PENANGANAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PESISIR KOTA MAKASSAR SETTLEMENT RUBBISH HANDLING IN THE COASTAL REGIONS OF MAKASSAR CITY
|
|
- Sonny Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENANGANAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PESISIR KOTA MAKASSAR SETTLEMENT RUBBISH HANDLING IN THE COASTAL REGIONS OF MAKASSAR CITY Fitriyanti Arif, Mary Selintung, Ria Wikantari Perencanaan Pengembangan Wilayah, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Fitriyanti Arif, ST Teknik Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, HP:
2 ABSTRAK Penanganan Sampah Permukiman di Kawasan Pesisir Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji sistim penanganan sampah yang meliputi: pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan pembuangan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan aksessibilitas di kawasan pesisir Kota Makassar, (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi sistim penanganan sampah permukiman di kawasan pesisir Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Pesisir Kota Makassar, dengan studi kasus di Kelurahan Lette dan Untia yang mewakili permukiman padat tinggi dan rendah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapangan dengan menyebar kusioner kepada responden. Data analisis yang digunakan bersifat Deskriptif dan kuantitatif. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan Stratified Random Sampling dengan metode analisis menggunakan tabulasi silang dan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pewadahan sampah di kawasan pesisir menggunakan wadah yang bersifat permanen berupa: pasangan bata tertutup, dan semi permanen berupa: wadah plastik, ban bekas, drum/tong. Pola pengumpulan secara individual dan komunal langsung. Proses pemindahan dengan menggunakan wadah/kantong plastik dan dump truck. Sistem pembuangan umumnya dibuang pada lahan kosong, TPA, dan sempadan jalan. Di Kelurahan Lette, berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan berpengaruh terhadap: pewadahan, pengumpulan, pemindahan dan pembuangan. Tingkat pengeluaran dan jumlah anggota keluarga hanya berpengaruh terhadap pewadahan dan pembuangan, serta tidak berpengaruh terhadap pola pengumpulan dan proses pemindahan sampah. Sedangkan di Kelurahan Untia, berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pengeluaran, dan jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap: pewadahan dan tidak berpengaruh pada pola pengumpulan, proses pemindahan dan pembuangan sampah. Kata Kunci: Penanganan Sampah Permukiman di Kawasan Pesisir Kota Makassar ABSTRACT Settlement Rubbish Handling in the Coastal Regions of Makassar City. The research aimed at : (1) Examining the system of the rubbish handling including: container, collecting, removal and disposal towards the social, economic, and accessible conditions, (2) identifying the factors influencing the system of the rubbish handling of the settlement in the coastal region of Makassar City. The research was carried out in the coastal region of Makassar City with the case study at Lette and Untia Village Administrations representing the high and low dense settlements. The research used a field survey by distributing the questionnaires to the respondents. Date were analysed by using a quantitative descriptive method. Samples were taken by Statified Random Sampling technique. The analysis methods used were the cross tabulation and descriptive statistics. The research result indicates that the rubbish in the coastal region is put in the permanent containers in the forms of: closed masonry and semi permanent containers in the forms of plastic container, unused tyres, drums/barrels. Rubbish collection was conducted the direct individual and communal ways. The removal process uses the containers/plastic bags and dump trucks. The rubbish is generally axhausted in the vacant lad, landfill, road sides. At Lette village administration, the education level and occupation type have the impact on the container, collection, removal, and disposal. The level of expenditure and the number of family members have only influence on the container and disposal, and they do not have any impact on the rubbish collection pattern and removal process. Whereas at Untia Village Administration, the education level, occupation type, expenditure level, and number of family members have the container, and they do dot have any influence on the collection pattern, removal process, rubbish disposal. Keywords: Settlement Rubbish Handling in the Coastal Regions of Makassar City
3 PENDAHULUAN Kota adalah suatu wilayah geografis tempat bermukim sejumlah penduduk dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi, kegiatan utamanya di sektor non agraris serta mempunyai kelengkapan prasarana dan sarana yang relatif lebik baik dibandingkan dengan kawasan sekitarnya. (Azwar, 2003). Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumbersumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2005). Ketidakpedulian terhadap permasalahan pengelolaan sampah berakibat terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang tidak memberikan kenyamanan untuk hidup, sehingga akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat. Sampah akan menjadi beban bumi, artinya ada resiko-resiko yang akan ditimbulkannya (Hadi, 2005). Sampah secara sederhana dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat difungsikan lagi sebagaimana mestinya. Menurut Kodoatie (2003), sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dalam Undang-Undang tentang pengelolaan persampahan No.18 tahun 2008 definisi sampah adalah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam prosesproses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. (Kementerian Lingkungan Hidup, 2008). Kawasan pesisir adalah ruang daratan yang terkait erat dengan ruang lautan. Kawasan pesisir sebagai suatu sistem, maka pengembangannya tidak dapat terpisahkan dengan pengembangan wilayah secara luas. Dengan demikian penataan ruang sebagai kawasan budidaya, kawasan lindung ataupun sebagai kawasan tertentu tetap menjadi arahan dalam pengembangan kawasan pesisir agar penataan dan pemanfaatan ruangnya memberikan kesejahteraan masyarakat yang meningkat dalam lingkungan yang tetap lestari. (Rahardjo Adisasmita, 2006). Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional. Menurut menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003), secara sosial wilayah pesisir dihuni tidak kurang dari 110 juta jiwa atau 60% dari penduduk Indonesia yang bertempat tinggal dalam radius 50 km dari garis pantai. Dapat dikatakan bahwa wilayah ini
