kadar protein pakan yang akan dibuat menjadi (35%) x 100%/96% = 36.46%. Hal ini dilakukan karena vitamin dan mineral tidak mempunyai kandungan protein. Maka komposisi bahan baku menjadi sebagai berikut; Pada bagian tengah segi empat tersebut diletakkan kadar protein pakan ikan yang telah ditambahkan menjadi 36.46%. Untuk mengisi nilai di sebelah kanan segi empat bagian atas adalah nilai protein bahan baku yang berasal dari protein suplemen maka nilai tersebut adalah melakukan pengurangan nilai protein suplemen dengan kadar protein pakan yaitu 54,68% % = 18.22%. Sedangkan untuk mengisi nilai pada segi empat sisi kanan pada bagian bawah adalah nilai protein bahan baku yang berasal dari protein basal bahan baku dilakukan pengurangan antara kadar protein pakan dengan kadar protein bahan baku basal yaitu 36.46% % = 24.01%, maka dapat dilihat pada gambar segi empat di bawah ini adalah sebagai berikut Protein basal 18,22% Protein suplemen 54,68% 24,01% 15

23 Setelah diperoleh nilai pada keempat sudut segi empat tersebut, langkah selanjutnya adalah melakukan penjumlahan nilai pada bagian sisi sebelah kanan, maka dapat dilihat pada gambar segiempat di bawah ini: Protein basal 18,22% Protein suplemen 54,68% 24,01% + 42,23 % Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan komposisi setiap bahan baku yang telah disusun dengan cara sebagai berikut: Protein Basal = 18.22% x100% = 41.42% 42.23% Protein Suplemen = 24.01% x100% = 54.58% 42.23% Dari hasil perhitungan pada langkah sebelumnya maka dapat dihitung komposisi bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan adalah sebagai berikut: Komposisi bahan baku yang berasal protein suplemen adalah: Tepung ikan = 54.58% : 2 = 7.29% Tepung kedelai = 54.58% : 2 = 27.29% Komposisi bahan baku yang berasal dari protein basal adalah: Dedak halus = 41.42% : 3 = 13.81% Tepung jagung = 41.42% : 3 = 13.81% Tepung terigu = 41.42% : 3 = 13.81% 16

24 Untuk membuktikan bahwa komposisi bahan baku yang dipergunakan untuk membuat pakan ikan mengandung kadar protein 35% yang berarti dalam satu kilogram pakan mengandung 350 gram protein dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: Tepung ikan 27.29% X 62.99% = 17.19% Tepung kedelai 27.29% X 46.36% = % Dedak halus 13.81% X 15.58% = % Tepung jagung 13.81% X 9.50% = % Tepung terigu 13.81% X 12.27% = % Maka komposisi bahan baku pakan ikan menjadi: Tepung ikan = 27,29% Tepung kedelai = 27,29% Dedak halus = 13,81% Tepung jagung = 13,81% Tepung terigu = 13,81% Vitamin = 2 % Mineral = 2 % + C. Penilaian/Evaluasi 100% 34.82% mendekati 35% Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan protein basal dan protein suplemen? 17

25 2. Perhatikan tabel dibawah ini! Tabel Komposisi Jenis Bahan Baku Pembuatan Pakan Ikan Jenis bahan baku Protein Karbohidrat (%) (%) Lemak (%) Tepung terigu Tepung kedelai Tepung daun turi Tepung jagung Tepung ikan import Tepung rebon Dedak padi Tepung bekicot Bungkil kelapa sawit Tepung kepala udang Tepung darah Silase ikan Ampas tahu Amatilah tabel diatas, kelompokan jenis bahan baku yang termasuk kedalam protein basal dan suplemen. 3. Akan dibuat pakan untuk ikan patin berprotein 40% sebanyak 10 kg menggunakan bahan baku sebagai berikut : tepung ikan % (protein), tepung kedelai 39.60%(protein), dedak halus 11.35% (protein), tepung terigu 8.90% (protein), tepung jagung 7,63% (protein) a. Tentukan komposisi yang tepat dari masing-masing bahan baku b. tersebut! c. Hitunglah bobot kering masing-masing bahan baku yang dibutuhkan! D. Lembar Kunci Jawaban 1. Yang dimaksud dengan protein basal adalah semua bahan baku pakan, baik nabati, hewani dan limbah industri, yang memiliki 18

26 kendungan protein kurang dari 20%, Protein suplemen adalah semua bahan baku pakan, baik nabati, hewani dan limbah industri yang memiliki kandungan protein lebih dari 20%. 2. Pengelompokan jenis bahan baku yang termasuk kedalam protein basal dan suplemen Tingkatan protein Nama bahan baku 1. tepung terigu 2. tepung jagung 3. Basal 3. dedak padi 4. bungkil kelapa sawit 5. silase ikan Suplemen 1. tepung kedelai 2. tepung daun turi 3. tepung ikan import 4. tepung rebon 5. tepung bekicot 6. tepung kepala udang 7. tepung darah 8. ampas tahu Protein basal (%) Protein suplemen (%) Dedak halus Tepung ikan Tepung terigu 8.90 Tepung kedelai Tepung jagung 7.63 Jumlah 27.88% Jumlah % Rata-rata 9,29% Rata-rata 51.13% 19

