BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan beberapa landasan teori yang terkait, mencakup konsep neuro-fuzzy dan soft computing, logika fuzzy, teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy dan penalaran fuzzy, fuzzy inference system ( FIS ), serta Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System ( ANFIS ). 2.1 Neuro-Fuzzy dan Soft Computing Pengertian Neuro-Fuzzy dan Soft Computing Neuro-Fuzzy dan Soft Computing ( SC ) adalah integrasi dua pendekatan komplementer: jaringan saraf ( neural network, NN ) yang mengenali pola dan beradaptasi untuk menanggulangi keadaan yang berubah - ubah / acak; sistem inferensi fuzzy ( fuzzy inference system, FIS ) yang menggabungkan pengetahuan manusia serta melakukan inferensi dan pembuatan keputusan. Sinergi ini memungkinkan SC menggabungkan pengetahuan manusia secara efektif, menghadapi ketidakketepatan dan ketidakpastian (Linda, 2007) Karakteristik Neuro-Fuzzy dan Soft Computing a) Kepakaran manusia SC menggunakan kepakaran manusia dalam bentuk aturan if - then fuzzy, sama baiknya seperti dalam representasi pengetahuan konvensional, untuk memecahkan masalah masalah praktis. 7

2 8 b) Model model komputasi biologically inspired Diinspirasi oleh NN biologis, NN tiruan digunakan secara ekstensif dalam SC untuk menghadapi persepsi, pengenalan pola, dan regresi nonlinier serta masalah masalah klasifikasi. c) Teknik - teknik optimisasi baru SC mengaplikasikan metode metode optimisasi inovatif yang timbul dari berbagai sumber. d) Komputasi numeris Tidak seperti kecerdasan artifisial ( artificial intelligence, AI ) yang simbolik, SC terutama bergantung pada komputasi numeris. e) Domain domain aplikasi baru Karena komputasi numerisnya, SC telah menemukan sejumlah domain aplikasi baru disamping domain domain dengan pendekatan AI. Domain domain aplikasi ini membutuhkan komputasi yang intensif. f) Pembelajaran bebas model NN dan FIS adaptif mempunyai kemampuan untuk membangun model menggunakan hanya data contoh sistem target. Pengetahuan detil dalam sistem help targetmen-setstruktur model inisial, namun ini bukan suatu keharusan. g) Komputasi intensif Tanpa adanya asumsi yang banyak mengenai pengetahuan background dari masalah yang ingin diselesaikan, neuro-fuzzy dan SC sangat bergantung pada pengkomputasian menerka angka dalam kecepatan

3 9 tinggi untuk menemukan aturan aturan atau susunan yang teratur dari dalam himpunan data. h) Toleransi kesalahan Penghancuran sebuah node / neuron dalam suatu NN atau sebuah aturan dalam suatu FIS, tidak akan menghancurkan sistem yang berjalan. Sistem akan tetap bekerja karena arsitektur paralel dan redundannya meskipun performa berangsur memburuk. i) Karakteristik goal driven Neuro-fuzzy dan SC adalah goal driver; jalan yang memimpin state kini ke solusi tidak terlalu penting selama bergerak menuju tujuan dalam long run. Pengetahuan domain spesifik menolong mengurangi waktu komputasi dan pencarian tetapi bukan menjadi suatu kebutuhan. j) Aplikasi aplikasi dunia rill Semua masalah dunia riil mengandung ketidakpastian built-in yang tidak dapat dielakkan, sehingga terlalu cepat menggunakan pendekatan konvensional yang memerlukan deskripsi detil dari masalah yang sedang dipecahkan. SC adalah pendekatan terintegrasi yang seringkali dapat menggunakan teknik teknik spesifik dalam subtugas subtugas untuk membangun solusi umum yang memuaskan untuk masalah dunia riil (Jang, Jyh-Shing Roger, Chuen-Tsai Sun, Eiji Mizutani, 1997).

4 Logika Fuzzy Dalam teori logika fuzzy menjelaskan sejarah, definisi dan terminologi dasar, teori operasi himpunan fuzzy, parameter dan formulasi fungsi keanggotaan ( membership function, MF ) serta konfigurasi dan desain sistem logika fuzzy. Teori logika fuzzy dikemukakan pertama kali oleh Lotfi A. Zadech pada tahun 1965, yaitu suatu pendekatan komputasional dalam pengambilan keputusan sesuai dengan cara berpikir manusia yang mengijinkan adanya ketidakpastian dan memperlihatkan suatu logika yang bergradasi. Seperti yang dilakukan oleh manusia dalam mengambil keputusan, pengertian pengertian yang ada di dalam pemikiran manusia diukur dengan kualitas daripada kuantitas (Kulkarni, 2001). Menurut Sri Kusuma Dewi, logika fuzzy merupakan salah satu komponen pembentuk Soft Computing. Dasar logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Pada teori himpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah penting. Nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan atau membership function menjadi ciri utama dari penalaran dengan logika fuzzy tersebut (Kusumadewi, 2006). Dalam banyak hal, logika fuzzy digunakan sebagai suatu cara untuk memetakan permasalahan dari input menuju ke output yang diharapkan. Beberapa contoh yang dapat diambil antara lain: 1. Manajer pergudangan mengatakan pada manajer produksi seberapa banyak persediaan barang pada akhir minggu ini, kemudian manajer produksi akan menetapkan jumlah barang yang harus diproduksi esok hari.

5 11 2. Seorang pegawai melakukan tugasnya dengan kinerja yang sangat baik, kemudian atasan akan memberikan reward yang sesuai dengan kinerja pegawai tersebut (Kusumadewi dan Purnomo, 2004). Logika fuzzy dapat dianggap sebagai kotak hitam yang menghubungkan antara input menuju ke ruang output. Kotak hitam tersebut berisi cara atau metode yang dapat digunakan untuk mengolah data input menjadi output dalam bentuk informasi yang baik. Dalam logika klasik hanya mengenal dua nilai kebenaran yaitu benar atau salah yang disimbolkan oleh nilai 1 dan 0, serta perubahan keanggotaan pada himpunan klasik berubah secara drastis. Tetapi pada logika fuzzy, sesuatu dapat bernilai diantara 0 dan 1, serta nilai anggota himpunan diperbolehkan mempunyai gradiasi di antara menjadi anggota penuh atau hanya sebagian sehingga perubahan keanggotaan pada logika fuzzy berlangsung secara perlahan atau memberi nilai kebenaran yang bergradiasi. Misalkan pada pengertian tinggi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Pada himpunan klasik hanya mengenal seseorang tinggi jika orang tersebut memiliki tinggi 180 cm, sedangkan dibawah 180 disebut pendek. Namun, pada himpunan fuzzy, orang yang memiliki tinggi badan 2 m mempunyai nilai kebenaran penuh atau 1. Sedangkan bila tingginya 175 cm maka seseorang dianggap misalnya 90% tinggi. Menurut Sri Kusuma Dewi, ada beberapa alasan mengapa orang menggunakan logika fuzzy, antara lain :

6 12 1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Karena logika fuzzy menggunakan dasar teori himpunan, maka konsep matematis yang mendasari penalaran fuzzy tersebut cukup mudah untuk dimengerti. 2. Logika fuzzy sangat fleksibel, artinya mampu beradaptasi dengan perubahan - perubahan, dan ketidakpastian yang menyertai permasalahan. 3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data yang tidak tepat. Jika diberikan sekelompok data yang cukup homogen, dan kemudian ada beberapa data yang ekslusif, maka logika fuzzy memiliki kemampuan untuk menangani data eklusif tersebut. 4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi - fungsi nonlinear yang sangat kompleks. 5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman - pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan. Dalam hal ini, sering dikenal dengan nama Fuzzy Expert System menjadi bagian terpenting. 6. Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik - teknik kendali secara konvensional. Hal ini umumnya terjadi pada aplikasi di bidang teknik mesin maupun teknik elektro (Kusumadewi, 2006). Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami. Logika fuzzy menggunakan bahasa sehari - hari sehingga mudah dimengerti. 2.3 Teori Himpunan Fuzzy Himpunan Fuzzy

