BAB III ANALISA MASALAH DAN CARA MENGATASI CACAT PRODUK PADA MESIN INJECTION MOULDING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISA MASALAH DAN CARA MENGATASI CACAT PRODUK PADA MESIN INJECTION MOULDING"

Transkripsi

1 BAB III ANALISA MASALAH DAN CARA MENGATASI CACAT PRODUK PADA MESIN INJECTION MOULDING 1.1 Pengertian Injection Moulding adalah metode pembentukan material termoplastik dimana material meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh plunger ke dalam cetakan yang didinginkan oleh air sehingga mengeras. Meskipun banyak variasi dari proses dasar ini, 90 persen injection moulding mengambil porsi sepertiga dari keseluruhan resin yang dikonsumsi dalam pemrosesan termoplastik. Sekarang ini bisa dipastikan bahwa setiap kantor, kendaraan, rumah, pabrik terdapat barang-barang dari plastik yang dibuat dengan cara injection Moulding. 1.2 Fungsi dan Komponen Mesin Injeksi Mould Clamp unit (Unit Pencekam Cetakan) Gambar 3.1 : Bagian-bagian mesin injction Moulding Nama-nama bagian mould clamp unit 1) Stationary Platen (Platen Tetap), tempat diikatnya Mould Mounting Plate dari sisi Cavity 2) Moving Platen (Platen Bergerak), tempat diikatnya Mould Mounting Plate dari sisi Core 3) Clamp Cylinder (Silinder Cekam) 4) Tie Bar (Batang Pengikat), berjumlah 4 buah dipasang diagonal simetris 5) Clamp Bar (Batang Cekam) 6) Close Moving Booster Cylinder (Silinder Booster untuk Gerakan Menutup Cetakan). Universitas Mercu Buana Page 15

2 7) Open Moving Booster Cylinder (Silinder Booster untuk Gerakan Membuka Cetakan). 8) Hydrolic Oil Tank (Tanki Oli Hidrolik). Nissei Plastik mengeluarkan rekomendasi Oli Hidrolik untuk General Type yang digunakan adalah Mobil Hyd Oil 38, Mobil Hyd Oil 48LP, Esso Telesso 46, Shell Tellas Oil 56, Caltex Rand Oil 46. Dan untuk Anti Wear Type adalah Mobil DTE 25, Esso Nuto H 46, Shell Tellas Oil 46, dan Caltex Rand Oil 46. 9) Open/Close Limit Switch Line (Rangkaian Saklar Sensor untuk gerakan Membuka dan Menutup) 10) Locating, untuk menetapkan posisi Locating Ring dari sebuah Cetakan 11) Ejector Cylinder (Silinder Ejektor), untuk menggerakkan Batang Ejektor 12) Ejector Rod (Batang Ejektor), untuk mendorong produk dari cetakannya 13) Pressure Gauge (Pengukur Tekanan Hidrolik), untuk memperlihatkan tekanan aktual 14) Pressure Switch 1 (Saklar dengan Tekanan bagian pertama), sebagai Konfirmasi Cekam 15) Clamp Valve (Katup Cekam) 16) Hydrolic Control System. Di dalamnya terdapat Hydrolic Solenoid Valve System yang mengatur arah aliran Hidrolik, Regulator Control System yang mengatur Tekanan Hidrolik hingga beberapa tingkat, dan Hydrolic Flow Rate Control System yang mengatur Debit Aliran Hidrolik dalam beberapa tingkatan. 17) Hydrolic Pump (Pompa Hidrolik). Spesifikasi pompa dengan kemampuan menghasilkan tekanan mulai dari 120 kg/cm² hingga 190 kg/cm², tergantung spesifikasi pompa yang digunakan. Unit ini berfungsi untuk menggerakan Mould dengan gerakan membuka dan menutup. Gerakan ini terbagi dalam 3 setting kecepatan dan 1 setting tambahan, baik untuk gerakan menutup maupun gerakan membuka. Untuk gerakan menutup terdiri dari atas gerakan : 1. Perlahan 2. cepat 3.perlahan dan 4 mencekam mould. Sedangkan untuk gerakan Membuka terdiri atas gerakan : 1. Melepas Cekam Mould 2. Perlahan 3. Cepat 4. Perlahan. Lalu dilanjutkan dengan gerakan Ejector untuk mendorong Produk keluar dari Mould, yaitu dari sisi Core. Universitas Mercu Buana Page 16

3 Pada saat Mencekam Mould, Mesin harus mampu menahan Gaya Membuka (Open Force) ketika proses injeksi berlangsung. Karena proses injeksi juga adalah kekuatan Hidrolik yang cukup besar. Jika Mesin tidak mampu menahan, maka Mould akan sedikit terbuka sehingga material plastik cair akan luber dari cetakannya. Ada 2 tipe Mould Clamp Unit, yaitu Straight Hydrolic Type (Tipe Hidrolik Langsung) dan Toggle Type (Tipe Togel) yang terdiri dari rangkaian batang, baik yang disupport oleh Sistem Hidrolik maupun Sistem Servo Motor (Mechatronic) Injection Unit ( Unit Injeksi) Disinilah pengolahan Polimer Plastik berlangsung, yang dimulai dengan masuknya Polimer dalam bentuk Pellet (Granule), kemudian dipanaskan didalam Tungku (Barrel) dengan suhu lumer Plastik yang bersangkutan sambil diperlakukan adukan (Mixing) oleh bentuk Screw di dalam Tungku. Dengan bentuk yang sedemikian rupa sehingga Screw ini berfungsi sebagai Feeder dan juga Sebagai Mixer Plastik cair agar pencampuran warna plastik menjadi rata dan seimbang (konstan). Lalu dari unit inilah di injeksikan atau disuntikkan ke dalam cetakan (Mould) dengan setting yang melibatkan Tekanan Hidrolik (Hydrolic Pressure) dalam satuan kg/cm², Kecepatan (Velocity) dalam satuan %, Posisi (Limit Switches) dalam satuan mm, Waktu dalam satuan detik, dan Suhu dalam satuan C. Unit Injeksi akan melakukan Proses Injeksi Plastik setelah ada konfirmasi dari Unit Mould Clamp berupa sinyal dari PS1 (Pressure Switch 1) dengan minimum Tekanan 100 kg/cm², kemudian Unit Injeksi akan menyentuhkan Nozzle ke Sprue Bush Mould juga dengan tekanan minimum 100 kg/cm² sebagai konfirmasi PS2 (Pressure Switch 2). Tekanan ini untuk mencegah terjadinya kebocoran material plastik cair dari celah antara Nozzle dan Sprue Bush Mould. Setelah ada sinyal PS2, maka Proses Injeksi berlangsung Sistem Penggerak (Drive System) Saat ini masih umum dengan media Oli, atau yang biasa disebut dengan Sistem Hidrolik (Hydrolic System), baik untuk mesin tipe Straight Hydrolic maupun tipe Toggle. Namun dewasa ini untuk tipe Toggle sudah banyak mengaplikasikan Servo Motor (Full Electric System). Kelebihan mesin yang Universitas Mercu Buana Page 17