4 merupakan cikal bakal perkembangan urbanisasi Indonesia pada masa yang akan datang. Secara administratif kurang lebih 42 Daerah Kota dan 181 Daerah Kabupaten berada di pesisir, dimana dengan adanya otonomi daerah masing-masing daerah otonom tersebut memiliki kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Berdasarkan data yang didapatkan di Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar, terlihat adanya peningkatan yang cukup signifikan. Terkait sistim penanganan sampah di Kota Makassar. Pada tahun 2010 jumlah timbulan sampah Kota Makassar mencapai 3.781,23 m³/hari, sedangkan yang tertangani adalah sebesar: 3.373,42 m³/hari, yakni hanya 89,21 persen terhadap timbulan. Pada tahun 2011 jumlah timbulan sampah mencapai 3.923,52 m³/hari, sedangkan jumlah sampah tertangani mencapai 3.520,07 m³/hari, yakni hanya 89,72 persen terhadap timbulan. Jumlah timbulan sampah per hari dari tahun 1997/1998 hingga tahun 2009 bertambah lebih dari 37%. (Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar, 2011). Kota Makassar, terdapat 8 Kecamatan yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai, di antaranya: Kecamatan Tamalate, Mariso, Ujung Pandang, Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, Wajo dan Ujung Tanah. Kepadatan penduduk di kawasan pesisir, tertinggi berada di Kecamatan Mariso yakni sebesar: jiwa/km² dan terendah berada di Kecamatan Biringkanaya yakni sebesar: jiwa/km². (BPS Kota Makassar, 2011). Dasar pertimbangan sehingga peneliti mengambil studi kasus di Kelurahan Lette dan Untia karena lokasi ini dapat mewakili permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi dan rendah. Berdasarkan kepadatan jumlah penduduk menurut Kelurahan di Kecamatan Mariso, Kelurahan Lette merupakan kelurahan terpadat dibanding kelurahan lainnya, dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa (2.118 KK), maka jumlah sampah yang dihasilkan sebesar 6,789 ton per hari. Kelurahan Lette memiliki luas wilayah 14 Ha dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 693 jiwa/ha, dan termasuk kategori permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi. Kondisi permukiman yang padat pada area ini ikut mempengaruhi sistim penanganan sampah permukiman. Jumlah penduduk dan aktifitas kegiatan penduduk yang tinggi akan berakibat pada peningkatan volume sampah, hal ini terbukti dengan banyaknya tumpukan sampah liar di sekitar permukiman. (Kelurahan Lette Kota Makassar, 2012). Sedangkan di Kecamatan Biringkanaya, Kelurahan Untia termasuk kategori dengan tingkat kepadatan terendah. Luas wilayah administrasi Kelurahan Untia adalah 255,3 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa (447 KK), maka jumlah sampah yang dihasilkan sebesar 1,496 ton per hari. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 8 jiwa/ha, dan termasuk kategori permukiman dengan kepadatan rendah. (Kelurahan Untia Kota Makassar, 2012).
5 Sistim penanganan sampah di kawasan pesisir saat ini merupakan salah satu fenomena yang menarik untuk dikaji, karena penanganan sampah yang buruk dapat menimbulkan penurunan kualitas dan kuantitas permukiman khususnya di kawasan pesisir. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji: sistim penanganan sampah yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan pembuangan di kawasan pesisir Kota Makassar. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pesisir Kota Makassar, dengan studi kasus di Kelurahan Lette dan Untia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan teknik analisis matriks (tabulasi silang) dan analisis statistik deskriptif. Populasi, sampel, dan teknik sampling Populasi dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan jumlah KK. Sampel penelitian ditarik berdasarkan jumlah populasi yang tersedia. Populasi adalah seluruh kepala keluarga di kelurahan Lette dan Untia. Sampel penelitian ditarik berdasarkan jumlah KK yang tersedia. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan. Dengan jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding (proporsi) dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Jumlah populasi di Kelurahan Lette berjumlah KK dengan jumlah sampel sebanyak 152 KK. Sedangkan jumlah populasi di Kelurahan Untia berjumlah 447 KK dengan jumlah sampel sebanyak 96 KK. Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan secara primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, serta data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi data yang berasal dari dinas/instansi yang berhubungan dengan obyek penelitian dengan teknik pengumpulan sebagai berikut: 1.Observasi (Pengamatan Langsung). Observasi dimaksudkan untuk melihat langsung fenomena faktual obyek penelitian. 2. Wawancara, dilakukan tanpa daftar/pedoman pertanyaan dan dengan pedoman pertanyaan. 3. Studi Dokumen, menggunakan teknik dokumentasi dalam pengumpulan data. Dokumentasi yang dimaksud adalah melakukan pengumpulan data berdasarkan dokumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan catatan, berkas atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi yang relevan dalam penelitian. 4. Kuisioner adalah dengan cara mengisi
