Persepsi tentang Kesehatan Diri dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Berobat Ke Dukun Cilik Ponari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Persepsi tentang Kesehatan Diri dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Berobat Ke Dukun Cilik Ponari"

Transkripsi

1 Persepsi tentang Kesehatan Diri dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Berobat Ke Dukun Cilik Ponari Putriyani Universitas Ahmad Dahlan Jl. Kapas 9, Semaki Yogyakarta. Telp. (0274) , Abstract Health is an important factor that is needed to carry out daily activities. Various methods are used to obtain health, such as the use of modern medicine and traditional medicine. In early 2009, the media in Indonesia, many carried stories about a little boy named Muhammad Ponari believed to cure various diseases by dipping a stone into the water. Information is rapidly spreading in the community, so there are hundreds of people who queued to get treatment every day. Basically, the government has developed a policy that all levels of society to seek treatment at the medical places, such as hospitals, health centers, clinics, and others.the purpose of this study was to determine the perception of their own health and the factors that influence the behavior of the little shaman went to Ponari. This study used the phenomenological approach because it can reveal the meaning darisebuah experience, in addition to the data analysis approach used was content analysis.based on the results of the research through interviews and observation, informants had positive perceptions about their own health, even though the illness is classified as a severe illness. Health itself is determined by how much work is done to avoid the disease, in other words the self alone plays an important role for the creation of the expected health (internal locus of contol). There are 4 factors that influence the behavior of the little shaman went to Ponari, those factors is the perception of the severity of the disease, the benefits of medication in the little shaman Ponari, many obstacles modern medical treatment, and the belief in a supernatural power. Keywords: Perception, Behavioral Treatment, Shaman Little Ponari Abstrak Kesehatan adalah faktor penting yang sangat dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk memperoleh kesehatan, seperti menggunakan pengobatan modern maupun pengobatan tradisional. Pada awal tahun 2009, media massa di Indonesia banyak memuat berita tentang seorang anak kecil bernama Muhammad Ponari yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai

2 macam penyakit dengan cara mencelupkan sebuah batu kedalam air. Informasi tersebut cepat menyebar di kalangan masyarakat, sehingga ada ratusan orang yang antri untuk mendapatkan pengobatan setiap harinya. Pada dasarnya, pemerintah telah membuat berbagai kebijakan agar seluruh lapisan masyarakat dapat berobat di tempat-tempat medis, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, dan lain-lain.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi tentang kesehatan diri dan menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku berobat ke dukun cilik Ponari. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi karena dapat mengungkap makna darisebuah pengalaman, selain itu pendekatan analisis data yang digunakan adalah analisis isi. Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan observasi, informan memiliki persepsi umum yang positif tentang kesehatan dirinya, walaupun penyakit yang diderita dikategorikan sebagai penyakit yang parah. Kesehatan diri ditentukan oleh seberapa besar usaha yang dilakukan agar terhindar dari penyakit, dengan kata lain diri sendirilah yang memegang peranan penting untuk terciptanya kesehatan yang diharapkan (Internal locus of contol). Ada 4 faktor yang mempengaruhi perilaku berobat ke dukun cilik Ponari, faktor-faktor tersebut adalah persepsi tentang tingkat keparahan penyakit, manfaat berobat pada dukun cilik Ponari, banyaknya hambatan berobat modern, dan kepercayaan pada kekuatan supranatural. Kata Kunci : Persepsi, Perilaku Berobat, Dukun Cilik Ponari PENDAHULUAN Perdukunan memang sudah dikenal lama oleh masyarakat kita. Ilmu ini pun turun-menurun saling diwarisi oleh anak-anak bangsa, hingga saat ini para dukun masih mendapatkan tempat bukan saja di sisi masyarakat tradisional, tetapi juga di tengah lingkungan modern. Mereka yang pergi ke dukun tak mengenal status sosial seperti kelas bawah, menengah bahkan atas. Sensasi para dukun itu mampu melampaui semua tingkat pendidikan. Banyak diantara mereka yang datang ke dukun merupakan representasi orang-orang terpelajar yang berpikiran rasional. Belakangan, fenomena perdukunan dan ramalan semakin menggeliat seiring dengan suasana yang kondusif bagi para pelakunya untuk tampil berani tanpa ada beban. Berapa banyak iklan-iklan yang menawarkan jasa meramal cukup via SMS, yang dalam istilah mereka bermakna Supranatural Messages Service. Atau juga, praktik pengobatan alternatif yang sudah menjadi suguhan iklan harian di koran-koran dan tabloid (asysyariah.com, 2009).

