Oleh NABILA H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh NABILA H"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Anak Perusahaan, Periode ) Oleh NABILA H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 i

2 ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Dan Anak Perusahaan, Periode SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh : NABILA H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 i

3 RINGKASAN NABILA. H Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus di PT PLN Persero dan Anak Perusahaan) Dibawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki tugas untuk menyediakan listrik bagi penggunaan publik dengan jumlah dan kualitas yang memadai, meningkatkan nilai perusahaan dan melaksanakan tugas pengadaan listrik untuk menunjang pembangunan, dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sebagai Perseroan Terbatas. Salah satu bentuk pelayanan yang dibuktikan oleh PT PLN Persero adalah dalam pemungutan pembayaran iuran rekening listrik di akhir bulan (pasca bayar). Sementara dalam kegiatan pembayaran listrik pasca bayar ini, masih saja terjadi penunggakan listrik oleh konsumen. Dalam menghadapi penunggakan pembayaran rekening listrik ini dibutuhkan suatu manajemen piutang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Penelitian ini memperoleh data kuantitatif dari perusahaan dan kemudian diolah serta dianalisis menggunakan metode statistik yaitu analisis penilaian kinerja piutang, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas serta analisis regresi linear berganda. Dalam penelitian ini pengukuran output menggunakan analisis dari rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period). Likuiditas disini diukur dengan analisis ratio likuiditas yang meliputi rasio cepat dan ratio lancar dan profitabilitas diukur dengan analisis rasio probitabilitas yang meliputi ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Asset) Pengukuran kinerja piutang dalam penelitian ini dipergunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan menggunakan analisis regresi linear berganda menggunakan software SPSS versi Selain itu, perangkat lunak komputer yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah Microsoft Excel Secara bersamaan (simultan) Manajemen Piutang berpengaruh terhadap Likuiditas sebesar 37 persen dan pada profitabilitas sebesar 45 persen pada taraf nyata 10 persen. Secara parsial Rasio Perputaran Piutang (X 1 ) berpengaruh nyata terhadap Likuiditas (Y 1 ) namun tidak berpengaruh nyata pada Profitabilitas pada taraf nyata 10 persen, Rasio Periode Penagihan Rata-Rata (X 2 ) tidak berpengaruh nyata terhadap Likuditas dan Profitabilitas pada taraf 10 persen. Sementara untuk variabel LagY 1 (Y 1 periode sebelum) berpengaruh nyata terhadap Likuiditas (Y 1 ) begitupun juga Profitabilitas (Y 2 ) pada taraf nyata 10 persen. ii

4 Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas Perusahaan, (Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Anak Perusahaan, Periode ) Nama : Nabila NIM : H Menyetujui, Pembimbing (Farida Ratna Dewi, SE, MM.) NIP : Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP : Tanggal Lulus : iii

5 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Nabila dilahirkan di Semarang, 10 Agustus 1990 sebagai putri sulung dari pasangan Alwi Alie Alaydrus dan Viviany Marjati. Penulis memulai jenjang pendidikan formal pertamanya di TK Bakti Ibu Jakarta. Kemudian Kelas satu dan dua dilanjutkan di SD Islam Al-Azhar Pusat Jakarta. Selanjutnya, kelas tiga sampai lima di SD Islam H.Istriati Baiturachman Semarang. Kelas 6 SD penulis berpindah sekolah lagi dan melanjutkan pendidikan di SD Islam Al-ikhlas Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SLTP Islam Al-ikhlas. Kemudian melanjutkan pendidikan lagi ke SMUN 46 Jakarta dan pada saat itu masuk ke dalam program studi IPA. Pada tahun 2008, penulis telah menyelesaikan pendidikan formalnya di SMA dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selanjutnya, pada tahun berikutnya penulis barulah memasuki Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dimana sebelumnya penulis harus melewati masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) terlebih dahulu. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan dan aktif menjadi staff finance himpunan profesi manajemen Centre of Management (COM@) IPB periode iv

6 KATA PENGANTAR Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas Perusahaan dengan Studi Kasus di PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan, Periode Skripsi ini mencoba menganalisis apakah terdapat pengaruh manajemen piutang pada PT PLN (Persero) terhadap likuiditas dan profitabilitasnya. Dalam penulisan skripsi ini disadari masih banyaknya kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, maka penulis membutuhkan saran-saran yang bersifat membangun agar menjadi lebih baik. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, serta membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungannya kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Bogor, Maret 2012 Penulis v

7 UCAPAN TERIMAKASIH Selama penulisan tugas akhir ini penulis banyak memperoleh bantuan yang bersifat moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, di dalam tugas akhir ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos. ME selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengarahannya. 3. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Kepala Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah membantu memfasilitasi segala keperluan kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan oleh penulis. 5. Orang Tua dan adikku Mohammad Haykal yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi dan do a yang tulus. 6. Rekan-rekan satu bimbingan Ida Nurul Fitri, Anugrah Dewi, Anggara, Hidayat, Tanti Lestari dan Fuji Tyas Nastiti terimakasih untuk pendapat, kritik, saran serta dukungan dari kalian dalam pembuatan tugas akhir ini. 7. Muhammad Erfandie dan Keluarga, atas dukungan dan kehangatan keluarga kalian. 8. Kesayanganku Nurul Wulan Septianti, Shafiyyatul Ghina, Annisa Kharunia, Ira Agustina, Fiqi Syarifah, Hada Syaairillah, Wahyu Fikri Radhian, Wahyu Hidayat, dan Rangga Warsita terimakasih untuk kalian yang selalu berada disamping penulis dan membuat penulis mampu bertahan di Institut Pertanian Bogor ini. 9. Rekan-rekan Manajemen 45 yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. vi

8 DAFTAR ISI RINGKASAN RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 Halaman 2.1 Teori Piutang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang Likuiditas Profitabilitas Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas Pengelolaan dan Sistem Pencatatan Kas Kecil Penelitian Terdahulu III. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Penilaian Kinerja Piutang a. Rasio Perputaran Piutang b. Periode Penagihan Rata-Rata Analisis Likuiditas a. Rasio Lancar (Current Ratio) b. Rasio Kas (Cash Ratio) Analisis Profitabilitas a. ROE (Return On Equity) b. ROA (Return On Asset) iv v vi vii ix x xi vii

9 3.4.4 Analisis Trend Analisis Regresi Berganda a. Uji Normalitas b. Uji Multikolinearitas c. Uji Autokorelasi d. Uji Heteroskedastisitas e. Uji F f. Uji T IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaaan Bisnis PLN Anak Perusahaan PT PLN (Persero) dan Bidangnya Penyajian laporan Keuangan Konsolidasi Prinsip Konsolidasi Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Sistem Informasi Pengelolaan Piutang Klasifikasi Piutang Usaha Klasifikasi Pelanggan PT PLN (Persero) Penyisihan Piutang Pengakuan dan Pencatatan Piutang Penerimaan Pembayaran Piutang Penilaian Kinerja Piutang di PT PLN (Persero) a. Rasio Perputaran Piutang b. Rasio Periode Penagihan Rata-Rata Analisis Likuiditas a. Rasio Lancar b. Rasio Kas Analisis Profitabilitas a. ROE (Return On Equity) b. ROA (Return On Asset) Pengujian Hipotesis Analisis Regresi Berganda Pengujian Model Regresi dengan Uji F Pengujian Model Regresi dengan Uji T Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) tahun berdasarkan klasifikasi pelanggan Tabel Piutang Usaha PT PLN (Persero) Tahun Berdasarkan Klasifikasi Umurnya Tabel Piutang Usaha PT.PLN (Persero) Tahun berdasarkan Klasifikasi Pelanggan Penyisihan Piutang Ragu-Ragu PT PLN (Persero) Tahun Penilaian Kinerja Piutang Tahun PT PLN (Persero) Hasil Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang Hasil Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata Analisis Likuiditas Periode Tahun PT PLN (Persero) Hasil Proyeksi Trend Rasio Lancar Hasil Proyeksi Trend Rasio Kas Laporan Penyesuaian Arus Kas PT PLN (Persero) Periode Analisis Profitabilitas PT PLN (Persero) Periode Tahun Analisis Return On Equity/ROE PT PLN (Persero) Tahun Hasil Proyeksi Trend Rasio ROE Analisis Return On Asset/ROA PT PLN (Persero) Tahun Hasil Proyeksi Trend Rasio ROA ix

11 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN (Persero) periode tahun Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata PT PLN (Persero) periode tahun Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Lancar PT PLN (Persero) periode tahun Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Kas PT PLN (Persero) periode tahun Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Equity PT PLN (Persero) periode tahun Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Asset PT PLN (Persero) periode tahun x

12 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Neraca Konsolidasi PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak Perusahaan Tahun Laporan Laba Rugi Konsolidasi PT Perusahaan Listrik Negara Tahun Grafik Penilaian Kinerja Piutang PT PLN (Persero) Tahun Rincian Piutang Langganan (juta Rp) Berdasarkan Klasifikasi Satuan PLN/Provinsi tahun Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun Rincian Piutang Langganan (juta Rp) Berdasarkan Klasifikasi Satuan PLN/Provinsi tahun Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-Rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun Rincian Piutang Langganan (juta Rp) Berdasarkan Klasifikasi Satuan PLN/Provinsi tahun Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun Hasil Perhitungan Variabel Penilaian Kinerja Piutang dengan menggunakan Microsoft Excel Hasil Perhitungan Variabel Likuiditas dengan menggunakan Microsoft Excel Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas dengan menggunakan Microsoft Excel Hasil MAPE MAD MSD Hasil Pengolahan Regresi Linear Berganda dengan SPSS Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan SPSS Uji Multikolinearitas dan Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan SPSS Uji Autokorelasi dengan menggunakan SPSS xi

13 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik dalam jumlah yang cukup merupakan salah satu faktor penting dalam memajukan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat modern saat ini. Semua aspek kehidupan sudah menggunakan teknologi sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan kualitas, dan sebagian besar peralatan berbasis teknologi tinggi membutuhkan listrik sebagai sumber tenaga. Perkembangan kebutuhan energi listrik ini akan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat. Pesatnya pertumbuhan dan kemajuan di berbagai bidang mendorong peningkatan kebutuhan penyediaan tenaga listrik yang cukup besar. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan dan perkembangan dinamika kehidupan yang terjadi di lingkungan global, maka pembangunan disektor ketenagalistrikan perlu direncanakan secara cermat dengan perencanaan sistem ketenagalistrikan yang baik. Pembangunan tersebut juga harus mempertimbangkan likuiditas dan profitabilitas perusahaan agar tidak menimbulkan kerugian besar. Penyediaan tenaga listrik di Indonesia dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT PLN (Persero) memiliki tugas untuk menyediakan listrik untuk penggunaan publik dengan jumlah dan kualitas yang memadai, meningkatkan nilai perusahaan dan melaksanakan tugas pengadaan listrik untuk menunjang pembangunan, dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sebagai perseroan terbatas. Salah satu bentuk pelayanan yang dibuktikan oleh PT PLN Persero adalah dalam pemungutan pembayaran iuran rekening listrik di akhir bulan (pasca bayar). Sementara dalam kegiatan pembayaran listrik pasca bayar ini, masih saja terjadi penunggakan listrik oleh konsumen. Tunggakan rekening listrik PLN Area Pelayanan Jaringan (APJ) Depok yang meliputi Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Kota Depok, Cimanggis, Cibinong, Bojonggede, dan UPJ Sawangan mencapai Rp 12 miliar. Tunggakan terbanyak ada di UPJ Sawangan dan Kota Depok. 95 persen tunggakan listrik ini terjadi di perumahan rumah tangga sedangkan sisanya 5 persen penunggakan oleh

14 2 konsumen lain., pelanggan PLN di Depok terdiri rumah tangga dan lebih dari pelanggan itu menunggak. Untuk mengatasi tunggakan tersebut PT PLN (Persero) melakukan penagihan secara berulang sampai terjadi penyegelan meteran listrik. Bagi yang sudah melakukan pelunasan dan pemasangan baru, aliran listriknya akan dihidupkan lagi. (Indopos, diakses 10 Desember 2011) Contoh lain adalah penunggakan yang terjadi di Bandung. Tunggakan listrik masyarakat pada 2011 mengalami pembengkakan hingga mencapai Rp270 miliar. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan tunggakan pada 2010 yang hanya mencapai Rp156 miliar. Tunggakan tersebut berasal dari pelanggan dari total 8,9 juta pelanggan PLN DJBB. Jumlah pelanggan yang menunggak pada tahun ini lebih banyak dibandingkan jumlah pelanggan yang menunggak pada 2010 yang mencapai Lebih lanjut dia menyatakan para pelanggan yang menunggak merupakan para pelanggan umum. Kemudian daerah yang paling banyak memiliki jumlah pelanggan penunggak terbanyak adalah di wilayah kerja PLN Bekasi sebanyak pelanggan dengan nilai tunggakan mencapai Rp79 miliar. (Inilah Jabar, diakses 30 Desember 2011) Proses tagihan dengan birokrasi yang rumit serta masalah operasional di lapang seperti rumah tangga yang melakukan penunggakan, membuktikan bahwa perusahaan membutuhkan sebuah strategi yang tepat untuk menghadapi birokrasi yang ada. Salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan manajemen piutang. Manajemen piutang di PT PLN Persero ini meliputi proses kontrol tagihan sampai dengan pencairan tagihan dan masuk dalam rekening perusahaan. Manajemen piutang sangat diperlukan guna menjaga ketersediaan dana yang cukup dan menjaga likuiditas perusahaan, meminimumkan jumlah piutang yang terlambat tertagih serta mengantisipasi piutang tak tertagih. 1.2 Perumusan Masalah PT PLN (Persero) memiliki fungsi sosial yang besar namun sebagai perusahaan PT PLN (Persero) tetap dituntut untuk berperilaku secara profesional guna memenuhi fungsi bisnisnya. Dengan kata lain selain fungsi sosial juga dapat memenuhi fungsi komersial. Terkait dengan pembayaran iuran rekening listrik, salah satu permasalahan yang sering terjadi dewasa ini adalah rnasih saja ada

15 3 beberapa pelanggan yang tidak membayar tagihan listrik tepat pada waktunya sehingga dapat merugikan pihak perusahaan, terutama pada pengelolaan likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Informasi piutang akibat penunggakan pembayaran listrik yang tercatat di kartu piutang, buku besar piutang dan jumlah piutang di dalam neraca tidak selalu sama serta diragukan keakuratannya. Banyak piutang yang ketertagihannya rendah (diragukan). Banyak piutang yang tidak diakui sebagai utang oleh pelanggan listrik. Piutang yang tersajikan di dalam neraca tidak mencerminkan bahwa piutang tersebut adalah aset likuid yang dimiliki perusahaan yang bisa diharapkan sebagai sumber kas masuk untuk mendanai operasional perusahaan. Sistem pencatatan piutang tagihan listrik terhadap jasa yang telah diberikan menggunakan metode akrual basis dimana proses pengakuan piutang terjadi dan terhitung sejak awal pemakaian tenaga listrik (pencatatan meter listrik) akan tetapi penagihannya tidak langsung ditagih kepada pelanggan melainkan dikumpulkan terlebih dahulu selama satu bulan, sehingga hampir 100 persen penjualan yang dilakukan PT PLN merupakan penjualan kredit. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain : 1. Bagaimana gambaran manajemen piutang pada PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak Perusahaan? 2. Bagaimana pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan? 3. Bagaimana pengaruh sistem pasca bayar dalam pembayaran rekening listrik terhadap profitabilitas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan?

16 4 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui gambaran manajemen piutang pada PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak Perusahaan 2. Mennganalisis pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan 3. Menganalisis pengaruh sistem pasca bayar dalam pembayaran rekening listrik terhadap profitabilitas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi beberapa pihak yang berkepentingan antara lain : 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada perusahaan dalam hal pengelolaan pembayaran sistem pasca bayar tagihan listrik. 2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut yang kaitannya dengan topik yang sama. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diarahkan pada analisis manajemen piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas keuangan perusahaan dengan membatasi pada pengolahan data berjangka waktu 5 tahun yaitu tahun yang dilakukan di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

17 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Piutang Piutang adalah tagihan kepada perorangan atau badan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal (Manullang dan Sinaga, 2005) Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia dalam Manullang dan Sinaga 2005, piutang dipakai dalam arti yang sempit, yaitu hanya menunjukkan tagihan yang akan dilunasi dengan uang. Piutang dapat digolongkan atas : a. Piutang usaha : Piutang usaha merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan. Jika tagihan itu didukung dengan tagihan tertulis oleh debitor kepada perusahaan untuk membayar pada suatu tanggal tertentu, piutang tersebut adalah piutang wesel. b. Piutang lain-lain : Adapun piutang lain-lain merupakan tagihan yang tidak berasal dari penjualan barang maupun jasa dalam kegiatan normal perusahaan. 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi dalam Piutang Menurut Riyanto (2001), Faktor yang dapat mempengaruhi piutang adalah a. Volume Penjualan Kredit : Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang, dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan meningkat. b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit : Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, artinya keselamatan kredit lebih diutamakan daripada profitabilitas. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit dinyatakan dengan term tertentu, misalnya

18 6 2/10 net 30. Ini berarti bahwa apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu pembayaran barang, si pembeli akan mendapatkan potongan waktu penyerahan barang, si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang. Jadi, batas waktu pembayaran adalah 30 hari. Semakin panjang waktu pembayarannya, semakin besar jumlah investasi dalam piutang. c. Ketentuan tentang pembatasan Kredit : Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafon bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi plafon yang diberikan kepada para pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan ke dalam piutang. Selain itu, penentuan kriteria pihak yang akan diberi kredit juga dapat memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian, pembatasan kredit di sini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. d. Kebijakan dalam Penagihan Piutang : Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif maupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil risiko dan tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara memungut secara langsung dan memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan e. Kebiasaaan Pembayaran Pelanggan : Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, sedangkan sebagian lagi tidak demikian. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada penilaian mereka tehadap kedua alternatif tersebut untuk mencari yang terbaik dan yang paling menguntungkan. Kebiasaan pelanggan untuk membayar dalam cash discount period atau sesudahnya akan berefek terhadap besarnya investasi

19 7 dalam piutang. Apabila sebagian besar pelanggan membayar dalam masa discount, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas. Artinya, investasi dalam piutang semakin kecil 2.3 Likuiditas Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban uang jangka pendek. Likuiditas dibedakan menjadi dua, yaitu likuiditas badan usaha dan likuiditas perusahaan. Likuiditas badan usaha merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Sementara itu, Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga perusahaan mampu menyelenggarakan proses produksi. Sugiyarso dan Winarni (2005) 2.4 Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva dan pengelolaan utang terhadap hasil operasi (laba). Rasio profitabilitas merupakan suatu model analisis yang berupa perbandingan data keuangan sehinga informasi keuangan tersebut menjadi lebih berarti. Pertanyaanpertanyaan yang dapat dijawab dengan analisis profitabilitas mencakup kemampuan manajemen menciptakan laba dari aktiva perusahaan, cara manajemen mendanai investasinya dan kecukupan pendapatan yang dapat diterima pemegang saham biasa dari investasi mereka. 2.5 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas Perusahaan Menurut Riyanto (2001), makin cepat suatu piutang berputar, maka makin likuidlah piutang itu. Itu berarti bahwa periode piutang menjadi semakin pendek. Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuidlah piutang itu. Demikian juga halnya dengan persediaan, hutang dan kas. 2.6 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas Perusahaan Jika piutang dagang menunjukkan kecenderungan meningkat, periode pengumpulan piutang meningkat, investasi dalam piutang semakin meningkat. Investasi yang semakin tinggi mengakibatkan kenaikan biaya, yang akan