6 daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden penelitian. Pada prinsipnya kuisioner hampir sama dengan wawancara, perbedaannya hanya pada pertanyaan dan jawaban yang dilakukan secara tertulis. HASIL Penelitian ini memperlihatkan hubungan antara sistim penanganan sampah terhadap kondisi sosial, ekonomi dan aksessibilitas di Kelurahan Lette. Kondisi sosial, berdasarkan tingkat pendidikan rendah: sistim pewadahan bersifat semi permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Tingkat pendidikan sedang: sistim pewadahan bersifat permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Tingkat pendidikan tinggi: sistim pewadahan bersifat permanen, pengumpulan individual langsung, pemindahan menggunakan dump truck, dan pembuangan pada TPA. Berdasarkan jenis pekerjaan pada sektor formal sistim pewadahan bersifat permanen, pengumpulan secara individual langsung, pemindahan menggunakan dump truck, dan pembuangan pada TPA. Pada sektor informal: sistim pewadahan bersifat semi permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Kondisi ekonomi, berdasarkan tingkat pengeluaran 50-60%: sistim pewadahan bersifat permanen, pengumpulan Komunal langsung, pemindahan Wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada sempadan jalan. Tingkat pengeluaran 60-70% dan >70%: sistim pewadahan bersifat semi permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Berdasarkan jumlah anggota keluarga 1-2 orang: sistim pewadahan bersifat semi permanen, pengumpulan Komunal langsung, pemindahan Wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada TPS. Jumlah anggota keluarga 2-3 dan >3 orang: sistim pewadahan bersifat semi permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Hubungan antara sistim penanganan sampah terhadap kondisi sosial, ekonomi dan aksessibilitas di Kelurahan Untia. Kondisi sosial, berdasarkan tingkat pendidikan rendah: sistim pewadahan bersifat semi permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Tingkat pendidikan sedang: sistim pewadahan bersifat permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada
7 lahan kosong. Tingkat pendidikan tinggi: sistim pewadahan bersifat permanen, pengumpulan secara individual langsung, pemindahan menggunakan dump truck, dan pembuangan pada lahan kosong. Berdasarkan jenis pekerjaan pada sektor formal sistim pewadahan bersifat permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Pada sektor informal: sistim pewadahan bersifat semi permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Kondisi ekonomi, berdasarkan tingkat pengeluaran 50-60%: sistim pewadahan bersifat permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Tingkat pengeluaran 60-70% dan >70%: sistim pewadahan bersifat semi permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Berdasarkan jumlah anggota keluarga 1-2 orang: sistim pewadahan bersifat semi permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. Jumlah anggota keluarga 2-3 dan >3 orang: sistim pewadahan bersifat semi permanen, pengumpulan secara komunal langsung, pemindahan menggunakan wadah/kantong plastik, dan pembuangan pada lahan kosong. PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan hubungan antara sistim penanganan sampah terhadap kondisi sosial, ekonomi dan aksessibilitas di Kelurahan Lette. Berdasarkan Kondisi Sosial, tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pola pikir dan tingkat pengetahuan terhadap pewadahan. Tingkat pendidikan yang rendah dapat berdampak pada jenis dan pola pewadahan yang sesuai dengan pandangan dan pendapat mereka sendiri, tanpa mempertimbangkan dampak yang dapat ditimbulkan terhadap kawasan permukiman. Tingkat pendidikan mempengaruhi sistim pengumpulan, karena pada umumnya responden pada tingkat pendidikan rendah dan sedang mengumpulkan sampah secara komunal langsung dengan cara mengumpulkan sampah ke lokasi TPS. Sedangkan pada tingkat pendidikan tinggi proses pengumpulan sampahnya dilakukan oleh petugas untuk di angkut ke TPS. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pemindahan, karena pada umumnya responden yang berpendidikan rendah dan sedang melakukan pemindahan dengan menggunakan wadah plastik, sedangkan responden yang berpendidikan tinggi menggunakan gerobak. Hal ini juga didukung oleh kemampuan secara financial untuk membayar biaya retibusi kebersihan. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden yang berpendidikan
8 rendah dan sedang membuang sampahnya pada lahan kosong, sedangkan responden yang berpendidikan tinggi membuang sampahnya ke TPA. Jenis pekerjaan berpengaruh terhadap pewadahan sampah, karena jenis pekerjaan dapat berdampak pada tingkat pendapatan. Sedangkan tingkat penghasilan dapat mempengaruhi kemampuan secara financial untuk memenuhi ketersediaan pewadahan individual yang memenuhi standar. Jenis pekerjaan mempengaruhi pola pengumpulan, karena pada umumnya responden yang bekerja pada sektor formal melakukan pengumpulan secara individual langsung, dimana petugas kebersihan langsung mengangkut sampah dari pewadahan individual dan langsung di angkut ke TPA. Jenis pekerjaan mempengaruhi pola pemindahan, karena pada umumnya responden yang bekerja pada sektor formal melakukan pemindahan dibantu oleh petugas kebersihan, hal ini disebabkan karena intensitas kerja responden pada sektor formal yang cukup padat, sehingga mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan pemindahan sendiri. Jenis pekerjaan mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden yang bekerja pada sektor formal membuang sampah pada TPA, sedangkan responden yang bekerja pada sektor informal membuang sampahnya pada lahan kosong. Berdasarkan kondisi ekonomi, tingkat pengeluaran berpengaruh terhadap pewadahan karena semakin besar pengeluaran responden, maka semakin sedikit anggaran (dana) yang dapat disisihkan dalam hal pewadahan sampah. Tingkat pengeluaran tidak berpengaruh terhadap proses pengumpulan, karena pada umumnya responden melakukan pengumpulan secara komunal langsung ke lokasi TPS. Tingkat pengeluaran berpengaruh terhadap proses pemindahan, karena semakin besar tingkat pengeluaran maka kemampuan financial responden dalam hal biaya operasional pemindahan tidak tersedia, sehingga mereka harus melakukan pemindahan sendiri ke TPS. Tingkat pengeluaran mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden yang memiliki tingkat pengeluaran antara 50-60% membuang sampah pada sempadan jalan, sedangkan yang memiliki tingkat pengeluaran > 60% pembuangan dilakukan pada lahan kosong. Jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap jenis pewadahan, karena semakin banyak anggota keluarga dalam 1 rumah, maka semakin banyak pula volume sampah yang dihasilkan. Sehingga pewadahan yang disediakan harus memiliki kapasitas daya tampung yang cukup terhadap volume sampah yang dihasilkan. Jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap proses pengumpulan, karena pada umumnya responden mengumpulkan sampah secara komunal langsung dengan cara mengumpulkan sampah ke lokasi TPS. Jumlah anggota keluarga dapat berpengaruh pada proses pemindahan, karena semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak pula volume sampah yang dihasilkan dan tentunya akan berdampak pada proses pemindahan yang