4 sudah mengaplikasikan Servo Motor gerakan mesin lebih tenang, tidak seperti tipe Straight Hydrolic. Juga tentunya tidak berisik, dan cenderung lebih bersih karena tidak menggunakan banyak Oli, yang mana untuk sistem Hidrolik ada celah kecil saja akan terjadi kebocoran yang mengakibatkan area mesin terdapat genangan-genangan Oli. Namun bukan berarti untuk mesin-mesin baru tidak lagi menggunakan sistem Hidrolik. Untuk sebagian pengguna merasa lebih cocok dengan tipe Hidrolik, sehingga pembuat mesin injeksi plastik masih mengeluarkan mesin tipe hidrolik yang tentunya beberapa bagian sudah di desain ulang untuk memperbaiki performanya Sistem Kontrol (Control System) Sistem Kontrol (Control System) Adalah sistem penjamin bahwa urutan cara kerja mesin harus benar dan sesuai dengan program yang sudah dibuat oleh pembuat mesin. Sehingga setiap gerakan, setiap perubahan, sinyal-sinyal sensor yang bisa ratusan jumlahnya bisa saling mengikat, saling berhubungan dan saling mengunci dan sehingga kinerja mesin tetap terjaga. Apalagi yang berhubungan dengan sistem keamanan dan keselamatan pengguna mesin, maka dibuat berlapis, sehingga bisa menghilangkan resiko karena resiko human error pengguna mesin itu sendiri. 1.3 Bahan Baku Polyethylene (PE) Polyethylene ini dibuat dengan jalan polimerisasi gas etilen yang dapat diperoleh dengan member hydrogen gas petroleum pada pemecahan minyak (nafia), gas alam atau asetelin. Melihat kristalinitas dan massa molekul, titik leleh, dan transmisi gelas sulit melihat sifat fisik polietilena. Temperatur titik tersebut sangat bervariasi bergantung pada tipe polietilena. Pada tingkat komersil, polietilena berdensitas menengah dan tinggi, titik lelehnya berkisar 120 0C hingga C. titik leleh polietilena berdensitas rendah berkisar C hingga C. kebanyakan LDPE, MDPE dan HDPE mempunyai tingkat resistensi kimia yang sangat baik dan tidak larut pada temperatur ruang karena sifat kristalinitas mereka. Polietilena umumnya bisa dilarutkan pada temperatur yang tinggi dalam hidrokarbon aromatic seperti toluene atau Universitas Mercu Buana Page 18

5 xilena atau larutan terklorinasi seperti trikloretana atau triklorobenzena (Boedeker, 2010). Polyethylene digolongkan menjadi polyethylene tekanan tinggi, tekanan medium dan tekanan rendah. Oleh tekanan polimerisasinya atau masingmasing menjadi polyethylene massa jenis rendah dengan massa jenis 0,910-0,926 g.cm-3, Polyethylene massa jenis medium dengan massa jenis 0,926-0,940 dan polyethylene massa jenis tinggi 0,941-0,965. Pada polyethylene massa jenis rendah, molekul-molekulnya tidak mengkristal secara baik tetapi memiliki banyak cabang. Disisi lain polyethylene tekanan rendah kurang bercabang dan merupakan rantai lurus karena itu massa jenisnya lebih besar sebab mengkristal secara baik sehingga memiliki kristalinitas tinggi. Karena kristal yang berbentuk baik itu mempunyai gaya antar molekul yang kuat, maka bahan ini memiliki kekuatan mekanis yang tinggi dan titik lunak yang tinggi pula. Polyethylene mudah diolah maka dari itu sering di cetak dengan penekanan, injeksi, ekstruksi, peniupan dan hampa udara. Polyethylene massa jenis terendah terutama digunakan dalam bentuk tipis atau lembaran, misalnya : tas, botol-botol yang dapat dijepit tabung tinta pada pena, tali senar/dawai, isolator kabel, wadah alat dapur, botol minyak tanah, dan kantong tempat sampah. Sedangkan polyethylene massa jenis tinggi digunakan untuk perpipaan, mainan, filament tenunan dan peralatan rumah tangga. Kedua jenis polyethylene ini memiliki daya tahan kimia yang sangat baik, sedikit penyerapan uap air dan ketahanan listrik yang tinggi. Umumnya bahan tambahan (additive) digunakan dalam polyethylene yaitu karbon hitam sebagai penstabil, pewarna untuk memberikan warna, serat kaca untuk peningkatan daya lentur, tarik dan karet butyl (butyl rubber) untuk mencegah terjadinya tekanan saat tidak digunakan. Universitas Mercu Buana Page 19

6 Tabel 3.1 Sifat fisik, mekanisme dan thermal dari polyethylene Sumber : boedeker.com Polyprophylene (PP) Sifat-sifat polyprophylene serupa dengan sifat-sifat polyethylene. Massa jenisnya rendah (0,90-0,92) g.cm-3 termasuk kelompok yang paling ringan diantara bahan polimer, dapat terbakar bila dinyalakan dibandingkan polyethylene massa jenis tinggi. Titik lelehnyanya tinggi sekali (176 C), kekuatan tarik, kekuatan lentur dan kekuatannya lebih tinggi tetapi tahan impaknya lebih rendah terutama pada temperatur rendah. Sifat tembus cahayanya pada pencetakan lebih baik dari pada polyethylene dengan permukaan mengkilap, penyusutannya pada pencetakan kecil, penampilan dan ketelitian dimensinya lebih baik. Sifat mekaniknya dapat ditingkatkan sampai batas tertentu dengan jalan mencampurkan serat gelas dan pemuaian termal juga dapat diperbaiki sampai setingkat dengan bahan thermoseting. Sifat- sifat listriknya hampir sama dengan sifat-sifat pada polyethylene. Tahan kimianya kira-kira sama bahkan lebih baik dari pada polyethylene massa jenis tinggi (Boedeker, 2010). Polyprophylene yang banyak digunakan memiliki kristal yang berbentuk garis sebagai suatu polimer linear dengan kelompok-kelompok disisinya dengan tersusun secara teratur sepanjang rantai. Adanya kelompok sisi ini menjadi polimer lebih kaku dan ebih kuat dibandingkan dengan polyethylene dalam bentuk linearnya. Universitas Mercu Buana Page 20

7 No Sifat-Sifat Polyprophylene 1 Kristalinitas 60 % 2 Massa jenis [10 3 kg.m -3 ] 0,90 3 Tg [ 0 C] 10 4 Tm [ 0 C] Tegangan Tarik [N.mm -2 ] 30 sampai 40 6 Modulus Tarik [N.mm -2 ] 1,1 samapi 1,6 7 Perpanjangan [%] 50 sampai 600 Tabel 3.2 Sifat-sifat Polyprophylene Sumber : Hadi Symsul,Ir.1995, Teknologi Bahan 3,Hal 3 Catatan Tg = Temperatur tansisi kaca yaitu temperatur dimana polimer berubah dari keadaan beku (rigid) ke suatu bahan yang liat (fleksible). Tm = Temperatur leleh yaitu pada saat kritanilitas tidak tampak. Tabel 3.3 Sifat fisik, mekanis dan thermal dari Polypropylene Sumber : boedeker.com HIGH-DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) Polietilena berdensitas tinggi (High density polyethylene, HDPE) adalah polietilena termoplastik yang terbuat dari minyak bumi. Membutuhkan 1,75 kg minyak bumi (sebagai energi dan bahan baku) untuk membuat 1 kg HDPE. HDPE dapat didaur ulang, dan memiliki nomor 2 pada simbol daur ulang. Pada tahun 2007, volume produksi HDPE mencapai 30 ton. Universitas Mercu Buana Page 21