20 8 menurunkan profitabilitas. Manajer keuangan perlu melakukan tindakan, misal memperketat kebijakan kredit. Disamping itu, kenaikan piutang yang tidak terkendali bisa mengindikasikan kondisi bisnis yang semakin buruk. Monitoring piutang dagang bisa dilakukan dengan mengawasi periode pengumpulan piutang. 2.7 Pengelolaan dan Sistem Pencatatan Kas Kecil Menurut Waluyo (2008), dana kas kecil disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil. Pengelola kas kecil adalah kasir kas kecil yang bertanggungjawab terhadap pembayaran-pembayaran melalui kas kecil. Ada dua metode yang digunakan untuk mengelola kas kecil ini, yaitu metode imprest dan metode fluktuasi. a. Imprest Method Pada metode atau sistem imprest, jumlah pada akun kas kecil selalu tetap, yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kecil untuk membentuk dana kas kecil. Kasir kas kecil selalu menguangkan cek ke bank yang digunakan untuk membayar pengeluaran kecil dan setiap melakukan pembayaran, kasir kas kecil membuat bukti pengeluaran. Pencatatan pengeluaran dilakukan pada saat pengisian kembali. b. Fluctuation Method Metode fluktuasi (fluctuation method) tidak berbeda dengan metode imprest dalam hal pembentukan dana. Namun pada metode fluktuasi, saldo uang yang dicatat pada akun kas kecil selalu berubah (tidak tetap). Fluktuasi tersebut sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil. Pencatatan dilakukan secara langsung pada saat pengeluaran. Pada akhir periode tidak diperlukan lagi penyusunan ayat jurnal penyesusaian karena setiap pengeluaran kas kecil telah dilakukan pencatatan. 2.8 Penelitian Terdahulu Dhahiri Hagyar Siwi (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Stabilitas Arus Kas dan Likuiditas perusahaan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai praktek manajemen piutang, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

21 9 besarnya piutang serta mengetahui keefektivan pengelolaaan manajemen piutang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa secara bersamaan (simultan) manajemen piutang tidak berpengaruh terhadap kas pada PT. X akan tetapi manajemen piutang terdapat pengaruh terhadap likuiditas pada PT. X dengan beberapa saran yang diberikan yaitu perusahaan dapat mengatasi permasalahan cashflow disini dengan memperbaiki masa tertagihnya piutang sesuai dengan standart yang telah ditentukan perusahaan yakni 30 hari perbaikan masa tertagihnya piutang dapat dilakukan dengan menambah keagresifan karyawan penagihnya dengan monitoring setiap hari mengenai perkembangan invoice, membuat daftar monitoring tersebut sebagai bahan evaluasi dan informasi efektif dalam perencanaan strategi pencairan invoice. Dra. Yuniep Mujati Suaidah,Msi pada penelitiannya melakukan analisis pengaruh utang jangka pendek dan perputaran piutang terhadap profitabilitas perusahaan dengan studi kasus pada PT KALBE FARMA,TBK tahun Penelitian ini menunjukkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel utang jangka pendek (X 1 ) terhadap profitabilitas (Y 1 ) menunjukkan nilai probabilitas (0,175) > 0,05 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh signifikan antara utang jangka pendek (X 1 ) terhadap profitabilitas (Y 1 ) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih besar dari a = 0,05 yaitu 0,175. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang kedua, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel perputaran piutang (X 2 ) Terhadap profitabilitas (Y 1 ) menunjukkan nilai probabilitas (0,021) < 0,05 yang berarti secara parsial berpengaruh signifikan antara perputaran piutang (X2) terhadap profitabilitas (Y 1 ) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih kecil dari a = 0,05 yaitu 0,021. Pengaruh utang jangka pendek (X 1 ) dan perputaran piutang (X 2 ) secara simultan terhadap profitabilitas pada PT Kalbe Farma, Tbk menunjukkan bahwa persamaan regresi yang didapat secara statistik terbukti bahwa utang jangka pendek dan perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini dibuktikan dari uji Anova atau F test didapat angka probabilitasnya sebesar 0,035 (r < 0,05). Nilai Fhitung sebesar 6,928 dengan probabilitas sebesar 0,035 pada taraf signifikasi 95 %.

22 10 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Data laporan keuangan perusahaan konsolidasi digunakan sebagai dasar dari analisis manajemen piutang PT PLN (Persero). PT PLN (Persero) membutuhkan suatu manajemen piutang untuk melakukan pengelolaan piutang yang disebabkan dari penunggakan rekening listrik. Manajemen piutang yang dilakukan meliputi pengukuran aspek output yang dapat dilihat dari pengukuran kinerja piutang. Fungsi dari pengukuran kinerja piutang ini adalah mengukur dan mengevaluasi dampak dari kebijakan proses penagihan yang dijalankan terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini pengukuran output menggunakan analisis dari rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn- Over Ratio dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period). Likuiditas disini diukur dengan analisis ratio likuiditas yang meliputi rasio cepat dan rasio lancar dan profitabilitas diukur dengan analisis rasio probitabilitas yang meliputi ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Asset) Pengukuran kinerja piutang dalam penelitian ini dipergunakan untuk melihat perkembangan proyeksi trend menggunakan analisis trend serta melihat pengaruhnya terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan sistem pengendalian piutangnya dengan baik, karena akan berkaitan dengan likuiditas dan profitabilitas perusahaannya. Pemahaman lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 : Kerangka Pemikiran Penelitian. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT PLN Persero dan Anak Perusahaan. Pengambilan data dilaksanakan selama 3 bulan dimulai pada bulan Desember Febuari 2012

23 11 PT PLN PERSERO Sistem Pembayaran Listrik Pasca Bayar Manajemen Piutang Neraca Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan Laba Rugi Analisis Rasio Profitabilitas ROE (Return on Equity) ROA (Return on Asset) Analisis Penilaian Kinerja Piutang Rasio Perputaran Piutang Rasio Periode Penagihan Rata-Rata Analisis Rasio Likuiditas Rasio Cepat Rasio Lancar Rasio Kas Analisis Trend Analisis Regresi Berganda Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji F Uji T Rekomendasi Manajemen Piutang Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

24 Jenis dan Sumber Data Sumber yang diperoleh peneliti untuk mendapatkan data mengenai objek yang diteliti di dapat langsung dari PT PLN (Persero), untuk menunjang hasil penelitian maka peniliti menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa data laporan keuangan triwulan konsolidasi periode dan beberapa data penunjang diperoleh dari artikel, internet serta buku-buku sebagai landasan teoritis yang berhubungan dengan penelitian. 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini memperoleh data langsung dari perusahaan dan kemudian diolah serta dianalisis menggunakan metode statistik yaitu analisis penilaian kinerja piutang, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas dan analisis trend dengan menggunakan minitab versi 14 serta analisis regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS versi 16 untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari penerapan manajemen piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Selain itu, perangkat lunak komputer yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah Microsoft Excel Analisis Penilaian Kinerja Piutang Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang perusahaan. Pengukuran yang dipakai adalah dengan menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) a. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) Perputaran piutang adalah besarnya rasio total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Periode dimaksud biasanya untuk satu tahun. Walaupun demikian, untuk kepentingan analisis dapat digunakan satuan waktu berdasarkan kuartalan, bulanan dan seterusnya (Kuswadi,2008). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : ( )

25 13 b. Periode Penagihan Rata-Rata (Average Collection Period) Salah satu hal terpenting yang harus menjadi pusat perhatian adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan piutang perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi pengumpulan piutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin lama waktu yang diperlukan untuk menagih piutangnya. Dengan kata lain, kemampuan penagihannya menjadi semakin kecil. Berarti, jumlah dana yang terikat pada piutang menjadi semakin besar sehingga kebutuhan modal kerja pun meningkat. (Kuswadi, 2008) ( ) Analisis Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang lancarnya. Rasio-rasio likuiditas digunakan untuk mengukur sampai seberapa baik perusahaan dapat memenuhi utang jangka pendeknya (utang lancar). Rasio likuiditas terdiri dari : a. Rasio Lancar Rasio lancar mengindikasikan bahwa semakin besar angka rasio ini, semakin kuat atau besar kemampuan perusahaan dalam menjamin setiap rupiah utang-utang lancarnya dengan harta lancarnya. ( ) b. Rasio Kas Menurut Kuswadi (2008), Dalam rasio kas, harta lancar yang digunakan untuk perbandingan hanyalah uang kas atau uang tunai, baik yang ada di dalam perusahaan maupun yang ada di Bank, termasuk Surat-Surat Berharga. ( )

26 Analisis Profitabilitas Ukuran atau rasio laba dengan aktiva ini digunakan untuk mengukur penggunaan sumber-sumber yang ada untuk menghasilkan laba perusahaan. Dari rasio ini dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan dan menghasilgunakan aktiva dan atau modal sendiri yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang memuaskan. a. ROE (Return On Equity) Menurut Margaretha (2005) ROE merupakan perbandingan antara laba setelah biaya bunga dan pajak (laba bersih/eat) dengan total ekuitas. ROE merupakan cara mengukur tingkat pengembalian bagi pemegang saham biasa. ( ) b. ROA (Return On Asset) Menurut Halim dan Sarwoko (2008) ROA adalah perbandingan antara laba sebelum biaya bunga dan pajak dengan aktiva operasi (aktiva yang secara aktif digunakan dalam operasi perusahaan). ( ) Analisis Trend Analisis Trend dihitung dengan menentukan tahun dasar sebagai pembanding, kemudian dicari angka indeksnya. Rumus untuk mencari Angka Indeks adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008): ( ) Nilai error pada analisis trend dipilih berdasarkan nilai MSD, MAD dan MAPE terkecil. Nilai MSD, MAD dan MAPE diperoleh pada program minitab 14 dengan melakukan input terhadap 4 (Empat) jenis analisis trend (Linear, Quadratic, Eksponensial Growth dan S-Curve). Semakin kecil nilai pada MSD, MAD dan MAPE memperlihatkan tingkat error yang semakin rendah.

27 Analisis Regresi berganda Kegunaannya uji regresi ganda yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih. Uji regresi ganda adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih (X 1, X 2, X 3,.,Xn) dengan satu variabel terikat. Pada penelitian ini analisis regresi berganda menghubungkan antara variable kinerja piutang ; Rasio Perputaran Piutang (X 1 ), Periode Penagihan ratarata (X 2 ) dengan Likuiditas (Y 1 ) dan menghubungkan juga dengan dengan Profitabilitas (Y 2 ). Hubungan ini ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi, dimana variable terikat (Y) dihubungkan dengan lebih dari satu variable bebas (X 1, X 2, X 3,.,Xn) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = f (X), Y = f (X 1, X 2,...,Xn) Dimana : Likuiditas Y 1 = f (X 1, X 2 ), Y 1 = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 Profitabilitas Y 2 = f (X 1, X 2 ), Y 2 = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 Keterangan : Y 1 = Likuiditas X 1 = Rasio Perputaran Piutang Y 2 = Profitabilitas X 2 = Periode Penagihan rata-rata a = Nilai Intercept b = Koefisien regresi Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan : a. Uji Normalitas Uji normalitas data ini sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat berapa cara, antara lain adalah dengan nilai skewness, histrogam dan Normal P-Plot. Nilai ini digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva serta letak tersebarnya titik-titik pada Normal P-Plot adalah menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal.

28 16 Pengujian dengan SPSS berdasarkan pada uji Kolmogorov Smirnov. Hipotesis yang diuji adalah: H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal Dengan demikian, normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikasi (α ) tertentu (Biasanya α = 0.05 atau 0.01). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan maka normalitas tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.). Untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut. Tetapkan tarap signifikansi uji misalnya α = 0.1 Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, jika signifikansi yang diperoleh < α, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga. Salah satu metode uji multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai tolerance dan inflantion factor (VIF) pada model regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daripada nilai 10 (hair et al. 1992) c. Uji Autokorelasi (Durbin Watson) Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).

29 17 Model regresi dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson berkisar 1,55 sampai 2,46 (untuk n < 15). d. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu uji heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola titik-titik pada grafik regresi. e. Uji F ANOVA atau analisis varian merupakan uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. (Priyatno 2009). Adapun langkahlangkah Uji F adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan hipotesis Ho : variable Perputaran piutang dan Penagihan Rata-Rata secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variable Likuiditas/Profitabilitas. Ha : variable Perputaran piutang dan Penagihan Rata-Rata secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable Likuiditas/Profitabilitas. 2. Menentukan F hitung dan signifikansi 3. Menentukan F tabel F tabel dapat dilihat pada tabel statistik (terlampir) pada tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df=(nk) dan (k-1) dimana n adalah jumlah variable termasuk konstanta. 4. Kriteria Pengujian Bila F Hitung < F Tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti semua variable independen secara simultan tidak mempunyai hubungan linear yang signifikan terhadap variable dependen. Bila F Hitung > F Tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti semua variable independen secara simultan mempunyai hubungan linear yang signifikan terhadap variable dependen. 5. Membuat Kesimpulan.

30 18 f. Uji T Uji T (uji koefisien regresi secara parsial). Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut : 1. Merumuskan hipotesis Ho1 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata tidak berpengaruh terhadap variabel Likuiditas Ha1 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata berpengaruh terhadap variabel Likuiditas Ho2 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata tidak berpengaruh terhadap variabel Profitabilitas Ha2 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata berpengaruh terhadap variabel Profitabilitas. 2. Menentukan t hitung dan signifikansi 3. Menentukan tabel Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df=(n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variable termasuk konstanta 4. Kriteria Pengujian Jika t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima Jika t hitung< -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. Berdasarkan signifikansi : Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. 5. Membuat kesimpulan

31 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara ( Perusahaan ) didirikan pada tahun 1961 dalam bentuk Jawatan di dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga. Perusahaan merupakan kelanjutan usaha beberapa perusahaan listrik Belanda yang diambilalih oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah). Perusahaan listrik Belanda tersebut meliputi NV ANIEM, NV SEM, NV OJEM, NV EMS, NV EMBALOM, NV GEBEO, NV OGEM dan NV WEMI. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1965, status Perusahaan berubah menjadi perusahaan yang berbadan hukum. Selanjutnya ditetapkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1970 yang dipertegas dengan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun Kemudian berdasarkan akta No. 169 tanggal 30 Juli 1994 dari Sutjipto S.H., notaris di Jakarta, status badan hukum Perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama Perusahaan Perseroan PT Perusahaan Listrik Negara disingkat PT PLN (Persero). Akta perubahan ini disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman No. C HT Th.94 tanggal 1 Agustus 1994, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 73 tanggal 13 September 1994, Tambahan No Perusahaan Perseroan (Persero). Anggaran dasar Perusahaan terakhir diubah (i) berdasarkan akta No. 2 tanggal 1 Juli 2008 dari Lenny Janis Ishak S.H., notaris di Jakarta, dalam rangka penyesuaian dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Akta perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU AH Th 2008 tanggal 1 Agustus 2008, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 92 tanggal 14 Nopember 2008, Tambahan No (ii) berdasarkan akta No. 15 tanggal 30 Januari 2009 dari Lenny Janis Ishak S.H., notaris di Jakarta, atas perubahan pasal 10 dan 11 mengenai tugas dan wewenang direksi. Akta perubahan ini telah diterima dan dicatat di Departemen Hukum dan

32 20 Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat No. AHUAH tanggal 20 Maret Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan memiliki 46 unit pelaksana yang tersebar di wilayah Indonesia. Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Jl. Trunojoyo Blok M I No. 135, Jakarta. Sesuai dengan Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pemerintah wajib memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN termasuk margin yang diharapkan kepada BUMN yang diberikan penugasan khusus. Perusahaan merupakan BUMN yang sedang melaksanakan penugasan khusus berupa penyediaan tenaga listrik bersubsidi kepada masyarakat. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan masing-masing karyawan dan karyawan. 4.2 Bisnis PLN PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero) berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan sesuai dengan Undang-Undang No.19/2000. Kegiatan usaha perusahaan meliputi : 1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan pembangkitan, penyaluran, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik. 2. Menjalankan usaha penunjang dalam penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan konsultasi, pembangunan, pemasangan, pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan, Pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.

33 21 3. Menjalankan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya untuk kepentingan penyediaan tenaga listrik, Melakukan pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik, Menjalankan kegiatan perindustrian perangkat keras dan perangkat lunak bidang ketenagalistrikan dan peralatan lain yang terkait dengan tenaga listrik, 4. Melakukan kerja sama dengan badan lain atau pihak lain atau badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi yang berkaitan dengan ketenagalistrikan. 4.3 Anak Perusahaan PT PLN (Persero) dan Bidangnya 1. PT Indonesia Power (IP) Bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha lain yang terkait. Anak Perusahaan PT IP adalah PT Cogindo Daya Bersama bergerak di bidang usaha cogeneration, distribute generation dan jasa operation & maintenance, PT Artha Daya Coalindo bergerak di bidang usaha trading dan jasa transportasi batubara, PT Indo Pusaka Berau dengan kegiatan usaha penyediaan listrik dari produksi PLTU Lati di Berau, Kaltim. 2. PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) Bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha lain yang terkait. Anak perusahaan PT PJB yang bergerak di bidang operasi dan pemeliharaan yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali Services yang berdomisili di Surabaya. 3. PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam) bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Batam. 4. PT Indonesia Comnets Plus (PT ICON +) bergerak dalam bidang usaha telekomunikasi. 5. PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (PT PLN Tarakan) bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Tarakan.