9 membutuhkan kapasitas alat yang jauh lebih besar. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden yang memiliki jumlah anggota keluarga 1-2 orang membuang sampah ke TPS, sedangkan yang berjumlah >2 orang membuang sampah pada lahan kosong. Kondisi aksesibilitas, pada akses jalan yang besar, proses pengangkutan sampah hanya dapat dilakukan secara menggunakan truck, sedangkan bagi akses jalan yang kecil, proses pengangkutan sampah hanya dapat dilakukan dengan menggunakan gerobak. Hubungan antara sistim penanganan sampah terhadap kondisi sosial, ekonomi dan aksesibilitas di Kelurahan Untia. Berdasarkan kondisi sosial, tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pola pikir dan tingkat pengetahuan terhadap pewadahan. Tingkat pendidikan yang rendah dapat berdampak pada jenis dan pola pewadahan yang sesuai dengan pandangan dan pendapat mereka sendiri, tanpa mempertimbangkan dampak yang dapat ditimbulkan terhadap kawasan permukiman. Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pola pengumpulan pemindahan dan pembuangan. Jenis pekerjaan berpengaruh terhadap pewadahan sampah, karena jenis pekerjaan dapat berdampak pada tingkat pendapatan. Sedangkan tingkat penghasilan dapat mempengaruhi kemampuan secara financial untuk memenuhi ketersediaan pewadahan individual yang memenuhi standar. Jenis pekerjaan tidak mempengaruhi pola pengumpulan, proses pemindahan, dan pembuangan. Berdasarkan kondisi ekonomi, tingkat pengeluaran berpengaruh terhadap pewadahan, karena semakin besar pengeluaran responden maka semakin sedikit anggaran (dana) yang dapat disisihkan dalam hal pewadahan sampah. Tingkat pengeluaran tidak berpengaruh terhadap proses pengumpulan, pemindahan, dan pola pembuangan. Jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap jenis pewadahan, proses pengumpulan, proses pemindahan, dan pola pembuangan. Kondisi aksessibilitas, pada akses jalan yang besar, proses pengangkutan sampah hanya dapat dilakukan secara menggunakan truck, sedangkan akses jalan yang kecil, proses pengangkutan sampah hanya dapat dilakukan dengan menggunakan gerobak. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sistim penanganan sampah terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan aksessibilitas di Kawasan Pesisir Kota Makassar di Kelurahan Lette: pewadahan sampah di Kelurahan Lette menggunakan wadah yang bersifat permanen berupa: pasangan bata tertutup (bak sampah), dan semi permanen berupa: wadah plastik, ban bekas, drum/tong. Pola pengumpulan dilakukan secara
10 individual dan komunal langsung. Proses pemindahan dilakukan dengan menggunakan wadah/kantong plastik dan dump truck. Sistem pembuangan pada umumnya dibuang pada lahan kosong, TPA, dan sempadan jalan. Sedangkan di Kelurahan Untia: pewadahan sampah di Kelurahan Untia menggunakan wadah yang bersifat permanen berupa: pasangan bata tertutup (bak sampah), dan semi permanen berupa: wadah plastik, ban bekas, drum/tong. Pola pengumpulan secara komunal langsung. Proses pemindahan dilakukan dengan menggunakan wadah/kantong plastik. Sistem pembuangan pada umumnya dibuang pada lahan kosong. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi sistim penanganan sampah di Kawasan Pesisir Kota Makassar di Kelurahan Lette: berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan berpengaruh terhadap: pewadahan, pengumpulan, pemindahan dan pembuangan di Kelurahan Lette. Tingkat pengeluaran dan jumlah anggota keluarga hanya berpengaruh terhadap pewadahan dan pembuangan, serta tidak berpengaruh terhadap pola pengumpulan dan proses pemindahan sampah. Aksesibilitas jalan berpengaruh terhadap proses pemindahan dan tidak berpengaruh pada sistem pewadahan, pola pengumpulan, dan proses pembuangan sampah. Sedangkan di Kelurahan Untia: berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pengeluaran, dan jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap: pewadahan dan tidak berpengaruh pada pola pengumpulan, proses pemindahan dan pembuangan sampah. Aksesibilitas jalan berpengaruh terhadap proses pemindahan dan tidak berpengaruh pada sistem pewadahan, pola pengumpulan, dan proses pembuangan sampah. Berdasarkan kondisi sistim penanganan sampah terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan aksessibilitas di Kawasan Pesisir Kota Makassar, direkomendasikan (1). menyediakan tempat pembuangan sampah (TPS) ditiap-tiap RW, sehingga masyarakat dapat melakukan pembuangan sampah dengan mudah dari tempat tinggal mereka, (2) perlunya dibangun suatu penegakan hukum secara mandiri (law enforcement) terkait dengan sistim penanganan sampah di kawasan pesisir sehingga masyarakat tidak melakukan pembuangan sampah disembarang tempat yang dapat menimbulkan pengalihan fungsi penggunaan lahan, (3) menerapkan sistim penanganan sampah secara terpadu, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga semua sub sistim dapat terorganisir secara tepat, baik, dan benar. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi sistim penanganan sampah di Kawasan Pesisir Kota Makassar, (1) memberikan informasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang sistim pewadahan dan pemindahan sampah yang tepat dan benar.