7 13 Teori himpunan fuzzy diperkenalkan oleh Zadeh pada tahun 1965 (Kulkarni, 2001). Beberapa definisi tentang himpunan fuzzy ( Yan; Ryan; power; 1994 ), yaitu : Jika U adalah objek - objek yang dinotasikan secara generik oleh u, maka suatu himpunan fuzzy F dalam U adalah suatu himpunan pasangan berurutan : F = (2.1) Dengan adalah derajat keanggotaan u di F yang memetakan U ke ruang keanggotaan yang terletak pada rentang [0,1]. Support dari himpunan fuzzy F adalah himpunan klasik dari sedemikian hingga. Untuk dimana = 0.5 disebut titik potong. Himpunan α-level dari himpunan fuzzy,, adalah himpunan klasik dari sedemikian hingga. Biasanya derajat keanggotaan maksimum untuk elemen didalam himpunan fuzzy adalah 1. Pada kasus ini himpunan tersebut disebut ternomalisasi ( normalized ). Sebuah himpunan yang tidak ternomalisasi dapat dibuat menjadi begitu dengan mengubah semua nilai - nilai keanggotaan dalam proporsi sehingga membuat nilai terbesar menjadi 1. Himpunan fuzzy adalah generalisasi konsep himpunan biasa ( ordiner ). Untuk semesta wacana X, himpunan fuzzy ditentukan oleh fungsi keanggotaan

8 14 yang memetakan anggota x ke rentang keanggotaan dalam interval [0, 1]. Sedangkan untuk himpunan biasa fungsi keanggotaan bernilai diskrit 0 dan 1. Berikut didefinisikan beberapa kelas MF ( member function ) terparameter satu dimensi, yaitu MF dengan sebuah input tunggal (Kusumadewi, 2006). MF segitiga dispesifikasikan oleh tiga parameter { a, b, c } seperti berikut : µ segitiga (x) (2.2) Parameter { a, b, c } ( dengan a < b < c ) menentukan koordinat x dari ketiga corner yang mendasari MF segitiga. MF trapesium dispesifikasikan oleh empat parameter { a, b, c, d } sebagai berikut : µ trapesium (x, a, b, c, d) (2.3) Parameter { a, b, c, d } ( dengan a < b c < d ) menentukan koordinat x dari keempat corner yang mendasari MF trapesium. MF Gauss dispesifikasikan oleh dua parameter { c, σ } : µ segitiga (x) = (2.4)

9 15 dimana c merepresentasikan pusat MF dan σ mendefinisikan lebar MF. MF bel umum ( atau MF bel ) dispesifikasikan oleh tiga parameter {a, b, c} : µ bel (x, a, b, c) = (2.5) Gambar 2.1 Contoh empat kelas MF terparameter : (a) µ segitiga (x; 20, 60, 80); (b) µ trapesium (x; 10, 20, 60, 95); (c) µ gauss (x; 50, 20); (d) µ bel (x; 20, 4, 50). Sumber : Neuro-Fuzzy and Soft Computing (1997, p26)

10 16 Gambar 2.2 Arti fisik dari parameter parameter dalam suatu MF bel umum MF S berbentuk huruf S ( Gambar 2.3 ) dispesifikasikan oleh parameter { a, b }: µ s (x; a,b) = (2.6) Titik persilangan terjadi pada (a + b)/2. Gambar 2.3 Grafik fungsi MFS MF Z dispesifikasikan oleh dua parameter {a, b} (Gambar 2.4) : µ z (x; a,b) = (2.7)

11 17 Gambar 2.4 Grafik fungsi MF Z MF pi dispesifikasikan oleh empat parameter { a, b, c, d } : µ phi (x; a,b) = µ s (x; a,b) * µ z (x; c,d) (2.8) Parameter c menentukan titik tengah dan parameter b menentukan lebar bidang pada titik persilangan. Titik persilangan terdapat pada : u = c ± b/ 2. MF sigmoid didefinisikan oleh : Gambar 2.5 Grafik fungsi MFpi µ sigmoid (x; a, c) = (2.9) dimana a mengontrol slope pada titik persilangan x = c.

12 18 Gambar 2.6 Grafik fungsi MF sigmoid: (a) Dua fungsi sigmoid y 1 dan y 2 ; (b) sebuah close MF didapatkan dari y 1 y 2 ; (c) dua fungsi dari sigmoid y 1 dan y 3 ; (d) sebuah close MF didapatkan dari y 1 y Aturan Fuzzy dan Penalaran Fuzzy a) Aturan if then Fuzzy Suatu aturan if then fuzzy atau aturan fuzzy mengasumsikan bentuk If x is A then y is B, Dimana A dan B nilai linguistik yang didefinisikan himpunan fuzzy pada semesta X dan Y. x is A disebut anteseden, sedangkan y is B disebut konsekuen. Dua fungsi implikasi yang banyak digunakan adalah min ( Mamdani ) karena kemudahannya dalam interpretasi grafis dan prod ( Larsen ) : 1) Min ( minimum ). Fungsi ini akan memotong output himpunan fuzzy. Gambar di bawah ini menunjukkan salah satu contoh penggunaan fungsi min.

13 19 Gambar 2.7 Fungsi implikasi min 2) Dot ( dot product ). Fungsi ini akan menskala output himpunan fuzzy. Gambar dibawah ini menunjukkan salah satu contoh penggunaan fungsi dot. Gambar 2.8 Fungsi Implikasi Dot b) Penalaran Fuzzy Aturan dasar inferensi dalam two - valued logic tradisional adalah modus ponens : menarik kebenaran proposisi B dari kebenaran A dan implikasi A B. Dalam penalaran manusia, modus ponen banyak digunakan dalam cara pendekatan ( approximate ). Ini dituliskan sebagai : premis 1 ( fakta ) : x is A. premis 2 ( aturan ) : if x is A then y is B,

14 20 konsekuensi ( konklusi ) : y is B. dimana A dekat dengan A dan B dekat dengan B. Prosedur inferensi di atas disebut approximate reasoning atau penalaran fuzzy; juga disebut Generalized Modus Ponen ( GMP ) karena mengandung modus ponens dalam kasus spesial. A, A, dan B adalah himpunan fuzzy pada X, X, dan Y. Implikasi fuzzy A B diekspresikan sebagai relasi fuzzy R pada X x Y. Maka himpunan fuzzy B yang ditarik dari x is A dan aturan fuzzy if x is A then y is B didefinisikan oleh µ B (y) = max x min[µ A ( x ), µ R (x, y)] (2.10) = v x [µ A ( x ) ^ µ R (x, y)], atau ekuivalen dengan B = A o R = A o ( A B ). (2.11) Ada tiga metode yang digunakan dalam melakukan komposisi aturan aturan fuzzy untuk inferensi, yaitu: max, sum, dan probor. µ sf (x i ) = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke i; µ kf (xi) = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke i. 1) Metode Max ( Maximum ) Solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan mengambil nilai maksimum aturan, menggunakannya untuk memodifikasi daerah fuzzy, dan mengaplikasikannya ke output dengan menggunakan operator OR ( union ). µ sf (x i ) max(µ sf (x i ), µ kf (x i )) (2.12) 2) Metode Additive ( Sum )