8 HDPE memiliki percabangan yang sangat sedikit, hal ini dikarenakan pemilihan jenis katalis dalam produksinya (katalis Ziegler-Natta) dan kondisi reaksi. Karena percabangan yang sedikit, HDPE memiliki kekuatan tensil dan gaya antar molekul yang tinggi. HDPE juga lebih keras dan bisa bertahan pada temperatur tinggi (120 o C) LINEAR LOW DENSITY POLYETHYLENE (LLDPE) LLDPE adalah suatu jenis produk dari PE dibuat dengan cara polimerisasi etana, yaitu melalui proses polimerisasiradikal bebas, polimerisasi adisi anioonik, polimerisasi koordinasi ion atau polimerisasi adisi kationik. Polietilen pertama kali ditemukan tahun 1993 oleh Fwacett dan Gibson dengan menggunakan teknik tekanan tinggi. Proses bertekanan tinggi bekerja pada suhu di atas dan tekanan antara atm. PE telah banyak dikembangkann dan dipakai untuk berbagai macam aplikasi terutama untuk kemasan makanan. PE merupakam film yang lunak, transparan dan mempunyai kekuatan impak yang baik. Dengan pemanasan akan menjadi lunak dan mencair pada suhu C. karena sifatnya yang termoplastik, polietilen mudah dibentuk dan dibuat sesuai dengan berbagai macam aplikasi. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen banyak digunakan sebagai pengemas makanan. Berdasarkan struktur molekulnya polietilen dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : Low Density Polyethylene (LDPE), Linear Low Density Polyethylene (LLDPE) dan High Density Polyethylene (HDPE). Perbedaan antara ketiganya jenis polietilen tersebut terletak pada kondisi reaksi pembuatannya sehingga sifat produknya juga berlainan. LDPE mempunyai struktur rantai percabangan yang tinggi dengan cabang-cabang yang panjang dan pendek. LLDPE memiliki rantai-rantai polimer yang lurus dengan rantai-rantai cabang yang pendek, sedangkan HDPE mempunyai struktur rantai lurus. a. HDPE Gambar 3.2 : Struktur rantai HDPE Universitas Mercu Buana Page 22

9 b. LDPE c. LLDPE Gambar 3.3 : Struktur rantai LDPE Gambar 3.4 : Struktur rantai LLDPE High Density Polyethylene (HDPE) merupakan polietilen yang memiliki massa jenis lebih besar dari 0,941 g/cm 3 dan merupakan polimer linear yang memiliki percabangan sedikit. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram, kurang tembus cahaya dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. HDPE biasa digunakan untuk membuat botol, pipa, tabung, serta berbagai bejana dan benda lainnya. Linear Low Density Polyethylene (LLDPE) merupakam polimer hasil kopolimerisasi dari PE dan alpha olefin yang menggunakan katalis Zigler- Natta. Pada jenis ini rantai molekulnya memendek sebagai akibat dari banyaknya rantai cabang yang menyebabkan rendahnya berat molekul. Kelebihan lainnya yaitu sedikit mengkonsumsi energi dalam prosesnya dibandingkan LDPE. Lalu mempunyai biaya produksi yang lebih hemat 30%- 50% lebih hemat. LLDPE mempunyai tensile strength dan impact strength yang lebih baik dibandingkan LDPE dengan densitas yang sama. Jenis ini telah dipakai untuk berbagai macam aplikasi, salah satunya untuk kemasan. Polimer jenis ini memiliki sifat fisik dan mekanik yang baik, tetapi sedikit sulit dip roses dan mudah terjadi melt fracture, oleh sebab itu memerlukan mesin ekstrusi jenis tertentu untuk pemprosesannya. LLDPE memiliki massa jenis antara 0,915-0,925 g/cm 3 dan merupakan polimer yang memiliki cabang yang panjang dengan beberapa cabang yang pendek. LLDPE bersifat kenyal, tak mudah sobek dan tahan terhadap kelembaban dan bahan kimia, sehingga banyak Universitas Mercu Buana Page 23

10 digunakan untuk film atau bahan pembungkus, isolator listrik, pelapis kawat dan kabel. Sifat LLDPE NO SIFAT NILAI 1 Density. g/cm Melting Temperature, C Processing temperature, F (= Injection, E = Extrusion) I = E = Mould Linear shtinkage, in/in Tensile Strength at break. % Tensile Yield Strength, p.s.i Flexural modulus, 10 3 p.s.i Notched izpd impact, ft-lb/in 1.0-No break 9 Hardness, shore Shore d Moulding pressure range, 10 3 p.s.i 5-15 Tabel 3.4 : sifat-sifat LLDPE Keuntungan LLDPE dengan LDPE : 1. Harga lebih murah 2. Puncture resistance lebih tinggi 3. Density lebih tinggi 4. Stiffness lebih tinggi 5. Sifat mekanik lebih baik pada temperatur rendah 6. Tear strength lebih tinggi 7. Flex life tinggi 8. Sifat barrier lebih baik 9. Titik leleh tinggi Kekurangan LLDPE : 1. Sulit untuk diproses 2. Terjadi shingkage lebih rendah disbanding LDPE 3. Sulit untuk diekstrusi pada mesin LDPE standart 4. Pemotongan dan perforasi sulit untuk diteruskan pada film setelah ekstrusi. Universitas Mercu Buana Page 24

11 1.4 Proses Pembuatan dengan Mesin Injection Moulding 1. Menutup Cetakan ( Mould Close ). Gambar 3.5 : Proses Menutup Cetakan Dalam 1 siklus kerja proses injeksi, diawali oleh proses menutup cetakan. Istilah Mould dalam dunia injeksi Plastik adalah cetakan untuk proses Injeksi Plastik. Mould itu sendiri terdiri dari 2 bagian besar yaitu yaitu sisi core dan sisi cavity. Sisi Cavity diikat pada Stationery Platen Mesin Injeksi. Sedangkan sisi core diikat pada moving platen mesin, bagian inilah yang bergerak membuka dan menutup. Pada proses menutup terbagi dalam 4 urutan proses, yaitu: Gerakan menutup pada kecepatan perlahan dengan tekanan rendah (low Mould Close Velocity dan Low Mould Close Pressure). Tekanan yang dimaksud adalah tekanan hidrolik. Posisi awal cetakan adalah terbuka penuh yang diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan produk yang dihasilkan nantinya dpat dikeluarka atau diambil dengan mudah. Dari posisi ini bergerak hingga posisi tertentu yang tidak terlalu jauh dari posisi terbuka penuh tadi. Gerakan ini dimaksudkan mereduksi getaran mesin yang juga sekaligus merawat mesin itu sendiri, terutama system hidroliknya yang rentan terhadap tekanan hidrolik yang tiba-tiba. Contoh kerusakan yang paling ringan adalah kebocoran oli hidrolik yang dikarenakan pecahnya selang hidrolik, belum lagi kerusakan lain yang berupa kerusakan mekanis yang membutuhkan biaya yang lebih besar untuk memperbaikinya, sehingga biaya perawatan mesin akan tinggi. Gerakan menutup pada kecepatan pada kecepatan tinggi dengan tekanan rendah (High mould close velocity dan Low mould close Pressure) memulai gerakan ini pada posisi yang tidak jauh dari posisi terbuka penuh, dimana untuk gerakan lebih cepat sangat memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk menghemat waktu proses secara keseluruhan. Universitas Mercu Buana Page 25