11 DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Raharjo. (2005). Pembangunan Ekonomi Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta. Azwar, Saifuddin, Drs, MA, (2003). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, edisi kedua, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Kota Makassar, (2011). Kota Makassar Dalam Angka Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. (2011). Hadi, Sudharto P. (2005). Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Kelurahan Lette Kota Makassar, (2012). Laporan Profil Desa dan Kelurahan Lette Kelurahan Untia Kota Makassar, (2012). Laporan Profil Desa dan Kelurahan Untia Kementerian Lingkungan Hidup. (2008). Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta Kodoatie, Robert J. (2003). Pengantar Manajemen Infrastruktur. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah. (2003). Tinjauan Aspek Penataan Ruang Dalam Pengelolaan Wilayah Laut dan Pesisir. Surabaya. Tarigan, Robinson. (2005). Perencanaan Pengembangan Wilayah. PT.Bumi Aksara: Jakarta
12 Tabel 1. Hubungan antara sistim penanganan sampah terhadap kondisi sosial, ekonomi dan aksessibilitas di Kelurahan Lette Sistim penanganan sampah Pewadahan Pengumpulan Pemindahan Pembuangan Kondisi sosial, ekonomi, dan aksesibilitas KONDISI TINGKAT Rendah Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong SOSIAL PENDIDIKAN Sedang Permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong Tinggi Permanen Individual langsung Dump truck TPA Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pola pikir dan tingkat pengetahuan terhadap pewadahan. Tingkat pendidikan yang rendah dapat berdampak pada jenis dan pola pewadahan yang sesuai dengan pandangan dan pendapat mereka sendiri, tanpa mempertimbangkan dampak yang dapat ditimbulkan terhadap kawasan permukiman. Misalnya, pada tingkat pendidikan rendah, masyarakat pada umumnya menggunakan pewadahan yang bersifat semi permanen, hal ini disebabkan karena mereka tidak mempertimbangkan dari segi kekuatannya. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pengumpulan, karena pada umumnya responden pada tingkat pendidikan rendah dan sedang mengumpulkan sampah secara komunal langsung dengan cara mengumpulkan sampah ke lokasi TPS. Sedangkan pada tingkat pendidikan tinggi proses pengumpulan sampahnya dilakukan oleh petugas untuk di angkut ke TPS. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pemindahan, karena pada umumnya responden yang berpendidikan rendah dan sedang melakukan pemindahan dengan menggunakan wadah plastik, sedangkan responden yang berpendidikan tinggi menggunakan gerobak. Hal ini juga didukung oleh kemampuan secara financial untuk membayar biaya retibusi kebersihan. JENIS PEKERJAAN Formal Permanen Individual langsung Dump truck TPA Informal Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong Jenis pekerjaan berpengaruh terhadap pewadahan sampah, karena jenis pekerjaan dapat berdampak pada tingkat pendapatan. Sedangkan tingkat penghasilan dapat mempengaruhi kemampuan secara financial untuk memenuhi ketersediaan pewadahan individual yang memenuhi standar Jenis pekerjaan mempengaruhi pola pengumpulan, karena pada umumnya responden yang bekerja pada sektor formal melakukan pengumpulan secara individual langsung, dimana petugas kebersihan langsung mengangkut sampah dari pewadahan individual dan langsung di angkut ke TPA. Jenis pekerjaan mempengaruhi pola pemindahan, karena pada umumnya responden yang bekerja pada sektor formal melakukan pemindahan dibantu oleh petugas kebersihan, hal ini disebabkan karena intensitas kerja responden pada sektor formal yang cukup padat, sehingga mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan pemindahan sendiri. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden yang berpendidikan rendah dan sedang membuang sampahnya pada lahan kosong, sedangkan responden yang berpendidikan tinggi membuang sampahnya ke TPA. Jenis pekerjaan mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden yang bekerja pada sector formal membuang sampah pada TPA, sedangkan responden yang bekerja pada sektor informal membuang sampahnya pada lahan kosong.