34 22 6. PT PLN Batubara PT PLN Batubara, merupakan anak perusahaan yang bergerak di bidang usaha tambang batubara sebagai bahan utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). 7. PT PLN Geothermal PT PLN Geothermal adalah anak perusahaan PLN yang bidang usahanya terfokus kepada usaha penyediaan tenaga listrik terbarukan, melalui kegiatan pengembangan dan pengoperasian pembangkit tenaga listrik panas bumi yang ekonomis bermutu tinggi dengan keandalan yang baik. 8. PT Geo Dipa Energi (PT GDE) adalah Perusahaan patungan PLN- PERTAMINA, bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik terutama yang menggunakan energi panas bumi. 9. Majapahit Holding BV Majapahit Holding BV merupakan suatu lembaga keuangan yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda. 4.4 Penyajian laporan Keuangan Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi, kecuali untuk laporan arus kas, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah. Laporan keuangan konsolidasi tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masingmasing akun tersebut. Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. 4.5 Prinsip Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi menggabungkan laporan keuangan Perusahaan dan entitas yang dikendalikan oleh Perusahaan dan anak perusahaan (termasuk entitas bertujuan khusus). Pengendalian dianggap ada apabila Perusahaan mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional dari investor untuk memperoleh manfaat dari aktivitasnya. Pengendalian juga dianggap ada apabila Perusahaan memiliki baik secara

35 23 langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50 persen hak suara. Hak minoritas terdiri dari jumlah kepemilikan pada tanggal terjadinya penggabungan usaha dan bagian minoritas dari perubahan ekuitas sejak tanggal dimulainya penggabungan usaha. Kerugian yang menjadi bagian minoritas melebihi hak minoritas dialokasikan kepada bagian induk perusahaan. Hasil dari anak perusahaan yang diakuisisi atau dijual selama tahun berjalan dari tanggal efektif akuisisi atau sampai dengan tanggal efektif penjualan termasuk dalam laporan laba rugi konsolidasi. Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan agar kebijakan akuntansi yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Perusahaan. Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan dan beban dieliminasi pada saat konsolidasi. 4.6 Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Pendapatan Penjualan Tenaga Listrik adalah pendapatan yang diperoleh PT PLN (Persero) dari penyerahan tenaga listrik kepada pelanggan atas dasar pemakaian listrik. Pendapat ini diperoleh dari pelanggan sebesar nilai penjualan litsrik, yaitu jumlah pemakaian listrik dalam satu bulan dikalikan dengan tarif dasar listrik (TDL) yang berlaku untuk masing-masing golongan. Produk yang diperjualbelikan PT PLN (Persero) berupa arus listrik. Penjualan tenaga listrik merupakan penjualan yang diperoleh dari penyerahan Kwh (kilo watt hour) kepada pelanggan atas dasar pemakaian listrik menurut Tarif dasar Listrik (TDL) yang berlaku. Pengukuran pendapatan penjualan tenaga listrik adalah sejumlah nilai rupiah yang harus dilunasi oleh pelanggan pada rekening yang tercetak sesuai dengan Tarif dasar Listrik (TDL) yang berlaku,. Pengukurannya dengan mengalikan jumlah pemakaian listrik dalam satuan kwh dengan Tarif Dasar Listrik yang dikenakan pelanggan tersebut. Sebagai perusahaan yang menyediakan dan menjual tenaga listrik, maka pendapatan penjualan tenaga listrik merupakan pendapatan terbesar yang diterima oleh PT PLN (Persero). Pendapatan penjualan tenaga listrik diakui pada saat penertiban rekening listrik. Pengakuan atas pendapatan penjualan tenaga listrik dilakukan pada saat rekening listrik telah tercetak atas tenaga listrik yang telah digunakan oleh pelanggan. Penyajian pendapatan penjualan tenaga listrik sebagai bagian dari pendapatan usaha pada

36 24 laporan laba rugi. Menurut sumbernya, pendapatan penjualan tenaga listrik PT PLN (persero), berasal dari : a. Berasal dari cetak rekening : Pendapatan cetak rekening adalah oendapatan yang berasal dari penjualan normal tenaga listrik. b. Berasal dari Non Cetak Rekening ini misalnya adalah pendapatan tariff multi guna atau yang disebut sebagai pendapatan pesta. Pendapatan ini berasal dari penggunaan tenaga listrik karena adanya permohonan pemasangan listrik yang biasanya pada pesta atau acara tertentu dimana keperluan Kwh-nya lebih besar dari daya yang seharusnya. c. Berasal dari Penertiban Penggunaan Tenaga Listrik (P2TL) : P2TL yaitu penertiban penggunaan tenaga listrik atau juga sering disebut dengan OPAL yaitu Operasi Penertiban Aliran Listrik. Sumber ini merupakan pendapatan tenaga listrik akibat dari penggunaan tenaga listrik yang dilakukan masyarakat secara illegal. Dapat juga disebut pencurian aliran. Untuk itu masyarakat yang terbukti melakukan pemakaian listrik secara illegal akan dikenakan pembayaran ganti rugi atas tenaga listrik yang telah dipakainya. Tabel 1. Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) periode tahun berdasarkan klasifikasi pelanggan : Umum Pemerintah BUMN TNI dan Polri Jumlah Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) 4.7 Sistem Informasi Pengelolaan Piutang Seiring dengan pertumbuhan jumlah pelanggan dan perkembangan teknologi informasi, sistem pengelolaan piutang pelanggan di PT PLN (Persero) dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Pedoman Tata Usaha Langganan (TUL) tahun 1994 yang berbasis manual untuk terakhir kali menjadi

37 25 acuan penyelenggaraan administrasi pengelolaan piutang, dimana unsur ketergantungan terhadap SDM (pelaksana) sangan dominan. Sejalan dengan berkembangnya teknologi, sistem Tata Usaha Langganan (TUL) 1994 mengalami metamorfosis, membentuk sistem baru berbasis teknologi informasi dalam pengelolaan piutang pelanggan yang dikenal dengan Sistem Administrasi Pengelolaan Piutang Pelanggan (SAP3), selanjutnya terakhir dikenal sebagai Sistem Informasi Piutang (SIP3). Dengan SIP3 presentasi aspek kendali manual dalam operasi pengelolaan piutang pelanggan mulai berkurang dan beralih kepada suatu sistem yang berbasis teknologi informasi. Hal ini perlu dilakukan mengingat tingkat pertumbuhan pelanggan yang berbanding lurus dengan tuntutan peningkatan kualitas pelayanan pelanggan. Payment Point Online Back (PPOB) merupakan salah satu generasi lanjutan dari sistem informasi pengelolaan piutang pelanggan (SIP3). Salah satu ciri utama dari sistem ini adalah berkurangnya peran atau keterlibatan SDM di unit pelaksana suatu cabang dalam mengelola piutang pelanggan, terutama berkaitan dengan transaksi pembayaran dari pelanggan. Payment Point Online Back (PPOB) sistem, yaitu sistem pembayaran rekening secara tunai melalui teknologi tinggi dengan menggunakan perangkat lunak yang di desain secara khusus dengan mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi. Perubahan ini dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi wireless seperti GPRS serta kemampuan bank-bank memberdayakan para mitranya. Server data tagihan PLN dihubungkan dengan server bank-bank. Bankbank tersebut mengembangkan aplikasi layanan pembayaran secara online dengan menggunakan EDC (Electronic Data Capture). EDC berhubungan dengan server bank melalui komunikasi saluran telepon tetap atau lewat jaringan seluler dengan teknologi GPRS. Bentuk tujuan sistem PPOB adalah peningkatan pelayanan dan pengamanan pendapatan dengan mengalihkan penerimaan pembayaran tagihan PLN langsung ke bank. Pengamanan pendapatan atau revenue protection di PT PLN (Persero) merupakan salah satu fungsi operasi dari sistem pengelolaan piutang secara administrasi pengelolaan piutang, tetapi secara administrastif struktural merupakan bagian dari fungsi keuangan. Pengamatan pendapatan atau revenue

38 26 protection adalah bagian dari manajemen piutang pelanggan (account receivable management) yang harus dikelola dengan baik untuk menjamin kelangsungan operasional perusahaan berkaitan dengan target cash in flow yang harus dicapai. Salah satu dampak dari implementasi Payment Point Online Bank (PPOB) adalah tumbuh pesatnya payment point baru. Collecting agent sebagai mitra kerja, dapat menambah payment point dowline hanya dengan ijin tertulis dari PLN, semua infrastruktur payment point disediakan collecting agent, memungkinkan jumlah payment point tumbuh dengan cepat tanpa memerlukan biaya investasi dari PT PLN (Persero). Dengan sistem PPOB, terjadi transparansi dan akuntabilitas yang mengarah pada peningkatan kepuasan konsumen PLN, dengan begitu PLN dapat lebih berkonsentrasi pada peningkatan kinerja pelayanan ketenagalistrikan (keandalan penyaluran, mutu tegangan) dan peningkatan kualitas pasokan listrik. Dengan diberlakuknnya sistem tersebut, PLN berupaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembayaran. Kebijakan ini diambil karena banyak kendala yang dihadapi atas pembayaran dari masyarakat yang dilakukan melalui payment point konvensional. Selain masalah ketidaktepatan waktu penerimaan juga kadang ada kasus uang PLN dari masyarakat yang disalahgunakan dan tidak dibayarkan oleh kolektor. Dengan melakukan Payment Point (PP) tagihan listrik oleh mitra-mitra bank, proses bisnis PLN akan menjadi sangat efisien, dan PLN terhindar dari risiko-risiko penanganan uang kas seperti perampokan dan penggelapan. PLN telah melakukan pengelompokkan pelanggan yang dapat mempermudah pengelolaan piutang dalam hal penagihan. PLN juga telah memberlakukan system on line untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan dan memberikan kemudahan atau nilai tambah bagi pelanggan agar dapat melunasi tagihan rekeningnya dengan memilih layanan tempat pembayaran sesuai dengan yang diinginkan secara tepat waktu, akurat, mudah dan otomatis. Pembayaran di luar wilayah perusahaan menggunakan sistem Pembayaran Rekening Listrik Fleksibel dan Otomatis PRAQTIS (Online), perusahaan melakukan perjanjian dengan Bank-bank rekanan perusahaan dan dibayarkan lewat ATM (Automatic Teller Machine), Auto Debet Rekening; Phone Banking; Internet Banking; Mobile Banking; Kartu Kredit; SMS (Short Messsage Service)

39 27 setelah melakukan pembayaran di bank maka pihak bank menyerahkan daftar pembayaran tagihan rekening listrik dan memberikan laporan penambahan rekening perusahaan yang terdapat di bank, selanjutnya perusahaan membuat laporan pelunasan piutang. Perusahaan rekanan tersebut (bank) bekerjasama saling menguntungkan dengan PT PLN. Kontrak kerjasama tersebut menggunakan jasa timbal balik saling menguntungkan, perusahaan rekanan mendapatkan fee atau pendapatan dari para pelanggan yang akan dibayarkan perusahaan yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4.8 Klasifikasi Piutang Usaha Klasifikasi piutang usaha perusahaan pada PT PLN (Persero) dibagi menjadi dua yaitu menurut sumber dan umurnya. Menurut sumbernya terbagi menjadi dua yaitu intern dan ekstern. a. Intern merupakan piutang yang berasal dari pihak intern perusahaan, antara lain : Pembayaran persekot kepada pegawai yang harus diperhitungkan kembali untuk keperluan kesejahteraan pegawai maupun perjalanan dinas, Piutang cicilan akibat jual beli sesuatu kepada pegawai, dan Piutang cicilan sebagai akibat tuntutan ganti rugi perusahaan kepada pegawai. b. Ekstern merupakan piutang pihak ekstern kepada perusahaan atau perorangan yang berasal dari : Penjualan tenaga listrik, Piutang cicilan biaya penyambungan, Pemasangan instalasi rumah dari listrik pedesaan, Pembayaran uang muka kepada perusahaan rekanan, Operasi penertiban aliran listrik OPAL yang merupakan piutang dari penggunaan tenaga listrik yang dilakukan masyarakat secara illegal (pencurian aliran listrik). Dan Piutang tarif multiguna yang berasal dari penggunaan tenaga listrik karena adanya permohonan pemasangan listrik karena acara tertentu dimana keperluan pemakaian listrik lebih besar dari daya yang seharusnya. Sedangkan menurut umurnya juga terbagi menjadi dua : a. Jangka Pendek yaitu piutang mempunyai umur kurang dari 1 tahun. b. Jangka Panjang yaitu piutang yang mempunyai umur lebih dari satu tahun.

40 28 Tabel 2. Piutang Usaha PT PLN (Persero) periode tahun berdasarkan klasifikasi umurnya Belum Jatuh Tempo s/d 90 hari s/d 360 hari >360 hari Jumlah Penyisihan piutang ragu-ragu ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Bersih Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) 4.9 Klasifikasi Pelanggan PT PLN (Persero) Adapun Klasifikasi pelanggan dari piutang yang terdapat pada PT PLN (Persero) ini ialah ; a. Piutang langganan - Umum Merupakan piutang yang berasal dari langganan atas penjualan tenaga listrik termasuk denda akibat keterlambatan pembayaran tagihan rekening listrik. b. Piutang langganan- Instansi Pemerintah Daerah Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik pemerintah daerah (termasuk perusahaan daerah) juga kepada pegawai-pegawainya apabila pembayaran rekening dilakukan oleh instansi pemerintah daerah. c. Piutang langganan Instansi Pemerintah NON TNI & POLRI Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik kepada instansi pemerintah NON TNI & POLRI, juga kepada pegawaipegawainya apabila pembayaran rekening dilakukan oleh instansi pemerintah NON TNI & POLRI tersebut (tidak termasuk pemerintah daerah) d. Piutang langganan Instansi Pemerintah TNI & POLRI Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik kepada kesatuan TNI & POLRI dan juga pegawai-pegawainya apabila

41 29 pembayaran rekening dilakukan oleh instansi atau kesatuan yang bersangkutan. e. Piutang langganan Perusahaan Negara Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik kepada perusahaan-perusahaan negara (Perjan, Perum, Persero, Bank, dll) juga kepada pegawai-pegawainya apabila pembayaran rekening dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan negara tersebut. f. Piutang macam-macam Merupakan piutang yang berasal dari rekanan perusahaan dalam suatu kontrak kerjasama yang telah ditetapkan. g. Piutang Ragu-Ragu Merupakan piutang yang berasal dari saldo piutang-piutang sebelumnya yang belum dapat ditagih sehingga disisihkan kedalam penyisihan piutang ragu-ragu (tidak dapat tertagih) dan menghapus piutang ragu-ragu tersebut apabila ada ketetapan untuk menghapusnya. Tabel 3. Piutang Usaha PT PLN (Persero) Tahun berdasarkan Klasifikasi Pelanggan Umum Pemerintah BUMN TNI dan Polri Jumlah Piutang Ragu-ragu ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Bersih Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) Piutang usaha Perusahaan pada tahun 2006 tercatat sebesar Rp2.677 miliar, naik 26,05% dari posisi tahun Menurut kategori pelanggan, piutang ini terdiri dari piutang umum sebesar Rp1.984,2 miliar, piutang Pemerintah sebesar Rp198,9 miliar, piutang BUMN sebesar Rp39,4 miliar dan piutang usaha TNI dan Polri sebesar Rp454,5 miliar, begitupun juga rincian piutang pada tahun-tahun berikutnya dapat dilihat pada tabel 2 diatas. Rata-rata kategori piutang usaha tersebut mengalami fluktuasi, adapun kenaikan yang ada

42 30 disebabkan adanya penambahan jumlah pelanggan dan daya tersambung. PLN memiliki kebijakan untuk melakukan pemutusan aliran listrik jika ada keterlambatan pembayaran pada periode tertentu. Namun demikian, sesuai dengan tingkat kolektibilitas piutang, ada piutang yang telah jatuh tempo lebih dari 360 hari, sehingga PLN harus menyisihkan sejumlah dana piutang ragu-ragu per 31 Desember 2006 sebesar Rp341,9 miliar begitupun juga dengan tahun-tahun berikutnya. PLN terus berupaya menyelesaikan piutang-piutang yang telah jatuh tempo lebih dari 360 hari ini sesuai dengan peraturan yang berlaku Penyisihan Piutang Piutang dalam neraca konsolidasi PT PLN (Persero) dinyatakan dalam jumlah bersih setelah dikurangi penyisihan piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Penyisihan piutang tersebut dibentuk berdasarkan penelaahan terhadap keadaan masing-masing piutang pada akhir periode. Piutang dihapuskan dalam periode piutang tersebut saat piutang dipastikan tidak akan tertagih dan piutang diakui sebagai aset apabila terdapat kepastian tagihan dapat diterima dan jumlah piutang dapat diukur secara andal. Penghapusan penyisihan piutang ragu-ragu yang dilakukan oleh PLN menggunakan metode langsung, dimana tidak ada ayat jurnal sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat dengan mengkredit piutang usaha dan mendebit beban piutang tak tertagih. Bagian Komersialisasi (unit piutang usaha) pada setiap cabang PT PLN (Persero) membuat perhitungan penyisihan piutang usaha berdasarkan kelompok unsur setiap 6 bulan sekali (per semester) dan menyisihkan piutangnya 0-3 bulan, 3-12 bulan dan diatas 12 bulan. Penyisihan piutang berdasarkan kelompok unsur pelanggan. Dibagi ke dalam 2 bagian : 1. Pihak ketiga : Pelanggan Umum 2. Pihak istimewa : BUMN Sementara untuk piutang kategori pelanggan TNI & POLRI serta Pemerintah (Departemen dan Daerah) tidak disisihkan karena perusahaan membuat nota tagihan rekening listrik dan diterima ke KD Kantor Distribusi di setiap daerah dan KD tersebutlah yang mempunyai kuasa untuk membuat surat

43 31 tagihan rekening listrik dan menagihnya untuk kategori pelanggan TNI & POLRI dan Pemerintah (Departemen dan Daerah). Setelah penentuan umur piutang pelanggan yang akan disisihkan, maka akan dibuatkan presentase penyisihan piutang pelanggan yaitu anak umur piutang 0 s/d 3 bulan, 3 s/d 12 bulan, dan diatas 12 bulan. Perusahaan menetapkan penyisihan piutang usaha (piutang pelanggan) sebesar 3% atas saldo piutang tertentu, sementara untuk penyisihan piutang tahun lalu (piutang ragu-ragu) disisihkan 50% (khusus pihak ketiga) setelah memperhitungkan uang jaminan langganan yang bersangkutan. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu memadai untuk menutup kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya piutang dan tidak terdapat resiko yang terkonsentrasi secara signifikan atas piutang usaha. Tabel 4. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu PT PLN (Persero) Tahun Saldo Awal Tahun ( ) ( ) ( ) ( ) (34.204) Penambahan (9.945) ( ) ( ) (69.809) (89.062) Penghapusan (99.815) Saldo Akhir Tahun ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) 4.11 Pengakuan dan pencatatan piutang PT PLN (Persero) memberikan jasa tenaga listrik kepada pelanggannya atas dasar pemakaian listrik setiap bulan, dan atas jasa tersebut menjadikan pengakuan piutang perusahaan. Pengakuan piutang terhitung pencatatan meter listrik atau sejak pertama kali listrik digunakan pada saat awal bulan pemakaian hingga akhir bulan pemakaian yang merupakan tagihan perusahaan setiap bulannya (tidak termasuk biaya pemeliharaan meter, biaya administrasi keterlambatan serta biaya penagihan). Misalnya awal bulan A (awal bulan pemakaian) perusahaan memberikan jasa aliran listrik hingga akhir bulan A (akhir bulan pemakaian) maka pada awal bulan kedua perusahaan melakukan penagihan atas jasa yang telah diberikan. Pencatatan pemakaian listrik dilakukan oleh Petugas Pembaca Meter CATER ditempat pelanggan dengan cara manual dan komputerisasi / Portable Data Entry (PDE), hasil pembacaan meter diperlukan dan dikoreksi untuk memastikan bahwa datanya telah sesuai atau benar, hasil

44 32 pembacaan meter yang telah diverifikasi dan diproses menjadi data pemakaian Kwh (Kilo Watt per Hour). Proses pencatatan tagihan tersebut menggunakan sistem komputer CISRISI (Customer Informasi Riset Sistem Informasi) yang digunakan untuk mencatat pemakaian listrik, menghitung dan menghimpun tagihan listrik para pelanggan sehingga dapat mempermudah proses penagihan dan pembayarannya. Sistem pencatatan piutang tagihan listrik terhadap jasa yang telah diberikan tersebut menggunakan metode akrual basis dimana proses pengakuan piutang terjadi dan terhitung sejak awal pemakaian tenaga listrik (pencatatan meter listrik) tetapi penagihannya tidak langsung ditagih kepada pelanggan dan dikumpulkan terlebih dahulu selama satu bulan Penerimaan Pembayaran Piutang Pada awal bulan telah dihimpun dan dilaporkan serta dokumen bukti pembayaran tagihan rekening listrik siap dicetak, maka pelanggan dapat melakukan pembayaran piutang bulan Januari pada awal bulan Febuari. Perusahaan menerima pembayaran piutang atas jasa yang telah diberikan selama satu bulan dengan menyediakan tempat dan cara pembayarannya, hal tersebut ditujukan untuk memudahkan para pelanggannya membayar tagihan rekening listrik yang berada di wilayah perusahaan maupun diluar wilayah perusahaan dengan melakukan kerjasama dengan perusahaan rekanan. Pembayaran rekening listrik wilayah perusahaan dapat dilakukan diloket-loket pembayaran (payment point) yang telah disediakan perusahaan. Batas pembayaran tagihan listrik disetiap cabang PT PLN (Persero) dibagi ke dalam 3 siklus (periode) per tanggal, yakni : 1. Siklus 1 (1-10 hari) 2. Siklus 2 (5-15 hari) 3. Siklus 3 (10-20 hari) Ketiga siklus tersebut ditujukan agar menghindari terjadinya loket pembayaran yang terlalu penuh oleh para pelanggan dan juga agar pelanggan pun nyaman dan aman dalam pembayaran.