12 Gerakan menutup pada kecepatan perlahan dengan tekanan rendah (Low mould close pressure). Sebelum cetakan menutup dengan rapat, maka cetakan harus bergerak perlahan dengan tekanan yang rendah untuk menghindari tumbukan. Hal unupun bertujuan untuk menjaga kondisi cetakan dan juga kondisi mesin agar selalu dalam peforma yang baik dan dapat berproduksi dengan lancer. Menghimpit cetakan dengan tekanan tinggi (high mould clamp). Posisi pada proses ini harus dibuat se-limit mungkin pada posisi menutup rapat setelah gerakan sebelumnya. Hal ini juga untuk menghindari tumbukan karena tekanan hidrolik yang relative tinggi untuk menghimpit cetakan. Tekanan tinggi ini 9 minimal 100 kg.cm 2 ) dibutuhkan untuk menahan proses injeksi atau apa yang disebut Cavity Force During Injection nantinya. 2. Injeksi Pengisian (Fill Injection) Gambar 3.6 : Proses Injeksi Pengisian Setelah dipastikan Mould dihimpit dengan tekanan tinggi. Maka unit injeksi yang terdiri dari nozzle, barrel, dan screw dan seterusnya. Bergerak mendekati mould hingga nozzle bersentuhan dengan Mould, juga dengan tekanan tinggi (hingga 100 kg/cm 2 ). Gambar di atas menunjukan Nozzle sudah bersentuhan dengan mould. Bagian Mould yang bersentuhan langsung dengan nozzle disebut Sprue Bush. Kemudian mesin melakukan proses injeksi pengisian, yaitu menyuntikan plastik cair ke dalam mould. Pada proses ini melibatkan beberapa parameter yang bisa kita atur sedemikian rupa mengikuti tingkat kesulitan produk yang akan dibuat, yaitu: a. Tekanan pengisian (Fill Pressure). Mesin-mesin keluaran saat ini memiliki variasi tingkat tekanan pengisian lebih dari 2 tingkat, dan juga diikuti dengan variasi posisi dari tiap-tiap tekanan pengisian tersebut. Sehingga dapat menentukan di posisi manakah ketika plastik cair membentuk produk membutuhkan besaran tekanan pengisian dan posisi lain dengan masih produk yang sama membutuhkan besaran tekanan pengisian dan Universitas Mercu Buana Page 26

13 seterusnya. Besarnya tekanan pengisian (filling pressure) yang diatur sekedar lebih tinggi dari tekanan ketika proses pengisian berlangsung dengan memperhatikan pressure gauge (alat ukur tekanan hidrolik) yang tersedia pada bagian unit injeksi, atau yang ditubjukan pada layar monitor bagi yang sudah digital. Fluktasi tekanan ini akibat adanya hambatanhambatan aliran plastik cair di saat mengalir atau memasuki ruang-ruang di dalam Mould, dan tekanan pengisian tidak boleh dikalahkan oleh hambatan ini. Misalkan pada suatu mesin terdapat 3 tingkat parameter. Tekanan pengisian yaitu : 1) PF1 dengan besaran 90 kg/cm 2 pada posisi (PFS1) 200 mm 2) PF2 dengan besaran 120 kg/cm 2 pada posisi ( PFS2) 150 mm 3) PF3 dengan besaran 100 kg/cm 2 pada posisi ( PFS2) 70 mm b. Kecepatan Pengisian (Fill Velocity) terdapat variasi tingkat kecepatan yang bisa kita atur dan dibutuhkan untuk menghindari adanya kondisi hasil produk yang tidak diinginkan. Posisi-posisi tingkat kecepatan inipun bisa diatur dan disesuaikan dengan posisi aliran plastik ketika membentuk produk. Pada mesin sekarang, setidaknya terdapat 5 tingkat kecepatan dengan 5 posisinya, atau bahkan lebih. Misalnya: 1) PV1 dengan besaran 40% pada posisi shot size 200 mm 2) PV2 dengan besaran 60% pada posisi (PVS1) 170 mm 3) PV3 dengan besaran 70% pada posisi (PVS2) 150 mm 4) PV4 dengan besaran 50% pada posisi (PVS3) 70 mm 5) PV5 dengan besaran 10% pada posisi (PVS4) 20 mm 6) Berakhirnya pada posisi V-P Change over 10 mm Hasil produk dari suatu proses ini masih belum sempurna dengan menyisakan sedikit, dan akan disempurnakan pada proses selanjutnya. Jaminan terhadap kestabilam proses berkelanjutan berada di bagian ini, sehingga menyediakan 1 tingkat tekanan pengisian dan 1 atau 2 tingkat kecepatan pengisian. Hal ini tentu saja membatasi kemampuan mesin ketika menghadapi produk dengan tingkat kesulitan tertentu, walau proses setting parameternya relative mudah dan cepat. Universitas Mercu Buana Page 27

14 3. Injeksi Menahan (Holding Injection) Gambar 3.7 : Proses Injeksi Menahan Penyempurnaan hasil prodik berada pada bagian proses ini. Sengaja harus dibuat seperti itu agar pada proses penyempurnaan nantinya hanya akan membutuhkan nilai yang benar-benar efisien. Pada proses ini tidak lagi melibatkan kecepatan di dalam setting parameternya, hanya besaran tekanan yang diatur beserta waktu yang dibutuhkan untuk itu. Pada mesin sekarang terdapat 2 atau lebih tekanan holding dengan 2 atau lebih setting waktu yang disediakan. Misalnya : 1) PH1 dengan besaran 40 kg/cm 2 dengan waktu ( TPH1) 0.5 second 2) PH2 dengan besaran 30 kg/cm 2 dengan waktu ( TPH2) 1 second 3) PH1 dengan besaran 20 kg/cm 2 dengan waktu ( TPH1) 2 second Ketepatan besaran tekanan sangat menentukan hasil produk yang dibuat, terlalu besar akan masalah. Begitu juga bila dibuat terlalu kecil. Kebutuhan tingkat tekanan holding harus berdasarkan pertimbangan kebutuhan terhadap hasil produk. Bila produknya relatif sederhana cukup diaktifkan 1 saja tingkat tekanan holdingnya, dan bisa tambahkan bila ternyata tidak cukup untuk produk yang lain. Pada mesin terdahulu hanya menyediakan 1 saja tingkat tekanan holding dengan 1 tingkat waktu yang dibutuhkan. 4. Isi Ulang dan Pendinginan (Charging and Cooling) Gambar 3.8 : Proses Isi Ulang dan Pendinginan Isi ulang (Charging) plastik cair untuk siap disuntikan pada siklus selanjutnya, bersamaan waktunya perhitungan waktu pendinginan pun (cooling) dimulai. Parameter yang direkomendasikan adalah waktu Pendinginan (cooling time) harus lebih lama dari waktu isi ulang (charging Universitas Mercu Buana Page 28

