Kasus di atas dapat diselesaikan menggunakan analisis breakeven.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kasus di atas dapat diselesaikan menggunakan analisis breakeven."

Transkripsi

1 I. Analisis Break-Even Analisis break-even merupakan salah satu teknik analisis ekonomi yang berguna dalam menghubungkan biaya variabel total (TVC) dan biaya tetap total (TFC) terhadap output produksi atau ukuran-ukuran lain dalam aktivitas industri. Beberapa contoh penerapan analisis break-even dalam industri, akan dikemukakan berikut ini. Contoh penerapan (1) : Jika manajer dihadapkan pada pilihan untuk membeli atau membuat sendiri komponen digunakan dalam proses pembuatan produk manufaktur. Jika pilihan membeli yang diambil, perusahaan dapat membeli komponen itu dengan harga Rp per unit. Sebaliknya apabila pilihan membuat sendiri yang diambil, diperkirakan perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap sekitar Rp per tahun, serta biaya variabel sebesar Rp per unit komponen yang dibuat itu. Jika kebutuhan perusahaan atas komponen itu sebanyak unit per tahun, alternatif pilihan apa yang terbaik? Kasus di atas dapat diselesaikan menggunakan analisis breakeven. Berdasarkan informasi di atas, kita dapat merumuskan model fungsi biaya total untuk alternatif membuat sendiri (TC M ) per tahun dengan mengikuti persamaan linear berikut: TC M = K Di mana : TC M adalah biaya total per tahun untuk alternatif membuat komponen, sedangkan K adalah komponen yang dibuat. Model fungsi biaya total untuk alternatif membeli (TCB) per tahun mengikuti persamaan linear berikut: TC B = K Di mana: TC B adalah biaya total per tahun untuk alternatif membeli komponen, sedangkan K adalah unit komponen yang dibeli. 1

2 Titik break-even tercapai apabila TC M = TC B, sehingga: K = K K = = Tampak dari analisis break-even bahwa apabila K = 3.000, kedua alternatif pilihan membuat sendiri atau membeli komponen akan mengeluarkan biaya total per tahun yang sama, yaitu sebesar: TC M = K = (3.000) = Rp TC B = K = 8.000(3.000) = Rp Tampak bahwa alternatif membuat sendiri komponen akan lebih murah apabila kebutuhan industri telah lebih besar daripada titik break-even (3.000 unit per tahun); sebaliknya apabila kebutuhan industri lebih kecil daripada titik break-even (3.000 unit per tahun), alternatif membeli komponen itu dari pemasok akan lebih murah. Karena kebutuhan industri adalah sebesar unit per tahun, alternatif membuat sendiri komponen itulah yang dipilih, karena memberikan biaya total per tahun yang lebih murah. Perhitungan biaya total per tahun dari kedua alternatif membuat sendiri atau pembeli komponen, pada tingkat kebutuhan unit per tahun, adalah sebagai berikut: TC M = K = (4.000) = Rp TC B = K = 8.000(4.000) = Rp Tampak bahwa alternatif membuat sendiri komponen hanya mengeluarkan biaya total per tahun sebesar Rp. 28 juta, sedangkan alternatif membeli komponen dari pemasok luar akan mengeluarkan biaya total per tahun yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 32 juta. Dengan demikian manajer harus memutuskan untuk membuat sendiri komponen itu, karena layak berdasarkan pertimbangan ekonomi. 2

3 II. Analisis Investasi Proyek Industri Di bawah Kondisi Ketidakpastian. Suatu proyek industri dikatakan berada dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty condition) apabila manajer tidak dapat mendaftarkan semua kejadian yang mungkin dihadapkan di masa mendatang dan atau tidak dapat menetapkan probabilitas dari berbagai kejadian yang mungkin terjadi itu. Untuk menjelaskan konsep ketidakpastian yang sering dihadapi oleh para manajer perusahaan, perhatikan kasus hipotesis berikut. Bayangka bahwa seorang manajer sedang menghadapi tiga pilihan investasi proyek industri, katakanlah proyek industri,, dan A 3. Situasi yang dianggap tidak pasti adalah situasi perekonomian yang digolongkan ke dalam tiga kemungkinan yaitu: situasi perekonomian akan cerah (baik), situasi perekonomian akan normal (rata-rata), dan situasi perekonomian akan resesi (buruk). Karena manajer tidak dapat menetapkan probabilitas obyektif dari ketiga situasi yang mungkin akan terjadi, kita mengatakan bahwa pilihan investasi proyek industri berada dalam kondisi ketidakpastian. Selanjutnya bayangkan bahwa matriks hasil (payoff matrix) berupa perkiraan nilai sekarang dari aliran kas bersih (nilai sekarang keuntungan ekonomis) untuk tiga alternatif investasi proyek industri dalam tiga situasi perekonomian yang mungkin terjadi, adalah seperti ditunjukkan dalam Tabel sebagai berikut. Matriks hasil (payoff matrix) didefinisikan sebagai suatu tabel yang terdiri dari baris yang menunjukkan berbagai alternatif pilihan investasi dari kolom yang menunjukkan berbagai keadaan atau situasi yang mungkin akan terjadi. Setiap sel dalam matriks berisi hasil atau nilai yang berkaitan dengan alternatif pilihan investasi itu dalam keadaan atau situasi tertentu yang mungkin terjadi. 3