45 33 Bila pelanggan melakukan pembayaran melebihi batas pembayaran (siklus) yang telah ditetapkan, maka dalam waktu dua bulan kedepan pelanggan tersebut akan dikirim surat pemutusan sementara oleh PT PLN (Persero) bila pelanggan belum melunasi tagihan listriknya. Perusahaan akan memberikan jangka waktu 3 (tiga) bulan dan apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut konsumen belum juga membayar tagihan tersebut, maka perusahaan akan mencabut aliran listriknya dan akan menyebabkan piutang yang macet. Setelah aliran listriknya di cabut, maka PT PLN akan melakukan pencatatan untuk mendata konsumen yang belum membayar tagihannya, dan setelah di catat PT PLN akan menghapuskan piutang macet untuk menjadi piutang tak tertagih. Piutang tak tertagih disini maksudnya adalah Piutang pelanggan yang tidak dilunasi oleh Penanggung Hutang karena sukar ditagih atau diragukan pembayarannya serta telah dilaksanakan pemutusan rampung aliran tenaga listrik. Penyambungan kembali tenaga aliran listrik dilakukan apabila pelanggan sudah melunasi tagihan rekening listriknya ditambah dengan Biaya Keterlambatan (BK) sebesar 10% dari total tagihan dengan pengakuan sebagai pendapatan lain-lain. Apabila dalam jangka waktu dua bulan sejak tanggal pemutusan sementara pelanggan masih belum juga melunasi tunggakannya, maka PT (PLN) Persero berhak melakukan pemutusan rampung berupa penghentian penyambungan aliran tenaga listrik dengan mengambil seluruh instalasi milik perusahaan. Jika pelanggan menginginkan penyambungan kembali, maka diperlukan sebagai permintaan penyambungan baru dan pelanggan harus membayar biaya pasang kembali paskem sebesar Rp ,- serta melunasi seluruh kewajibannya terdahulu yang masih belum dibayar 4.13 Penilaian Kinerja Piutang di PT PLN (Persero) Analisis penilaian kinerja piutang ini digunakan untuk menilai tingkat kinerja dari pengelolaan piutang PT PLN (Persero). Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang perusahaan. Pengukuran yang dipakai adalah dengan menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period). Rasio Perputaran Piutang menunjukkan berapa kali perusahaan melakukan penagihan piutangnya dalam satu periode. Semakin tinggi

46 34 rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti terjadi over investment yang dapat mengakibatkan piutang semakin tinggi artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan. Ketidakefektifan dalam melakukan penagihan akan berpengaruh terhadap periode penagihan rata-rata. Analisis yang sering digunakan untuk melakukan pemantauan adalah analisis rasio penagihan rata-rata. Rasio ini adalah salah satu alat analisis guna melihat keefektifan perusahaan dalam melakukan penagihan dari penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Semakin lama waktu yang dibutuhkan agar suatu piutang dapat tertagih maka semakin tinggi resiko kemungkinan piutang tersebut menjadi piutang tak tertagih. Rasio perputaran piutang berbanding terbalik dengan periode penagihannya. Apabila masa penagihannya rendah, maka rasio perputaran piutang mempunyai nilai yang tinggi. Begitupun juga sebaliknya. Adapun ringkasan penilaian kinerja piutang PT PLN selama 5 periode disajikan pada Tabel dibawah ini : Tabel 5. Penilaian Kinerja Piutang Tahun PT PLN (Persero) Komponen Rata-Rata Rasio Perputaran Piutang 32,34 30,57 41,02 37,72 36,95 35,72 Periode penagihan Rata-Rata 11,29 11,94 8,90 9,68 13,29 11,02 Sumber : laporan keuangan diolah a. Rasio Perputaran Piutang Berdasarkan perkembangan rasio perputaran piutang PT PLN (Persero) dari tahun dalam setiap periode triwulan memiliki kecenderungan meningkat. Rasio perputaran piutang periode berfluktuasi setiap tahunnya pada kisaran 35 kali. Pada tahun 2006 diperoleh perhitungan rasio ratarata perputaran piutang pada pada triwulan IV tahun 2006 sebesar 32,34 kali. Hal ini berarti dalam tahun 2006 perusahaan melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak 32 kali. Peningkatan rasio perputaran piutang disebabkan oleh peningkatan pada akun penjualan tenaga listrik. Penjualan listrik meningkat 11,84% dari tahun 2005 menjadi Rp70.735,1 miliar di tahun Peningkatan penjualan yang terjadi diiringi dengan peningkatan piutang sebesar 26,06% menjadi Rp2.362,1 miliar.

47 Rasio Perputaran Piutang (kali) Trend Analysis Plot for Rasio Perputaran Piutang (kali) Growth Curve Model Yt = * ( **t) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 51,368 MAD 8,749 MSD 106, Tahun Gambar 2. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN (Persero) periode tahun Putaran piutang pada triwulan IV tahun 2007 merupakan angka rasio terkecil jika dibandingkan dengan triwulan IV periode , hal ini menunjukkan terjadi penurunan efisisensi penagihan pada tahun Meskipun penjualan listrik meningkat 7,85 persen dari tahun 2006 menjadi Rp76.286,2 miliar di tahun 2007, akan tetapi peningkatan penjualan yang terjadi pada tahun 2007 tidak diiringi dengan peningkatan piutang. Piutang usaha pada tahun 2007 turun sebesar 8,26 persen menjadi Rp2.166,1 miiliar, Akibatnya perputaran piutang mengalami penurunan menjadi 30,57 kali.. Pada triwulan IV berikutnya terjadi penurunan rasio perputaran dari 41,02 ditahun 2008 menjadi 37,72 kali di tahun 2009 dan 36,95 kali di tahun Penurunan ini disebabkan terjadinya kenaikan piutang yang diimbangi dengan kenaikan penjualan yang sepadan. Pada kuartal IV tahun 2008 PT PLN didera krisis, namun PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) tetap mampu bertahan dengan banyaknya pertambahan pelanggan mencapai pelanggan sehingga jumlah pelanggan pada tahun 2008 meningkat menjadi pelanggan atau 4,05% lebih besar dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar pelanggan. Pertambahan jumlah pelanggan tentu

48 36 saja mengakibatkan terjadinya pertumbuhan penjualan energi listrik, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penjualan energi listrik sebesar 6,41% yaitu dari 121,24 TWh di tahun 2007 menjadi sebesar 129,01 TWh di tahun Selanjutnya peningkatan penjualan tenaga listrik ini berpengaruh pada peningkatan rasio perputaran piutang pada triwulan IV tahun Tahun 2008 merupakan perjalanan yang penuh tantangan bagi PT PLN (Persero), namun merupakan landasan yang kuat bagi perusahaan untuk menatap ke depan dengan penuh optimisme untuk menciptakan nilai maksimal bagi pemegang saham, investor dan pelanggan. Meskipun terus didera krisis, PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) tetap mampu bertahan dengan pertumbuhan penjualan energi listrik sebesar 6,4% dibanding tahun sebelumnya meskipun di tahun ini terjadi krisis global. Hal ini menyebabkan rasio perputaran piutang di tahun 2008 cenderung meningkat. Tahun 2009 juga merupakan tahun yang penuh tantangan bagi PT PLN (Persero) namun berkat usaha keras dan kerja cerdas seluruh jajaran manajemen, hasil yang didapat sangat menggembirakan. Tantangan utama tahun 2009 adalah kekurangan pasokan tenaga listrik di hampir seluruh wilayah Indonesia yang umumnya diakibatkan oleh keterlambatan penyelesaian proyek-proyek MW dan IPP terkendala. Kekurangan pasokan ini mengakibatkan pemadaman di berbagai daerah dan penurunan tingkat pelayanan perusahaan kepada pelanggan. Berbagai upaya telah dilakukan perusahaan untuk mengatasi kekurangan pasokan tenaga listrik tersebut, misalnya melalui pengaturan jadwal pemeliharaan pembangkit, sewa pembangkit tambahan, pemanfaatan kelebihan pasokan listrik yang dimiliki masyarakat (excess power), relokasi mesin pembangkit dan pelaksanaan demand side management. Lewat berbagai upaya tersebut, PLN telah berhasil untuk tetap memenuhi kebutuhan pertumbuhan permintaan tenaga listrik dengan mencapai tingkat penjualan tenaga listrik 4,31% lebih tinggi dari tahun Walaupun dalam pelaksanaan tugasnya PLN dihadapkan pada kendalakendala seperti yang dijelaskan di atas namun PLN tetap dapat menjaga angka penjualan dan piutang usahanya sehingga penurunan rasio perputaran piutang tidak terlalu signifikan.

49 37 Tantangan lain di tahun 2009 yang juga dihadapi adalah terbitnya UU Kelistrikan No. 30 tahun 2009 yang memposisikan PLN bukan lagi menjadi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan seperti yang diatur dalam Undangundang sebelumnya. Sesuai dengan UU.30/2009, sangat dimungkinkan pihak lain selain PLN untuk melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang penyediaan tenaga listrik. Walaupun demikian, PLN masih tetap optimis bahwa prospek usaha di bidang ketenagalistrikan masih berpeluang luas untuk berkembang secara pesat mengingat rasio elektrifikasi (perbandingan antara jumlah pelanggan listrik sektor rumah tangga terhadap total rumah tangga di Indonesia) tahun 2009 baru mencapai 63,75% dan konsumsi listrik masih akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penghasilan masyarakat. Tantangan-tantangan di tahun 2009 ini menyebabkan penurunan produksi yang akan berdampak terhadap penurunan penjualan dan berpengaruh terhadap penurunan rasio perputaran piutang dari tahun 2008 sebesar 8,05 % menjadi 38 kali di tahun Program yang telah dicanangkan untuk menghadapi tahun 2010 adalah tetap berupaya untuk memenuhi kebutuhan akan daya listrik dengan membangun fasilitas tenaga listrik, melakukan pembelian tenaga listrik dari swasta, meningkatkan pelayanan, meningkatkan efisiensi serta mengurangi beban finansial perusahaan dan membuat orientasi perusahaan menjadi lebih komersial. Menghadapi masa yang akan datang, manajemen beserta seluruh jajarannya bertekad untuk meningkatkan kinerja operasional dan keuangan sehingga dapat mencapai puncak keemasan pada tahun 2012 sebagai perusahaan yang sehat, mandiri dan tumbuh berkembang. Pada Tahun 2010 terjadi penurunan yang tidak terlalu besar pada Rasio Perputaran Piutang. Rasio turun hanya 0,77% dari rasio ditahun sebelumnya. Dengan melihat hasil tersebut menunjukkan bahwa pada tahun penagihan piutang kepada pelanggan cenderung stabil. Pada tahun 2010, ada dua aplikasi utama yang dibangun yaitu AP2T (Aplikasi Pengawasan Piutang Terpusat) dan P2APST (Pengelolaan dan Pengawasan Arus Pendapatan Secara Terpusat). AP2T merupakan langkah nyata PLN dalam mereduksi banyaknya aplikasi pelayanan pelanggan yang ada di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Dalam tahun 2010 ini diharapkan hanya AP2T satu-satunya aplikasi Tata Usaha

50 38 Langganan di PLN. Melalui langkah ini, maka akan tercipta sentralisasi informasi dan standarisasi proses bisnis PT PLN. P2APST merupakan bentuk pemanfaatan teknologi dalam rangka mendukung kemudahan dan kenyamanan pelanggan prabayar. Pada intinya sistem ini melayani permintaan pelanggan yang akan membeli pulsa listrik. Sistem P2APST telah diaplikasikan melalui kerja sama dengan berbagai bank nasional maupun swasta di seluruh Indonesia, memanfaatkan seluruh jaringan ATM bank-bank tersebut. Pemusatan sistem P2APST juga mengharuskan dikumpulkannya Data Piutang Pelanggan (DPP) pada satu tempat, sehingga pihak Switching Company tidak perlu lagi mengakses DPP yang ada di Distribusi, melainkan akan langsung mengakses DPP pada data center pusat yang menampung DPP dari kelima area Distribusi. Dengan adanya program tersebut terjadi pengurangan pada jumlah piutang yang dikarenakan terjadi peralihan pelanggan yang menggunakan listrik prabayar, meskipun pengurangan tersebut belum terlalu signifikan karena pada tahun 2010 ini jumlah pelanggan yang menggunakan pembayaran prabayar baru mencapai 10 persen. Proyeksi trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Hasil Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang Tahun Periode Peramalan Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 25,8257 kali 2011 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 26,5756 kali Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 27,3473 kali Tahun yang berakhir pada 31 Desember 28,1414 kali Kecenderungan pada proyeksi trend Rasio Perputaran Piutang pada empat (4) periode ke depan adalah meningkat. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan listrik pra-bayar, dan konsumen beralih dari pemakaian listrik pasca bayar ke pemakaian listrik pra bayar. Sehingga akan mengurangi jumlah piutang yang akan berdampak pada semakin tingginya perputaran piutang yang terjadi. b. Periode penagihan rata-rata Dari hasil periode penagihan rata-rata per triwulan yang semakin kecil jumlah harinya dalam satu periode tahun menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi pada piutang selama satu tahun diikuti dengan proses penagihan yang baik.

51 Periode Penagihan (hari) 39 Rata-rata periode pengumpulan piutang perusahaan pada akhir tahun atau triwulan ke IV selama kurang lebih 5 tahun adalah 11 hari. Perusahaan dapat kembali mengumpulkan pembayaran atas piutang yang belum dibayar oleh pelanggan dalam waktu kurang lebih 11 hari. Dari hasil perhitungan membuktikan pengelolaan piutang pada PLN telah sesuai dengan rata-rata standart yang ada. Rata-rata dari rasio periode penagihan rata-rata yang sebesar 11 hari telah menggambarkan perputaran piutang yang baik, 11 hari ini mengindikasikan PT PLN membutuhkan waktu 11 hari dalam melakukan satu kali perputaran piutang. Hal ini sesuai dengan waktu pembayaran piutang yang dalam satu bulan dibagi menjadi 3 kali siklus pembayaran. Sehingga dalam 1 siklus dibutuhkan waktu 9-11 hari dalam melakukan satu kali perputaran piutang. Trend Analysis Plot for Periode Penagihan (hari) Growth Curve Model Yt = * ( **t) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 45,547 MAD 9,926 MSD 173, Tahun Gambar 3. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata- Rata PT PLN (Persero) periode tahun PLN telah melakukan pengelompokkan pelanggan yang dapat mempermudah pengelolaan piutang dalam hal penagihan. Prosedur pengumpulan piutang (penagihan) PLN ini menggunakan metode imprest dengan melakukan pengklasifikasian dari pelanggan-pelanggan yang tidak dapat membayar rekening listriknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Bila antara sasaran (target) dengan realisasi masih lebih rendah, maka manajemen untuk periode selanjutnya

52 40 harus melakukan improvement dari realisasi tersebut agar dapat mencapai sasaran atau target dalam pencapaian Collecting Period (COP). Sebagaimana diterapkan dalam proyek dan rencana kerja unit untuk kinerja. Akuntansi unit harus sering melakukan kordinasi dengan pengawasan kredit (Administrasi Pelayanan Pelanggan) untuk dapat mengakuntabilitas dari penyajian saldo piutang listrik yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Berikut data mengenai penilaian dan rincian piutang selama 5 periode yaitu dari tahun 2006 sampai dengan Proyeksi trend Rasio Periode Penagihan Rata-Rata PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 7 berikut : Tabel 7. Hasil Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata Tahun Periode Peramalan Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 14,1332 hari 2011 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 13,7344 hari Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 13,3468 hari Tahun yang berakhir pada 31 Desember 12,9702 hari Kecenderungan pada proyeksi trend Periode Penagihan Rata-Rata pada empat (4) periode ke depan adalah menurun. Hal ini seiring dengan proyeksi trend kenaikan rasio perputaran piutang yang akan diiringi dengan penurunan jumlah hari dalam melakukan penagihan Analisis Likuiditas Analisis Likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) lancarnya yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aset lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat Likuiditas PT PLN Persero menggunakan rasio lancar dan rasio kas. Ringkasan perkembangan rasio likuiditas selama periode dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : Tabel 8. Analisis Likuiditas Periode Tahun PT PLN (Persero) KOMPONEN Rata-rata Rasio Lancar 104,05% 107,29% 76,44% 98,12% 81,60% 93,50% Rasio Kas 46,82% 40,45% 15,71% 34,59% 35,64% 34,64% Rasio Likuiditas 75,44% 73,87% 46,08% 66,36% 58,62% 64,07% Sumber : laporan keuangan diolah

53 41 Rata-rata Rasio Likuiditas selama lima tahun terakhir adalah sebesar 64,07 persen, dimana nilai tersebut hasil bagi setelah kedua rasio, rasio lancar dan rasio kas dijumlahkan. Meliputi rasio lancar 93,50 persen dan rasio kas sebesar 34,64 persen. Nilai rasio lima tahun terakhir yang sebesar ini menggambarkan kemampuan PT PLN (Persero) untuk setiap Rp100,00 kewajiban lancarnya dapat dijamin dengan aset lancarnya sebesar Rp64,07. Dari Rasio Likuiditas terlihat perusahaan tidak cukup likuid karena untuk setiap tahunnya perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan dan angka rasio likuiditas ini berada dibawah 200 persen. Nilai 200 persen mengacu pada aturan umum yang biasa dipakai, jika rasio likuiditas 2:1 atau lebih baik lagi maka perusahaan cukup baik secara keuangan, sementara rasio dibawah 2:1 menujukkan peningkatan risiko likuiditas. Aturan 2:1 ini menunjukkan bahwa tersedia asset lancar Rp2 untuk setiap Rp1 kewajiban lancar atau jika dipandang dari sudut lain, nilai asset lancar pada saat likuidasi dapat turun hampir sebesar 50 persen dan perusahaan masih dapat melunasi kewajiban lancar. Sumber likuiditas PT PLN (Persero) terutama diperoleh dari arus kas masuk aktivitas usaha dan pendanaan. Perusahaan dan anak perusahaan telah membentuk kerangka kerja manajemen risiko likuiditas yang sesuai untuk pengelolaan dana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dan persyaratan likuiditas manajemen. Perusahaan dan anak perusahaan mengatur risiko likuiditas dengan mempertahankan cadangan yang memadai, fasilitas perbankan dan fasilitas cadangan pinjaman, dengan terus memantau perkiraan dan arus kas aktual, dan mencocokkan profil jatuh tempo aset keuangan dan kewajiban. a. Rasio Lancar (Current Ratio) Likuiditas Perusahaan pada penelitian ini dinilai dengan rasio lancar. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancarnya dengan aset lancarnya. Semakin tinggi nilai rasio lancar maka likuiditas perusahaan semakin baik. Dari hasil perhitungan, rata-rata rasio lancar PT PLN (Persero) adalah 93,50 persen yang artinya bahwa setiap Rp100,- kewajiban lancar dijamin dengan Rp93,50 aset lancarnya. Besarnya aset lancar pada perusahaan disebabkan oleh jumlah kas dan setara kas, piutang subsidi dan persediaan sebesar 14,53 persen dari total keseluruhan presentase aset lancar.