27 Protein basal 9,29% 11,13 % 40 % Protein suplemen 51,13% 30,71 %+ 41,84 % Protein Basal = 11.13% x100% = 26.60% 41.84% Protein Suplemen = 30.71% x 100% = 73.40% 41.84% Jadi, untuk membuat pakan yang mengandung protein 40%, membutuhkan protein basal sebanyak 26,60% dan protein suplemen sebesar 73,40% Oleh karena bahan baku yang termasuk dalam protein basal ada tiga, yaitu dedak halus, tepung terigu dan tepung jagung, maka komposisi maing masingbahan baku adalah : Dedak halus = 26,60% : 3= 8,87% Tepung terigu= 26,60% : 3= 8,87% Tepung jagung= 26,60% : 3= 8,87% Sedangkan bahan bakuyang termasuk dalam protein suplemen ada dua, yaitu tepung ikan dan tepung kedelai, maka komposisi masingmasing bahan baku adalah: Tepung ikan = 73,40% : 2= 36,70% Tepung kedelai = 73,40% : 2= 36,70% 20

28 Nama bahan Kandungan protein dalam bahan baku (a) Jumlah bahan yang dibutuhkan (b) Hasil kali (c) Tepung ikan % % Tepung kedelai % % Dedak halus % 1.01 % Tepung terigu % 0.79 % Tepung jagung % 0.68 % Jumlah protein dalam pakan (%) 40 Untuk membuat pakan berprotein 40% sebanyak 10 kg ( gram) diperlukan bahan baku dengan komposisi sebagai berikut : Tepung ikan = 36.70% x gram = 3,670 gram Tepung kedelai = 36.70% x gram = 3,670 gram Dedak halus = 8.87 % x gram = 887 gram Tepung jagung = 8.87% x gram = 887 gram Tepung terigu = 8.87% x gram = 887 gram 21

29 BAB III MENYIAPKAN PERALATAN DAN BAHAN PEMBUAT PAKAN A. Lembar Informasi Pembuatan pakan ikan dapat dilakukan pada skala industri atau rumah tangga. Terdapat perbedaan pada proses pembuatannya, untuk pakan skala industri dilakukan dengan menggunakan mesin yang dirancang khusus dan terangkai menjadi satu bagian utuh. Sedangkan pembuatan pakan ikan skala rumah tangga dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana namun dapat menunjang keberhasilan. Untuk membuat pakan, maka diperlukan pengetahuan mengenai peralatan pembuatan pakan dan fungsinya. Dibawah ini merupakan peralatan yang biasa digunakan dalam pembuatan pakan ikan: 1. Alat penepung (griding) Mesin penepung pada dasarnya adalah mesin yang digunakan untuk mengolah bahan pangan kering menjadi tepung. Secara tradisional, pengolahan tepung yang dibuat dari bahan-bahan pangan kering dibuat dengan cara menumbuk. Pada kelompok masyarakat tertentu dikenal alu dan lumpang yang digunakan untuk menumbuk beras hingga menjadi tepung beras. Seperti penjelasan sebelumnya, sebelum membuat pakan diharuskan untuk memilih jenis-jenis bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan. Jenis-jenis bahan baku yang telah dipilih dan ditentukan jumlahnya berdasarkan hasil perhitungan formulasi pakan pada materi sebelumnya, selanjutnya dilakukan proses penepungan terhadap bahan baku tersebut. Proses penepungan dilakukan sebelum bahan baku pakan buatan dicampur agar homogen dan pakan akan menggumpal 22

30 dengan baik. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk melakukan penepungan bahan baku. Peralatan yang digunakan pada proses penepungan menggunakan saringan adalah menggunakan alat penepung disk mill (Gambar 1). Disc mill adalah alat penepung yang bekerja dengan cara berputarnya suatu pasangan piringan logam baja yang satu berputar sedangkan yang lainnya sebagai landasan. Bahan baku yang akan ditepung berada pada dua kepingan logam tersebut, kemudian bahan baku yang telah dihancurkan akan dilakukan proses penyaringan dalam peralatan ini secara langsung. Gambar 1. Disk Mill (sumber : 23

31 2. Saringan (screen) Saringan digunakan untuk membersihkan bahan pakan dari benda asing. Tujuannya adalah untuk menyaring bahan agar mempunyai ukuran relatif seragam sebelum dilakukan pengecilan ukuran. Namun perlu dingat dalam menggunakan saringan pada alat penepung sebaiknya bertahap, yaitu saringan yang digunakan pertama kali harus saringan yang paling kasar sampai yang terakhir saringan yang paling halus atau ukuran saringan yang diinginkan. Hal ini perlu diperhatikan agar dalam proses penepungan tidak terjadi kemacetan pada mesin yang dapat mengakibatkan kerusakan mesin. 3. Timbangan Timbangan yang digunakan adalah timbangan analitik dan kasar. Timbangan analitik digunakan untuk menimbang bahan dalam jumlah mikro (kecil), sedangkan timbangan kasar digunakan untuk menimbang bahan dalam jumlah besar (makro). Untuk skala produksi kecil, timbangan kasar yang digunakan cukup berskala 100 kg dan untuk timbangan analitis berskala 1 kg. 4. Alat pencampur ( mixer) Alat ini berfungsi sebagai pencampur bahan baku pakan. Sebelum bahan baku pakan dimasukkan ke dalam alat ini bahan baku tersebut sudah ditimbang terlebih dahulu. Proses pencampuran bahan baku harus dilakukan dengan cara mencampur bahan baku yang jumlahnya paling sedikit kemudian secara bertahap ditambahkan jenis bahan baku lainnya yang jumlahnya semakin banyak. Hal ini bertujuan agar semua bahan baku tersebut dapat tercampur secara homogen. Pencampuran bahan baku kering yang sempurna akan sangat berpengaruh terhadap kekompakan bahan 24

