DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
|
|
- Teguh Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PSIKOLOGI PENDIDIKAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu : Sugiyatno, M.Pd Disusun Oleh : 1. Shandy Eksani Putra ( ) 2. Eti Wahyu S ( ) 3. Retno Ekosari S ( ) 4. Reny Ika Wulandari ( ) 5. Herlina Permatasari ( ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI REGULER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010
2 KATA PENGANTAR Segala puji syukur marilah kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Psikologi Pendidikan dengan judul Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB). Makalah ini akan membahas tentang pengertian DKB, Kedudukan DKB dalam Pembelajaran., Peserta didik berkesulitan belajar, faktor faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar, pengenalan kesulitan belajar peserta didik, prosedur pelaksanaan DKB dan Pembelajaran. Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan beberapa pihak, di antaranya Sugiyatno, M.Pd Selaku dosen pembimbing serta teman-teman yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Amin. Yogyakarta, Desember 2010 Penulis
3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus memahami factor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan belajar akan bersumber pada factor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)? 2. Bagaimana kedudukan DKB dalam pembelajaran? 3. Bagaimana ciri-ciri peserta didik yang berkesulitan belajar? 4. Apa saja factor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar? 5. Bagaimana kesulitan Belajar Peserta didik? 6. Bagaimana Prosedur pelaksanaan DKB? 7. Apa yang dimaksud dengan pengajaran remedial dan program pengayaan dalam pembelajaran?
4 C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB) 2. Mengetahui kedudukan DKB dalam pembelajaran 3. Mengetahui ciri-ciri peserta didik yang berkesulitan belajar 4. Mengetahui factor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar 5. Mengetahui kesulitan Belajar Peserta didik 6. Mengetahui Prosedur pelaksanaan DKB 7. Mengetahui yang dimaksud dengan pengajaran remedial dan program pengayaan dalam pembelajaran
5 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar. Dalam pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis dan kesulitan belajar. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosis antara lain, menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah. Sedangkan menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hak menentukan permasalahan kikat kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai, yang selanjutnya untuk menentukan permasalan yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak. Setelah kita pahami pengertian diagnosis, selanjutnya kita bahas mengenai kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi actual). Blassic dan Jones juga mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki intelegensi normal, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang
6 penting dalam proses belajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian ataupun dalam fungsi motoriknya. Jadi kesulitan belajar yang dialami peserta didik tidak selalu disebabkan oleh intelejensi atau angka kecerdasannya yang rendah. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar. Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak. Berikut ini akan dikemukakan permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri dkk (1990) sebagai berikut : 1. Kekacauan Belajar (Learning Discorer) yaitu suatu keadaan dimana proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. 2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu suatu gejala anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan berbagai sebab sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi intelektualnya. 3. Learning Disfunction yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik, walaupun anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera ataupun gangguan psikologis yang lain. 4. Under Achiever, adalah suatu kesulitan belajar yang terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah. 5. Lambat Belajar (Slow Learner) adalah kesulitan belajar yang disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi intelektual yang sama.
7 B. Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik. Sebaliknya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya atau gagal dalam belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah. Artinya peserta didik belum mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Kaitannya dengan konsep belajar tuntas (mastery learning) tingkat penguasaan bahan pelajaran biasanya ditetapkan antara 75% - 90%. Bila peserta didik belum mampu menguasai bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka peserta didik tersebut harus dibantu sampai mencapai penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan.john B. Carol (1986) mengatakan : apabila peserta didik diberi kesempatan menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan mereka menggunakan dengan sebaik-baiknya maka mereka akan mencapai tingkat hasil belajar seperti yang diharapkan. Jadi setiap peserta didik yang memiliki kecakapan normal, apabila diberi kecukupan waktu cukup untuk belajar, mereka akan mampu menyelesaikan tugas-tugas belajarnya selama kondisi yang tersedia menguntungkan. Lebih lanjut Caroll mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh : 1. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan 2. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran 3. Bakat yang dimiliki peserta didik 4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajarannya. 5. Kemampuan peserta didik untuk mendapat manfaat yang optimal dari keseluruhan proses pembelajaran yang sedang dihadapi.
