PEMBINAAN GENERASI MUDA DALAM RANGKA PENINGKATAN PENGAMALAN IBADAH REMAJA MASJID DI DESA TUMPAK KECAMATAN PUJUT - LOMBOK TENGAH. H.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBINAAN GENERASI MUDA DALAM RANGKA PENINGKATAN PENGAMALAN IBADAH REMAJA MASJID DI DESA TUMPAK KECAMATAN PUJUT - LOMBOK TENGAH. H."

Transkripsi

1 H. Baehaqi PEMBINAAN GENERASI MUDA DALAM RANGKA PENINGKATAN PENGAMALAN IBADAH REMAJA MASJID DI DESA TUMPAK KECAMATAN PUJUT - LOMBOK TENGAH H. Baehaqi 1 Abstrak: Generasi muda memiliki peranan yang sangat penting sebagai aktor perubahan dalam segala level kehidupan, tidak terkecuali dalam hal aktivitas religius (ibadah). Di Indonesia, banyak ditemukan organisasi kemasyarakatan yang tumbuh di sekitar masjid. Salah satu yang menonjol adalah Himpunan Remaja Masjid dengan singkatan-singkatan nama yang menggelitik. Mereka melatih kemampuan berorganisasi dalam rangka melakukan kegiatan remaja yang positif, terarah dan membina kelompok mereka menjadi Muslim terdidik, berakhlak dan berkarakter, suatu kontribusi yang sangat berarti dalam upaya pembentukan masyarakat Muslim Madani masa depan. Pemberdayaan masjid dengan melibatkan langsung masyarakat sekitarnya dengan terlebih dahulu memberikan latihan bagi para remaja masjid akan lebih terasa manfaatnya. Ide-ide dari remaja masjid diharapkan mampu diterapkan dalam pemberdayaan masjid. Untuk itu, sangatlah tepat dilakukan sosialisasi dan langkah nyata dari pemberdayaan masjid, mulai memberikan motivasi, pendidikan pelatihan, dan kerja sama kemitraan. Kata Kunci: Generasi Muda, Remaja Masjid ISU DAN FOKUS PENGABDIAN Generasi muda memiliki peranan yang sangat penting sebagai aktor perubahan dalam segala level kehidupan, tidak terkecuali dalam hal aktivitas religius (ibadah). Salah satu i katan generasi muda yang terkait dengan ibadah atau lebih spesifiknya masjid adalah remaja masjid. Dialah yang memiliki peran penting dalam menta mirkan masjid. Pada masa Rasulullah SAW, masjid setidaknya memiliki empat fungsi yaitu: (1), sebagai tempat beribadah seperti shalat, zikir dan i'tikaf. (2), masjid berfungsi untuk menjalin ukhuwah Islamiyah, (3), masjid sebagai pusat dakwah dan pendidikan dan (4), masjid sebagai tempat pemberdayaan Mataram 1 Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

2 Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014 umat dalam arti luas. Tidak mengherankan bila antusiasme masyarakat muslim hingga saat ini begitu besar dalam pembangunan masjid, lebih spesifik lagi di kalangan masyarakat Lombok NTB yang mayoritas beragama Islam. Tidak mengherankan bila Lombok dikenal dengan pulau seribu masjid. Namun, yang patut disayangkan adalah kuantitas masjid tersebut tidak dibarengi dengan kualitas aktivitas di dalamnya. Masjid semakin banyak, jama ahnya semakin sedikit serta aktivitas religius di masjid secara umum berkurang. 2 Masjid merupakan instrumen pemberdayaan umat yang memiliki peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas masyarakat. Namun hal itu harus didukung oleh manajemen pengelolaan masjid yang baik dan terpadu. Masjid dilihat dari fungsinya tidak hanya sebagai tempat atau sarana bagi umat muslim untuk melaksanakan ibadah shalat, namun masjid juga berfungsi sebagai pusat empowering (pemberdayaan) berbagai aspek kehidupan masyarakat sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Menurut Nazarudin Umar, Rasulullah tidak hanya menjadikan masjid sebagai tempat untuk pelaksanaan ibadah khusus, namun dijadikan sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat seperti tempat untuk pembinaan dan penyebaran agama Islam, sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, tempat untuk mendamaikan orang-orang yang bertikai, tempat untuk mengatur strategi dalam latihan perang (militer), tempat untuk menyampaikan pengumuman penting. Bahkan dalam masa keemasan Islam universitas ada di dalam masjid, sekarang masjid di dalam universitas. Di Indonesia, banyak ditemukan organisasi kemasyarakatan yang tumbuh di sekitar masjid. Salah satu yang menonjol adalah Himpunan Remaja Masjid dengan singkatan-singkatan nama yang menggelitik. Mereka melatih kemampuan berorganisasi dalam rangka melakukan kegiatan remaja yang positif, terarah dan membina kelompok mereka menjadi Muslim terdidik, berakhlak dan berkarakter, suatu kontribusi yang sangat berarti dalam upaya pembentukan masyarakat Muslim Madani masa depan. Ilustrasi di atas memperlihatkan betapa masjid berperan selain sebagai tempat beribadah dan berzikir memuji asma Allah, juga merupakan tempat di mana keputusan penting diambil; dimana diskusi ilmiah tentang masalah masyarakat dan pendidikan dilakukan. Hampir seluruh aspek penghidupan bermasyarakat kaum Muslimin ditangani dari masjid. Pendekatan itu memberi pencerahan mengapa mensejahterakan masjid sangat dianjurkan oleh Islam. Masjid merupakan hlm Ahmad Yusry, M.Ag, Masjid dan Pemberdayaan Masyarakat, Buletin NH, 2013, Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