3 Peristiwa yang paling menghebohkan terjadi pada awal tahun 2009, masyarakat Indonesia dibuat penasaran oleh munculnya Muhammad Ponari yang baru berusia 10 tahun. Ponari dianggap bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit dengan cara mencelupkan sebuah batu ke dalam air. Pada saat itu Ponari yang dikenal dengan sebutan dukun cilik mendominasi pemberitaan di Indonesia, baik media cetak maupun media elektronik. Tercatat dalam tiga pekan pasien yang ditangani Ponari lebih dari 50 ribu orang, mulai dari penyakit ringan sampai penyakit berat seperti stroke, diabetes dan lumpuh (Liputan6.com, 2009). Setelah kesuksesan Ponari di dunia pengobatan, mulai bermunculan pula dukundukun cilik baru di berbagai daerah yang juga ramai dikunjungi warga. Mustofa Aiman berusia 9 tahun dari Tegal adalah salah satu dukun cilik yang menyusul jejak Ponari, dalam satu hari ada 1500 pasien yang mendaftar untuk mendapatkan pengobatan, namun Mustofa hanya akan mengobati 50 pasien saja setiap harinya (Okezone.com, 2010). Baru-baru ini muncul lagi dukun cilik yang baru berusia kurang dari 2 tahun di Garut, balita bernama Hernia melakukan pengobatan dengan cara mencelupkan jarinya ke dalam air. Kemampuan Hernia dalam melakukan pengobatan menyebar luas dengan cepat sehingga banyak warga yang datang untuk meminta pertolongannya (Lihatberita.com, 2012). Kejadian beberapa tahun terakhir ini mengisyaratkan bahwa fenomena dukun cilik yang fenomenal masih menjadi salah satu pilihan warga dalam memperoleh kesembuhan. Sejak lama, pemerintah telah berupaya memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berobat pada tenaga medis. Menurut instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pembangunan Sarana Kesehatan pada poin b dan c menyebutkan bahwa dalam rangka meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, perlu dibangun puskesmas baru di Kecamatan yang berpenduduk lebih dari (tiga puluh ribu) orang, atau Kecamatan yang wilayahnya cukup luas dan bahwa untuk mempertinggi dan meningkatkan pelayanan kesehatan terutama kepada penduduk desa dan penduduk kota yang berpenghasilan rendah, setiap puskesmas perlu ditunjang dengan puskesmas pembantu yang sederhana dan bersifat serba guna (Bphn.go.id, 2008). Instruksi Presiden yang tertulis di atas dapat menggambarkan bahwa pemerintah Indonesia telah mengupayakan pembangunan Puskesmas di berbagai daerah agar semua masyarakat dapat mengakses sarana dan prasarana kesehatan secara mudah. Lebih lanjut lagi, Pemerintah sebenarnya juga melakukan banyak hal untuk memperhatikan daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau. Beberapa program khusus untuk meningkatkan distribusi SDM kesehatan adalah dengan penyebaran petugas kesehatan non-pns di daerah terpencil, sangat terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan memberi insentif khusus bagi petugas kesehatan yang memberikan fasilitas kesehatan pemerintah di daerah tersebut. Menurut Menkes RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH Dr.PH, untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dibangun Rumah Sakit dan Puskesmas bergerak dengan kendaraan khusus, seperti Puskesmas terapung, dan

4 tim kesehatan perawatan yang menggunakan pesawat terbang yang dioperasikan di daerah terpencil (Sehatnews.com, 2012). Ada lembaga-lembaga yang juga ikut membantu pemerintah dalam memberikan kemudahan bagi masyarakat kurang mampu untuk mengakses sarana kesehatan dengan fasilitas yang memadai, contohnya adalah Dompet Dhuafa yang mendirikan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) di daerah Ciputat, Bekasi, Tambun, Jogjakarta, Makasar dan kota-kota lain. Lembaga nonprofit tersebut melayani kaum dhuafa melalui pengelolaan dana sosial masyarakat seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf serta dana sosial perusahaan. Lembaga ini memberilan pelayanan kesehatan kepada peserta (member) yang telah terverifikasi, kemudian warga akan diberikan kartu peserta yang berlaku selama 1 tahun (Lkc.or.id, 2010). Kajian Teori 1. Pengertian Persepsi Kesehatan Diri Kesehatan menurut WHO (Asmadi, 2008) diartikan sebagai keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Kesehatan tidak didapatkan secara utuh apabila ada salah satu dari aspek fisik, mental ataupun sosial yang sedang mengalami gangguan atau masalah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Syafrudin & Hamidah, 2009). Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Menurut Sunaryo (2004) Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian, diteruskan ke otak, dan individu menyadari tentang sesuatu. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Persepsi dapat diartikan sebagai proses kognitif dalam memahami informasi tentang diri dan lingkungannya melalui pancaindera, dan tiap-tiap individu mungkin memberikan tanggapan dan arti yang berbeda. Kesehatan adalah sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang kesehatan diri adalah proses kognitif untuk memberi makna tentang kesejahteraan diri yang terdiri dari aspek fisik, mental dan sosial, setiap orang mungkin mempunyai tanggapan yang berbeda tentang kesehatan dirinya. 2. Perilaku Berobat Berobat berasal dari kata obat. Menurut Novia (2010), obat adalah bahan yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau menyembuhkan, sedangkan pengobatan merupakan penyembuhan; proses perbuatan yang menyembuhkan.

