BAB III POTENSI DASAR PENDAPATAN ASLI DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III POTENSI DASAR PENDAPATAN ASLI DAERAH"

Transkripsi

1 BAB III POTENSI DASAR PENDAPATAN ASLI DAERAH 3.1. Dinas Kelautan dan Perikanan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor perikanan dan kelautan DIY bersumber dari berbagai aktivitas di UPTD Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) DIY. Dislautkan DIY dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2001, Jo Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Yogyakarta. Dislautkan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang kelautan dan perikanan, kewenangan dekonsentrasi serta pembantuan yang diberikan oleh pemerintah. Terkait dengan PAD, fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan seperti yang dituangkan dalam situs resminya adalah sebagai pelaksana koordinasi perizinan di bidang kelautan dan perikanan, pengujian dan pengawasan muut perikanan, pelayanan umum sesuai kewenangannya, dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Sesuai dengan struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, satuan kerja yang ada di Dinas Kelautan dan Perikanan terdiri atas satu kesekretariatan, tiga bidang (bidang kelautan dan pesisir, perikanan, dan bina usaha), dan 2 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yaitu UPTD Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan (BPTKP) berkedudukan di Cangkringan, Kabupaten Sleman dan UPTD Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng, di Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Unit kerja penghasil PAD di Dinas Kelautan dan Perikanan DIY berasal dari UPTD BPTKP, UPTD PPP, dan kantor Dinas Kelautan dan Perikanan. Penyumbang terbesar PAD di Dinas Perikanan adalah UPTD BPTKP sehingga UPTD BPTKP merupakan tulang punggung sumber penerimaan PAD di sektor Perikanan dan Kelautan DIY. Penarikan PAD di Dinas Kelautan dan Perikanan diatur berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perubahan Tarif Retribusi Jasa Usaha dan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Tarif 61

2 Retribusi Perizinan Tertentu. Retribusi jasa usaha di Dinas Kelautan dan Perikanan DIY terdiri atas retribusi pemakaian kekayaan daerah (sewa penggunaan lahan, jasa sertifikasi pengawasan mutu hasil perikanan di LPPMHP, dan jasa pengujian laboratoium di BPTKP), retribusi jasa usaha (pengelolaan pelabuhan perikanan pantai), retribusi penjualan produksi usaha daerah di unit kerja budidaya air tawar, payau, dan laut, sedangkan retribusi perizinan tertentu meliputi izin usaha perikanan (SIUP, SIPI, dan SIKPI). Penjelasan rinci mengenai unit penghasil PAD dan sumber penerimaannya adalah sebagai berikut: Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan. Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan (BPTKP) adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan memiliki tugas dan fungsi yang tercantum dalam Peraturan Gubernur Nomor 39 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis pada DInas Kelautan dan Perikanan. BPTKP bertugas menyelenggarakan pengembangan teknologi budidaya air Tawar, air payau, dan air laut. Dalam melaksanakan teknis operasional, BPTKP mengelola kegiatan pengembangan budidaya air tawar, air payau dan air laut. Tugas utama BPTKP adalah di bidang perbenihan dan pengelolaan induk atau calon induk ikan/udang serta pengembangan dan penerapan teknologi budidaya. Selain itu, BPTKP juga memberikan layanan teknis pengendalian hama dan penyakit ikan (HPI). Dalam melaksanakan tugasnya, BPTKP memiliki tujuh unit kerja yaitu: Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) sebanyak empat unit, Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) sebanyak dua unit, dan Unit Kerja Budidaya Air Laut (UK BAL) sebanyak unit. Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) meliputi UK BAT Cangkringan, Wonocatur, Sendangsari, dan Bejiharjo. Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) meliputi UK BAP Samas dan UK BAT Congot, sedangkan Unit Kerja Budidaya Air Laut (UK BAL) adalah UK BAL Sundak. 1. Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Cangkringan Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Cangkringan terletak di Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. UK BAT Cangkringan memiliki lahan seluas 7,5 ha dengan kolam yang dimiliki seluas 4,5 ha. Jumlah karyawan yang ada di UK BAT Cangkringan pada tahun 2013 adalah sebanyak 12 orang yang terdiri atas 10 orang Pegawai 62

3 Negeri Sipil (PNS) dan 2 orang tenaga honorer (PTT). Rincian fasilitas yang ada di UK BAT Cangkringan adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Fasilitas di UK BAT Cangkringan No. Peruntukan Jumlah (buah) Luas Keterangan 1. Kolam 103 4,7179 ha Kondisi baik 2. Bak m 2 Kondisi baik 3. Gedung ,5 m 2 Kondisi baik 4. Bangsal kerja 2 433,8 m 2 Kondisi baik 5. Laboratorium m 2 Kondisi baik 6. Pasar ikan petani m 2 Kondisi baik 7. Conical tank 2 20 m 3 Kondisi baik 8. Jalan aspal, parkir, halaman 1 300m 2 x 2 Kondisi baik Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008 Penerimaan PAD di UK BAT Cangkringan bersumber pada retribusi penjualan produksi usaha daerah dan penyewaan aset. Produk yang dijual UK BAT Cangkringan meliputi penjualan induk, benih, telur, dan ikan konsumsi. Komoditas ikan yang dihasilkan selama periode diantaranya adalah ikan mas, nila merah, nila hitam, tawes, gurami, lele, grass carp, udang galah, dan lobster. Total benih yang diproduksi UK BAT Cangkringan pada tahun 2013 adalah sebanyak ekor yang terdiri atas benih ikan mas ( ekor), nila merah ( ekor), dan nila hitam ( ekor), sedangkan ikan konsumsi yang dijual adalah nila hitam sebanyak kg. Dari sisi produksi benih, terjadi peningkatan produksi dibandingkan tahun sebelumnya dimana jumlah produksi pada tahun 2012 adalah sebanyak ekor. Namun jika dilihat dari penjualan induk, terjadi penurunan yang signifikan dimana pada tahun 2013 UK BAT Cangkringan tidak memproduksi induk. Hal tersebut berbeda dengan pola penerimaan pada tahun-tahun sebelumnya dimana UK BAT Cangkringan selalu memproduksi induk dan benih ikan, bahkan produksi induk UK BAT Cangkringan pernah mencapai kg pada tahun

4 Gambar 3.1. Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAT Cangkringan, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) Poly. (Realisasi (Rp)) Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, (diolah) Target PAD yang dibebankan kepada UK BAT Cangkringan selama periode dapat dikatakan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hanya pada tahun 2010 dan 2011, tidak terjadi peningkatan target PAD. Target PAD yang dibebankan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp dan meningkat menjadi Rp pada tahun Ratarata peningkatan target PAD selama periode adalah sebesar 7% per tahun, bahkan pada tahun 2012 dan 2013 pertumbuhan target PAD yang dibebankan pada UK BAT Cangkringan mencapai 21%. Penerimaan PAD di UK BAT Cangkringan dapat dikatakan cenderung fluktuatif dimana pada tahun 2009, 2011, dan 2013 mengalami pertumbuhan penerimaan, sedangkan pada tahun 2007, 2008, 2010, dan 2012 mengalami penurunan penerimaan. Secara agregat, rata-rata peningkatan penerimaan PAD UK BAT Cangkringan adalah sebesar 11,19% (realisasi penerimaan tahun 2006 sebanyak Rp dan tahun 2013 sebanyak Rp ) dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 58,1%, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 30,58%. Penurunan tersebut disebabkan adanya erupsi Gunung Merapi yang mengakibatkan banyak induk dan benih yang mengalami kematian karena debu erupsi. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAT Cangkringan selalu mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 159,1% (target sebesar Rp dan realiasai sebesar Rp ). Hanya pada tahun 2008, 64

5 UK BAT Cangkringan tidak mampu mencapai target dimana rasionya hanya sebesar 95,73% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ). Dengan demikian, dengan trend pertumbuhan yang positif dan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan asli daerah, UK BAT Cangkringan diharapkan mampu mempertahankan atau meningkatkan perfoma kerja untuk peningkatan mutu hasil produksi dan sumbangan yang lebih besar terhadap pendapatan asli daerah. 2. Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur Pada awalnya Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur berlokasi di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul dengan luas lahan sekitar 2 hektar, namun pada bulan Juli 2008 lokasi Unit Kerja BAT Wonocatur pindah ke Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. UK BAT Wonocatur menempati sebagian dari area UK BAT Cangkringan tepatnya di bagian barat. UK BAT Wonocatur menempati tanah seluas 1,155 hektar, yang terdiri atas lahan untuk perkolaman 0,575 ha, lahan hatchery, gudang pupuk dan kapur serta bangunan kantor 0,192 ha dan untuk lain-lain 0,388 ha. Kondisi kolam secara umum dapat dikatakan baik dengan bangunan permanen dan berdinding tembok/beton.pelaksanaan kegiatan teknis dan administrasi di UK BAT Wonocatur didukung oleh 5 karyawan yang semuanya berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Penerimaan PAD di UK BAT Wonocatur bersumber pada penjualan produksi usaha daerah. Produk yang dijual UK BAT Wonocatur meliputi penjualan induk, ikan konsumsi, dan benih ikan. Komoditas ikan yang diproduksi selama periode adalah ikan mas, nila hitam, nila merah, lele, dan tawes. Setelah adanya reorientasi produksi yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, UK BAT Wonocatur difokuskan untuk memproduksi komoditas lele (induk dan benih). Total induk yang dihasilkan UK BAT Wonocatur pada tahun 2013 adalah sebanyak 467 kg (lele), sedangkan total benih yang diproduksi adalah sebanyak ekor yang terdiri atas benih lele ( ekor), nila hitam ( ekor), dan nila merah ( ekor). Produksi benih pada tahun 2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan produksi tahun 2012 yang hanya berjumlah ekor. Produksi benih tertinggi yang dihasilkan UK BAT Wonocatur terjadi pada tahun 2011 dengan produksi sebanyak ekor, sedangkan produksi induk tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak kg. 65

6 Gambar 3.2. Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAT Wonocatur, ,000,000 40,000,000 35,000,000 30,000, ,000,000 20,000, ,000, ,000,000 5,000, Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) Poly. (Realisasi (Rp)) Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, (diolah) Penerimaan PAD yang ditargetkan kepada UK BAT Wonocatur selama tahun tidak mengalami peningkatan yaitu hanya sebesar Rp , peningkatan target PAD baru terjadi pada tahun 2012 menjadi Rp , kemudian meningkat menjadi Rp pada tahun Penerimaan PAD di UK BAT Wonocatur selama tahun cenderung stagnan yaitu pada kisaran angka Rp Kenaikan penerimaan PAD secara signifikan terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp (173,12%), kemudian mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi Rp (- 31,48%), dan meningkat kembali menjadi Rp (10,78%). Rata-rata peningkatan target selama tahun adalah sebesar 11,16%, sedangkan rata-rata peningkatan realisasi penerimaan adalah sebesar 21,63%. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAT Wonocatur selalu mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 276,71% (target sebesar Rp dan realiasai sebesar Rp ), sedangkan rasio pencapaian terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 100,44% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ). 66

7 3. Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Bejiharjo Unit Kerja Budiddaya Air Tawar (UK BAT) Bejiharjo berada di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. UK BAT Bejiharjo memiliki luas lahan seluas 1,8 Ha yang terdiri atas bangunan dan gedung kantor seluas 0,7 Ha dan kolam seluas 1,1 Ha. Tenaga kerja berjumlah 4 orang, terdiri dari 1 orang PNS dan 3 orang tenaga honorer. Rincian fasilitas yang ada di UK BAT Bejiharjo adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Fasilitas di UK BAT Bejiharjo No. Peruntukan Jumlah Luas (m 2 ) Keterangan (buah) 1. Kolam pendederan Baik 2. Kolam induk Baik 3. Kolam penetasan 4 123,2 Baik 4. Kolam pemijahan 1 65 Baik 5. Kolam penampungan benih Baik 6. Bak pembenihan 2 6 Baik 7. Bak filter 1 50 Baik 8. Rumah jaga 1 72 Baik 9. Kantor 1 99 Baik 10. Gudang pakan 1 60 Baik 11. Kolam Tandon Baik 12. Pagar Keliling 1 unit Baik 13. Pagar Kantor keliling 1 unit 180 baik 14. Gudang Pupuk 1 30 baik Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008 Penerimaan PAD di UK BAT Bejiharjo bersumber pada penjualan produksi usaha daerah. Produk yang dijual di UK BAT Bejiharjo diantaranya adalah induk, ikan konsumsi, dan benih. Komoditas ikan yang diproduksi selama periode adalah ikan mas, nila hitam, nila merah, tawes, dan lele. Setelah adanya reorientasi produksi yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, UK BAT Bejiharjo difokuskan untuk memproduksi komoditas lele (induk dan benih). Produksi induk tertinggi di UK BAT Bejiharjo terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 577 kg, sedangkan produksi ikan konsumsi hanya terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 102,75 kg (tahun tidak memproduksi ikan konsumsi). Dari sisi produksi benih, produksi puncak terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak ekor, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2007 yang hanya memproduksi benih sebanyak ekor. Pada tahun 2013, produksi induk adalah sebanyak 255 kg (khusus lele), sedangkan produksi benih di UK BAT Bejiharjo sebanyak ekor dengan komoditas 67

8 lele menyumbang produksi tertinggi yaitu sebanyak ekor, diikuti tawes sebanyak ekor, ikan mas ( ekor), dan nila merah ( ekor). Produksi benih pada tahun 2013 masih di bawah produksi puncak, namun jika dibandingkan produksi pada tahun 2012 yang hanya ekor yang mana berartoi telah terjadi kenaikan produksi benih sebanyak Gambar 3.3. Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAT Bejiharjo, ,000,000 45,000,000 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000, Target Realisasi Persentase (%) Poly. (Realisasi) Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, (diolah) Rata-rata pertumbuhan target PAD yang dibebankan kepada UK BAT Bejiharjo selama periode adalah sebesar 24,61% dengan pertumbuhan target tertinggi terjadi pada tahun 20o9 yaitu sebanyak 100%. Target PAD pada tahun 2006 adalah sebesar Rp , pada tahun 2008 target meningkat menjadi Rp , kemudian meningkat 100% menjadi Rp pada tahun 2009, hingga kemudian meningkat menjadi Rp pada tahun Dari sisi penerimaan PAD, realisasi penerimaan PAD pada tahun 2006 adalah sebesar Rp hingga kemudian meningkat menjadi Rp pada tahun Rata-rata pertumbuhan realisasi PAD selama periode adalah sebesar 25,34%, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 106,23%. Kenaikan pertumbuhan realisasi penerimaan yang tinggi pada tahun tersebut berjalan seiring dengan kenaikan target PAD yang signifikan (100%) sehingga dapat disimpulkan selama periode tersebut bahwa kenaikan realisasi penerimaan PAD di UK BAT Bejiharjo bergantung pada 68

9 target yang ditetapkan.jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAT Bejiharjo selalu mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 163,84% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ), sedangkan rasio pencapaian terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 101,34% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ). 4. Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Sendangsari Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Sendangsari merupakan salah satu unit kerja Budidaya Air Tawar UPTD BPTKP pada Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pusat pengembangan budidaya air tawar khususnya untuk komoditas gurame. UK BAT Sendangsari berada di Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo dan dibangun pada tahun 1980 dengan sumber Anggaran Proyek Bangun Desa. UK BAT Sendangsari berada pada ketinggian 200 m dpl dengan luas areal seluruhnya adalahsebesar 2,5 Ha yang meliputi bangunan kolam seluas 1,7 Ha dan sisanya seluas 0,8 Ha digunakan untuk bangunan kantor, gudang, dan pekarangan. Tenaga kerja berjumlah 6 orang. Rincian fasilitas yang ada di UK BAT Sendangsari adalah sebagai berikut: Tabel 3.3. Fasilitas di UK BAT Sendangsari No. Peruntukan Jumlah (buah) Luas total Keterangan 1. Kolam 24 1,8 ha Baik 2. Kolam permanen m 2 Baik 3. Bak m 2 Baik 4. Bak pengendapan 1 20 m 3 Rusak 5. Hatchery 1 60 m 2 Baik 6. Kantor BBI m 2 Baik 7. Rumah dinas 1 70 m 2 Baik 8. Gudang 1 12 m 2 baik 9. Pagar duri m 2 Baik 10. Gudang Pupuk 1 33 m 2 Baik Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008 Penerimaan PAD di UK BAT Sendangsari bersumber pada penjualan produksi usaha daerah. Produk yang dijual di UK BAT Sendangsari diantaranya adalah ikan konsumsi, induk, benih, dan telur ikan.komoditas ikan yang diproduksi selama periode diantaranya adalah ikan mas, tawes, nila hitam, nila merah, lele, dan gurami.khusus untuk telur, semua produk yang dijual merupakan telur gurami. Setelah adanya reorientasi produksi yang 69

10 dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, UK BAT Sendangsari difokuskan untuk memproduksi komoditas gurami (induk, benih dan telur). Pada periode , produksi benih tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak ekor, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak ekor. Untuk induk, produksi tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak kg, namun produksi induk tidak kontinyu setiap tahun dimana produksi induk hanya terjadi pada tahun 2008, 2010, dan Produksi ikan konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 519 kg, sama seperti produk induk, produksi ikan konsumsi juga tidak kontinyu setiap tahun dengan produksi hanya terjadi pada tahun 2007, 2008, dan Produksi telur gurami di UK BAT Sendangsari dimulai pada tahun 2010 dengan produksi sebanyak telur dan berlanjut hingga tahun 2013 dengan produksi sebanyak telur. Pada tahun 2013, UK BAT Sendangsari hanya memproduksi benih, ikan konsumsi, dan telur ikan. Produksi benih pada tahun 2013 adalah sebanyak ekor (gurami sebanyak ekor dan nila hitam sebanyak ekor), produksi ikan konsumsi sebanyak 78 kg dimana seluruhnya adalah komoditas nila hitam, dan produksi telur gurami sebanyak telur. Gambar 3.4. Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAT Sendangsari, ,000,000 45,000,000 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000, Target Realisasi Persentase (%) Poly. (Realisasi) Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, (diolah) Target PAD yang dibebankan kepada UK BAT Sendangsari selama tahun tidak mengalami peningkatan yang signifikan yaitu hanya berkisar antara Rp