32 baku tersebut jika sudah dicampur dengan air menjadi adonan dan siap dibentuk sesuai keinginan. Alat ini terbagi menjadi horizontal mixer dan vertical mixer. Gambar 2. Alat Pencampur Pakan Untuk horizontal mixer pengadukan dilakukan antara 5-10 menit, sudah cukup memberikan hasil campuran yang homogen. 5. Alat pemanas atau pengukus Alat ini biasanya dipergunakan untuk membuat pakan ikan dengan bahan baku yang mengandung zat antinutrisi. Dimana dengan perlakuan pemanasan zat antinutrisi ini akan menjadi tidak aktif dan dapat meningkatkan pemakaian nutrien tersebut. 25

33 6. Alat pencetak / mesin pelet Gambar 3. Alat Pengukus Alat pencetak adalah alat yang digunakan untuk mencetak pakan buatan. Bentuk alat pencetak ini sangat bergantung pada bentuk pakan buatan yang akan dicetak. Mesin ini terdiri dari dua tipe yaitu horizontal dan vertikal. Untuk jenis horizontal mesin ini menghasilkan jenis pelet yang tenggelam. Kedua mesin ini mempunyai kerja yang sama, yaitu bahan pakan mengalami proses pengepresan, pemanasan dan pengeringan, akibat tekanan yang ditimbulkan oleh roll yang berputar dan berinteraksi dengam dyes tempat bahan pakan dimampatkan. 26

34 7. Alat pengering Gambar 4. Alat Penggiling Daging Pada skala usaha rumah tangga alat yang digunakan untuk mengeringkan pakan adalah sinar matahari atau oven biasa. Pada industri skala menengah biasanya menggunakan oven listrik sedangkan pada industri skala besar pakan buatan yang dibuatnya menggunakan alat pencetak yang lengkap dengan alat pemanas (steam) sehingga pelet yang dihasilkan sudah dalam bentuk pelet kering. Gambar 5. Alat pengering 27

35 B. Lembar Praktek Unjuk Kerja 1. Berilah tanda ( ) untuk peralatan pembuatan pakan di bawah ini yang sudah pernah anda lihat sebelumnya. Kemudian berikan penjelasan mengenai fungsinya! Sudah No Nama Pernah Fungsi Melihat 1 grinding screening weighing mixing

36 2. Melakukan penggilingan Langkah kerja 1: a. Buat kelompok dengan anggota 4-5 orang. b. Ambilah beras sebanyak 500 gram. c. Keringkan dalam oven selama 20 menit. d. Haluskan menggunakan alat penepung (bisa menggunakan blender). e. Timbang berat beras yang telah dihaluskan tersebut. Langkah kerja 2: a. Dengan kelompok yang sama, ambilah beras sebanyak 500 gram dan rendam dalam air bersih selama jam. b. Setelah jam, tiriskan dan timbang kemudian haluskan menggunakan alat penepung ( bisa menggunakan blender). c. Timbang berat beras yang telah dihaluskan tersebut. Tuliskan hasil pengamatan pada percobaan yang anda lakukan diatas dalam tabel dibawah ini : Parameter pengamatan Langkah 1 Langkah 2 Bobot kering sebelum penepungan (g) Bobot basah setelah penepungan (g) Bobot kering setelah penepungan (g) Lama penepungan (menit) Lain-lain yang perlu dicatat 29

37 C. Penilaian/Evaluasi Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Sebutkan jenis-jenis peralatan pembuatan pakan dan fungsinya! 2. Mengapa bahan baku yang dipergunakan harus dalam bentuk tepung? 3. Mengapa pada saat proses penyaringan, penggunaan saringan pada alat penepung digunakan secara bertahap? D. Lembar Kunci Jawaban 1. Jenis-jenis peralatan pembuatan pakan dan fungsinya : a. Alat penepung (griding) Fungsinya membuat semua bahan baku yang akan digunakan berubah menjadi tepung. b. Saringan (screen) Fungsinya untuk menyaring bahan agar mempunyai ukuran relatif seragam sebelum dilakukan pengecilan ukuran. c. Timbangan Fungsinya untuk menimbang bahan baku. d. Alat pencampur (mixer) Berfungsi sebagai pengaduk/pencampur bahan baku pakan. e. Alat pencetak/mesin pelet Berfungsi untuk mencetak bahan pakan. Alat ini terdiri dari dua tipe yaitu horizontal dan vertikal. Untuk jenis horizontal mesin ini menghasilkan jenis pelet yang tenggelam. Kedua mesin ini mempunyai kerja yang sama, yaitu bahan pakan mengalami proses pengepresan, pemanasan dan pengeringan, akibat tekanan yang ditimbulkan oleh roll yang berputar dan berinteraksi dengan dyes tempat bahan pakan dimampatkan. 30

38 f. Alat pengering Berfungsi untuk menghasilkan pellet dalam bentuk kering. 2. Proses penepungan dilakukan sebelum bahan baku pakan dicampur agar homogen dan pakan akan menggumpal dengan baik. 3. Penggunaan saringan pada alat penepung digunakan secara bertahap dimaksudkan menghindari kemacetan dalam proses penepungan yang dapat mengakibatkan kerusakan mesin. 31