5 Widyatamma (2011) menyatakan bahwa obat adalah senyawa atau campuran senyawa yang berkhasiat mengurangi, menghilangkan gejala, atau menyembuhkan penyakit. Pengertian berobat menurut Soenarwo (2009) adalah bagian dari ikhtiar menuju sehat. Ini menandakan bahwa berobat bukanlah satu-satunya faktor penentu kesehatan, ada faktor lain yang juga ikut berperan. Walaupun demikian, tidak melakukan pengobatan pada saat sakit sangat tidak dianjurkan. Sunaryo (2004) menyatakan bahwa perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya rangsangan (stimulus), baik dari dalam maupun dari luar individu. Pada hakekatnya, perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (covert behavior). Perilaku berobat dapat dijelaskan melalui model kepercayaan kesehatan (Health Beliefe Model), Notoadmodjo (2004) menyatakan bahwa model kepercayaan kesehatan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio-psikologis. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa masalah kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang dilakukan oleh petugas kesehatan.kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive health behavior), yang oleh Becker dikembangkan dari teori lapangan (field theor Lewin) menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief model). Lima komponen health belief model yang menetukan munculnya perilaku menurut Becker (Bennett & Murphy, 1997), yaitu: a) Persepsi tentang kerentanan (Perceived Susceptibility) Gagasan ini mengacu kepada suatu persepsi subjektif dari penyusutan kondisi kesehatan. Dimensi ini telah diformulasikan untuk penerimaan diagnosa, perkiraan kerentanan seseorang dan kerentanan terhadap semua penyakit. Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut. Suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul apabila seseorang telah merasakan ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tertentu. b) Persepsi tentang keparahan (Perceived Severity) Pandangan individu bahwa semakin berat penyakit tersebut, maka semakin besar ancaman yang harus dihadapi. c) Motivasi kesehatan (Health Motivation) Motivasi kesehatan yang timbul oleh adanya gejala-gejala penyakit, dan motivasi itu bervariasi pada masing-masing individu yang dipengaruhi oleh derajat kepeduliannya terhadap masalah kesehatan. d) Persepsi tentang manfaat (Perceived Benefits) Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan apabila mengambil tindakan terhadap gejala yang dirasakan untuk mengurangi ancaman.

6 e) Persepsi tentang hambatan (Perceived barriers) Hambatan untuk bertindak dapat berupa keadaan yang tidak menyenangkan atau rasa sakit yang ditimbulkan saat mendapatkan pengobatan, disamping itu hambatan dapat berupa biaya, baik bersifat monetary cost (biaya pengobatan) maupun time cost (waktu menunggu diruang tunggu, waktu yang digunakan selama perawatan, dan waktu yang digunakan ke tempat pelayanan kesehatan). Selain komponen-komponen yang disebukan diatas, faktor pendukung seperti kampanye media massa, nasehat atau anjuran dari anggota keluarga memberi pengaruh secara tidak langsung yang berkaitan dengan perilaku. Perilaku adalah respon terhadap suatu stimulus yang menyebabkan seseorang bertindak atau melakukan sesuatu. Berobat adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mengurangi, dan menyembuhkan suatu penyakit. Jadi, perilaku berobat adalah respon individu terhadap penyakit yang diderita, respon tersebut dapat berupa mendatangi Rumah Sakit, Puskesmas, praktek dokter, atau tempat-tempat lain yang dianggap dan diyakini mampu membuatnya menjadi sehat. 3. Pengertian dukun Cilik Dukun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-guna, dan lain sebagainya). Novia (2010) juga mengungkapkan hal yang sama, dukun adalah orang yang ahli mengobati penyakit atau gangguan jiwa dengan jampi; pengobatan; penyembuhan; proses perbuatan yang menyembuhkan. Menurut kamus Lisan al-a raf (Ramadhan, 2011), dukun adalah orang yang memberi kabar kepada kita tentang hal-hal di sekitar kita yang berkaitan dengan masa depan, ia mengaku bahwa dirinya mengetahui rahasia-rahasia gaib. Kitab al-irsyad al- Ibad (Ramadhan, 2011) juga mendefinisikan dukun sebagai orang yang mengabarkan hal-hal gaib yang akan terjadi pada masa-masa mendatang, mengaku memiliki ilmu gaib dan menyatakan jin telah memberitahukan kepadanya. Spesialisasi perbedaan dukun dan paranormal menurut Ramadhan (2011) adalah orang yang mengklaim mengetahui hal gaib dan mengabarkannya kepada manusia hal yang akan terjadi berdasarkan informasi syetan disebut dukun, sedangkan orang yang mengaku mengetahui hal yang telah terjadi atau sedang berlangsung disebut paranormal. Menurut Novia (2010), cilik artinya kecil. Dukun adalah orang yang dipercaya dapat mengobati, menolong orang sakit, dan memberi jampi-jampi. Ditarik kesimpulan bahwa dukun cilik adalah anak kecil yang dipercaya dapat mengobati, menolong orang sakit, dan memberi jampi-jampi melalui perantara tertentu. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana persepsi tentang kesehatan diri orang yang berobat pada dukun cilik Ponari dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku berobat ke dukun cilik tersebut.