3 H. Baehaqi community center, pusat penanggulangan krisis yang dihadapi masyarakat sekitarnya. Community center merupakan program penting dalam membina masyarakat untuk membangun kesaling-terkaitan antar warga. Program optimalisasi masjid sebagai community center saat ini dianggap sebagai pendekatan modern karena berupaya menyatukan warga dalam satu komunitas dan mengembangkan kekuatan masyarakat terkait untuk berbagai tujuan sosial. Hal ini telah ditunjukkan Rasulullah sejak lebih dari 14 abad lalu. Meski negara kita masih dilanda krisis ekonomi, pembangunan "tempat bersujud" tak pernah surut. Pemberdayaan masjid dengan melibatkan langsung masyarakat sekitarnya dengan terlebih dahulu memberikan latihan bagi para remaja masjid akan lebih terasa manfaatnya. Ide-ide dari remaja masjid diharapkan mampu diterapkan dalam pemberdayaan masjid. Untuk itu, sangatlah tepat dilakukan sosialisasi dan langkah nyata dari pemberdayaan masjid, mulai memberikan motivasi, pendidikan pelatihan, dan kerja sama kemitraan. Dilaksanakannya pemberdayaan remaja Masjid sebagai upaya melakukan transformasi sosial untuk menjadikan masjid semakin hidup dan dibutuhkan masyarakat sekitarnya, selain berkaitan dengan kepentingan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya ( hablum minallah), juga dibutuhkan karena perannya dalam penguatan pemberdayaan ekonomi-sosial masyarakatnya (hablum minannas). ALASAN MEMILIH DAMPINGAN Berkaitan dengan apa yang dipaparkan di atas, alasan pemberdayaan Keluarga (masyarakat) berbasis masjid ini adalah: 1. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat itu sendiri 2. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam mengenal masalah yang dihadapi oleh masyarakat 3. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam menentukan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi 4. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi dirinya dengan bantuan pikiran (tidak mesti dalam bentuk dana) KONDISI SUBYEK DAMPINGAN SAAT INI Di lokasi tempat desa binaan dilakukan, masjid hanya ramai untuk urusan ibadah ritual semata khususnya shalat fardu dan sholat jum at serta hari besar islam (PHBI) lainnya seperti maulid, Hari Raya saja. Sementara untuk kegiatan ibadah ghairu mahdah untuk kesejahteraan

4 Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014 umat seperti diskusi tentang bagaimana menjadikan masjid sebagai community center dalam hal kesejahteraan sosial sangat jarang dilakukan. KONDISI SUBYEK DAMPINGAN YANG DIHARAPKAN Berdasarkan berbagai berbagai masalah yang muncul tersebut maka terkait kondisi dampingan yang diharapkan adalah agar Masyarakat Desa (khususnya yang beragama Muslim dapat memberikan fungsi lebih atau nilai tambah bagi masjid sebagai mana penggunaan masjid dalam sejarah kemajuan islam masa lalu. Secara elaboratif, bentuk real-kongkrit kondisi dampingan yang diharapkan terkait dengan model Posdaya ini adalah: 1. Optimalisasi Remaja masjid dalam menghidupkan aktivitas religius di masjid 2. Terbentuknya pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) berbasis masjid yang dilengkapi susunan pengurus, kader dan program kerja yang dimotori oleh remaja masjid. 3. Meningkatnya partisipasi warga sekitar masjid dalam kegiatan keagamaan dan sosial berbasis masjid. 4. Tersedianya sarana pendidikan antara lain pendidikan anak usia dini berbasis masjid dan TPQ (Taman Pendidikan al -Qur an), kelompok pengajian (majlis ta lim). 5. Adanya kerjasama yang kuat dengan pihak-pihak terkait yang mendukung posdaya berbasis masjid. STRATEGI PEMBERDAYAAN Pengabdian kepada masyarakat ini dapat membantu masyarakat (keluarga di masyarakat) dalam membentuk, mengisi dan mengembangkan Posdaya pada masyarakat secara sistematis. Posdaya yang dibentuk itu merupakan wadah keluarga dan masyarakat melalui media masjid, untuk bersama-sama membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi keluarga melalui kegiatan: wirausaha, pendidikan dan keterampilan, peningkatan kesehatan serta dukungan pelestarian lingkungan sebagai upaya memperbaiki kualitas sumber daya manusia. Langkah pertama yang dilakukan TIM adalah melakukan pengabdian pada masyarakat dengan membuka ruang konsultasi dan advokasi untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen para pejabat daerah, camat, kepala desa, instansi terkait serta ta mir masjid akan pentingnya kebersamaan. Langkah selanjutnya, dilakukan pendataan dan observasi seluruh sasaran keluarga yang tinggal di wilayah masjid. Pendataan yang seksama itu bertujuan untuk mengidentifikasi dan menempatkan keluarga sasaran dan memetakannya dalam kondisi atau posisi sesuai dengan indikator yang dipergunakan, misalnya ditempatkan sebagai kelompok keluarga 64 Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