15 21 Solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan melakukan penjumlahan terbatas terhadap semua output daerah fuzzy. µ sf (x i ) min(1, 1 - µ sf (x i ) + µ kf (x i )) (2.13) 3) Metode Probabilistic OR ( probor ) Solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan melakukan produk terhadap semua output daerah fuzzy. Secara umum dituliskan : µ sf (x i ) (µ sf (x i ) + µ kf (x i )) (µ sf (x i ) * µ kf (x i )) (2.14) Jadi, proses penalaran fuzzy dapat dibagi ke dalam empat langkah : a) Derajat kesepadanan / memasukkan input fuzzy Bandingkan fakta yang diketahui dengan anteseden dari aturan fuzzy untuk menemukan derajat kesepadanan dengan memperhatikan setiap anteseden MF. b) Kuat penyulutan / mengaplikasikan operator fuzzy Gabungkan derajat derajat kesepadanan dengan memperhatikan anteseden MF MF dalam suatu aturan menggunakan operator fuzzy AND atau OR untuk membentuk kuat penyulutan yang mengindikasikan tingkat bagian anteseden dari aturan dipenuhi. c) MF konsekuen yang qualified ( terinduksi ) / mengaplikasikan metode implikasi Gunakan kuat penyulutan ke MF konsekuen dari suatu aturan untuk menemukan suatu MF konsekuen qualified. d) Output keseluruhan MF / komposisi semua output

16 Agresikan semua MF konsekuen qualified untuk mendapatkan suatu MF output keseluruhan Sistem Inferensi Fuzzy Sistem inferensi fuzzy (FIS) adalah sebuah framework komputasi populer berdasarkan pada konsep teori himpunan fuzzy, aturan if - then fuzzy, dan penalaran fuzzy (Kusumadewi, 2006). Tiga komponen konsep FIS yaitu : baris aturan, mengandung seleksi dari aturan aturan fuzzy; basis data, mendefinisikan MF MF yang digunakan dalam aturan fuzzy; dan mekanisme penalaran, melakukan prosedur inferensi pada aturan aturan dan fakta fakta yang diberikan untuk menarik output atau konklusi yang reasonable. FIS dapat mengambil input fuzzy maupun input tegas ( sebagai fuzzy singleton ), tapi output yang dihasilkan hampir selalu himpunan fuzzy. Kadang kala output tegas dibutuhkan, sehingga dibutuhkan metode defuzifikasi untuk mengekstrak nilai tegas paling baik merepresentasikan himpunan fuzzy. Sistem inferensi fuzzy ( Fuzzy Inference System ) pada dasarnya mendefinisikan pemetaan nonlinear dari vektor data input menjadi skalar output. Proses pemetaan melibatkan input / output fungsi keanggotaan, operator - operator fuzzy, aturan fuzzy if - then, agregasi dari himpunan output dan defuzzification (Hartono, 2010). Model umum dari sistem inferensi fuzzy ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

17 23 input x fuzzifier inference engine defuzzifier output y rule base Gambar 2.9 Diagram Blok Sistem Inferensi Fuzzy Sistem inferensi fuzzy memiliki empat komponen, yaitu: fuzzifier, inference engine, rule base dan defuzzifier. Rule base memiliki aturan linguistik yang diberikan oleh para ahli. Juga mungkin dapat mengambil aturan dari data numerik. Sekali aturan telah ditetapkan, sistem inferensi fuzzy dapat dilihat sebagai sebuah sistem yang memetakan sebuah vektor input ke vektor output. Fuzzifier memetakan angka - angka input kedalam keanggotaan fuzzy yang sesuai. Inference engine mendefinisikan pemetaan dari input himpunan fuzzy kedalam output himpunan fuzzy. Defuzzifier memetakan output himpunan fuzzy kedalam nomor crisp. Metode Tsukamoto Sistem inferensi fuzzy didasarkan pada konsep penalaran monoton. Pada metode penalaran monoton, nilai crisp pada daerah konsekuen dapat diperoleh secara langsung berdasarkan fire strength pada antesedennya. Salah satu syarat yang harus dipenuhi pada metode penalaran ini adalah himpunan fuzzy pada konsekuennya harus bersifat monoton ( baik monoton naik maupun monoton turun ) (Kusumadewi, 2006).

18 24 Model Fuzzy Sugeno Model Fuzzy Sugeno ( model fuzzy TSK ) diajukan oleh Takagi, Sugeno, dan Kang ( Takagi dan Sugeno, 1985, hal ; Sugeno dan Kang, 1988, hal ) dalam upaya untuk membangun pendekatan sistematis untuk membangkitkan aturan aturan fuzzy dari himpunan data input output yang diberikan. Suatu aturan fuzzy khas dalam model fuzzy Sugeno dibentuk if x is A and y is B then z = f(x,y), dimana A dan B himpunan fuzzy dalam anteseden dan z = f(x,y) fungsi tegas dalam konsekuen. Jika f(x, y) polimonial orde satu, FIS yang dihasilkan disebut model fuzzy Sugeno orde satu. Jika f konstan, dihasilkan model fuzzy Sugeno orde nol. Sistem inferensi fuzzy menggunakan metode Sugeno memiliki karakteristik, yaitu konsekuen tidak merupakan himpunan fuzzy, namun merupakan suatu persamaan linear dengan variabel - variabel sesuai dengan variabel - variabel inputnya. Ada 2 model sistem inferensi fuzzy dengan menggunakan metode TSK, yaitu: 1. Model Fuzzy Sugeno Orde-0 Secara umum bentuk model fuzzy sugeno orde-0 adalah: IF( is ) ( is ) ( is )... ( is ) THEN z=k (2.15) dengan adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai anteseden, adalah operator fuzzy ( seperti AND atau OR ), dan k adalah suatu konstanta ( tegas ) sebagai konsekuen.

19 25 2. Model Fuzzy Sugeno Orde-1 Secara umum bentuk model fuzzy Sugeno orde-1 adalah: IF ( is )... ( is ) THEN z= * * +q (2.16) dengan adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai anteseden, adalah operator fuzzy ( seperti AND atau OR ), adalah suatu konstanta ( tegas ) ke-i dan q juga merupakan konstanta dalam konsekuen. Proses agresasi dan defuzzy untuk mendapatkan nilai tegas sebagai output untuk M aturan fuzzy juga dilakukan dengan menggunakan rata - rata terbobot, yaitu: z = (2.17) 2.4 Algoritma Pembelajaran Hybrid Pada saat premise parameters ditemukan, output yang akan terjadi merupakan kombinasi linear dari consequent parameter, yaitu : y = (2.18) = = Linear terhadap parameter c ij ( i = 1.2 dan j = 0,1,2).

20 26 Algoritma hybrid akan mengatur parameter parameter c ij secara maju (forward) dan akan mengatur parameter parameter {a i, b i, c i } secara mundur ( backward). Pada langkah maju (forward), input jaringan akan merambat maju sampai pada lapisan keempat, dimana parameter parameter c ij akan diidentifikasikan dengan menggunakan metode least-square. Sedangkan pada langkah mundur ( backward ), error sinyal akan merambat mundur dan parameter parameter {a i, b i, c i } akan diperbaiki dengan menggunakan metode gradient descent. Menurut Jang (1997), menggunakan algoritma backpropagation atau gradient descent untuk mengidentifikasikan parameter parameter pada suatu jaringan adaptif biasanya membutuhkan waktu yang relatif lama untuk konvergen. Mengemukakan algoritma hybrid yang akan menggabungkan antara steepest descent (SD) dan least square estimator (LSE) untuk mengidentifikasikan parameter parameter linear. 2.5 Least Square Estimator (LSE) Rekursif Salah satu metode LSE adalah LSE rekursif. Pada LSE rekursif, dapat menambahkan suatu pasangan data [a T y], sehingga memiliki sebanyak ( m+ 1) pasangan data. Dari sini dapat dihitung kembali LSE θ k. Bentuk semacam ini dikenal dengan LSE Rekursif. Karena jumlah parameter ada sebanyak n, maka matriks m x n dapat diselesaikan dengan menggunakan metode invers, sebagai berikut : P n = (A n T A n ) -1 (2.19)