4 Tabel 1. Matrik Hasil Berupa Nilai Sekarang Aliran Kas Bersih (Keuntungan Ekonomis) untuk Tiga Pilihan Investasi dalam Tiga Situasi Perekonomian (dalam jutaan Rupiah) Alternatif Investasi Proyek Industri Resesi (Buruk) Situasi Perekonomian Normal (Rata-rata) Cerah (Baik) A Angka-angka dalam Tabel 1. Menunjukkan keuntungan ekonomis yang di ukur dalam nilai sekarang (present value of money) dari tiga alternatif investasi proyek industri dalam tiga kemungkinan situasi perekonomian yang akan terjadi. Sebagai misal manajer memilih investasi proyek industri A; apabila situasi perekonomian yang terjadi adalah normal (rata-rata), ia akan menerima keuntungan ekonomis dalam nilai sekarang sebesar minus 100 juta rupiah, dengan kata lain akan mengalami kerugian ekonomis dalam nilai sekarang sebesar Rp. 100 juta. Demikian pula interpretasi terhadap nilai-nilai lainnya dikaitkan dengan alternatif pilihan investasi proyek industri dalam situasi perekonomian tertentu yang akan terjadi. Berdasarkan kasus hipotesis di atas, kita dapat mengembangkan berbagai kriteria evaluasi proyek industri yang berada dalam situasi ketidak pastian. Pembahasan berikut akan mengemukakan berbagai kriteria yang umum dipergunakan dalam analisis investasi proyek industri yang berada dalam situasi ketidakpastian. III. Kriteria Maksimin (The Maximin Criterion) Para manajer yang pesimis akan situasi perekonomian atau situasi bisnis pada umumnya menggunakan kriteria maksimin. Kriteria maksimin mengidentifikasi hasil yang paling jelek atau minimum untuk setiap alternatif pilihan investasi proyek industri dan kemudian membuat keputusan berdasarkan nilai maksimum dari hasil minimum itu (maksimin). Melalui kriteria maksimin, keputusan yang diambil adalah memilih proyek investasi yang memberikan hasil maksimum di antara nilai-nilai minimum yang ada. Kriteria maksimin memilih tindakan yang 4

5 berhubungan dengan maks Ai min j P ij ; di mana (P ij ) merupakan hasil (payoff) dari pilihan alternatif A i dalam situasi atau keadaan j (i = 1, 2, 3,, n; j = 1, 2, 3,, m). Dari tabel 1 dapat ditentukan nilai-nilai minimum dari setiap alternatif investasi proyek industri dalam ketidak situasi perekonomian, seperti ditunjukkan dalam Tabel. Tabel 2. Keputusan Investasi Proyek Industri Berdasarkan Kriteria Maksimin. Alternatif Investasi Proyek Industri A 3 Nilai Minimum Hasil min j P ij nilai maksimin Tampak dari Tabel 2, bahwa berdasarkan kriteria maksimin, manajer harus memilih investasi proyek industri A 3, karena memberikan hasil maksimum dari berbagai nilai minimum dalam situasi perekonomian resesi (buruk). Tampak bahwa kriteria maksimin cocok untuk manajer yang bersikap pesimis terhadap situasi bisnis atau perekonomian. IV. Kriteria Maksimaks (The Maximax Criterion) Para Manajer yang optimis akan situasi perekonomian atau situasi bisnis pada umumnya menggunakan kriteria maksimaks. Kriteria masimaks mengidentifikasi hasil yang paling baik atau maksimum untuk setiap alternatif pilihan investasi proyek industri dan kemudian membuat keputusan berdasarkan nilai maksimum dari hasil maksimum itu (maksimaks). Melalui kriteria maksimaks, keputusan yang diambil adalah memilih proyek investasi yang memberikan hasil maksimum di antara nilai-nilai maksimum yang ada. Kriteria maksimaks memilih tindakan yang berhubungan dengan maks Ai min j P ij ; merupakan hasil (payoff) dari pilihan alternatif A i dalam situasi atau keadaaan j (i = 1, 2, 3,, n; j = 1, 2, 3,, m). Dari Tabel 3 dapat ditentukan nilai-nilai maksimum dari setiap alternatif investasi proyek industri dalam ketiga situasi perekonomian, seperti ditunjukkan dalam Tabel 3. 5

6 Tabel 3. Keputusan Investasi Proyek Berdasarkan Kriteria Maksimaks Alternatif Investasi Proyek Industri A 3 Nilai Minimum Hasil min j P ij 500 > nilai maksimaks Tampak dari Tabel 3, bahwa berdasarkan kriteria maksimaks, manajer harus memilih investasi proyek industri, karena memberikan hasil maksimum dari berbagai nilai maksimum dalam situasi perekonomian yang cerah (baik). Tampak bahwa kriteria maksimaks cocok untuk manajer yang bersikap optimis terhadap situasi bisnis atau perekonomian. V. Kriteria Hurwicz (The Hurwicz Criterion) Jika kriteria maksimin menunjukkan bahwa manajer terlalu pesimis dengan menganggap situasi perekonomian pasti akan resesi (buruk), sedangkan kriteria maksimaks menunjukkan bahwa manajer terlalu optimis dengan menganggap situasi perekonomian pasti akan cerah (baik), maka kriteria Hurwicz berada di antara kedua titik ekstrem itu. Kriteria Hurwicz merupakan suatu indeks relatif yang mewakili kriteria yang bersifat optimis dan pesimis. Suatu sikap netral di antara optimis dan pesimis dicerminkan melalui kriteria Hurwicz yang mengijinkan manajer untuk memilih suatu indeks, sehingga 0< <1. Jika = 0 mencerminkan sikap pesimis dari manajer, sebaliknya apabila = 1 akan mencerminkan sikap optimis dari manajer dalam menghadapi situasi ketidakpastian. Sedangkan nilai yang lain akan mencerminkan sikap dari manajer itu apakah akan mengarahkan ke sikap optimis (nilai mendekati satu) atau mengarah ke sikap pesimis (nilai mendekati nol). Apabila nilai telah dapat ditentukan, perhitungan berdasarkan kriteria Hurwicz dapat dilakukan dengan menggunakan formula berikut: 6