11 dengan target PAD selama tahun tidak mengalami peningkatan yaitu hanya sebesar Rp Target PAD kemudian naik 11,43% pada tahun 2012 menjadi Rp dan pada tahun selanjutnya meningkat 12,82% menjadi Rp Pola realisasi penerimaan PAD di UK BAT Sendangsari juga mengikuti pola target PAD yang dibebankan dimana penerimaan PAD berkisar antara Rp Kenaikan penerimaan PAD secara signifikan terjadi pada tahun 2012 yaitu menjadi Rp (19,08%), kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi Rp (-0,53%). Nila rata-rata peningkatan target PAD dan realisasi penerimaan selama periode di UK BAT Sendangsari dapat dikatakan sama dimana rata-rata peningkatan target PAD adalah sebesar 4,86%, sedangkan rata-rata peeningkatan realisasi penerimaannya sebesar 4,90%. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAT Sendangsari selalu mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 113,64% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ), sedangkan rasio pencapaian terendah terjadi pada tahun 2006 yang hanya sebesar 100,00% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ). 5. Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) Samas Unit Kerja BAP Samas sebelumnya bernama Balai Benih Udang Galah (BBUG) Samas, yang dibangun pada tahun 1983/1984 melalui Anggaran APBN (Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian) dan mulai beroperasional pada tahun Sesuai dengan SOTK tahun 2009 nama Balai Benih Udang Galah (BBUG) Samas diganti menjadi Unit Kerja Budidaya Air Payau (UKBAP) Samas. UK BAP Samas mempunyai lahan seluas 5,5 Ha yang terletak di tepi pantai Samas dengan topografis berupa dataran pasir. UK BAP Samas terletak di Dusun Ngepet, Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) Samas sebagai salah satu pusat hatchery udang galah memproduksi benih yang unggul, untuk memenuhi kebutuhan benih petani khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam rangka meningkatkan produksi benih yang bermutu baik dan kontinyu, UK BAP Samas senantiasa melakukan kerjasama penelitian (cooperative breeding system/ CBS ) dengan Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi yang berada dalam struktur organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Pada awal tahun 2012 induk dan calon induk udang galah di UK BAP Samas terinfeksi virus MrNV (Macrobrachium roserbergii Noda Virus). Berdasarkan uji laboratorium dan rekomendasi dari Laboratorium Hama dan Penyakit Ikan Jurusan Perikanan Universitas Gajah 71

12 Mada dan dan Laporan Hasil Uji Laboratorium Uji BBPBAP Jepara, maka induk dan calon induk harus dimusnahkan dengan cara dibakar kemudian dikubur. Pemusnahan induk udang galah sebanyak ekor (219 kg) dilakukan pada tanggal 22 Maret Unit Kerja BAP Samas terhitung sejak tahun 2013 sudah menjalin kerjasama dengan pihak perguruan tinggi/akademisi dalam rangka pemuliaan udang galah, yaitu Jurusan Perikanan dan Fakultas Biologi UGM. Kerjasama ini diharapkan bersifat saling menguntungkan dan bersinergi sehingga kegiatan pemuliaan udang galah di UK BAP Samas dapat berjalan lancar. Segala bentuk kerjasama yang sudah terjalin diharapkan dapat terus berjalan, dan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih berguna kepada para pelaku budidaya udang galah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2008, karyawan UK BAP Samas berjumlah 13 orang yang seluruhnya berstatus PNS. Menurut pendidikannya, karyawan di UK BAP Samas yang berpendidikan S1 sebanyak 3 orang, sarjana muda sebanyak 2 orang, SMAsebanyak 2 orang, dan SMP sebanyak 6 orang. Rincian fasilitas yang ada di UK BAP Samas adalah sebagai berikut: Tabel 3.4. Fasilitas di UK BAP Samas No. Uraian Luas (m²) Jumlah 1. Rumah Hatchery unit 2. Kantor 54 1 unit 3. Rumah pimpinan unit 4. Laboratorium unit 5. Aula unit 6. Rumah jaga 36 3 unit 7. Rumah jaga 70 2 unit 8. Rumah genset 12 1 unit 9. Rumah pumpa air 9 3 unit 10. Kolam biokrit unit 11. Kolam pembesaran unit 12. Kolam pematang induk unit 13. Pagar tembok. T. 1,5 m P. 105 m - 1 unit Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008 Komoditas yang diproduksi di UK BAP Samas hanya udang galah dengan variasi produk yang dijual adalah larva, udang galah konsumsi, induk, calon induk, juvenile, dan tokolan. Selama periode , produksi larva tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan produksi sebanyak larva, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2008 yang hanya memproduksi sebanyak larva. Hanya pada tahun 2012, UK BAP Samas tidak memproduksi larva. Produksi udang galah konsumsi di UK BAP Samas hanya berlangsung pada periode , sedangkan pada tahun 2013, UK BAP Samas tidak 72

13 memproduksi udang galah konsumsi. Produksi udang galah konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan produksi sebanyak 60 kg, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 20 kg. Produksi induk udang galah di UK BAP Samas hanya berlangsung selama tiga tahun ( ) dengan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 dan 2008 yaitu sebanyak 140 kg dan produksi tersebut kemudian menurun menjadi 28 kg pada tahun Produksi calon induk di UK BAP Samas hanya berlangsung pada tahun 2007 dan 2008 dengan produksi masing-masing sebanyak 200 kg. Produksi tokolan udang galah di UK BAP Samas berlangsung dari tahun dengan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak ekor dan produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yang hanya memproduksi sebanyak ekor. Produk yang rutin diproduksi di UK BAP Samas setiap tahun adalah juvenil dengan rata-rata produksi sebanyak ekor. Produksi juvenil tertinggi tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan produksi sebanyak ekor dan produksi terendah terjadi pada tahun 2012 yang hanya memproduksi juvenil sebanyak ekor. Gambar 3.5. Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAP Samas, ,000, ,000, ,000, ,000,000 80,000,000 60,000, ,000, ,000, Target Realisasi Persentase (%) Poly. (Realisasi) - Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, (diolah) 73

14 Target PAD yang dibebankan kepada UK BAP Samas selama periode dapat dikatakan fluktuatif dan nilainya berkisar antara Rp Pada tahun 2003, target PAD untuk UK BAP Samas adalah sebesar Rp , mengalami penurunan menjadi Rp pada tahun 2005, naik kembali menjadi Rp pada tahun 2007, turun kembali menjadi Rp , naik kembali menjadi Rp pada tahun 2011, turun kembali menjadi Rp pada tahun 2012 (penurunan target yang mencapai 50,76% disebabkan semua induk dan calon induk yang dimiliki harus dimusnahkan karena terkena virus), dan kemudian naik kembali pada tahun 2013 menjadi Rp Secara keseluruhan kenaikan target PAD per tahun adalah sebesar 6,53% dengan peningkatan target tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 90,77%. Tidak berbeda jauh dengan target PAD, realisasi penerimaan PAD UK BAP Samas juga dapat dikatakan fluktuatif, penurunan penerimaan PAD terjadi pada tahun 2009, 2010, dan 2012 (tertinggi pada tahun 2012 mencapai 43,62%). Realisasi penerimaan PAD UK BAP Samas selama periode tahun berkisar antara Rp dengan realisasi penerimaan tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan realisasi terendah terjadi pada tahun Secara keseluruhan, rata-rata peningkatan realisasi penerimaan PAD di UK BAP Samas selama periode adalah sebesar 10,53% dengan pertumbuhan realisasi penerimaan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 59,16%. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAP Samas selama periode selalu mampu mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 120,06% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ), sedangkan rasio pencapaian terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 100,17% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ). Berdasarkan data trend penerimaan pada Gambar 3.5 nampak BAP Samas pada tingkat pengelolaan sampai saat ini, penerimaan tertinggi adalah sebesar Rp Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) Congot Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) Congot berlokasi di Pasir Mendit, Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.UK BAP Congot dibangun pada tahun anggaran 1983/1984, dan mulai beroperasi pada tahun UK BAP Congot mempunyai lahan seluas 5,5 Ha dengan kolam seluas 1 Ha. Pada tahun anggaran 2005, dilakukan pembangunan kembali sawah tambak Congot dan mulai beroperasional pada tahun 2006 dan sawah tambak Congot berubah nama menjadi Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) 74

15 Congot. Fasilitas yang ada di UK BAP Congot diantaranya adalah rumah jaga, sumur air tawar, gedung pertemuan, kantor, rumah dinas, jalan pavling block, pagar kawat, rumah pompa air, saluran pemasangan, kincir air, kolam pembesaran, dan reservoir. Unit Kerja Budidaya Air Payau Congot hanya memiliki 4 orang karyawan. Penerimaan PAD di UK BAP Congot bersumber pada penjualan produksi usaha daerah. Komoditas ikan/udang yang diproduksi selama periode adalah udang windu, udang vanamei, ikan bandeng, dan udang galah dimana semua komoditas tersebut dijual dalam bentuk ikan/udang konsumsi.produksi udang galah di UK BAP Congot hanya terjadi pada tahun 2007 dan 2009 dengan produksi masing-masing sebanyak 30 dan 160 kg. Selama periode , UK BAP Congot tidak memproduksi udang windu. Produksi udang windu hanya pada tahun 2013 yaitu sebanyak 270 kg. Udang vanamei dan bandeng merupakan dua komoditas utama yang diproduksi di UK BAP Congot. Hanya pada tahun 2008, UK BAP Congot tidak memproduksi bandeng. Produksi bandeng tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 476 kg. Rata-rata produksi bandeng selama periode tersebut adalah 207 kg per tahun. Rata-rata produksi udang vanamei di UK BAP Congot adalah sebanyak kg per tahun dengan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak kg dan produksi terendah terjadi pada tahun 2007 yang hanya memproduksi sebanyak 303 kg. 75

16 Gambar 3.6. Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAP Congot, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Target Realisasi Persentase (%) Poly. (Realisasi) - Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, (diolah) Target PAD yang dibebankan kepada UK BAP Congot selama periode dapat dikatakan selalu meningkat setiap tahun dimana hanya pada tahun 2011 target PAD tidak mengalami kenaikan. Target PAD yang dibebankan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp dan pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp Rata-rata kenaikan target PAD setiap tahunnya adalah sebesar 43,54% dengan kenaikan target tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 130,77% (target PAD tahun 2008 sebesar Rp dan target PAD tahun 2009 sebesar Rp ). Realisasi penerimaan PAD di UK BAP Congot selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan rata-rata kenaikan realisasi penerimaan sebesar 55,04% per tahun. Peningkatan realisasi penerimaan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 167,88% (realisasi penerimaan tahun 2012 sebesar Rp dan pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp ) dan kenaikan realisasi penerimaan terendah terjadi pada tahun 2010 yang hanya sebesar 6,66% (realisasi penerimaan tahun 2009 sebesar Rp dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp ). Realisasi penerimaan PAD di UK BAP Congot pada tahun 2006 adalah sebesar Rp , kemudian meningkat menjadi Rp pada tahun 2009, dan meningkat menjadi Rp pada tahun Pola kenaikan realisasi penerimaan PAD di UK BAP Congot yang selalu meningkat sepanjang tahunnya sangat berbeda dengan unit kerja lainnya yang realisasi penerimaanya cenderung 76

17 fluktuatif. Kenaikan pertumbuhan realisasi penerimaan berjalan seiring dengan kenaikan target PAD yang signifikan (100%) sehingga dapat disimpulkan selama periode tersebut bahwa kenaikan realisasi penerimaan PAD di UK BAP Congot bergantung pada target yang ditetapkan. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAP Congot selama periode selalu mampu mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 148,11% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ), sedangkan rasio pencapaian terendah terjadi pada tahun 2009 dan 2010 yaitu sebesar 100,55%. UK BAP Congot dengan trend pertumbuhan yang bersifat exponensial diharapkan berperan lebih besar sebagai penghasil penerimaan PAD sektor perikanan ke depan. Hal ini didasari oleh perkembangan positif produksi dan pasar udang yang menjadi komoditas utama kegiatan produksi di Congot. Hasil lain yang diharapkan dari pengelolaan BAP Congot diperoleh dari produksi bandeng konsumsi. Perkembangan positif dan ekspetasi tersebut jga didukung oleh tersedianya sarana prasarana produksi yang memadai seperti tambak permanen (6 unit tamba beton) dan beberapa unit tambak plastik. 7. Unit Kerja Budidaya Air Laut(UK BAL) Sundak Unit Kerja Balai Air Laut (BAL) Sundak adalah unit kerja yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengembangan teknologi perikanan budidaya air laut yang difokuskan untuk memproduksi benih bandeng (Nener). UK BAL Sundak berada di pantai Sundak dengan ketinggian 5 m dpl dan termasuk wilayah Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, dengan lahan seluas m 2. Untuk pengelolaan UKBAL Sundak terdapat karyawan berjumlah 5 orang terdiri dari satu orang pimpinan dan 4 orang petugas. Kegiatan operasional di UK BAL Sundak membutuhkan air tawar dan air laut yang bersumber dari sumur air laut, sumur air tawar, dan laut. Pengambilan air tersebut menggunakan 2 unit pompa air Niagara 6, 1 unit pompa air Ebara 4 dan 2 unit pompa air tawar ¾ dan 1. Dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber tenaga bagi kegiatan operasional, UK BAL Sundak menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel Yanmar TS 230 PS KW dan TF Kw. Rincian fasilitas yang ada di UK BAL Sundak adalah sebagai berikut: 77

18 No Nama Bangunan Jumlah (Unit) Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008 Tabel 3.5. Fasilitas di UK BAL Sundak Luas (m²) No Nama Bangunan Jumlah (Unit) Luas (m²) 1 Rumah genset dan bengkel Kolam pendederan 1 (3 kolam) 600 (200) 2 Sumur air laut 1 d 3 m 19 Bak phytoplankton 1 (6 bak) 300 (50 ) 3 Rumah jaga 1 T Bak zooplankton 1 (4 bak) 100 (25) 4 Rumah jaga T Canal 1 140m 2 T Laboratorium kecil Kantor Reservoir Rumah dinas 1 T Hetchery 1 (6 kolam) Jalan paving block m 25 Bak larva luar 1 (4 bak) 40 (10) 8 Pagar tembok 1 75 m 26 Bak pelimpasan air Rumah pompa air Pipa pengambilan air laut 1 40m 10 Bak larva 2 ton Sumur air tawar 1 d 0,8m 11 Kolam pematangan induk 2 d 10 m (t 3m) 29 Menara air (tower) 1 t 4,5m 12 Sumur air tawar 1 d 0,8m 30 Sumur air laut 1 d 10m 13 Bak larva atap 1 (5 bak) 50 (10) 31 Bak pengendapan Bak kolektor Conical tank 2 15 Laboratorium besar Instalasi pengambilan air laut 1 unit 1000 m 16 Kolam pematangan induk 2 d 10m (t 3m) 34 Tower Kincir Angin 17 Kolam pembesaran 1 (2 kolam) 750 (365) 1 unit Penerimaan PAD di UK BAL Sundak bersumber pada penjualan produksi usaha daerah. Produk utama yang dijual adalah benih bandeng, walaupun pada tahun memproduksi udang vanamei konsumsi. Selama periode , rata-rata produksi benih bandeng adalah sebanyak ekor dengan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebanyak ekor dan produksi terendah terjadi pada tahun 2012 yang hanya memproduksi benih bandeng sebanyak ekor. Produksi udang vanamei konsumsi di UK BAL Sundak dimulai pada tahun 2010 dengan produksi sebanyak 300 kg, kemudian pada tahun 2011 sebanyak 302,5 kg, dan produksi pada tahun 2012 sebanyak 43 kg, namun pada tahun 2013, UK BAL Sundak tidak memproduksi udang vanamei konsumsi. Target PAD yang dibebankan kepada UK BAL Sundak selama periode tahun cenderung stagnan dan berkisar antara Rp Pada tahun 2012 terjadi kenaikan target PAD sebesar 25% menjadi Rp dan pada tahun 2013 meningkat sebesar 14,28% menjadi Rp Rata-rata peningkatan target PAD selama tahun adalahs sebesar 8,31% per tahun. Realisasi penerimaan PAD di UK BAL Sundak dapat dikatakan selalu meningkat dengan rata-rata kenaikan realisasi sebesar 5,13%. Pada tahun , realisasi PAD yang bersumber dari UK BAL Sundak selalu mengalami kenaikan dimana realisasi penerimaan PAD pada tahun 2004 sebesar Rp dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp Realisasi penerimaan PAD mengalami 78

19 kontraksi pada tahun 2011 sebesar 9,53% sehingga berkurang menjadi Rp Pada tahun 2012, realisasi penerimaan PAD tumbuh sebesar 13,6% (Rp ), namun pada tahun 2013, realisasi penerimaan PAD mengalami kontraksi kembali sebesar 14% sehingga berkurang menjadi Rp Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAP Congot selama periode selalu mampu mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 121,79% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ), sedangkan rasio pencapaian terendah terjadi pada tahun 2004yang hanya sebesar 100% (Rp ). Pada tahun 2013, UK BAL Sundak tidak mampu mencapai target yang ditetapkan dengan persentase pencapaian target sebesar 75,19% (target sebesar Rp dan realisasi sebesar Rp ). Target dan realisasi penerimaan PAD di UK BAL selama periode Sundak ditampilkan pada Gambar

20 Gambar 3.7. Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAL Sundak, ,000, ,000,000 35,000,000 30,000, ,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000, Target Realisasi Persentase (%) Poly. (Realisasi) Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, (diolah) Unit Pelaksana Teknis Daerah Pelabuhan Perikanan Pantai (UPTD PPP) Sadeng Unit Pelaksana Teknis Daerah Pelabuhan Perikanan Pantai (UPTD PPP) Sadeng merupakan salah satu UPTD yang berada di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertanggung jawab dalam pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP/10/MEN/2005 pada tanggal 13 Mei 20o5, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sadeng mengalami peningkatan status menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng. Keberadaan PPP Sadeng ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 tahun 2005 tentang Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terkait dengan PAD, unit kerja yang menjadi sumber penghasil PAD di UPTD PPP Sadeng adalah unit kerja Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng semula bernama Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sadeng. PPP Sadeng terletak di Sadeng, Songbanyu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Secara geografis, PPP Sadeng terletak diantara 8 11'26,6" LS dan '53,1" BT. Fasilitas Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. 80