21 27 Θ n = (P n A n T y n ) (2.20) Selanjutnya, iterasi dimulai dari data ke-(n + 1), dengan nilai P k+1 dan ϴ k+1 dapat dihitung sebagai berikut : P k+1 = P k (2.21) θ k+1 = θ k + P k+1 a k+1 ( y k+1 - θ k ) (2.22) 2.6 Perambatan Balik Untuk Jaringan Feedforward Perambatan balik adalah aturan pelatihan dasar untuk jaringan adaptif yang pada esensinya metode SD sederhana. Bagian inti adalah bagaimana secara rekursif memperoleh suatu vektor gradien dimana tiap elemen didefinisikan sebagai derivatif ukuran galat terhadap suatu parameter. Misalkan sebuah jaringan adaptif feedforward yang diberikan mempunyai L lapis dan lapis l ( l = 0, 1,., L; l = 0 merepresentasikan lapisan input) mempunyai N(I) node. Maka output dan fungsi node i [ i = 1,, N(l)] dalam lapis l dapat direpresentasikan sebagai x l,i dan f l,i, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah. Karena output suatu mode bergantung pada sinyal sinyal yang masuk dan himpunan parameter dari node, maka ekspresi umum untuk fungsi node f l,i adalah sebagai berikut : x l,i = f l,i (x l-1,1,.., x l-1,n(l-1), α, β, γ, ) (2.23) dimana α, β, γ, dan seterusnya adalah parameter parameter dari node ini.

22 28 Gambar Konvensi notasional : representasi lapis. Asumsikan bahwa himpunan data pelatihan yang diberikan mempunyai P entri, dapat didefinisikan suatu ukuran galat untuk entri data pelatihan ke p (1 p P) sebagai jumlah kuadrat galat :, (2.24) dimana d k adalah komponen ke k dari vektor output yang diinginkan ke-p dan x L,k adalah komponen ke k dari vektor output aktual yang dihasilkan dengan menggunakan vektor input ke p ke jaringan. Karena untuk ANFIS hanya terdapat satu node output maka : (2.25) berikut : Sebelum mengkalkulasi vektor gradien, observasi hubungan kasual Change in parameter α Change in outputs of nodes containing α Change in network s output Change in error measure Dengan kata lain, perubahan kecil pada parameter α akan mempengaruhi output node yang mengandung α; selanjutnya akan mempengaruhi output lapis akhir dan karenanya ukuran galat. Karena itu, konsep dasar dalam menghitung vektor

23 29 gradien adalah dengan melewatkan sebuah bentuk informasi derivatif dimulai dari lapis output dan berjalan mundur lapis demi lapis sampai lapis input dicapai. Sinyal galat ϵ l,i didefinisikan sebagai derivatif ukuran galat E p terhadap output node i dalam lapis l, mengambil jalur baik langsung dan tak langsung. ϵ l,i = (2.26) Ekspresi ini disebut derivatif beruntun oleh Werbos (1974), yang mempertimbangkan baik jalur langsung maupun tidak langsung yang membawa pada hubungan kausal. Sinyal galat output node ke i (pada lapis L) dapat dikalkulasi secara langsung : ϵ l,i = = (2.27) Ini sama dengan ϵ L,i = -2(d i x L,i ). Untuk node internal pada posisi ke i dari lapis l, sinyal galat didapatkan dengan aturan berantai : ϵ l,i = = (2.28) = dimana 0 l L-1. Vektor gradien didefinisikan sebagai derivatif ukuran galat terhadap masing masing parameter. Jika α adalah suatu parameter dari node ke i pada lapis l, maka

24 30 = ϵ l,i (2.29) Jika parameter α diijinkan untuk di-share di antara node node berbeda, maka persamaan di atas diubah ke bentuk yang lebih umum : (2.30) dimana S adalah himpunan node yang mengandung α sebagai suatu parameter; dan x * dan f * adalah output dan fungsi dari suatu node generik dalam S. Derivatif dari ukuran galat keseluruhan E terhadap α adalah (2.31) Karena itu, untuk penurunan tercuram sederhana tanpa minimisasi garis, formula update untuk parameter generik α (misalnya parameter a, b, atau c) adalah (2.32) dimana η adalah tingkat pelatihan, yang dapat diekspresian sebagai (2.33) dimana k adalah ukuran langkah, panjang setiap transisi sepanjang arah gradien dalam ruang parameter. 2.7 Aturan Pelatihan Hybrid : Mengkombinasikan SD dan LSE

25 31 Meski dapat menggunakan perambatan balik untuk mengidentifikasikan parameter jaringan adaptif, namun seringkali memakan waktu panjang sebelum konvergen. Output jaringan adaptif linier dalam beberapa parameter jaringannya; sehingga dapat diidentifikasi dengan metode kuadrat terkecil (MKT) linier. Pendekatan ini menghasilkan aturan pelatihan hybrid yang mengkombinasikan SD dan LSE untuk identifikasi cepat parameter. Pelatihan Off-line (Pelatihan Batch) Diasumsikan jaringan adaptif hanya mempunyai satu output yand direpresentasikan oleh o = F(i, S) (2.34) dimana i adalah vektor variabel variabel input, S adalah himpunan parameter, dan F adalah fungsi keseluruhan yang diimplementasikan oleh jaringan adaptif. Jika terdapat sebuah fungsi H sehingga fungsi komposit H o F linier dalam beberapa elemen S, maka elemen elemen ini dapat diidentifikasi oleh MKT. Secara lebih formal, jika himpunan parameter S dapat dibagi ke dalam dua himpunan S = S 1 S 2 (2.35) (dimana merepresentasikan jumlah langsung) sehingga H o F linier dalam elemen elemen S 2, maka dengan mengaplikasikan H ke persamaan (2.35), diperoleh H = H o F(i, S), (2.36)

26 32 yang linier dalam S 2. Jika diberikan nilai elemen elemen S 1, dapat dimasukkan P (data pelatihan) ke dalam persamaan (2.34) dan memperoleh persamaan matriks : Aθ = y (2.37) dimana θ adalah vektor yang tidak diketahui yang elemennya adalah parameter parameter dalam S 2. Solusi terbaik untuk θ yang meminimkan Aθ - y 2 adalah penduga kuadrat terkecil (LSE) θ *. Sekarang dapat dikombinasikan SD dan LSE untuk meng-update parameter jaringan adaptif. Untuk pelatihan hybrid yang diaplikasikan ke dalam mode batch, setiap epoch (periode pelatihan) tersusun atas forward pass dan backward pass. Dalam forward pass, setelah vektor input dihadirkan, dikalkulasikan output node lapis demi lapis sampai baris dalam matriks A dan y dalam persamaan (2.37) diperoleh. Lalu parameter parameter dalam S 2 diidentifikasi baik dengan formula LSE pseudoinverse atau formula LSE rekursif. Kemudian dihitung ukuran galat untuk setiap pasangan data pelatihan. Dalam backward pass, sinyal galat merambat dari akhir output menuju akhir input; vektor gradien diakumulasi untuk setiap entri data pelatihan. Pada akhir backward pass untuk semua data pelatihan, parameter parameter dalam S 1 diupdate oleh SD dengan persamaan : (2.38) Untuk nilai parameter tetap dalam S 1 yang diberikan, parameter dalam S 2 yang ditemukan dijamin titik optimum global dalam ruang parameter S 2 karena