7 maks Ai (maks j P ij + (1 - )(min j P ij di mana (P ij ) merupakan hasil (payoff) dari pilihan alternatif A i dalam situasi atau keadaan j (i = 1, 2, 3,, n; j = 1, 2, 3,, m). Nilai dapat ditentukan dengan cara berikut. Misalnya kita mengambil kasus investasi proyek industri dalam Tabel. Dari Tabel itu tampak bahwa hasil yang paling maksimum yang mungkin diperoleh Rp. 500 juta sedangkan hasil yang paling rendah yang mungkin diperoleh adalah minus Rp. 300 juta (rugi Rp. 300 juta). Misalkan sekarang kita menganggap situasi ini sebagai pilihan yang tidak pasti; artinya dalam menginvestasikan modal pada proyek-proyek industri yang ada, manajer mungkin akan memperoleh keuntungan ekonomis sebesar Rp. 500 juta atau menderita kerugian ekonomis sebesar Rp. 300 juta. Sekarang kita menanyakan kepada manajer itu, berapa nilai uang yang membuat dia tidak dapat memilih antara pilihan investasi proyek industri yang tidak pasti dan suatu nilai uang yang bersifat pasti. Jadi di sini kita melakukan gambling dengan menganggap bahwa pilihan investasi proyek-proyek industri yang tidak pasti yang akan menghasilkan keuntungan ekonomis Rp. 500 juta atau menghasilkan kerugian ekonomis Rp. 300 juta sebagai pilihan yang bersifat gambling. Dalam kondisi semacam itu, lalu ditanyakan nilai uang tertentu yang diajukan manajer dan bersifat pasti sehingga membuat manajer itu berada dalam situasi tidak berbeda (indifferent). Misalkan manajer mengajukan nilai uang sebesar Rp. 250 juta sebagai alternatif yang bersifat pasti sehingga membuat dia bimbang atau berada dalam keadaan indiferen (tidak berbeda) dalam menentukan pilihan yang pasti dan tidak pasti itu. Jika manajer menyatakan bahwa bagi dia akan sama baiknya apabila melakukan investasi proyek-proyek industri yang bersifat tidak pasti dengan kemungkinan memperoleh keuntungan Rp. 500 juta atau kerugian Rp. 300 juta, atau memperoleh uang sebesar Rp. 250 juta yang bersifat pasti, maka kita dapat menentukan sikap manajer itu melalui menghitung nilai, sebagi berikut: Rp ( )+(-Rp )(1- )=Rp = = = 0,6875 7

8 Dengan mengetahui bahwa manajer memiliki nilai = 0,6875, kita dapat melakukan perhitungan dengan menggunakan kriteria Hurwicz, seperti ditunjukkan dalam Tabel 3 yang menggunakan hasil-hasil dalam Tabel 1. Tabel 4. Keputusan Investasi Proyek Industri Berdasarkan Kriteria Hurwicz. Alternatif Investasi Proyek Industri A 3 (maks j P ij + (1- )(min j P ij (0,6875)(500) + (1 0,6875)(-300) = 250 (0,6875)(300) + (1 0,6875)(50) = 222 (0,6875)(200) + (1 0,6875)(75) = 161 Tampak dari Tabel 4 bahwa berdasarkan kriteria Hurwicz, manajer harus memilih investasi proyek industri, karena memberikan hasil maksimum dari berbagai nilai perhitungan yang ada. Tampak bahwa sikap manajer ini mengarah kepada sikap optimis karena memiliki nilai = 0,6875 yang lebih dekat dengan angka satu daripaa angka nol. VI. Kriteria Laplace (The Laplace Criterion) Prinsip Laplace didasarkan pada asumsi bahwa keadaan di alam ini tidak berbeda, sehingga memiliki peluang yang sama untuk terjadi. Dengan demikian setiap kejadian memiliki peluang terjadi sebesar 1/n, di mana n adalah banyaknya kejadian yang mungkin terjadi di mana yang akan datang. Menurut prinsip Laplace, situasi perekonomian yang terdiri dari tiga kejadian yang mungkin yaitu: perekonomian cerah, perekonomian normal, dan perekonomian resesi akan memiliki peluang yang sama untuk terjadi, yaitu sebesar 1/3. Dengan demikian berdasarkan kriteria Laplace dapat ditentukan nilai ekspektasi dari setiap alternatif pilihan investasi proyek indusri seperti ditunjukkan dalam Tabel 4. 8

9 Tabel 5. Keputusan Investasi Proyek Industri Berdasarkan Kriteria Laplace. Alternatif Investasi Proyek Industri A 3 Nilai Ekspektasi (-300)(1/3) + ( 100)(1/3) + (500)(1/3) = 33,33 (50)(1/3) + (200)(1/3) + (300)(1/3) = 183,33 (75)(1/3) + (100)(1/3) + (200)(1/3) = 125,00 Tampak dari Tabel 5 bahwa berdasarkan kriteria Laplace manajer harus memilih investasi industri karena memiliki nilai ekspektasi tertinggi. Dengan demikian tampak bahwa kriteria Laplace merupakan nilai rata-rata hasil, sehingga pilihan diambil berdasarkan alternatif investasi proyek industri yang memberikan nilai ekspektasi keuntungan ekonomis terbesar. VII. Kriteria Minimaks Penyesalan (The Minimax Regret Criterion). Kriteria minimaks penyesalan berdasarkan pada prinsip untuk meminimumkan penyesalan atau suatu kesempatan yang hilang sebagai akibat diambilnya suatu keputusan tertentu berkaitan dengan investasi proyek industri. Untuk menjelaskan konsep penyesalan itu, perhatikan hasil yang ada dalam Tabel 2. Dari tabel itu diketahui bahwa pilihan terbaik dalam situasi perekonomian resesi adalah investasi proyek A 3 karena memberikan nilai keuntungan ekonomis maksimum pada situasi perekonomian itu, yaitu : maks (-300, 50, 75) = 75 (merupakan hasil dari A 3 dalam situasi perekonomian resesi/buruk). Dalam hal ini apabila manajer telah memilih investasi proyek industri, sedangkan situasi perekonomian yang terjadi kemudian adalah resesi, manajer itu akan menyesal dan nilai penyesalan adalah sebesar penyimpangan yang terjadi antara hasil aktual dan hasil terbaik yang mungkin. Dengan demikian apabila manajer memilih investasi proyek industri sedangkan situasi perekonomian yang terjadi kemudian adalah resesi atau buruk, nilai penyesalan dari manajer itu sebesar: 75 (-300) = 375, merupakan kesempatan yang hilang sebagai akibat kesalahan dalam mengambil keputusan (seharusnya keputusan terbaik adalah memilih proyek industri A 3 apabila situasi perekonomian resesi). 9