15 Time). Bila waktu charging yang lebih lama, maka yang terjadi adalah tumpahan material plastic pellet masuk ke dalam barrel, digiling oleh screw dan sampai di depam torpedo sudah dalam keadaan cair dan sudah siap untuk disuntikan ke dalam mould. Tentu saja dengan bantuan duhu barrel yang dapat diatur sesuai spesifikasi jenis plastik yang digunakan, yaitu pada suhu titik cairnya. Check valve yang terbuka, seperti pada gambar diatas dengan kondisi adanya aliran dari belakang torpedo menuju bagian depan torpedo, dan tertutup ketika ada usaha aliran plastik cair dari depan ke belakang torpedo. Jadi alat ini berfungsi sebagai katup satu arah. 5. Membuka cetakan (Mould Open) Gambar 3.9 : Proses Membuka Cetakan Pada proses ini terdapat 5 urutan kerja, yaitu a. Melepas himpitan pada cetakan (Mould Clamp Release). Yaitu dengan mengembalikan ke tekanan normal pada system hidrolik yang bekerja untuk menghimpit cetakan, yang sebelumnya bertekanantinggi. b. Gerakan membuka pada kecepatan perlahan dengan tekanan rendah. (Low Mould Open Velocity & Low Mould Open Pressure). Dari keadaan rapat, membuka secara perlahan untuk menjaga kondisi cetakan yang rentan terhadap kerusakan akibat gesekan yang terjadi antara sisi Core dan sisi Cavity. c. Gerakan membuka pada kecepatan tinggi. (High Mould Open Velocity). Membuka dengan cepat dengan posisi yang memungkinkan setelah lepas dari pergesekan antara Core dan Cavity, hal ini juga untuk menghemat waktu proses. d. Gerakan membuka pada kecepatan rendah. (Low Mould Open Velocity). Sebelum posisi cetakan terbuka penuh, maka gerakan membuka cetakan harus perlahan agar tidak terjadi overlap atau posisi terbuka yang kelebihan. Kecepatan rendah ini juga dimasudkan agar posisi terbuka penuh adalah stabil posisinya dari satu siklus ke siklus kerja berikutnya. Universitas Mercu Buana Page 29

16 Hal ini untuk mempermudah kerja Robot disaat mengambil produk dari dalam cetakan. e. Gerakan melepas produk dari dalam cetakan (Ejection). Ejector mendorong produk dari sisi Core agar mudah diambil, tentu saja produk harus menempel pada sisi Core ketika cetakan terbuka, dan bukan menempel pada sisi Cavity. Walaupun bisa saja dibuat produk nya menempel pada sisi Cavity, tentu aja dengan pertimbangan produk dan desain cetakan yang dirancang demikian. Proses injeksi ini pun terdapat parameter yang dapat diatur, yaitu : Jarak, tekanan hidroliknya, kecepatan, dan berapa kali mendorongnya. Parameter ini tentu saja tergantung kebutuhan dan bentuk produknya. Maka 1 siklus Proses Injeksi Plastik telah selesai, atau juga biasa di sebut 1 Shot. Dalam keadaan operasi Full Auto dengan menggunakan Robot sebagai pengambil produk, maka akan kembali ke proses 1 yaitu menutup cetakan dan seterusnya berulangulang, atau terus menerus hingga plastik pellet habis. Atau proses produksi telah dimulai untuk menghasilkan jumlah produk yang banyak, tergantung pesanan. 1.5 Masalah yang sering terjadi pada mesin Injeksi Plastik dan cara mengatasi Cacat Pada Produk Injection Moulding Short Shot Short Shot adalah suatu kondisi dimana, plastik leleh yang akan diinjeksikan kedalam cavity tidak mencapai kapasitas yang ideal atau sesuai settingan mesin. Sehingga plastik yang diinejksikan kedalam cavity mengeras terlebih dahulu sebelum memenuhi cavity. Penyebab Short Shot : a) Karakteristik viskositas dan fluiditas daripada plastik b) Desain cetakan (misalnya: desain gate, desain keberadaan venting udara, konstruksi bushing dan bosh) c) Kondisi moulding d) Peforma moulding dan mesin itu sendiri. Pemecahan masalah : a) Supply material harus selalu berkelanjutan jangan sampai ada jeda. b) Menigkatkan kecepatan injeksi material. Universitas Mercu Buana Page 30

17 c) Mengganti fluiditas material dengan yang lebih baik. d) Menstandarisasi ketebalan dinding pada tiap-tiap cavity. Gambar 3.10 Contoh gompal pada produk Flashing (Flash) Flashing adalah jenis minor defect pada material, artinya material masih bisa dikatakan ok tetapi harus dilakukan pembersihan pada produk. Flashing sendiri berarti terdapat material lebih yang ikut membeku di pinggir-pinggir produk. Penyebab flashing : a) Kurangnya pressure clamping mould pada mesinnya. b) Kurangnya kerapatan mould pada pertemuan antara 2 plate dan pada saat injeksi material. c) Desain produk yang kurang sesuai dengan mould. d) Viscositas dari material yang kurang. e) Umur daripada mould itu sendiri yang sudah memasuki titik kritis. Pemecahan masalah : a) Jika masalahnya merujuk pada viskositas material, bisa diganti dengan grade yang memiliki laju aliran yang lebih baik. Atau bisa juga dengan mengurangi temperatur plastik. b) Jika masalahnya merujuk pada keausan mould, bisa dilakukan repair pada mould atau diganti dengan yang lebih baik. c) Jika masalahnya terjadi pada pressure clamping, dapat mensetting ulang preesure clamping sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mesin. d) Mengurangi injection pressure dan injection speed. Universitas Mercu Buana Page 31

18 e) Turunkan holding pressure dan temperatur silinder. f) Cylce time jangan terlalu panjang, cushion jangan terlalu banyak. Gambar 3.11 contoh produk flashing dan produk normal Sink Mark Sink mark merupakan cekungan atau lengkungan yang terjadi pada permukaan luar pada komponen yang dibentuk. Terjadinya perbedaan ketebalan pada permukaan benda juga dapat disebut sebagai sink mark. Sink bisa juga bukan termauk deffect. Tetapi lain lagi bila pengaruh pada penampilan, sink mark dapat diberlakukan pada produk yang memperhatikan kualitas penampilan. Fenomena ini sering menjadi masalah sebagai cacat tetapi masih tergantung pada kualitas produk. Fenomena sink mark tergantung daripada shringkage daripada plastik sendiri, dalam hal tertentu fenomena ini terjadi selama masa transisi dari kondisi cair pada injector dengan kondisi yang solid pada saat pendinginan. Penyebab : a) Perbedaan ketebalan produk tetapi bukan dari desain produknya. b) Perbedaan temperatur core dan cavity. c) Loading time material terlalu cepat. d) Temperatur resin, temperatur die, injection speed terlalu tinggi atau rendah. e) Kurangnya kemampuan pendinginan dari die itu sendiri. f) Peningkatan suhu karena putaran screw terlalu cepat. Pemecahan masalah : a) Menstandarisasi ketebalan material. Universitas Mercu Buana Page 32

19 b) Mensetting ulang temperatur antara core dengan cavity. c) Mengurangi loading time material sesuai dengan viskositas material yang digunakan. d) Mereduksi temperatur die, temperatur resin, dan injection speed. e) Menggunakan die dengan konduktivitas panas yang lebih baik. f) Mengurangi putaran screw agar suhunya tidak terlalu tinggi. Gambar 3.12 contoh produk Sink Mark Flow Mark Kondisi flow mark digunakan untuk menggambarkan fenomena dima terdapat pola bergaris, terbentuk disekitar gate pada saat material mengalir memasuki cavity. Dalam hal ini, plastik yang telah didinginkan sprue dan runner yang selanjutnya didinginkan oleh cavity dan mengisi dalam viskositas tinggi. Akibatnya plastik yang kontak dengan permukaan mould bertekanan dalam kondisi semi-padat dan garis-garis tegak lurus terhadap arah aliran material terbentuk pada permukaan produk yang dicetak. Penyebab : a) Kecepatan alir material terlalu lambat. b) Kecepatan pendinginan terlalu cepat. c) Perubahan tekanan yag terjadi pada mould. Pemecahan masalah : a) Meningkatkan temperatur mould. b) Meningkatkan kecepatan aliran material tersebut. c) Meninjau bentuk komponen mould dan melengkapi sudut pada langkah antara area ketebalan yang berbeda sehingga aliran material yang lebih halus dapat tercapai. Universitas Mercu Buana Page 33