39 BAB IV MENCAMPUR PAKAN A. Lembar Informasi Proses pembuatan pakan merupakan kelanjutan dari proses pemilihan dan pengolahan bahan baku. Dalam proses pembuatan pakan ditempuh dengan beberapa tahap pekerjaan, yaitu penggilingan/penepungan, pencampuran, pencetakan, pengeringan dan pembentukan. 1. Penggilingan/penepungan Penepungan merupakan proses pengecilan ukuran (size reduction) suatu bahan padat secara mekanis tanpa diikuti dengan perubahan sifat kimia dari bahan yang digiling. Penepungan bertujuan memperkecil dan menghaluskan bahan baku yang semula masih berbentuk gumpalan atau bongkahan sehingga permukaannya menjadi lebih luas. Melakukan penghalusan bahan tidaklah mudah. Untuk mendapatkan bahan sesuai dengan fraksi ukuran tertentu, proses penepungan biasanya dilakukan sampai beberapa kali. Namun begitu, ukuran partikel bahan hasil gilingan biasanya masih tersebar dalam banyak fraksi. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam pemilihan prosedur. Pemilihan prosedur yang digunakan dalam pengecilan ukuran bahan banyak dipengaruhi oleh karakteristik bahan yang hendak digiling dan didasarkan pada mekanisme yang sesuai untuk pengecilan bahan yang mempunyai sifat tertentu. Sedangkan pengguntingan cocok untuk bahan yang berserat. Penepungan yang dilakukan dalam proses mempersiapkan bahan baku pakan dapat dilakukan pada bahan-bahan hewani dan nabati. 32

40 Bahan dasar yang memiliki sifat fisik lunak, seperti ikan, darah, singkong, dedak, dapat dengan mudah dihaluskan menggunakan penggiling. Sementara itu, untuk bahan-bahan yang memiliki sifat fisik keras, misalnya saja kepiting, tulang atau hasil pertanian (bijibijian), perlu dilakukan perlakuan khusus sebelum ditepung. Perlakuan tersebut bisa melalui perebusan atau pengukusan, yang dilakukan dengan tujuan untuk melunakan bahan. Penepungan dapat dilakukan menggunakan dua cara, yaitu cara basah dan cara kering. Prinsip kedua cara tersebut adalah berusaha memisahkan lembaga dari bagian tepungnya.tepung yang dihasilkan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu tepung yang mengandung lemak dan tidak mengandung lemak, tergantung dari jenis bahan dasarnya. Penepungan cara kering (dry prosess) biasanya hanya melibatkan perlakuan fisik dan mekanik untuk membebaskan komponen-komponennya dari sifat aslinya. Sedangkan cara basah (wet prosess) melibatkan perlakuan fisikokimia dan mekanik untuk memisahkan fraksi-fraksi yang diinginkan. Bahan baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan jumlah bahan baku yang akan digunakan. 2. Pencampuran Pencampuran bahan-bahan dilakukan secara bertahap mulai dari bahan yang volumenya paling besar hingga yang volumnye paling sedikit. Pencampuran bahan dilakukan hingga semua bahan teraduk/tercampur dengan sempurna dan merata. Bahan pakan yang mempunyai berat yang paling banyak diletakkan paling bawah kemudian berturut-turut bahan pakan yang lebih ringan. Apabila terdapat bahan baku berupa minyak atau cairan, maka pencampuran dilakukan setelah semua bahan padat tercampur. 33

41 Untuk menghilangkan zat anti nutrisi dalam pakan yang mengandung racun, maka dapat dilakukan pemanasan atau pemasakan campuran pakan. Pemanasan atau pemasakan dilakukan dengan memberikan air hangat pada saat proses pembuatan adonan, atau dengan cara mengukus campuran bahan pakan tersebut selama kurang lebih menit. Pengukusan dilakukan terhadap campuran bahan-bahan nabati, sedangkan jika menggunakan tepung ikan, makatepung ikan tidak diikutkan dalam kukusan tersebut. Tepung ikan dicampurkan dalam pakan setelah selesai pengukusan. 3. Pencetakan Langkah selanjutnya adalah mencetak pakan menjadi bentuk pellet dengan ukuran yang telah ditentukan (pelleting). Proses pencetakan dapat dilakukan menurut tujuan pembuatan pakan. Pencetakan dapat berbentuk emulsi, tepung, crumble, pellet, dan atau flake. Bentuk-bentuk tersebut dapat disesuaikan dengan ukuran dan besarnya ikan yang dipelihara. Pakan berbentuk pellet dapat dibuat dengan memberi air ataupun bahan perekat pada campuran bahan pakan tersebut. Setelah diaduk secara merata, campuran tersebut kemudian dimasukkan pada alat cetak pellet sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Setelah berbentuk pellet, pakan dapat dipanaskan dan dikeringkan sinar matahari atau alat pengering lainnya. Bagian pellet yang sudah kering dan pecah merupakan bentuk crumble. Sesuai dengan kebutuhan jenis dan stadia ikan, maka pakan yang semula berbentuk pelet dapat dijadikan bentuk lain misalnya dengan menggunakan alat yang paling sederhana (misalnya mesin penggiling kopi). Mesin untuk mengubah pakan berbentuk pellet menjadi bentuk tepung disebut mesin mikro pulverizer, sedangkan 34