21 a) Fasilitas pokok adalah sarana yang diperlukan untuk kepentingan aspek keselamatan pelayaran, selain itu termasuk juga tempat berlabuh dan bertambat serta bongkar muat yang meliputi: sarana pelindung, yaitu pemecah gelombang (break water), penangkap pasir (groin), tempat penahan tanah (revertment) dll. Sarana tambat labuh, yaitu dermaga, tiang tambat (border), pelampung tambat (bolard), kolam pelabuhan, pier, dll. Sarana transportasi, yaitu jembatan, jalan komplek, dan area parkir Lahan yang dicadangkan untuk kepentingan instansi pemerintah. b) Fasilitas fungsional adalah sarana yang langsung dimanfaatkan untuk kepentingan manajemen pelabuhan perikanan dan atau yang dapat dimanfaatkan/diusahakan oleh perorangan atau badan hukum yang meliputi: Sarana pemeliharaan kapal dan alat perikanan yang terdiri dari workshop, slipway, dockyard, dan netfloat. Lahan untuk kawasan industry. Sarana pemasokan bahan bakar untuk kapal dan keperluan pengolahan. Sarana pemasaran, biasanya tempat pelelangan ikan (TPI), penanganan pengolahan dan penyimpanan hasil tangkap. Sarana navigasi dan komunikasi c) Fasilitas penunjang adalah sarana yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan atau memberikan kemudahan bagi masyarakat umum yang meliputi: Sarana kesejahteraan nelayan, yaitu tempat penginapan, kios bahan perbekalan dan alat perikanan, tempat ibadah, balai pertemuan nelayan, sarana hiburan dan informasi serta olahraga. Sarana pengelolaan pelabuhan yaitu kantor, pos pemeriksaan, perumahan karyawan dan rumah tamu. Detail mengenai, fasilitas yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai baik fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang ditampilkan pada Tabel

22 Tabel 3.6. Rincian Fasilitas di PPP Sadeng No. Jenis Fasilitas Volume/Kapasitas 1. Fasilitas Pokok Luas lahan m 2 Break water 135 m Dermaga 328 m Turap 143,5 m Kolam Pelabuhan > 5 GT luas m 2 < 5 GT luas m 2 dalam 3,5 m Beda Pasang Surut 4 m Alur masuk panjang 200 m Lebar 25 m 2. Fasilitas Fungsional Tempat Pelelangan Ikan 225 m 2 Kantor PPP 144 m 2 Balai Pertemuan Nelayan 144 m 2 Bengkel 60 m 2 Docking/Slipway - SPDN liter Kantor BBM 21 m 2 Rumah/ Gudang Es 15 ton Menara Air liter Instalasi Air 1 unit Instalasi Listrik (PLN) 1 unit Genset (2 unit) 25 KVA Bak Sampah - MCK 80 m 2 Area Parkir 2050 m 2 Pagar 450 m 2 Waserda - Saluran Air 850 m Reklamasi 288,6 m Gudang 48 m 2 Jalan lingkungan (Paving Blok) 337 m 2 Mini Ice plan kapt 25 ton Prossesing room 169 m 2 Pos Pengawasan SDI 52 m 2 Lampi Navigasi 4 buah 82

23 No. Jenis Fasilitas Volume/Kapasitas Rambu Penuntun 2 buah Rambu Suar 1 buah 3. Fasilitas Penunjang Mess Operator (rumah pegawai) 2 unit, 81 m 2 Kantin - Rumah Nelayan Andon 660 m 2 Rumah tamu 2 unit, 110 m 2 Tempat Ibadah (Masjid) 80 m 2 Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008 PAD yang ditargetkan dari PPP Sadeng bersumber dari retribusi jasa usaha pengelolaan pelabuhan perikanan pantai. Jenis retribusi jasa usaha yang dipungut di PPP Sadeng diantaranya adalah jasa tambat labuh, jasa labuh, pas masuk PPP, doking, sewa penggunaan tempat terbuka, sewa penggunaan tempat tertutup, dan pembelian air bersih. Pada tahun 2006, target PAD yang dibebankan kepada PPP Sadeng adalah sebesar Rp , kemudian naik menjadi Rp pada tahun 2007, dan naik kembali pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp Realisas penerimaan di PPP Sadeng pada tahun 2006 adalah sebesar Rp , tahun 2007 sebesar Rp , dan tahun 2008 sebesar Rp Jika dilihat rasio antara target dan realisasi selama periode , PPP Sadeng hanya mampu mencapai target yang dibebankan pada tahun 2007 yaitu sebesar 127,74, sedangkan pada tahun 2006 dan 2008 PPP Sadeng tidak mampu mencapai target dengan persentase capaian sebesar 99% dan 70,56%. Rincian detail target dan realisasi penerimaan di PPP Sadeng selama periode ditampilkan pada Tabel

24 No. Pendapatan Lain-lain Tabel 3.7. Target dan Realisasi Penerimaan PAD di PPP Sadeng, Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, Target Realisasi Persentase (%) Target Realisasi Persentase (%) Target Realisasi Persentase (%) 1 Pemanfaatan Asset PPP Sadeng 10,000,000 9,900, Retribusi Jasa Usaha Deskripsi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Pemanfaatan Aset) Unit Kerja PPP ,000,000 11,650, Pabrik Es ,000, Sewa tempat terbuka/tertutup ,000,000 4,500, Sewa kamar nelayan andun ,500,000 2,500, SPDN ,500,000 2,000, Air bersih ,000, , Retribusi Pelayanan Pelabuhan Jasa Tambat labuh ,000 1,450, ,500,000 2,500, Jasa Pas Masuk , , , , Jumlah (Rp) ,000,000 9,900, ,600,000 13,540, ,000,000 12,700, Pada tahun 2013, target PAD yang dibebankan kepada PPP Sadeng adalah sebesar Rp dengan realisasi penerimaan PAD sebesar Rp Rincian realisasi penerimaan PAD yang berasal dari PPP Sadeng pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: pendapatan jasa tambat sebesar Rp , jasa labuh sebesar Rp , pas masuk sebesar , sewa penggunaan tempat terbuka sebesar Rp , sewa penggunaan tempat tertutup sebesar Rp , dan air bersih sebesar Rp

25 Gambar 3.8. Realisasi Penerimaan PAD PPP Sadeng, 2013 Penggunaan Tempat Tertutup/Sewa Kamar Nelayan Andon 19% Air Bersih 19% Penggunaan Tempat terbuka 26% Jasa Tambat 17% Jasa/Pass Masuk PPP 11% Jasa Labuh 8% Sumber: Rekapitulasi PAD DPPKA, Seksi LPPMHP Yogyakarta Seksi Pengolahan dan Pengawasan Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)berada di bawah koordinasi bidang perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta. LPPMHP Yogyakarta menempati gedung eks Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta dan berlokasi di Jl. Sagan III/4 Yogyakarta. LPPMHP Yogyakarta mempunyai luas bangunan 384 m² yang terdiri atas : 1. Gedung perkantoran/ruang analisa dan gudang seluas 48 m². 2. Gedung laboratorium terdiri atas : - Ruang Mikrobiologi / ruang Preparasi - Ruang Inokulasi / inkubasi - Ruang Organoleptik - Ruang Workshop dan dapur uji. - Toilet. 3. Rumah jaga LPPMHP DIY 4. Fasilitas listrik dan Sumur artetis. 85

26 Tabel 3.8. Fasilitas Laboratorium Pengujian di LPPMHP Yogyakarta No. Nama Peralatan Spesifikasi Jumlah 1. Tabung reaksi tanpa tutup 16 x 150 mm 50 buah 2. Tabung reaksi with screw 16 x 150 mm 50 buah 3. Tabung reaksi tanpa tutup 13 x 100 mm 50 buah 4. Petridish 15 x100 mm 50 buah 5. Pipet ukur 1 ml 50 buah 6. Pipet ukur 5 ml 50 buah 7. Erlenmeyer 25 ml 10 buah 8. Erlenmeyer 250 ml 10 buah 9. Box dan tip Volume 1 ml 2 unit 10. Mikropipet soccorex 0,1-1 ml 2 unit 11. Dispenser Top Bottle Vol 2-10 ml 2 buah 12. Gelas ukur 50 ml 4 buah 13. Gelas ukur 100 ml 4 buah 14. Rak tabung reaksi Plastic 4 buah 15. Magnetic stirrer 3 cm putih 10 buah 16. Jarum Ose 2,5 mm 4 buah 17. Jarum Ose Lurus 2 buah 18. Termometer Kaca 6 buah 19. Timbangan analitik 0,1 mg Ohaus 1 buah 20. Pipete filler Plastik 4 buah Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008 Dalam rangka melaksanakan pengendalian sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan sebagaimana Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.19/MEN/2010, tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta berdasarkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) selaku Otoritas Kompeten Nomor KEP.115/KEP-BKIPM/2013 tentang Pendelegasian Kewenangan kepada Lembaga Inspeksi dan Sertifikasi dalam Penerbitan Sertifikat Kesehatan, LPPMHP mempunyai tiga peranan penting yaitu sebagai laboratorium pengujian, lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi mutu produk perikanan, sehingga LPPMHP dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat guna menunjang kelancaran proses sertifikasi. Fasilitas laboratorium pengujian merupakan bagian penting dalam rangka mendukung tugas LPPMHP (Tabel 3.8). PAD yang berasal dari LPPMHP Yogyakarta berasal dari retribusi pemakaian kekayaan daerah (jasa sertifikasi pengawasan mutu hasil perikanan). Selama periode , target PAD yang dibebankan kepada LPPMHP Yogyakarta dapat dikatakan selalu meningkat setiap tahun dari tahun 2004 yang hanya sebesar Rp hingga Rp pada tahun

27 Hal yang sama juga ditemukan pada realisasi penerimaan PAD yang menunjukkan peningkatan setiap tahunnya dari Rp pada tahun 2004 menjadi Rp pada tahun Dari periode tersebut, hanya pada tahun 2006, LPPMHP tidak mampu mencapai target yang ditetapkan yaitu hanya sebesar 94,28%. Pada tahun 2013, target PAD yang dibebankan kepada LPPMHP Yogyakarta adalah sebesar Rp dengan realisasi penerimaan PAD sebesar Rp (119,46%). Rincian mengenai target dan realisasi PAD di LPPMHP Yogyakarta ditampilkan pada Gambar

28 Gambar 3.9. Target dan Capaian Penerimaan PAD LPPMHP Yogyakarta, ,000,000 5,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Target Realisasi Persentase (%) Poly. (Realisasi) - Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, (diolah) Pendapatan Lain-lain Sah Pendapatan lain-lain sah di Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta berasal dari beberapa unit kerja di UPTD BPTKP, UPTD PPP, dan kantor dinas. Pendapatan tersebut tidak dimasukkan dalam target PAD yang dibebankan kepada unit kerja (seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya) agar proyeksi potensi penerimaan PAD dapat mudah digambarkan dan menghindari perhitungan ganda (overvalued). Jenis retribusi yang dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain sah terdiri atas retribusi perizinan tertentu (SIUP, SIPI, SIKPI, dan surat keterangan asal ikan), retribusi pemakaian kekayaan daerah (sewa penggunaan pasar ikan Cangkringan, sewa penggunaan hasil samping tambak Congot 1, jasa pengujian laboratorium Cangkringan, sewa SPDN), dan retribusi penjualan produksi usaha daerah (penjualan hasil samping uji coba di BPTKP). 1 Sewa penggunaan hasil samping tambak Congot dimasukkan ke dalam realisasi penerimaan UK BAP Congot. 88

29 Tabel 3.9. Pendapatan Lain-lain Sah di Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, No. Unit Penghasil Jumlah Penerimaan Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Retribusi Izin Usaha Perikanan (SIUPkan) UPTD BPTKP Sewa pasar ikan di BAT Cangkringan Jasa pengujian laboratorium di BPTKP Hasil samping uji coba di BPTKP UPTD PPP Surat keterangan asal ikan Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, dan Rekapitulasi PAD DPPKA, 2013 Berdasarkan Tabel 3.9, penerimaan PAD lain-lain yang sah di Dinas Kelautan dan Perikanan selama periode cenderung fluktuatif. Pendapatan lain-lain sah pada tahun 2009 adalah sebesar Rp yang terdiri atas retribusi izin usah perikanan sebesar Rp , sewa pasar ikan di BAT Cangkringan sebesar Rp , dan hasil samping ujicoba di BPTKP sebesar Rp Pendapatan tersebut kemudian meningkat menjadi Rp pada tahun 2011 (disumbang seluruhnya oleh UPTD BPTKP), dan berkurang menjadi Rp pada tahun 2012 (disumbang seluruhnya oleh UPTD BPTKP). Pada tahun 2013, pendapatan lain-lain sah meningkat kembali menjadi Rp yang berasal dari retribusi izin usaha perikanan sebesar Rp , sewa pasar ikan Cangkringan sebesar Rp , jasa pengujian laboratorium di BPTKP sebesar Rp , hasil samping uji coba di BPTKP sebesar Rp , dan surat keterangan asal ikan sebesar Rp Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dalam pembangunan daerah diperlukan adanya kerjasama antar unit kerja daerah untuk dapat mengembangkan potensi yang ada di masing-masing daerah. Hal ini dengan pertimbangan bahwa daerah memiliki kemampuan untuk mengenali secara detail potensipotensi yang terdapat di daerah. Sebagaimana Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY, yang 89

30 diberikan wewenang dan tanggungjawab untuk mengelola sektor kehutanan dan perkebunan untuk dapat berkontribusi dalam pengembangan pembangunan di DIY. Pada tiap-tiap kabupaten yang ada di wilayah DIY terdapat beberapa potensi hasil kehutanan dan perkebunan aats asset yang dikelola oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi aset daerah yang dikembangkan yaitu dalam bentuk: (1) Balai Sertifikasi, Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan (2) Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) (3) Balai Kesatuan Pengelolan Hutan (BKPH). Balai Sertifikasi, Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan berfungsi untuk mensertifikasi benih-benih yang layak dan unggul setelah dilakukan pengamatan dan pengujian terhadap benih tersebut. Untuk fungsi dari Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) yaitu sebagai tempat untuk pembibitan tanaman hutan dan perkebunan serta sebagai lahan percontohan untuk semua kalangan.sedangkan fungsi dari Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) adalah menciptakan hutan lindung. Hutan lindung yang dikelola oleh Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) ditanami tanaman pinus, dimana getah dari tanaman pinus disadap untuk dikelola menjadi karet pinus. Balai Kesatuan Pengelolan Hutan (BKPH) yang menangani hutan pinus berada di Wilayah Mangunan, Kabupaten Bantul. Selain itu juga Balai Kesatuan Pengelolan Hutan (BKPH) menangani pabrik penyulingan minyak kayu putih yang berada di Wilayah Playen, Gunungkidul. Fungsi dari BKPH pengolahan minyak kayu putih ini mengolah daun dari pohon kayu putih untuk diolah menjadi minyak kayu putih. Secara keseluruhan, pendapatan asli daerah yang dihasilkan oleh Balai Sertifikasi, Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan, Balai pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) dan Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) yang dikelola oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam 5 tahun terakhir pada tahun 2013, 2012, 2011, 2010, dan 2009 secara berturut-turut sebesar : (1) 7,853,271,520, (2) 7,879,345,254, (3) 6,517,196,180, (4) 5,092,247,190 dan (5) 4,173,592,342. Pada Balai Sertifikasi, Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan hanya terdapat satu kantor yang terletak di Jl. Argolubang No.19, Baciro, Yogyakarta.Sedangkan Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) DIY memiliki 4 lokasi yang dijadikan sebagai potensi aset daerah. Keempat lokasi tersebut adalah (1) Daerah Tambak, Kulonprogo dengan hasil tanaman berupa kelapa dan kakao, (2) Daerah Imogiri, Bantul dengan masing-masing hasil potensi yaitu 90

31 tanaman kakao, (3) Daerah Ngipik Sari, Sleman dengan hasil potensi berupa tanaman kopi, dan (4)Hutan Bunder, Gunungkidul dengan hasil potensi berupa persemaian pinus.sedangkan Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH)mengelola Pabrik Penyulingan Minyak Kayu Putih, Sendang Mole, Playen dan Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Mangunan. Struktur pendapatan dan belanja Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY cenderung meningkat. Secara rinci, komposisi total pendapatan dan total belanja Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY pada tahun 2010 sampai dengan 2013 disajikan pada tabel berikut. Komposisi Pendapatan dan Belanja Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY No Tahun Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) Persen Pencapaian (%) Pendapatan 5,081,341,000 5,092,247, Belanja 28,069,683,600 26,373,684, % Pendapatan/Belanja Pendapatan 5,226,002,000 6,517,196, Belanja 28,469,365,135 26,212,956, % Pendapatan/Belanja Pendapatan 7,665,745,000 7,879,345, Belanja 29,436,261,366 28,077,836, % Pendapatan/Belanja Pendapatan 7,866,030,000 7,853,271, Belanja 40,786,086,548 37,657,786, % Pendapatan/Belanja Secara makro, dalam beberapa tahun terakhir target dan realisasi PAD di lingkungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY selalu meningkat dan pencapaian PAD rata-rata per tahun di atas 100%. 91

32 No Tahun Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) Persen Pencapaian (%) Pendapatan 5,081,341,000 5,092,247, Pendapatan 5,226,002,000 6,517,196, Pendapatan 7,665,745,000 7,879,345, Pendapatan 7,866,030,000 7,853,271, Pendapatan 7,853,271,520 Pendapatan 7,879,345,254 Pendapatan 6,517,196,180 Pendapatan 5,092,247,190 Realisasi (Rp) Target (Rp) Linear (Realisasi (Rp)) 0 5,000,000,000 10,000,000,000 Total PAD di lingkungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kontribusi yang fluktuatif jika dibandingkan dengan total belanja SKPD. Target dan realisasi Total PAD dibandingkan Total Belanja SKPD bervariasi antara 18% sampai dengan 28%. Rencara rinci komposisi dan proporsi Total PAD dibandingkan dengan Toal Belanja disajikan dalam grafik berikut. 92

33 Realisasi Target Mendasarkan pada rincian komposisi atau struktur PAD di lingkungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY, diketahui bahwa PAD yang bersumber dari retribusi penjualan jasa usaha daerah merupakan penyumbang terbesar PAD dengan proporsi 93,7% dari total PAD. Kontributor PAD terbesar berikutnya adalah penjualan hasil kehutanan dengan sumbangan sebesar 5,31%. Komposisi PAD Dinas Kehutanan dan Pekerbunan DIY Tahun 2013 Sumber Penerimaan Jumlah (Rp) % Ranking Retribusi pemakaian kekayaan daerah 11,777, Retribusi penjualan usaha daerah 7,358,475, Penjualan hasil kehutanan 417,036, Sewa tanah dan bangunan 66,000, Total 7,853,289,

34 Komposisi PAD Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY 2013 (Rp) Sewa tanah dan bangunan 66,000,000 Penjualan hasil kehutanan 417,036,765 Retribusi penjualan usaha daerah 7,358,475,000 Retribusi pemakaian kekayaan daerah 11,777,755-2,500,000,000 5,000,000,000 7,500,000,000 10,000,000,000 Penyumbang utama PAD Dinas Kehutanan dan Perkebunan berasal dari penjualan minyak kayu purih. Potensi produksi kayu putih menyebar di wilayah DIY. Total kawasan hutan kayu putih yang merupakan kawasan dalam pengelolaan Dinas Kehutanan dan Perkebunan seluas ha. Kawasan hutan kayu putih tersebut tersebar di 4 BDH. Secara rinci sebaran luas tanaman kayu putih disajikan pada tabel berikut. Nama BDH Nama RPH Jumlah Petak Luas (ha) Karang Mojo Kenet Gelaran Nglipar Candi Jumlah Paliyan Paliyan Jumlah 371 Playen Kulon Progo-Bantul Bunder Banaran Wonolegi Gubug Rubuh Mengguran Kepek Dlingo Mangunan Sermo Jumlah Jumlah 314 Total Luas