8 C. Peserta Didik Berkesulitan Belajar Blassic dan Jones (19760 mengemukakan karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar dapat ditunjukkan dalam karakteristik behavioral, fisikal, bicara dan bahasa, serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar. Selain itu Sumadi Suryobroto (1984) mengemukakan bahwa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui melalui kriteria-kriteria yang sebenarnya merupakan harapan dan sekaligus kriteria tersebut merupakan indikator bagi terjadinya kesulitan belajar. Adanya kesulitan belajar tersebut dapat diketahui atas dasar : 1. Grade level, yaitu apabila anak tidak naik kelas sampai dua kali. 2. Age level, yaitu apabila anak yang umurnya tidak sesuai dengan kelasnya. 3. Intellegensi level, terjadi pada anak yang mengalami under achiever. 4. General level, terjadi pada anak yang secara umum dapat mencapai prestasi sesuai dengan harapan, tetapi ada beberapa mata pelajaran yang tidak dapat dicapai sesuai dengan kriteria atau sangat rendah dimana siswa mengalami kesulitan belajar. Sumadi Suryabrata menggambarkan ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan adanya gangguan aktivitas motorik, emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, membuat dan menangkap simbol, perhatian, tidak dapat memperhatikan dan tidak dapat mengalihkan perhatian, dan gangguan ingatan. Sedangkan Moh. Surya (1978) mengemukakan ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar : 1. Menunjukkan adanya hasil belajar yang rendah 2. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan 3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar 4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar 5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan 6. Menunjukkan gejala emosi yang kurang wajar
9 Dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan ciri-ciri sbb: 1. Prestasi belajarnya rendah artinya nilai yang diperoleh dibawah nilai ratarata kelompoknya. 2. Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sebanding dengan hasil yang dicapai 3. Lamban dalam mengerjakan tugas dan terlambat dalam menyelesaikan atau menyerahkan tugas. 4. Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang wajar lainnya. 5. Menunjukkan perilaku menyimpang dari peilaku temannya yang seusianya. Emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung. D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Latar belakang terjadinya kesulitan belajar atau ketidakberesan dalam belajar banyak sekali macam ragamnya. Tetapi bila penyebab kesulitan belajar itu dikaitkan dengan faktor-faktor yang berperanan dalam belajar, maka penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (faktor internal) yang meliputi: kemampuan intelektual,afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan(fontana, 1981). Sedang faktor yang berasal dari luar pelajar (faktor eksternal) meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan social maupun lingkungan alam. Menyimak faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar tersebut di atas, maka peserta didik mengalami kesulitan belajar atau ketidakberesan dalam belajar, ditunjukkan oleh hasil belajar yang rendah. Hal
10 ini disebabkan oleh berbagai hal seperti yang dikemukakan oleh Noehi Nasution. (1992: 215) 1. Rendahnya kemampuan intelektual anak 2. Gangguan perasaan atau emosi 3. Kurangnya motivasi untuk belajar 4. Kurang matangnya anak untuk belajar 5. Usia yang terlampau muda 6. Latar belakang sosial yang tidak menunjang 7. Kebiasaan belajar yang kurang baik 8. Kemampuan mengingat yang rendah 9. Terganggunya alat-alat indra 10. Proses belajar mengajar yang tidak sesuai dan 11. Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar. Untuk lebih lengkapnya, marilah kita simak pandangan ahli yang lain yang berkaitan dengan permasalahan belajar yang dialami peserta didik, baik faktor internal maupun eksternal. Dimyati dan Mudjiono(1994: ) mengemukakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses belajar sebagai berikut: 1. Sikap terhadap belajar 2. Motivasi belajar 3. Konsentrasi belajar 4. Mengolah bahan ajar 5. Menyimpan perolehan hasil belajar 6. Menggali hasil belajar yang tersimpan 7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja 8. Rasa percaya diri siswa 9. Inteligensi dan keberhasilan belajar 10. Kebiasaan belajar 11. Cita-cita siswa
11 Sedang faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses belajar meliputi: 1. Guru sebagai Pembina siswa belajar 2. Sarana dan prasarana pembelajaran 3. Kebijakan penilaian 4. Lingkungan social siswa di sekolah 5. Kurikulum sekolah Berdasarkan uraian tersebut di atas maka faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut: Environment input Raw Learning Teaching Proses Output Insrumental input Bagan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Keterangan: Raw Input : peserta didik Learning Teaching Process : proses belajar mengajar atau proses pembelajaran Environmental input : faktor lingkungan Instrumental input : sarana dan prasarana penunjang proses belajar mengajar Output : peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran
12 E. Pengenalan Kesulitan Belajar Peserta Didik Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik, kita harus menentukan faktor penyebab dari kesulitan belaja tersebut. Setelah faktor penyebab kesulitan belajar diketahui, kita baru dapat menentukan alternative bantuan yang diberikan. Untuk dapat menentukan kesulitan belajar peserta didik dengan tepat,maka kita harus mengumpulkan data selengkap mungkin, baik dengan teknik non tes maupun dengan teknik tes. 1. Teknik Nontes Teknik nontes yang dimaksud disini adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan dengan cara: wawancara, observasi, angket, sosiometri, biografi, pemeriksaan kesehatan dan fisik, dan dokumentasi. a. Wawancara Wawancara atau interview merupakan cara untuk memperoleh data atau keterangan degan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. b. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan alat indra terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut ada beberapa petunjuk bagi observer dalam mengadakan observasi: 1) Observer perlu memahami terlebih dahulu apa yang akan dobservasi dan jenis gejala apa yang perlu dicatat. 2) Meneliti tujuan umum dan khusus, apakah sudah sesuai denga permasalahan yang akan diteliti, seingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan apa yang harus diobservasi. 3) Buatlah cara untuk mencatat observasi. Cara ini akan menghemat waktu dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak peristiwa.
13 4) Adakan batasi dngan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan digunakan. 5) Adakan observasi secermat-cermatnya dengan pencatatan yang sudah disederhanakan. 6) Catatlah gejala-gejala secara terpisah. 7) Ketahuilah baik-baik alat-alat pencatat dan tata cara mencatat sebelum melakukan observasi. c. Angket Angket atau kuisener adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang diselidiki atau disebut responden, secara tertulis. Bila ditinjau dari cara menjawabnya angket terbagi menjadi dua yaitu: 1) Angket langsung Angket yang diberikan kepada orang yang akan dikumpulkan datanya. 2) Angket tidak langsung Angket yang diberikan kepada orang lain yang dianggap mengetahui keadaaan orang yang akan dikumpulkan datanya. Bila ditinjau dari bentuk pertanyaannya angket dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Angket tertutup Pertanyaan yang dijawabnya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya. 2) Angket terbuka Pertanyaaan-pertanyaan dalam angket yang memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban seluas-luasnya. Angket teruka ini tepat digunakan utuk mengungkap pendapat seseorang tentang sesuatu.