54 Rasio Lancar (%) 42 Trend Analysis Plot for Rasio Lancar (%) Quadratic Trend Model Yt = *t *t** Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 14,315 MAD 13,690 MSD 287, Tahun Gambar 4. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Lancar PT PLN (Persero) periode tahun Jumlah aset lancar pada setiap triwulan mengalami fluktuasi, rata-rata terjadi kenaikan pada triwulan III dan penurunan di triwulan IV. Pada tahun 2006 dan 2007 jumlah aset lancar masih berada pada kisaran angka yang lebih besar dari pada jumlah kewajiban lancar dan kewajiban lancar tersebut yang sebagian besar berupa hutang dapat dibayar dengan aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Pada tahun 2008, 2009 dan 2010 jumlah aset lancar berada dibawah jumlah kewajiban lancarnya sehingga nilai aset lancar pada tahun ini dibawah 100 persen. Rasio Lancar terkecil terjadi pada tahun 2008 hal ini disebabkan karena pada bulan September 2008, terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat yang membawa dampak terjadinya krisis keuangan secara global, termasuk di negara Indonesia dan PT PLN (Persero). Pengaruh dari krisis ini mengakibatkan terjadinya depresiasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US Dollar. Akibat utamanya adalah langkanya likuiditas pada triwulan IV tahun 2008 dan tingginya tingkat suku bunga serta kurs mata uang asing. Kondisi ini mencakup pula penurunan harga saham dan pengetatan penyediaan kredit PT PLN (Persero). Pada tahun 2009 kondisi ekonomi mulai relatif stabil pada triwulan III yang ditandai dengan berkurangnya fluktuasi kurs mata uang asing dengan nilai Rupiah cenderung menguat sehingga rasio likuiditas PT PLN (Persero) pun

55 43 menunjukkan perubahan ke angka yang lebih besar. Tahun 2010 rasio lancar perusahaan adalah sebesar 81,6 %, menurun dari posisi 98,12 % di tahun Hal ini menunjukkan adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Proyeksi trend Rasio Lancar PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 9 : Tabel 9. Hasil Proyeksi Trend Rasio Lancar PT PLN (Persero) Tahun Periode Peramalan Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 93,4 % 2011 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 91,7 % Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 89,8 % Tahun yang berakhir pada 31 Desember 87,8 % Kecenderungan pada proyeksi trend rasio lancar pada empat (4) periode ke depan adalah menurun dalam satu periode, namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 trend rasio lancar mengalami kenaikan sebesar 6,18 persen. b. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas ini merupakan indikator paling likuid dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar tepat pada waktunya. perusahaan belum cukup memiliki kas untuk memenuhi kewajibannya. Nilai rata-rata rasio kas perusahaan adalah 34,64 persen. Ini menunjukkan setiap Rp. 100,- kewajiban lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 34,64 uang kas dan bank. Dalam hal ini perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya dengan kas, meskipun sebagian besar pemasukan aset lancar perusahaan berasal dari kas dan bank. Perkembangan indikator rasio kas pada triwulan IV dalam lima periode terakhir cenderung menurun dan kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2009, ini berarti pada tahun 2009 terjadi peningkatan nilai kas dan bank yang tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah kewajiban lancar yang sepadan. Perusahaan pada tahun 2009 mengalami peningkatan dalam kemampuannya membayar kewajiban lancarnya sebesar 34,59 persen dibandingkan tahun 2008 sebesar 15,71 persen.

56 Rasio Kas (%) Trend Analysis Plot for Rasio Kas (%) Growth Curve Model Yt = * ( **t) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 28,903 MAD 9,300 MSD 139, Tahun Gambar 5. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Kas PT PLN (Persero) periode tahun Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan arus kas dari aktivitas pendanaan yaitu hasil emisi obligasi dan perolehan hutang bank. Peningkatan ini sesuai dengan prioritas jangka pendek perusahaan yaitu mengatasi kekurangan pasokan listrik untuk mengurangi pemadaman di hampir seluruh wilayah Indonesia, mengatasi krisis likuiditas, dan meningkatkan kemampuan pendanaan jangka pendek. Akibat adanya tiga kegiatan dalam perusahaan, yaitu kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan terdapat jumlah penyesuaian pada ketiga kegiatan ini yang dapat dilihat pada tabel 10. Proyeksi trend Rasio Kas PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 11. Tabel 10. Hasil Proyeksi Trend Rasio Kas PT PLN (Persero) Tahun Periode Peramalan Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 32,43 % 2011 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 32,45 % Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 32,47 % Tahun yang berakhir pada 31 Desember 32,49 %

57 45 Kecenderungan pada proyeksi trend rasio kas pada empat (4) periode ke depan adalah menurun. Namun penurun yang terjadi tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tabel 11. Laporan Penyesuaian Arus Kas PT PLN (Persero) Periode Uraian Tahun Penyesuaian Aktivitas Operasi Penyesuaian Aktivitas Investasi Penyesuaian Aktivitas pendanaan Kenaikan Bersih Kas dan Setara Kas KAS & SETARA KAS AWAL TAHUN rekening dibatasi penggunaannya KAS & SETARA KAS AKHIR TAHUN Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah) 4.15 Analisis Profitabilitas Rasio Profitabilitas perusahaan dinyatakan dalam Return on Equity/ROE (perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas) dan Return on Asset/ROA (perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan total harta). Ringkasan perkembangan rasio profitabilitas selama periode dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : Tabel 12. Analisis Profitabilitas PT PLN (Persero) Periode Tahun KOMPONEN Rata-Rata ROE -2,90% -4,14% -9,69% 7,33% 6,74% -1,24% ROA -0,44% -1,13% -4,19% 3,66% 3,08% 0,00% Rasio Profitabilitas -1,67% -2,64% -6,94% 5,50% 4,91% -0,62% Sumber : laporan keuangan diolah a. Return On Equity (ROE) ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan laba bagi para pemegang saham atas modal yang telah ditanamkan oleh para pemegang saham tersebut. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian

58 ROE (%) 46 dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi keuntungan para investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya dalam perusahaan tersebut. Trend Analysis Plot for ROE (%) Quadratic Trend Model Yt = *t *t** Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 92,8737 MAD 2,1197 MSD 8, Tahun Gambar 6. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Equity PT PLN (Persero) periode tahun Tabel 13. Analisis Return on Equity/ROE PT PLN (Persero) Tahun Tahun laba bersih (dalam jutaan rupiah) total ekuitas (dalam jutaan rupiah) ROE (%) perubahan laba bersih perubahan ekuitas perubahan ROE 2005 ( ) ,52% ( ) ,90% 17,53% 0,06 % 0,62% 2007 ( ) ,14% 39,12 % 2,45 % 1,24 % 2008 ( ) ,69% 117,95% 6,91% 5,55% ,33% 184,17% 11,19 % 17,02% ,74% 2,6 % 5,94 % 0,59 % Sumber : laporan keuangan diolah Berdasarkan tabel 13 analisis Return On Equity (ROE), dapat dilihat bahwa tingkat ROE dari PT PLN Persero sejak tahun 2006 hingga 2010 mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Pada tahun 2006, ROE PT PLN (Persero) mengalami sedikit kenaikan dari tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan karena adanya peningkatan pada laba bersih perseroan, yaitu sebesar 17,53%. Hal

59 47 tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan ROE sebesar 0,62% dari tahun Pada tahun 2008 terjadi peningkatan pada jumlah pelanggan dan penjualan serta adanya realisasi subsidi pemerintah pada triwulan III tahun 2008 yang jumlahnya dua kali lipat lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang merupakan kompensasi atas penugasan kepada PT PLN (Persero) untuk melaksanakan kewajiban layanan masyarakat (Public Sercive Obligation / PSO) mengacu pada UU No. 19 Tahun 2003 sebesar Rp 78,6 trilyun, cukup meyakinkan Perusahaan dalam menjalankan roda usaha. Besarnya realisasi subsidi tersebut lebih rendah dari yang ditargetkan sebesar Rp 86,0 trilyun, sebagai akibat dari turunnya harga BBM dan hasil kontribusi Perusahaan dalam menekan biaya usaha melalui program penekanan susut, Gasifikasi PLTGU Muara Tawar, MFO nisasi dan peningkatan pendapatan melalui penerapan tarif nonsubsidi untuk daya lebih besar dari VA. Program penekanan biaya usaha tersebut telah memberikan kontribusi setara Rp 4,6 trilyun yang terdiri dari program MFO-nisasi setara Rp 0,5 trilyun, program percepatan gasifikasi setara Rp 1,2 trilyun dan program penekanan susut jaringan setara Rp 0,9 trilyun serta penerapan tarif non subsidi VA sebesar Rp1,98 trilyun. Pertumbuhan penjualan tenaga listrik dan subsidi pemerintah yang telah disebutkan sebelumnya menyebabkan perusahaan mendapatkan Laba Operasi sebesar Rp 3,6 trilyun atau 42,34 % lebih tinggi dibanding tahun Namun demikian, akibat dari adanya rugi selisih kurs (non cash) sebesar Rp 9,3 trilyun, menyebabkan jumlah perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rp 12,3 trilyun. Jumlah Ekuitas pada akhir tahun 2008 adalah sebesar Rp juta. Jumlah tersebut menurun sebesar 6,9% dari tahun sebelumnya, yaitu Rp juta. Penurunan tersebut terutama disebabkan kerugian dalam periode berjalan. Hal ini tentu saja mempengaruhi ROE. Tingkat ROE tertinggi dan mencapai angka positif hanya terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 7,33%, sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar -9,69%. Perubahan yang signifikan ini terjadi pada triwulan I tahun 2009 dan terus mengalami kenaikan pada triwulan II, III dan IV di tahun yang sama. Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 7,33% dari -

60 48 9,69% di tahun 2008 atau mengalami kenaikan sebesar 17,02%. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peningkatan ekuitas terutama pada peningkatan saldo laba pada triwulan I dan tambahan modal disetor pada triwulan II, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan laba bersih pada triwulan IV yaitu sebesar 184,17 persen dari perusahaan mengalami rugi sebesar Rp12.303,7 Miliar di tahun 2008 menjadi menghasilkan laba bersih sebesar Rp10.355,7 Miliar di tahun Kenaikan yang cukup signifikan tersebut disebabkan oleh keberhasilan perusahaan dalam menekan biaya usaha menjadi sebesar Rp 138,28 miliar yang lebih rendah 16 persen dibanding tahun 2008 meskipun disertai dengan penurunan pendapatan usaha sebagai akibat dari penurunan subsidi listrik pemerintah. Nilai negatif ROE yang terjadi pada periode sebelum triwulan I tahun 2009 terutama disebabkan oleh timbulnya kerugian perusahaan sehubungan dengan meningkatnya rugi selisih kurs. Perusahaan telah berhasil memperoleh laba bersih tahun 2010 sebesar Rp10,086 triliun mendekati laba bersih pada tahun Hal ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan tenaga listrik sebesar 14,2 % (pada tahun 2009 hanya sebesar 4,31%) yang menghasilkan total pendapatan sebesar Rp162,3 triliun sedang total biaya sebesar Rp149,1T (pada tahun 2009 sebesar Rp135,2 triliun). Proyeksi trend Rasio Return On Equity PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 11. Tabel 14. Hasil Proyeksi Trend Rasio ROE PT PLN (Persero) Tahun Periode Peramalan Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 10,12 % 2011 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 11, 92 % Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 13, 84 % Tahun yang berakhir pada 31 Desember 15,89 % Kecenderungan pada proyeksi trend ROE pada empat (4) periode ke depan adalah meningkat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan laba sesuai dengan proyeksi trend, peningkatan ROE tersebut harus tetap dijaga dengan mengawasi nilai pada rata-rata total ekuitas yang diimbangi terhadap perolehan laba setelah pajak PT PLN (Persero).

61 ROA (%) 49 a. Return On Asset (ROA) ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak yang diperoleh perusahaan terhadap total asset yang dimiliki. ROA merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan, Rasio ini sering digunakan manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aset tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tesebut Trend Analysis Plot for ROA (%) Linear Trend Model Yt = *t Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 165,972 MAD 1,063 MSD 2, Tahun Gambar 7. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Asset PT PLN (Persero) periode tahun Gambar 7 menjelaskan mengenai nilai ROA perusahaan pada periode Pada tahun 2006 ke 2008 ROA terus mengalami penurunan kemudian pada tahun 2008 ke 2009 mengalami kenaikan dan mencapai puncaknya di tahun

62 Pada tahun 2010 mengalami penurunan lagi namun masih di angka positif seperti pada tahun Tabel 15. Return on Asset/ROA PT PLN (Persero) Tahun Tahun laba bersih sebelum pajak (dalam jutaan rupiah) total asset (dalam jutaan rupiah) ROA (%) perubahan laba bersih sebelum pajak perubahan total asset perubahan ROA 2005 ( ) ,98% ( ) ,44% 50,09% 12,26% 0,55% 2007 ( ) ,13% 185,45% 10,31% 0,70% 2008 ( ) ,19% 293,51% 6,30% 3,06% ,66% 100,10% 14,79% 7,85% ,08% 6,59% 10,74% 0,57% Sumber : laporan keuangan diolah Pada tahun 2006 nilai ROA yang dicapai adalah -0,44 persen. Nilai ini di didapat dari perbandingan rugi sebelum pajak sebesar Rp1.085,3 Milyar juta dengan jumlah aset sebesar Rp ,8 Milyar. Pada tahun 2007 nilai ROA sebesar -1,13%. Nilai ini mengalami penurunan sebesar 0,7 persen. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya jumlah laba sebelum pajak sebesar Rp2.012,7 Miliar dari rugi sebesar Rp1.085,3 Miliar menjadi rugi sebesar Rp3.098 Miliar, penurunan laba bersih ini disebabkan oleh semakin negatifnya jumlah beban lain-lain Rp583,7 Miliar menjadi Rp5.634,8 Miliar selain itu peningkatan pada jumlah aktiva juga menyebabkan nilai ROA berkurang. Pada tahun 2008 nilai aset sebesar Rp ,9 Miliar. Nilai ini meningkat sebesar 6,30 persen. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya jumlah aset lancar serta aset tidak lancar. Penurunan jumlah laba bersih diikuti dengan meningkatnya jumlah aset menyebabkan nilai ROA menjadi turun. Jumlah Aset Perusahaan pada akhir tahun 2009 sebesar Rp Miliar, jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 14,79% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,9 Miliar. Pada tahun 2009 Perusahaan telah menerima subsidi bagi pelanggan sebesar Rp 53,72 triliun yang lebih berarti rendah 32 persen dibandingkan tahun Penurunan jumlah subsidi tidak diiringi dengan penurunan EBIT. EBIT tahun 2009 sebesar Rp 12,20 triliun mengalami kenaikan sebesar 177,22% dibanding tahun Dengan EBIT

63 51 sebesar Rp 12,20 triliun dan EBIT margin sebesar 16,10% menggambarkan bahwa PT PLN (Persero) telah mampu menghasilkan pendapatan. Pada tahun 2010 nilai ROA sebesar 3,08 persen. Nilai ini mengalami sedikit penurunan sebesar 0,57 persen. Penurunan yang kurang dari 1 persen ini disebabkan karena menurunnya laba bersih sebesar 6,59 persen. Standar yang digunakan dalam pengukuran rasio ROA biasanya dibandingkan dengan tingkat suku bunga umum yang berlaku pada saat tahun analisis rasio dilakukan. Jika nilai rasio lebih besar dari tingkat suku bunga maka akan lebih menarik bagi investor, sedangkan jika nilai rasio lebih kecil maka investor lebih akan menanamkan modalnya kepada bank. Berdasarkan data Bank Indonsia tingkat suku bunga rata-rata pada tahun 2006 hingga 2010 adalah sebesar 8,55 Persen. Melihat hasil analisis rasio ROA pada tahun 2006 hingga 2011 yang terlihat pada tabel. Nilai rata-rata rasio yang diperoleh PLN berada jauh dibawah tingkat suku bunga Bank indonesia, maka nilai tersebut berada dibawah tingkat suku bunga. Sehingga dapat disimpulkan perusahaan belum memiliki nilai pengembalian yang cukup menarik bagi investor. Masalah dalam pencapaian kemampuan dalam menghasilkan laba dengan Return on Operating Assets before Corporate Tax (ROA) disebabkan adanya kecenderungan Penolakan terhadap Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). TDL tidak pernah mengalami penyesuaian sejak tahun Sesuai dengan undangundang yang menyatakan bahwa tarif dasar listrik (TDL) harus ditetapkan melalui Keputusan Presiden maka Perusahaan tidak memiliki keleluasaan dan kewenangan untuk menetapkan tarif dasar listrik sesuai dengan beban operasi perusahaan yang mengikuti dinamika harga pasar terutama untuk pengadaan energi primer. Dalam hal fluktuasi harga pasar yang mengakibatkan peningkatan beban operasi dan biaya investasi, sedangkan di sisi lain perusahaan tidak serta merta dapat menaikkan TDL dapat berakibat pada penurunan kemampuan keuangan perusahaan. Untuk mencegah penurunan kemampuan keuangan yang lebih drastis maka Perusahan telah mengajukan usulan kenaikan tarif dasar listrik kepada Pemerintah. Adapun upaya-upaya yang dilakukan PT PLN (Persero) untuk menanggulangi hal diatas diantaranya meminta subsidi kepada Pemerintah yang

64 52 disesuaikan dengan kenaikan beban operasi, meminta proteksi atau keberpihakan Pemerintah berupa perbaikan regulasi untuk harga pembelian energi primer yang dilakukan oleh perusahaan untuk kepentingan pembangkit listrik seperti batubara, gas, dan BBM dan melakukan diversifikasi energi atau komposisi energi untuk pembangkit-pembangkit milik PT PLN (Persero) dan perluasan jaringan transmisi sehingga dapat menurunkan biaya pokok penyediaan tenaga listrik (BPP) listrik. Walaupun perlu dicatat, program ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Proyeksi trend Rasio Return On Asset PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 11. Tabel 16. Hasil Proyeksi Trend Rasio ROA PT PLN (Persero) Tahun Periode Peramalan Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 2,53 % 2011 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 2,72 % Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 2,92 % Tahun yang berakhir pada 31 Desember 3,11% Kecenderungan pada proyeksi trend ROA pada empat (4) periode ke depan adalah meningkat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan laba sesuai dengan proyeksi trend, peningkatan ROA tersebut harus tetap dijaga dengan mengawasi nilai pada rata-rata total aset yang diimbangi terhadap perolehan laba sebelum pajak PT PLN (Persero) Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh dari manajemen piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas digunakan analisis regresi linear berganda. Perhitungan data dilakukan dengan SPSS windows versi Model regresi berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi-asumsi klasik. Berikut ini merupakan pengujian hipotesis antara variabel Kinerja Piutang dengan Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabilitas. a. Uji Normalitas Hasil dari Output SPSS Normal P-Plot masing-masing dari variabel Penilaian kinerja piutang (X 1 ) dan Periode Penagihan Rata-Rata (X 2 ) terhadap Likuiditas (Y 1 ) dan Profitabilitas (Y 2 ) menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal. Jadi data pada variabel

65 53 yang mempengaruhi variabel Likuiditas dapat dikatakan normal. Pada hasil uji Lilliefors dan Kolmogorov-Smirnov diperoleh taraf signifikansi adalah 0,656 < 0,1 untuk variabel yang mempengaruhi likuiditas dan 0,996 < 0,1 untuk variabel yang mempengaruhi profitabilitas. Dengan demikian, data residual berdistribusi normal, pada taraf signifikansi 0,1. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas pada penelitian ini dengan melihat nilai tolerance dan inflation factor (VIF) pada model regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daripada nilai 10. Melihat koefisien korelasi antar peubah X, semuanya memiliki korelasi di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada peubah X (independen) yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar peubah yang melebihi 95%. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan uji koefisien korelasi spearman s rho dan melihat pola titik-titik pada grafik regresi. Pengujian heteroskedastisitas menggunakan tekhnik uji koefisien korelasi Spearman s rho yaitu mengorelasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan uji dua sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual memberikan signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi problem heteroskedastisitas. Dari hasil output dapat dilihat bahwa korelasi antara variabel X 1 dan X 2 dengan Unstandardized Residual memiliki nilai signifikansi lebih besar daripada 0,05. Karena signifikansi lebih besar daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi problem heteroskedastisitas. Hal ini juga didukung dengan melihat pola titik-titik pada

66 54 grafik regresi Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. Namun jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari grafik scatterplots (Y=SRESID dan X=ZPRED) terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil output SPSS memberikan koefisien parameter untuk variable independen (X) tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan hasil uji scatterplots. d. Uji Autokorelasi Deteksi autokorelasi umumnya dilakukan dengan uji statistik Durbin- Watson dengan menggunakan formula sebagai berikut. Hipotesis: H0 : Tidak ada autokorelasi (r=0) H1 : Ada autokorelasi (r 0) ( ) ( ) Uji Durbin Wason (DW test) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi: Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl No decision dl d du Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4-dl < d < 4 No decision 4-du d 4-dl Tidak ada autokorelasi, positif / negatif Tidak ditolak du < d < 4-du DW = 1,810 Dl = 0,774 Du = 1,410 DW Dl Du 4-Du 4-Dl 1,81 0,774 1,41 2,59 3,226 (Du < DW < 4-Du ) Nilai DW untuk Likuiditas 1,810 dan untuk Profitabilitas 1,694 lebih besar dari Du dan kurang dari 4-Du maka dapat disimpulkan bahwa Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif.