5 H. Baehaqi prasejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, III, dan III Plus. Untuk kelompok pra sejahtera dan sejahtera I dianalisis masalah dan kebutuhan mereka untuk meningkat pada posisi yang lebih baik. Kelompok keluarga sejahtera II sampai III Plus diajak ikut serta membantu keluarga yang kurang beruntung untuk mengatasi masalah melalui pendampingan. Untuk mencapai kondisi yang diharapkan perlu ditempuh beberapa strategi. Adapun strategi yang dimaksud meliputi: Pertama, yaitu melakukan mapping sosial dengan cara silaturrahmi atau kunjungan ke rumah-rumah, sehingga diketahui aktifitas sehari-hari mereka dan berbagai persoalan yang dihadapi didukung dengan transeks (telusur wilayah). Kemudian, bersama-sama komunitas, TIM PAR menemukan care problem dan main problem. Dari core problem ini akan muncul pemetaan problem mana yang mendesak yang harus ditindaklanjuti. Kedua, perencanaan program yaitu bersama-sama menentukan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang telah terumuskan; Ketiga pelaksanaan program yaitu mulai menjalankan programprogram yang sudah dirancang dalam tahap perencanaan Keempat, evaluasi program, yaitu mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan program dengan tujuan mendapatkan umpan balik sebagai bahan untuk dijadikan renungan, catatan dan pemikiran dalam rangka penyusunan program pemantapan dan sosialisasi hasil kepada pihak-pihak terkait. Strategi di atas memiliki satu keterkaitan yang tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pendekatan merupakan strategi untuk menggali berbagai data dan informasi, hal ini berkaitan dengan perencanaan program apa saja yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan, sedangkan pelaksanaan program merupakan inti dari strategi ini, tak mungkin tercapai tujuan yang diharapkan bila tidak ada tindakan nyata, dan evaluasi berkaitan dengan bagaimana pelaksanaan program yang dijalankan, apakah pelaksanaan program sudah dilaksanakan secara optimal atau belum. Adapun Langkah-langkah operasional yang dilakukan dalam menjalankan strategi diatas meliputi: a. Identifikasi Masalah/Assessment Yang dilakukan pada tahap identifikasi antara lain: 1) melakukan analisis sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya, untuk mengetahui kebutuhan, potensi, peluang serta permasalahan yang ada dengan menggunakan teknik FGD dan hasilnya terumuskan dalam analisis pohon masalah, dari hasil analisa pohon masalah kemudian dibuat

6 Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014 matrik rangking penyeselaian masalah ; 2) Melakukan analisis pihak terkait (Stake holders analysis) dengan teknik FGD dan hasilnya adalah diagram venn yang menunjukan hubungan kelembagaan; dan 3). Melakukan analisis keunggulan yaitu mengenali keunggulan yang dimiliki oleh komunitas. Dalam langkah ini peneliti mulai menemukan faktor apa yang bisa dikembangkan dengan melihat peluang-peluang yang ada pada masyarakat desa Tumpak Mawun. b. Perencanaan program/disain Proyek Identifikasi dilanjutkan Setelah dilakukan identifikasi kebutuhan, permasalahan yang dihadapi serta kekuatan dan peluang yang dimiliki, maka langkah selanjutnya adalah mendisain program secara bersama-sama dengan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, disusunlah dalam bentuk program yang dilingkupi draft logical framework untuk bahan awal yang akan dibahas kembali dalam lokakarya yang melibatkan berbagai pihak terkait untuk merumuskan dan memutuskan sasaran (goal), tujuan antara ( purpose), keluaran ( out put) serta asumsi-asumsi penting, serta siapa pelaksana program ini. Perlu didentifikasi baik pengetahuan, ketrampilan, teknis, komitmennya dan bagaimana melakukan program tersebut. Dengan demikian rencana kerja secara spesifik perlu disusun berdasarkan keluaran program dan indikator keberhasilan sebagaimana yang tertuang dalam kerangka kerja logis dan strategi yang dilaksanakan. c. Pelaksanaan dan Pemetaan Program Dalam pelaksanaan program ada beberapa pokok kegiatan penting yaitu, 1) Mengadakan sosialisasi program kepada Masyarakat Subyek Pemberdayaan, 2) melakukan persiapan sosial, yaitu kegiatan sebagai tindak lanjut dari identifikasi awal melalui berbagai pertemuan untuk memperoleh persepsi yang sama. d. Evaluasi Program Evaluasi disini bertujuan mendapatkan informasi tentang seberapa jauh keberhasilan program yang dijalankan, kendala apa yang dihadapi serta upaya apa yang harus ditempuh. Selanjutnya, bentuk lain dari daur yang disebutkan di atas akan dikombinasikan dengan teknik PAR yang biasa diterapkan yaitu Alternatif lain yang digunakan dalam kegiatan Pendampingan Generasi Muda ini adalah: 1. Tahap pra persiapan. Tahapan ini adalah awal perencanaan program secara partisipatif dengan cara melakukan pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan generasi muda di wilayah sasaran, menetapkan sasaran masjid dan kelompok ummat berdasarkan data sekunder yang dikumpulkan dan dianalisa secara 66 Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

7 H. Baehaqi kualitatif, melakukan observasi lapangan dan identifikasi sasaran yang dilakukan secara partisipatif dan selanjutnya menyusun matriks perencanaan program secara partisipatif berdasarkan observasi dan identifikasi lapangan. 2. Tahap persiapan untuk membangun dukungan dan partisipasi dari pihak-pihak terkait (asosiasi masjid, pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan sumber-sumber daya lainnya). Harapan besar dari tahapan ini adalah munculnya percepatan mobilisasi sumber daya. 3. Tahap pelaksanaan. Tahap ini dilakukan setelah persiapan minimal telah terpenuhi. Di sinilah inti dari proses pemberdayaan ummat dan disain program dibuktikan pada kerangka praktis. Pemupukan modal sosial sangat diperlukan pada tahapan ini agar energi ummat teraktualisasi. 4. Tahap pemandirian. Proses pada tahap ini diarahkan agar kelembagaan masyarakat dan kelompok-kelompok ummat mampu meneruskan aktivitas pemberdayaan secara mandiri. Ada 2 hal yang harus dipastikan tercapai pada tahapan ini, yaitu: a. kader pemberdayaan generasi muda siap mengambil peran dalam menjaga keberlanjutan program, keuangan dan kelembagaan. b. kelembagaan masjid sebagai agen pemberdayaan mempunyai kapasitas yang memadai untuk mengakses kerja sama dengan pihak-pihak terkait di luar komunitas (multi stakeholders). PIHAK YANG TERLIBAT DAN BENTUK KETERLIBATANNYA Agar dapat menjalankan fungsi dampingan secara mandiri tim akan melibatkan sejumlah pihak-pihak terkait secara emansipatoris. Oleh karena itu, pihak-pihak yang diharapkan terlibat intensif dalam dalam proses dampingan ini adalah: 1. Masyarakat Desa Tumpak yang menjadi subyek utama dampingan. Masyarakat diharapkan terlibat aktif dan intensif baik pada tataran perencanaan, aksi, sampai refleksi dan evaluasi dalam setiap program dampingan. Tim fasilitator yakin bahwa komunitas dampingan akan dapat berperan aktif mengingat isu-isu yang digarap merupakan lingkaran problematika mereka, yang dilahirkan oleh mereka sendiri dan akan dilaksanakan oleh mereka dengan keterlibatan pendamping sebagai fasilitator. 2. Elemen institusional terkait yang ada di lingkaran dampingan diharapkan juga turut mendukung aktif program dampingan, karena dapat memperkuat network bagi proses penguatan komunitas dampingan.