7 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan motede kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis isi dengan metode wawancara dan observasi. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah criterion sampling, criterianya adalah orang yang sebelumnya telah melakukan pengobatan modern, beragama islam, dan berdomisili di luar kabupaten Jombang. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi tentang Kesehatan Diri Persepsi membantu individu untuk dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan yang ada disekitarnya maupun tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Suryono (2004) menyatakan bahwa self-perception adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu, artinya yang menjadi objek adalah diri sendiri. Termasuk dalam hal kesehatan, persepsi tentang kesehatan diri merupakan suatu pemaknaan tentang keadaan diri individu itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara, kedua informan memandang secara umum kesehatan dirinya baik, meskipun penyakit kambuhan yang diderita mereka kategorikan sebagai penyakit parah. Kedua informan merasa dirinya memiliki daya tahan tubuh yang baik karena tidak mudah terserang penyakit selain dari penyakit menahun yang selama ini diderita keduanya. Menurut Davidoff (Walgito, 2004), persepsi merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu, maka dari itu perasaan, kemampuan berpikir dan pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif dalam mempersepsi. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personality), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib sendiri. Locus of control terdiri dari internal locus of control dan eksternal locus of control. Hasil yang dicapai oleh internal locus of control dianggap berasal dari aktivitas dirinya. Sedangkan pada individu yang memiliki eksternal locus of control menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai dikontrol oleh keadaan luar seperti keberuntungan dan kesempatan (Kreitner & Kinicki, 2005). Kedua informan menganggap bahwa kesehatan dirinya cenderung ditentukan oleh seberapa besar usaha yang dilakukan agar terhindar dari penyakit (internal locus of control). Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan merubah gaya hidup dengan membudayakan hidup sehat seperti berolahraga, makan makanan yang sehat, istrahat yang cukup, dan tidak melakukan tindakan yang akan membuat penyakit mereka kambuh adalah upaya yang dilakukan kedua informan untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat. Salah satu informan menganggap bahwa diri sendiri bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi kesehatan, akan tetapi ada hal lain yang juga ikut berperan. Hal tersebut adalah lingkungan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa manusia sebagai makhluk sosial perlu berinteraksi dengan orang lain yang berada dalam lingkungan atau komunitas dimana dirinya berada. Salah satu kegiatan sosial

8 yang dilakukan informan ternyata bisa menyebabkan informan melakukan negative health behavior dan membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan diri informan. Green, dkk (Gibney, 2009) model ekologis promosi kesehatan mempresentasikan kesehatan sebagai suatu produk interdependensi antara perorangan dan berbagai subsistem ekosistem (misalnya keluarga, komunitas, budaya, lingkungan fisik dan sosial). Dengan kata lain, kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh seorang individu. Sebaliknya, kesehatan ditentukan oleh tindakan dan karakteristik perorangan, faktor-faktor diluar perorangan serta interaksi antara keduanya. B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Berobat ke Dukun Cilik Ponari Perilaku berobat adalah respon individu terhadap penyakit yang diderita, respon tersebut dapat berupa mendatangi Rumah Sakit, Puskesmas, praktek dokter, atau tempat-tempat lain yang dianggap dan diyakini mampu membuatnya menjadi sehat. Menurut Rosenstock (Noorkasiani, 2010), perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaanya, tanpa memperdulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau pandangan orang lain. Berobat pada dukun cilik Ponari merupakan pilihan kedua informan, hal ini disebabkan oleh keinginan keduanya untuk sembuh dari penyakit yang selama ini diderita dan rasa percaya pada kekuatan supranatural. Kedua informan mengetahui bahwa ada orangorang yang tidak setuju dan tidak mempercayai pengobatan tradisional alternatif seperti pengobatan dukun cilik Ponari, akan tetapi semua itu tidak membuat keduanya berhenti untuk mendatangi tempat praktek tersebut. Berita yang disiarkan oleh media massa tentang banyaknya orang yang sembuh setelah meminum air bekas celupan batu Ponari, membuat kedua informan beranggapan bahwa penyakit yang selama ini dideritanya juga bisa disembuhkan dengan kekuatan batu yang dimiliki oleh Ponari sang dukun cilik. Kepercayaan terhadap kekuatan supranatural yang berasal dari batu inilah yang mengantarkan kedua informan datang berobat pada Ponari. Perilaku berobat dapat dijelaskan melalui model kepercayaan kesehatan (Health Beliefe Model), Becker (Maulana, 2009) menyatakan bahwa model kepercayaan kesehatan merupakan model kognitif, yang berarti proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Persepsi tentang keparahan (Perceived Severity) adalah pandangan individu bahwa semakin berat penyakit tersebut, maka semakin besar ancaman yang harus dihadapi. Tingkat keparahan penyakit yang diderita kedua informan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku berobat pasien dukun cilik Ponari adalah. Penyakit kedua informan dikatakan sebagai penyakit yang parah karena seringnya penyakit tersebut kambuh sehingga menghambat keduanya dalam menjalankan aktivitas. Persepsi tentang manfaat (Perceived Benefits) adalah persepsi mengenai manfaat yang dirasakan apabila mengambil tindakan terhadap gejala yang dirasakan untuk mengurangi ancaman. Kedua informan merasa bahwa kesehatan keduanya membaik secara signifikan setelah mendapat pengobatan dari dukun cilik Ponari.