20 Colour Streaks Fenomena colour streaks terjadi karena adanya campuran 2 atau lebih warna pada suatu produk yang menyebabkan warna produk tersebut menjadi belang. Biasanya colour streaks ini terjadi sehabis pergantian material, dimana masih ada sisa-sisa material yang lama yang masih terperangkap didalam manifold. Penyebab : a) Material tidak bercampur dengan baik pada saat proses mixing. b) Masih ada sisa material lama pada nozzle sebelum penggantian material yang baru. c) Kontaminasi material lainnya misal PP dengan ABS. Pemecahan masalah : a) Pastikan nozzle telah bersih dari material sebelumnya. b) Keringkan material sebelumnya Bubbles Bubbles bisa dibilang juga sebagai melepuh atau gelembung udara yang yang terperangkap dalam produk. Biasanya terjadi pada saat proses injeksi material kedalam cavity. Udara tidak sempat keluar melalui airvent pada saat material plastik memasuki cavity. Bisa juga oleh gas yang tercampur dengan material cair dalam cylinder. Penyebab : a) Gas yang masih terperangkap didalam cylinder b) Udara yang masih terjebak didalam cavity yang belum sempat keluar melalui airvent. Pemecahan masalah : a) Pastikan material sudah melalui proses pengeringan yang benar. b) Naikkan screw back pressure selama proses plasticizing untuk memaksa gas keluar dari cylinder. c) Perbaiki sistem ventilasi gas pada mould agar gas tidak terjebak didalam produk. d) Turunkan speed injection untuk memberi waktu agar gas keluar melalui sistem ventilasi. Universitas Mercu Buana Page 34

21 Jetting Garis semburan dipermukaan produk dimulai dari sisi gate point dikarenakan aliran turbulen material. Plastik yang dengan suhu yang relatif rendah diinjeksikan kedalam nozzle selama tahap awal moulding, setelah bersentuhan dengan cetakan material ini menjadi sangat kental. Kemudian plastik panas terus diinjeksikan kedalam cetakan, material dengan suhu yang lebih rendah tadi terdorong terus kedalam dan meniggalkan bekas aliran. Penyebab : a) Temperatur cetakan terlalu rendah sehingga material yang diinjeksikan menjadi dingin dengan cepat. b) Ukuran gate yang terlalu kecil sehingga speed material yang diinjeksikan menjadi cukup cepat. c) Temperatur material yang terlalu rendah dan viskositas material menjadi tinggi akibatnya resistansi terhadap material menjadi besar. Pemecahan masalah : a) Kurangi injection speed dan naikkan temperatur mould. b) Tingkatkan compresion screw dan tingkatkan ukuran gate. c) Jika mungkin pindahkan posisi gate sehingga pada saat material pertama masuk tidak ada rintangan Wed Line Weld line dikatakan ketika dua atau lebih aliran lelehan depan material yang digambarkan dengan garis V sempit yang bertemu pada kedua unjung aliran lelehan material. Fenomena ini biasanya terjadi pada saat menggunakan sisipan, atau multi-point gate. Secara teori tidak dapat dihilangkan, oleh karenanya hanya dapat diminimalisir atau dipindahkan. Untuk mata yang kurang terjadi fenomena ini mungkin terlihat sebagai crack, kehadiran weld line ini di daerah konsentrasi tegangan dapat menyebabkan masalah kekuatan. Karena itu penanggulangannya harus dilaksakan sesegera mungkin. Penyebab : a) Mould atau material temperatur yang diatur terlalu rendah, bahan yang dingin ketika bertemu tidak akan menyatu dengan sempurna. b) Titik antara injeksi dan transfer terlalu dini. Universitas Mercu Buana Page 35

22 c) Waktu pendinginan yang terlalu singkat sedangkan suhu material cukup tinggi. Pemecahan masalah : a) Tingkatkan suhu cylinder dan mould. b) Tambah injection speed dan injection pressure. c) Sprue bushing dan runner jangan terlalu kecil. d) Airvent harus memadai dan jangan tersumbat. e) Cycle time jangan terlalu cepat dan jangan terlalu banyak saluran masuk. f) Tingkatkan back pressure. Gambar 3.13 Contoh produk Wed Line Black Spot Black spot atau bintik hitam atau goresan pada permukaan produk, biasanya disebabkan oleh kerusakan thermal. Penyebab : a) Material sisa yang terjebak didalam heater. b) Kontaminasi produk oleh zat yang tidak diperlukan c) Waktu tinggal produk terlalu lama, shot size terlalu kecil. d) Kecepatan screw terlalu tinggi sehingga menyebabkan degradasi material. e) Terlalu banyak konten regrind pada material. Pemecahan masalah : a) Periksa material untuk kemungkinan adanya kontaminasi. b) Kurangi melt temperatur dan overall cycletime. c) Bersihkan screw dan barrel serta kurangi screw speed. d) Material mungkin kurang tahan terhadap degradasi thermal mungkin bisa menggunakan material yang lebih stabil terhadap thermal. Universitas Mercu Buana Page 36

23 e) Pastikan kelurusan antara nozzle mesin dan mould sprue benar Stringing Istilah stringing digunakan untuk menjelaskan fenomena dimana bagian string-line pada plastik yang terbentuk pada saat mould opening, sisa material yang tertarik tersebut terjebak didalam mould dan pada saat shot selanjutnya menyebabkan ketidakrataan hasil produk tersebut. Penyebab :Biasanya disebabkan oleh temperatur nozzle terlalu tinggi. Contoh solusi : a) Turunkan temperatur nozzle. b) String dapat dikurangi dengan meningkatkan kecepatan pembukaan mould, tetapi cara ini mungkin dapat mengurangi lifetime daripada mould tersebut. c) Gunakan sttring-prevent ring Warping Warping atau twisting digunakan untuk menjelaskan bagian dari produk yang bengkok atau melengkung, biasanya disebabkan karena ketidakrataan distribusi tekanan pada produk. Faktor-faktor penyebab : a) Perbedaan antara shringkage dan cooling time yang tergantung pada kontraksi kedua permukaan dan ketebalan komponen dari hasil distribusi temperatur mould. b) Ketidak-samaan distribusi tekanan pada produk. c) Injection pressure terlalu tinggi atau terlalu rendah dan cooling terlalu pendek. d) Kurangnya clamping force atau kurangnya kemampuan mensetting clamping force yang ideal. e) Kurangnya kekakuan struktural produk. f) Aliran dan volume pendingin yang kurang serta kurangnya kinerja distribusi panas mould. Contoh solusi : a) Tambahkan cooling time atau kurangi pressure, serta periksa sistem pendinginan mould atau perbaiki mould. b) Periksa gate untuk lokasi yang tepat dan ukuran yang memadai. Universitas Mercu Buana Page 37