10 Dengan demikian nilai penyesalan dapat ditentukan dengan cara menghitung penyimpangan nilai hasil dari setiap alternatif pilihan terhadap hasil terbaik dalam situasi perekonomian tertentu. Nilai-nilai penyesalan dari kasus yang dikemukakan dapat dihitung seperti ditunjukkan dalam Tabel 6. Tabel 6. Matriks Nilai Penyesalan untuk Tiga Pilihan Investasi dalam Tiga Situasi Perekonomian (dalam Rp. Juta). Situasi Perekonomian Alternatif Investasi Proyek Industri Resesi (Buruk) Normal (Ratarata Cerah (Baik) 75 (-300) = (-100) = = = = = 200 A = = = 300 Catatan : 1. Hasil terbaik dalam situasi perekonomian resesi adalah 75, sehingga semua hasil alternatif investasi proyek industri dalam situasi perekonomian resesi dibandingkan terhadap nilai Hasil terbaik dalam situasi perekonomian normal adalah 200, sehingga semua hasil alternatif investasi proyek industri dalam situasi perekonomian normal dibandingkan terhadap nilai Hasil terbaik dalam situasi perekonomian cerah adalah 500, sehingga semua hasil alternatif investasi dalam situasi perekonomian cerah dibandingkan terhadap nilai 500. Dari Tabel 5 kemudian kita menentukan nilai-nilai maksimum penyesalan dari setiap alternatif pilihan investasi proyek industri, selanjutnya menggunakan kriteria minimaks kita memilih alternatif investasi proyek industri yang memiliki nilai penyesalan terkecil di antara nilai-nilai maksimum penyesalan yang ada. Dengan demikian kriteria minimaks penyesalan dapat dinyatakan sebagai: Min Ai (maks j R ij ) 10

11 Di mana R ij adalah nilai penyesalan (regret) yang diperoleh sebagai akibat memilih alternatif A i jika situasi yang terjadi. Dari Tabel 6 dapat ditentukan nilai-nilai maksimum penyesalan dari setiap alternatif investasi proyek industri dalam ketiga situasi perekonomian, seperti ditunjukkan dalam Tabel 7. Tabel 7. Keputusan Investasi Proyek Industri Berdasarkan Kriteria Minimaks Penyesalan. Alternatif Investasi Proyek Industri A 3 Nilai Maksimum Penyesalan maks j R ij > nilai minimaks 300 Tampak dari Tabel 7 bahwa berdasarkan kriteria minimaks penyesalan, manajer harus memilih investasi proyek industri, karena memberikan hasil minimum penyesalan dari berbagai nilai maksimum penyesalan yang ada. Analisis investasi proyek industri di bawah kondisi ketidakpastian dengan menggunakan berbagai kriteria di atas memberikan hasil keputusan seperti tampak tampak dalam Tabel 7. Tabel 7. Keputusan Investasi Proyek Industri Berdasarkan Beberapa Kriteria Keputusan. Kriteria Keputusan Maksimin Maksimaks Hurwicz ( = 0,6875) Laplace Minimaks Penyesalan Alternatif Investasi Proyek Industri yang Dipilih A 3 Tampak dalam Tabel 7 bahwa alternatif investasi proyek industri yang dipilih tergantung pada sikap manajer dalam membuat keputusan. Apabila manajer bersikap pesimis, ia akan 11

12 memilih investasi proyek industri A 3 ; jika manajer bersikap optimis, ia akan memilih investasi proyek. Sedangkan manajer yang bersikap netral (tidak pesimis dan juga tidak optimis), akan memilih investasi proyek industri. VIII. Analisis Investasi Proyek Industri di Bawah Kondisi Berisiko. Suatu proyek industri dikatakan berada dalam kondisi berisiko (risk condition) apabila manajer dapat mendaftarkan semua kejadian yang mungkin dihadapi di masa mendatang dan menetapkan probabilitas dari berbagai kejadian yang mungkin terjadi itu. Sebelum membahas tentang analisis investasi proyek industri di bawah kondisi berisiko, perlu dikemukakan beberapa konsep dasar statistika yang akan dipergunakan dalam analisis nanti. 1. Beberapa Konsep Dasar. Distribusi probabilitas adalah suatu daftar dari semua kemungkinan hasil dan berhubungan dengan probabilitas kejadiannya. Contoh dari distribusi probabilitas ditunjukkan dalam Tabel 8. Tabel 8. Distribusi Probabilitas Penjualan Produk Industri dari PT. X Kejadian yang Mungkin Penjualan berkurang 5% menjadi unit Penjualan tetap pada unit Penjualan meningkat 5% menjadi unit Penjualan meningkat 10% menjadi unit Penjualan meningkat 15% manjadi unit Probabilitas Dari Tabel 8 tampak bahwa probabilitas dari suatu kejadian yang mungkin selalu bernilai positif, dan jumlah probabilitas dari semua kejadian itu sama dengan satu. Dengan demikian berlaku bahwa: 0 p(x i ) 1, dan p(x i ) = 1, di mana x i (i = 1, 2,, n) adalah kejadian ke-i yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. 12