9 Pengobatan yang simpel dan fleksibel membuat kedua informan merasa nyaman dan tetap berobat pada Ponari sampai sekarang. Persepsi tentang hambatan (Perceived barriers) adalah hambatan untuk bertindak dapat berupa keadaan yang tidak menyenangkan atau rasa sakit yang ditimbulkan saat mendapatkan pengobatan, disamping itu hambatan dapat berupa biaya, baik bersifat monetary cost (biaya pengobatan) maupun time cost (waktu menunggu diruang tunggu, waktu yang digunakan selama perawatan, dan waktu yang digunakan ke tempat pelayanan kesehatan). Kedua informan merasa kurang cocok dengan metode pengobatan modern atau pengobatan medis karena khawatir jika tergantung dengan rutinitas minum obat, biaya berobat yang mahal, dan keterbatasan waktu untuk berobat rutin. Menurut Becker (Maulana, 2009), kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian. Hal yang sama juga terdapat dalam komponen health belief model dari Becker (Bennett & Murphy, 1997) yang sesuai dengan hasil penenlitian ini, faktor yang mempengaruhi perilaku berobat pasien dukun cilik Ponari diantaranya adalah persepsi tentang keparahan (perceived Severity), persepsi tentang manfaat (perceived Benefits), dan persepsi tentang hambatan atau kerugian (perceived barriers). Ketiga komponen ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku berobat ke dukun cilik Ponari. Salah satu informan menyatakan bahwa dirinya mengalami kendala selama berobat pada dukun cilik Ponari, kendala tersebut adalah jarak dan biaya. Jauhnya jarak antara kediaman informan dengan tempat praktek Ponari yang berada di wilayah yang berdeda, sehingga informan harus mengeluarkan banyak biaya transfortasi. Informan mengaku bahwa kendala tersebut dapat diatasi, karena penyakit kambuhan informan yang semula terasa sangat parah, berangsur membaik semenjak pertama kali informan datang berobat pada Ponari. Kendala apapun yang dihadapi, tidak menjadi faktor penghambat bagi informan untuk memperoleh kesembuhan dari pengobatan Ponari sang dukun cilik dari Jombang. Rosenstock (Noorkasiani, 2009), Kebutuhan kesehatan subjektif merupakan kunci dari dilakukannya atau dihindarinya suatu tindakan kesehatan, artinya individu akan melakukan suatu tindakan untuk menyembuhkan penyakitnya jika benar-benar merasa terancam oleh penyakit tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa secara umum pasien dukun cilik Ponari mempersepsikan kesehatan dirinya baik. Pasien dukun cilik Ponari menganggap daya tahan tubuhnya baik, sehingga jarang terserang penyakit. Sementara itu, kesehatan diri pasien dukun cilik Ponari lebih ditentukan oleh seberapa besar usaha yang dilakukan agar terhindar dari penyakit, dengan kata lain diri sendirilah yang memegang peranan penting untuk terciptanya kesehatan yang