8 Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember Remaja Masjid Desa Tumpak juga dilibatkan serta tokoh agama, adat dan tokoh masyarakatnya. Bentuk keterlibatannya adalah memberikan informasi tambahan berkaitan realitas dan kemungkinan solusi jenis program yang akan diadakan, ditiadakan (distop) atau ditambah. 4. Kepala Desa Tumpak. Bentuk keterlibatan yang diharapkan adalah memberikan motivasi serta upaya keberlanjutan program ini di masamasa yang akan datang PROSES KEGIATAN DAMPINGAN 1. Proses Penemuan Masalah Dalam menemukan masalah pada lokasi Desa Binaan ini, ada beberapa langkah yang digunakan yaitu: Pertama, observasi. Observasi dilakukan sejak tanggal Juli 2013 sebagai bentuk dari observasi awal. Selanjutnya, observasi lebih lanjut dilakukan pada saat TIM LPM Mataram resmi dilakukan pada tanggal 16 Juli 2013 hingga seterusnya, Kedua, wawancara. Wawancara yang dimaksud disini adalah usaha memperoleh data dari narasumber dengan beberapa pertanyaan yang terarah maupun tidak terarah. Ada dua bentuk wawancara, wawancara formal dan wawancara nonformal. Wawancara formal adalah wawacara yang dilakukan kepada tokoh penting pada organisasi tertentu untuk mendapatkan informasi tertentu. Dalam hal ini, pejabat pemerintahan juga termasuk dalam tokoh penting dalam organisasi kepemerintahan. Pada wawancara formal, tokoh yang dilibatkan adalah Kepala Desa Tumpak, Sekretaris Desa Tumpak, Para Kepala Dusun Tumpak, dan staf-staf Desa lainnya. Sementara itu, wawancara nonformal adalah bentuk wawancara yang dilakukan kepada masyarakat dengan pertanyaan pertanyaan yang tidak mengikat, tapi tetap terarah untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Wawancara nonformal dilakukan kepada masyarakat biasa yang tidak memiliki ikatan resmi dengan organisasi tertentu, Ketiga, Analisis. Analisis dilakukan setelah mendapatkan data-data penting dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan. Secara spesifik kegiatan yang dilakukan dalam proses analisis ini adalah sebagai berikut : a. Melakukan analisis sosial, ekonomi, teknis, dan kelembagaan yang melibatkan berbagai pihak yang berpengaruh ( stakeholder) untuk mengetahui kebutuhan, potensi, peluang yang ada maupun permasalahan yang ada. b. Melakukan analisis pihak terkait ( stakeholder analysis) untuk mengkaji tingkat partisipasi pihak terkait ( stakeholder) yang dapat dipengaruhi. Keempat, evaluasi. Selanjutnya kami melakukan evaluasi terhadap 68 Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

9 H. Baehaqi hasil observasi, wawancara, dan analisis, untuk kemudian menguji kebenaran data dan informasi yang diperoleh. 2. Partisipasi Masyarakat Dalam proses penemuan masalah ini, partisipasi masyarakat adalah mutlak karena untuk memproleh informasi dan data yang valid tidak mungkin didapatkan kecuali dengan partisipasi masyarakat. Adapun partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah, mereka menjadi narasumber untuk dimintai keterangan akan permasalahan dalam dusun mereka, dan menjadi pihak yang turut mengevaluasi data dan informasi yang kami proleh. Yakni salah satunya adalah orang yang paling berperan di dusunnya seperti kepala dusun, tokoh agama dan tokoh masyarakat. 3. Hasil Identifikasi (Observasi) Setelah memperoleh data dari berbagai sumber, baik itu melalui wawancara atau observasi. Kemudian melakukan analisis terhadap data tersebut. Setelah pengkajian dilakukan, kelompok kami menemukan beberapa hal sebagai hasil dari usaha dalam menemukan masalah. Masalah yang menjadi penekanan dalam ha ini adalah masalah pemberdayaan remaja masjid. Dari bidang pendidikan, secara umum masyarakat Desa Tumpak memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal ini terbukti dengan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Desa Tumpak hanya sampai pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kebanyakan memilih untuk pergi merantau, bekerja kasar, dan ada juga yang menganggur. Bahkan pada warga perempuannya, lebih memilih untuk menikah dini. Akan tetapi, tidak semua masyarakat seperti yang dijelaskan di atas. Masih ada warga masyarakat yang menyadari pentingnya pendidikan. Ini ditunjukkan dengan masih ada warga yang mengenyam bangku perguruan tinggi, bahkan ada pula yang warga yang berprofesi menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi. Hanya saja anak-anak yang masih bersekolah membutuhkan belajar tambahan agar mereka siap menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, mereka juga membutuhkan motivasi yang tinggi agar mereka terus berusaha untuk belajar. Alasan memilih dampingan adalah kondisi real yang terjadi di masyarakat ( Desa Tumpak Kecamatan Pujut). Desa Tumpak merupakan desa wisata yang memerlukan dukungan dalam pembinaannya. Perhatian tersebut diwujudkan dalam bentuk mengenali masalah-masalah yang dihadapi, upaya mengatasinya serta bentuk kongkrit pemberdayaan yang diberikan. Berkaitan dengan apa yang dipaparkan di atas, alasan