67 Analisis Regresi Berganda Dari hasil perhitungan menggunakan analisis regresi linear berganda diketahui besarnya Koefisien Determinan pada model Likuiditas (R) adalah 0,370 artinya kontribusi keragaman yang mampu dijelaskan oleh Rasio Perputaran Piutang (X 1 ) dan Periode Penagihan Rata-rata (X 2 ) terhadap Likuiditas (Y 1) sebesar 37% dan sisanya 63% dijelaskan oleh faktor lain. Dan besarnya Koefisien Determinasi pada model Profitabilitas (R) adalah 0,450 artinya kontribusi keragaman yang mampu dijelaskan oleh Rasio Perputaran Piutang (X 1 ) dan Periode Penagihan Rata-Rata (X 2 ) terhadap Profitabilitas (Y 2 ) sebesar 45 % dan sisanya 55% dijelaskan oleh faktor lain. Analisis regresi yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh manajemen piutang terhadap Likuiditas dan Profitabilitas ini menunjukkan bahwa persamaan regresi berganda diperoleh sebagai berikut : Likuiditas : Y 1 = 0,719-0,011X 1-0,008X 2 + 0,532 Lag Y 1 Profitabilitas : Y 2 = 0,043-0,001X 1 + 0,000X 2 + 0,736 Lag Y 2 Interpretasi dari hasil persamaan model Likuiditas di atas sebagai berikut : Nilai konstanta (a) sebesar 0,719 dengan asumsi variabel Rasio Perputaran Piutang dan Rasio Periode Penagihan Rata-rata pada PT PLN (Persero) adalah tetap maka rata-rata likuiditas pada PT PLN adalah sebesar 0,719. Nilai koefisien variabel Rasio Perputaran Piutang (X 1 ) sebesar 0,011. Artinya jika terjadi kenaikan variabel Rasio Perputaran Piutang (X 1 ) sebesar satu satuan, menyebabkan Penurunan rata-rata likuiditas pada PT PLN sebesar - 0,011 satuan, begitupun juga sebaliknya. Dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X 2 ) pada PT PLN adalah tetap atau konstan. Nilai koefisien variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X 2 ) sebesar 0,008. Artinya jika terjadi kenaikan variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X 2 ) sebesar satu satuan, menyebabkan penurunan rata-rata likuiditas pada PT PLN (Persero) sebesar 0,008 satuan, begitupun juga sebaliknya. Dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Perputaran Piutang (X 1 ) pada PT PLN adalah tetap atau konstan.

68 56 Nilai koefisien variabel Lag dari Rasio Likuiditas sebesar 0,532. Artinya kenaikan likuiditas pada tahun sebelum t (t-1) sebesar satu satuan akan menaikkan rata-rata likuiditas pada tahun berjalan (tahun t) sebesar 0,532 satuan. Interpretasi dari hasil persamaan model Profitabilitas di atas sebagai berikut: Nilai konstanta (a) sebesar 0,043 dengan asumsi variabel Rasio Perputaran Piutang dan Rasio Periode Penagihan Rata-rata pada PT PLN (Persero) adalah tetap maka rata-rata Profitabilitas pada PT PLN adalah sebesar 0,043 Nilai koefisien variabel Rasio Perputaran Piutang (X 1 ) sebesar 0,001. Artinya jika terjadi kenaikan variabel Rasio Perputaran Piutang (X 1 ) sebesar satu satuan, menyebabkan penurunan rata-rata Profitabilitas pada PT PLN sebesar 0,001 satuan, begitupun juga sebaliknya. Dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X 2 ) pada PT PLN adalah tetap atau konstan. Nilai koefisien variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X 2 ) sebesar 0,000. Artinya jika terjadi perubahan variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X 2 ) sebesar satu satuan, menyebabkan perubahan rata-rata Profitabilitas pada PT PLN (Persero) sebesar 0,000 satuan, begitupun juga sebaliknya. Dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Perputaran Piutang (X 1 ) pada PT PLN adalah tetap atau konstan. Nilai koefisien variabel Lag dari Rasio Profitabilitas sebesar 0,736. Artinya kenaikan likuiditas pada tahun sebelum t (t-1) sebesar satu satuan akan menaikkan rata-rata profitabilitas pada tahun berjalan (tahun t) sebesar 0,736 satuan. Adapun penambahan variabel Lag pada kedua variabel dependent Y 1 dan Y 2 disebabkan karena uji statistik pada regresi berganda hanya dapat melihat pengaruh dalam satu satuan waktu. Sementara untuk melihat pengaruh penilaian kinerja piutang pada rasio likuiditas pada tahun t, harus melihat pada tahun sebelumnya (t-1).

69 Pengujian Model Regresi dengan Uji F Untuk mengetahui pengaruh dari manajemen piutang terhadap likuditas dan profitabilitas dapat digunakan dengan uji F berdasarkan hipotesis berikut : Hipotesis nol yang hendak diuji adalah : H0 : Model tidak signifikan H1 : Model signifikan Pedoman yang digunakan untuk menerima dan menolak hipotesis adalah Tolak H0 jika Sig. < 0.1. Hasil perhitungan menggunakan SPSS menunjukkan bahwa pada model likuiditas dan profitabilitas tingkat signifikansi nilai < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak dan Ho diterima, Secara bersamaan (simultan) manajemen piutang berpengaruh terhadap Likuiditas pada PT.PLN (Persero) begitupun juga dengan Profitabilitas pada taraf nyata 10 persen Pengujian Model Regresi dengan Uji T Interpretasi dari hasil persamaan regresi dari model Likuiditas yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh manajemen terhadap Likuiditas adalah sebagai berikut : Nilai signifikan (0.10) alpha 10% maka tolak H0, artinya X 1 berpengaruh nyata terhadap Y 1 pada taraf 10%. Nilai signifikan (0.13) > alpha 10% maka terima H0, artinya X 2 tidak berpengaruh nyata terhadap Y 1 pada taraf 10%. Nilai signifikan (0.02) < alpha 10% maka tolak H0, artinya LagY 1 (Y 1 periode sebelum) berpengaruh nyata terhadap Y 1 pada taraf 10%. Interpretasi dari hasil persamaan regresi dari model yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh manajemen terhadap Likuiditas adalah sebagai berikut : Nilai signifikan (0.386) > alpha 10% maka terima H0, artinya X 1 tidak berpengaruh nyata terhadap Y 2 pada taraf 10%. Nilai signifikan (0.634) > alpha 10% maka terima H0, artinya X 2 tidak berpengaruh nyata terhadap Y 2 pada taraf 10%. Nilai signifikan (0.003) < alpha 10% maka tolak H0, artinya LagY 2 (Y 2 periode sebelum) berpengaruh nyata terhadap Y 2 pada taraf 10%.

70 Implikasi Manajerial Piutang PT PLN (Persero) ada dalam lampiran Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.348.K/010/DIR/2007, yaitu Piutang PLN adalah hak tagih PLN yang mewajibkan penanggung hutang untuk melunasi kewajibannya atas tagihan PLN. Penanggung Hutang sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 300/KMK.01/2002 adalah Orang atau badan yang berhutang menurut peraturan, perjanjian atau sebab apapun, termasuk badan atau orang yang menjamin seluruh hutang Penanggung Hutang. Dalam penelitian ini presentase piutang usaha dalam aset lancar memang tidak terlalu besar sehingga pengaruhnya ke likuiditaspun kurang besar yaitu sebesar 37 persen dan 55 persen ke profitabilitas. Presentase terbesar pada Aset Lancar dihasilkan dari akun Kas & Bank dan Piutang Subsidi. Dari hasil perhitungan didapat hasil peningkatan pada penilaian kinerja piutang malah akan menurunkan likuiditas hal ini dikarenakan pada laporan keuangan tidak terdapat pola pada jumlah piutang dan komponen lainnya yang mempengaruhi likuiditas. Jumlah kenaikan piutang tiap tahun tidak diikuti dengan kenaikan pada komponen yang menggambarkan likuiditas, begitupun juga sebaliknya sehingga ketika dilakukan uji regresi linear berganda untuk melihat pengaruh didapatkan suatu hubungan yang berlawanan dengan teori yang ada yang menyebutkan bahwa makin cepat suatu piutang berputar, maka makin likuidlah piutang itu. PT PLN Persero adalah Badan Usaha Milik Negara yang sebagian besar keuangannya ditopang oleh Subsidi dari Pemerintah, hal ini tentu saja mempengaruhi kondisi keuangan PT PLN (Persero) terutama pada likuiditas dan profitabilitas, Subsidi Listrik pada PT PLN (Persero) dihitung dari selisih negatif antara harga jual tenaga listrik rata-rata (Rp/kWh) dari masing-masing golongan tarif dikurangi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik (Rp/kWh) pada tegangan di masing-masing golongan tarif dikalikan volume penjualan (kwh) untuk setiap golongan tarif. Dengan kata lain karena biaya pokok penyediaan lebih besar dari harga jual maka PLN memerlukan subsidi dari pemerintah. Dari hasil proyeksi trend piutang di dapat suatu kesimpulan yang positif bahwa kebijakan peralihan dari pembayaran listrik pasca bayar ke listrik pra bayar akan meningkatkan rasio perputaran piutang dan penagihan rata-rata yang rendah.

71 59 Keunggulan lain dari pembayaran ini meliputi : Tidak adanya pemakaian minimal dalam listrik prabayar/pulsa, biaya penyambungan menjadi lebih murah, tidak ada pemutusan atau pembongkaran, tidak ada pulsa kadaluarsa dan pulsa digunakan oleh pelanggan lain, tidak ada kesalahan dalam pencatatan meter. Dengan keunggulan yang ada tersebut, merupakan sebuah strategi yang tepat bagi PLN melakukan kebijakan listrik pra bayar untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan karena piutang. Sesuai dengan prioritas jangka pendek PT PLN (Persero) yaitu mengatasi kekurangan pasokan listrik untuk mengurangi pemadaman di hampir seluruh wilayah Indonesia, mengatasi krisis likuiditas dan meningkatkan kemampuan pendanaan jangka pendek maka untuk mengatasi tantangan saat ini, upaya yang terkoordinasi sangant diperlukan melalui efisiensi internal PLN untuk menurunkan biaya pokok produksi, tarif dan marjin yang berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan PLN dalam mencari sumber pendanaan dan tindakan lain pemerintah seperti suntikan modal, debt-equity swap dan Domestic Market Obligation (DMO).

72 60 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. PT PLN memiliki Sistem Informasi Piutang (SIP3). Dengan SIP3 presentasi aspek kendali manual dalam operasi pengelolaan piutang pelanggan mulai berkurang dan beralih kepada suatu sistem yang berbasis teknologi informasi. Payment Point Online Back (PPOB) merupakan salah satu generasi lanjutan dari sistem informasi pengelolaan piutang pelanggan (SIP3). Payment Point Online Back (PPOB) sistem mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi wireless seperti GPRS serta kemampuan bank-bank memberdayakan para mitranya. Server data tagihan PLN dihubungkan dengan server bank-bank. Bank-bank tersebut mengembangkan aplikasi layanan pembayaran secara online dengan menggunakan EDC (Electronic Data Capture). 2. Pengujian secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan adalah sebesar 37% dan sisanya 63% dijelaskan oleh faktor lain. Pengujian secara parsial menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio perputaran piutang terhadap likuiditas, namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara periode penagihan rata-rata dengan likuiditas, melalui uji terhadap rasio-rasio keuangan. 3. Pengujian secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh sistem pasca bayar dalam pembayaran rekening listrik terhadap profitabilitas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan sebesar 45 % dan sisanya 55% dijelaskan oleh faktor lain. Pengujian secara parsial menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio perputaran piutang terhadap profitabilitas begitupun juga dengan periode penagihan rata-rata, melalui uji terhadap rasiorasio keuangan.

73 61 B. Saran 1. PT PLN lebih meningkatkan pengelolaan piutang listrik dengan lebih teliti dalam pencatatan dan verifikasi transaksi piutang usaha baik dilakukan secara triwulan maupun secara tahunan yang diterima dari setiap cabang, ranting maupun rayon. Sehingga perputaran piutang akan lebih cepat. 2. PLN sebaiknya dapat meningkatkan pelayanan pembayaran rekening listrik antara lain dengan cara memperbanyak lagi tempat pembayaran rekening listrik (Payment Point) sehingga dapat meminimalisir piutang ragu-ragu atau piutang tak tertagih. Layanan online PLN diharapkan dapat mempermudah pelanggan untuk melakukan pembayaran via perbankan sekaligus meningkatkan pendapatan.

74 62 DAFTAR PUSTAKA Halim, AS Manajemen Keuangan : Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Tunggakan Listrik Membengkak Jadi Rp 270 Miliar. Diakses 30 Desember tunggakan-listrik-pln-depok-rp-12-miliar.html. Tunggakan Listrik PLN Depok Rp 12 Miliar. Diakses 10 Desember 2011 Kasmir Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Keown, A.J Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid 2. PT. Indeks. Jakarta Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip Dasar dan Aplikasi Terjemahan. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta Dasar-dasar Manajemen Keuangan (terjemahan). Salemba Empat. Jakarta. Kuswadi, Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Elex Media Komputindo. Jakarta Manullang, M dan Sinaga,D Pengantar Manajemen Keuangan. Andi. Yogyakarta. Margaretha, F Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan Investasi dan Sumber Dana Jangka Pendek. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Priyatno, D Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Andi. Yogyakarta PT PLN Laporan Keuangan Tahunan PT. PLN dan Anak Perusahaan. ( pdf diakses 30 Desember 2011) Laporan Keuangan Tahunan PT. PLN dan AnakPerusahaan. ( pdf/ diakses 30 Desember 2011) Laporan Keuangan Tahunan PT.PLN dan Anak Perusahaan. ( pdf diakses 30 Desember 2011) Laporan Keuangan Tahunan PT. PLN dan Anak Perusahaan.

75 63 ( pdf diakses 30 Desember 2011) Laporan Keuangan Tahunan PT. PLN dan Anak Perusahaan. ( pdf diakses 30 Desember 2011) Laporan Keuangan Tahunan PT. PLN dan Anak Perusahaan. ( pdf diakses 30 Desember 2011) Riyanto, B Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta. Santoso, S Business Forecasting Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan Minitab dan SPSS. PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia. Jakarta Siwi, DH Analisis Pengaruh Mnajemen Piutang Terhadap Stabilitas Arus Kas Dan Likuiditas Perusahaan ( Studi Kasus di PT. X ). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Suaidah, Y.M Analisis Pengaruh Utang Jangka Pendek dan Peputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada PT KALBE FARMA, TBK Tahun ). Tesis Universitas Komputer. Bandung. Sugiono, A Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Gramedia Widiasarana, Jakarta. Sugiyarso G dan Winarni F Manajemen Keuangan : Pemahaman Laporan keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal, serta Pengukuran Kinerja Perusahaan. Media Pressindo. Yogyakarta Waluyo Akuntansi Pajak. Salemba Empat. Jakarta.