14 3) Angket tertutup terbuka Angket yang terdiri dari angket tertutup, shingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, namun bila jawaban tidak ada yang sesuai menurut responden, maka responden diberi kesempatan untuk mengemukakan jawaban sesuai dengan keadaan responden. Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan angket: 1) Gunakan angket dalam keadaan atau situasi yang setepattepatnya. 2) Tentukan terlebih dahulu tujuan kuisener/angket, baik tujuan umum maupun khusus. 3) Tentukan dan susunlah pertanyaan-pertanyaan sebaik-baiknya: a) Pertanyaan harus singkat dan jelas(mudah dimengerti) b) Jangan sampai ada pertanyaan yang terulang c) Pertanyaan harus tegas, artinya jangan meragukan responden d) Pertanyaan jangan sampai menimbulkan pertanyaan e) Pertanyaan jangan sampai menimbulkan hal-hal yang memalukan. 4) Pertanyaan disusun menurut aspeknya atau kategorinya atau golongan-golongannya, agar lebih sistematis sehingga mudah menganalisisnya. 5) Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang sesungguhnya, maka angket yang telah tersusun sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kesalahan-kesalahan baik kesalahan redaksional maupun isi materi.
15 d. Sosiometri Sosiometri adalah suatu cara untuk mengetahui hubungan social seseorang, yang sering disebut juga sebagai ukuran berteman seseorang. Gambaran mengenai hubungan seseorang disebut sosiogram. Baik tidaknya hubungan social seseorang denga orang lain dapat dilihat dari beberapa segi. Bimo Walgito, 1980:72.mengemukakan sebagai berikut: 1) Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau orang itu bergaul. 2) Intesitas hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya anak atau orang didalam pergaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul 3) Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul, dapat dgunakan sebagaikriteria pula untuk melihat baik buruknya dalam hubungan sosialnya.. e. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan mengutip dari sumber catatan yang sudah ada f. Pemeriksaan fisik dan kesehatan Pemeriksaan fisik berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan kondisi dan perkembangan fisik, misalya kecacatan yang dimiliki, bentuk tubuh dan wajah yang kurang menarik. Sedang pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan masalah penyakit yang diderita seseorang. Dalam hal ini peran dokter sangat dibutuhkan dalam memberikan informasi tentang kesehatan seseorang. 2. Teknik Tes Teknik tes adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan dengan memberikan tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang
16 didasarkan atas jawaban testee terhadap pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah itu penyelidik megambil kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standar atau testee yang lain(sumadi Suryoboto,1984). Selanjutnya dalam hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Tes hasil belajar Tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran yang telah disajikan dalam proses pembelajaran dalam bentuk ulangan, ujian, atau dalam bentuk evaluasi yang lain. b. Tes psikologis Teknik pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu data tentang kemampuan yang belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya bakat, inteligensi, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya. F. Prosedur Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar Guru dalam proses pembelajaran menghadapi peserta didik yang beranekaragam karakteristiknya. Perbedaan peserta didik berkaitan dengan kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan keluarganya dan lain-lainnya. Perbedaan ini cenderung berakibat adanya perbedaan dalam belajar bagi setiap peserta didik baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan belajar yang dicapainya. Langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar yaitu : 1. Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun non psikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui : a. Analisis Perilaku Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui melalui observasi atau laporan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat diketahui : 1) Cepat lambatnya menyelesaikan tugas 2) Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran
17 3) Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok 4) Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial b. Analisis Prestasi Belajar Dapat dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis hasil belajar serta menafsirkannya. Dalam menafsirkan hasil belajar peserta didik harus menggunakan norma yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) 2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar Dapat kita lakukan dengan cara mengetahui dalam mata pelajaran atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi, kemudian aspek atau bagian mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik. Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor prestasi yang diperoleh peserta didik dengan nilai rata-rata dari masingmasing bidang studi. Sedangkan untuk mengetahui aspek atau bagian mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik dapat dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan tes. 3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Dapat dilakukan dengan cara meneliti faktor-faktor yang ada pada diri peserta didik (internal) dan faktor-faktor yang berada di luar peserta didik (eksternal) yang menghambat proses belajar dan atau pembelajaran. 4. Memperkirakan Alternatif Bantuan Langkah yang akan ditempuh dengan cara menjawab beberapa pertanyaan berikut ini: a. Apakah peserta didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya? b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan peserta didik? c. Kapan dan dimana pertolongan dapat diberikan kepada peserta didik? d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan?