13 Nilai ekspektasi dari suatu distribusi probabilitas adalah nilai rata-rata (mean) dari distribusi itu yang diformulasikan sebagai: E (x) = x i p i Apabila kita menghitung nilai ekspektasi penjualan berdasarkan data dalam Tabel 8 dengan menggunakan konsep nilai ekspektasi di atas, akan diperoleh hasil berikut: E(Penjualan) = (47.500)(0,10) + (50.000)(0,20) + (52.500)(0,30) + (55.000)(0,25) + (57.500)(0,15) = Berarti kita mengharapkan bahwa penjualan akan sebesar unit. Ragam (variance) dari suatu distribusi probabilitas adalah jumlah deviasi kuadrat dari semua hasil terhadap nilai rata-rata yang diboboti dengan probabilitas kejadian dari setiap hasil itu, yang biasa diformulasikan sebagai: 2 x = (x i E(x) 2 p i Akar pangkat dua dari ragam adalah simpangan baku (standard deviation). Menggunakan konsep ragam dan simpangan baku di atas, kita dapat menghitung nilai ragam dan simpangan baku penjualan produk industri PT. X berdasarkan data dalam Tabel 8 sebagai berikut: 2 penjualan = ( ) 2 (0,10)+( ) 2 (0,20)+ ( ) 2 (0,30)+( ) 2 (0,25)+ ( ) 2 (0,15) = penjualan = = unit (dibulatkan) Dengan demikian kita mengetahui bahwa simpangan baku penjualan produk industri dari PT. X adalah unit. Kita dapat mengukur besar penyimpangan ini menggunakan nilai persentase, yang sering disebut sebagai koefisien keragaman (coefficient of variation) yang diukur menggunakan formula berikut: KK = / E(x) x 100% Koefisien keragaman penjualan produk industri dari PT. X dapat dihitung sebagai berikut: 13

14 KK(Penjualan) = / E(x) x 100% = (2.987/52.875) x 100% = 5,56% Dengan demikian untuk kasus penjualan produk industri dari PT. X di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa tingkat penjualan yang diharapkan pada masa yang akan datang adalah sebesar unit dengan kemungkinan terjadi penyimpangan sekitas 5,56 %. Berdasarkan informasi ini, manajer dari PT. X dapat menyusun strategi produksi dan pemasaran untuk mengantisipasi permintaan produk di atas. Semakin kecil nilai koefisiensi keragaman, angka perkiraan kita terhadap keadaan penjualan di masa yang akan datang semakin dapat diandalkan. 2. Konsep Analisis Break-Even Di bawah Kondisi Berisiko Analisis break-even dapat juga dipergunakan untuk pembuatan keputusan di bawah kondisi berisiko, terutama untuk pembuatan keputusan yang bersifat jangka pendek. Konsep analisis break-even di bawah kondisi berisiko pada dasarnya serupa dengan analisis break-even yang telah di bahas, kecuali bahwa dalam kondisi berisiko kita menggunakan nilai ekspektasi dari berbagai kemungkinan yang diharapkan akan terjadi. Untuk menjelaskan penerapan konsep analisis breakeven di bawah kondisi berisiko, perhatikan kasus berikut. Bayangkan bahwa seorang manajer sedang menghadapi dua pilihan berkaitan dengan pembelian komponen atau pembuatan sendiri komponen yang akan dipergunakan dalam proses produksi. Setiap unit produk yang diproduksi membutuhkan satu unit komponen itu. Jika manajer perusahaan memilih membuat sendiri komponen itu, diperkirakan perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp.12 juta per tahun dengan biaya variabel sebesar Rp per unit komponen yang dibuat itu. Sebaliknya apabila manajer memilih membeli kompenen itu dari pemasok luar, biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp per unit komponen yang dibeli itu. Tingkat permintaan produk di pasar berada dalam kondisi berisiko, di mana suatu range permintaan produk antara 1500 unit per tahun sebagai kemungkinan tingkat permintaan terendah dan 4500 unit per tahun sebagai kemungkinan tingkat permintaan tertinggi dapat diperkirakan dengan baik berdasarkan probabilitas obyektif di masa lalu. Informasi tentang berbagai kemungkinan permintaan produk beserta nilai probabilitas, dan alternatif biaya pembuatan komponen mupun 14

15 pembelian komponen, dicantumkan dalam Tabel 9. Bagaimana keputusan yang harus diambil oleh manajer itu? Tabel 9. Berbagai Tingkat Permintaan Produk dan Biaya yang Relevan. Deskripsi Tingkat Permintaan Produk (Unit) Probabilitas 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,15 0,10 TC M (Rp.Juta) TC B (Rp.Juta) Keterangan: TCM = biaya total apabila komponen itu dibuat, TCB = biaya total apabila komponen itu dibeli. Berdasarkan data dalam Tabel 9, kita dapat menentukan ekspektasi permintaan produk, sebagai berikut: E(Permintaan) = 1.500(0,05) (0,10) (0,15) (0,20) (0,25) (0,15) (0,10) = unit Karena nilai ekspektasi permintaan produk adalah sebesar unit, manajer perlu merencanaan produksi sesuai dengan ekspektasi permintaan pasar sebesar unit. Dengan demikian dibutuhkan komponen sebanyak unit untuk memproduksi unit produk. Biaya total apabila alternatif yang dipilih adalah membuat sendiri koponen sebanyak unit dapat dihitung dengan menggunakan fungsi biaya total pembuatan komponen, sebagai berikut: TC M = K TC M = (3.175) = Rp Biaya total apabila alternatif yang dipilih adalah membeli komponen sebanyak unit dari pemasok luar, dapat dihitung dengan menggunakan fungsi biaya total pembelian komponen, sebagai berikut: TC B = K TC B = (3.175) = Rp

16 Karena TC M = Rp lebih rendah daripada TC B = pada tingkat kebutuhan komponen sebanyak unit, manajer harus memutuskan untuk membuat sendiri komponen sebanyak unit itu. Berdasarkan data dalam Tabel 9, kita dapat membandingkan secara langsung nilai ekspektasi biaya total pembuatan komponen, E(TC M ), dengan nilai ekspektasi biaya total pembelian komponen, E(TC B ), sebagai berikut: E(TC M ) = 18(0,05)+20(0,10)+22(0,15)+24(0,20)+26(0,25)+28(0,15) +30(0,10) = 24,7 (juta rupiah) = Rp E(TC B ) = 12(0,05)+16(0,10)+20(0,15)+24(0,20)+28(0,25)+32(0,15) +36(0,10) = 25,4 (juta rupiah) = Rp Karena E(TC M ) = lebih kecil daripada E(TC B ) = Rp , keputusan terbaik untuk kasus di atas adalah membuat sendiri komponen yang diperlukan dalam proses pembuatan produk, karena keputusan itu memiliki biaya yang lebih murah pada ekspektasi tingkat permintaan produk sebesar unit. Biaya total pada masa yang akan datang, F, pada interest rate sebesar i per tahun, sebagai berikut: P = F 1/ (1 + I) n Di mana: F P = nilai yang akan datang dari uang yang diperkirakan akan diterima atau dikeluarkan = nilai uang yang diperhitungkan sebagai penerimaan sekarang atau biaya sekarang berdasarkan perkiraan penerimaan total atau biaya total pada masa yang akan datang 1/ (1 + I) n = faktor nilai sekarang (present worth factor = PF) atau sering juga disebut sebagai faktor diskon (discount factor = DF) interest rate atau sering disebut sebagai rate of interest atau rate of return merupakan konsep periodik yang mengukur tingkat pengembangan investasi (return on investmenr = ROI) relatif terhadap jumlah investasi selama periode waktu tertentu. Dengan demikian interest rate merupakan rasio 16