35 Hutan Kayu Putih Pabrik/Minyak Kayu Putih Kondisi umum tentang potensi sumber daya terkait dengan potensi dasar PAD di lingkungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY secara lebih rinci diuraikan pada bagian selanjutnya Balai Sertifikasi, Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan Balai Sertifikasi, Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan (BSPMBPTKP) untuk mengurusi dan mengawasi sertifikasi calon-calon benih yang layak dijadikan benih agar benih tersebut bisa menjadi benih yang bermutu dan berkualitas. Lokasinya berada di Jl. Argolubang No.19, Baciro, Yogyakarta. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada suatu sumber benih/benih/lot benih/lot bibit yang menginformasikan kebenaran mutu benih yang dikomersialkan. Sertifikat mutu benih adalah dokumen yang menyatakan kebenaran mutu sumber benih/benih/bibit. Sertifikasi benih bertujuan untuk: a. Menjaga kemurnian varietas b. Memelihara mutu benih c. Memberikan jaminan mutu kepada pengguna benih d. Memberikan legalitas kepada produsen benih BSPMBPTKP memiliki sarana dan prasarana yang antara lain: 1. Bangunan gedung: a. Kantor Unit I : Jalan Argulobang N0 19 Baciro Yogyakarta 95

36 b. Kantor Unit II : Jalan Purworejo km 2 Triharjo, Wates, Kulon Progo Yogyakarta c. Sub lab hayati : Harjobinangun Pakem Sleman d. Lab benih : Harjobinangun Pakem Sleman e. Base Cam POPT : Tambak Kulon Progo, Sanden Bantul, Gading Gunung Kidul 2. Transportasi: a. Kendaraan roda 2 : 21 Unit b. Kendaraan roda 4 : 1 Unit (Toyota Kijang Tahun 1994) 3. Komunikasi/Informasi: a. Telepon : 2 Unit b. Komputer PC : 4 Unit c. Note Book : 4 Unit d. LCD : 1 Unit e. Kamera Digital : 1 Unit f. Handycam : 1 Unit Tabel Sumber Daya Manusia di BSPMBPTKP No Jabatan Nominasi Formasi Keterangan 1 Kepala Balai Ka Sub Bag TU Staf Sub Bag TU 7 17 (10) 4 Kasi PSPB Staf Seksi PSPB 1 7 (6) 6 Kasi P dan P 1 1` - 7 Staf Seksi Pdan P 4 7 (3) 8 Fungsional PBT 4 10 (6) 9 Fungsional POPT (18) Jumlah (43) Sumber: Data Sekunder BSPMBPTKP (2013) Pada Balai Sertifikasi, Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan terdapat dua seksi yaitu seksi pengujian sertifikasi dan pengawasan benih dan seksi peramalan dan pengamatan. Seksi pengujian sertifikasi dan pengawasan benih memiliki tugas menyelenggarakan pengujian sertifikasi dan pengawasan bibit/benih tanaman kehutanan dan perkebunan. Prosedur untuk melakukan sertifikasi: 1. Pemohon melakukan pengajuan permohonan sertifikasi ke BSPMBPTKP (1 hari). 96

37 2. BSPMBPTKP memberitahukan pelaksanaan sertifikasi. 3. BSPMBPTKP melakukan pemeriksaan lapangan selama 1-7 hari (keluar sertifikat SKMB) dan melakukan pengujian laboratorium selama 1-15 hari (keluar laporan hasil pengujian laboratorium). 4. Keluar Label dan siap untuk diedarkan. Peraturan Gubernur DIY No. 6 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha: 1. Penyelenggara perbenihan dikenakan biaya retribusi jasa usaha. 2. Besarnya sesuai jenis komoditas. 3. Biaya tersebut disetor ke kas daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah. 4. Tarif : bibit yaitu Rp. 10/batang, Uji lab yaitu /ulangan, Kebun bibit tebu yaitu Rp /Ha. Seksi peramalan dan pengamatan memiliki tugas yaitu menyelenggarakan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT. Kegiatan pokok seksi peramalan dan pengamatan yaitu: 1. Peramalan pengamatan meliputi serangan OPT (luas serangan, intensitas serangan, taksasi kerugian hasil), daerah sebar OPT (kantong-kantong OPT, komoditas). 2. Pengendalian meliputi cara pengendalian (PHT) dan waktu pengendalian (daur hidup OPT, musim). 3. Operasional sub lab hayati meliputi pengembangan agen hayati, uji kualitas agen hayati, dan bimbingan masyarakat. Persyaratan prosedur permohonan agen hayati meliputi dijelaskan jenis OPT yang akan dikendalikan, komoditas, jenis agen hayati, intensitas, luas serangan OPT; permohonan agen hayati diajukan 3 hari sebelum pengambilan di sub lab hayati; dan agen hayati diaplikasikan segera setelah diambil dari sub lab hayati. Pada pengendalian OPT ini belum masuk PAD. Kendala: 1. Kondisi SDM yang ada masih kurang memadai dalam jumlah maupun kualifikasi. 2. Permintaan benih yang kurang. 3. Proses pembiayaan dibayar saat sertifikat sudah keluar sedangkan benih yang tidak lulus uji maka tidak membayar sehingga mengalami kerugian baik dari segi tenaga, waktu, dan biaya. 4. Permasalahan terkait dengan pemenuhan target PAD yang berbasis bulanan sangat menyulitkan terlebih target yang selalu naik karena yang menjadi obyeknya adalah makhluk hidup. Solusi: 97

38 1. Melakukan rekruitmen staf dengan kuantitas dan kualitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan yaitu kurang 43 orang. 2. Melakukan kegiatan promosi. 3. Perlu adanya usulan terkait pembayaran benih yang tidak lulus uji. 4. Perlu dikaji ulang dan dipertimbangkan pemenuhan target PAD Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan A. BP3KP Wilayah Tambak, Kabupaten Kulonprogo Kebun Kelapa dan Kebun Kakao (Kabupaten Kulonprogo) Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) wilayah Tambak berada di Kota Wates, Kabupaten Kulonprogo. Secara keseluruhan total luas lahan Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) di Tambak, Wates adalah 1,3 ha, namun sebesar 2000 m 2 dari lahan tersebut digunakan untuk bangunan kantor BP3KP sehingga luasan untuk pengelolaan tanaman sebesar 1,1 ha.tanaman yang diusahakan yaitu kelapa dan kakao. Masing-masing terdapat 125 batang untuk tanaman kelapa dan 700 batang untuk tanaman kakao. Sarana dan prasarana yang digunakan di BP3KP wilayah Tambak, Kabupaten Kulonprogo masih terbilang manual dan sederhana. Penjualan hasil panen tanaman kelapa langsung bertransaksi dengen tengkulak, sedangkan hasil panen tanaman kakao dijual berupa biji yang dijual dengan pihak Pagilaran. Tenaga kerja di BP3KP wilayah Tambak, Kabupaten Kulonprogo ada 2 yaitu untuk kebun PNS 1 staf dan untuk kebun outsourching terdapat 1 staf. Kedua tenaga kerja ini meng-handle semua pekerjaan kebun yang ada di BP3KP wilayah Tambak, Kabupaten Kulonprogo. Adapun untuk kegiatan yang membutuhkan tenaga banyak pihak BP3KP melibatkan masyarakat sekitar dengan sistem pembayaran HOK. Peralatan yang digunakan untuk budidaya dan pasca panen terbilang manual dan sederhana, namun cukup membantu tenaga kerja untuk dalam membudidayakan dan mengolah tanaman. Misalnya saja tanaman kakao, untuk fermentasi dan pengeringan menggunakan ruang kaca sehingga membantu kakao cepat kering dan terhindar dari pembusukan yang diakibatkan karena faktor cuaca. Permasalahan yang dihadapi oleh BP3KP di Tambak, Kabupaten Kulonprogo adalah terkait dengan budidaya tanaman kelapa dan kakao, dimana tanaman kelapa terkait dengan umur tanaman. Tanaman kelapa yang ada di BP3KP Tambak, Kabupaten Kulonprogo rata-rata sudah berumur tua sehingga kemampuan untuk menghasilkan buah kelapa sudah tidak optimal. 98

39 Sedangkan untuk tanaman kakao merupakan jenis tanaman yang rentan akan hama Helopeltis, sehingga hal ini yang dapat mempengaruhi jumlah tiap panenan. Sedangkan untuk pengairan (irigasi) tidak ada masalah karena pada intinya tanaman kelapa dan tanaman kakao tidak membutuhkan air yang banyak, hanya saja penyesuaian terhadap musim perlu diperhatikan. Selain dari aspek budidaya, permasalahan yang dialami di BP3KP Tambak, Kabupaten Kulonprogo adalah terkait dengan sumber daya manusianya. Dengan jumlah SDM yang sangat terbatas yaitu 1 staf PNS dan 1 staf outsourching mengakibatkan tidak optimalnya dalam pemeliharaan tanaman kelapa dan kakao yang ada di BP3KP. Idealnya untuk jumlah SDM yang menangani masalah kebun yaitu 1 staf PNS dan 3 staf outsourching. Dan permasalahan lain yang dihadapi oleh BP3KP Tambak yaitu terkait dengan luas lahan, dimana lahan yang tersedia terpotonguntuk bangunan dan beberapa tanaman yang tidak masuk dalam PAD seperti tanaman panili dan lada.solusi yang dilakukan oleh BP3KP Tambak sendiri adalah dengan menaikkan harga kelapa dan kakao serta menaikkan produksi dengan meningkatkan pemeliharaan secara optimal. Kebun Kelapa dan Kakao Kebun Kakao B. BP3KP Wilayah Imogiri, Kabupaten Bantul Kebun Kakao (Kabupaten Kulonprogo) Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) wilayah Imogiri berada di Kabupaten Bantul. BP3KP wilayah Imogiri memiliki satu kebun kakao yang dijadikan sebagai potensi aset daerah dengan luas lahan sebesar 0,8 ha. Luas lahan sebesar 0,8 ha dapat ditanami tanaman kakao sebanyak 600 batang. Dimana asal mula kebun tanaman kakao ini merupakan bekas tanaman jati yang kemudian tetap dipertahankan sebagai kebun sehingga arah tanaman kakao di wilayah BP3KP Imogiri, Kabupaten Bantul 99

40 belum tertata secara baik. Selain jarak tanam yang tidak teratur, varietas kakao yang ditanam di kebun BP3KP wilayah Imogiri bukan merupakan bibit unggul. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut pihak BP3KP wilayah Imogiri melakukan perbaikan tanaman dengan sambung samping ataupun sambung pucuk dengan varietas unggul dan selain itu melakukan penanaman baru dengan varietas unggul pada tanaman yang rusak atau mati.untuk rumah jaga di BP3KP wilayah Imogiri, Kabupaten Bantul baru dibangunberukuran 2 x1 yang berfungsi untuk mengawasi kebun. Bangunan kantor yang lama rusak karena bencana alam gempa sehingga perlu diperbaiki. Untuk sementara ada bangunan yang berfungsi sebagai tempat persinggahan bagi pengawas kebun. Permasalahan yang hadapi oleh BP3KP wilayah Imogiri, Kabupaten Bantul terkait dengan keamanaan. Secara sosial keamanan ini terjadi karena banyak pengembala ternak yang masuk ke kebun sehingga dapat merusak tanaman kakao. Selain itu gangguan sosial lainnyayaitu dikarenakan banyaknya anak kecil yang main ke kebun dan memakan biji kakao yang masih di pohon. Gangguan sosial semacam ini disebabkankarena kondisi kebun di BP3KP wilayah Imogiri, Kabupaten Bantul tidak terdapat pagar pembatas sehingga orang ataupun hewan dari luar dapat masuk ke dalam kebun secara leluasa. Selain itu masalah lain di BP3KP wilayah Imogiri adalah karena luasan areal tanaman hanya 0,8 ha dengan tipe varietas yang bukan bibit unggul maka hasil yang dicapai tidak maksimal. Oleh karena sarana prasarana yang digunakan juga seadanya. Biasanya apabila hasil panen dikit maka kegiatan fermentasi yang dilakukan hanya menggunakan keranjang saja, namun ketika hasil panen banyak maka panenan dibawa ke tambak. Dari segi jumlah SDM untuk wilayah kerja BP3KP wilayah Imogiri, Kabupaten Bantul juga masih kurang yaitu dengan komposisi 1 staf PNS dan 1 staf oursourching. Hal ini menyulitkan petugas kebun dalam hal pemeliharaan dan pengawasan keamanan. Namun untuk pengairan secara umum tanaman kakao tidak mengalami kendala walaupun tidak tersedia irigasi, tetapi terdapat sumur resapan atau sumur penampungan. C. BP3KP Wilayah Ngipik Sari, Kabupaten Sleman Kebun Kopi (Kabupaten Sleman) Kebun kopi di BP3KP wilayah Ngipik Sari berada di Kabupaten Sleman. Luas kebun kopi di BP3KP sebesar 8850 m 2. Selain komoditas kopi tanaman lain yang terdapat di kebun BP3KP adalah kleresede, alpukat, lada, dan kelapa. Tetapi komoditas yang masuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk kebun BP3KP wilayah Ngipik Sari adalah tanaman kopi. 100

41 Untuk tanaman kleresede, alpukat, lada, dan kelapa merupakan tanaman pelindung yang bermanfaat untuk melindungi tanaman kopi agar waktu kemarau tidak kering. Sejarah tanaman kopi di Ngipik Sari di BP3KP pertama ditanam pada tahun 1985, kemudian diadakan tanaman susulan hingga sekarang ini. Untuk jumlah tanaman kopi yang ada di kebun BP3KP wilayah Ngipik Sari terdapat 600 tanaman dengan jarak tanam 2 x 3 dan 2,5 x 3. Hal ini dikarenakan topografi atau lahan yang tidak rata sehingga kondisi tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya tidak sama. Tanaman kopi ini merupakan tanaman tahunan, dimana kondisi tanaman, iklim, cuaca, curah hujan, dan keadaan lapangan sangat menentukan produksi dari tanaman kopi tersebut. Misalnya saja ketika musim penghujan tanaman kopi tidak berproduksi secara optimal, namun ketika curah hujan tidak terlalu berlebih maka tanaman kopi dapat berproduksi secara maksimal. Hal ini dikarenakan pada musim penghujan bunga dari tanaman kopi banyak yang rontok sehingga fase pertumbuhan generative tidak berkembang. Faktor lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman kopi adalah bencana. Pada tahun 2010 Yogyakarta terjadi letusan gunung merapi yang mengakibatkan daerah sekitar merapi menjadi gersang, banyak tanaman yang mati dan penduduk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Hal ini mengakibatkan kebun BP3KP yang berada di wilayah Ngipik Sari, Jalan Kaliurang, Kabupaten Sleman mati karena terkena abu vulkanik. Selain itu juga produksi tanaman kopi menurun dapat disebabkan karena penyakit ataupun hama. Untuk SDM di kebun BP3KP terdapat pegawai PNS 3 orang dan 1 orang tenaga kontrak. Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja di kebun ketika masa deadline tiba terkait untuk persiapan lahan maka mengambil tenaga dari luar. Pekerjaan yang biasanya mengambil dari luar yaitu menyangkul. Pengambilan tenaga dari luar biasanya dilakukan dalam waktu tertentu yaitu seminggu/bulan. Tenaga yang dibutuhkan dari luar berkisar 3-4 orang yang diambil dari masyarakat sekitar. Pembayaran dilakukan berdasarkan sistem HOK. Untuk jam mulai dari jam jam upah yang diberikan sebesar Rp ,00, padahal seharusnya pengupahan berkisar antara Rp ,00 Rp ,00. Idealnya untuk lahan tanaman kopi dengan luas 1 ha memerlukan pekerja 5 7 orang. Untuk pasaran tanaman kopi berasal dari dalam kota dan luar kota. Untuk luar kota paling banyak peminat dari Temanggung. Kebun BP3KP di wilayah Ngipik Sari tidak melayani pembeli dari Perseroan Terbatas (PT).Tanaman kopi bisa dipanen pada saat umur 3-4 bulan, tetapi masa panen yang optimal pada saat tanaman kopi berumur 6-7 hasil yang didapatkan bisa mencapai 40 kg. 101

42 Permasalahan tanaman kopi di kebun BP3KP wilayah Ngipik Sari adalah media tanam yang belum cukup. Hal ini mengingat areal lahan yang sangat terbatas. Kemudian bahan dasar dari areal pertanaman berupa batu dan pasir. Batu dan pasir ini masih ditemui dalam kisaran kedalaman cmsehingga mengganggu dalam pengolahan lahan. Selain itu juga mengganggu perkembangan akar sehingga akar tidak mampu menembus ke dalam tanah. Hal ini menyebabkan tanaman tidak kokoh dan sulitnya pada saat pemupukan karena akar tidak mampu menyerap zat-zat yang terkandung dalam pupuk. Kemudian permasalahan selanjutnya adalah hama dan penyakit tanaman. Untuk mencegah terserangnya hama dan penyakit tanaman di kebun BP3KP wilayah Ngipik Sari menggunakan bahan-bahan kimia seperti insektisida. Selain itu permasalahan yang dihadapi di kebun kopi BP3KP wilayah Ngipik Sari adalah perubahan iklim yang menyebabkan cuaca tidak menentu sehingga pada waktu pembungaan di musim yang tidak tepat (musim hujan) menjadikan terhambatnya pembuatan bunga pada tanaman kopi. Untuk kebutuhan pengairan, tanaman kopi tidak memerlukan terlalu banyak air. Kebutuhan air hanya dibutuhkan pada saat awal untuk pertumbuhan namun pada saat pembuahan air yang butuhkan tidak banyak. Untuk bibit yang dipakai di kebun BP3KP wilayah Ngipik Sari sudah masuk dalam bibit yang tersertifikasi. Bibit ini diambil dari daerah Jember yang sudah teruji dan bersertifikat. Terkait dengan keamanan kebun di BP3KP wilayah Ngipik Sari dapat terbilang aman karena terdapat pagar yang mengelilingi kebun. Namun terkait dengan penjagaan malam belum tersedia tenaga resmi, hanya saja terdapat tenaga kerja yang memiliki rumah dekat dengan kebun sehingga sewaktu-waktu dapat mengecek keamanan kebun. Kebun Kopi Kebun Kopi 102