18 5. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan atau usaha penyembuhan yang diperlukan peserta didik Selanjutnya rencana pemberian bantuan harus disesuaikan dengan jenis kesulitan yang dialami peserta didik. Bantuan dapat diberikan melalui program remedial atau pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referal yaitu mengirimkan peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik. 6. Tindak Lanjut Ini merupakan langkah terakhir yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya b. Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan pertolongan kepada peserta didik c. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yang diberikan d. Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam menangani kesulitan yang dialami peserta didik G. Pengajaran Remedial dan Program Pengayaan Dalam Proses Pembelajaran. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar misalnya tidak mampu menyerap bahan pembelajaran dengan baik, tidak dapat konsentrasi dalam belajar, tidak mampu mengerjakan tes dan sebagainya. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sehingga prestasi belajarnya rendah, maka guru atau konselor harus memberikan layanan bimbingan dengan baik. Layanan tersebut lebih dikenal dengan pengajaran
19 remedial sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar lebih dikenal dengan pengayaan atau enrichement. 1. Pengajaran Remedial dalam Pembelajaran Remedial merupakan bentuk pengajaran yang bersifat kuratif (penyembuhan) dan atau korektif (perbaikan). Pengajaran remedial merupakan bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran yang menjadi penghambat atau yang dapat menimbulkan masalah atau kesulitan dalam belajar bagi peserta didik. Menurut Warkitri dkk. (1990), pengajaran remedial sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena : a. Tidak semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai kemampuannya. b. Adanya kesulitan belajar berarti belum dapat tercapai perubahan tingkah laku siswa secara bulat sebagai hasil belajar c. Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut diperlukan suatu teknik bimbingan belajar. Salah satu teknik bimbingan belajar adalah pengajaran remedial Dengan demikian dalam pengajaran remedial, guru harus mampu menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik lebih mampu mengembangkan diri. Secara umum, pengajaran remedial bertujuan membantu siswa mencapai mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Secara khusus, pengajaran remedial bertujuan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai prestasi yang diharapkan melalui proses penyembuhan dalam aspek kepribadian atau dalam proses belajar mengajar. Pengajaran remedial merupakan bagian terpenting dari keseluruhan proses pembelajaran, mempunyai banyak fungsi dalam membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, antara lain
20 a. Fungsi korektif, adalah usaha untuk memperbaiki atau meninjau kembali sesuatu yang dianggap keliru. b. Fungsi pemahaman, dalam pengajaran remedial terjadi proses pemahaman terhadap pribadi peserta didik, baik dari pihak guru, pembimbing, maupun peserta didik itu sendiri. c. Fungsi penyesuaian, dalam pnegajaran remedial peserta didik dibantu untuk belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki sehingga tidak merupakan beban bagi peserta didik. d. Fungsi pengayaan, dalam pengajaran remedial guru berusaha membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar dengan menyediakan atau menambah berbagai materi pengajaran yang tidak atau belum disampaikan dalam pengajaran biasa. e. Fungsi akselerasi, dalam pengajaran guru berusaha mempercepat pengajaran dengan menambah frekuensi pertemuan dan materi pengajaran. f. Fungsi terapeutik, pengajaran remedial mengandung unsur terapeutik karena secara langsung atau tidak langsung berusaha menyembuhkan beberapa gangguan atau hambatan peserta didik. Terdapat pendekatan-pendekatan dalam pengajaran remedial, antara lain a. Pendekatan kuratif dalam pengajaran remedial Pendekatan ini dilakukan setelah program pembelajaran yang pokok selesai dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan menjumpai beberapa bagian dari peserta didik yang tidak mampu menguasai seluruh bahan yang disampaikan. Pelaksanaan pendekatan kuratif dapat dilakukan dengan cara : 1) Pengulangan (repetation), dapat dilakukan setiap akhir jam pertemuan, akhir unit pelajaran atau setiap pokok bahasan. 2) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan reinforcement), Layanan pengayaan dapat ditujukan kepada peserta didik yang mempunyai kelemahan ringan dan secara akademik mungkin peserta
21 didik tersebut cerdas. Dapat dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah atau pekerjaan di kelas pada saat pelajaran berlangsung. 3) Percepatan (acceleration) Layanan percepatan ini diberikan kepada peserta didik yang berbakat namun menunjukkan kesulitan psikososial. b. Pendekatan preventif dalam pengajaran remedial Pendekatan preventif diberikan kepada peserta didik yang diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan program yang akan ditempuh. Guru meng-klasifikasikan kemampuan siswa didik menjadi tiga golongan, yaitu peserta didik yang mampu menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan, peserta didik yangdiperkirakan akan mampu menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang ditentukan, dan peserta didik yang tidak dapat menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan. Sesuai penggolongan tersebut maka teknik layanan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Kelompok belajar homogen, dalam kelompok ini peserta didik diberi pelajaran, waktu, dan tes yang sama. 2) Kelompok individual, pengajaran disesuaikan dengan keadaan peserta didik, sehingga setiap peserta didik mempunyai program tersendiri. 3) Layanan pengajaran dengan kelas khusus, peserta didik mengikuti program pembelajaran yang sama dalam satu kelas. Peserta yang mengalami kesulitan dalam bidang tertentu disediakan kelas khusus remedial. Bagi yang cepat belajarnya disediakan program pengayaan. c. Pendekatan pengembangan dalam pengajaran remedial Pengajaran remedial yang bersifat pengembangan merupakan upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya pembelajaran. Sasarannya agar peserta didik dapat segera mengatasi hambatan-hambatan yang dialami selama mengikuti pembelajaran.dalam pengajaran remedial juga terdapat beberapa metode.