17 antara hasil yang diterima dan jumlah dana yang diinvestasikan. Analisis investasi proyek industri dapat menggunakan kriteria nilai bersih sekarang (NPV), ratio manfaat-biaya (BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). Suatu proyek industri tertentu dikatakan layak berdasarkan pertimbangan ekonomi, apabila memiliki: NPV lebih besar daripada nol, BCR lebih besar daripada satu, dan IRR lebih besar daripada interest rate atau MARR (minimum attractive rate of return) yang diharapkan oleh investor. 3. Pertanyaan Landasan Teori 1. Jelaskan secara konseptual, apa yang dimaksud dengan istilah-istilah berikut: a. Aliran kas bersih (net cash flow). b. Nilai bersih sekarang (NPV), rasio manfaat-biaya (BCR), dan internal rate of return (IRR). c. Interest rate. d. Titik break-even (break-even point) e. Distribusi probabilitas (probability distribution) f. Risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). g. Tingakat diskon yang disesuaikan dengan risiko. 2. Jelaskan secara konseptual mengapa analisis investasi proyek industri dengan menggunakan kriteria rasio manfaatbiaya (BCR) menjadi tidak konsisten. 17

Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko

Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko Suasana pengambilan keputusan : dalam pasti (certainty), dalam keadaan resiko (risk), dalam ketidakpastian (uncertainty), dalam suasana konflik (conflict). Analisis

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI TIDAK PASTI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI TIDAK PASTI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI TIDAK PASTI Kondisi Tidak Pasti Kondisi tidak pasti adalah suatu keadaan yang memenuhi beberapa persyaratan : 1. Ada beberapa alternatif tindakan yang fleksibel. 2.

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI TIDAK PASTI. OLEH Ir. Indrawani Sinoem, MS.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI TIDAK PASTI. OLEH Ir. Indrawani Sinoem, MS. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI TIDAK PASTI OLEH Ir. Indrawani Sinoem, MS. Kondisi Tidak Pasti Kondisi tidak pasti adalah suatu keadaan yang memenuhi beberapa syarat : 1. Ada beberapa alternatif tindakan

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 11 Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecture.ub.ac.id 1. Konsep Risiko & Ketidakpastian 2. Pengambilan keputusan

Lebih terperinci

Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Objektif: 1. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan dalam kepastian 2. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian

Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian Bab 13 : Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian 1 Ekonomi manajerial Manajemen 2 Pokok Bahasan Pengantar Keputusan Dalam Ketidakpastian Kriteria Maximin, Kriteria Maximax, Kriteria Minimax (Kroteria

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Objektif: 1. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan dalam kepastian 2. Mahasiswa dapat mencari

Lebih terperinci

OUTLINE. BAGIAN II Probabilitas dan Teori Keputusan. Konsep-konsep Dasar Probabilitas. Distribusi Probabilitas Diskret.

OUTLINE. BAGIAN II Probabilitas dan Teori Keputusan. Konsep-konsep Dasar Probabilitas. Distribusi Probabilitas Diskret. TEORI KEPUTUSAN OUTLINE BAGIAN II Probabilitas dan Teori Keputusan Konsep-konsep Dasar Probabilitas Distribusi Probabilitas Diskret Distribusi Normal Teori Keputusan Pengertian dan Elemen- Elemen Keputusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN BAB 6. KONDISI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. Pendahuluan 2. Kondisi Pengambilan Keputusan dalam Kepastian 3. Kondisi Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian 4. Kondisi Pengambilan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan analisis Capital Budgeting dan analisis sensitivitas pada perusahaan Dian

Lebih terperinci

Keputusan MODUL OLEH

Keputusan MODUL OLEH Modul 5. Penanganan Ketidakpastian dan Diagram Keputusan ANALISAA SISTEM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MODUL V: PENANGANAN KETIDAKPASTIAN DAN DIAGRAM KEPUTUSAN OLEH : Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI

TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI KETENTUAN UMUM 1. Teori permainan memusatkan pada analisis keputusan dalam suasana konflik 2. Setiap pemain bermain rasional, dengan asumsi memiliki

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI

TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI KETENTUAN UMUM 1. Teori permainan memusatkan pada analisis keputusan dalam suasana konflik 2. Setiap pemain bermain rasional, dengan asumsi memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik)

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik) ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik) Anandhayu Mahatma Ratri Moch. Dzulkirom Achmad Husaini Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menggunakan modelmodel pengambilan keputusan untuk mengelola proses dan rantai pasok 1. Decision theory 2. Decision tree Pada pertemuan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM KEPUTUSAN INVESTASI. Suprihatmi Sri Wardiningsih Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta

ANALISIS RISIKO DALAM KEPUTUSAN INVESTASI. Suprihatmi Sri Wardiningsih Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ANALISIS RISIKO DALAM KEPUTUSAN INVESTASI Suprihatmi Sri Wardiningsih Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT In investment decisions, management must deal with uncertainty in the

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN Manajer Operasi adalah para pengambil keputusan. Manajer harus memahami bagaimana keputusan diambil dan alat bantu pengambilan keputusan apa yang digunakan.