43 Untuk alat-alat di kebun masih minim walaupun terkadang memakai alat sendiri. Untuk kebun di BP3KP wilayah Ngipik Sari belum memiliki lantai jemur dan rumah untuk pengeringan juga belum tersedia. Pengolahan hasil masih bersifat tradisional yaitu berupa alat pengupasan, alat pengeringan, dan alat penggilingan. Tahapan pengolahan hasil tanaman kopi yaitu; (1) Pemilihan biji kopi yang sudah matang, (2) Menyortir dan menggrading biji yang berkualitas, (3) Pengupasan yang dilakukan alat tradisional berupa along, (4) Pengeringan, (5) Penumbukan menggunakan alat lesung, (6) Dan terakhir ditapeni untuk mendapatkan bubuk kopi yang halus. D. BP3KP Wilayah Hutan Bunder, Kabupaten Gunungkidul Kebun Pembibitan Tanaman Pinus (Kabupaten Gunungkidul) Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) wilayah Hutan Bunder, Kabupaten Gunungkidul memiliki luasan sebesar 3 ha. Fungsi dari BP3KP wilayah Hutan Bunder yaitu untuk menyediakan bibit pinus untuk bantuan masyarakat secara suka rela dan penjualan untuk kalangan umum. Total bibit yang tersedia di BP3KP wilayah Imogiri yaitu sebesar Selain pembibitan pinus BP3KP wilayah Imogiri juga menyediakan bibit lain seperti kayu putih, mahoni, sengon, dan lain-lain. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut. Tabel Jenis Tanaman Hutan di BP3KP Hutan Bunder, Gunungkidul Jenis Tanaman Jumlah (bibit) Kayu putih Jati Mahoni Sengon Munggur Gmelina Stek Jati Jabon Pule Tanjung Total Sumber: BP3KP Wilayah Hutan Bunder Kegiatan yang terdapat di BP3KP Wilayah Hutan Bunder, Kabupaten Gunungkidul selain untuk pembibitan juga pendidikan dan wisata khusus. Padahal ketersediaan SDM di 103

44 BP3KP hanya terdapat 4 PNS dan 3 tenaga kontrak yang mengurusi semua kegiatan baik itu pembibitan, kegiatan pendidikan, dan wisata khusus. Kebun Pembibitan Hutan Jati Permasalahan lain selain ketenagakerjaan yaitu mengenai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan persemaian masih bersifat manual artinya alat yang digunakan tergolong sederhana dan kebanyakan menggunakan tenaga manusia. Selain itu juga daya listrik yang digunakan tidak mampu mengangkat alat mesin pencacah sehingga penggunaan alat tidak optimal. Alat-alat lain yang menunjang persemaian BP3KP wilayah Imogiri, Gunungkidul yaitu diesel, jester, cangkul, sabit, dan spriyer. Namun untuk peralatan diesel jumlahnya masih sangat terbatas. Ketersediaan diesel di BP3KP wilayah Imogiri hanya 1 buah, padahal idealnya diesel yang dibutuhkan 4 buah untuk mencukupi kebutuhan persemaian bibit.karena untuk awal persemaian dibutuhkan banyak air, sehingga diesel pada saat persemaian sangat dibuthkan. Kemudian oleh karena itu, pihak BP3KP wilayah Imogiri memanfaatkan sumber air sungai oyo dan air sendang moyo yang ditampung ke bak-bak penampungan. 104

45 Hutan Jati Tebangan Kayu Jati Untuk pendistribusiannya menggunakan alat angkut viar (tiga roda) yang merupakan inventaris kantor. Biasanya bibit dipesan oleh orang luar, KPH, ataupun rekanan lain yang ratarata merupakan pembeli dari Yogyakarta. Sedangkan bibit yang tidak laku diperbantukan untuk masyarakat dengan cara pembuatan proposal. Permasalahan-permasalahan lain yang ada di kebun BP3KP wilayah Imogiri, Gunungkidul adalah dana cair biasanya terlambat pada bulan Februari-Maret padahal sudah mulai pembersihan lahan, musim buah (biji) terkait dengan tata waktu persemaian, dan hama dan gulma tanaman yang mengganggu persemaian. Di mana pada waktu persemaian gulma lebih cepat subur dibandingkan tanaman pokok yang diusahakan. Untuk aspek keamanan, kebun BP3KP wilayah Imogiri Gunungkidul tergolong aman. Pada saat siang hari dijaga oleh perempauan dan pada saat malam hari dijaga oleh 2 orang yang tugasnya pengadaan sekam dan pupuk kandang. Selain itu juga melakukan kegiatan penyiangan dan pendangiran apabila tanaman di polibag, namun untuk membasmi gulma yang ada di jalan-jalan menggunakan herbisida Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan A. Balai Kesatuan Pengelolan Hutan (BKPH) Wilayah Mangunan Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Mangunan, Kabupaten Bantul Resort Pengelolaan Hutan (RPH) berada di Wilayah Mangunan, Kabupaten Bantul. Potensi pengelolaannya berupa hutan lindung yang ditanami tanaman pinus, dimana getah dari tanaman pinus ini dapat disadap untuk diambil getahnya. Getah dari tanaman pinus ini diolah untuk dijadikan karet yang menjadi sumbangan untuk Pendapatan Asli daerah (PAD) Daerah Istimewa Yogyakarta.Luas dari hutan pinus yang dikelola oleh RPH ini sejumlah 130 ha, 105

46 namun yang produktif ditanami tanaman pinus berkisar 110 ha. Jumlah pohon pinus yang ditanami sejumlah batang. Tahapan pengelolaan tanaman pinus agar dapat dimanfaatkan getahnya adalah pada awal 1 10 tahun merupakan tahapan persiapan penyadapan, ketika tanaman pinus sudah berusia 11 tahun maka tanaman pinus sudah dapat dilakukan penyadapan. History tanaman pinus di RPH Mangunan, Kabupaten Bantul bahwa tanaman pinus ditanam pada tahun Ketika umur pinus berkisar tahun tanaman pinus dapat memberikan getah pinus yang banyak atau dapat dikatakan pinus berada dalam masa subur. Namun ketika pinus sudah berusia di atas 30 tahun maka getah pinus akan mengalami penurunan sebesar %. Fasilitas yang ada di RPH Mangunan, Kabupaten Bantul ini adalah terdapatnya kantor pemungut kayu sekaligus digunakan untuk pengawasan. Terdapat tenaga kerja sebanyak 6 orang PNS. Untuk sementara dengan jumlah SDM yang sangat terbatas 2 orang yang termasuk 6 orang PNS tersebut merangkap 2 blok. Padahal agar perlindungan dan pengawasan maksimum maka diperlukan 1 orang meng-handle 10 ha tanaman hutan pinus. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut 1 orang petugas diharapkan dapat berhubungan langsung dengan masyarakat dan kelompok yang ada di sekitar hutan pinus tersebut. Dari faktor keamanan tanaman hutan pinus ini tergolong aman kira-kira 99% aman. Kerusakan pernah terjadi pada tahun 1982 yang diakibatkan karena banyak yang roboh dan peristiwa kebakaran hutan sebesar 6 ha pada musim kemarau. Untuk jenis tanaman pinus ini membutuhkan banyak air. Namun hal ini terbantu dengan adanya sumber air yang tersedia di sekitar lokasi dimana total sumber air yang masih dapat digunakan untuk pengairan berkisar 6. Untuk peralatan sendiri yang digunakan untuk keamanan dan penyadapan sudah lengkap dan tersedia, namun untuk asuransi jiwa pekerja belum diadakan sehingga hal ini perlu diperhatikan untuk keselamatan kerja pegawai khususnya yang bertugas di kebun pinus. Selain 6 tenaga PNS yang berfungsikan untuk mengelola dan mengawasi hutan pinus di RPH Mangunan, ini juga dibantu oleh mitra kerja sejumlah 73 orang dan 4 kelompok dari masyarakat setempat. Satu kepala keluarga ditugasi untuk menyadap sebanyak pohon pinus dengan sistem pembayaran Rp 2.600/kg. Hasil penyadapan dari pohon pinus pada tahun 2012 mencapai 121 ton dari target 85 ton. Dan mengalami penurunan pada tahun 2013 hanya mencapai 73 ton dari target 90 ton. Untuk pemeliharaan pohon pinus sendiri pemupukan hanya dilakukan pada awal penanaman. Peremajaan dilakukan dengan menggunakan cara selam tegakan. Rata-rata penyadapan 1 hari bisa menghasilkan 2 gr tiap pohon. Untuk penyadapan dilakukan seminggu dua kali. 106

47 Hutan Pinus Produksi Getah Pinus B. Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Wilayah Playen Pabrik Penyulingan Minyak Kayu Putih Sendang Mole, Kabupaten Gunungkidul Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Wilayah Playen, Kabupaten Gunungkidul BKPH memiliki empat pabrik penyulingan minyak kayu putih dengan tempat yang berbeda yaitu Pabrik Sendangmole, Gelaran, Dlingo, dan Kediwung. Satu pabrik yang terbesar berada di Wilayah Playen, Sendang Mole, Kabupaten Gunungkidul.Total semua ada 14 resort yang terdapat kayu putih, 10 resort berada di Sendangmole sisanya berada di Dlingo 2 resort, 2 resort di Nglipar.Total lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman kayu putih yang dapat diproduksi untuk menjadi minyak kayu putih berkisar ha selebihnya merupakan kawasan hutan Tahura sehingga tanaman pinus merupakan tanaman yang dijadikan sebagai hutan lindung yang tidak dapat diolah ataupun ditebang. Total produksi yang dicapai oleh tanaman pinus sampai bulan 24 November 2014 yaitu sebesar 56 ton dengan target pencapaian sebesar 55 ton. Hasil dari pengolahan kayu putih berupa minyak kayu putih yang langsung dijual ke Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sehingga tidak ada penjualan ke luar. Rata-rata rendemen yang dihasilkan sekitar 0,9 % 1,0 %. Untuk biaya pungut sekitar Rp ,00/ton dan upah angkut sekitar Rp ,00/ton. Permasalahannya yang terjadi di lapangan adalah belum adanya mobil angkut yang difasilitasi oleh dinas. Kendala lain adalah semakin sempitnya areal pohon kayu putih yang dapat diolah menjadi minyak kayu putih karena terbentuk dengan pengadaan hutan Tahura sebagai hutan lindung. Pabrik maksimum operasi sampai 8 jam untuk mengolah kayu putih menjadi minyak kayu putih.untuk efektifitas pabrik beroperasi selama 9 bulan. Pada Bulan Januari Maret diadakan pemeliharaan pabrik sebelum dilakukan pengolahan agar tidak terjadi turun mesin. 107

48 Kelayakan operasi mesin langsung dilakukan oleh Dinas Industri.Satu kali pengolahan dibutuhkan 6 ton kayu putih dibagi 3 tempat (ketel). Masing-masing ketel bermuatan maksimal 2 ton. Total memprosesan selama 8 jam dengan pembagian 2 jam pertama persiapan, 4 jam untuk proses penyulingan, dan 2 jam untuk membongkar.rata-rata di Pabrik Sendangmole memproduksi 18 ton, dimana setiap ton-nya menghasilkan 9-10 liter minyak kayu putih. Untuk per harinya bisa keluar 170 liter, sehingga secara total rendemen 9,16liter/ton atau 1 liter membutuhkan kg daun. Harga per liter untuk minyak kayu putih senilai Rp ,00/liter. Biaya yang dikeluarkan untuk operasional 4 pabrik kurang lebih 2 milyar, sedangkan untuk listrik menghabiskan 8-10 juta/bulan, untuk perbaikan mesin 280 juta untuk empat pabrik untuk pengadaan suku cadang. Untuk tenaga kerja pemungutan, persiapan lahan, hingga pengolahan membutuhkan 138 orang/hari dengan sistem pembayaran HOK. Dimana pabrik di Sendangmole memiliki 7 orang PNS sudah termasuk dengan kepala pabrik.terdapat mitra dengan masyarakat sebanyak 32 orang masyarakat untuk membantu pekerjaan di kayu putih. Untuk masing-masing tenaga kerja yang tersedia di Pabrik Sendangmole dibagi menjadi 4 bagian yaitu: Bagian memasak: 20 orang; Membuat briket: 6 orang; Tenaga harian: 2 orang; PNS: 7 orang Selain masalah ketersediaan tenaga kerja, masalah lain terkait dengan SDM adalah bahwa SDM yang tersedia kira-kira berkisar 40 tahun ke atas, sehingga dapat mempengaruhi hasil kinerja dalam pengelolaan kayu putih. Kemudian kendala terkait dengan kualitas SDM di Pabrik penyulingan minyak kayu putih adalah perbaikanmesin. Tidak semua tenaga kerja mampu memperbaiki mesin, hal ini yang dapat menghambat pengolahan minyak kayu putih. Apabila menggunakan tenaga ahli terkait dengan perbaikan mesin pabrik harus menunggu selama 4 hari. Hal ini berarti selama 4 hari pabrik tidak mampu beroperasi menghasilkan minyak kayu putih. Oleh karena itu, sekarang ini tenaga kerja dibekali ketrampilan agar mampu sedikit demi sedikit melakukan perawatan dan perbaikan mesin. Masalah yang terjadi yaitu pada saat musim hujan tenaga pemungut daun beralih profesi ke pertanian untuk mengolah lahan pertanian, karena rata-rata tenaga pemungut adalah berprofesi sebagai petani/buruh tani. Masalah lain yang dihadapi dalam pengolahan kayu putih yaitu kesuburan tanah, iklim, pola perilaku penggarap, daun kurang bahkan tidak ada daun, dan kerusakan mesin. Untuk masalah pembuangan limbah Pabrik Sendangmole sudah mampu mengatasi dimana sisa sampah dari hasil penyulingan sebesar 40% dimanfaatkan sebagai bahan bakar briket untuk bahan bakar, dan selain itu juga daun hasil sisa dari kayu putih dapat digunakan 108

49 sebagai pupuk. Untuk limbah air selama ini baru dibuang ke sungai, namun pada tahun 2015 akan dimanfaatkan sebagai spa mandi air kayu putih. Karena limbah dari hasil penyulingan kayu putih masih terdapat kadar minyak kayu putih sebesar 0,003%. Sehingga rencana tahun 2015 kawasan hutan kayu putih selain diolah menjadi minyak kayu putih juga akan dimanfaatkan sebagai tempat wisata dengan fasilitas spa mandi air kayu putih Dinas Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Secara umum target dan realisasi penerimaan PAD di lingkup Dinas Pertanian DIY (sub sektor tanaman pangan dan hortikultura) mengalami kenaikan setiap tahun. Pada tabel berikut secara garis besar disajikan realisasi penerimaan PAD tahun 2013 dan target penerimaan PAD tahun 2014 dan BPPTPH merupakan unit penyumbang terbesar bagi PAD sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura dimana dengan menggunakan rerata 3 tahun diketahui kontribusinya mencapai 97,3% dari seluruh total pendapatan PAD. Penerimaan dan Target PAD Tanaman Pangan dan Hortikultura (Rp) Sumber Penghasil PAD Rerata % Ranking Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman pangan dan Hortikultura (BPPTPH) 768,520, ,050, ,650, ,073, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP) 10,000,000 10,883,520 13,605,000 11,496, Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPSMP) 5,400,000 5,400,000 6,600,000 5,800, Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) 5,000,000 5,000,000 6,500,000 5,500, Jumlah (Rp/tahun) 788,920, ,333, ,355, ,869, Dalam pengelolaan asset yang berupa kebun-kebun pertanian, sumbangan untuk PAD Dinas Pertanian TPH berasal dari berbagai sumber dengan kontribusi terbesar berasal dari produksi benih padi yang dikelola oleh BPTPH wilayah Wijilan, Nanggulan dengan luasan 15 hektar dan memproduksi benih dasar.bptph mengelola 8 kebun yang terdiri dari 3 kebun padi, 2 kebun palawija dan 3 kebun hortikultura. Kebun padi antara lain ada di kebun padi 109

50 Wijilan (15 Ha), Kebun padi Gesikan (2,5 Ha), kebun padi Berbah (5 Ha), sedangkan kebun palawija yang terdiri dari jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau antara lain ada di kebun palawija Kedungpoh (1,5 Ha) dankebun palawija Gading (7 Ha). Permasalahan yang ada di BPTPH adalah SDM yang kurang mencukupi. Selain SDM, seperti pada kebun di Ngipiksari kendala kekurangan air juga menjadi permasalahan umum yang sering terjadi. Air irigasi yang ada sudah tidak cukup untuk mengaliri seluruh lahan, hanya sebagian lahan yang yang dapat teraliri air irigasi. Permasalahan yang lainnya adalah rendahnya tarif harga benih dari kebun dibandingkan dengan yang ada di pasaran. Realisasi dan Target Penerimaan PAD sub sektor tanaman pangan dan hortikultura ( Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPSMP) 6,500,000 5,000,000 5,000,000 6,600,000 5,400,000 5,400, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP) 13,605,000 10,883,520 10,000,000 Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman pangan dan Hortikultura (BPPTPH) 885,650, ,050, ,520, ,000, ,000, ,000,000 1,000,000,000 Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP) merupakan salah satu aset yang dimiliki Dinas Pertanian sebagai penyumbang PAD. BPSBP memberikan sertifikasi dari benih yang diproduksi oleh penangkar benih. Masalah yang dihadapi di BPSBP ini adalah kendala dalam SDM kurang dikarenakan banyaknya SDM yang pensiun dan belum ada gantinya. Selain itu kendalanya adalah tarif dalam proses sertifikasi, tarif dibayarkan ketika benih telah lulus dan mendapatkan sertifikasi. Benih yang tidak lulus tidak membayarkan tarif dalam proses pengujian. 110