22 Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial yaitu : a. Metode pemberian tugas. Metode ini dilaksanakan dengan cara memberi tugas atau kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. b. Metode diskusi Diskusi adalah suatu bentuk interaksi antarindividu dalam kelompok untuk membahas suatu masalah. Diskusi digunakan dalam pengajaran remedial untuk memperbaiki kesulitan belajar dengan memanfaatkan interaksi individu dalam kelompok. c. Metode tanya-jawab Tanya jawab dalam pengajaran remedial dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dengan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Tanya jawab dilakukan secara individu maupun secara kelompok dengan peserta didik. d. Metode kerja kelompok Kerja kelompok dalam pengajaran remedial diusahakan agar terjadi interaksi diantara anggota dalam kelompok. Kelompok sebaiknya heterogen artinya dalam satu kelompok terdiri dari pria dan wanita, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar. e. Metode tutor sebaya Tutor sebaya ialah peserta didik yang ditunjuk untuk membantu teman-temannya atau peserta didik lainnya yang mengalami kesulitan belajar. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tutor sebaya adalah: 1) Mendapat persetujuan dari peserta didik yang mengikuti program perbaikan 2) Mempunyai prestasi akademik yang baik, kreatif, dan dapat menerangkan bahan yang dibutuhkan oleh peserta didik yang mengikuti program perbaikan
23 3) Tidak sombong, sabar, telaten, hubungan sosialnya bagus, tidak pelit, dan suka menolong sesama teman f. Metode pengajaran individual Pengajaran individual dalam pengajaran remedial yaitu proses pembelajaran yang hanya melibatkan seorang guru dan seorang peserta didik yang mengalami kesulitan belajar Pelaksanaan Pengajaran Remidial Yang telah dikemukakan oleh Warkitri dkk. (1990) bahwa untuk melaksanakan pengajaran remedial harus mengikuti langkah langkah sebagai berikut: 1. Penelaahan kembali kasus Langkah ini merupakan langkah penting sabagai titik tolak kegiatan selanjutnya. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kasus yang di hadapi dan kemungkinan pemecahannya. Dalam langkah ini guru diharapkan memperoleh gambaran tentang peserta didik yang perlu mendapatkan layanan, tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, letak terjadinya kesulitan, bagian ranah yang mengalami kesulitan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan peserta didik.
24 2. Pemilihan alternatif tindakan Berdasarkan temuan dan uraian pada langkah pertama, maka dapat disimpulkan karakteristik kasus atau permasalahan dan alternatif pemecahannya. Karakteristik kasus atau permasalahan yang dihadapi peserta didik dapat digolongkan menjadi kasus yang berat, cukup berat, dan ringan. Kasus yang ringan yaitu apabila peserta didik belum menemukan cara belajar yang baik. Kasus yang cukup berat yaitu apabila peserta didik telah mampu menemukan cara belejar tetapi belum berhasil karena hambatan psikologis. Kasus dikatakan berat bila siswa belum mampu menemukan cara belajar yang baik dan memiliki hambatan emosional. a. Apabila kasus ringan, tindakan yang ditempuh adalah pemberian pengajaran remedial. b. Apabila kasusnya berat dan cukup berat, maka sebelum melaksanakan pengajaran remedial, peserta didik harus diberi layanan konseling untuk mengatasi hambatan emosional yang mempengaruhi kegiatan belajarnya. 3. Pemberian layanan khusus Layanan khusus disini maksudnya adalah layanan konseling, yang bertujuan agar peserta didik yang mengalami kasus atau permasalahan terbebas dari hambatan emosional, sehingga dapat mengikuti pembelajaran secara wajar. Berikut ini kasus atau permasalahan peserta didik dan cara mengatasi yang dapat ditangani oleg guru bidang studi : a. Kasus kurang motivasi dan minat belajar, cara mengatasinya : menghindarkan peserta didik dari pertanyaan pertanyaan negative yang dapat melemahkan semangat belajar, termasuk memarahi, merendahkan, dan membandingkan dengan orang lain yang lebih sukses. Disamping itu perlu diciptakan suasana
25 kompetitif yang sehat, mendorong agar lebih berhasil dalam belajar pada waktu= waktu berikutnya, member hukuman yang bijaksana bila terjadi kealpaan dan member hadiah baik verbal maupun non verbal atau material dan non material bila memperoleh kesuksesan. b. Kasus sikap negative terhadap guru, cara mengatasinya dengan cara menciptakan hubungan yang akrab antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, memberikan pengalaman yang menyenangkan dan menciptakan iklim atau suasana social yang sehat dalam kelas. c. Kasus kebiasaan belajar yang salah, cara mengatasinya menunjukan cara belajar yang salah, memberikan kesempatan untuk berlatih dan belajar dengan pola-pola belajar yang baru. d. Kasus ketidak cocokan antara keadaan pribadi dengan lingkungan dan program studinya, cara mengatasinya dengan cara memberikan layanan informasi tentang pemilihan program studi dan cara belajarnya serta prospek dari program studi yang dipilih oleh peserta didik. 4. Pelaksanaan pengajaran remedial Setelah langkah ketiga terpenuhi, selanjutnya pelaksanaan pengajaran remedial. Adapun sasaran pokok langkah ini adalah meningkatkan prestasi dan kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh guru. 5. Pengukuran kembali hasil belajar Setelah pengajaran remedial selesai, selanjutnya diadakan pengukuran terhadap perubahan pada diri peserta didik yang bersangkutan. Pengukuran ini untuk mengetahui kesesuaian antara rencana dengan pencapaian hasil yang diperolehnya.
26 6. Re-evaluasi dan re-diagnostik Hasil pengukuran pada langkah kelima ditafsirkan dengan menggunakan cara dan criteria seperti pada proses pembelajaran yang sesungguhnya. Hasil penafsiran tersebut akan menghasilkan tiga kemungkinan sebagai berikut: a. Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaiannya mencapai criteria keberhasilan minimum seperti yang diharapkan. b. Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian drinya, tetapi belum sepenuhnya memadai criteria keberhasilan minimum yang diharapkan. c. Peserta didik menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam prestasinya maupun kemampuan penyesuaian dirinya. Sebagai tindak lanjut dari pengajaran remedial ini ada tiga kemungkinan kegiatan yang harus ditempuh guru, yaitu: a. Bagi peserta didik yang berhasil, diberi rekomendasi untuk melanjutkan ke program pembelajaran utama tahap berikutnya. b. Bagi peserta didik yang belum sepenuhnya berhasil, sebaiknya diberi pengayaan dan pengukuhan prestasi sebelum diperkenankan melanjutkan ke program selanjutnya. c. Bagi peserta didik yang belum berhasil, sebaiknya dilakukan rediagnostik untuk mengetahui letak kelemahan, kesalahan atau kekurangan pengajaran remedial yang telah dilakukan, sehingga mungkin perlu adanya ulangan dengan alternative yang sama atau alternative yang lain.