42 alat untuk mengubah menjadi remah disebut mesin crumble. 4. Pengeringan Bahan baku yang telah tercetak menjadi pellet kemudian dikeringkan. Tujuan dari pengeringan itu sendiri adalah agar pakan yang telah tercetak tersebut tidak mudah ditumbuhi jamur atau mikroba. Selain itu untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan atau pellet sehingga menjadi minimal dan stabil. Pengeringan dapat dilakukan dengan bantuan matahari atau dengan menggunakan bantuan alat (oven) pengering. Pengeringan dengan menggunakan matahari tidak memerlukan biaya investasi dan operasional alat, tetapi sangat bergantung kepada terik sinar matahari dan diperlukan lahan dan untuk penjemuran. Sebaliknya, jika digunakan alat pengeringan, maka diperlukan biaya investasi dan operasional alat, tetapi pengeringan dapat dikerjakan di setiap waktu tanpa terikat musim, luas lahan yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat ditekan, suhu lebih mudah diatur sesuai keinginan. Pembuatan pakan untuk skala industri diawali dengan penerimaan bahan baku. Tahap ini merupakan tahap awal yang akan mempengaruhi tahap berikutnya dan merupakan tahap kritis karena berhubungan dengan mutu bahan pakan yang akan diolah. Bahan yang telah diterima tersebut selanjutnya disortasi untuk memisahkan bahan mana yang perlu diolah atau yang tidak layak proses. Prinsipnya adalah pengolahan bahan dilakukan pada bahan yang datang terlebih dahulu untuk menghindari penyimpanan bahan yang terlalu lama di gudang sehingga menyebabkan mutu bahan pakan menurun dan kualitasnya tidak baik. Bahan yang telah disortasi tersebut selanjutnya dibersihkan 35

43 atau dilakukan pengayakan secara fisik untuk menghindari bahan tercampur dengan bahan bahan lain yang akan merusak mutu pakan, misalnya logam, kerikil atau pasir. Dalam proses pengayakan ini, ukuran mash yang digunakan disesuaikan dengan bahan baku. Pembersihan juga dapat dilakukan dengan bantuan saringan magnetis. Proses selanjutnya setelah pengayakan adalah pengecilan ukuran yang bertujuan untuk menghancurkan, menggiling atau menghaluskan, sehingga menghasilkan gilingan bahan yang sehalus mungkin. Apabila seluruh bahan sudah tergiling, maka dilakukan penimbangan sesuai dengan kebutuhan. Bahan baku yang telah ditimbang selanjutnya dicampur atau diaduk sampai seluruh bahan tercampur merata dan homogen. Pencampuran pada skala industri berbeda dengan skala rumah tangga. Pada skala industri, pencampuran bahan pakan diawali dengan bahan yang jumlahnya besar diikuti dengan bahan yang jumlahnya kecil dan terkecil. Selanjutnya dilakukan pemberian uap panas untuk menimbulkan aroma pada pakan jadi. Pemberian uap panas ini berlangsung selama beberapa menit (2 3 menit) sebelum pakan memasuki mesin pelet. Pada beberapa mesin pelet modern, biasanya unit pemberi uap tersebut bersatu dengan mesin pelet. Selanjutnya adalah pembentukan pellet. Pemeletan bertujuan untk membentuk suatu kesatuan pakan yang tidak mudah tercecer. Disamping itu, pakan dalam bentuk pellet akan mengurangi susut nutrisi karena seluruh bahan akan terwakili dalam pelet. Bahan yang sudah terbentuk menjadi pelet selanjutnya didinginkan dengan menggunakan cooler. Pendinginan dilakukan dengan cara pengaliran udara sekeliling dengan blower tanpa pemanasan. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 5-15 menit. Selanjutnya, produk dapat segera dikemas. 36

44 B. Lembar Praktek Unjuk Kerja 1. Buatlah kelompok dengan anggota 4-5 orang 2. Carilah bahan baku di sekitar anda yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan! 3. Jika bahan baku tersebut masih berbentuk padatan, maka lakukan penepungan sesuai dengan prosedur! 4. Susunlah komposisi bahan baku yang tepat dengan menggunakan salah satu metode penyusunan formulasi pakan, dengan kandungan protein yang terkandung dalam pakan disesuaikan dengan jenis ikan yang diperlihara. 5. Buatlah pakan (pellet) sesuai dengan prosedur dan komposisi yang telah disusun. 6. Catat semua kegiatan pada kertas kerja di bawah ini : Jenis Kegiatan 1. Pemilihan jenis bahan baku 2. Penyusunan formulasi pakan Bahan baku yang Keterangan digunakan meliputi :... Komposisi pakan meliputi : Kandungan nutri dalam pakan : Protein :...% Karbohidrat :...% Lemak :...% EPR :...% Berat kering pakan :... gram 3. Pembuatan Pakan a. Penepungan:... 37

45 Jenis Kegiatan Keterangan b. Penimbangan bahan baku :... c. Pencampuran bahan baku :... d. Pembuatan adonan... e. Pencetakan :... C. Penilaian/Evaluasi Jawablah pertanyaan di bawah ini a. Berat kering bahan baku... b. Berat basah adonan... c. Berat kering pellet Jelaskan apa yang dimaksud dengan penepungan! 2. Jelaskan tujuan dari penepungan! 3. Jelaskan keuntungan dari penambahan zat antioksidan pada proses penepungan! 4. Jelaskan tujuan dilakukanya pengeringan! 5. Apa tujuan dari dilakukannya pembentukan peilet (pelleting)! 38