13 Sistim penanganan sampah Pewadahan Pengumpulan Pemindahan Pembuangan Kondisi sosial,ekonomi,dan aksesibilitas KONDISI TINGKAT EKONOMI PENGELUARAN 50-60% Permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Sempadan jalan 60-70% Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong >70% Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong Tingkat pengeluaran berpengaruh terhadap pewadahan, karena semakin besar pengeluaran responden, maka semakin sedikit anggaran (dana) yang dapat disisihkan dalam hal pewadahan sampah. Misalnya: penyediaan pewadahan yang permanen, kuat dan memenuhi standar kebutuhan. JUMLAH ANGGOTA KELUARGA Tingkat pengeluaran tidak berpengaruh terhadap proses pengumpulan, karena pada umumnya responden melakukan pengumpulan secara komunal langsung ke lokasi TPS Tingkat pengeluaran berpengaruh terhadap proses pemindahan. Karena semakin besar tingkat pengeluaran, maka kemampuan financial responden dalam hal biaya operasional pemindahan tidak tersedia, sehingga mereka harus melakukan pemindahan sendiri ke TPS. 1-2 Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik TPS 2-3 Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong >4 Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong Tingkat pengeluaran mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden yang memiliki tingkat pengeluaran antara 50-60% membuang sampah pada sempadan jalan, sedangkan yang memiliki tingkat pengeluaran > 60% pembuangan dilakukan pada lahan kosong Jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap jenis Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga dapat berpengaruh pada pewadahan, karena semakin banyak anggota keluarga dalam tidak berpengaruh terhadap proses pemindahan, karena semakin banyak 1 rumah, maka semakin banyak pula volume sampah yang proses pengumpulan, anggota keluarga maka semakin banyak pula dihasilkan. Sehingga pewadahan yang disediakan harus karena pada umumnya volume sampah yang dihasilkan dan tentunya memiliki kapasitas daya tampung yang cukup terhadap responden mengumpulkan akan berdampak pada proses pemindahan yang volume sampah yang dihasilkan. sampah secara komunal membutuhkan kapasitas alat yang jauh lebih langsung dengan cara besar. mengumpulkan sampah ke lokasi TPS AKSESIBILITAS Kondisi jalan Lebar jalan Jalan primer - Akses jalan yang besar, proses pengangkutan sampah hanya dapat dilakukan secara menggunakan truck Jalan (gang) sekunder - Akses jalan yang kecil, proses pengangkutan sampah hanya dapat dilakukan dengan menggunakan gerobak. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden yang memiliki jumlah anggota keluarga 1-2 orang membuang sampah ke TPS, sedangkan yang berjumlah >2 orang membuang sampah pada lahan kosong - -
14 Tabel 2. Hubungan antara sistim penanganan sampah terhadap kondisi sosial, ekonomi dan aksesibilitas di Kelurahan Untia Sistim penanganan sampah Pewadahan Pengumpulan Pemindahan Pembuangan Kondisi sosial, ekonomi, dan aksesibilitas KONDISI TINGKAT Rendah Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong SOSIAL PENDIDIKAN Sedang Permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong Tinggi Permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pola pikir dan tingkat pengetahuan terhadap pewadahan. Tingkat pendidikan yang rendah dapat berdampak pada jenis dan pola pewadahan yang sesuai dengan pandangan dan pendapat mereka sendiri, tanpa mempertimbangkan dampak yang dapat ditimbulkan terhadap kawasan permukiman. Misalnya, pada tingkat pendidikan rendah, masyarakat pada umumnya menggunakan pewadahan yang bersifat semi permanen, hal ini disebabkan karena mereka tidak mempertimbangkan dari segi kekuatannya. Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pola pengumpulan, karena pada umumnya responden mengumpulkan sampah secara komunal langsung dengan cara mengumpulkan sampah ke lokasi TPS. Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pola pemindahan, karena pada umumnya responden melakukan pemindahan ke TPS dengan menggunakan wadah plastik. Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden membuang sampahnya pada lahan kosong, JENIS PEKERJAAN Formal Permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong Informal Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong Jenis pekerjaan berpengaruh terhadap pewadahan sampah, karena jenis pekerjaan dapat berdampak pada tingkat pendapatan. Sedangkan tingkat penghasilan dapat mempengaruhi kemampuan secara financial untuk memenuhi ketersediaan pewadahan individual yang memenuhi standar Jenis pekerjaan tidak mempengaruhi pola pengumpulan, karena pada umumnya responden melakukan pengumpulan secara komunal langsung, dimana masyarakat sendiri mengangkut sampah dari pewadahan individual ke TPS. Jenis pekerjaan tidak mempengaruhi proses pemindahan, karena pada umumnya responden melakukan pemindahan sendiri dengan menggunakan wadah/kantong plastik. Jenis pekerjaan tidak mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden membuang sampah pada lahan kosong.
15 Sistim penanganan sampah Pewadahan Pengumpulan Pemindahan Pembuangan Kondisi sosial, ekonomi, dan aksesibilitas KONDISI TINGKAT EKONOMI PENGELUARAN 50-60% Permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong 60-70% Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong >70% Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong Tingkat pengeluaran berpengaruh terhadap pewadahan, karena semakin besar pengeluaran responden maka semakin sedikit anggaran (dana) yang dapat disisihkan dalam hal pewadahan sampah. Misalnya: penyediaan pewadahan yang permanen, kuat dan memenuhi standar kebutuhan. JUMLAH ANGGOTA KELUARGA Tingkat pengeluaran tidak Tingkat pengeluaran tidak Tingkat pengeluaran tidak berpengaruh terhadap proses berpengaruh terhadap proses mempengaruhi pola pengumpulan, karena pada pemindahan, karena pada umumnya pembuangan, karena pada umumnya responden melakukan responden melakukan pemindahan umumnya responden pengumpulan secara komunal sendiri ke TPS dengan menggunakan membuang sampah pada langsung ke lokasi TPS wadah/kantong plastik. lahan kosong 1-2 Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong 2-3 Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong >4 Semi permanen Komunal langsung Wadah/kantong plastik Lahan kosong Jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap jenis pewadahan, karena pada umumnya responden menggunakan pewadahan yang bersifat semi permanen. Jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap proses pengumpulan, karena pada umumnya responden mengumpulkan sampah secara komunal langsung dengan cara mengumpulkan sampah ke lokasi TPS Jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh pada proses pemindahan, karena pada umumnya responden melakukan pemindahan ke TPS dengan menggunakan wadah/kantong plastik. AKSESIBILITAS Kondisi jalan Lebar jalan Jalan primer - Akses jalan yang besar, proses pengangkutan sampah hanya dapat dilakukan secara menggunakan truck Jalan sekunder (gang) - Akses jalan yang kecil, proses pengangkutan sampah hanya dapat dilakukan dengan menggunakan gerobak. Jumlah anggota keluarga tidak mempengaruhi pola pembuangan, karena pada umumnya responden membuang sampah pada lahan kosong - -
KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG
KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG PERFORMANCE INFRASTRUCTURE STRATEGIC AREA AT REGIONAL INFRASTRUCTURE
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT TENTANG INFRASTRUKTUR DI KELURAHAN ANDURING KOTA PADANG JURNAL
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG INFRASTRUKTUR DI KELURAHAN ANDURING KOTA PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) ROSI NOFITA 09030112 Pembimbing
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR
KATA PENGANTAR Dokumen Layanan Persampahan Kota Bogor merupakan dokumen yang memuat keadaaan terkini kondisi persampahan Kota Bogor. Penyusunan dokumen ini pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan segenap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan
Lebih terperinciKata Kunci: Tingkat kesejahteraan, pendapatan, supir angkut batubara.