27 2. Program Pengayaan dalam Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, guru disamping menemukan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, akan menjumpai pula peserta didik yang cukup menguasai bahan, tetapi ada pula yang mampu menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru a. Pengertian program pengayaan Program pengayaan dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang diperuntukan bagi pesrte didik yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi yang berarti mereka adalah peserta didik yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Kegiatan untuk mengisi kelebihan waktu bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya ini disebut dengan program pengayaan. b. Tujuan program pengayaan Dalam proses pembelajaran, bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya akan mempunyai kelebihan waktu. Kegiatan untuk mengisi kelebihan waktu bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya ini dimaksudkan agar peserta didik: 1) Lebih menguasai bahan pelajaran dengan cara peserta didik disuruh membuat ringkasan tentang materi mata pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, menjadi tutor sebaya yaitu mengajari temennya yang belum selesai tugasnya. 2) Memupuk rasa social karena peserta didik ini diminta membantu temannya yang belum selesai tugas belajarnya. 3) Menambah wawasan peserta didik yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan guru dengan cara membaca surat kabar, atau buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber belajar lainnya yang relevan dengan mata pelajaran yang sedang diikuti. 4) Memupuk tasa tanggungjawab peserta didik dengan cara melaporkan atau menyampaikan informasi yang diperoleh melalui membaca surat kabar atau buku-buku di perpustakaan atau sumber informasi lainnya kepada teman-temannya.
28 c. Faktor yang harus diperhatikan dalam program pengayaan 1) Faktor anak atau peserta didik: bagi guru atau pendidik harus menyadari dan memahami bahwa peserta didik disamping mempunyai beberapa kesamaan tetapi juga mempunyai perbedaanperbedaan yang sifatnya individual. Karena itu dalam memberikan kegiatan pengayaan harus memperhatikan sifat-sifat individual peserta didik misalnya bakat, minat, hobi dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik. 2) Faktor kegiatan pengayaan: kegiatan pengayaan yang diberikan oleh guru harus menunjang pengembangan peserta didik secara optimal. Dalam hal ini kegiatan pengayaan jangan sampai merugikan, menyusahkan, memberatkan, dan menimbulkan kesulitan peserta didik. Tetapi kegiatan pengayaan herus bermanfaat bagi peserta didik dalam menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pembentukan kepribadiannya. 3) Faktor waktu : kegiatan pengayaan untuk mengisi waktu yang dimiliki peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya sangat bervariasi, ada yang 25 menit,ada yang 15 menit dan sebagainya. Dalam hal ini guru harus memilih kegiatan pengayaan yang tepat sesuai dengan waktu yang tersedia bagi setiap peserta didik. Kenyataan ini menuntut kemampuan dan kreativitas guru dalam mempersiapkan kegiatan pengayaan. d. Pelaksanaan program pengayaan Program pengayaan dalam proses pembelajaran berisi kegiatan pengayaan yang diperuntukan bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya, karena mereka mempunyai kelebihan waktu. Kegiatan pengayaan diberikan oleh guru bidang studi bersamaan dengan pembelajaran bagi peserta didik yang sedikit kesulitan dan yang mengalami kesulitan belajar. Apabila peserta didik yang sedikit kesulitan
29 belajarnya dan yang mengalami kesulitan belajar sudah menyelesaikan tugas belajarnya sesuai dengan yang diharapkan, maka kegiatan pengayaan dihentikan. Selanjutnya seluruh peserta didik mengikuti pelajaran berikutnya secara bersama-sama. Agar kegiatan pengayaan terlaksana dengan baik, maka materi yang akan diberikan dan bentuk kegiatannya harus dipersiapkan terlebih dahulu. Materi pengayaan harus disesuaikan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan di kelas, karena kegiatan pengayaan merupakan kegiatan untuk memperdalam materi pelajaran bukan untuk menambah konsep beru. Kegiatan pengayaan yang diberikan guru dapat disimak pada uraian tentang tujuan program pengayaan.
30 BAB III PENUTUP A. Simpulan Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar. Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik. Sebaliknya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya atau gagal dalam belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah. Artinya peserta didik belum mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (factor internal) yang meliputi: kemampuan intelektual,afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan(fontana, 1981). Sedang factor yang berasal dari luar pelajar (factor eksternal) meliputi faktorfaktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan social maupun lingkungan alam. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sehingga prestasi belajarnya rendah, maka guru atau konselor harus memberikan layanan bimbingan dengan baik. Layanan tersebut lebih dikenal dengan pengajaran remedial sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar lebih dikenal dengan pengayaan atau enrichement.
31 DAFTAR PUSTAKA Sugihartono,dkk. (2007). Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY Press.
KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK
KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK Agus Triyanto, M.Pd. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 GURU SEKOLAH DASAR SISWA-SISWA SEKOLAH
Lebih terperinciDIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL Pengertian Diagnosis 1. Proses pemeriksaan terhadap hal-halyang tidak beres atau bermasalah 2. Kegiatan untuk menentukan jenis penyakit dengan meneliti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
11 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Remedial Teaching a. Pengertian Remedial Teaching Dilihat dari arti katanya remedial berarti bersifat menyembuhkan, membetulkan atau
Lebih terperinciDIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR (DKB)
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR (DKB) Education Psychology Hiryanto 1 Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB) dalam belajar O Digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami baik
Lebih terperinciDIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR.