46 D. Lembar Kunci Jawaban 1. Penepungan merupakan proses pengecilan ukuran (size reduction) suatu bahan padat secara mekanis tanpa diikuti dengan perubahan sifat kimia dari bahan yang digiling. Penepungan juga bisa berarti proses penghancuran bahan yang berada dalam ruang tertutup dimana terdapat bagian pemukul yang berputar pada porosnya, sehingga proses penghancuran berlangsung bersama perputaran bagian pemukul tersebut di dalam ruang penggiling. 2. Penggilingan/penepungan bertujuan untuk memperkecil dan menghaluskan bahan baku yang semula masih berbentuk gumpalan atau bongkahan sehingga permukaannya menjadi lebih luas. 3. Penambahan zat antioksidan pada proses penepungan dapat memberikan keuntungan, yaitu: a. Meningkatkan stabilitas bahan terhadap oksidasi udara sehingga mengurangi tingkat oskidasi selama proses berlangsung b. Memperbesar tingkat pencampuran zat antioksidan yang jumlahnya tidak terlalu besar secara merata sehingga stabilitas 4. Pengeringan dilakukan agar pakan yang telah tercetak tersebut tidak mudah ditumbuhi jamur atau mikroba. Pengeringan juga bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan. 5. Pemeletan bertujuan untuk membentuk suatu kesatuan pakan yang tidak mudah tercecer. Disamping itu, pakan dalam bentuk pelet akan mengurangi susut nutrisi karena seluruh bahan akan terwakili dalam pelet. 39

47 BAB V MENGEMAS PAKAN A. Lembar Informasi Pengemasan/pengepakan pakan buatan merupakan tahap akhir dari proses pembuatan pakan sebelum didistribusikan kepada konsumen. Pengemasan yang baik akan meningkatkan daya simpan pakan buatan semakin lama dan tetap mempertahankan kualitas pakan buatan. Oleh karena itu, agar pakan yang sudah kering tetap terjaga kadar airnya didalam kemasan, dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan kualitas tetap terjaga, maka pakan ikan harus dikemas dengan rapi dan terisolasi dengan udara bebas, sehingga tidak mudah terkontaminasi. Bahan yang digunakan untuk mengemas pakan antara lain adalah karung plastik anyaman untuk bagian luar sedangkan untuk bagian dalam dilapisi kantong plastik tipis dan transparan. Kantong plastik tipis dan transparan berfungsi untuk mengisolir pellet atau pakan ikan dari udara bebas, sedangkan karung plastik anyaman merupakan pelindung agar kantong plastik tidak mudah bocor serta memudahkan dalam pengangkutan. Selain karung plastik anyaman, kemasan yang lain adalah dari kertas semen yang dibuat seperti kantong dan biasanya digunakan untuk mengemas pakan yang mempunyai berat antara 5-10 kg. Kantong kertas semen ini merupakan bagian luar dari kantong kemasan, sedangkan pada bagian dalamnya merupakan kantong plastik tipis dan transparan. Pada pengemasan skala pabrik semua alat pengemasan sudah terangkai menjadi satu dan pada saat pakan ikan masuk kedalam kantong kemasan, langsung dilakukan penjahitan otomatis pada kemasan tersebut. Tetapi pada beberapa perusahaan kecil proses pengemasan dilakukan secara 40

48 manual dengan memasukkan pakan ikan kedalam kantong dan ditimbang beratnya secara manual, kemudian dilakukan penjahitan kantong kemasan dengan menggunakan mesin jahit portable untuk plastik kemasan. Pada setiap kemasan pakan harus tertera label yang menunjukkan jumlah pakan,label pakan,komposisi bahan baku yang digunakan dan kandungan nutrisi pakan,serta masa kadaluarsa pakan yang meliputi tanggal kadaluarsa. B. Lembar Praktek Unjuk Kerja 1. Buat kelompok dengan anggota 4-5 orang! 2. Ambilah karung pembungkus pakan ikan! 3. Amati hal-hal apa saja yang sebaiknya diinformasikan pada kemasan pakan ikan! 4. Lihat kemasan pakan merk yang lain dan tuliskan informasi apa yang tidak terdapat dalam pembungkus pakan sebelumnya! C. Penilaian/Evaluasi Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Jelaskan bagaiman cara mengemas pakan ikan yang baik! 2. Apa fungsi dari kantong plastik tipis, transparan dalam proses pengemasan! D. Lembar Kunci Jawaban 1. Pengemasan pakan ikan yang baik akan meningkatkan daya simpan pakan buatan semakin lama dan tetap mempertahankan kualitas pakan buatan. Pengemasan pakan dilakukan dengan rapi dan terisolasi dengan udara bebas, sehingga tidak mudah 41

49 terkontaminasi. Pengemasan dapat menggunakan karung plastik anyaman untuk bagian luar sedangkan untuk bagian dalam dilapisi kantong plastik tipis dan transparan. 2. Bagian kantong plastik tipis dan transparan berfungsi untuk mengisolir pellet atau pakan ikan dari udara bebas. 42

50 BAB VI MENYIMPAN PAKAN A. Lembar Informasi Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan pakan ditinjau dari segi pakan itu sendiri dan ruangan penyimpanan, agar tidak mempengaruhi stabilitas nutrien pakan adalah: 1. Kadar air yang terkandung dalam pakan tidak lebih dari 10% sehingga pakan tidak mudah terserang jamur 2. Ruang penyimpanan pakan harus bersih, kering, aman dan memiliki ventilasi yang baik, sehingga supply oksigen di dalam ruangan penyimpanan tetap mencukupi. Oleh karena itu, sebaiknya ruang penyimpanan pakan berhubungan dengan sinar matahari. 3. Ruangan penyimpanan memiliki kelembaban relatif kurang dari 65%. 4. Suhu ruangan penyimpanan sekitar 20 0 c, agar tidak merusak dan mengurani kandungan nutrisi dalam pakan. Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas maka dalam melakukan proses penyimpanan pakan buatan ada beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam menyimpan pakan buatan dalam bentuk kering yaitu : 1. Ruang penyimpanan pakan harus bersih, kering, aman dan memiliki ventilasi yang baik. Sebaiknya ruang penyimpanan pakan berhubungan langsung dengan sinar matahari. 2. Kemasan pada pakan harus terdapat label pakan dan kandungan nutrisi yang terdapat pada pakan serta masa kadaluarsa pakan tertera pada kemasan. 43