76 LAMPIRAN 64

77 65 Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak Perusahaan Tahun ASET ASET TIDAK LANCAR NERACA KONSOLIDASI PT PLN DAN ANAK PERUSAHAAN TAHUN (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan rupiah) I II III IV I II III IV I II III IV Aset tetap 1.76E E E+08 2E E E E E E E E E+08 Pekerjaan dalam pelaksanaan Properti investasi Investasi jangka panjang Aset pajak tangguhan Aset Biaya ditangguhkan Aset tidak digunakan dalam operasi Piutang pihak hubungan istimewa Rekening bank dan deposito berjangka dibatasi penggunaannya Klaim biaya untuk mengembalikan uang pajak Aset tidak lancar lain Jumlah Aset tidak lancar 2.03E E E E E E E E E E E E+08

78 66 Lanjutan Lampiran 1 ASET LANCAR Kas dan setara kas Investasi jangka pendek Piutang usaha piutang subsidi listrik piutang lain-lain Persediaan Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka dan uang muka Piutang pihak berelasi Jumlah aset lancar JUMLAH ASET 2.28E E E E E E E E E E E E+08

79 67 Lanjutan Lampiran 1 ASET ASET TIDAK LANCAR I II III IV I II III IV Aset tetap 1.96E E E E E E E E+08 Pekerjaan dalam pelaksanaan E+08 Properti investasi Investasi jangka panjang Aset pajak tangguhan Aset Biaya ditangguhkan Aset tidak digunakan dalam operasi Piutang pihak hubungan istimewa Rekening bank dan deposito berjangka dibatasi penggunaannya Klaim biaya untuk mengembalikan uang pajak Aset tidak lancar lain Jumlah Aset tidak lancar 2.68E E E E E E E E+08 ASET LANCAR Kas dan setara kas Investasi jangka pendek Piutang usaha piutang subsidi listrik piutang lain-lain Persediaan Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka dan uang muka Piutang pihak berelasi Jumlah aset lancar JUMLAH ASET 3E E E E E E E E+08

80 68 Lanjutan Lampiran 1 KEWAJIBAN DAN EKUITAS EKUITAS Modal saham Tambahan modal disetor selisih penilaian kembali aset tetap selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya Jumlah Ekuitas KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Pendapatan ditangguhkan Uang Jaminan Langganan Kewajiban pajak tangguhan - bersih Kewajiban jangka panjang - setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam satu tahun Penerusan pinjaman Hutang kepada Pemerintah Hutang sewa pembiayaan Hutang bank dan surat hutang jangka menengah Hutang obligasi Hutang listrik swasta Hutang pihak hubungan istimewa Kewajiban imbalan kerja Hutang lain-lain Hutang biaya proyek Jumlah kewajiban tidak lancar

81 69 Lanjutan Lampiran 1 KEWAJIBAN DAN EKUITAS EKUITAS I II III IV I II III IV Modal saham Tambahan modal disetor selisih penilaian kembali aset tetap selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan Saldo laba Kepentingan non pengendali Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya Jumlah Ekuitas 1.26E E E E E E E E+08 KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Pendapatan ditangguhkan Uang Jaminan Langganan Kewajiban pajak tangguhan - bersih Kewajiban jangka panjang - setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam satu tahun Penerusan pinjaman Hutang kepada Pemerintah Hutang sewa pembiayaan Hutang bank dan surat hutang jangka menengah Hutang obligasi Hutang listrik swasta Hutang pihak hubungan istimewa Kewajiban imbalan kerja Hutang lain-lain Hutang biaya proyek Jumlah kewajiban tidak lancar 1.32E E E E E E E E+08

82 70 Lanjutan Lampiran 1 Hutang usaha I II III IV I II III IV I II III IV Pihak hubungan istimewa Pihak ketiga Hutang pajak Biaya masih harus dibayar Kewajiban jangka panjang jatuh tempo dalam satu tahun Penerusan Pinjaman Hutang kepada pemerintah Hutang sewa pembiayaan Hutang bank dan surat hutang jangka menengah Hutang obligasi Hutang listrik swasta Hutang pihak hubungan istimewa kewajiban imbalan kerja Hutang perolehan aset tetap Hutang lain-lain hutang jaminan langganan hutang biaya proyek Jumlah Kewajiban lancar Jumlah Kewajiban E E E E E E E E E E+08 JUMLAH EKUITAS DAN KEWAJIBAN 2.28E E E E E E E E E E E E+08

83 71 Lanjutan Lampiran I II III IV I II III IV Hutang usaha Pihak hubungan istimewa Pihak ketiga Hutang pajak Biaya masih harus dibayar Kewajiban jangka panjang jatuh tempo dalam satu tahun Penerusan Pinjaman Hutang kepada pemerintah Hutang sewa pembiayaan Hutang bank dan surat hutang jangka menengah Hutang obligasi Hutang listrik swasta Hutang pihak hubungan istimewa kewajiban imbalan kerja Hutang perolehan aset tetap Hutang lain-lain hutang jaminan langganan hutang biaya proyek Jumlah Kewajiban lancar Jumlah Kewajiban 1.74E E E E E E E E+08 JUMLAH EKUITAS DAN KEWAJIBAN 3E E E E E E E E+08

84 72 Lampiran 2. Laporan Laba Rugi Konsolidasi PT Perusahaan Listrik Negara Tahun PENDAPATAN USAHA LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI PT PLN DAN ANAK PERUSAHAAN (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan rupiah) I II III IV I II III IV I II III IV Penjualan tenaga listrik subsidi listrik dari pemerintah penyambungan pelanggan lain-lain lain-lain jumlah pendapatan usaha E E E E+08 BEBAN USAHA bahan bakar dan pelumas E+08 pembelian tenaga listrik Pemeliharaan Kepegawaian penyusutan lain-lain Jumlah Beban Usaha E E E E+08 LABA USAHA/LABA OPERASI PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Penghasilan bunga Keuntungan kurs mata uang asing - bersih Beban bunga dan keuangan - bersih Bunga atas hutang pajak selisih penilaian kembali aktiva tetap ditanggung pemerintah lain-lain - bersih Penghasilan beban lain-lain bersih LABA SEBELUM PAJAK BEBAN PAJAK LABA BERSIH DARI AKTIVITAS NORMAL LABA PER SAHAM DASAR termasuk pos luar biasa tidak termasuk pos luar biasa

85 73 Lanjutan Lampiran 2 PENDAPATAN USAHA Penjualan tenaga listrik E+08 subsidi listrik dari pemerintah penyambungan pelanggan lain-lain lain-lain jumlah pendapatan usaha E E E E+08 BEBAN USAHA bahan bakar dan pelumas pembelian tenaga listrik Pemeliharaan Kepegawaian penyusutan lain-lain Jumlah Beban Usaha E E E+08 LABA USAHA/LABA OPERASI PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Penghasilan bunga Keuntungan kurs mata uang asing - bersih Beban bunga dan keuangan - bersih Bunga atas hutang pajak selisih penilaian kembali aktiva tetap ditanggung pemerintah lain-lain - bersih Penghasilan beban lain-lain bersih LABA SEBELUM PAJAK BEBAN PAJAK LABA BERSIH DARI AKTIVITAS NORMAL LABA PER SAHAM DASAR termasuk pos luar biasa tidak termasuk pos luar biasa

86 74 Lampiran 3. Rincian Piutang Langganan (juta Rp.) Berdasarkan Klasifikasi Satuan PLN/Provinsi tahun 2006 Satuan PLN/Provinsi Umum ABRI Non ABRI Pemda BUMN Jumlah Wil. Nanggroe Aceh Darussalam , ,02 836, , , ,52 Wil. Sumatera Utara ,73 199,20 475, ,66 103, ,77 Wil. Sumatera Barat 5.798, ,42 11,52 57, , ,91 Wil. Riau ,93 39,76 189,90 492,35 334, ,88 Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu , ,70 206,33 497,18 139, ,99 Wil. Bangka Belitung 3.729,47 426,62 12,43 5,95 0, ,63 Wil. Lampung , ,95 38,23 212,29 84, ,49 Wil. Kalimantan Barat ,06 750,60 65,54 387,28 106, ,76 Wil. Kalsel dan Kalteng 8.693, ,07 56,02 73,51 2, ,57 Wil. Kalimantan Timur 6.471,85 123,43 53,90 358,27 111, ,69 Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo 8.136,79 58,54 68,90 183,98 190, ,02 Wil. Sulsel dan Sultra , , ,70 595, ,76 Wil. Maluku dan Maluku Utara , , , , , ,63 Wil. Papua 8.221, ,32 400,87 326,92 124, ,98 Dist. Bali 9.092,95 786,00 16,34 507,76 0, ,25 Wil. Nusa Tenggara Barat 1.890,88 327,38-23, ,88 Wil. Nusa Tenggara Timur 267,42 462,98 7,18 115,29-852,88 PT PLN Batam ,81 183,58 67,87 348,58 401, ,64 PT PLN Tarakan 7.302,87 144,88 128,74 772,87 58, ,89 LUAR JAWA , , , , , ,14 Dist. Jawa Timur , ,10 34,99 4,65 48, ,06 Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta ,00 413,74 59, ,29 83, ,34 Dist. Jawa Barat dan Banten ,50 972,34 524,88 274,77 20, ,68 Dist. Jaya Raya & Tanggerang , , , ,57 206, ,86 JAWA , , , ,28 358, ,94 PLN Pusat , , , ,46 INDONESIA , , , , , ,5 Keterangan : Jumlah piutang pada neraca keuangan merupakan jumlah piutang berdasarkan klasifikasi pelanggan dan klasifikasi umur piutang, sedangkan jumlah piutang pada tabel diatas merupakan piutang yang diklasifikasikan berdasarkan satuan provinsi yang tidak menghitung penyisihan piutang.

87 75 Lampiran 4. Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-Rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun 2006 Satuan PLN/Provinsi Piutang (hari) Penjualan (juta Rp.) Periode Penagihan Rata-Rata Wil. Nanggroe Aceh Darussalam , ,61 65,89 Wil. Sumatera Utara , ,07 5,25 Wil. Sumatera Barat , ,19 9,51 Wil. Riau , ,83 7,80 Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu , ,11 7,57 Wil. Bangka Belitung 4.174, ,90 8,21 Wil. Lampung , ,07 8,56 Wil. Kalimantan Barat , ,94 12,32 Wil. Kalsel dan Kalteng 9.908, ,52 4,20 Wil. Kalimantan Timur 7.118, ,39 2,95 Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo 8.639, ,84 4,69 Wil. Sulsel dan Sultra , ,28 3,94 Wil. Maluku dan Maluku Utara , ,24 90,39 Wil. Papua , ,37 12,39 Dist. Bali , ,67 2,60 Wil. Nusa Tenggara Barat 2.241, ,07 2,80 Wil. Nusa Tenggara Timur 852, ,58 1,73 PT PLN Batam , ,85 44,94 PT PLN Tarakan 8.407, ,48 24,79 LUAR JAWA , ,01 10,94 Dist. Jawa Timur , ,69 1,34 Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta , ,00 4,14 Dist. Jawa Barat dan Banten , ,78 3,38 Dist. Jaya Raya & Tanggerang , ,57 3,43 JAWA , ,76 9,60 PLN Pusat*) , ,89 - INDONESIA , ,77 9,9

88 76 Lampiran 5. Rincian Piutang Langganan (juta Rp.) Berdasarkan Klasfikasi Satuan PLN/Provinsi tahun 2007 Satuan PLN/Provinsi Umum ABRI Non ABRI Pemda BUMN Jumlah Wil. Nanggroe Aceh Darussalam , ,58 623, , , ,39 Wil. Sumatera Utara , ,62 302, ,00 29, ,80 Wil. Sumatera Barat 2.239,21 54,72 17,63 18,97 0, ,57 Wil. Riau ,89 3,11 159,49 224,19 19, ,76 Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu ,57 248,87 293,38 364, , ,68 Wil. Bangka Belitung 3.107,32 4,98 13,32 30,58 1, ,39 Wil. Lampung ,71 15,21 87,96 325,65 120, ,20 Wil. Kalimantan Barat ,37 3,27 43,82 581,55 25, ,81 Wil. Kalsel dan Kalteng 8.989,56 1,48 111,46 154,06 10, ,37 Wil. Kalimantan Timur 6.745,03 185,01 12,25 295,59 27, ,54 Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo 1.745,75 0,10 55,60 53,40 8, ,82 Wil. Sulsel dan Sultra ,25 437,27 962,38 435,93 233, ,05 Wil. Maluku dan Maluku Utara , , , , , ,60 Wil. Papua 7.883,42-39,20 350,23 27, ,32 Dist. Bali 7.937,46-37,78 40,82 0, ,38 Wil. Nusa Tenggara Barat 3.308, , ,30 Wil. Nusa Tenggara Timur ,99-263,99 PT PLN Batam ,94 422,32 87,08 338,45 365, ,73 PT PLN Tarakan 7.906,87 154,16 138,93 779,83 76, ,97 LUAR JAWA , , , , , , Dist. Jawa Timur ,72 83,97 22,47 5,97 43, ,14 Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta ,28 5,10 95, ,71 16, ,52 Dist. Jawa Barat dan Banten ,83 203,21 231, ,37 27, ,08 Dist. Jaya Raya & Tanggerang , , , ,92 40, ,05 JAWA , , , ,97 128, ,79 PLN Pusat , , , ,82 INDONESIA , , , , , ,27

89 77 Lampiran 6. Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun 2007 Satuan PLN/Provinsi Piutang (hari) Penjualan (juta Rp.) Periode Penagihan Rata-Rata Wil. Nanggroe Aceh Darussalam , ,09 84,26 Wil. Sumatera Utara , ,12 4,86 Wil. Sumatera Barat 2.330, ,39 0,82 Wil. Riau , ,23 3,37 Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu , ,56 6,83 Wil. Bangka Belitung 3.157, ,59 5,57 Wil. Lampung , ,64 7,92 Wil. Kalimantan Barat , ,53 9,12 Wil. Kalsel dan Kalteng 9.267, ,30 3,55 Wil. Kalimantan Timur 7.265, ,27 2,84 Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo 1.863, ,02 0,96 Wil. Sulsel dan Sultra , ,43 3,66 Wil. Maluku dan Maluku Utara , ,44 78,95 Wil. Papua 8.300, ,91 8,54 Dist. Bali 8.016, ,97 1,77 Wil. Nusa Tenggara Barat 3.335, ,34 3,60 Wil. Nusa Tenggara Timur 263, ,57 0,47 PT PLN Batam , ,48 42,18 PT PLN Tarakan 9.055, ,21 24,65 LUAR JAWA , ,09 9,93 Dist. Jawa Timur , ,61 0,95 Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta , ,57 1,65 Dist. Jawa Barat dan Banten , ,34 4,42 Dist. Jaya Raya & Tanggerang , ,66 2,89 JAWA , ,18 2,82 INDONESIA*) , ,75 4,48

90 78 Lampiran 7. Rincian Piutang Langganan (juta Rp.) Berdasarkan Klasfikasi Satuan PLN/Provinsi tahun 2008 Satuan PLN/Provinsi Umum ABRI Wil. Nanggroe Aceh Darussalam Non ABRI Pemda BUMN Jumlah ,63 791,42 967, , , ,96 Wil. Sumatera Utara ,48 355,20 529,40 728,43 28, ,01 Wil. Sumatera Barat 7.734,77 14,44 95,63 23,40 38, ,62 Wil. Riau ,66 209,16 198,83 323,07 28, ,95 Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu 1.324, ,52 Wil. Bangka Belitung 2.010,02 17,91 9,76 12,54 0, ,25 Wil. Lampung ,47 30,12 57,67 169,72 89, ,14 Wil. Kalimantan Barat ,74 293,59 79,73 293, ,32 Wil. Kalsel dan Kalteng 4.853,35 52,64 224,57 177,58 123, ,57 Wil. Kalimantan Timur 2.229,04 0,16 15,30 102,31 0, ,27 Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo Wil. Sulsel dan Sultra ,50-706,41 368,17 336, ,65 Wil. Maluku dan Maluku Utara , , ,13 656, , ,69 Wil. Papua 9.577,17 0,29 100, ,71 36, ,55 Dist. Bali 8.792,29-184,63 81,94 3, ,03 Wil. Nusa Tenggara Barat 1.563,50 0,19-5, ,76 Wil. Nusa Tenggara Timur ,00 840, ,97 PT PLN Batam ,31 959,91 282,05 590,37 629, ,14 PT PLN Tarakan 7.821,04 139,09 152,50 861,78 72, ,25 LUAR JAWA , , , , , ,64 Dist. Jawa Timur ,02-439,54 105,70 78, ,56 Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta Dist. Jawa Barat dan Banten ,69 127,05 387,00 Dist. Jaya Raya & Tanggerang , , ,72 JAWA , , , ,67 0,27 59,14 924,31 21, , , , , , ,09 23, ,12 541, ,77 PLN Pusat , , , ,86 INDONESIA , , , , , ,27

91 79 Lampiran 8. Rincian Penjualan, Piutang & Kecepatan Rata-rata Penagihan Berdasarkan satuan PLN/Provinsi tahun 2008 Satuan PLN/Provinsi Piutang (hari) Penjualan (juta Rp.) Periode Penagihan Rata-Rata Wil. Nanggroe Aceh Darussalam , ,53 86,46 Wil. Sumatera Utara , ,48 2,26 Wil. Sumatera Barat 7.906, ,72 2,51 Wil. Riau , ,26 3,45 Wil. Sumsel, Jambi dan Bengkulu 1.324, ,53 0,22 Wil. Bangka Belitung 2.050, ,42 3,15 Wil. Lampung , ,01 4,27 Wil. Kalimantan Barat , ,51 8,17 Wil. Kalsel dan Kalteng 5.431, ,49 1,90 Wil. Kalimantan Timur 2.347, ,08 0,81 Wil. Sulut, Sulteng dan Gorontalo ,49 - Wil. Sulsel dan Sultra , ,68 2,66 Wil. Maluku dan Maluku Utara , ,17 102,61 Wil. Papua , ,23 10,06 Dist. Bali 9.062, ,24 1,71 Wil. Nusa Tenggara Barat 1.568, ,69 1,45 Wil. Nusa Tenggara Timur 1.430, ,59 2,27 PT PLN Batam , ,93 42,54 PT PLN Tarakan 9.047, ,36 25,92 LUAR JAWA , ,42 9,02 Dist. Jawa Timur , ,60 0,90 Dist. Jawa Tengah dan Yogyakarta , ,88 1,13 Dist. Jawa Barat dan Banten , ,26 2,95 Dist. Jaya Raya & Tanggerang , ,90 3,00 JAWA , ,63 2,29 PT Indonesia Power ,42 - PLN Pusat*) , ,55 - Koreksi Pendapatan *) ,05 - INDONESIA , ,97 6,92

92 80 Lampiran 9. Hasil Perhitungan Variabel Penilaian Kinerja Piutang dengan menggunakan Microsoft Excel Tahun Triwulan Penjualan (a) Piutang ARTO Piutang Penjualan Harian ACP (b) (a x b) ( c ) (d) (c x d) I Rp 16,838,059 Rp 2,187, Rp 2,187,488 Rp 46, II Rp 34,279,612 Rp 2,187, Rp 2,187,488 Rp 93, III Rp 52,151,406 Rp 2,187, Rp 2,187,488 Rp 142, IV Rp 70,735,151 Rp 2,187, Rp 2,187,488 Rp 193, I Rp 18,120,851 Rp 2,495, Rp 2,495,279 Rp 49, II Rp 37,234,196 Rp 2,495, Rp 2,495,279 Rp 102, III Rp 56,572,872 Rp 2,495, Rp 2,495,279 Rp 154, IV Rp 76,286,195 Rp 2,495, Rp 2,495,279 Rp 209, I Rp 19,954,269 Rp 2,053, Rp 2,053,954 Rp 54, II Rp 41,017,245 Rp 2,053, Rp 2,053,954 Rp 112, III Rp 62,398,567 Rp 2,053, Rp 2,053,954 Rp 170, IV Rp 84,249,726 Rp 2,053, Rp 2,053,954 Rp 230, I Rp 20,894,442 Rp 2,390, Rp 2,390,875 Rp 57, II Rp 43,493,935 Rp 2,390, Rp 2,390,875 Rp 119, III Rp 66,483,968 Rp 2,390, Rp 2,390,875 Rp 182, IV Rp 90,172,100 Rp 2,390, Rp 2,390,875 Rp 247, I Rp 23,654,408 Rp 2,786, Rp 2,786,629 Rp 64, II Rp 49,070,489 Rp 2,786, Rp 2,786,629 Rp 134, III Rp 76,508,582 Rp 2,786, Rp 2,786,629 Rp 209, IV Rp 102,973,531 Rp 2,786, Rp 2,786,629 Rp 282, Keterangan : ARTO Account Receivable Turnover/Rasio Perputaran Piutang;ACP Average Collection Period/Periode Penagihan