27 33 pemilihan ukuran kuadrat galat. Bukan hanya aturan pelatihan hybrid ini mengurangi dimensi ruang pencarian metode SD, tetapi secara substansial juga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konvergensi. 2.8 Adaptive Neuro - Fuzzy Inference System ( ANFIS ) Adaptive Neuro - Fuzzy Inference system adalah arsitektur yang secara fungsional sama dengan fuzzy rule base model Sugeno, dan juga sama dengan jaringan saraf dengan fungsi radial dengan sedikit batasan tertentu (Kusumadewi, 2006). Adaptive Neuro - Fuzzy Inference System ( ANFIS ) merupakan jaringan saraf adaptif yang berbasis pada sistem kesimpulan fuzzy ( fuzzy inference system ). Dengan penggunaan suatu prosedur hybrid learning. ANFIS dapat membangun suatu mapping input - output yang keduanya berdasarkan pada pengetahuan manusia ( pada bentuk aturan fuzzy if then ) dengan fungsi keanggotaan yang tepat. Sistem kesimpulan fuzzy yang memanfaatkan aturan fuzzy if - then dapat memodelkan aspek pengetahuan manusia yang kualitatif dan memberi reasoning process tanpa memanfaatkan analisa kuantitatif yang tepat. Ada beberapa aspek dasar dalam pendekatan ini yang membutuhkan pemahaman yang lebih baik, secara rinci : 1) Tidak ada metode baku untuk men-transform pengetahuan atau pengalaman manusia ke dalam aturan dasar ( rule base ) dan database tentang fuzzy inference system.

28 34 2) Ada suatu kebutuhan bagi metode efektif untuk mengatur ( tuning ) fungsi keanggotaan ( Membership Function / MF ) untuk memperkecil ukuran kesalahan keluaran atau memaksimalkan indeks pencapaian. ANFIS dapat bertindak sebagai suatu dasar untuk membangun satu kumpulan aturan fuzzy if - then dengan fungsi keanggotaan yang tepat, yang berfungsi untuk menghasilkan pasangan input output yang tepat. Sistem fuzzy inference yang digunakan adalah sistem inferensi fuzzy model Takagi Sugeno - Kang ( TSK ) orde satu dengan pertimbangan kesederhanaan dan kemudahan komputasi. Rule 1 : if x is A 1 and y is B 1 then z 1 = ax + by + c premis konsekuen Rule 2 : if x is A 2 and y is B 2 then z 2 = px + qy + c premis konsekuen Input adalah x dan y, konsekuen adalah z. Langkah dari fuzzy reasoning dilakukan oleh sistem kesimpulan fuzzy terdiri dari 5 layer yaitu : Layer 1 : Merupakan layer pertama setelah x dan y dimasukkan. Setiap node ke I di dalam layer ini merupakan adaptive node dengan fungsi tersendiri. O 1, i = µ Ai (x) untuk tiap i = 1, 2, atau O 1, i = µ Bi 2 (y) untuk tiap I = 3,4 Dimana x ( atau y ) merupakan data input ke dalam node i dan A i ( atau B i-2 ) berisi label linguistic ( misal kecil atau besar ) yang terkait dengan node ini. Fungsi yang digunakan, yaitu generalize bell function :

29 35 (2.39) Dimana { a i, b i, c i } adalah parameter set. Selama parameter ini berubah, fungsi bentuk bell ini akan berubah, yang kemudian menunjukkan berbagai macam bentuk fungsi keanggotaan untuk set fuzzy A. Parameter dalam layer ini disebut sebagai premise parameters. Layer 2 : Tiap node dalam layer ini merupakan node yang tetap ditandai sebagai Π, yang mana outputnya adalah produk keluaran dari semua signal yang masuk : (2.40) Tiap output node merepresentasikan kekuatan dari sebuah rule. Pada umumnya, Operasi T - norm yang mana saja yang dapat melakukan fuzzy logic dan dapat digunakan sebagai fungsi node dalam layer ini. Layer 3 : Tiap node pada layer ini merupakan node yang ditandai dengan tetap sebagai N. Node ke - i mengkalkulasi rasio dari kekuatan rule ke i ke semua jumlah yang didapat dari rule s firing strengths: (2.41) Untuk penggunaannya, tiap output pada layer ini disebut sebagai normalized firing strengths.

30 36 Layer 4 : Tiap node i dalam layer ini merupakan node adaptif dengan sebuah node fungsi (2.42) Dimana adalah normalisasi firing strength dimulai dari layer 3 dan {p i, q i, r i } yang merupakan set parameter dari node ini. Layer 5 : Node yang tersendiri pada layer ini ditandai dengan tanda tetap sebagai Σ, yang mana menghitung keseluruhan output sebagai signal input yang dijumlahkan : Output keseluruhan (2.43) (Jang, 1997) Gambar 2.11 Model fuzzy Sugeno orde satu dengan dua buah input

31 37 Gambar 2.12 Arsitektur ANFIS Gambar 2.13 Jaringan adaptif : Arsitektur dan algoritma pembelajaran

32 Fuzzy Clustering Clustering mempartisi suatu himpunan data ke dalam beberapa kelompok sehingga kemiripan di dalam kelompok lebih besar daripada antar kelompok. Karena itu diperlukan matriks kemiripan yang mengambil dua vektor input dan mengembalikan nilai kemiripannya. Karena matriks kemiripan sensitif terhadap rentang elemen elemen dalam vektor input, maka setiap variabel input harus dinormalisasi, misalnya kedalam interval [ 0, 1 ]. Teknik teknik clustering digunakan bersamaan dengan pemodelan fuzzy terutama untuk menentukan aturan aturan if - then fuzzy Komoditi Komoditi adalah sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasa dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka. Secara umum, suatu produk yang diperdagangkan, termasuk valuta asing, instrumen keuangan dan indeks. Komoditi disini berupa barang mineral dan produk pertanian, seperti batu bara, emas, timah, perak, minyak bumi, dan lain lain untuk barang mineral, serta jagung, beras, gandum, kopi, gula, sapi, dan lain lain untuk produk pertanian (Ferlianto, 2006). Ada juga barang yang disebut sebagai commoditized ( tidak lagi dibedakan berdasarkan merek ) seperti komputer. Pasar komoditi sangatlah luas dan mendalam, menjanjikan peluang yang berpotensi untuk menghasilkan banyak uang serta terdapat tantangan tersendiri di dalamnya. Para investor kebanyakan seringkali kewalahan karena bingung untuk

33 39 memutuskan beli atau jual tiap tiap transaksi mereka disebabkan oleh banyaknya jumlah komoditi yang bisa diperdagangkan. Untuk memutuskan apakah sang investor harus membeli atau menjual jagung, atau minyak mentah, atau juga mencari komoditi lainnya jika harga kesemua komoditi yang ada lebih murah dibandingkan dengan komoditi lainnya. Kesulitan untuk menentukan apakah keputusan beli atau jual itulah yang membuat para investor menjadi kewalahan dan juga ketakutan. Bahkan diantara dari mereka yang selalu senang mengambil resiko, pada akhirnya menjadi jatuh miskin karena terlalu sering rugi (Bouchentouf, 2007). Berbeda dengan saham, yang mana tiap kali kita membeli sejumlah saham di dalam suatu perusahaan, kemudian kita akan menjadi bagian dari perusahaan tersebut, dalam pasar komoditi, tiap tiap pembelian kita, maka yang kita miliki hanyalah barang yang telah dibeli, tidak ada kaitannya dengan perusahaan yang bersangkutan Prediksi dan Ramalan Prediksi dan Peramalan adalah pernyataan tentang apa yang akan terjadi dimasa mendatang, biasanya didasari oleh pengalaman dan dasar ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan namun tidak selamanya digunakan. Prediksi dan ramalan tampak sama namun pada dasarnya berbeda. Penjelasan perbedaan kedua kata tersebut dapat kita gunakan dua istilah yang berbeda untuk menguraikan metodologi dalam memperkirakan permintaan masa datang: "Ramalan" dan "Prediksi". Ramalan merupakan istilah yang agak berbau nujum. Bila kita melakukan ramalan, maka kita menggabungkan sejumlah besar informasi subyektif maupun obyektif untuk membentuk perkiraan terbaik kita