10 Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014 pemberdayaan masyarakat ini adalah: a. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat itu sendiri, khususnya di bidang keagamaan b. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam mengenal masalah yang dihadapi oleh masyarakat c. Bekerja sama dengan masyarakat secara partisipatif dalam menentukan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi d. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi dirinya dengan bantuan pikiran (tidak mesti dalam bentuk dana) Untuk mencapai kondisi yang diharapkan perlu ditempuh beberapa strategi. Adapun strategi yang dimaksud meliputi: Pertama, yaitu melakukan mapping sosial dengan cara silaturrahmi atau kunjungan ke rumah-rumah, sehingga diketahui aktifitas sehari-hari mereka dan berbagai persoalan yang dihadapi didukung dengan transeks (telusur wilayah). Kemudian, bersama-sama komunitas, TIM PAR menemukan care problem dan main problem. Dari core problem ini akan muncul pemetaan problem mana yang mendesak yang harus ditindaklanjuti, Kedua, perencanaan program yaitu bersama-sama menentukan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang telah terumuskan, Ketiga pelaksanaan program yaitu mulai menjalankan program-program yang sudah dirancang dalam tahap perencanaan, Keempat, evaluasi program, yaitu mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan program dengan tujuan mendapatkan umpan balik sebagai bahan untuk dijadikan renungan, catatan dan pemikiran dalam rangka penyusunan program pemantapan dan sosialisasi hasil kepada pihak-pihak terkait. Strategi di atas memiliki satu keterkaitan yang tak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pendekatan merupakan strategi untuk menggali berbagai data dan informasi, hal ini berkaitan dengan perencanaan program apa saja yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan, sedangkan pelaksanaan program merupakan inti dari strategi ini, tak mungkin tercapai tujuan yang diharapkan bila tidak ada tindakan nyata, dan evaluasi berkaitan dengan bagaimana pelaksanaan program yang dijalankan, apakah pelaksanaan program sudah dilaksanakan secara optimal atau belum. Adapun Penjelasan dari masing-masing Kegiatan yang dilakukan adalah: 70 Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

11 H. Baehaqi 1. Identifikasi masalah Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di desa Tumpak ini merupakan salah satu bentuk implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Setiap tenaga pendidikan di kampus harus melakukan pengabdian kepada masyarakat guna memberikan efek positif kepada masyarakat, baik berupa pelatihan, pendampingan, maupun konsultasi. Agar pengabdian ini terlaksana dengan baik, perencanaan yang matang, aplikasi rencana secara sistematis, dan monitoring serta evaluasi yang terstruktur harus dilakukan agar dapat meraih hasil yang diinginkan. Pengabdian ini berbasis binaan/pendampingan. Maksudnya adalah bahwa pengabdian ini mengandalkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan sebelum diadakannya kegiatan pengabdian. Dengan strategi ini, kegiatan pengabdian yang dilakukan berorintasi kepada kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya mampu memandirikan mereka untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan mereka. 2. Perencanaan program/disain Proyek Identifikasi dilanjutkan Adapun strategi yang digunakan dalam melakukan action research ini adalah menggunakan metode yang dikemukakan oleh O Brien (2001).Dalam proses penelitian action research ini ada empat tahapan dalam melakukan penelitian ini, yaitu: a. Perencanaan (plan). Perencanaan ini dilakukan setelah memperhatikan kondisi riil di masyarakat dengan menggunakan analisis SWOT. Dalam menganalisis problematika di masyarakat dan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mungkin terjadi di masyarakat ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat di Desa Tumpak. Perencanaan ini meliputi strategi dan metode dalam memecahkan problematika yang dihadapi oleh masyarakat Desa Tumpak. Khususnya dalam hal ibadah serta optimalisasi remaja masjid b. Tindakan (action). Setelah proses perencanaan dilakukan, masyarakat Desa Tumpak mengimplementasikan rencana yang telah dibuat tersebut dengan dibantu dan difasilitasi oleh peneliti. c. Pengamatan (observe). Pengamatan dilakukan untuk memperhatikan dan menganalisis keberhasilan, kelemahan, dan kekurangan strategi dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan problematika yang terjadi di masyarakat. d. Refleksi (reflect). Usaha -usaha yang telah dilakukan dalam memecahkan problematika di masyarakat Tumpak tersebut direfleksikan dan dievaluasi, baik kekurangan, kelemahan, dan keberhasilan strategi dan metode dalam memecahkan problematika masyarakat tersebut. Refleksi dan evaluasi ini berujung kepada