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga (Khodijah) TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA SUPIR ANGKUT BATUBARA DI KECAMATAN MERAPI TIMUR KABUPATEN LAHAT PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh: Khodijah, Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO
STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO Meny Sriwati Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik Dharma Yadi Makassar ABSTRACT This study aimed (1)
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi
II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN Suryanarti Sultan, Joni Hermana, I.D. A. A. Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program
Lebih terperinciTersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017
Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Karanganyar yang terus meningkat disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan manusia sehari-hari
Lebih terperinciKINERJA PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN
KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN Widi Hartanto, Hadi Wahyono, Wido Prananing Tyas BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah Jalan Setiabudi Komplek Diklat Propinsi Jawa Tengah Telp. 024-7478813
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO
Sabua Vol.6, No.1: 199-206, Mei 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO Alfath S.N. Syaban 1, Sonny Tilaar
Lebih terperinciTahap pengumpulan data adalah teknik untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian dalam tugas akhir.
BAB IV METODE PERENCANAAN 4.1 Lokasi Penelitian Dan Perencanaan Penelitian dilakukan di Kelurahan Lempeh, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa. 4.2 Parameter Penelitian Parameter-parameter dalam pengujian
Lebih terperinciSTRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan
STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki
Lebih terperinci1 Halaman 1. Kabupaten Banyuwangi
K ondisi permukiman kumuh di Kabupaten Banyuwangi secara umum barada pada kawasan pesisir. Pada umumnya tingkat kepadatan bangunan dapat diklasifikasikan ke dalam kepadatan sedang. Kawasan permukiman kumuh
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA
IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciANALISIS PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KELURAHAN SINDULANG SATU KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO
Sabua Vol.6, No.3: 321-331 November 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KELURAHAN SINDULANG SATU KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Loisa Novany 1, Veronica A. Kumurur
Lebih terperinciGeo Image 1 (1) (2012) Geo Image.
Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage PENGARUH PERTAMBAHAN PENDUDUK TERHADAP PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2000-2010 Ainul
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG Suryanarti Sultan, Joni Hermana, I.D. A. A. Warmadewanthi Jurusan Manajemen Aset, FTSP Program Pascasarjana,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan segala sesuatu yang tidak dikehendaki lagi lalu dibuang. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Deskripsi Wilayah Kota Cirebon 1. Geografi Kota Cirebon merupakan salah satu Kota bersejarah yang memiliki keunikan yang khas. Kota Cirebon adalah bekas ibu Kota kerajaan
Lebih terperinciNurani et al. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan 46
Nurani et al. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan 46 Analisis Kebutuhan Jenis Armada Pengangkut Berdasarkan Volume Sampah Prediksi di Kabupaten Karanganyar The Analysis of Trash Transport Vehicle Needs
Lebih terperinciLampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah
Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinciPENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR
PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH
EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Ajeng Rudita Nareswari 1 dan Nieke Karnaningroem 2 1 Program Magister Teknik Prasarana
Lebih terperinciDESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN
DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan,
Lebih terperinciINVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi
INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO Oleh: Chrisna Pudyawardhana Abstraksi Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di negara berkembang mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mutlak. Peran penting
Lebih terperinciKAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM
KAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM Astrin Muziarni *) dan Yulinah Trihadiningrum Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ 3306 100 086 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Batasan Masalah...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii ABSTRAK... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1
Lebih terperinciANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013
ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : SERLI NIM. 111021024 FAKULTAS KESEHATAN
Lebih terperinciAnalisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya
1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat
Lebih terperinciBAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI
BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI 4.1 Umum Pada bab ini berisi uraian studi yang dilakukan Departemen Pekerjaan Umum (tahun 2006) mengenai penyusunan perhitungan
Lebih terperinciBab III Kerangka Pengembangan Sanitasi
Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam menentukan visi dan misi sanitasi kabupaten Takalar, mengacu kepada visi dan misi kabupaten yang terdapat dalam RPJMD. Dengan adanya kesamaan persepsi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang besar terhadap aspek kehidupan manusia dan lingkungan. Pertumbuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN. diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya. Hasilnya kota menjadi tempat yang tidak nyaman.