34 40 tentang masa depan. Kita gunakan metode ramalan bila kita hanya memiliki sejumlah kecil pengalaman yang mendasari perkiraan kita tentang masa depan. Prediksi atau forecasting di lain pihak, akan diartikan sebagai penggunaan teknik - teknik statistik dalam membentuk gambaran masa depan berdasarkan pengolahan angka - angka historis. Prediksi tergantung kepada adanya data historis yang cukup agar dapat diuraikan secara statistik dan juga tergantung kepada faktor - faktor pembentuk pasar yang relatif stabil. Prediksi dan peramalan mempunyai kegunaan masing masing (Buffa, 1994). Prediksi tidak terlalu dibutuhkan dalam permintaan kondisi pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi prediksi akan sangat dibutuhkan bila kondisi permintaan pasar bersifat kompleks dan dinamis. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut akan tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing dan produk subtitusi. Oleh karena itu, prediksi yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen. Prediksi atau peramalan ini sendiri, seringkali digunakan pada perusahaan perusahaan besar untuk mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar suatu perusahaan dapat meraih apa yang mereka ingin capai semenjak mereka membangun perusahaan tersebut (Flyvbjerg, 2007). Ini memungkinkan suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan lebih dan mencegah kerugian besar dikemudian harinya.

35 Prediksi dan Horison Waktu Dalam hubungannya dengan horison waktu prediksi, maka kita bisa mengklasifikasikan prediksi tersebut kedalam 3 kelompok, yaitu : 1. Prediksi jangka panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Prediksi ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya. 2. Prediksi jangka menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Prediksi ini lebih khusus dibandingkan dengan prediksi jangka panjang, biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan anggaran. 3. Prediksi jangka pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Prediksi ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur, penjadwalan kerja, dan lain - lain keputusan kontrol jangka pendek (Herjanto, 2008) Karakteristik Prediksi yang Baik Prediksi yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari criteria - kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 1. AKURASI Akurasi dari suatu hasil prediksi diukur dengan kebiasaan dan kekonsistenan prediksi tersebut. Hasil prediksi dikatakan bias bila prediksi tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan

36 42 kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil prediksi dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relatif kecil. Prediksi yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi segera, akibatnya adalah perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjualan. Prediksi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukkan persediaan, sehingga banyak modal yang terserap sia - sia. Keakuratan dari hasil prediksi ini berperan penting dalam menyeimbangkan persediaan yang ideal ( meminimasi penumpukan persediaan dan memaksimasi tingkat pelayanan ). 2. BIAYA Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu prediksi adalah tergantung dari jumlah item yang diramalkan, Lamanya periode prediksi, dan metode prediksi yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banyak data yang dibutuhkan, bagaimana pengolahan datanya ( manual atau komputerisasi ), bagaimana penyimpanan datanya dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode prediksi harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat, misalnya item - item yang penting akan diramalkan dengan metode yang canggih dan mahal, sedangkan item - item yang kurang penting bisa diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari Hukum Pareto ( Analisa ABC ). 3. KEMUDAHAN

37 43 Penggunaan metode prediksi yang sederhana, dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumberdaya manusia, maupun peralatan teknologi (Nasution, 2003) Beberapa Sifat Hasil Peramalan Dalam membuat peramalan atau menerapakan hasil suatu peramalan, maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu: 1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut. 2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi. 3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor - faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula

38 44 kemungkinan terjadinya perubahan faktor - faktor yang mempengaruhi permintaan (Nasution, 2003). Banyak pengaplikasian dari prediksi dan ramalan ini yang tersebar di masyarakat, namun, kebanyakan prediksi tersebut digunakan bukan untuk urusan bisnis, melainkan untuk ramalan cuaca, ramalan pertumbuhan penduduk, dan beberapa ramalan dan prediksi lainnya yang menyangkut kehidupan pribadi masing masing dari mereka. Prediksi ini adalah apa yang akan kami capai dengan menggunakan ANFIS untuk mendapatkan hasil data yang diharapkan terjadi di masa mendatang nantinya dalam memprediksi harga komoditi bahan pangan.

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom PENDAHULUAN Logika Fuzzy pertama kali dikenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh tahun 1965 Dasar Logika Fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Teori himpunan fuzzy adalah peranan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. hyperspectral, neuro fuzzy dan soft computing, teori himpunan fuzzy meliputi himpunan

BAB 2 LANDASAN TEORI. hyperspectral, neuro fuzzy dan soft computing, teori himpunan fuzzy meliputi himpunan BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan beberapa landasan teori yang terkait, mencakup konsep hyperspectral, neuro fuzzy dan soft computing, teori himpunan fuzzy meliputi himpunan fuzzy, sistem inferensi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab landasan teori bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai metode atau pun teori yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini, sehingga dapat membangun pemahaman yang sama antara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima Sistem Berbasis Pengetahuan LOGIKA FUZZY Kelompok Rhio Bagus P 1308010 Ishak Yusuf 1308011 Martinus N 1308012 Cendra Rossa 1308013 Rahmat Adhi 1308014 Chipty Zaimima 1308069 Sekolah Tinggi Manajemen Industri

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Pendahuluan Alasan digunakannya Logika Fuzzy Aplikasi Himpunan Fuzzy Fungsi keanggotaan Operator Dasar Zadeh Penalaran Monoton Fungsi Impilkasi Sistem Inferensi Fuzzy Basis Data Fuzzy Referensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan suatu metode pengambilan keputusan berbasis aturan yang digunakan untuk memecahkan keabu-abuan masalah pada sistem yang sulit dimodelkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya berada di luar model matematis dan bersifat inexact. Konsep ketidakpastian inilah yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Himpunan Fuzzy Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Outline Himpunan CRISP Himpunan Fuzzy Himpunan CRISP Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item dalam suatu himpunan A, yang

Lebih terperinci

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA Rima Liana Gema, Devia Kartika, Mutiana Pratiwi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang email: rimalianagema@upiyptk.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah kata benda yang berasal dari kata himpun. Kata kerjanya adalah menghimpun. Menghimpun adalah kegiatan yang berhubungan dengan berbagai objek apa saja.

Lebih terperinci

BAB 2 2. LANDASAN TEORI

BAB 2 2. LANDASAN TEORI BAB 2 2. LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan mengenai logika fuzzy yang digunakan, himpunan fuzzy, penalaran fuzzy dengan metode Sugeno, dan stereo vision. 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) L K Widyapratiwi 1, I P A Mertasana 2, I G D Arjana 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjurusan di SMA Sepanjang perkembangan Pendidikan formal di Indonesia teramati bahwa penjurusan di SMA telah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan yaitu tahun 1945 sampai sekarang,

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY 1. LOGIKA FUZZY Logika fuzzy adalah suatu cara tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Teknik ini menggunakan teori matematis himpunan fuzzy. Logika fuzzy berhubungan dengan

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN MENGGUNAKAN ANFIS DENGAN PENGELOMPOKAN DATA (Studi Kasus Pada Stasiun Meteorologi Bandara Jalaluddin Gorontalo)

PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN MENGGUNAKAN ANFIS DENGAN PENGELOMPOKAN DATA (Studi Kasus Pada Stasiun Meteorologi Bandara Jalaluddin Gorontalo) PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN MENGGUNAKAN ANFIS DENGAN PENGELOMPOKAN DATA (Studi Kasus Pada Stasiun Meteorologi Bandara Jalaluddin Gorontalo) Ifan Wiranto, Wahab Musa, Wrastawa Ridwan Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang pemahaman dari logika fuzzy dan data mining. Pada bab ini juga akan dijelaskan bagian-bagian yang perlu diketahui dalam logika fuzzy dan data mining, sehingga