Lebih terperinci

DECISION THEORY DAN GAMES THEORY

DECISION THEORY DAN GAMES THEORY DECISION THEORY DAN GAMES THEORY PENGANTAR Lingkungan di mana keputusan dibuat sering digolongkan kedalam empat keadaan: certainty, risk, uncertainty, dan conflict. Decision theory terutama berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Teori Himpunan Fuzzy Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x dalam himpunan A, yang sering ditulis dengan memiliki dua kemungkinan, yaitu: 1 Nol (0), yang berarti

Lebih terperinci

Riset Operasional Teori Permainan

Riset Operasional Teori Permainan TEORI PERMAINAN KETENTUAN UMUM 1. Setiap pemain bermain rasional, dengan asumsi memiliki intelegensi yang sama, dan tujuan sama, yaitu memaksimumkan payoff, dengan kriteria maksimin dan minimaks. 2. Terdiri

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan Bab V Hasil dan Pembahasan V.1 Hasil Pengujian Model Dari pengujian model dengan simulasi yang dilakukan sebanyak 10.000 iterasi yang merupakan iterasi terpilih, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI T a u f i q u r R a c h m a n

Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI T a u f i q u r R a c h m a n Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Kemampuan Akhir Yang Diharapkan 2 Mampu membandingkan antara kondisi nyata dengan penerapan teori yang telah dipelajari. Indikator Penilaian Ketepatan dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI MATERI KULIAH 4 PERTEMUAN 6 FTIP - UNPAD METODE MEMBANDINGKAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI Ekivalensi Nilai dari Suatu Alternatif Investasi Untuk menganalisis

Lebih terperinci

PENGENALAN SISTEM OPTIMASI. Oleh : Zuriman Anthony, ST. MT

PENGENALAN SISTEM OPTIMASI. Oleh : Zuriman Anthony, ST. MT PENGENALAN SISTEM OPTIMASI Oleh : Zuriman Anthony, ST. MT PENILAIAN 1. KEHADIRAN (25%) 2. TUGAS + KUIS (25%) 3. UTS (25%) 4. UAS (25%) 5. Terlambat maksimal 15 menit 6. Kehadiran minimal 10 kali di kelas

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #13 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #13 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #13 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Pendahuluan (1/2) 2 Berbagai keputusan secara langka dibuat dengan kepastian. Sebagian besar keputusan melibatkan faktor resiko. Kriteria umum untuk menilai

Lebih terperinci

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD Andreas Y. H. Aponno NRP : 9221035 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

STRATEGI GAME. Achmad Basuki

STRATEGI GAME. Achmad Basuki STRATEGI GAME Achmad Basuki MATERI Strategi dalam Permainan Strategi Murni Strategi Campuran Penyelesaian Analisis (Metode Linear Programming) STRATEGI DALAM PERMAIAN BENTUK STRATEGI PERMAINAN 2 pemain

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TERJAWAB-BAB 10. Untuk mahasiswa, jawaban diberikan untuk soal ganjil.

LATIHAN SOAL TERJAWAB-BAB 10. Untuk mahasiswa, jawaban diberikan untuk soal ganjil. LATIHAN SOAL TERJAWAB-BAB 10 Untuk mahasiswa, jawaban diberikan untuk soal ganjil. 1. Berikut adalah tabel hasil (payoff) dari investasi di saham pertanian, industri dan perbankan untuk setiap lembar sahamnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

RISIKO INVESTASI tidak dapat dihindari

RISIKO INVESTASI tidak dapat dihindari RISIKO INVESTASI Risiko merupakan penyimpangan hasil (return) yang diperoleh dari rencana hasil (return) yang diharapkan. Apabila kita membicarakan risiko investasi berarti kita menganalisis kemungkinan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Analisa kelayakan untuk rencana ekspansi yang akan dilaksanakan oleh perusahaan X menggunakan lima metode Capital Budgeting yaitu Payback Period, Accounting Rate

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO ASPEK INVESTASI UU & PERATURAN BIDANG USAHA STRATEGI BISNIS KEBIJAKAN PASAR LINGKUNGAN INVESTASI KEUANGAN TEKNIK & OPERASI ALASAN INVESTASI EKONOMIS Penambahan Kapasitas

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO IRA PRASETYANINGRUM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO IRA PRASETYANINGRUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO IRA PRASETYANINGRUM Konsep Resiko RESIKO Resiko adalah kesempatan timbulnya kerugian; Resiko adalah ketidakpastian; Resiko adalah penyimpangan hasil aktual

Lebih terperinci

DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI

DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4 BAB DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4 PERHITUNGAN PERHITUNGAN DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4.1 Analisis Perbandingan Investasi Softswitch terhadap Circuit Switch Untuk membandingkan antara Investasi dengan

Lebih terperinci

RISIKO DALAM INVESTASI

RISIKO DALAM INVESTASI RISIKO DALAM INVESTASI MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M. LOGO Pendahuluan Masalah yang dihadapi pembuat keputusan adalah : vrisiko vketidakpastian Pendahuluan Risiko Kegiatan Investasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Permainan Teori permainan ( games theory) merupakan salah satu solusi dalam merumuskan keadaan persaingan antara berbagai pihak dan berbagai kepentingan. Pendekatan dalam

Lebih terperinci

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI BAB II KEPUTUSAN INVESTASI II.1. Pengertian Investasi Investasi dapat diartikan sebagai pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang (Mulyadi, 2001: 284).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kuantitatif Aswad Analisis Deskriptif

Metode Penelitian Kuantitatif Aswad Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif Tanpa mengurangi keterumuman, pembahasan analisis deskriptif kali ini difokuskan kepada pembahasan tentang Ukuran Pemusatan Data, dan Ukuran Penyebaran Data Terlebih dahulu penting

Lebih terperinci

BAB IX PROSES KEPUTUSAN

BAB IX PROSES KEPUTUSAN BAB IX PROSES KEPUTUSAN Lingkungan di mana keputusan dibuat sering digolongkan kedalam empat keadaan: certainty, risk, uncertainty, dan conflict. Decision theory terutama berhubungan dengan pengambilan