51 3. Tumpukan kemasan pakan dalam tempat penyimpanan pakan sebaiknya tidak lebih dari enam tumpukan, dan jarak palet yaitu kayu tempat meletakkan pakan dalam ruang penyimpanan berjarak cm dari dasar lantai agar tidak terjadi kerusakan pakan yang ada didasar oleh serangga, kutu dan abu serta sirkulasi udara dari bawah cukup baik. 4. Lama penyimpanan pakan buatan dalam ruang penyimpanan sebaiknya tidak lebih dari tiga bulan. Gunakan pakan yang diproduksi terlebih dahulu baru pakan yang diproduksi selanjutnya (First in first out) 5. Jangan berjalan diatas tumpukan pakan, hal ini dapat mengakibatkan rusak dan hancurnya pakan buatan. Penyimpanan pakan buatan harus dilakukan sedemikian rupa agar pada saat digunakan kualitasnya tidak mengalami perubahan. Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap proses kerusakan pakan buatan selama penyimpanan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang utama adalah water activity dan proses oksidasi. Sedangkan faktor eksternal antara lain suhu, kelembapan, cahaya dan kandungan oksigen. Perubahan pakan buatan yang biasanya terjadi selama penyimpanan antara lain: 1. Kerusakan fisik karena api dan binatang pengerat. 2. Kerusakan klimatis (suhu, kelembaban, kondensasi hujan) 3. Kerusakan oleh serangga. 4. Kerusakan oleh mikroba terutama jamur. 5. Kerusakan akibat proses kimiawi. 44

52 Pakan buatan dapat mengalami salah satu atau kombinasi dari kerusakan-kerusakan tersebut, tergantung pada cara penanganan dan lingkungan tempat penyimpanan. Semua kerusakan tersebut dapat dikelompokan menjadi susut bobot, susut kualitas, risiko kesehatan, susut ekonomis. Kerusakan fisik umumnya bersifat komulatif. Aktivitas binatang pengerat sering menimbulkan kerugian besar karena pakan sering digunakan oleh binatang pengerat sebagai media tumbuh dan berkembang biak. Penyimpanan yang terlalu lama tidak saja merusak sifat fisika dan kimia pakan, tetapi juga menimbulkan resiko kesehatan bagi ikan. Beberapa faktor penyebab kerusakan fisika yang harus selalu diperhatikan selama penyimpanan adalah kadar air dan kelembaban ruang penyimpanan. Kadar air pakan biasanya menyesuaikan diri dengan kelembaban lingkungan, hingga terjadi keseimbangan antara kadar air pakan dan kelembaban lingkungan. Kadar air dan kelembaban merupakan salah satu pemicu tumbuhnya jamur dan serangga. Jamur dan aktivitas serangga pada pakan akan meningkatkan suhu lingkungan. Pakan yang sedang dalam penyimpanan juga merupakan tempat yang menarik bagi serangga terbang maupun kutu. Serangga yang hidup pada pakan akan berkembang biak secara cepat apabila suhu lingkungan berkisar antara C. Kerusakan pakan yang disebabkan oleh mikroba lebih banyak terjadi di daerah tropis. Proses kerusakan pakan buatan oleh serangga terjadi karena aktivitas makan dari serangga atau kontaminasi yang ditimbulkannya, seperti feses, webbing, potongan anggota tubuh, atau bau yang kurang enak. Webbing adalah aktivitas yang dilakukan serangga untuk 45

PROSES PEMBUATAN PAKAN

PROSES PEMBUATAN PAKAN 8. PROSES PEMBUATAN PAKAN Proses pembuatan pakan merupakan kelanjutan dari proses pemilihan dan pengolahan bahan baku. Dalam proses pembuatan pakan ditempuh beberapa tahap pekerjaan, yaitu: penggilingan/penepungan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung, 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Konsentrat Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Jawabannya tentu tidak. Ada beberapa teknologi pengawetan hijauan pakan ternak seperti silase, hay, amoniasi, fermentasi. Namun masing-masing teknologi tersebut mempnuyai kekurangan dan kelebihan. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Hijauan Pakan Dalam meningkatkan meningkatkan produksi ternak, ketersediaan hijauan makanan ternak merupakan bagian yang terpenting, karena lebih dari 70% ransum ternak terdiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tapioka Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi udang di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menyatakan, pencapaian produksi udang nasional

Lebih terperinci

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc PENGETAHUAN BAHAN PAKAN Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pakan : Mempunyai nilai gizi yang tinggi Mudah diperoleh Mudah diolah Mudah dicerna

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sabas Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di pengolahan pakan ternak unggas dan perikanan. Perusahaan ini didirikan pada bulan April

Lebih terperinci

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner DAFTAR ISI DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... V DAFTAR TABEL...VII BAB I. RUANG LINGKUP NUTRISI IKAN (YULI ANDRIANI)... 1 BAB II. KLASIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan tepung cangkang kepiting dan pelet dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak dan Makanan Ruminansia, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya taraf