24 c) Perika mekanisme pelepasan mould untuk desain dan pengoperasian yang sesuai. d) Coba untuk menaikkan atau menurunkan injection pressure Trouble yang sering terjadi pada mesin injeksi plastik a) Terjadinya Clamping Lemah sehingga produk tidak jadi. b) Kebocoran selang oli, kebocoran valve, dan beberan komponen hidrolik lainnya. c) Produk kotor karena barell mesin/bahan tidak standart. d) Mesin error karena kerusakan elektrik seperti mcb putus sehingga tidak ada arus yang masuk. e) Nozzle mampet f) Biji plastik tidak meleleh 1.6 Cara Melakukan Pergantian Komponen yang Rusak Pada Mesin Injection moulding tipe JSW Pergantian ring screw Langkah-langkahnya : 1) Heater nozzle dimatikan 2) Lepas nozzle dengan kunci as ke ulir biasa (arah kanan) 3) Lepas baut dengan kunci n16 4) Lepas die head atau kepala babi 5) Lepas baut pengunci barrel dengan kunci n16 6) Lepas kopling yang menyambung antara srew dengan hidrolik 7) Lepas screw 8) Ukur diameter ring (prevention ring screw), barrel mempunyai diameter 50 mm maka ring screw yang masih standart adalah 49,8 mm. sebelum ring screw dipasang dipoles dahulu agar tidak macet waktu mesin berproduksi. 9) Lepas die head screw dari belakang, pastikan terpasang dengan benar. 10) Pasang kembali die head screw ulir kanan dan pastikan dipasang anti size agar tidak selek. 11) Kemudian pasang kembali as screw Hydraulic Clamping yang bocor Langkah-langkahnya : Universitas Mercu Buana Page 38

25 1) Matikan semua pompa oli yang ada di mesin injeksi 2) Lepas selang hidrolik NU dengan kunci 41 yaitu selang in dan selang out 3) Lepas back clamping hidrolik (bodi belakang) dengan kunci 21. 4) Lepas baut pengikat antar as toggle dengan as hidrolik dengan kunci 41 5) Dorong as hidrolik ke belakang 6) Lepas tabung silinder hidrolik 7) Keluarkan as hidrolik 8) Ukur diameter as hidrolik misal dengan diameter 50 mm 9) Ganti seal DAOH 50. DA berfungsi menahan agar tidak bocor sedangkan OH berfungsi untuk menyapu kotoran agar kotoran tidak masuk ke dalam ruang hidrolik Cara melakukan pembersihan plastik yang menempel pada Screw akibat proses injeksi Langkah-langkahnya : 1) Heater nozzle dimatikan 2) Lepas nozzle dengan kunci as ke ulir biasa (arah kanan) 3) Lepas baut dengan kunci n16 4) Lepas die head atau kepala babi 5) Lepas baut pengunci barrel dengan kunci n16 6) Lepas kopling yang menyambung antara srew dengan hidrolik 7) Lepas screw 8) Bersihkan barrel dengan sikat kawat yang dilapisi kain dengan oli 9) Pastikan semua dalam keadaan bersih 10) Bersihkan screw dari plastik yang masih menempel 11) Amplas as screw dengan obat autosol 12) Pasang kembali semua komponen 13) Jika sudah terpasang dengan baik dan benar setting suhu pada heater antara C selama 30 menit. 14) Mesin sudah siap untuk berproduksi kembali Universitas Mercu Buana Page 39

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING 3.1 Proses Design Molding Plastik 3.1.1 Flow Chart Proses Design Molding Plastik Untuk mempermudah pembahasan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Injection Molding 2.1.1. Pengertian Dasar Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan suatu benda atau produk dari material plastik dengan bentuk dan ukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Cahyadi (2010) penelitian yang berjudul Analisis Parameter Operasi pada Proses Plastik Injection Molding untuk Pengendalian Cacat Produk meneliti

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PENULISAN ILMIAH Nama : Dede Kurniadi NPM : 21410739 Program Studi : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Molding Injection molding dapat membuat part yang memiliki bentuk yang kompleks dengan permukaan yang cukup baik. Variasi bentuk yang sangat banyak yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian digunakan untuk mempersempit permasalahan yang diteliti, sehingga dapat membahas dan menjelaskan permasalahan secara tepat. Pada

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa dari hasil perancangan cetakan injeksi yang telah dibuat pada bab sebelumnya. Analisa akan meliputi waktu satu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka Sugondo (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh ketebalan pada kualitas produk plastik dan mampu bentuk dengan menggunakan simulasi pada proses injeksi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT KIM adalah sebuah perusahaan swasta nasional yang berdiri pada tahun 1980 dengan unit usaha kemasan kosmetik yang

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata Satu pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR

BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR 4.1 Standar Operasi Pembuatan Lampu Motor Untuk mengoptimalkan proses pada pembuatan Lampu Motor maka, maka PT.INDONESIA STANLEY ELECTRIC membuat suatu standar operasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENGERTIAN MOLD Mold (cetakan) adalah adalah rongga tempat material leleh (plastik atau logam) memperoleh bentuk. Mold terdiri dari dua bagian yaitu pelat bergerak (moveable

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : NAMA PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : 22410181 JURUSAN : TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metodologi penelitian secara umum adalah metode yang menjelaskan bagaimana urutan suatu penelitian yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan alat ukur dan lanngkah

Lebih terperinci

BAB II MESIN INJECTION MOLDING

BAB II MESIN INJECTION MOLDING BAB II MESIN INJECTION MOLDING 2.1. Mesin Injection Molding Injection Molding adalah metode material termoplastik dimana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh plunger ke dalam cetakan

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI Outline: JUDUL LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PERANCANGAN METODOLOGI PERANCANGAN SPESIFIKASI PRODUK DAN SPESIFIKASI MESIN PERENCANAAN JUMLAH CAVITY DIMENSI SISTEM SALURAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Penelitian Berikut adalah peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: A. Mesin Injeksi Gambar 3.1 Mesin Injection Molding

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04 PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : 23410668 KELAS : 4IC04 ABSTRAKSI Salah satu pembuatan produk botol oli di PT. Dynaplast ini adalah

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra E-mail: amelia@petra.ac.id, ninukj@petra.ac.id T E K N O S I M

Lebih terperinci

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 65 Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Toto Rusianto, Ellyawan, S.A. & Arif Rahmanto Jurusan Teknik Mesin, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan bahan dasar produksi. Logam yang dahulu banyak digunakan dalam proses industri kini mulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah material plastik berjenis polystyrene murni dan daur ulang. Sifat dari material plastik polystyrene yaitu

Lebih terperinci

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK TUGAS AKHIR LABORATORIUM PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK AJUN HAKIKI 2105 100 147 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Persiapan Sebelum melakukan penelitian ada beberapa tahapan yang harus dilakukan diantaranya: 1. Studi pustaka mengenai mesin injeksi, metode DoE, material plastik,

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik,

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan perhitungan, pengukuran arah longitudinal dan transversal dengan metode mean (rata-rata) diperoleh nilai minimum sink mark pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengujian Variasi sudut kondensor dalam penelitian ini yaitu : sudut 0 0, 15 0, dan 30 0 serta aliran air dalam kondensor yaitu aliran air searah dengan laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai keperluan seperti untuk medical, textiles,

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line pada Produk SP 04 Haemonetics

Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line pada Produk SP 04 Haemonetics Jurnal Integrasi Vol. 9 No. 1, April 2017, 48-52 e-issn: 2548-9828 Article History Received March, 2017 Accepted April, 2017 Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengujian termal plastik daur ulang dengan plastik original menggunakan metode DSC pada penelitian sebelumnya sudah pernah dilakukan. Pengujiannya