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id PENGENALAN KESULITAN BELAJAR TES; pengumpulan data secara potensial, kuantitatif Tes Psikologi: Kecerdasan, Bakat, Minat, Kepribadian Tes Hasil
Lebih terperinciPsikologi Pendidikan
MATA KULIAH Psikologi Pendidikan Semester III Haryani, M.Pd. A. Pokok Bahasan Satu Semester.::Matakuliah ini membahas : Konsep dasar Psikologi Pendidikan: pengertian (psikologi, pendidikan &psikologi pendidikan)
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SEDAYU BANTUL SKRIPSI
PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SEDAYU BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya jualah penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Karena dengan pertolongan-nya
Lebih terperinciPSIKOLOGI PENDIDIKAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR (DKB)
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR (DKB) SUGIYANTO, M.Pd (www.uny.ac.id) PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Jl. Colombo, Karang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian
11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus) Layanan dan bimbingan siswa pada hakekatnya merupakan sebuah bantuan yang diberikan konselor kepada siswa untuk membantu menyelesaikan
Lebih terperinciDiagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan
Lebih terperinciKONSEP DASAR DIAGNOST IK KESULITAN BELAJAR
KONSEP DASAR DIAGNOST IK KESULITAN BELAJAR Elin Lestari(1506327) DAN PENGAJARAN REMEDI Fera Nur Aryanti (1506328) Hilmy Amrulloh (1503814) AL Heri Hanafi (150025) Nurita Suherma (1505158) Nurul Qolby (1500481)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Evaluasi Pembelajaran. Evaluasi perlu dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar untuk
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi perlu dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Undangundang No. 20
Lebih terperinciSulit Belajar 09:39:00 AM,
Sulit Belajar 09:39:00 AM, 01.08.2012 A. Kesulitan Belajar. KESULITAN BELAJAR SISWA DAN BIMBINGAN BELAJAR Oleh : Drs. Akhmad Sudrajat,M.Pd. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan
Lebih terperinciA. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL
A. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL Proses belajar mengajar merupakan ciri yang sangat umum dalam dunia pendidikan. Dalam prakteknya tidak selalu berjalan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dari segi jasmani maupun rohani, mandiri sesuai dengan tingkat
Lebih terperinciBAB II PENGAJARAN REMEDIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Islam, Ciri-Ciri Pembelajaran Remedial Pendidikan Agama Islam, Tujuan dan
BAB II PENGAJARAN REMEDIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Pada bab II akan membahas tentang Pengajaran Remedial Pendidikan Agama Islam, meliputi: Pengertian Pengajaran Remedial Pendidikan Agama Islam, Ciri-Ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
Lebih terperinciPERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL
PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL Oleh Henoki Waruwu Abstrak: Many students have difficulty in learning generaly. Therefore require to
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, pelajaran Matematika pada materi pembagian
95 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Penelitian Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, maka kemudian mengkaji hakikat dan makna temuan penelitian. Masing masing temuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu pembelajaran,
Lebih terperinciPERSETUJUAN PEBIMBING DESKRIPSI TENTANG PENDEKATAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 9 KOTA BARAT KOTA GORONTALO
PERSETUJUAN PEBIMBING DESKRIPSI TENTANG PENDEKATAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 9 KOTA BARAT KOTA GORONTALO JURNAL NANGSI S. BAKARI PEMBIMBING I PEMBIMBING II Dra.
Lebih terperinciAprilia Tina L PEMAHAMAN TERHADAP INDIVIDU
Aprilia Tina L PEMAHAMAN TERHADAP INDIVIDU Components of Guidance Program (Sherzer-stone) Appraisal Evaluation Counseling Consulting Information Planning n placement Appraisal (pengumpul data) Semua usaha
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan
Lebih terperinciFaktor Penyebab Siswa Menyontek dan Solusinya
PSIKOLOGI PENDIDIKAN Faktor Penyebab Siswa Menyontek dan Solusinya Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu : Sugiyatno, M.Pd Disusun Oleh : Shandy Eksani Putra (09403241002)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciPERMASALAHAN ANAK DAN UPAYA PENANGANANNYA
PERMASALAHAN ANAK DAN UPAYA PENANGANANNYA Oleh: Dra. Aas Saomah, MSi A. Pengantar Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah yang dihadapi anak, terutama anak usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai dan norma kepada manusia yang dapat di harapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu proses sosialisasi dengan menanamkan pengetahuan, nilai dan norma kepada manusia yang dapat di harapkan berkreativitas menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang membanggakan, baik di darat, laut, maupun di udara. Hanya saja masyarakat dan generasinya belum
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi
Lebih terperinciTahap-tahap dalam Proses Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa
Tahap-tahap dalam Proses Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Kelompok 3a: Reska Darmayanti 131414069 Dewi Rosari Indira P 131414084 Francisca Devi R 131414091 Bella Kusumawati 131414105 Cornelius Sepnuwiyadi
Lebih terperinciKESULITAN BELAJAR DAN IDENTIFIKASI
DAN IDENTIFIKASI Tugas utama guru dalam pembelajaran adalah mengantarkan peserta didik pada potensi terbaiknya. Oleh karena peserta didik yang menjadi subjek yang akan difasilitasinya, maka hal pertama
Lebih terperinciPeran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran
Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Hal apa saja yang perlu dipahami oleh guru mengenai siswa? Aspek perkembangan anak sekolah dasar (SD) 1. Perkembangan motorik dan persepsi. Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Balajar 2.1.1 Pengertian Kesulitan Belajar Dalam menempuh proses pembelajaran di sekolah peserta didik tidak luput dari berbagai kesulitan. Tinggi rendahnya hasil belajar
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS
Lebih terperinciKESULITAN MAHASISWA BELAJAR ANALISIS BUTIR SOAL DALAM MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN TATA BOGA
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 92 KESULITAN MAHASISWA BELAJAR ANALISIS BUTIR SOAL DALAM MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN TATA BOGA Tiara Edianti 1, Ade Juwaedah 2, Cica Yulia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi secara bertahap tergantung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIK
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari
Lebih terperinciPERAN DAN TUGAS GURU 1. PERENCANA PEMBELAJARAN 2. PELAKSANA PEMBELAJARAN 3. PENILAI PEMBELAJARAN 4. PEMBIMBING DALAM PEMBELAJARAN