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Aplikasi Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno dalam Memperkirakan Produksi Air Mineral dalam Kemasan Oleh Suwandi NRP 1209201724 Dosen Pembimbing 1. Prof. Dr M. Isa Irawan, MT 2. Dr Imam Mukhlash, MT Institut

Lebih terperinci

PRAKIRAAN BEBAN PUNCAK JANGKA PANJANG PADA SISTEM KELISTRIKAN INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM

PRAKIRAAN BEBAN PUNCAK JANGKA PANJANG PADA SISTEM KELISTRIKAN INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM ISSN 1412 3762 http://jurnal.upi.edu/electrans ELECTRANS, VOL.11, NO.2, SEPTEMBER 2012, 18-26 PRAKIRAAN BEBAN PUNCAK JANGKA PANJANG PADA SISTEM KELISTRIKAN INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA ADAPTIVE NEURO-FUZZY

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Permintaan 2.1.1 Pengertian Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan sistem yang kompleks. Logika fuzzy memberikan rangka kerja yang kuat dalam memecahkan masalah

Lebih terperinci

Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih

Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih Niska Ramadani Dosen Universitas Dehasen Bengkulu niskaramadani@gmail.com ABSTRAK Pertumbuhan penduduk harus

Lebih terperinci

PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO

PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO Asrianda 1 asrianda@unimal.ac.id Abstrak Bertambahnya permintaan mahasiswa atas kebutuhan makan seharihari, berkembangnya usaha warung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi setiap harinya. Beras memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH KECERDASAN BUATAN SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH AMARILIS ARI SADELA (E1E1 10 086) SITI MUTHMAINNAH (E1E1 10 082) SAMSUL (E1E1 10 091) NUR IMRAN

Lebih terperinci

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN METODE SUGENO DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEPRIBADIAN SISWA BERDASARKAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI MI MIFTAHUL ULUM GONDANGLEGI MALANG) Wildan Hakim, 2 Turmudi, 3 Wahyu H. Irawan

Lebih terperinci

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Data Persediaan dan Jumlah Permintaan Ria Rahmadita Surbakti 1), Marlina Setia Sinaga 2) Jurusan Matematika FMIPA UNIMED riarahmadita@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk digunakan memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No. 3 (2016), hal ISSN: X

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No. 3 (2016), hal ISSN: X SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM (Studi Kasus: Kota Pontianak) [1] Ruspina Ningsih, [2] Beni Irawan, [3] Fatma Agus Setyaningsih [1][3]

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan beras, setiap manusia mempunyai cara-cara

Lebih terperinci

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar Contoh forward chaining & backward chaining Ketidakpastian dalam Sistem Pakar Teori Peluang Teori Bayes Jaringan Bayes Faktor Kepastian Kecerdasan Buatan Pertemuan

Lebih terperinci

LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC)

LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC) LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC) 2. Himpunan Samar 2.. Himpunan Klasik dan Himpunan Samar Himpunan klasik merupakan himpunan dengan batasan yang tegas (crisp) (Jang, Sun, dan Mizutani, 24). Sebagai contoh :

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 31-40 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS DATA RUNTUN WAKTU DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM

Lebih terperinci

Penerapan Logika Fuzzy

Penerapan Logika Fuzzy 1 Penerapan Logika Fuzzy M. Faisal Baehaki - 13506108 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 1 m_faisal_b@yahoo.com

Lebih terperinci

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Media Informatika, Vol. 3 No. 1, Juni 2005, 25-38 ISSN: 0854-4743 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Sri Kusumadewi, Idham Guswaludin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana Logika Fuzzy KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8 Entin Martiana 1 Kasus fuzzy dalam kehidupan sehari-hari Tinggi badan saya: Andi menilai bahwa tinggi badan saya termasuk tinggi Nina menilai

Lebih terperinci

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2 Fuzzifikasi S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 PRAKTIKUM SISTEM CERDAS - REASONING JOBSHEET 2 - FUZZIFIKASI

Lebih terperinci

MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO

MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO Ganjar Ramadhan Jurusan Teknik Informatika, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Email : ganjar.ramadhan05@yahoo.com

Lebih terperinci

Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy

Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy Asrianda 1 Teknik Informatika Kampus Bukit Indah Lhokseumawe email : asrianda@unimal.ac.id ABSTRAK Bertambahnya permintaan

Lebih terperinci

Sistem Inferensi Fuzzy

Sistem Inferensi Fuzzy Sistem Inferensi Fuzzy METODE SUGENO 27 Sistem Inferensi Fuzzy Metode Tsukamoto Metode Sugeno! Diperkenalkan oleh Takagi-Sugeno-Kang, tahun 1985.! Bagian output (konsekuen) sistem tidak berupa himpunan

Lebih terperinci

Fuzzy Logic. Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic.

Fuzzy Logic. Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic. Fuzzy Systems Fuzzy Logic Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic. Masalah: Pemberian beasiswa Misalkan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH (PERTEMUAN 12,13) Lecturer : M. Miftakul Amin, M. Eng. Logika Fuzzy. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

MATERI KULIAH (PERTEMUAN 12,13) Lecturer : M. Miftakul Amin, M. Eng. Logika Fuzzy. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang HIMPUNAN FUZZY MATERI KULIAH (PERTEMUAN 2,3) Lecturer : M. Miftakul Amin, M. Eng. Logika Fuzzy Jurusan Teknik Komputer Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Pokok Bahasan Sistem fuzzy Logika fuzzy Aplikasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 LOGIKA FUZZY Titik awal dari konsep modern mengenai ketidakpastian adalah paper yang dibuat oleh Lofti A Zadeh, dimana Zadeh memperkenalkan teori yang memiliki obyek-obyek dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Game dan Video Game Menurut kamus Cambridge Advanced Learner Dictionary, game adalah sebuah aktivitas menghibur dan menyenangkan yang dimainkan oleh anak anak. Sedangkan video

Lebih terperinci

Jurnal Elektro ELTEK Vol. 2, No. 1, April 2011 ISSN:

Jurnal Elektro ELTEK Vol. 2, No. 1, April 2011 ISSN: Perbandingan Penggunaan Metode Radial Basis Function Network () Dari Metode Fuzzy Neural Netwotk () Dalam Memperkirakan Beban Jangka Pendek di GI. Gondang Wetan Pasuruan Rory Asrial, Almizan Abdullah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Pedagogik Menurut Mahmudin (2008) Kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004)

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004) BAB IV METODOLOGI 4.1 Sistem Pengoperasian Waduk. Tujuan di bangun suatu sistem waduk sangat mempengaruhi strategi pengoperasian sistem waduk yang bersangkutan. Dalam mengembangkan model optimasi pengoperasian

Lebih terperinci

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY Menggunakan TOOLBOX MATLAB ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY Menggunakan TOOLBOX MATLAB Sri Kusumadewi Analisis & Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab Oleh: Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan dalam situasi tertentu. Sistem

Lebih terperinci

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar Contoh forward chaining & backward chaining Ketidakpastian dalam Sistem Pakar Teori Peluang Teori Bayes Jaringan Bayes Faktor Kepastian Kecerdasan Buatan Pertemuan

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN

LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN FUNGSI KEANGGOTAAN (Membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai/derajat keanggotaannya yang memiliki interval

Lebih terperinci

Himpunan Tegas (Crisp)

Himpunan Tegas (Crisp) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Suatu cara untuk merepresentasikan dan menangani masalah ketidakpastian (keraguan, ketidaktepatan, kekuranglengkapan informasi, dan kebenaran yang bersifat sebagian). Fuzzy System

Lebih terperinci

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ P.A Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 3 UAD, Jl. Prof. Soepomo rochmahdyah@yahoo.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) untuk prediksi Beban Daya