12 Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014 perencanaan (plan) seperti pada poin pertama untuk menuntaskan problematika masyarakat, baik yang belum tuntas pada tahap pertama atau untuk memecahkan problematika yang baru hingga tercapai masyarakat Tumpak yang damai, sejahtera, tentram dan sakinah. 3. Pelaksanaan dan Pemetaan Program Pengabdian ini telah dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap di atas. Penjabarannya sebagai berikut: Tahap pertama: pendataan awal lokasi dan subyek dampingan. TIM Dampingan melakukan survei lapangan dan wawancara untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang dipilih sebagai lokasi pengabdian, yakni masyarakat Desa Tumpak. Dari informasi yang terkumpul, Tim Dampingan menyimpulkan bahwa masyarakat Desa Tumpak belum maksimal dalam menggunakan masjid sebagai aktivitas pemberdayaan. Tahap kedua: koordinasi dengan pihak pimpinan Desa Tumpak, untuk membina masyarakat agar menyadari pentingnya masjid sebagai pusat pemberdayaan, bukan hanya sebagai tempat ibadah, adapun bentuk dampingan yang dilakukan yaitu: 1. Menentukan bentuk kegiatan-kegiatan sebagai posdaya. 2. Menentukan waktu pembinaan serta bentuk pendekatan binaan berbasis pos daya yaitu kolektif dan individual Tahap ketiga: koordinasi dengan TIM dampingan untuk melaksanakan pendampingan baik secara individu dan Kelompok di atas. Dalam tahap pembinaan kolektif, yang dilakukan oleh Tim Dampingan adalah: a. mengumpulkan mereka di Masjid Desa Tumpak dan memberikan mereka pengarahan terkait dengan pentingnya masjid sebagai pos daya pemberdayaan. b. Menganalisis potensi yang dimiliki, misalnya tingkat patisipasi tinggi terhadap kegiatan-kegiatan yang berbasis masjid selama ini, tetapi belum diarahkan pada pemberdayaan selain ibadah. c. Memberikan bimbingan dan pelatihan yang relevan terkait dengan pemberdayaan generasi muda dalam peningkatan pengamalan beragama. Sedangkan dalam pendekatan individual, dilakukan wawancara personal serta angket untuk mengela potensi mereka. Berdasarkan ini, selanjutnya diketahui unsur utama yang menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas pemberdayaan masyarakat Desa Tumpak. Tahap empat, langkah kongkrit pembinaan masyarakat berdasarkan analisis potensi di Desa Tumpak. Untuk mengefektifkan 72 Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

13 H. Baehaqi proses pendampingan, pihak yang dilibatkan adalah perangkat Desa dan Dusun di Desa Tumpak serta Lembaga Desa yang ada di Desa Tumpak. Salah satunya adalah Karang Taruna.. Secara rinci Masalah- Masalah Yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid di Desa Tumpak adalah: 4. Refleksi/Evaluasi Program Masjid merupakan instrumen pemberdayaan umat yang memiliki peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas masyarakat. Namun hal itu harus didukung oleh manajemen pengelolaan masjid yang baik dan terpadu. Masjid dilihat dari fungsinya tidak hanya sebagai tempat atau sarana bagi umat muslim untuk melaksanakan ibadah shalat, namun masjid juga berfungsi sebagai pusat empowering (pemberdayaan) berbagai aspek kehidupan masyarakat sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Rasulullah tidak hanya menjadikan masjid sebagai tempat untuk pelaksanaan ibadah khusus, namun dijadikan sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat seperti tempat untuk pembinaan dan penyebaran agama Islam, sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, tempat untuk mendamaikan orang-orang yang bertikai, tempat untuk mengatur strategi dalam latihan perang (militer), tempat untuk menyampaikan pengumuman penting.adapun Keluaran konkret (output) yang dari program ini adalah: Terwujudnya masyarakat memiliki kesadaran untuk meningkatkan diri dalam hal keberagamaan baik ibadah mahdah maupun ghairu mahdah (pemberdayaan). PENUTUP KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Seluruh kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan diharapkan mampu menjadi program yang berkelanjutan. Keluaran konkret (output) yang dari program ini adalah: Adapun Keluaran konkret (output) yang dari program ini adalah: 1. Terwujudnya generasi muda masyarakat yang memiliki kesadaran untuk meningkatkan diri dalam hal keberagamaan baik ibadah mahdah maupun ghairu mahdah (pemberdayaan). 2. Terwujudnya masyarakat yang lebih mengoptimalkan fungsi masjid bukan hanyasebagai sarana ritual, tetapi juga sebagai pusat edukasi pemberdayaan melalui social capital berupa nilai-nilai jama ah yang telah ada dan dikembangkan. 3. Adanya Gambaran umum pedoman kegiatan pemberdayaan berbasis masjid yang diberikan berupa:

14 Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014 a. Alasan religius dan historis masjid sebagai pusat kegiatan selain sebagai ibadah seperti yang dilakukan Rasulullah SAW b. Bentuk-bentuk kegiatan yang bisa diterapkan Generasi muda masyarakat Desa Tumpak dalam upaya meningkatkan pengamalan religiusnya. DAFTAR PUSTAKA UIN Malang, Program Pemberdayaan Masyarakat, Uin Press. STAIN Surakarta, Teknik Par Dalam Pemberdayan Masyarakat (Makalah Workshop PAR di Asrama Haji Narmada yang diadakan oleh IAIN Mataram). IAIN Mataram, Format Proposal Desa Binaan 74 Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih pendekatan PAR. Dimana PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action

Lebih terperinci

Komitmen itu diperbaharui

Komitmen itu diperbaharui POS PEM8CRDAYAAH KELUARCA (POSDAYA) bangsa-bangsa lain di dunia. Rendahnya mutu penduduk itu juga disebabkan karena upaya melaksanakan wajib belajar sembilan tahun belum dapat dituntaskan. Buta aksara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan Metode yang dipakai untuk pendampingan ini adalah metodologi Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut

Lebih terperinci

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2017 PROGRAM BANTUAN DANA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STAIN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2017 A.