51 Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) merupakan balai penghasil PAD dengan memberikan pelatihan-pelatihan pertanian. Kendala yang dihadapi BPSDMP dalam mendapatkan PAD adalah tidak tersedianya lahan untuk sekolah lapangan. Hal tersebut yang menyebabkan BPSDMP menyewa lahan untuk sekolah lapangan. Selain itu fasilitas terbatas dan tempat pelatihan kurang representatif. Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) merupakan aset Dinas Pertanian dalam menyumbang PAD. BPTP adalah balai proteksi tanaman dimana balai ini bekerja membuat agen-agen hayati. Kendala BPTP adalah tarif terlalu murah tidak sebanding dengan biaya produksi. Selain itu SDM yang kurang mencukupi dan latar belakang pendidikan yang kurang sesuai. Di BPTP tidak adanya SDM yang mengoperasikan laboraturium yang baru dikarenakan latar belakang SDM yang ada tidak sama. A. Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman pangan dan Holtikultura (BPPTPH) 1. Kebun Wijilan Nanggulan (Kabupaten Kulon Progo) Kebun Nanggulan berada di Kabupaten Kabupaten Kulon Progo. Luas kebun yaitu 15 ha yang berupa lahan sawah irigasi teknis. Sumber Daya Manusia (SDM) terdiri dari 11 orang PNS dan 7 orang THL (Tenaga Harian Lepas). SDM rata-rata sudah senior, dengan luas lahan 15 ha idealnya dibutuhkan sekitar 20 tenaga kerja/ SDM. Infrastruktur irigasi yang ada berupa irigasi teknis dari Sungai Progo. Pola tanam yang dikembangkan di kebun Nanggulan yaitu 2 kali tanam dan 2 bulan diberokan. Sistem penanaman yang dilakukan petani yaitu sistem terasering, dengan sistem tersebut tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan bagus. Hasil panen yang didapatkan yaitu 2,3 ton. Hal ini berarti sesuai dengan target PAD. Komoditas yang diusahakan yaitu padi dengan varietas Ciherang, IR 64, Situbagendit, dan PP. Benih dibedakan menjadi tiga yaitu Benih Dasar (BD) berwarna putih, Benih Pokok (BP) berwarna ungu dan Benih Sumber (BS) dari Sukamandi. Harga BD yaitu Rp /kg, sedangkan BP barganya Rp. 6000/kg. Padi varietas Ciherang, IR 64 dan Situbagendit permintaanya berubah-ubah sesuai dengan permintaan pasar. Dari beberapa jenos varietas padi, Situbagendit adalah varietas yang yang paling bagus kualitasnya. Setelah diproduksi, hasil panen dibawa ke BPSBP (Balai Pengembangan Sertifikasi Benih Pertanian) dicek di laboratorium untuk diketahui masa lamanya kadaluarsa. Hasil laboratorium dapat diketahui setelah 3 bulan. Jika tidak laku, maka dibuat konsumsi sendiri atau bisa dititipkan di balai benih lain. 111

52 Kebun Benih Padi Benih Padi Bersertifikat Di kebun benih Nanggulan terdapat beberapa sarana dan prasarana pertanian, diantaranya terdapai 4 unit lantai jemur, setiap lantai luasnya 250 m 2. Ada juga kamar-kamar lain untuk disewakan, akan tetapi bangunannya tidak bagus. Selain itu, juga mempunyai traktor roda 4, mistblower, power tracer, cleaner, dan blower. Wilayah Nanggulan juga mempunyai gudang benih, tetapi tidak memenuhi standar gudang benih. Tenaga penanaman, penyiangan dan pemanenan zaman dulu masih menggunakan masyarakat setempat untuk membantu. Dalam hal pemanenan, mereka diupah dengan sistem bawon. Sistem bawon yaitu upah yang diberikan berupa barang yang dipanen dengan jumlah tertentu yang telah disepakati oleh pemberi bawon. Tetapi, mencari tenaga kerja zaman sekarang sangat sulit, sehingga harus mencari dari luar kecamatan. Tenaga kerja di luar kecamatan dijemput, kemudian diantar kembali setelah mereka selesai bekerja. Upah yang diberikan yaitu Rp /HOK. Permasalahan yang sering dihadapi yaitu kesuburan tanah. Tingkat kesuburan tanah di kebun Nanggulan perlu dibenahi. Tahun 2015 mendatang akan dilakukan uji tanah untuk mengetahui kekurangan maupun kelebihan unsur hara tanah, sehingga perlakuan tanah dapat diatasi dengan efektif dan efisien. Setelah masalah kesuburan dapat diatasi, maka petani dapat meningkatkan produksi. Pendapatan yang dihasilkan oleh petani Nanggulan selain dari pertanian, mereka juga mempunyai pekarangan yang ditanamani buah-buahan. Mayoritas ditanami mangga jenis arum manis dan manalagi. Setiap musim panen dihasilkan 20-an buah mangga arum manis dan manalagi. Selain itu juga ditanami jeruk nipis. Hasil yang didapatkan dari tanaman pekarangan lumayan menambah penghasilan keluarga. 112

53 2. Kebun Padi Gesikan (Kabupaten Bantul) Kebun padi Gesikan ini merupakan kebun benih yang terdapat di Kabupaten Bantul. dengan luas 2,5 ha. Dari aspek SDM, kebun Gesikan dikelola oleh 3 orang PNS dan 3 pegawai THL (lulusan SLTA), dengan jumlah pengelola dan staf tersebut dirasa sudah cukup. Varietas padi yang ditanam yaitu Situbagendit BD sampai ke BP. Pola tanam yaitu 2 kali tanam (padipadi). Untuk tanam, dibutuhkan 6 tenaga kerja dengan upah Rp /hari, sedangkan untuk panen dibutuhkan 15 tenaga kerja dengan upah Rp /hari. Produksi yang dihasilkan kurang lebih 3 ton/ha. Pemasaran hasil tidak ada kendala, karena aksesnya sudah baik dan mendukung. Hasil panen bisa dijual ke sesama petani maupun ke kelompok, selain itu juga dipasarkan disekitar Yogyakarta. Dalam proses budidaya mengalami kesulitan pada pengairan, karena harus menaikkan air dari sungai ke lahan. Petugas merasa kesulitan karena sungai berada dibawah lahan, maksudnya kedudukan kebun lebih tinggi dari sungai Bedog. Selain itu, harus membayar pajak sebesar Rp /ha/tahun. 3. Kebun Padi Kadisono, Berbah UPT BPPTPH di Kadiosno, Berbah Sleman ini mengelola komoditas benih padi seluruhnya. UPT ini memiliki luas lahan sebesar 5 hektar, namun kebun atau lahan yang produktif hanya 3 hektar, karena saluran sungainya miring sehingga tidak dapat digunakan untuk mengairi lahan sepenuhnya, dan sisa lahan 2 hektar tidak produktif. UPT ini memiliki beberapa fasilitas berupa: bangunan, lahan pertanian, lantai jemur untuk 4 plot, gudang, serta beberapa peralatan, seperti traktor, grader, cleaner dan sprayer. Tenaga kerja di UPT ini terdiri dari I orang PNS, 1 orang THL, dan 1 orang harian lepas. Pola tanam kebun benih terdiri dari 2 musim tanam, yaitu musim tanam I pada bulan Februari/Maret sampai bulan Mei serta musim tanam II pada bulan Mei sampai Juni/Juli, dan mulai bulan Agustus hingga awal musim tanam I lahan diberokan. Namun demikian, pada tahun ini masih ada tanaman sampai bulan Oktober karena fluktuasi cuaca yang kurang menentu. Selama ini, UPT BPPTPH mengikuti aturan musim tanam ini secara serempak, karena dulu pernah tidak mengikuti dan justru malah puso. Irigasi berasal dari Selokan Mataram. Di musim tanam I, air mengalir sepanjang musim tanam, namun di musim tanam II, air mulai dibatasi dengan digilir setiap seminggu sekali. UPT ini mengembangkan Benih Pokok (BP), yaitu benih yang siap ditanam oleh petani dan hasil panennya langsung dapat diolah dan dikonsumsi. Benih Dasar (BD) yang dijadikan sebagai benih untuk pengembangan Benih Pokok (BP) diperoleh dari Wijilan. Varietas utama 113

54 yang dikembangkan ini adalah varietas IR64. Varietas ini sebenarnya sudah dilarang oleh pemerintah karena tidak tahan wereng, akan tetapi permintaan masyarakat akan varietas ini masih tinggi. Varietas Situ Bagendit tidak laku di masyarakat. Varietas IR64 lebih disukai masyarakat karena dapat dikembangkan di lahan yang kecil dan produktivitasnya tinggi, perawatan lebih mudah, rasanya enak, serta mudah untuk ditebaskan. Permintaan benih paling besar di bulan Oktober, karena mempersiapkan musim tanam. Stok Benih Siap Diproses Pencatatan Identitas Benih Padi Produksi benih di UPT banih Kadisono sebesar kg benih di musim tanam I dan kg benih di musim tanam II. Benih hasil pengembangan di UPT ini dijual dengan harga Rp 9.000,- untuk masyarakat luar daerah dan Rp 6.000,- untuk masyarakat lokal. Pembelian biasa dilakukan oleh kelompok, utamanya kelompok tani yang ada di D.I. Yogyakarta (daerah lain tidak bisa membeli) dan individu (pembeli dari luar bisa masuk). Sesuai SK Gubernur, seharusnya tidak boleh menjual benih ke daerah lain, padahal permintaan dari luar daerah cukup tinggi. Hal ini dikarenakan, benih dari D.I. Yogyakarta sudah terkenal bagus dan paling unggul dibandingkan benih dari daerah lainnya. Oleh karena itu, UPT ini hanya melayani benih di luar daerah untuk penjualan perseorangan saja. Hasil penjualan rata-rata untuk musim tanam I adalah Rp ,- dan Rp , untuk musim tanam II. Biaya yang dikeluarkan di kebun ini antara lain biaya tenaga kerja untuk penyiangan dan pemanenan. Biaya tenaga kerja per HOK yaitu Rp ,- untuk tenaga dari warga lokal, dan Rp ,- untuk tenaga dari luar daerah, biasanya dari wilayah Kecamatan tetangga yaitu Piyungan-Bantul. Selain tenaga kerja, pembiayaan digunakan untuk melakukan uji laboratorium dan membeli pupuk kimia (hanya non subsidi) Rp 7.500,- per kilogram. 114

55 Kendala yang dihadapi oleh UPT ini yaitu keterbatasan tenaga kerja serta penggunaan pupuk anorganik dengan dosis yang meningkat namun tidak disertai dengan penambahan pendapatan untuk menyeimbangkan peningkatan kebutuhan tersebut. 4. Kebun Hortikultura Wates (Kabupaten Kulon Progo) Kebun Hortikultura Wates tergolong kecil karena hanya memiliki luasan lahan 1,5 ha yang terdiri dari bangunan dan kebun, serta berupa rumah kawat. Kebun ini masih kekurangansumber Daya Manusia (SDM), karena hanya memiliki 3 orang (PNS). Masingmasing berumur 55 tahun, 47 tahun, dan 52 tahun. Sarana yang ada di kebun yaitu rumah jaring dan pompa diesel 2 unit. Jenis bibit yang ada di kebun ini adalah jambu Dalhari, durian, manggis. Selain itu, ada buah naga tetapi belum bisa dibenihkan. Harga masing-masing bibit yaitu jambu Dalhari Rp Rp /bibit, durian Rp /bibit, dan manggis Rp /bibit. Produksi bibit dari hasil cangkok pohon induk per tahunnya sebanyak 500 bibit. Bibit-bibit tersebut terkadang ada yang disetor keluar dan ada yang untuk kelompok sendiri. Permasalahan yang dihadapi antara lain keamanan, ketersediaan air, pencangkokan jambu, sambung (durian dan manggis), tidak ada tupoksi (tugas pokok dan fungsi) pemasaran dan biaya. Keamanan kebun hortikultura yaitu belum adanya pagar pelindung kebun, walaupun ada hanya setengah dari luas kebun tersebut, sehingga tak jarang ketika musim buah banyak hilang dan rusak. Dalam konteks ini ketersediaan air menjadi kendala karena kebun terletak di pinggir jalan raya sehingga pasokan air banyak digunakan oleh perkantoran dan kebutuhan rumah tangga, akibatnya pasokan air untuk kebun berkurang. Selain itu, ketika dibuat sumur, perlu biaya yang banyak karena harus mengebor tanah sampai kedalaman tertentu (melebihi kedalaman sumur pada umumnya) sampai ke sumber air tanah. Pencangkokan jambu juga menjadi kendala, karena pohon induk yang dicangkok umurnya sudah tua, sehingga hasil pencangkokan tidak maksimal. Begitu juga yang terjadi pada sambung durian dan manggis. Waktu yang digunakan untuk pertumbuhan bibit cangkokan dan sambungan kurang lebih 3 bulan. Akibatnya, bibit tanaman menjadi kekurangan stok sehingga pemasarannya juga terganggu. Selain karena stok bibit., tupoksi pemasarannya juga tidak ada. Penjualan bibit masih disekitar Yogyakarta, karena mendapatkan SK Gubernur DIY. Harapan kedepannya yaitu akan dikembangkan daerah agrowisata. 115

56 5. Kebun Benih Hortikultura unit Wonocatur Kebun Benih hortikultura Wonocatur ini terdiri dari luasan lahan kebun seluas 1000 m 2 dan 4 gedung yang terdiri dari 1 buah laboratorium dan 3 buah screen house dengan luasan 60 m 2, 40 m 2, dan 32 m 2. Kebun ini hanya dikerjakan oleh 3 orang pekerja, 2 staf laboratorium yang terdiri dari 1 staf lab dan 1 tenaga harian lepas (THL), serta 1 orang pekerja lepas di kebun yang bekerja selama setengah hari, namun jika sangat mendesak terkadang sampai sore hari. Kebun benih ini mengusahakan berbagai komoditas, namun dalam waktu 10 tahun ini fokus pada produksi bibit pisang. Produksi bibit pisang ini dilakukan secara kultur jaringan dengan memanfaatkan laboratorium, kemudian dilanjutkan dengan pembesaran di screen house. Kultur jaringan di laboratorium memerlukan waktu 1 tahun dan dilanjutkan pembibitan di screen house selama 3 bulan hingga siap tanam. Tingkat kematian bibit paling tinggi saat dilakukan inisiasi, yaitu mengeluarkan bibit dari botol di kultur jaringan, karena bibit menyesuaikan dengan lingkungan yang baru. Proses aklimat ini akan menyebabkan kematian bibit sebesar 20% dari jumlah bibit yang dikeluarkan. Inisiasi dilakukan 4 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret, dan April. Dalam 2 tahun terakhir ini, kebun benih ini mampu memproduksi hingga 3000 batang bibit pisang siap tanam, yang didominasi oleh jenis pisang raja sebesar 30% dan sisanya jenis pisang ambon, pisang kepok, dan pisang cavendish. Dahulu, banyak jenis pisang yang diusahakan, namun saat ini jenis pisang yang diusahakan disesuaikan dengan permintaan pasar, baik perseorangan maupun kelompok. Harga setiap jenis bibit sama, yaitu Rp 4.000,- per batangnya. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan komoditas pisang di kebun benih ini yaitu keberadaan penyakit yang menyerang bibit tanaman pisang, seperti virus dan bakteri, yang umumnya baru akan terlihat setelah ditanam. Selain itu keterbatasan tenaga kerja juga menjadi masalah utama dalam pengembangan kebun ini. SDM yang ada saat ini pun masih belum menguasai teknik pengembangan bibit dengan baik dan benar. Permintaan pasar yang fluktuatif juga terkadang menjadi hambatan, apalagi jika dikerjakan dengan tenaga ahli yang jumlahnya sangat terbatas. Pembiayaan selama ini berasal dari pemerintah yang digunakan untuk operasional kebun, seperti penyediaan bahan-bahan untuk kultur jaringan, perawatan kebun, dan lain sebagainya. Kesulitan terbesar yaitu dalam mendapatkan bahan kimia untuk kultur jaringan itu tadi, karena harganya sangat mahal dan harus pesan terlebih dahulu jauh hari sebelum digunakan. 116

57 Kebun benih ini sebenarnya sangat prospektif jika dikembangkan, akan tetapi jika akan dikembangkan, konsekuensinya adalah tidak ada lahan untuk memperluas dan keterbatasan tenaga kerja itu tadi. Jika kebun ini ditargetkan menjadi PAD, seharusnya anggaran untuk operasionalnya juga turut dinaikkan. Bibit Pisang Kultur Jaringan Bibit Hortikultura 6. Kebun Hortikultura Ngipiksari Sleman BPTPH Ngipiksari memiliki luas lahan 4 hektar yang terdiri dari bangunan, kebun buah, kebun tanaman hias, dan 2 hektar kebun sayur. BPTPH ini memiliki 19 staf, 7 orang staf administrasi dan 12 staf lainnya di bidang hortikultura, yaitu terdiri dari 3 orang di Tambak, 2 orang di Wonocatur, dan 7 orang di Ngipiksari. Komoditas yang diusahakan di BPTPH ini adalah benih tanaman cabai, tomat, tanaman hias, serta bibit pohon buah, seperti buah kelengkeng, jambu kristal, jambu dalhari, alpukat, dan buah sirsat. Target produksi untuk tanaman cabai dan tomat yaitu 70 kg per hektar dan tanaman yang lain tidak ada target setiap musim tanamnya. Target lainnya yaitu BPTPH memiliki keinginan untuk memperluas lahan penanaman di daerah kering, lahan kritis, dan tanah pasir berbatu. Benih dan bibit yang diproduksi selama ini dibeli oleh masyarakat dari luar daerah serta menyediakan permintaan bantuan dari mahasiswa KKN, PKK, dan SD untuk percontohan atau mendukung program-program yang akan dilaksanakan. Penanaman tanaman sayuran yang membutuhkan banyak air menjadi permasalahan utama, karena selokan yang melewati daerah ini debitnya sangat kecil sehingga memanfaatkan keberadaan tuk atau sumber mata air yang dialirkan menggunakan pipa bawah tanah. Permasalahan yang dihadapi oleh BPTPH selain ketersediaan air yang masih terbatas yaitu sarana produksi yang terbatas dan beberapa diantaranya sudah tua, sulitnya akses untuk 117

58 membeli suku cadang, permintaan pasar yang sulit dipenuhi, sulitnya melakukan promosi di pameran-pameran, serta sulitnya menjual benih dalam bentuk sachet karena harus memiliki mitra bisnis. Sebelumnya BPTPH bermitra dengan perusahaan penangkar benih yaitu PT Sang Hyang Sri (SHS), namun kini kerjasama kemitraan sudah terhenti. 7. Kebun Palawija Gading Gunung Kidul BPPTPH Unit Gading berada di Nglipar, Wonosari. Luas lahan yang dimiliki seluas 7 ha termasuk kantor. Lahan produktif seluas 6 ha dengan produksi benih jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Penanaman disesuaikan dengan petani, BPPTPH akan menanam lebih dahulu sehingga penanaman bisa seragam. Kelas benih yang diproduksi BPPTPH Gading adalah Benih Dasar dan Benih Pokok. Merupakan lahan kering, pada musim kemarau BPPTPH menggunakan sumur bor dengan kapasitas 2 liter per detik untuk mengairi 3 ha. BPPTPH Gading memiliki 9 PNS, 2 PTT (termasuk 1 PTT di BPPTPH Kedungpoh) dan 3 THL. THL masih kurang dalam kualifikasinya. BPPTPH Gading memiliki laboratorium namun tidak memiliki operator untuk operasional laboratorium. Ada 2 gudang yang tersedia di BPPTPH Gading yang salah satunya sudah memiliki ruangan cold storage untuk penyimpanan benih yang berkapasitas 10 Ton. Cold storage akan memberikan ketahanan terhadap daya simpan benih dengan pengaturan kelembaban dan suhu. Selain itu, BPPTPH memiliki 3 lantai jemur dengan luas masing-masing m 2. BPPTPH Gading memerlukan fasilitas demplot untuk mengenalkan varietas baru. Pengenalan varietas baru perlu dilakukan untuk menambah nilai penjualan benih BPPTPH Gading yang khusus memproduksi benih palawija. BPPTPH Gading tidak memiliki tenaga pemasaran sehingga untuk penjualan benih masih kurang. Saat ini BPPTPH Gading sedang dalam masa pembangunan tembok pembatas untuk menanggulangi pencurian yang sering terjadi. Pengemasan Benih Kedele Pelabelan benih kedele 118