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,

Lebih terperinci

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN 79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan pada sample produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data produk hardcase Data Produk Hardcase

Lebih terperinci

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID Latar Belakang Kebutuhan Produk Plastik Meningkatnya kebutuhan terhadap produk yang terbuat dari plastik Perencanaan Injection Molding yang baik

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

SEBAB KEGAGALAN WELDING PLASTIK

SEBAB KEGAGALAN WELDING PLASTIK Welding berarti menaikkan temperature material sampai batas thermoplastik dengan memberikan tekanan sehingga molekul bergerak pada posisi yang baru, dan menciptakan daerah homogen yang baru saat temperature

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Plastic Injection Molding Plastic Injection Molding ( PIM ) merupakan metode proses produksi yang cenderung menjadi pilihan untuk digunakan dalam menghasilkan atau

Lebih terperinci

11.1 Pemrosesan Material Plastik

11.1 Pemrosesan Material Plastik 11.1 Pemrosesan Material Plastik Banyak proses yang digunakan untuk mengubah granula, pelet plastik menjadi bentuk produk seperti lembaran, batang, bagian terekstrusi, pipa atau bagian cetakan yang terselesaikan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 - BUKU PETUNJUK UNTUK TIPE: SP 127, SP 129A, SP 130A, SWP 100, SWP 250A, DWP 255A,DWP DWP 375A DWP 505A, DPC 260A - 1 - Pembukaan Sebelum menyalakan pompa harap membaca buku petunjuk ini terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK Arif Rahman Hakim Dosen Tetap Prodi Teknik Mesin Universitas Riau Kepulauan Batam Abstrak Pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Oktaviandi, (2012) melakukan penelitian tentang analisa pengaruh parameter tekana dan waktu penekanan terhadap sifat mekanik dan cacat penyusutan

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktifitas Air (Aw) Aktivitas air atau water activity (a w ) sering disebut juga air bebas, karena mampu membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

Lebih terperinci

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure Mesin Injeksi Molding Sederhana Dengan Menggunakan Metode Simulasi Slamet Arief Hariadi 1. Budi Baharudin 1 S.T Tugas Akhir,Teknik Mesin,Politeknik

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMANASAN AWAL DAN MASSA SAMPEL TERHADAP HASIL UJI INDEKS ALIR LELEHAN POLIETILENA DENSITAS RENDAH LINIER SKRIPSI

PENGARUH WAKTU PEMANASAN AWAL DAN MASSA SAMPEL TERHADAP HASIL UJI INDEKS ALIR LELEHAN POLIETILENA DENSITAS RENDAH LINIER SKRIPSI PENGARUH WAKTU PEMANASAN AWAL DAN MASSA SAMPEL TERHADAP HASIL UJI INDEKS ALIR LELEHAN POLIETILENA DENSITAS RENDAH LINIER SKRIPSI Oleh FADHLI RIZQI 04 04 04 0275 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat thermosensitive di mana apabila suatu plastik mengalami perubahan kondisi thermal maka akan berpengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine BOTOL PLASTIK Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine Botol Plastik wadah untuk benda cair, yg berleher sempit dan terbuat dari plastik. Jenis-jenis botol plastik 1. PETE atau PET (polyethylene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu rekayasa material menjadi suatu kajian yang sangat diminati akhir - akhir ini. Pemanfaatan material yang lebih dikembangkan saat ini adalah polimer. Polimer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Proses ekstrusi dimulai dengan memasukan bahan baku, seperti pellet plastik dan serpihan plastik ke dalam hopper. Kemudian butiran plastik disampaikan maju dengan

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN CaCO 3 TERHADAP KUAT TARIK POLYPROPYLENE

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN CaCO 3 TERHADAP KUAT TARIK POLYPROPYLENE PENGARUH VARIASI KANDUNGAN CaCO 3 TERHADAP KUAT TARIK POLYPROPYLENE Muhammad Luqman Saiful fikri 1, Iman Kurnia Sentosa 2, Harini Sosiati 3, Cahyo Budiyantoro 4 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2 Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &

Lebih terperinci

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) Adalah sistim dalam engine diesel yang berfungsi: 1. Mendinginkan engine untuk mencegah Over Heating.. 2. Memelihara suhu kerja engine. 3. Mempercepat dan meratakan

Lebih terperinci

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Sistem pengolahan limbah botol diharapkan dapat dimanfaatkan kembali sebagai suatu bahan baru. Dengan suatu teknologi pembuatan, hasil pemanfaatan sampah secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian Termal Pada pengujian termal menggunakan metode DSC, ABS Original + ABS Recycle mendapatkan hasil yang bervariasi pada nilai Tg dan nilai Tm. Didapatkannya

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Pengambilan sampel pelumas yang sudah terpakai secara periodik akan menghasilkan laporan tentang pola kecepatan keausan dan pola kecepatan terjadinya kontaminasi. Jadi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN

MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN Oleh : 1. Dyah Sawitri, ST.MT 2. Dr.-Ing. Doty Dewi Risanti, ST.MT 3. Lizda Johar Mawarani, ST.MT LABORATORIUM REKAYASA BAHAN JURUSAN TEKNIK FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I-l. Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan

BAB I PENDAHULUAN. I-l. Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan I-l BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan kimia. Secara garis besar, plastik dapat digolongkan menjadi dua, yakni plastik yang

Lebih terperinci

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi Yogyakarta, 6 September 2007 Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi Amelia Sugondo 1, Willyanto Anggono 2, Ian Hardianto

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda/media

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD 3.1 Deskripsi Molding Injection Pada proses pencetakan product plastik, dalam hal ini thermoplastic, disamping mesin molding, bahan baku plastic dll,

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Menghitung Kapasitas Silinder Pada perencangan alat uji kekentalan plastik ini sampel akan dilebur didalam silinder. Untuk itu dibutuhkan perhitungan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan hasil aktivitas manusia yang tidak dapat dimanfaatkan. Namun pandangan tersebut sudah berubah seiring berkembangnya jaman. Saat ini sampah dipandang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Pembuatan Section Planing Section planing adalah proses pembuatan konsep yang akan diterapkan pada suatu part, seperti konsep pemasangan part ke unit mobil, konsep part-part

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) Kimia Industri (TIN 4206) PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II Size Reduction III Storage IV Reaktor V Crystallization VI Heat treatment

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi

1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi 1.1 ISOLASI 1.1.1 Gagal Mengisolasi Sebuah pompa sedang dipreteli untuk perbaikan. Ketika tutupnya dibuka, minyak panas di atas temperatur nyala-otomatis, menyembur dan terbakar. Tiga orang terbunuh, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Menyatakan polypropylene (PP) diperkenalkan sejak tahun 1950 dan saat ini menjadi plastik utama yang banyak digunakan dalam pembuatan produk plastik. Polypropylene

Lebih terperinci

INJECTION MOULDING. Gb. Mesin Injeksi. Gambar. Skema proses injection moulding

INJECTION MOULDING. Gb. Mesin Injeksi. Gambar. Skema proses injection moulding INJECTION MOULDING Gb. Mesin Injeksi Gambar. Skema proses injection moulding 1 1. PRINSIP KERJA Material plastik dalam bentuk granular atau powder dimasukkan kedalam hooper. Pada saat screw berputar searah

Lebih terperinci