Lebih terperinci

INTEGRASI PENGELOLAAN PESISIR TERPADU DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH (Sintesis Paska MCRMP dari Pengalaman Kep.Seribu)

INTEGRASI PENGELOLAAN PESISIR TERPADU DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH (Sintesis Paska MCRMP dari Pengalaman Kep.Seribu) INTEGRASI PENGELOLAAN PESISIR TERPADU DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH (Sintesis Paska MCRMP dari Pengalaman Kep.Seribu) Oleh: YUDI WAHYUDIN Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB (PKSPL-IPB) PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA A. Proses Awal Pengorganisasian 1. Asessment Dalam tahap awal ini kita harus datang ke tengah-tengah masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr. BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH Dalam proses pendampingan kali ini, peneliti menggunakan metode Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia merupakan agama penutup, sekaligus sebagai penyempurna agama samawi terdahulu. Sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Participatory Action Research Berbagai kajian dalam rumpun ilmu sosiologi membenarkan bahwa modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat agar mau menerima sekaligus

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN A. Pendekatan Pendampingan Dalam pendampingan yang dilakukan peneliti, peneliti menggunakan pendekatan terhadap masyarakat dengan menggunakan metode dalam cara

Lebih terperinci

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN MAHASISWA KKNM-PPMD INTEGRATIF UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE JUNI-JULI 2011

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN MAHASISWA KKNM-PPMD INTEGRATIF UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE JUNI-JULI 2011 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN MAHASISWA KKNM-PPMD INTEGRATIF UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE JUNI-JULI 2011 Disusun oleh: BIDANG PERENCANAAN PUSBANG KULIAH KERJA NYATA MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

KKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018

KKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018 BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN KKN Terintegrasi Multisektoral PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS KKN Terintegrasi Multi Sektoral BAB

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. Pengertian PAR Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR adalah istilah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA R.I. SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT

KEMENTERIAN AGAMA R.I. SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEMENTERIAN AGAMA R.I. SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga Website:

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN A. Pendekatan Penelitian dan Pemberdayaan Dalam penelitian skripsi menggunakan pendeketan PAR. Dimana definisi PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

Weakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing

Weakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN Pada bagian identifikasi permasalah berdasarkan tugas dan fungsi Kantor

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA R.I.

KEMENTERIAN AGAMA R.I. KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBENTUKAN DAN PENDAMPINGAN POSDAYA

STRATEGI PEMBENTUKAN DAN PENDAMPINGAN POSDAYA STRATEGI PEMBENTUKAN DAN PENDAMPINGAN POSDAYA Oleh : Susilahati Koordinator Wilayah Provinsi Banten LPPM Universitas Muhammadiyah Jakarta Disampaikan pada acara Pembekalan peserta KKN Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan 9 BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Participatory Action Research Berbagai kajian dalam rumpun ilmu sosiologi membenarkan bahwa modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling menentukan masa depan karena masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa pentingnya masa-masa ini maka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masjid dalam Islam berfungsi bukan sebagai tempat sholat saja, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Masjid dalam Islam berfungsi bukan sebagai tempat sholat saja, namun juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masjid dalam Islam berfungsi bukan sebagai tempat sholat saja, namun juga berfungsi sebagai tempat sosial (pusat kebudayaan dan perkembangan umat Islam). Di

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian 34 III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian Kajian ini menggunakan tindak eksplanatif. Tindak eksplanatif adalah suatu kajian yang menggali informasi dengan mengamati interaksi dalam masyarakat. Interaksi yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Kajian Lapangan

III. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Kajian Lapangan III. METODOLOGI 3.1. Metode Kajian Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif 3). Penggunaan pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara lengkap dan mendetail tentang

Lebih terperinci

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk: PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan

Lebih terperinci

TANFIDZ MUSDA PDM KOTA SEMARANG

TANFIDZ MUSDA PDM KOTA SEMARANG TANFIDZ MUSDA PDM KOTA SEMARANG Lampiran Surat Keputusan PDM Kota Semarang Nomer : 07/ KEP/III.0/A/2011 Tanggal : 15 Rabiul Awwal 1432 H / 18 Februari 2011 M Tentang : Tanfidz Keputusan Musyawarah Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah dilakukan pemaparan hasil analisis pada bab lima, maka ada beberapa hal penting terkait transformasi permukiman kumuh kreatif di Kota Bandung. Pemaparan akan dilakukan

Lebih terperinci

Draft : GBHP. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Pengertian. 1.2 Landasan. 1.3 Tujuan. 1.4 Sistematika. Bab 2 Bidang-Bidang BP HIMATIKA ITB Periode

Draft : GBHP. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Pengertian. 1.2 Landasan. 1.3 Tujuan. 1.4 Sistematika. Bab 2 Bidang-Bidang BP HIMATIKA ITB Periode Draft : GBHP Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian 1.2 Landasan 1.3 Tujuan 1.4 Sistematika Bab 2 Bidang-Bidang BP Periode 2012-2013 2.1 Internal 2.2 Eksternal 2.3 Kemahasiswaan Bab 3 Penutup Bab 1 Pendahuluan

Lebih terperinci

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA TRANSFORMATIF POSDAYA BERBASIS MASJID INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA TRANSFORMATIF POSDAYA BERBASIS MASJID INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA LAPORAN KULIAH KERJA NYATA TRANSFORMATIF POSDAYA BERBASIS MASJID INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA Disusun Oleh Kelompok 56 Desa Cermo, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Nama Anggota: 1. Abdul Ghofur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsannya. Secara pedagogis,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Riset Aksi Partisipatif Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu Sudimoro ini metode yang digunakan adalah PAR (Participatory Action

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar di berbagai pemukiman masyarakat muslim, maka masjid adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebar di berbagai pemukiman masyarakat muslim, maka masjid adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masjid adalah sebagai pusat kegiatan keagamaan dan keberadaannya tersebar di berbagai pemukiman masyarakat muslim, maka masjid adalah menjadi institusi terpenting

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS. Peningkatan Pemberdayaan UPPKS Al-Riska Melalui Inovasi Pengemasan Produk di Kota Tanjung Balai. Alkhafi Maas Siregar