10 diharapkan. Improving life style melalui aktivitas fisik dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kessehatan adalah usaha yang mereka lakukan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku berobat ke dukun cilik Ponari, faktor-faktor tersebut adalah persepsi tentang tingkat keparahan penyakit, persepsi tentang manfaat berobat pada dukun cilik Ponari, persepsi tentang hambatan berobat modern, dan kepercayaan pada kekuatan supranatural. Semua faktor tersebut membuat mereka tetap berobat pada Ponari, meskipun pengobatan Ponari tidak sepopuler dulu. Orang yang datang berobat pada dukun cilik Ponari menganggap bahwa penyakit yang diderita sangat parah dan mengganggu aktivitas, oleh karena itu Ponari diharapkan dapat menyembuhkan penyakit tersebut secara total. Orang yang menganggap sakitnya tidak terlalu parah serta masih bisa menjalankan aktivitas secara baik, maka orang tersebut tidak akan berobat pada dukun cilik ponari. Metode pengobatan dukun cilik Ponari dianggap simple karena pasien hanya meminum air dari celupan batu yang dimiliki Ponari, selain itu perubahan yang signifikan juga dirasakan sejak pertama kali berobat. Seseorang tidak akan datang berobat pada dukun cilik Ponari jika memiliki persepsi yang negatif tentang pengobatan yang dilakukan oleh dukun cilik tersebut. Khawatir jika tergantung dengan rutinitas minum obat, biaya berobat yang mahal, dan keterbatasan waktu untuk berobat rutin merupakan hambatan bagi mereka untuk melakukan pengobatan medis, dapat dikatakan bahwa mereka merasa kurang cocok dan memiliki persepsi negatif terhadap pengobatan modern. Seseorang yang merasa tidak terbebani dengan metode pengobatan modern akan tetap berobat di tempat-tempat medis dan tidak akan berobat di tempat praktek dukun cilik Ponari. Modal utama yang harus ditanamkan ketika berobat pada dukun cilik Ponari adalah rasa percaya bahwa sang dukun cilik mempunyai kekuatan supranatural yang dapat menyembuhkan penyakit. Seseorang tidak akan mendatangi tempat prakter Ponari untuk mendapatkan pengobatan jika tidak percaya bahwa Ponari memiliki kekuatan supranatural. DAFTAR PUSTAKA Asmadi, N Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC. Asysyariah.com Sensari Dukun dan Perdukunan Maret 2012.

11 Bennett, P & Murphy, S Psychology and Health Promotion. Buckingham : Open University Press. Bphn.go.id Instruksi Presiden Republik Indonesia No.8 tahun 1983 tentang bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan Maret Gibney. Dkk Gizi Kesehatan Masyarakat. Penerjemah : Hartono. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka. Kreitner, R & Kinicki, A Perilaku Organisasi. Penerjemah : Suandy. Jakarta : Salemba Empat.. Liputan6.com Heboh ponari : Dukun Cilik dari Jombang. bang. 19 Maret Lkc.or.id Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Maret Maulana. D.J Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Noorkasiani. dkk Sosiologi Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Notoatmodjo, S Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Novia. W Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Kashiko. Okezone.com Pasien Dukun Cilik di Tegal terus Berdatangan Maret Ramadhan, I Menyikapi Jin dan Dukun Hitam Putih Indonesia. Surabaya : Halim Jaya. Sehatnews.com RS dan Puskesmas Bergerak untuk Daerah Terpencil Maret 2012.

12 Soewarno, B. M. Allah Sang Tabib. Jakarta : Al Mawardi. Sunaryo Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Syafrudin & Hamidah, Kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Widyatamma Kamus Lengkap Kedokteran. Jakarta : PT. Widyatamma.

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003): 2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Kesehatan 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti pangan, tempat tinggal dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku sehat 1. Pengertian Perilaku sehat Perilaku sehat sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka

Lebih terperinci

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah penting dalam kehidupan manusia adalah kesehatan. Pada prinsipnya kesehatan merupakan

Lebih terperinci

Health Belief Model pada Pasien Pengobatan Alternatif Supranatural dengan Bantuan Dukun

Health Belief Model pada Pasien Pengobatan Alternatif Supranatural dengan Bantuan Dukun Health Belief Model pada Pasien Pengobatan Alternatif Supranatural dengan Bantuan Dukun Syaikhul Fanani Triana Kesuma Dewi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. This study aims to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Menurut

1 BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Menurut 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Menurut konvensi Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam melakukan aktivitasnya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia

Lebih terperinci

GAMBARAN PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH BALIAN DI WILAYAH KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSKESMAS MENGWI II KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

GAMBARAN PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH BALIAN DI WILAYAH KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSKESMAS MENGWI II KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016 UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH BALIAN DI WILAYAH KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSKESMAS MENGWI II KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016 I DEWA AYU MAS MANIK ASTAWASTINI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang.

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang. Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Masyarakat Dusun V Desa Patumbak Kabupaten Deli Serdang 2013 Nama Responden : 1. Faktor Internal Responden A. Umur 1. Berapakah umur anda?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 menyatakan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari seseorang dengan kualitas hidup

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU USIA 30-50 TAHUN TENTANG ASAM URAT DI DUSUN JATISARI SAWAHAN PONJONG GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

Syarniah 1, Akhmad Rizani 2, Elprida Sirait 3 ABSTRAK

Syarniah 1, Akhmad Rizani 2, Elprida Sirait 3 ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PASUNG PADA KLIEN GANGGUAN JIWA BERDASARKAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DI DESA SUNGAI ARPAT KECAMATAN KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR Syarniah 1, Akhmad Rizani 2,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang Teori Sebab Akibat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