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat dewasa ini diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya kecenderungan buangan/limbah
Lebih terperinciKERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota seringkali menimbulkan permasalahan baru dalam menata perkotaan yang berkaitan dengan penyediaan prasarana dan sarana
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. permukiman, jasa dan pelayanan masyarakat. Pertumbuhan dan. masyarakat. Perkembangan suatu daerah mempengaruhi pola konsumsi dan
0 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dengan berbagai macam aktivitas di suatu wilayah meningkatkan pertumbuhan daerah sebagai pusat permukiman, jasa dan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini upaya peningkatan kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh sebagian besar Pemerintah Daerah dan kota di Indonesia melalui pencanangan berbagai program
Lebih terperinciKERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi
Lebih terperinciSTUDI KINERJA TEKNIK OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR
STUDI KINERJA TEKNIK OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR Oleh: ACHMAD YANI L2D 301 317 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUMATERA SELATAN KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Ibukota kabupaten Musi Rawas masih mengambil tempat di kota Lubuk Linggau sebab calon ibukota bagi kabupaten Musi, Rawas belum
Lebih terperinciPERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SAWAH MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh YUYUT ARIYANTO
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SAWAH MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN PRINGSEWU TAHUN 2010-2014 (Jurnal) Oleh YUYUT ARIYANTO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS
Lebih terperinciPENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)
PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI 19-3964-1994 (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) Dina Pasa Lolo, Theresia Widi Asih Cahyanti e-mail : rdyn_qyuthabiez@yahoo.com ;
Lebih terperinciOleh : YENNI SOFYAN MORA NRP
PROYEK AKHIR PERENCANAAN SARANA PRASARANA DAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MUARA ENIM KABUPATEN MUARA ENIM Oleh : YENNI SOFYAN MORA NRP. 3110040701 Program Diploma IV Teknik Sipil Bidang Studi
Lebih terperinciPERAN KELUARGA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
PERAN KELUARGA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA Dody Ariyantho Kusma Wijaya UPT-MKU Universitas Palangka Raya e-mail: doddyariantho@yahoo.co.id ABSTRACT
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan
Lebih terperinciBAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi
BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALYSIS OF PUBLIC GREEN OPEN SPACE IN BITUNG CITY Alvira Neivi Sumarauw Jurusan Perencanaan Wilayah, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1. Rencana Kegiatan Air Limbah Sasaran dan strategi untuk mencapai visi sanitasi dan melaksanakan misi sanitasi, dirumuskan berdasarkan kondisi terkini dari
Lebih terperinciEVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)
TESIS II - RE092325 Dosen Pembimbing : I.D.A.A. Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D Disampaikan Oleh : Diah Kusumaningrum NRP. 3308 202 011 EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo
BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO 2.1. Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Hingga pertengahan tahun 2005 pengelolaan lingkungan hidup di Kota Probolinggo dilaksanakan
Lebih terperinciE. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Sampah dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan jumlah
Lebih terperinciMOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciIdentifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya
C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciPROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT
PROPOSAL PROYEK AKHIR STUDI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR STUDY ON SOLID WASTE COLLECTION AND TRANSPORT IN SANGATTA CITY,EAST KUTAI Yayuk Tri Wahyuni NRP 311
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan pembangunan wilayah perkotaan di Indonesia, diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan anggapan akan memperoleh
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian
Lebih terperinciVI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Dalam bab ini akan dijelaskan strategi untuk melakukan pemantauan/ monitoring dan evaluasi dengan fokus kepada pemantauan dan evaluasi Strategi Kabupaten Berskala Kota ()
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraiakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi penelitian, kerangka pemikiran, sistematika pembahasan. Untuk lebih jelasnya
Lebih terperinciOleh: Mayang Sari 1, Sidharta Adyatma 2, Ellyn Normelani 2
JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 2, Maret 2016 Halaman 33-41 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg PEMANFAATAN AIR SUNGAI ALALAK UTARA OLEH MASYARAKAT DI BANTARAN
Lebih terperinciEVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA
EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA Kristub Subur, Agustina Wilujeng, Harmin Sulistiyaning Titah Program Studi Magister Teknik Prasarana Lingkungan Pemukiman
Lebih terperinciElsa Martini Jurusan PWK Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta
PENGARUH LOKASI TPS SAMPAH DI BAWAH JEMBATAN TERHADAP KEGIATAN MASYARAKAT DENGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UU RI & PERDA YANG TERKAIT DIDALAMNYA (STUDI KASUS KELURAHAN TANJUNG DUREN SELATAN) Elsa Martini
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAKUALAMAN, KOTA YOGYAKARTA
ANALISIS TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAKUALAMAN, KOTA YOGYAKARTA Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah suatu kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERSAMPAHAN
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas
Lebih terperinciKajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung
Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung BUNGA DWIHAPSARI, SITI AINUN, KANCITRA PHARMAWATI Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE
EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE Yohanes R. Maswari dan Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya ryan@enviro.its.ac.id ABSTRAK Tingkat pelayanan persampahan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan
Lebih terperinciMEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015
BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.. Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 00% terlayani (universal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. astronomis terletak pada lintang LS LS dan pada bujur
33 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Lokasi penelitian terdapat di Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon yang secara astronomis terletak pada lintang 6 42 50 LS - 6 44 00 LS
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Cianjur merupakan satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR Yuniar Irkham Fadlli, Soedwiwahjono, Ana Hardiana Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Lebih terperinciANALISIS PENGELOLAAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG
Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil, Volume 2, No. 2, April 2013 ANALISIS PENGELOLAAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG I Komang Trisna Satria Pramartha 1,
Lebih terperinciPotensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang
Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang Sudiro 1), Arief Setyawan 2), Lukman Nulhakim 3) 1),3 ) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan, bahwa penduduk perkotaan dari waktu ke waktu cenderung meningkat jumlah dan proporsinya. Hal
Lebih terperinciDESKRIPSI PROGRAM UTAMA
DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,
Lebih terperinciKAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI
KAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI Oleh: AYU PUSPITANINGSIH NIM. 071510201086 JURUSAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Lokasi Penelitian berada di Kawasan Perkotaan Cianjur yang terdiri dari 6 Kelurahan dan 14 Desa yang tersebar di 3 Kecamatan yaitu
Lebih terperinciPENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL
PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL Oleh: RAHMAN ILAHI NPM: 100300 INFLUENCE OF RESIDENT GROWTH TO THE SETTLEMENT ENVIRONMENT IN IN PAUH SUBDISTRICT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi kurang lebih pulau-pulau dan memiliki garis pantai sepanjang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang meliputi kurang lebih 17.508 pulau-pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km. Sehingga
Lebih terperinci