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #12 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #12 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #11 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Pendahuluan 2 Berbagai keputusan secara langka dibuat dengan kepastian. Sebagian besar keputusan melibatkan faktor resiko. Kriteria umum untuk menilai keputusan

Lebih terperinci

Kewirausahaan. Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur

Kewirausahaan. Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur Kewirausahaan Modul ke: Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Fakultas Fakultas Teknik Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id I. Pentinnya Studi Kelayakan Usaha

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode-metode Penilaian Investasi 3.1.1. Metode net present value (NPV) Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

STATISTICAL THINKING DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN BISNIS. Rezzy Eko Caraka

STATISTICAL THINKING DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN BISNIS. Rezzy Eko Caraka STATISTICAL THINKING DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN BISNIS Rezzy Eko Caraka Dewasa ini para pelaku bisnis dituntut untuk memiliki suatu ide berinovasi dalam mengatasi persaingan antar pelaku bisnis yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, penulis akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan proses pengerjaan penelitian ini. Antara lain berkenaan dengan latar belakang penelitian, identifikasi

Lebih terperinci

D194. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

D194. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D194 Studi Pengambilan Keputusan Investasi Dengan Risiko Pada Pengembangan Proyek Caspian Tower, Grand Sungkono Lagoon Surabaya Fenny Herwitasari, Christiono Utomo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sudi Mampir di Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian adalah bulan April sampai

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Landasan Teori 2.1 Sejarah dan Pengertian

Tujuan Praktikum Landasan Teori 2.1 Sejarah dan Pengertian Modul ini disusun sebagai pegangan untuk semua Asisten Laboratorium Teknik Industri Lanjut dalam melakkan pengajaran praktikum Metode Stokastik. Modul ini dikhususkan mempelajari salah satu metode dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produk Menurut Daryanto (2011:49) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2 ANALISIS PROYEK/INVESTASI Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 PROYEK ADALAH SUATU RANGKAIAN KEGIATAN YANG MENGGUNAKAN SEJUMLAH SUMBER DAYA UNTU MEMPEROLEH SUATU MANFAAT (BENEFIT). MEMERLUKAN BIAYA (COST),

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Setelah melakukan wawancara dan mengumpulkan data, penulis menggunakan suatu alat analisis untuk mengevaluasi kelayakan investasi produk Fitaliv yakni capital budgeting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya investasi proyek yang gagal, baik pada tahap pembangunan maupun tahap operasi, membuat perlunya ketepatan dan ketelitian dalam tahap analisis kelayakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

BAB III NILAI WAKTU UANG

BAB III NILAI WAKTU UANG BAB III NILAI WAKTU UANG Nilai waktu uang merupakan konsep sentral dalam manajemen keuangan. Pemahaman nilai waktu uang sangat penting dalam studi manajemen keuangan. Banyak keputusan dan teknik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. ETURN DAN ISIKO AKTIVA TUNGGAL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ririkyunita@yahoo.co.id Return Investasi Rate of return dari suatu investasi dapat dihitung dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry)

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) BIAYA MODAL ( THE COST OF CAPITAL ) Biaya modal mewakili perkiraan tingkat pengembalian

Lebih terperinci

RANGKUMAN MATERI KULIAH TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI BAB 9: RETURN DAN RESIKO PORTOFOLIO

RANGKUMAN MATERI KULIAH TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI BAB 9: RETURN DAN RESIKO PORTOFOLIO 1.1 PENDAHULUAN RANGKUMAN MATERI KULIAH TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI BAB 9: RETURN DAN RESIKO PORTOFOLIO Mengukur return dan resiko untuk sekuritas tunggal memang penting, tetapi bagi manajer

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis di zaman globalisasi ini kian hari semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis di zaman globalisasi ini kian hari semakin ketat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Persaingan di dunia bisnis di zaman globalisasi ini kian hari semakin ketat. Untuk mempertahankan eksistensinya, suatu perusahaan harus mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES

SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES Pembimbing: Agus Riyanto, MT Oleh: Winda Octaviany 1.03.08.010 Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berbagai usaha pada saat ini

Lebih terperinci

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen 1 BAB 14 Keputusan Investasi & Penganggaran Modal Ekonomi Manajerial Manajemen 2 PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Capital Budgeting. Capital budgeting meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Internal Rate of Return (IRR)

Contoh Soal dan Pembahasan Internal Rate of Return (IRR) Contoh Soal dan Pembahasan Internal Rate of Return (IRR) Aplikasi IRR, arus kas setiap tahun jumlahnya sama. Soal 1 : Suatu pabrik mempertimbangkan ususlan investasi sebesar Rp. 13.. tanpa nilai sisa dapat

Lebih terperinci

MENILAI KELAYAKAN INVESTASI DAN HASIL INVESTASI

MENILAI KELAYAKAN INVESTASI DAN HASIL INVESTASI MENILAI KELAYAKAN INVESTASI DAN HASIL INVESTASI Sumber: http://hdwallpapersbuzz.com/creative Kita telah mengetahui berbagai jenis investasi, hasil dan risiko yang mungkin dihadapi serta peranannya dalam

Lebih terperinci

MATERI TAMBAHAN TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN (Sumber Bambang Avip Priatna Martadiputra)

MATERI TAMBAHAN TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN (Sumber Bambang Avip Priatna Martadiputra) MATERI TAMBAHAN TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN (Sumber Bambang Avip Priatna Martadiputra) 1. Pengambilan Keputusan dalam keadaan ada kepastian Keputusan dalam keadaan ada kepastian (certainty), terjadi apabila

Lebih terperinci

RETURN DAN RISIKO AKTIVA TUNGGAL

RETURN DAN RISIKO AKTIVA TUNGGAL RETURN DAN RISIKO AKTIVA TUNGGAL PENGERTIAN: Return adalah hasil investasi. Ada 2 jenis Return: 1. Return Realisasi: Return yang telah terjadi 2. Return Ekspektasi Return yang diharapkan akan diperoleh

Lebih terperinci