59 8. Kebun Palawija Kedungpoh Gunung Kidul BPPTPH Unit Kedungpoh merupakan UPTD yang terintegrasi dengan BPPTPH Unit Gading. BPPTPH Kedungpoh memiliki lahan dengan luas total 1,5 ha dengan peruntukan produksi benih jagung dan kacang tanah. Lahan yang produktif hanya seluas 1 ha dan keseluruhan merupakan lahan tadah hujan. Penanaman untuk produksi benih dilakukan setelah ada hujan. Kebun produksi benih belum dipagari sehingga rawan untuk pencurian, selain itu juga rawan terjadinya kontaminasi dengan tanaman lain yang ditanam oleh petani yang sekawasan dengan lahan BPPTPH Kedungpoh. Air untuk budidaya merupakan air yang digunakan bersama warga. Lahan yang dimiliki merupakan lahan berteras dan perlu untuk ditata dengan alat berat yang masih belum bisa ditata sampai sekarang. BPPTPH Kedungpoh berencana untuk melakukan penataan lahan sehingga lahan dapat dimanfaatkan lebih baik. BPPTPH Kedungpoh hanya memiliki 1 PTT yang bertanggungjawab atas produksi dan gudang. Fasilitas yang ada di BPPTPH Kedungpoh berupa 1 unit gudang. Traktor yang digunakan merupakan traktor yang didatangkan dari BPPTPH Gading. Pelaksanaan pengarapan lahan dengan tenaga luar sebesar Rp ,00 untuk cangkul dan Rp ,00 untuk mendangir. BPPTPH Kedungpoh memiliki 1 lantai jemur namun dalam kondisi yang tidak bisa digunakan. 119

60 B. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP) BPSBP bertugas untuk melakukan sertifikasi terhadap benih yang akan dilepas di pasaran. BPSBP berkantor di Kompleks Dinas Pertanian DIY. Target sertifikasi yang dibebankan kepada BPSBP sebesar 1650 ha untuk APBN dan 100 ha untuk APBD (PAD). BPSBP melakukan sertifikasi dengan beberapa tahapan proses, yaitu : 1. Pendahuluan 2. Fase Vegetatif 3. Fase Generatif 4. Panen 5. Pemeriksaan Gudang 6. Uji Lab 7. Pelabelan (setelah lolos uji lab) Pelaksanaan sertifkasi dilakukan sesuai urutan dan memakan waktu kurang lebih 14 hari, apabila pada salah satu tahapan tidak lolos maka proses tidak dilanjutkan. Proses pembayaran dilakukan setelah label keluar dan apabila tidak lolos maka tidak ada pembebanan pembayaran untuk membayar proses yang sudah dilakukan. Harga label sertifikat benih Rp 600 per label dengan hasil mencapai 800 label benih. Dulu masih ada penerbitan Surat Keterangan Produsen Benih dengan biaya pembuatan baru Rp ,00 dan biaya perpanjangan Rp ,00, namun saat ini sudah menjadi wewenang Kota/Kabupaten sehingga potensi pendapatan BPSBP berkurang akibat wewenang penerbitan Surat Keterangan Produsen Benih dibebankan kepada Kota/Kabupaten. Laboratorium yang dimiliki untuk Uji Lab Benih yang akan disertifikat sudah memiliki akreditasi. Kendaraan operasional yang dimiliki kurang dapat dimanfaatkan karena tidak ada biaya operasional. Sumber Daya Manusia yang dimiliki sejumlah 30 orang pengawas benih dengan rincian 20 orangaktif dan sisanya sebagian besar sudah pensiun. 20 orang pengawas benih yang aktif 13 diantaranya petugas lapangan dan 7 sisanya bertugas di laboratorium uji. Sumber Daya Manusia masih dirasa kurang karena terbatas dan kurang bisa memfasilitasi produsen benih dan sebagian besar sudah pensiun. Operasional tenaga lapangan juga terbatas karena kendaraan operasional yang dimiliki tidak memiliki biaya operasional yang cukup. Pemeriksaan lapangan yang sudah dilakukan BPSBP sejumlah 350 ha padahal anggaran yang ada hanya untuk 100 ha. Pendapatan Asli Daerah yang dibebankan tiap tahunnya naik namun dengan retribusi yang rendah. Kekurangan anggaran pada pemeriksaan 350 ha yang 120

61 seharusnya 100 ha diambilkan dari anggaran Pendapatan Negara Bukan Pajak sertifikasi 1650 ha. BPSBP masih memerlukan tambahan Sumber Daya Manusia untuk memperbaiki kinerja yang saat ini hanya berisikan 20 orang yang aktif dengan total keseluruhan 30 orang yang sebagian besarnya sudah pensiun, kaitannya dengan pelaksanaan pemeriksaan lapangan yang mengakomodasi keseluruhan DIY. Pembebanan biaya sertifikasi bisa dilakukan tiap tahap pemeriksaan sehingga tetap ada pemasukan, namun saat ini biaya sertifikasi baru dibayarkan ketika label sudah jadi. Lahan yang terhenti pada fase sebelum label jadi tidak ada pembebanan biaya. Lab Pengujian Lab Pengujian dan Sertifikasi C. Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPSDMP) BPSDMP merupakan salah satu UPTD milik Dinas Pertanian DIY yang menyelenggarakan pelatihan baik untuk Petani, Mantri Tani, Penyuluh maupun pihak-pihak terkait. BPSDMP memiliki lahan seluas 4500 m 2 yang berisi gedung kantor, ruang pertemuan serta asrama. Sebagai sarana pelatihan, BPSDMP memerlukan lahan yang melekat dengan lokasi kompleks BPSDMP minimal seluas 2 Ha, namun saat ini belum tersedia. Lahan tersebut diperuntukkan sebagai sarana pelatihan baik pertanian, peternakan, perikanan maupun perkebunan. Sarana yang belum tersedia adalah perpustakaan serta fasilitas olahraga. Sumber air yang berasal dari sawah tidak bisa digunakan untuk air minum, sehingga ketersediaan air tebatas, BPSDMP sudah mengajukan untuk pengadaan PAM namun masih belum jelas. Pelatihan di BPSDMP dapat dilaksanakan hingga 5 kelas per bulan. Pelaksanaan pelatihan efektif berlangsung selama 10 bulan dengan sekitar 6 kelas pada bulan Maret sampai 121

62 November. Fasilitas kelas masih dirasa kurang karena masih ada 2 ruang kelas yang belum menggunakan AC. Ruang makan yang tersedia dapat digunakan untuk 60 orang yang juga belum berfasilitas AC. Fasilitas AC masih belum bisa dipenuhi karena listrik yang tersedia di BPSDMP masih kurang daya dan sudah direncanakan untuk ditambah dayanya. Beberapa pelatihan pernah dibatalkan karena permasalahan air dan AC. Penggunaan lahan untuk pelatihan biasanya melakukan kerja sama dengan instansi lain seperti KP4 UGM. Gedung kantor masih belum dilengkapi dengan tralis untuk keamanan karena lokasi kantor berdampingan dengan sawah yang rawan pencurian. Beberapa komputer untuk operasional merupakan komputer lama yang kurang layak untuk digunakan SDM yang tersedia saat ini berjumlah 39 orang, namun berdasarkan SK Gubernur seharusnya berisi 42 orang. BPSDMP masih kekurangan 4 6 orang untuk jabatan fungsional. D. Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) Balai Proteksi Tanaman Pertanian berlokasi di Gesikan, Bantul. Bertugas untuk melakukan sosialiasi PHT melalui SLPHT dan pembuatan agensia hayati untuk menunjang pelaksanaan SLPHT. Laboratorium yang dimiliki berjumlah empat laboratorium untuk memproduksi agensia hayati antara lain. BPTP juga memiliki Laboratorium baru yang akan berfungsi sebagai laboratorium uji residu pestisida. BPTP melaksanakan SLPHT untuk petani sebagai Institusi Pelayanan. BPTP mendampingi petani untuk melakukan PHT. Laboratorium Produksi Agen Hayati memproduksi Agensia Hayati yang akan dilepas ke pasaran dengan harga Rp 5.000,00 per kemasan. Agensia Hayati hanya bisa dibeli melalui kelompok yang sudah mendapatkan surat rekomendasi dari POPT. Produksi Agensia Hayati yang dilakukan BPTP sebenarnya hanya produksi starter yang kemudian akan diproses oleh Kelompok Tani binaan sehingga menjadi produk siap pakai, namun BPTP memproduksi agensia hayati siap pakai. Alat operasional yang dimiliki untuk produksi agensia hayati cukup lengkap. Keberadaan Laboratorium Uji Residu Pestisida menjadi salah satu potensi yang harus segera ditindaklanjuti. Belum ada SDM yang bertugas secara khusus di Laboratorium Uji Residu Pestisida. Potensi penggunaan sangat besar karena akan menjadi pelengkap sebagai jaminan mutu pangan. Alat-alat sudah tersedia namun belum dipindah ke gedung laboratorium karena gedung baru saja jadi dan belum ada SDM yang bertanggungjawab atas pengoperasionalan laboratorium. 122

63 BPTP memiliki 8 PNS dengan 4 orang berkualifikasi S1 sebagai fungsional POPT. Selain itu juga tersebar THL POPT yang berada di Kecamatan. BPTP sudah memiliki sertifikat ISO untuk Manajemen Pelayanan, namun BPTP merasa masih kurang memiliki wewenang ke dalam untuk melakukan pengembangan sesuai dengan kondisi yang dikehendaki. BPTP masih berada di bawah Seksi sehingga masih terbatas untuk melakukan pengembangan. Laboratorium Pengujian Peralatan Pengujian Residu Pestisida Sub Sektor Peternakan PAD sub-sektor peternakan di DIY secara umum dihasilkan oleh Dinas Pertanian DIY. Unit penghasil PAD sub-sektor peternakan di Dinas Pertanian DIY adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Bibit, Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan (UPTD BPBPTDK). UPTD BPBPTDK merupakan penggabungan 2 (dua) UPTD yaitu: UPTD BDK (Balai Diagnostik Kehewanan) yang berlokasi di Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul dan UPTD BPMBPT (Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak) yang berlokasi di Sumedang, Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Struktur organisasi UPTD BPBPTDK terdiri dari kepala balai, sub-bagian tata usaha, dan 2 seksi yaitu Seksi Pengembangan Semen, Ternak Bibit, dan Pakan Ternak dan Seksi Diagnostik Kehewanan. UPTD BPBPTDK bertugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian di bidang pengembangan bibit, pakan ternak dan diagnostik kehewanan. Secara rinci, dalam melaksanakan tugas tersebut, UPTD BPBPTDK memiliki fungsi antara lain: (1) Penyusunan 123

64 program balai, (2) Pengembangan semen, (3) Pengembangan pakan ternak; (4) Pengembangan ternak bibit, (5) Pelaksanaan diagnosa dan surveilans, (6) Pengendalian mutu produk asal hewan, (7) Penyelenggaraan ketatausahaan, dan (8) Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program balai, (8) Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program balai, dan (8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Berdasarkan tugas-tugas tersebut, fungsi dan layanan yang diemban oleh UPTD UPTD BPBPTDK akan diperoleh berbagai sumber penerimaan, sebagai pendapatan asli daerah sub-sektor peternakan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, UPTD BPBPTDK dilengkapi dengan sarana prasarana sebagai berikut: 1. Kantor pelayanan pusat; 2. Laboratorium Kesmavet; 3. Laboratorium Keswan; 4. Ruang Pengujian Laboratorium Kesmavet; 5. Ruang Pengujian Laboratorium Keswan; 6. Ruang pemrosesan semen beku; 7. Kebun HPT seluas kurang lebih 9 Ha (di 4 lokasi: Sumedang, Kaliurang, Ngepas, dan Barongan); 8. Ternak Bull, sapi perah, sapi potong, kambing, dan domba; 9. Kendaraan operasional, baik roda 2, roda 4, maupun roda 6; 10. Sarana penunjang (komputer, telepon, internet, dll.). Pelayanan yang diberikan oleh UPTD BPBPTDK adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Laboratorium Kesmavet a. Pengujian formalin terhadap pangan asal hewan, b. Pemalsuan daging, c. Pengujian cemaran mikroba pada daging, susu dan telur, d. Pengujian residu pada daging, susu dan telur, e. Pengujian daging ayam bangkai, dan f. Pengujian daging sapi glonggongan. 2. Kegiatan Laboratorium Keswan a. Pengujian penyakit tuberculosis, b. Pengujian helmintiasis gastrointestinae, c. Pengujian parasit darah, d. Patologi ternak, 124

65 e. Pengujian titer antibodi Al & ND f. Pengujian IBR pada sapi, g. Pengujian paratuberculosis pada sapi, h. Pengujian pullorum ayam, i. Pengujian RBT sapi perah, dan j. Pengujian Toxoplasma pada ternak. 3. Pengembangan Bibit Ternak a. Pengembangan bibit ternak sapi perah, b. Pengembangan bibit ternak sapi potong, dan c. Pengembangan bibit ternak kambing / domba. 4. Pengembangan Semen Beku a. Semen beku sapi simental, b. Semen beku sapi limosin, dan c. Semen Bbeku sapi PO/Brahman. 5. Pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) : a. Rumput (King grass, Kolonjono, Sertaria) b. Legumenosa (Kaliandra, Kleresede, Lamtoro) Dari uraian tersebut di atas, UPTD BPBPTDK disamping memberikan pelayanan aktif kepada masyarakat dengan jenis pelayanan pengujian, penyediaan bibit ternak dan semen beku dan HPT, juga menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang obyek pendapatan utamanya didukung dari pengembangan bibit ternak sapi perah karena disamping menghasilkan pedet juga menghasilkan susu sapi. Obyek yang lain bersumber dari hasil pengujian laboratorium kesehatan hewan dan pengujian laboratorium Kesmavet dan penjualan semen beku. Penarikan PAD di UPTD BPBPTDK diatur berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perubahan Tarif Retribusi Jasa Usaha. Retribusi jasa usaha di UPTD BPBPTDK terdiri atas retribusi pemakaian kekayaan daerah (jasa pemeriksaan dan pengujian penyakit hewan) dan retribusi penjualan produksi usaha daerah khususnya penjualan ternak dan hasil ternak (susu sapi, pedet sapi perah, sapi potong, sapi afkir, kambing afkir, semen beku sapi, pedet sapi potong, dan cempe). Dari sumber-sumber penerimaan tersebut, UPTD BPBPTDK mengklasifikasikannya menjadi dua yaitu PAD yang bersifat tetap dan tidak tetap. PAD yang bersifat tetap di UPTD BPBPTDK terdiri dari penjualan susu sapi perah, penjualan pedet sapi perah, penjualan pedet sapi potong, penjualan cempe kambing domba, penjualan semen beku dan pengujian pullorum, sedangkan PAD yang bersifat tidak 125

66 tetap terdiri dari pengujian kesmavet, pengujian RBT test, pengujian HI/AI, penjualan sapi potong afkir, penjualan sapi perah afkir, dan penjualan kambing dan domba afkir. Menurut UPTD BPBPTDK, sumber PAD yang diklasifikasikan bersifat tetap adalah berdasarkan sifatnya yang setiap bulan atau setiap tahun dikerjakan dan menghasilkan pendapatan, sedangkan PAD diklasifikasikan tidak tetap berdasarkan pada PAD yang setiap bulan atau setiap tahun tidak selalu dapat menghasilkan pendapatan. Sebagai contoh, PAD yang sifatnya pengujian (pengujian Kesmavet, HI/AI test dan RBT test) sangat ditentukan oleh kesadaran dan kepentingan masyarakat. Laboratorium bersikap statis, namun telah melakukan sosialisasi arti pentingnya nilai pengujian. Pengujian Kesmavet ke depan, dengan berlangsungnya pasar bebas ASEAN (MEA) yang berlaku mulai tahun 2015 akan sangat dibutuhkan karena barang yang beredar di pasar bebas keamanan pangan harus dibuktikan dengan hasil pengujian dari laboratorium. Penjelasan rinci mengenai unit penghasil PAD dan sumber penerimaannya adalah sebagai berikut: A. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan Bibit, Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan (UPTD BPBPTDK) Seperti telah diuraikan pada awal bab III bahwa UPTD BPBPTDK merupakan penggabungan dua UPTD yaitu: UPTD BDK (Balai Diagnostik Kehewanan) dan UPTD BPMBPT (Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak). Struktur penerimaan PAD yang berasal dari UPTD BPBPTDK terdiri atas retribusi pemakaian kekayaan daerah seperti pengujian pullorum dan pengujian HI/AI, sedangkan retribusi penjualan produksi usaha daerah diantaranya penjualan ternak (pedet sapi perah, pedet sapi potong, cempe kambing/domba sapi potong afkir, sapi perah afkir, dan domba/kambing afkir) dan hasil ternak (susu sapi perah dan semen beku). Selama periode , target PAD yang dibebankan kepada UPTD BPBPTDK mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun Rata-rata pertumbuhan target PAD yang dibebankan selama periode tersebut adalah sebesar 60,46% per tahun dengan pertumbuhan target tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 283,02% (dari Rp pada tahun 2009 menjadi Rp ). Mengikuti pola target yang dibebankan, realisasi penerimaan PAD yang berasal dari UPTD BPBPTDK juga mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun Rata-rata pertumbuhan realisasi penerimaan PAD adalah sebesar 55,80% per tahun dengan pertumbuhan realisasi penerimaan tertinggi juga terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 215,39% (dari Rp pada tahun 126