Lebih terperinci

Health Belief Penderita Hipertensi Primer Non Compliance Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Health Belief Penderita Hipertensi Primer Non Compliance Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Health Belief Penderita Hipertensi Primer Non Compliance Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Resna Nurfitriyana & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com

Lebih terperinci

PERILAKU MENCARI BANTUAN

PERILAKU MENCARI BANTUAN PERILAKU MENCARI BANTUAN Kasl dan Cobb (1966) membuat 3 tipe berbeda dari Perilaku Kesehatan Perilaku Kesehatan Perilaku Sakit Perilaku peran-sakit Perilaku Kesehatan Suatu aktivitas dilakukan oleh individu

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru (The Study of Client s Knowledge about Self Medication at Dispensaries in Pekanbaru) Husnawati * ; Armon Fernando; Ayu Andriani

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen maupun varibel dependen.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang kesehatan tersebut.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

HEALTH BELIEF MODEL. (Teori Kepercayaan Kesehatan)

HEALTH BELIEF MODEL. (Teori Kepercayaan Kesehatan) HEALTH BELIEF MODEL (Teori Kepercayaan Kesehatan) HEALTH BELIEF MODEL (HBM) Rosenstock 1966, Becker 1970, 1980 HBM dikemukakan pertama oleh Rosenstock, 1966 kemudian disempurnakan oleh Becker, dkk 1970

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku KIA 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan sosial, dan tidak hanya sekedar

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN DI RSUD BANYUDONO

PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN DI RSUD BANYUDONO PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN DI RSUD BANYUDONO Arindika Puspitaningtyas, Indarwati, Dewi Kartikasari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta Latar belakang: Tujuan Penelitian: Metode: Hasil: Kesimpulan:

Lebih terperinci

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT In Choosing a product to buy, consumer have some separate criteria as according to characteristic of itself consumer. One of criterion which at most used is prices. Price is one of inseparable

Lebih terperinci

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Menurut Lewit (1993), perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden penelitian ini melibatkan 56 pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol rutin di poli penyakit dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini memperlihatkan dampak dari ekspansi penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

1

1 BAB 1 PEDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular Diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global ( Riskesdas, 2013 ). dan prevalensinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur

I. PENDAHULUAN. keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memberikan sebuah keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur memberikan kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Semakin terbukanya akses informasi termasuk di bidang kesehatan dan kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Semakin terbukanya akses informasi termasuk di bidang kesehatan dan kedokteran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, kesehatan gigi menjadi pusat perhatian masyarakat di Indonesia. Semakin terbukanya akses informasi termasuk di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan

Lebih terperinci

JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR

JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat sering tidak menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, barulah orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan Diabetes Mellitus 2.1.1 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan biasanya berhubungan erat dengan pekerjaan dan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kroeber dan Cluckhohn (1952) dalam bukunya Culture : A Critical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kroeber dan Cluckhohn (1952) dalam bukunya Culture : A Critical BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya Kroeber dan Cluckhohn (1952) dalam bukunya Culture : A Critical Review of Concepts and Definition, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kebudayaan adalah perpaduan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT DAN PERCEIVED BARRIER DENGAN STADIUM KANKER PAYUDARA BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL PADA PASIEN YANG BERKUNJUNG DI POSA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA Wulan Prihantini*, Esty

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CHRISTOPHER BRILLIANTO G0013064 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu

BAB II LANDASAN TEORI. Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu BAB II LANDASAN TEORI II. A. TREATMENT DELAY II. A. 1. Pengertian Treatment Delay Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu yang berlalu antara ketika seorang individu pertama

Lebih terperinci

PRESCRIPTION FOR HEALTH: MENGUBAH PRAKTEK PRIMARY CARE UNTUK MENGUBAH PERILAKU SEHAT

PRESCRIPTION FOR HEALTH: MENGUBAH PRAKTEK PRIMARY CARE UNTUK MENGUBAH PERILAKU SEHAT Comprehensive Care PRESCRIPTION FOR HEALTH: MENGUBAH PRAKTEK PRIMARY CARE UNTUK MENGUBAH PERILAKU SEHAT Latar Belakang Penyebab kematian lebih cepat (premature) di amerika berhubungan dengan 4 kebiasaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak menyadari bahwa tubuhnya terus berinteraksi dengan sesama lingkungan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Rokok merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dan juga salah satu pembunuh paling berbahaya saat ini. Merokok merupakan salah satu faktor resiko utama

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN An Nadaa, Vol 1 No.1, Juni 2014, hal 26-31 Artikel VI HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN Relation of Quality of Health

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG Rosadalima Lebo Atu 1), Atti Yudiernawati 2), Tri Nurmaningsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan karena kesehatan dinilai sangat berharga dan mahal. Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan karena kesehatan dinilai sangat berharga dan mahal. Dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