93 81 Lampiran 10. Hasil Perhitungan Variabel Likuiditas dengan menggunakan Microsoft Excel Tahun Triwulan Aset Lancar Kewajiban Lancar Rasio Lancar Kas & Setara Kas Kewajiban Lancar Rasio Kas (e) (f) ( e x f) (g) (h) (g x h) I Rp25,263,775 Rp33,642, % Rp 8,527,102 Rp 33,642, % II Rp32,847,494 Rp40,218, % Rp 12,038,167 Rp 40,218, % III Rp33,885,070 Rp44,041, % Rp 10,989,526 Rp 44,041, % IV Rp28,821,273 Rp27,698, % Rp 12,968,420 Rp 27,698, % I Rp37,499,801 Rp35,747, % Rp 16,925,944 Rp 35,747, % II Rp44,503,847 Rp35,812, % Rp 23,451,528 Rp 35,812, % III Rp52,433,289 Rp40,987, % Rp 12,417,011 Rp 40,987, % IV Rp43,212,986 Rp40,276, % Rp 16,290,782 Rp 40,276, % I Rp53,232,497 Rp51,583, % Rp 10,059,515 Rp 51,583, % II Rp56,420,759 Rp56,686, % Rp 23,333,652 Rp 56,686, % III Rp53,903,536 Rp54,476, % Rp 13,108,909 Rp 54,476, % IV Rp31,075,630 Rp40,653, % Rp 6,387,627 Rp 40,653, % I Rp31,460,328 Rp41,500, % Rp 10,593,388 Rp 41,500, % II Rp32,261,338 Rp39,985, % Rp 9,379,740 Rp 39,985, % III Rp42,501,679 Rp44,292, % Rp 14,588,481 Rp 44,292, % IV Rp36,999,493 Rp37,707, % Rp 13,043,196 Rp 37,707, % I Rp53,237,581 Rp59,647, % Rp 17,217,658 Rp 59,647, % II Rp54,080,549 Rp48,851, % Rp 23,058,720 Rp 48,851, % III Rp58,137,189 Rp43,990, % Rp 18,783,973 Rp 43,990, % IV Rp45,143,194 Rp55,319, % Rp 19,716,798 Rp 55,319, %

94 82 Lampiran 11. Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas dengan menggunakan Microsoft Excel Tahun Triwulan Laba Bersih Total Ekuitas ROE EBIT Total Aset ROA (i) (j) (i x j) (k) (l) (k x l) I Rp1,051,926 Rp141,014, % Rp1,721,307 Rp228,273, % II (Rp2,267,008) Rp138,228, % (Rp997,461) Rp236,193, % III (Rp6,924,343) Rp134,060, % (Rp5,358,986) Rp236,939, % IV (Rp4,057,843) Rp139,837, % (Rp1,085,335) Rp247,917, % I (Rp851,124) Rp139,137, % (Rp435,808) Rp256,162, % II (Rp943,699) Rp139,301, % Rp238,834 Rp264,860, % III (Rp1,518,698) Rp138,970, % Rp463,207 Rp275,391, % IV (Rp5,645,107) Rp136,412, % (Rp3,098,066) Rp273,479, % I (Rp1,338,823) Rp135,417, % (Rp712,554) Rp286,825, % II (Rp1,030,281) Rp136,063, % Rp255,669 Rp292,544, % III (Rp3,323,110) Rp134,183, % (Rp1,548,658) Rp298,531, % IV (Rp12,303,716) Rp126,986, % (Rp12,191,168) Rp290,718, % I (Rp1,210,078) Rp125,931, % (Rp964,094) Rp299,828, % II Rp5,521,491 Rp133,041, % Rp6,626,825 Rp304,893, % III Rp8,346,890 Rp136,345, % Rp9,503,891 Rp322,911, % IV Rp10,355,679 Rp141,196, % Rp12,203,347 Rp333,713, % I Rp2,875,985 Rp144,408, % Rp3,196,337 Rp353,934, % II Rp6,146,746 Rp143,693, % Rp6,726,456 Rp354,581, % III Rp11,301,936 Rp149,289, % Rp12,239,647 Rp369,089, % IV Rp10,086,686 Rp149,585, % Rp11,399,860 Rp369,560, %

95 83 Lampiran 12. Hasil MAPE MAD MSD Peramalan dilakukan dengan Empat metode yang berbeda yaitu Linear, Quadratic, Eksponensial Growth dan S-Curve. Hasil pengolahan data dipilih berdasarkan tingkat akurasi pengukuran tertinggi atau dengan tingkat kesalahan terendah dan terbanyak pada setiap model yang dipilih (Santoso, 2009). Berikut adalah besar pengukuran MAPE, MAD, dan MSD dari keempat model peramalan : RASIO PERPUTARAN PIUTANG Linear Quadratic Eksponensial S-Curve MAPE 57, , ,368 Error MAD 8,5472 8,5472 8,749 Error MSD 99, , ,246 Error PERIODE PENAGIHAN RATA-RATA Linear Quadratic Eksponensial S-Curve MAPE 56,328 56,136 45,547 Error MAD 10,623 10,585 9,926 Error MSD 164, , ,566 Error RASIO LANCAR Linear Quadratic Eksponensial S-Curve MAPE 15, , ,9111 Error MAD 0,1431 0,1369 0,1439 Error MSD 0,0294 0,0287 0,0296 Error RASIO KAS Linear Quadratic Eksponensial S-Curve MAPE 31, , ,9032 Error MAD 0,0951 0,0935 0,0930 Error MSD 0,0136 0,0133 0,0140 Error RETURN ON EQUITY Linear Quadratic Eksponensial S-Curve MAPE 119,281 97,5971 Error 150,096 MAD 0,025 0,0219 Error 0,055 MSD 0,001 0,0008 Error 0,012 RETURN ON ASSET Linear Quadratic Eksponensial S-Curve MAPE 164, ,193 Error Error MAD 0,011 0,010 Error Error MSD 0,000 0,000 Error Error

96 84 Lampiran 13. Hasil Pengolahan Regresi Linear Berganda dengan menggunakan SPSS Pengaruh antara variabel Penilaian Kinerja Piutang terhadap Likuiditas Regression Y 1 Model R R Square Model Summary b Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson a a. Predictors: (Constant), Lag Y 1, X 1, X 2 b. Dependent Variable: Y 1 Model ANOVA b Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), LagY 1, X 1,X 2 b. Dependent Variable: Y 1 Model Unstandardized Coefficients B Coefficients a Standardized Coefficients Collinearity Statistics Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) X X Lag Y a. Dependent Variabel : Y 1

97 85 Lanjutan Lampiran 13 Pengaruh antara variabel Penilaian Kinerja Piutang terhadap Profitabilitas Regression Y 2 Model R R Square Model Summary b Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson a a. Predictors: (Constant), LagY 2, X 2, X 1 b. Dependent Variable: Y 2 ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), Lag Y 2, X 2, X 1 b. Dependent Variable: Y 2 Model Unstandardized Coefficients Coefficients a Standardized Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) X X Lag Y a. Dependent Variable: Y 2

98 86 Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan SPSS Analisis Normal P-Plot pada variabel Perputaran Piutang yang mempengaruhi variabel Likuiditas Periode Tahun Analisis Normal P-Plot pada variabel Perputaran Piutang yang mempengaruhi variabel Pofitabilitas Periode Tahun

99 87 Lanjutan lampiran 14 Analisis Npar Test pada variabel Penilaian Kinerja Piutang yang mempengaruhi Likuiditas Periode Tahun One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 19 Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.168 Positive.168 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.733 Asymp. Sig. (2-tailed).656 a. Test distribution is Normal. Analisis Npar Test pada variabel Penilaian Kinerja Piutang yang mempengaruhi Profitabilitas Periode Tahun One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 19 Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.093 Positive.077 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.407 Asymp. Sig. (2-tailed).996 a. Test distribution is Normal.

100 88 Lampiran 15. Uji Multikolinearitas dan Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan SPSS Uji Multikolinearitas pada variabel yang mempengaruhi Likuiditas pada PT PLN (Persero) periode tahun Collinearity Statistics Tolerance VIF Uji Multikolinearitas pada variabel yang mempengaruhi Profitabilitas PT PLN (Persero) periode tahun Collinearity Statistics Tolerance VIF Uji Heteroskedastisitas pada variabel Penilaian Kinerja Piutang yang mempengaruhi Likuiditas PT PLN (Persero) Periode Tahun Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) x x lagy Uji Heteroskedastisitas pada variabel Penilaian Kinerja Piutang yang mempengaruhi Profitabilitas PT PLN (Persero) Periode Tahun Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) x x lagy

101 89 Lanjutan lampiran 15 Analisis Scatterplot pada variabel Perputaran Piutang yang mempengaruhi variabel Likuiditas Periode Tahun Analisis Scatterplot pada variabel Perputaran Piutang yang mempengaruhi variabel Profitabilitas Periode Tahun

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 10 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Data laporan keuangan perusahaan konsolidasi digunakan sebagai dasar dari analisis manajemen piutang PT PLN (Persero). PT PLN (Persero) membutuhkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi dalam Piutang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi dalam Piutang 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Piutang Piutang adalah tagihan kepada perorangan atau badan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP STABILITAS ARUS KAS DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus di PT. X )

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP STABILITAS ARUS KAS DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus di PT. X ) ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP STABILITAS ARUS KAS DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus di PT. X ) Oleh DHAHIRI HAGYAR SIWI H 24076 030 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kondisi piutang perusahaan digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai pengelolaan piutang perusahaan. Dalam penelitian ini dari

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H 1 ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai pengaruh variable independen (Current Ratio, Debt To Equity Ratio,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai pengaruh variable independen (Current Ratio, Debt To Equity Ratio, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Analisis Hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR)

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR) BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Analisis Rasio Likuiditas BCA Syariah Rasio likuiditas ini mengukur kemampuan perusahaan atau bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat sekunder, yaitu data yang berasal dari pihak lain yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

Oleh BUDI HARTONO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh BUDI HARTONO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 65 ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka penyusunan laporan dari suatu penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tahun 2009 sampai Dalam penelitian ini, pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN. tahun 2009 sampai Dalam penelitian ini, pengambilan sampel 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah perusahaan publik yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 sampai 2013. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel

Lebih terperinci

Analisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Bandung

Analisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-16 Analisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan tentu bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan yang dapat dipergunakan untuk kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan perusahaan sejenis untuk terus mengembangkan skala usahanya. Dalam menghadapi persaingan ini perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET DENGAN BANTUAN MODEL PROGRAM SIMULASI KOMPUTER (STUDI KASUS : PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk.) Oleh Dwi Andini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba. Dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba. Dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan pengujian hipotesis. Penelitian ini menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba.

Lebih terperinci

PENGARUH TABUNGAN DAN DEPOSITO TERHADAP RENTABILITAS PADA BANK UMUM. Dewi Gusti Ayu, SE.

PENGARUH TABUNGAN DAN DEPOSITO TERHADAP RENTABILITAS PADA BANK UMUM. Dewi Gusti Ayu, SE. PENGARUH TABUNGAN DAN DEPOSITO TERHADAP RENTABILITAS PADA BANK UMUM Dewi Gusti Ayu, SE. Program Studi Manajemen Perbankan, Universitas Gunadarma (dee_wee_gusti@yahoo.com) ABSTRAK Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Bank Dunia menilai bahwa para birokrat (pemerintah) tidak mampu mengelola bisnis dengan baik, hal tersebut disebabkan bukan karena tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umum dari obyek penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil data waktu tiga

BAB III METODE PENELITIAN. umum dari obyek penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil data waktu tiga BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu dan tempat penelitian menguraikan tentang jadwal penelitian dilaksanakan dan lokasi dimana penelitian dilakukan, yang juga mencakup gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa BAB III METODE PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Jenis data yang dipakai adalah data sekunder, berupa data-data laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H24053163 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan mempelajari berbagai literatur, jurnal, karangan ilmiah dan penerbitan lainnya

BAB III METODE PENELITIAN. dan mempelajari berbagai literatur, jurnal, karangan ilmiah dan penerbitan lainnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari berbagai literatur,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan verifikatif. Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan verifikatif. Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan 28 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan kinerja keuangan Haneda Decorations adalah dengan melakukan analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data laporan keuangan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang dipublikasikan perusahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang Menurut Niswonger et al (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, pada tahun 2012 yang lalu berdasarkan riset yang dilaoprkan oleh.

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, pada tahun 2012 yang lalu berdasarkan riset yang dilaoprkan oleh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Industri manufaktur memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena industri manufaktur memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau angka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut merupakan Statistik Deskriptif variabel dependen dan variabel. Tabel 4.1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut merupakan Statistik Deskriptif variabel dependen dan variabel. Tabel 4.1 46 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Berikut merupakan Statistik Deskriptif variabel dependen dan variabel independen. Tabel 4.1 Sumber : output SPSS Dari tabel diatas dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis Analisis Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian Dalam penelitian ini obyek penelitianya adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka

BAB V PEMBAHASAN. variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka 108 BAB V PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Non-Multikolonieritas Tujuan dari Uji non-multikolonieritas adalah untuk menguji apakah pada model regresi terdapat adanya hubungan atau korelasi antar

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laba/rugi Perusahaan makanan yang terdaftar di BEI (PT. Indofood Sukses

BAB III METODE PENELITIAN. laba/rugi Perusahaan makanan yang terdaftar di BEI (PT. Indofood Sukses BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Adapun yang menjadi objek pada penelitian ini adalah neraca dan laporan laba/rugi Perusahaan makanan yang terdaftar di BEI (PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Menurut Sugiyono (2012) objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu perusahaan dapat bertahan apabila perusahaan tersebut dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaannya. Upaya ini dapat dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini merupakan keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pengaruh variabel CSR, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio terhadap Return On Asset, terlebih dahulu akan ditinjau mengenai deskripsi variabel penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN BAB 3 METODA PENELITIAN Metode penelitian merupakan sekumpulan peraturan dan prosedur atau kerangka berfikir yang digunakan untuk menguji hipoteis suatu penelitian. Metodologi penelitian berperan penting

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Hasil Penelitian 5.1.1. Analisis Statistik Deskriptif Sebelum menganalisis lebih lanjut estimasi maka perlu diuraikan terlebih dahulu deskripsi data

Lebih terperinci

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN TOTAL ASET TERHADAP RETURN ON ASSETS PADA PT XL AXIATA, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN TOTAL ASET TERHADAP RETURN ON ASSETS PADA PT XL AXIATA, Tbk. DAN ENTITAS ANAK PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN TOTAL ASET TERHADAP RETURN ON ASSETS PADA PT XL AXIATA, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Yuven Venerandy Email: vincensiusyuven@gmail.com Program Studi: Akuntansi STIE Widya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan yang dikeluarkan dari penelitian dikarenakan data Outlier.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan yang dikeluarkan dari penelitian dikarenakan data Outlier. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statisik Deskriptif Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dari laporan keuangan dari 40 perusahaan selama 3 periode, yaitu dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menanamkan modalnya agar dapat memperoleh keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menanamkan modalnya agar dapat memperoleh keuntungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana yang paling efektif untuk para investor dalam menanamkan modalnya agar dapat memperoleh keuntungan. Pengembangan pasar modal sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabelvariabel

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabelvariabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabelvariabel penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode 2006-2011 NO Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 I Komponen Modal A. Modal Inti 13,104,120 15,448,235 17,795,610 21,137,919 27,673,231 38,214,079

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam Bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan piutang yang dijalankan oleh PT. INTI kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Return On Asset (ROA) keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Return On Asset (ROA) keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Return On Asset (ROA) 2.1.1 Pengertian Return On Asset (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG (STUDI KASUS PT.UNITEX TBK BOGOR) OLEH RIA AGUSTINA H

ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG (STUDI KASUS PT.UNITEX TBK BOGOR) OLEH RIA AGUSTINA H ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG (STUDI KASUS PT.UNITEX TBK BOGOR) OLEH RIA AGUSTINA H24052360 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Ria Agustina.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian ini mencakup data tahun 2013 2015 dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh: Dewi Arum Citrawati /FE/EA. Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012

SKRIPSI. Diajukan oleh: Dewi Arum Citrawati /FE/EA. Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012 PENGARUH ROE (RETURN ON EQUITY), ROA (RETURN ON ASSETS) DAN EPS (EARNING PER SHARE) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan oleh: Dewi Arum Citrawati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website : www.idx.co.id dan melalui situs situs

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa penjualan, piutang usaha, dan arus kas operasional pada laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang serta mampu menghadapi persaingan. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri disebut profitabilitas (Sartono,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang serta mampu menghadapi persaingan. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri disebut profitabilitas (Sartono, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha untuk mencapai laba yang optimal dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Laba penting bagi perusahaan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini sekitar 3 bulan tercatat dimulai dari bulan maret 2015 hingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Penelitian ini terdiri dari empat variabel yaitu Tema Lingkungan dan Energi (X1), Tema Tenaga Kerja (X2), Tema Konsumen dan Produk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian yang dilakukan terhadap data sekunder yaitu berupa komponen-komponen laporan keuangan yang diperoleh dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur disektor 5 (consumer goods industry) periode 2008-2010. Berikut ini peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (2010:27) metode kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut

BAB III METODE PENELITIAN. (2010:27) metode kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (20 14:56), desain asosiatif kausal

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia

BAB III METODA PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012. Pemilihan periode dari tahun 2008-2012 sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

penelitian dengan judul : Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Cash Divident Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

penelitian dengan judul : Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Cash Divident Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul : Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Cash Divident Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia. B. Perumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Net Profit Margin

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Net Profit Margin 45 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Pada bagian ini akan disajikan statistik deskriptif dari semua variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Return to Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Total

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di JII pada periode

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di JII pada periode BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sekunder, yakni dengan cara mengunduh laporan ringkasan kinerja keuangan perusahaan melalui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian 58 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. XYZ Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak yang berkepentingan untuk menilai kerja dan posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Dependen. Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dalam suatu aktivitas perekonomian, baik dalam lingkup yang sempit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dalam suatu aktivitas perekonomian, baik dalam lingkup yang sempit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam suatu aktivitas perekonomian, baik dalam lingkup yang sempit maupun luas akan bertujuan untuk mencapai kemakmuran. Bertolak dari hal itu, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk tetap berjalan dengan baik suatu

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk tetap berjalan dengan baik suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan didirikan pada umumnya dengan tujuan untuk memperoleh laba yang optimal dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan dengan baik agar perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Design Penelitian Jenis atau design penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory study yaitu bahwa peneliti berusaha untuk menjelasan mengenai hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Persentase BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Analisis Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam mencari keuntungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur di bidang industri dasar dan kimia yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem

BAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan Laporan Kerja Praktek. Landasan teori yang akan dibahas ini meliputi permasalahan- permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku bisnispun secara cepat terus berubah sehingga berbagai parameter serta

BAB I PENDAHULUAN. perilaku bisnispun secara cepat terus berubah sehingga berbagai parameter serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang terus meningkat, perilaku bisnispun secara cepat terus berubah sehingga berbagai parameter serta nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bagian ini menjelaskan mengenai jenis dan sumber data, penentuan jumlah sampel serta alasan menggunakan sampel tersebut, metode pengumpulan data yang dilakukan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendapat Sugiyono (2010:13) mengenai pengertian objek penelitian

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendapat Sugiyono (2010:13) mengenai pengertian objek penelitian BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data, sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010:13) mengenai pengertian objek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi nilai statistik deskriptif variabel return, CR, ROA, DER, EPS dan Beta. Dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari laporan keuangan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan melalui internet financial reporting.

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan melalui internet financial reporting. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif yaitu menganalisis besarnya pengaruh kinerja keuangan suatu perusahaan terhadap pelaporan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel dan Data Penelitian 3.1.1. Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan menetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif merupakan metode yang mempelajari hubungan sebab akibat antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN 51 BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dengan mempertimbangkan manfaat dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka penelitian ini merupakan tipe penelitian yang membahas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian

Lebih terperinci