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penyimpanan Pellet Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan sangat berpengaruh terhadap sifat fisik dan pertumbuhan serangga pada pellet yang disimpan. Ruang penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Pakan merupakan bahan baku yang telah dicampur menjadi satu dengan nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang penting untuk perawatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46 Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi

Lebih terperinci

KARYA SIMPOSIUM Tahun 2016 Judul :

KARYA SIMPOSIUM Tahun 2016 Judul : KARYA SIMPOSIUM Tahun 2016 Judul : MENUJU INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA DENGAN INOVASI EXCEL SQUARE Disusun Oleh : IR. JAKA PURWANTA NIP. 19671128 200501 1005 SMK N 2 KALIANDA LAMPUNG SELATAN LAMPUNG

Lebih terperinci

T E M P E 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN T E M P E 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 1 : Formulasi Pakan

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 1 : Formulasi Pakan PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA Materi 1 : Formulasi Pakan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 ORGANISASI MATERI MENYUSUN FORMULA PAKAN BERBAGAI METODE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Ayam Pakan merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan,ataupun bahan lain yang diberikan kepada ternak. Pakan tersebut diberikan kepada ayam dalam

Lebih terperinci

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Cara pengeringan Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Prinsip pengeringan adalah CEPAT agar penurunan kualitas dapat ditekan. Cara pengeringan 1. Sinar matahari. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE, MAS DAN NILA

PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE, MAS DAN NILA PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE, MAS DAN NILA Harwi Kusnadi Peneliti Pertama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. Rumput merupakan hijauan segar sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi menimbulkan dampak positif bagi perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak negatifnya berupa makin banyaknya limbah

Lebih terperinci

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah: Wafer Pakan (Feed Wafer) Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau. Stevent

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch)

PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) Cerria Inara 1, Adrien Jems Akiles Unitly 2,3 1 Mayor Akuakultur Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Nabati Minyak nabati adalah senyawa minyak yang terbuat dari tumbuhan yang diperoleh melaui proses ekstraksi dan pengepressan mekanik. digunakan dalam makanan dan untuk

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi: Formulasi Pakan

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi: Formulasi Pakan PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA Materi: Formulasi Pakan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 ORGANISASI MATERI MENYUSUN FORMULA PAKAN BERBAGAI METODE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses BAB III PEMBAHASAN Pembuatan mie kering umumnya hanya menggunakan bahan dasar tepung terigu namun saat ini mie kering dapat difortifikasi dengan tepung lain agar dapat menyeimbangkan kandung gizi yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MESIN PRODUKSI PAKAN LELE DUMBO PADA PETERNAK DI DESA ARJOWINANGUN KOTA MALANG

IMPLEMENTASI MESIN PRODUKSI PAKAN LELE DUMBO PADA PETERNAK DI DESA ARJOWINANGUN KOTA MALANG IMPLEMENTASI MESIN PRODUKSI PAKAN LELE DUMBO PADA PETERNAK DI DESA ARJOWINANGUN KOTA MALANG Samsudin Hariyanto ) Sudjatmiko ) Maheno Sri Widodo 3) Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang ) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Tanaman koro pedang telah lama dikenal di Indonesia, namun kompetisi antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam skala luas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN : PENINGKATAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF Wiwit Rahayu 1,2) dan Wara Pratitis Sabar Suprayogi 1,3) 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Pangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena memiliki potensi keuntungan yang menjanjikan. Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

Ditulis oleh Didik Yusuf Selasa, 28 September :03 - Update Terakhir Selasa, 28 September :28

Ditulis oleh Didik Yusuf Selasa, 28 September :03 - Update Terakhir Selasa, 28 September :28 Selasa, 28 September 2010 10:03 Update Terakhir Selasa, 28 September 2010 13:28 Ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) telah lama dipelihara oleh masyarakat Indonesia, bahkan pemeliharaannya

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan adalah pelet kering berbasis sumber protein nabati yang berjenis tenggelam dengan campuran crude enzim dari rumen domba. Pakan uji yang diberikan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti ikan lele, selain

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Maksud Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kerangka Pemikiran,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan

Lebih terperinci

FORMULASI PAKAN IKAN

FORMULASI PAKAN IKAN 7 FORMULASI PAKAN IKAN Komposisi pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat gizi setiap jenis ikan maupun udang. Komposisi ini sering disebut formulasi pakan. Formulasi yang baik berarti mengandung

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam 13 BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam Pellet Terhadap Serat Kasar dan Kualitas Fisik Pellet dilaksanakan pada bulan Juli 2014 di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring

Lebih terperinci

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI Definisi : * Bahan makanan olahan yang harus diolah kembali sebelum dikonsumsi manusia * Mengalami satu atau lebih proses pengolahan Keuntungan: * Masa simpan lebih panjang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013. III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) ini dilakukan di perusahaan bakpia pathok 25 Yogyakarta, dan dilakukan selama 2,5 bulan yaitu dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi susu sebagai produk utamanya baik untuk diberikan kepada anaknya maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *) Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif Oleh : Sri Purwanti *) Pendahuluan Pangan produk peternakan terutama daging, telur dan susu merupakan komoditas

Lebih terperinci

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Pengawetan pangan dengan pengeringan Pengawetan pangan dengan pengeringan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengeringan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi selama pengeringan serta dampak pengeringan terhadap

Lebih terperinci