DEFISI DAERAH TERPENCIL

DEFISI DAERAH TERPENCIL DEFISI DAERAH TERPENCIL Daerah Terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi, sosial dan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat di seluruh dunia. Kanker yang khusus menyerang kaum wanita salah satunya ialah kanker serviks atau kanker leher

Lebih terperinci

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM SISTEM PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU SOSIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 MANIANGPAJO KABUPATEN WAJO Muhammad Ferdhy Asdana Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasien Pengertian Pasien Pasien merupakan pelanggan layanan kesehatan, tetapi pasien dalam hal ini hanya merupakan salah satu jenis pelanggan. Pelanggan layanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015

GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015 UNIVERSITAS UDAYANA HALAMAN JUDUL GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015 SANG AYU MADE MELAWATI NIM. 1120025057 PROGRAM

Lebih terperinci

Kata Kunci : Persepsi Pasien, Mutu Jasa Pelayanan.

Kata Kunci : Persepsi Pasien, Mutu Jasa Pelayanan. PERSEPSI PASIEN TENTANG MUTU JASA PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO Rilyasari Hayatuddin*, Ricky C. Sondakh*, Frans J.O. Pelealu** *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Kesehatan menjadi syarat utama agar individu bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk biologis senantiasa menjalankan dan mempertahankan kehidupannya. Dalam menjalankan serta mempertahankan kehidupannya, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat adalah sebuah benda kecil yang mampu menyembuhkan sekaligus dapat menjadi bumerang bagi penderitanya. Benda kecil yang awalnya dijauhi ini kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN KASUS DM (DIABETES MELLITUS) DI UPTD PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014

STUDI TENTANG PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN KASUS DM (DIABETES MELLITUS) DI UPTD PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 STUDI TENTANG PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN KASUS DM (DIABETES MELLITUS) DI UPTD PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015 HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015 Fras Hinang Hawirami¹ Chrisnawati² Sr.Imelda Ingir Ladjar³ SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin

Lebih terperinci

Pencarian pelayanan kesehatan pada pengobat tradisional herbal di Kota Denpasar

Pencarian pelayanan kesehatan pada pengobat tradisional herbal di Kota Denpasar Laporan hasil penelitian Pencarian pelayanan kesehatan pada pengobat tradisional herbal di Kota Denpasar Sri Yuniari 1,3, Suastika 1,2, Seri Ani 1,2 1 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak untuk hidup sehat dan sejahtera merupakan bagian dari hak asasi manusia yang diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara terbesar ketiga yang mempunyai hutan tropis terluas di dunia dan menduduki peringkat pertama di Asia Pasifik. Hal ini membuat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini orang cenderung memiliki gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat. Hal ini membawa perubahan terhadap gaya hidup dan meningkatnya tuntutan dalam pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus sebagai investasi, Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan merupakan sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan merupakan sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan yang baik merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan merupakan kebutuhan setiap orang. Pelayanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU 1 Mariane Sembel 2 Henry Opod 3 Bernart S. P. Hutagalung 1 Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Psychology: * The science

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA INTISARI HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA Nurul Ainah 1, Aditya Maulana PP, M.Sc., Apt 2, Nadya Sari, S.Farm.,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepuasan 1.1 Defenisi Kepuasan Pasien Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh masyarakat Indonesia. Berbagai program pembangunan yang diselengarakan oleh pemerintah selama ini, pada

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PASIEN BEROBAT KE PUSKESMAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PASIEN BEROBAT KE PUSKESMAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PASIEN BEROBAT KE PUSKESMAS Sudibyo Supardi, 1 Rini Sasanti Handayani,1 dan Mulyono Notosiswoyo2 ABSTRACT About 33% of Indonesian people who have illness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat utama, terutama di negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan tidak dapat diukur dengan uang ataupun harta kekayaan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan tidak dapat diukur dengan uang ataupun harta kekayaan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan sebuah anugerah Allah yang tak ternilai bagi manusia. Dengan kesehatan manusia dapat beraktivitas maupun bekerja secara optimal. Kesehatan tidak

Lebih terperinci

PENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK

PENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK PENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK Abstraksi Kampanye anti-rokok dengan menggunakan peringatan kesehatan bergambar terbukti memiliki

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI (S1) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2004

PROGRAM STUDI ILMU GIZI (S1) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2004 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA GIZI BURUK DENGAN PRAKTEK IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) MODISCO DI KABUPATEN SEMARANG Artikel Penelitian disusun sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara wajib melayani setiap warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006). Pencanangan Indonesia Sehat 2010

Lebih terperinci

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. A. Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prakti prientasi pasien baru 1. Pengertian Orientasi Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu (Purwadarminta, 1999). Dalam konteks keperawatan orientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi kesejahteraan dan kesehatan manusia pada umumnya. World Health. berasal dari negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi kesejahteraan dan kesehatan manusia pada umumnya. World Health. berasal dari negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti dan dipandang sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini masih merupakan ancaman bagi kesejahteraan

Lebih terperinci