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN Agung Saputra 1), Wisnu Broto 2), Ainil Syafitri 3) Prodi Elektro Fakultas Teknik Univ. Pancasila, Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta, 12640 Email: 1) agungsap2002@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Definisi Sistem

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Definisi Sistem BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem 2.1.1 Definisi Sistem Menurut Mustakini (2009:34), Sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan

Lebih terperinci

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. LOGIKA FUZZY UTHIE Intro Pendahuluan Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. Lotfi Asker Zadeh adalah seorang ilmuwan

Lebih terperinci

SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB

SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB JURNAL MATRIX VOL. 3, NO. 1, MARET 2013 39 SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB I Ketut Suwintana Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali Kampus Bukit Jimbaran Bali Telp. +62 361 701981 Abstrak:.Logika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan (Artificial Inteligent) yang mengemulasi kemampuan manusia dalam berfikir ke dalam bentuk algoritma yang

Lebih terperinci

Aplikasi Prediksi Harga Bekas Sepeda Motor Yamaha. Menggunakan Fuzzy Logic

Aplikasi Prediksi Harga Bekas Sepeda Motor Yamaha. Menggunakan Fuzzy Logic Aplikasi Prediksi Harga Bekas Sepeda Motor Yamaha Menggunakan Fuzzy Logic 1. Pendahuluan Jual beli motor merupakan suatu kegiatan transaksi yang mungkin sering kita temukan di kehidupan sehari-hari. Untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern

Lebih terperinci

FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR

FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR Seminar Nasional Informatika 23 (semnasif 23) ISSN: 979-2328 UPN Veteran Yogyakarta, 8 Mei 23 FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR Sundari Retno Andani ) ) AMIK Tunas Bangsa

Lebih terperinci

DENIA FADILA RUSMAN

DENIA FADILA RUSMAN Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA

Lebih terperinci

KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY. Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno

KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY. Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno CARA KERJA LOGIKA FUZZY MELIPUTI BEBERAPA TAHAPAN BERIKUT : 1. Fuzzyfikasi 2. Pembentukan basis pengetahuan fuzzy (rule dalam bentuk if..then).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sebuah aplikasi berupa Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) mulai dikembangkan pada tahun 1970. Decision Support Sistem (DSS) dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah suatu kumpulan atau koleksi objek-objek yang mempunyai kesamaan sifat tertentu. Objek ini disebut elemen-elemen atau anggota-anggota dari himpunan (Frans

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Logika Klasik Notasi logika fuzzy didasarkan dari logika klasik atau sering juga disebut sebagai himpunan tegas (crisp) dengan mengubah menjadi notasi kalkulus, dengan demikian

Lebih terperinci

PERKIRAAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM

PERKIRAAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM ISSN : 1978-6603 PERKIRAAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM Sarjon Defit Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Sumatera Barat Telp.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertiaan Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk digunakan memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan dan Pustakawan

Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan dan Pustakawan Scientific Journal of Informatics Vol., No. 1, Mei 2016 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/inde.php/sji e-issn 2460-0040 Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data runtun waktu dari fenomena real seperti data finansial biasanya bersifat nonstasioner. Tipe data runtun waktu finansial biasanya dicirikan oleh pola-pola seperti

Lebih terperinci

Artificial Intelligence. uthie 1

Artificial Intelligence. uthie 1 Artificial Intelligence uthie 1 Cabang-cabang AI 1. Logical AI Logika (matematis) yang merepresentasikan sekumpulan fakta dan tujuan ---> RUANG KEADAAN: Graph Tree uthie 2 Cabang-cabang AI 2. Search Pencarian

Lebih terperinci

Peningkatan Akurasi Dalam Prakiraan Beban Listrik Jangka Pendek Menggunakan Data Temperatur

Peningkatan Akurasi Dalam Prakiraan Beban Listrik Jangka Pendek Menggunakan Data Temperatur Peningkatan Akurasi Dalam Prakiraan Beban Listrik Jangka Pendek Menggunakan Data Temperatur Imaad Al-Mutawakkil*, Dian Yayan Sukma** Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana Logika Fuzzy KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8 Entin Martiana 1 Kasus fuzzy dalam kehidupan sehari-hari Tinggi badan saya: Andi menilai bahwa tinggi badan saya termasuk tinggi Nina menilai

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. media cacing dengan metode adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. media cacing dengan metode adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS) BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Studi Literatur Untuk memehami cara rancang bangun pengontrol suhu dan kelembaban media cacing dengan metode adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS) dibutuhkan studi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY oleh: 1 I Putu Dody Lesmana, 2 Arfian Siswo Bintoro 1,2 Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik

Lebih terperinci

Implementasi Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (Anfis) untuk Peramalan Pemakaian Air di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal Semarang

Implementasi Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (Anfis) untuk Peramalan Pemakaian Air di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal Semarang Scientific Journal of Informatics Vol. 3, No. 1, Mei 2016 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sji e-issn 2460-0040 Implementasi Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (Anfis) untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan judul Pemodelan Untuk Menentukan Kecukupan Angka Gizi Ibu Hamil. Penentuan status kecukupan angka gizi ibu hamil dilakukan

Lebih terperinci

MODEL PENENTUAN GURU BERPRESTASI BERBASIS ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

MODEL PENENTUAN GURU BERPRESTASI BERBASIS ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) MODEL PENENTUAN GURU BERPRESTASI BERBASIS ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) Wanti Rahayu 1 1 Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI Email : 1 wanti.reiku@gmail.com Abstrak- Guru merupakan aspek

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI Much. Djunaidi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta email: joned72@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan industri/ perkebunan yang berguna sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Pohon Kelapa Sawit terdiri dari

Lebih terperinci

REVIEW PENERAPAN FUZZY LOGIC SUGENO DAN MAMDANI PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA DI INDONESIA

REVIEW PENERAPAN FUZZY LOGIC SUGENO DAN MAMDANI PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA DI INDONESIA Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 6 November 2017 REVIEW PENERAPAN FUZZY LOGIC SUGENO DAN MAMDANI PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA DI INDONESIA Anisa Citra Mutia, Aria Fajar Sundoro,

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Definisi Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

manusia diantaranya penyakit mata konjungtivitis, keratitis, dan glaukoma.

manusia diantaranya penyakit mata konjungtivitis, keratitis, dan glaukoma. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Tentang Mata Mata merupakan organ tubuh manusia yang paling sensitif apabila terkena benda asing misal asap dan debu. Debu akan membuat mata kita terasa perih atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Logika Fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun1965. Teori ini banyak diterapkan di berbagai bidang, antara lain representasipikiran manusia

Lebih terperinci

T 2 Aplikasi Model Neuro Fuzzy Untuk Prediksi Tingkat Inflasi Di Indonesia

T 2 Aplikasi Model Neuro Fuzzy Untuk Prediksi Tingkat Inflasi Di Indonesia T 2 Aplikasi Model Neuro Fuzzy Untuk Prediksi Tingkat Inflasi Di Indonesia Aidatul Fitriah 1, Agus Maman Abadi 2 1) Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta 2) Jurusan Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program linear, metode simpleks, dan program linear fuzzy untuk membahas penyelesaian masalah menggunakan metode fuzzy

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI DENGAN STRUKTUR ADAPTIVE NEURO-FUZZY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komponen Mobil Mesin terdiri atas beberapa bagian yang memiliki fungsinya masingmaning. Bagian-bagian atau komponen-komponen tersebut bekerja bersama-sama untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA FUZZY PADA USAHA KREATIF TAS POLO

PENERAPAN ALGORITMA FUZZY PADA USAHA KREATIF TAS POLO PENERAPAN ALGORITMA FUZZY PADA USAHA KREATIF TAS POLO Dwi Yulian RL 1* Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Ilmu Komputer PGRI, Banyuwangi, Indonesia 1* lingkeku@gmail.com Abstrak Usaha kreatif Polo adalah

Lebih terperinci