PENERAPAN IPTEKS. Peningkatan Pemberdayaan UPPKS Al-Riska Melalui Inovasi Pengemasan Produk di Kota Tanjung Balai. Alkhafi Maas Siregar Peningkatan Pemberdayaan UPPKS Al-Riska Melalui Inovasi Pengemasan Produk di Kota Tanjung Balai Alkhafi Maas Siregar Abstrak Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Pendekatan Penelitian Pada pemahaman konsep PAR Participatory Action Research secara khusus menjelaskan beberapa aspek yaitu pengertian, sejarah, dasar filosofi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai 293 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai tujuan, yakni menghasilkan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang

Lebih terperinci

Disajikan oleh: Dr. FAUZI, M.Ag. (Dosen FTIK IAIN Purwokerto)

Disajikan oleh: Dr. FAUZI, M.Ag. (Dosen FTIK IAIN Purwokerto) PENGUATAN KELEMBAGAAN ORGANISASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN UNTUK MEWUJUDKAN TATA KELOLA ORGANISASI YANG MANDIRI Disajikan oleh: Dr. FAUZI, M.Ag. (Dosen FTIK IAIN Purwokerto) PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN 11/4/2010 [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR...3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI...4 PELAKSANAAN PELATIHAN MASYARAKAT...8

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangwungulor ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangwungulor ini penulis menggunakan metode Participatory Action research 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Selama proses penelitian dan pendampingan yang dilakukan di Desa Karangwungulor ini penulis menggunakan metode Participatory Action research (PAR).

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA R.I.

KEMENTERIAN AGAMA R.I. KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pendekatan analisis SWOT yang telah dilakukan pada pembahasan terdahulu dalam upaya memperkuat kelembagaan Unit Pelaksana Teknis Pendidikan pada

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016 Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat 2016-2020 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016 Kata Pengantar Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu Tri

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun

BAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun BAB II METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian PAR a. Epistemologi Metode penelitian yang akan digunakan sebagai acuan penelitian di lapangan adalah riset aksi. Diantara nama-namanya, riset aksi sering

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,

Lebih terperinci

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA PANDUAN PELAKSANAAN: MEMBUKA DATA DARI BAWAH Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan

Lebih terperinci

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses Panduan Pelaksanaan 25 Agustus 2015 JAKARTA Panduan Pelaksanaan: Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : Mengingat a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 30 METODOLOGI PENELITIAN Metode Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pilihan strategi studi kasus. Menurut Moleong (2005), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN Dalam melakukan penelitian ini, peneliti ini menggunakan metode riset aksi. Bahwa peneliti ikut terlibat aktif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. riset aksi sering dikenal dengan Participatory Action Research (PAR).

BAB III METODE PENELITIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. riset aksi sering dikenal dengan Participatory Action Research (PAR). 59 BAB III METODE PENELITIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH A. Epistimologi Pendekatan penelitian yang dipakai adalah riset aksi. Di antara namanamanya, riset aksi sering dikenal dengan Participatory Action

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI MAJELIS TA LIM DESA RAMBAH HILIR TIMUR

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI MAJELIS TA LIM DESA RAMBAH HILIR TIMUR VII. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI MAJELIS TA LIM DESA RAMBAH HILIR TIMUR Majelis ta lim sebagai lembaga pendidikan non formal, sebagai lembaga da wah islam mempunyai peran strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian kepada masyarakat. Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan. salah satu persyaratan dan kelulusan mahasiswa.

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian kepada masyarakat. Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan. salah satu persyaratan dan kelulusan mahasiswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kuliah Kerja Nyata (KKN) diartikan sebagai keintegrasian secara menyeluruh baik dibidang keahlian atau disiplin ilmu pengetahuan untuk mengaplikasikan teori-teori yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal Lima Langkah untuk Membantu Organisasi Masyarakat Sipil Berhasil Menerapkan Data Terbuka dengan Baik Panduan Pelaksanaan JAKARTA Panduan Pelaksanaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan. diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena pemuda bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan. diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena pemuda bukanlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kepemudaan merupakan mata rantai tak terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Keberhasilan

Lebih terperinci

Oleh : Cahyono Susetyo

Oleh : Cahyono Susetyo PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS KELOMPOK Oleh : Cahyono Susetyo 1. PENDAHULUAN Perencanaan partisipatif yang saat ini ramai didengungkan merupakan suatu konsep yang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. memiliki prinsip rahmatan lil alamin. Agama yang mengatur kehidupan manusia secara keseluruhan, detail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. ANALISA SITUASI PROBLEMATIK Tanah merupakan lambang kekuasaan terpenting dari seorang petani, dari mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan di tanah,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

PANDUAN SURVEI LAPANGAN KKN TEMATIK TAHUN 2018

PANDUAN SURVEI LAPANGAN KKN TEMATIK TAHUN 2018 PANDUAN SURVEI LAPANGAN KKN TEMATIK TAHUN 2018 Tema : Pemberdayaan Potensi Desa untuk mewujudkan masyarakat desa yang aman, mandiri, terintegrasi dan negarawan berdasarkan Iman Ilmu Amal BIDANG GARAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan 1.2 Lokasi Kegiatan 1.3 Bidang Kegiatan 1.4 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan 1.2 Lokasi Kegiatan 1.3 Bidang Kegiatan 1.4 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan Pengembangan Taraf Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan, Kesehatan, dan Peningkatan Produktivitas di Desa Pemuteran. 1.2 Lokasi Kegiatan Kuliah Kerja

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian yang telah 123 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan kepada masyarakat yang terlibat dan dianggap mempunyai kontribusi

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN MASJID

FUNGSI DAN PERAN MASJID FUNGSI DAN PERAN MASJID Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 113 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian, Karang Taruna RW 10 yang berada di Cireundeu, tidak menjalankan organisasi sesuai dengan fungsinya.

Lebih terperinci