REPOSISI PERAN DAN TUGAS GURU DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DEDI HERDIANA HAFID UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PERAN DAN TUGAS GURU 1. PERENCANA PEMBELAJARAN 2. PELAKSANA PEMBELAJARAN 3. PENILAI PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan
8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi pada diri seseorang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kurang (Under-Achiever). untuk memperjelas penjelasan variabel tersebut, maka
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel penelitian adalah karakteristik kesulitan belajar Siswa Berprestasi Kurang (Under-Achiever). untuk memperjelas penjelasan variabel tersebut, maka
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali
BAB II LANDASAN TEORI A. Internal Locus Of Control 1. Definisi Internal Locus of Control Locus of control adalah tingkat di mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Mengenai Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi. Pendidikan tinggi dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Mengenai Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi Pendidikan tinggi dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 19 didefinisikan sebagai jenjang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan
Lebih terperinciSTUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO
STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Meilan Ladiku Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo
Lebih terperinciDESKRIPSI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI TRANSFORMASI
Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 DESKRIPSI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI TRANSFORMASI Sukmawati 1, Eva Dwika Masni 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2, Fakultas Keguruan dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Layanan Konseling Individual Bagi Siswa Kelas Akselerasi. a. Guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling individual
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari uraian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Layanan Konseling Individual Bagi Siswa Kelas Akselerasi a. Guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN Sri Wahyuni Adiningtiyas. Dosen Tetap Prodi Bimbingan Konseling UNRIKA Batam Abstrak Penguasaan terhadap cara-cara belajar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi kemanusiaannya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kualitas sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam suatu proses pendidikan. Tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk terjadinya tingkah laku dalam diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang apalagi diera globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika
Lebih terperinciadalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil
46 2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson ( 2014, h. 164) kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhlukmakhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama
Lebih terperinciBAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD
BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR EVA IMANIA ELIASA, M.Pd PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD FAKTOR UTAMA LAYANAN BIMBINGAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data Deskripsi data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dialami oleh siswa sebagai peserta didik, untuk menentukan berhasil atau tidaknya
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku individu dalam merespon suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata sciense
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Sekolah sebagai tempat siswa untuk melaksanakan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga yang bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan formal. Sekolah sebagai tempat siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.
I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan
Lebih terperinciSISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGANALISIS TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE SMART LEARNING SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN Sri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah di pelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin maju menuntut dunia pendidikan untuk melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas adalah salah satu lembaga pendidikan yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pembelajaran
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA Hari Aningrawati Bahri* ABSTRACT This research is Classroom Action
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
Lebih terperinciDeteksi Potensi Kesulitan. Yusi Riksa Yustiana PPB FIP UPI
Deteksi Potensi Kesulitan Belajar Siswa Yusi Riksa Yustiana PPB FIP UPI KESULITAN BELAJAR Hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam : menyesuaikan diri dengan situasi pembelajaran/ pendidikan, mengikuti
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah manusia dan dialami oleh setiap orang. Hal itu disebabkan oleh pengetahuan, keterampilan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM-BASED LEARNING
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM-BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN LOGIKA MATEMATIKA DI KELAS X-1SMA NEGERI 2 SUMENEP TAHUN PELAJARAN 2010-2011 Hasanudin Guru SMAN 2
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara kelompok maupun secara individual. Hal ini dimaksudkan agar prestasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam proses pembelajaran di kelas, setiap guru SD berperan sebagai pengajar dan pembimbing, wajib melakukan layanan bimbingan belajar baik secara kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi berasal dari kata motif. Motif artinya keadaan dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.
Lebih terperinciHUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)
Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 27-31 Info Artikel: Diterima14/02/2013 Direvisi 20/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013
Lebih terperinciPEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAHASISWA
PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN MULYA PONOROGO Jl. Batoro Katong No. 30 Ponorogo Jawa Timur. Telp/Fax: (0352) 489171 Web: akbidharapanmulya.ac Email : akbidharapanmulya@gmail.com
Lebih terperinciBAB III BELAJAR TUNTAS
BAB III BELAJAR TUNTAS A. Pengertian Belajar Tuntas Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar materi yang dipelajari dikuasai sepenuhnya atau tuntas oleh peserta didik, ini disebut dengan istilah mastery
Lebih terperinciKonsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika
Statistika, Vol. 7 No., 5 3 Nopember 007 Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Yunia Mulyani Azis Tenaga Pengajar di
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Di dalam mengajar ilmu pengetahuan, metode menurut Soedomo Hadi (2008: 109) metode adalah cara bekerja menurut aturan-aturan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan bukan sekedar media dalam menyampaikan kebudayaan yang terus turun
Lebih terperinci