67 Rupiah (%) 2009 menjadi Rp ). Pada tahun 2013, realisasi penerimaan PAD di UPTD BPBPTDK mengalami penurunan sebesar 5,80% dari sebelumnya Rp pada tahun 2012 (realisasi penerimaan tertinggi). Jika dilihat dari rasio antara target dan penerimaan PAD selama periode , hanya pada tahun 2010 dan 2011, UPTD BPBPTDK tidak mampu merealisasikan target PAD yang dibebankan dengan persentase masing-masing sebesar 97,69% dan 97,30% (Gambar 3.10). Gambar Target dan Realisasi Penerimaan PAD UPTD BPBPTDK, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Target Realisasi Persentase (%) Poly. (Realisasi) - Sumber: UPTD BPBPTDK, 2014 (diolah) Lalu berapa sumbangan dari masing-masing sumber penerimaan PAD tersebut? Sebagai contoh adalah rincian penerimaan PAD pada tahun 2013, sumber penerimaan PAD terbesar berasal dari penjualan susu sapi perah yaitu sebesar Rp , diikuti penjualan semen beku sebesar Rp , dan penjualan pedet sapi perah sebesar Rp Untuk pedet sapi potong dan cempe, nilai penjualan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp , sedangkan nilai penjualan induk afkir (sapi perah dan kambing/domba) adalah sebesar Rp Retribusi pemakaian kekayaan daerah yang berasal dari UPTD BPBPTDK pada tahun 2013 adalah sebesar Rp yang terdiri atas pengujian pullorum sebesar Rp dan pengujian HI/AI sebesar Rp Jika sumber penerimaan PAD diklasifikasikan menurut internal UPTD BPBPTDK, maka penerimaan PAD yang bersifat 127

68 tetap adalah sebesar Rp , sedangkan penerimaan PAD yang bersifat tidak tetap sebesar Rp Gambar Sumber Penerimaan PAD di UPTD BPBPTDK, 2013 (Persen) Pengujian HI/AI 1% Afkir Sapi Perah 4% Afkir Kambing /Domba 1% Pengujian Pullorum 1% Cempe Kambing /Domba 2% Pedet Sapi potong 3% Semen Beku 22% Susu Sapi Perah 53% Pedet Sapi Perah 13% Sumber: UPTD BPBPTDK, 2014 (diolah) 1. Seksi Pengembangan Semen, Ternak Bibit dan Pakan Ternak Seksi Pengembangan Semen, Ternak Bibit, dan Pakan memiliki tugas untuk melaksanakan pengembangan semen, ternak bibit, dan pakan ternak. Seksi Pengembangan Semen, Ternak Bibit, dan Pakan berkedudukan di Jalan Palagan Tentara Pelajar Km 15, Sumedang, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Sumber penerimaan PAD yang berasal dari Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak terdiri atas penjualan pedet sapi perah, susu sapi perah, dan semen beku. Pada tahun 2013, penerimaan PAD di Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak yang berasal dari penjualan susu sapi perah adalah sebesar Rp (61%), penjualan semen beku sebesar Rp (25%), dan penjualan pedet sapi perah sebesar Rp (14%). 128

69 Rupiah (%) Gambar Target dan Realisasi Penerimaan PAD Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 50,000, Target Realisasi Persentase (%) Poly. (Realisasi) - Sumber: UPTD BPBPTDK, 2014 (diolah) Peningkatan target dan realisasi penerimaan PAD yang berasal dari Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak memiliki pola yang sama dengan UPTD BPBPTDK dimana hal tersebut terjadi karena Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak merupakan kontributor terbesar PAD di UPTD BPBPTDK. Selama periode , target PAD yang dibebankan kepada Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun Rata-rata pertumbuhan target PAD yang dibebankan selama periode tersebut adalah sebesar 131,68% per tahun dengan pertumbuhan target tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 633,44% (dari Rp pada tahun 2009 menjadi Rp ). Mengikuti pola target yang dibebankan, realisasi penerimaan PAD yang berasal dari Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak juga mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun Rata-rata pertumbuhan realisasi penerimaan PAD adalah sebesar 98,66% per tahun dengan pertumbuhan realisasi penerimaan tertinggi juga terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 403,56% (dari Rp pada tahun 2009 menjadi Rp ). Pada tahun 2013, realisasi penerimaan PAD di Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak mengalami penurunan 129

70 sebesar 9,08% dari sebelumnya Rp pada tahun 2012 (realisasi penerimaan tertinggi). Jika dilihat dari rasio antara target dan penerimaan PAD selama periode , hanya pada tahun 2010 dan 2011, Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak tidak mampu merealisasikan target PAD yang dibebankan dengan persentase masing-masing sebesar 97,28% dan 96,58%. 2. Seksi Diagnostik Kehewanan Seksi Diagnostik Kehewanan memiliki tugas untuk melaksanakan diagnosa dan surveilans, serta pengendalian mutu produk asal hewan. Laboratorium Diagnostik Kehewanan berkedudukan di Barongan, Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Sumber penerimaan PAD yang berasal dari Seksi Diagnostik Kehewanan sesungguhnya hanya berasal dari pengujian pullorum dan HI/AI. Namun karena Laboratorium Diagnostik Kehewanan berada di Barongan dan di tempat tersebut terdapat pembibitan kambing/domba, sapi potong, dan sapi perah, maka penerimaan PAD yang berasal dari penjualan ternak tersebut dimasukkan ke dalam penerimaan PAD yang berasal dari Laboratorium Diagnostik Kehewanan. Penerimaan PAD yang berasal dari pengujian pullorum dan HI/AI pada tahun 2013 adalah sebesar Rp , sedangkan penjualan ternak baik anakan maupun afkir secara keseluruhan adalah sebesar Rp Selama periode , target PAD yang dibebankan kepada Laboratorium Diagnostik Kehewanan cenderung mengalami penurunan dengan tingkat penurunan target per tahun sebesar 1,32%. Target PAD yang dibebankan kepada Laboratorium Diagnostik Kehewanan pada tahun 2008 adalah sebesar Rp dan mengalami penurunan hingga tahun 2012 menjadi sebesar Rp , kemudian target PAD kembali mengalami peningkatan sebesar 36,67% menjadi Rp Realisasi penerimaan PAD yang berasal dari Laboratorium Diagnostik Kehewanan cenderung fluktuatif walaupun secara umum dapat dikatakan mengalami peningkatan. Realisasi penerimaan PAD pada tahun 2008 adalah sebesar Rp , kemudian mengalami penurunan menjadi RP , meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp , dan pada tahun 2013 meningkat kembali menjadi Rp (realisasi penerimaan PAD tertinggi). Berbeda dengan target yang mengalami penurunan, realisasi penerimaan PAD di Laboratorium Diagnostik Kehewanan tumbuh positif dengan ratarata pertumbuhan per tahun sebesar 7,18%. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, Laboratorium Diagnostik Kehewanan selalu mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 157,33% (target sebesar Rp dan realisasi penerimaan sebesar Rp ). Target dan 130

71 Rupaih (%) realisasi penerimaan PAD di Laboratorium Diagnostik Kehewanan dapat dilihat pada Gambar Gambar Target dan Realisasi Penerimaan PAD Laboratorium Diagnostik Kehewanan, ,000, ,000,000 40,000, ,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000, ,000, ,000, Target Realisasi Persentase (%) Poly. (Realisasi) - Sumber: UPTD BPBPTDK, 2014 (diolah) 3.4. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Beberapa objek yang dijadikan sumber penerimaan hingga saat ini oleh Dinas PUP- ESDM ini antara lain: a. Balai PIPBPJK (Pengujian, Informasi Pemukiman dan Bangunan, dan Pengembangan Jasa Konstruksi) b. Penjualan drum bekas c. Wisma PU di Kaliurang Selain ketiga objek di atas terdapat satu lagi objek yang potensial jika dijadikan sebagai objek pendapatan yakni Balai Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Balai IPAL saat ini belum menjadi objek pendapatan di Daerah Istimewa Yogyakarta. 131

A. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan (UPTD BPTKP) a) Target dan Realisasi Penerimaan UPTD BPTKP

A. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan (UPTD BPTKP) a) Target dan Realisasi Penerimaan UPTD BPTKP LAMPIRAN A. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan (UPTD BPTKP) a) Target dan Realisasi Penerimaan UPTD BPTKP Target Realisasi 1. 2006 408.254.160 416.879.500

Lebih terperinci

BAB IV SKENARIO OPTIMALISASI POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH

BAB IV SKENARIO OPTIMALISASI POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH BAB IV SKENARIO OPTIMALISASI POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH 4.1. Dinas Kelautan dan Perikanan 4.1.1. Potensi Penerimaan PAD Sektor Kelautan dan Perikanan A. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 52 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografi dan Topografi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng terletak di wilayah Gunungkidul. Berjarak sekitar 40 km dari ibukota Gunungkidul, Wonosari.

Lebih terperinci

Rencana Umum Pengadaan

Rencana Umum Pengadaan Rencana Umum Pengadaan (Melalui Penyedia) K/L/D/I : Pemerintah Kabupaten Satuan Kerja : Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun Anggaran : 2017 No Kegiatan Nama Paket Volume Pagu 1. Promosi pemasaran dan peningkatan

Lebih terperinci

Rencana Umum Pengadaan

Rencana Umum Pengadaan Rencana Umum Pengadaan (Melalui Penyedia) K/L/D/I : Pemerintah Kabupaten Satuan Kerja : Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun Anggaran : 2017 No Kegiatan Nama Paket Volume Pagu 1. Pengelolaan Balai Benih

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14 PRODUKSI PERIKANAN Produksi Perikanan Kabupaten Aceh Selatan berasal dari hasil penangkapan di laut dan perairan umum serta dari kegiatan budidaya. Pada tahun 2011 produksi perikanan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Geliat MINAPOLITAN KABUPATEN PACITAN. Pemerintah Kabupaten Pacitan

Geliat MINAPOLITAN KABUPATEN PACITAN. Pemerintah Kabupaten Pacitan Geliat MINAPOLITAN KABUPATEN PACITAN Pemerintah Kabupaten Pacitan VISI Terwujudnya Masyarakat Pacitan yang Sejahtera MISI 4 Meningkatkan Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi yang Bertumpu pada potensi Unggulan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.08/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PEKALONGAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.440, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa retribusi jasa usaha

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.14/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TELUK BATANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.10/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.12/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI SUNGAILIAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.11/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan bagian integral dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai 17 kecamatan. Letak astronominya antara 110º12 34 sampai 110º31

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2011

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2011 Pengadaan Barang RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2011 NO NAMA PAGU METODE PENGADAAN LOKASI PAKET / KEGIATAN ANGGARAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

Rencana Umum Pengadaan

Rencana Umum Pengadaan Rencana Umum Pengadaan (Melalui Penyedia) K/L/D/I Tahun Anggaran : 2014 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Pengadaan Sarana Untuk Operasional Produksi Induk Unggas di UPTD BBAT Pengadaan Bangunan Rumah

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATAKERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) terletak di Teluk Jakarta tepatnya di Kelurahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.13/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI KARANGANTU MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4.1 DESKRIPSI PPSC Gagasan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap diawali sejak dekade 1980-an oleh Ditjen Perikanan dengan mengembangkan PPI Sentolokawat, namun rencana

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 109 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

Dokumen RUP. Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal Dinas Kelautan Dan Perikanan. PA/KPA Ir. Agung Setiawan, MM

Dokumen RUP. Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal Dinas Kelautan Dan Perikanan. PA/KPA Ir. Agung Setiawan, MM Dokumen RUP SiRUP adalah aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum berbasis web yang fungsinya sebagai sarana atau alat untuk mengumumkan RUP. SiRUP bertujuan untuk mempermudah pihak PA/KPA dalam mengumumkan

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI PROGRES IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI GUBERNUR BALI 1 KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI

Lebih terperinci

Dokumen RUP Tahun Anggaran 2017

Dokumen RUP Tahun Anggaran 2017 Dokumen RUP Tahun Anggaran 2017 SiRUP adalah aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum berbasis web yang fungsinya sebagai sarana atau alat untuk mengumumkan RUP. SiRUP bertujuan untuk mempermudah pihak PA/KPA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017 Forum SKPD oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Yogyakarta, 28 Maret 2016 Outline 1. Potensi dan Permasalahan Pembangunan Sektoral 2. Isu Strategis

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1515, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Kelautan. Perikanan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DI KABUPATEN BONE DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM

Lebih terperinci

PROFIL UPTD PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014

PROFIL UPTD PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014 PROFIL UPTD PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014 UPTD PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN Komplek Pelabuhan Perikanan Pantai

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu LAMPIRAN 155 Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu Keterangan gambar: 1. Rumah Dinas 2. Kantor 3. Aula 4. PT. Fan Marine Shipyard 5. Tangki Solar 6. Bengkel 7. Bak Air 8. Pabrik Es 9. Sumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima wilayah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2 (15,90% dari luas wilayah Provinsi DIY) dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA KEJAWANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lem

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lem No.1619, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Pembudidayaan. Ikan. Pembinaan. Perizinan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 020 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 020 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 020 TAHUN 2016 TENTANG PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN JASA KEPELABUHANAN PELABUHAN PERIKANAN MUARA KINTAP PADA PELABUHAN PERIKANAN MUARA KINTAP DINAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMASARAN HASIL PERIKANAN DI PASAR IKAN TERINTEGRASI PADA PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEMAPARAN PROGRES IMPLEMENTASI FOKUS AREA RENCANA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DALAM RANGKA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA (GNP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidadi lemak oleh udara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidadi lemak oleh udara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan produk yang mudah rusak. Kerusakan ikan disebabkan oleh kegiatan enzimatis dari dalam tubuh ikan itu sendiri. Untuk menanggulangi kerusakan pada

Lebih terperinci

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4.2.5.1 KONDISI UMUM Sebagai salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di wilayah pesisir, Kota Semarang memiliki panjang pantai 36,63 km dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA Menimbang MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN 168 BAB V 5.1. Tinjauan Umum. Untuk dapat melaksanakan Perencanaan dan Perancangan Pelabuhan Perikanan Morodemak, Kabupaten Demak dengan baik maka diperlukan evaluasi yang mendalam atas kondisi Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN P erencanaan Strategis Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan merupakan bagian dari implementasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN CIREBON TAHUN ANGGARAN 2011

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN CIREBON TAHUN ANGGARAN 2011 RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN CIREBON TAHUN ANGGARAN 2011 NO PROGRAM KEGIATAN LOKASI SUMBER DANA VOLUME PERKIRAAN BIAYA (Rp). PERKIRAAN WAKTU MULAI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu 60 Lampiran 2. Fasilitas di PPP Karangantu No Fasilitas Volume Satuan (baik/rusak) I. FASILITAS POKOK Breakwater 550 M Rusak Turap 700 M Baik Faslitas

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA 2 PROVINSI SUMATERA UTARA VISI Menjadi Provinsi yang Berdaya Saing Menuju Sumatera Utara Sejahtera MISI 1. Membangun sumberdaya manusia yang memiliki integritas dalam berbangsa dan bernegara, religius

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2017 KEGIATAN PROGRAM

RENCANA AKSI KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2017 KEGIATAN PROGRAM RENCANA AKSI KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2017 SASARAN Meningkatnya produk a. Jumlah produksi 6,225.74 Pengembangan Perikanan 1. Pengembangan Indistrialisasi Jumlah peserta

Lebih terperinci

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG *7 BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KESATU ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DI KABUPATEN BONE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDIDAYA IKAN

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

RENCANA AKSI TAHUN 2017 DINAS PERIKANAN KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA AKSI TAHUN 2017 DINAS PERIKANAN KABUPATEN LAMONGAN RENCANA TAHUN 2017 DINAS PERIKANAN KABUPATEN LAMONGAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1. Meningkatnya Produksi Perikanan Tangkap TARGET Prosentase peningkatan jumlah produksi perikanan tangkap - -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) terletak pada posisi 06 59 47, 156 LS dan 106 32 61.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

TABEL 5.1 TABEL RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF KABUPATEN SUMENEP DINAS PERIKANAN

TABEL 5.1 TABEL RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF KABUPATEN SUMENEP DINAS PERIKANAN TABEL 5.1 TABEL RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF KABUPATEN SUMENEP DINAS PERIKANAN KONDISI CAPAIAN KINERJA PROGRAM PRIORITAS DAN KERANGKA PENDANAAN

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BREBES TAHUN ANGGARAN 2011

RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BREBES TAHUN ANGGARAN 2011 RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS KELAUTAN DAN KABUPATEN BREBES TAHUN ANGGARAN 20 KODE 2.05.0.0.0. 5 2 BELANJA LANGSUNG 02 Program Peningkatan Sarana 25.000.000 dan Prasarana Aparatur 09 Pengadaan Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disusunnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Tahun 2014 diharapkan dapat:

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disusunnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Tahun 2014 diharapkan dapat: BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kelautan dan perikanan DIY Tahun 2014 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA (Rp) JENIS PENGADAAN PAKET PENGADAAN LELANG / SELEKSI. Jasa Lainnya 20,000,000 1 Paket Kab. Batang APBD

PERKIRAAN BIAYA (Rp) JENIS PENGADAAN PAKET PENGADAAN LELANG / SELEKSI. Jasa Lainnya 20,000,000 1 Paket Kab. Batang APBD MELALUI PENYEDIA P E N G U M U M A N RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH : 19 Nomor : 19 : Dinas Kelautan dan Kabupaten Batang K/L/D/I : Pemerintah Kabupaten Batang : Jl. RA Kartini Nomor 12

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN Sektor perikanan di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting. Dari sektor ini dimungkinkan akan menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selatan dilatarbelakangi oleh Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun Povinsi Kalimantan Selatan) dan Peraturan Gubernur Kalimantan

I. PENDAHULUAN. Selatan dilatarbelakangi oleh Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun Povinsi Kalimantan Selatan) dan Peraturan Gubernur Kalimantan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Pembentukan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Selatan dilatarbelakangi oleh Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 (tentang Pembentukan, Organisasi

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2013 Jl. Panglima Sudirman No.

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2013 Jl. Panglima Sudirman No. PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2013 Jl. Panglima Sudirman No. 12 Pati Nomor : 050/165/2013 No. Kode Kegiatan / Pekerjaan Lokasi

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH DAN UNIT KERJA PADA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018 RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2017 PERAN DISLAUTKAN DIY Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sektor kelautan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN PERUBAHAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU Tahun Anggaran 2015

RENCANA KERJA ANGGARAN PERUBAHAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU Tahun Anggaran 2015 RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir RKAP SKPD 2.2 PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU Tahun Anggaran 2015 Urusan Pemerintahan : 2 Urusan Pilihan Bidang Pemerintahan : 2. 05 Kelautan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 16/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci