BAB I PENDAHULUAN. Economy of Development. hal.202.the John Hopkins University Press 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Economy of Development. hal.202.the John Hopkins University Press 2"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika sebuah negara masih mengalami kegagalan dalam melakukan pembangunan ekonominya sesuai yang diharapkan, maka menjadi sangat perlu untuk melakukan benchmarking dengan negara-negara yang semodel atau setidaknya paling memiliki kemungkinan untuk dijadikan prototipe karena memiliki jejak dan konsep yang jelas dalam melakukan strategi pembangunan ekonominya dan dapat dibuktikan secara empiris. Pesatnya angka pertumbuhan pembangunan ekonomi diberbagai kawasan regionalisme di dunia, berdasarkan data yang dikelola Bank Dunia 1 dapat dilihat melalui pertumbuhan rata-rata GNP perkapita sejak tahun dimana regional Asia Timur memiliki angka pertumbuhan tertinggi sebesar 5,5 persen, disusul kelompok Negara OECD 2,5 persen, Asia Selatan 2 persen, Timur tengah dan Mediterania 1,9 persen, Amerika Latin dan Karibia 1,8 persen, Subsahara Afrika 0,3 persen, atas prestasinya tersebut disebut dunia menyebutnya sebagai keajaiban Asia Timur 2 (The East Asia Miracle). Selanjutnya dari data laporan bank dunia tahun tentang perbandingan pertumbuhan ekonomi antar regional negara-negara berkembang memberikan fenomena bahwa agregat pertumbuhan pembangunan ekonomi oleh kelompok negara industri baru (Newly Industrializing Countries) atau 1 Ankie Hoogvelt, Globalization and the Postcolonial World, The New Political Economy of Development. hal.202.the John Hopkins University Press 2 OECD:Organization for Economic Cooperation and Development, organisasi ini beranggotakan 20 negara yang berasal dari kawasan Eropa dan Amerika Utara dengan tujuan membantu pertumbuhan ekonomi para negara anggotanya melalui promosi kerjasama dan teknis analisa mengenai tren ekonomi nasional maupun internasional (Michael P Todaro, Economic for a Developing World, An Introduction to Principles, Problems and Policies for development. hal England:Longman London and New York) 3 Anna K Dickson, Development and International Relations. hal. 55. Cambridge:Polite Press. 1

2 disingkat dengan NICs 4 di kawasan Asia Timur yang terdiri dari Taiwan, Korea Selatan, Hongkong dan Singapura ternyata sangat fantastis bila dibandingkan dengan regional lainnya, yaitu pada tahun telah terjadi angka pertumbuhan ekonomi pada kelompok NICs di Asia Timur sebesar 6,2 persen disaat yang sama di regional Amerika Latin dan Karibia hanya terjadi pertumbuhan -0,2 persen sedangkan regional Sub-sahara Afrika kondisinya lebih rendah lagi yaitu -0,8 persen. Keberhasilan pembangunan proses industrialisasi yang pesat pada kelompok NICs di Asia Timur telah melahirkan teori baru yaitu negara pembangunan (The Developmental State) 5 sebagai antitesis terhadap teori neoliberal ortodok, berdasar paradigma baru tersebut disebutkan bahwa peran negara sentral (Jepang) memainkan peran sentral dalam kontribusi pembangunan ekonomi negara pinggiran yang sekarang menjadi kelompok NICs, dengan demikian pembahasan sekitar pembangunan ekonomi Asia Timur berarti juga akan menjadi pembuktian bahwa dengan menggunakan paradigma baru dari teori tersebut akan mampu menjadikan kelompok NICs sebagai prototipe bagi negara berkembang lainnya. Dilihat dari sisi historisnya yaitu dilihat dari proses pembentukan industrialisasi, budaya dan geo-politik kelompok NICs banyak dipengaruhi oleh faktor negara Jepang (negara sentral) yang terlebih dahulu mengalami kemajuan. Untuk proses industrialisasi apabila dilihat dari banyaknya transaksi modal investasi langsung Jepang yang di investasikan 6, Korea Selatan sebanyak 581 transaksi, Taiwan sebanyak 426 transaksi, Singapura 121 transaksi dan Hong Kong 97 transaksi. Sedangkan dari jumlah besarnya angka investasi yang diterima Korea Selatan menerima hampir tiga kali lipat dengan yang diterima Taiwan. Kemajuan pesat pembangunan ekonomi di kelompok NICs banyak juga dipengaruhi oleh kesamaan nilai budaya Confucian yang sebenarnya merupakan nilai-nilai yang bersifat universal yang dapat diterapkan di negara manapun. 4 Helen Hughes,1992. Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur. hal 5. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 5 Robert Gilpin, Jean M Gilpin, 2001.Global Political Economy Understanding the International Economic Order. hal.316. New Jersey:Princetoon University Press 6 Kunio Yoshihara, 1978.Japanese Investment in Southeast Asia. hal. 27.Tokyo:The Center for Southeast Asia Studies 2

3 Sedangkan secara geo-politik karena posisi geografisnya sebagai negara kepulauan pada akhirnya melahirkan kepentingan strategis bagi Jepang dan Amerika, selaku negara kolonial kelompok NICs dijadikan sebagai kekuatan untuk membendung pengaruh ideologi komunis. Adanya keberhasilan strategi proses internasionalisasi produk hasil manufaktur lokal, pemilihan kebijakan industri yang berorientasi ekspor (outwardlooking) merupakan jawaban atas ketebatasan sumberdaya alam pada kelompok NICs seperti Taiwan dan Korea Selatan telah membawa hasil, Korea Selatan setelah 30 tahun membenahi industri strategisnya terbukti berhasil membuat produk hasil manufakturnya menjadi produk global seperti produk LG, Samsung, Hyundai, Kia, begitupun dengan Taiwan yang dinilai sebagai negara pemasok teknologi elektronik berteknologi tinggi yang hampir dipasang di setiap produk global seperti: Produk Microchips, Semiconductors Komputer Acer, Sepeda Giant, Mesin Jahit, industri agro industri, industri perkakas dan permesinan, kondisi tersebut banyak didukung karena faktor strategi dan campur tangan dari aktor negara. Dari data dan fakta tersebut cukup memberikan penjelasan bahwa dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi kawasan, Asia Timur mempunyai catatan keberhasilan yang menarik untuk dipelajari bahkan berkat berbagai peran dan signifikansi dari kekuatan kelompok NICs terhadap kawasan regional Asia Timur dan Asia Tenggara, pada tahun 1990-an, para agensi donor internasional utama dan institusi keuangan multilateral memberikan julukan baru sebagai Sang Naga (The Dragons) / Macan Asia (The Asian Tigers) atau Geng Empat (The Gang of Four) sebagai sebutan lain dari NICs. I.2. Pokok Permasalahan Setelah melakukan analisa secara mendalam terhadap karakter dari ke empat negara di kelompok NICs yaitu Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong dan Singapura, maka dalam tesis ini pokok pembahasan masalahnya hanya dipilih dua negara yaitu Taiwan dan Korea Selatan, dengan demikian akan memiliki ruang lingkup penelitian yang lebih fokus, adapun dasar pertimbangan yang 3

4 digunakan peneliti dalam memilih hanya pada dua negara, semata didasarkan pada perspektif : - Kedua negara paling layak disebut sebagai generasi pertama Macan Asia 7 karena memiliki kemiripan dalam proses pembangunan ekonomipolitik internasionalnya yaitu pembangunan yang dimulai dari penataan ekonomi pedesaan hingga pemilihan industri strategis yang mampu mendatangkan devisa sehingga mampu sejajar dengan negara maju seperti sekarang ini. - Kedua negara memiliki keaslian nilai atau konsep dalam melakukan pembangunan ekonomi-politik internasionalnya yang berlaku secara universal sehingga dapat dijadikan prototipe bagi negara lain. - Resistensi terhadap krisis keuangan internasional, tahun 1997 terjadi krisis keuangan yang melanda Asia, dimulai dari kejatuahan nilai tukar mata uang Bath Thailand hingga 49 persen per oktober 1997 hingga runtuhnya keuangan industri keuangan di Asia Timur. 8 Namun Taiwan merupakan negara yang paling memiliki resistensi terhadap dampak krisis tersebut, faktornya adalah karena kuatnya ekonomi riil rakyatnya. Korea Selatan walaupun mengalami dampak yang berat dari krisis keuangan tersebut tetapi sukses memobilisasi kekuatan negaranya sehingga secara cepat dapat bangkit kembali. - Signifikansi laju pertumbuhan volume ekspor, akhir dasawarsa 1960-an telah terjadi penurunan porsi kesempatan kerja di sektor pertanian sebagai dampak dari proses industrialisasi yang massif di kawasan. Sadar akan proses transformasi tersebut Taiwan dan Korea Selatan adalah negara yang telah mempersiapkan gran disain terhadap pembangunan industrialisasinya sehingga berhasil menikmati hasil dari pilihan kebijakannya yaitu industri berorientasi ekspor (outward-looking policy) yang telah disepakatinya sebagai jawaban atas tidak dimilikinya faktor sumber daya melimpah (resources endowment factor). Berkat 7 Jan Kniper Black, Development in Theory and Practice, Paradigm and Paradoxes (2 nd ed). hal.96. United States of America : Westview Press 8 Jan Kniper Black, op.cit. hal.99. 4

5 kebijakan tersebut, pada tahun laju pertumbuhan volume ekspor barang manufaktur Taiwan dan Korea Selatan mencapai angka tertinggi 9 yaitu 24,4 persen dan 38,3 persen dibandingkan Hong Kong yang hanya 11,7 persen dan Singapura 12,1 sisanya menyebar lebih rendah di negara-negara Asia Tenggara, sedangkan untuk nilai total ekspor Taiwan dan Korea Selatan menguasai nilai tertinggi 17,5 persen dan 26,4 persen dibandingkan Hong Kong 9,8 persen dan Singapura 7,3 persen, sisanya menyebar lebih rendah kepada Negara-negara Asia Tenggara Selanjutnya, agar penelitian ini mempunyai manfaat yang lebih mendalam maka dalam tesis ini dilakukan pembatasan terhadap yang dimaksud dengan negara kawasan Asia Tenggara yaitu dengan mengkhususkan kepada Indonesia, Kawasan Asia Tenggara hanya dijadikan kajian dalam konteks sebagai kawasan regional yang terdekat dan paling memiliki kemiripan dengan Asia Timur. Dengan demikian Indonesia diharapkan dapat mengambil pelajaran dari proses tahapan pembangunan ekonomi dari Taiwan dan Korea Selatan, walaupun demikian penting untuk disepakati bahwa faktor faktor yang membawa keberhasilan Taiwan dan Korea Selatan sesungguhnya merupakan nilai universal yang tidak diharamkan untuk dijadikan prototipe oleh negara manapun dimuka bumi ini. Tahapan berikutnya adalah melakukan analisa terhadap faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses keberhasilan dari pembangunan ekonomi disertai aspek politik internasional di Taiwan dan Korea Selatan. Pada akhirnya tesis ini memunculkan pertanyaan : Mengapa fenomena keberhasilan negara industri baru (NICs) dapat dijadikan prototipe bagi pembangunan ekonomi di Asia Tenggara? 9 World Bank, Worlds Development Report. 5

6 I.3. Signifikansi Penelitian Signifikansi dari penelitian ini adalah : A. Keberhasilan pembangunan ekonomi Taiwan dan Korea Selatan adalah sebuah prototipe sukses. Selayaknya bagi negara-negara Asia Tenggara yang masih belum berhasil mengejar kesetaraannya dengan negara sentral khususnya Indonesia seharusnya sudah tidak perlu lagi menghabiskan energi dan waktu dengan terus berdebat mencari konsep pembangunan. Prototipe nya sudah tersedia bahkan bisa belajar dari sisi kegagalannya sekaligus, terlebih lagi khusus Indonesia telah memiliki modal yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya yaitu faktor berkah sumberdaya alam yang melimpah (resources endowment factor) sehingga hasilnya nanti akan dapat dipastikan lebih baik B. Memberikan fakta bahwa selama pembangunan ekonomi suatu bangsa belum mencapai titik kesetaraan dengan negara sentral maka semua kebijakan tidak bisa dilepas kepada aktor non-negara karena mereka memiliki logika kepentingan yang berbeda tetapi harus dikendalikan langsung oleh aktor negara melalui figur kepemimpinan yang kuat, dibarengi dengan adanya gran desain yang terukur dan berkesinambungan. Taiwan dan Korea Selatan telah berhasil membuktikan. I.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Dengan memilih landasan teori ilmu hubungan internasional yang lebih membumi akan dapat dijadikan sebagai alat kerangka berpikir, yang sistematis dan tepat dalam menganalisa lurus atau tidaknya suatu proses pembangunan ekonomi-politik internasional suatu bangsa ditengah dinamika pembanguna yang semakin mengglobal khususnya untuk Indonesia. 6

7 2. Memberi inspirasi tentang berbagai faktor yang mampu menghantarkan Taiwan dan Korea Selatan yang notabene sebagai negara yang serba terbatas dengan sumberdaya alam pada akhirnya mampu mengejar kesetaraan dengan negara sentral yang terlebih dahulu maju bahkan melebihinya. I.5. Kerangka Teori Dilihat dari rentang perjalanan proses pembangunan ekonomi-politik internasional yang dilakukan oleh negara-negara dunia ketiga dalam rangka mengejar kesetaraan dengan negara sentral yang sudah maju terlebih dahulu, menurut Michael P. Todaro dalam bukunya Economic Development in the Third Wold terdapat tiga kategori teori utama yang dapat digunakan dan telah terbukti sukses di berbagai negara di dunia sehingga sukses menjadi negara maju seperti dewasa ini 10, yaitu dengan menggunakan teori pertumbuhan ekonomi tahapan linier, teori neo-klasik dan teori internasional dependensi. Didalam tesis ini peneliti hanya memakai dua teori utama yaitu : 1. Teori pertumbuhan ekonomi tahapan linier. Tokoh Sentral dari teori ini adalah, Walth W. Rostow 11, dikatakan bahwa terdapat lima tahapan proses pembangunan menuju negara maju : A. Masyarakat tradisional, yang bertumpu pada pertanian sebagai industri utamanya dengan produktivitas yang rendah. B. Pra kondisi tinggal landas, yaitu suatu kondisi yang didorong oleh adanya pertumbuhan ekonomi dan sosial sehingga terjadi adanya transfer teknologi. Pertumbuhan tersebut di pacu oleh adanya konsensus politik oleh kemampuan aktor negara untuk melakukan tata kelola pertumbuhan ekonominya. C. Tinggal Landas, fase ini merupakan kunci dari proses modernisasi dan angka pertumbuhan ekonomi telah stabil, ditandai dengan 10 Michael P.Todaro, Economic Development in the Third World (3rd Ed). hal.62. New York: Longman New York & London. 11 Anna K Dickson, op.cit. hal.35. 7

8 naiknya angka capital investment, masuk dalam kategori Newly Industrializing Countries (NICs), melakukan modernisasi sehingga menghasilkan industri pertanian yang semakin kompetitif. D. Modernisasi ekonomi, tahapan ini ditandai dengan dilakukannya modernisasi di semua faktor ekonomi melalui penggunaan teknologi baru. E. Masyarakat konsumsi tinggi, merupakan fase akhir dimana ditandai dengan dua hal yaitu : Pertama, telah terpenuhinya kebutuhan dasar sehingga beralih kepada terpenuhinya kebutuhan keamanan dan kesejahteraan. Kedua, meningkatnya anggaran belanja sektor militer. Tahapan konsep pembangunan tersebut dikenal sebagai model Rostow (Rostow s Model). Kerangka ini akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana proses tahapan-tahapan awal penting dari pembangunan ekonomi di Taiwan yang dimulai dengan konsep Global Village serta reformasi lahan sedangkan di Korea Selatan dimulai dengan konsep Saemaul Undong dan reformasi lahan dapat berjalan serta sejauh apa derajat teori ini dapat diaplikasikan. 2. Teori internasional dependensi Objektif dari teori ini adalah menekankan pada pentingnya interdependensi dengan tatanan dunia internasional dalam perspektif institusi, politik, ketegasan kebijakan ekonomi domestik maupun ekonomi internasional yang pada akhirnya akan dapat mengejar kesetaraan dengan negara sentral yang sudah maju terlebih dahulu. Argumen dari teori internasional dependensi 12 adalah memberikan penekanan kepada pentingnya pengabaian terhadap faktor keterbatasan yang dimiliki oleh struktur sosial internal pada sebuah negara sehingga akan mampu menyusun pembagian tata kerja internasionalnya (international division of labour) sejajar dengan negara-negara maju. Memburuknya kemampuan pembagian tata kerja internasional pada negara-negara dunia ketiga banyak diakibatkan karena ketidakberdayaan struktur sosial internal yang lebih didominasi oleh kekuatan 12 Ankie Hoogvelt,1997. op.cit. hal

9 asing melalui aliansi yang lebih cenderung mematikan domonasi industrialisasi pada industri lokal, situasi ini akhirnya menuntut kemampuan administratif pemerintahnya untuk melakukan kebijakan industrialisasi berbasisi substitusi impor melalui kebijakan distorsi harga dan perlunya intervensi pemerintah di sektor ekonomi. Konsentrasi dari teori internasional dependensi adalah kepada akar permasalahan dari negara dunia ketiga itu sendiri (khususnya di regional Amerika Latin), teori ini merupakan kontradiksi dengan teori pertumbuhan yang dikembangkan sistem kapitalis dunia. Ditekankan bahwa negara terbelakang hanyalah dibedakan dari tidak terbangunnya sebuah negara bukan dikarenakan kemauan dari negara moderen seperti yang telah tekankah oleh teori modernisasi. Dengan demikian teori internasional dependensi sejak awal secara tegas memberikan penekanan lebih kepada pendekatan aliansi sistem dunia yang mampu memberikan ruang kepada negara pinggiran untuk melakukan kesetaraan dan secara eksplisit menolak konsep negara persatuan sebagai aktor dan negara dengan sistem global sebagai perkumpulan dari negara bangsa. Esensi dasar dari teori internasional dependensi adalah menganggap bahwa dampak dari penetrasi kebijakan oleh negara koloni mengakibatkan adanya penyimpangan struktur ekonomi dan sosial yang sudah tertanam di negara yang dikoloninya, sehingga hanya menghasilkan kembali laju ekonomi yang stagnan dan pemiskinan massa sepanjang waktu 13.untuk itu bila kekuatan pemerintah negara pinggiran tidak memiliki strategi yang cerdas untuk melakukan pola industrialisasinya maka bisa dipastikan akan terjadi penghisapan satu arah yang tidak seimbang. Penyimpangan struktur ekonomi itu sendiri berdampak kepada dua hal yaitu: Pertama, terjadinya subordinasi ekonomi kepada negara maju, termasuk didalamnya penataan kembali pembangunan ekonomi yang hanya memproduksi barang-barang pokok untuk pemenuhan kebutuhan negara industri (negara sentral) dan pencegahan berkembangnya industrialisasi lokal, terlebih lagi 13 Ankie Hoogvelt, op.cit. hal.39 9

10 adanya pembatasan produksi dan difersivikasi barang yang akan diproduksi. Situasi tersebut tergambar berdasar pada pengamatan yang telah dilakukan lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa 14, sejak tahun 1970-an negara yang sedang berkembang 90 persen pendapatan ekspornya diperoleh dari ekspor kebutuhan pokok meliputi : setengah negara memperoleh pendapatan lebih dari 50 persennya dari ekspor satu jenis komoditi utama, sepertiga negara mendapat pendapatan lebih dari 60 persennya dari ekspor tiga jenis komoditi utama. Kedua, orientasi eksternal yaitu secara ekstrim seratus persen menggantungkan kepada pasar luar negeri, baik dalam hal pemenuhan kapital, sumber teknologi serta tempat produksi. Sistem ini lebih sering memperburuk kondisi menjadi ketergantungan yang semakin menajam hanya terhadap beberapa negara saja. Sedangkan bila dilihat dari sisi penyimpangan struktur sosial yang ditimbulkannya, maka teori internasional dependensi memberikan dua jenis perspektif yaitu:, Pertama, aliansi kelas antara modal asing dengan komprador (merkantilis dan elitis). Teori internasional dependensi memberi argument bahwa struktur industrialisasi yang berorientasi ekspor didominasi oleh pengusah kecil dan menengah sehingga kepentingan ekonomi saling terjalin antara negara maju kapitalis dengan kepentingan kultur sosial lokal yang memiliki kepentingan yang sama. Kedua, terjadinya evolusi pola yang ekstrim terhadap kesenjangan sosial, yaitu kembali kepada pola pembatasan dan penyimpangan pasar domestik. Dalam pola internasional dependensi mendorong agar lahirnya struktur internal negara mampu melahirkan aktor negara yang mampu merubah struktur hubungan ekonomi internasional, pola ini terutama terjadi pada negara jajahan (negara pinggiran) dengan negara bekas penjajah (negara sentral) bahkan terus berlanjut setelah mengalami kemerdekaan penuh. 14 Ibid 10

11 Salah satu tokoh dari teori ini adalah Theotonio Dos Santos 15, menurutnya terdapat tiga ketidaksetaraan antara negara maju (sentral) dengan negaranegara dunia ketiga (negara koloni) yaitu: A. Ketergantungan kolonial, terjadinya pemindahan kekayaan dari negara terjajah (negara pinggiran) ke negara penjajah (sentral). Kerangka ini akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana Jepang sebagai negara koloni melakukan eksploitasi sumberdaya alam dan pembangunan industri dasar dari negara Taiwan seperti hasil industri pertanian dan Korea Selatan, terlepas dari fenomena bahwa Jepang sendiri telah berhasil menciptakan dominasi investasi dan industrialisasi. B. Ketergantungan kapital dan sosial-politik, konsep pembagian tata kerja internasional (international division of labour). Kerangka ini pula akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana pada tahapan awal Taiwan dan Korea Selatan dimanfaatkan oleh Jepang selaku negara sentral untuk mampu memenuhi kebutuhan produk pertanian, tekstil, mesin industri serta material dasar elektronik dengan terlebih dahulu melakukan dua pola kebijakan yaitu : pertama, melakukan pembenahan kepada panduan administratif berupa perbaikan pola birokrasi pemerintah, menegakkan supremasi hukum, standarisasi sistem moneter, perbaikan kesehatan dan sistem pendidikan, serta pembangunan sarana fisik lembaga kepelatihan menuju tenaga terampil. Kedua, melakukan pembenahan kepada panduan industrialisasinya. Kemudian setelah keduanya terbentuk dilakukan kebijakan kombinasi dengan kapitalisasi besar-sesaran melalui konsep pola (FDI:Foreign Direct Investment) yaitu investasi berupa penanaman modal langsung ke Taiwan dan Korea Selatan. Selain itu hadirnya nilai Confucian yang dibawa Jepang berhasil membentuk pola masyarakat industri yang disiplin, bekerja keras dan tangguh. 15 Michael P. Todaro, 1985.op.cit. hal

12 C. Ketergantungan teknologi industri. Kerangka ini akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana proses transformasi dari agro industri menjadi negara yang menguasai berbagi teknologi padat modal, yang bermula dari teknologi tekstil, bahan kimia, industri besi dan baja hingga industri permesinan telah menjadikan Taiwan dan Korea Selatan sebagai negara pemasok bagi kebutuhan industrialisasi Jepang sebagai negara sentral, sedangkan Jepang sendiri sudah sampai pada tahapan pemilihan industri yang fokus kepada teknologi lebih moderen. Kedua negara telah dijadikan negara industri dengan kekhususan sebagai negara pemasok terhadap industri hulu produk elektronik dan komputer buatan Jepang. Tokoh lainnya dari teori internasional dependensi adalah Immanuel Wallerstein 16, yang kemudian dalam perjalanannya melakukan modernisasi menjadi teori yang disebut dengan teori sistem dunia (world-system theory) yang menekankan bahwa perkembangan ekonomi internasional semakin membutuhkan lintas batas geografis negara, tatanan ekonomi dunia baru telah memunculkan paradigma baru tentang perlunya hidup bersama diantara keberagaman yurisdiksi politik yang ditandai dengan munculnya pembagian tata kerja internasional baru (the new international division of labour) antara negara pusat (sentral), negara semi pinggiran (semi-periphery) hingga negara pinggiran (periphery) dengan pengelompokan tersebut akan lebih memudahkan tahapan pembangunan ekonomi pada sebuah negara. Menurut Immanuel Wallerstein, negara pinggiran yang hendak menjadi semi pinggiran membutuhkan kebijakan substitusi impor dan kebijakan yang mampu menarik investor asing, sedangkan bila negara dari posisi semi pinggiran hendak menjadi negara sentral maka mutlak memerlukan kebijakan yang mengharuskan masyarakatnya menggunakan produk - produk hasil dari produksi dalam negeri. 16 Martin Griffiths, Fifty Key Thinkers In International Relations. hal.252.london: Routledge. 12

13 Menurut terminologi yang dibuat Wallerstein 17, The World System adalah sebuah tata kerja tunggal, yang terdiri dari sistem multi kultur,multi entitas politik, bahkan berbagai pola etnik yang berbeda. Ketika perpaduan dari The worldsystem berjalan maka akan menjadi sebuah world-empire tetapi bila tidak berjalan maka akan menjadi world-economy, karena esensi dasar dari kapitalis ekonomi dunia adalah hasil produksi yang dijual ke pasar dengan memaksimalkan keuntungan sebesar-besarnya. Kerangka ini akan digunakan untuk melihat bagaimana Taiwan dan Korea Selatan melakukan strategi pemilihan industrialisasinya semenjak melakukan pola substitusi impor hingga secara alamiah melakukan tranformasi industri yang berbasis tujuan ekspor (outward looking) sehingga mampu merubah status dirinya menjadi negara maju. Pandangan diatas diharapkan akan dapat dijadikan sebagi kaca pembesar untuk dapat menjelaskan kebijakan-kebijakan apa saja yang dilakukan Taiwan dan Korea Selatan secara lebih komprehensif sehingga bisa dijadikan prototipe bagi negara-negara di Asia Tenggara khususnya Indonesia. I.6. Asumsi dan Hipotesa Dalam pembahasannya tesis ini menggunakan asumsi asumsi : 1. Keberhasilan pembangunan ekonomi pada negara industri baru merupakan modal utama terciptanya stabilitas politik dalam negeri yang secara otomatis memperkuat posisi geo-politik internasional. 2. Dominasi penguasaan ekonomi internasional mampu memperkuat entitas Taiwan layaknya sebuah negara merdeka seperti negara merdeka lainnya, asumsi ini diperkuat oleh tindakan negara-negara sentral yang selalu memperlakukan Taiwan dalam posisi hubungan saling membutuhkan 3. Kunci sukses dari proses industrialisasi di Taiwan dan Korea Selatan karena diawali dengan kebijakan yang terlebih dahulu memperkuat industri basis ekonomi riil yaitu agro industri (industri kelautan 17 Ankie Hoogvelt, op.cit. hal.59 13

14 didalamnya) sebelum pada akhirnya melakukan modernisasi industrinya dengan proses dan tahapan yang alamiah Hipotesa dari penelitian ini adalah : Keberhasilan pembangunan ekonomi di Taiwan dan Korea Selatan ditinjau dari proses hingga pencapaiannya telah menjadikan patron dua negara industri baru lainnya dan layak dijadikan sebagai prototipe bagi pembangunan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara khususnya Indonesia I.7. Model Analisa Guna mendapatkan analisa yang komprehensif maka dalam uraian tesis ini terlebih dahulu menentukan variabel independen / penyebab dan variabel dependen / akibat, yaitu sebagai berikut : 14

15 Variabel Independen Variabel Dependen Faktor faktor keberhasilan pembangunan di Taiwan Figur kepemimpinan Konsep Land Reform Konsep Global Village Paham Confucian Aliansi internasional Fenomena keberhasilan NICs prototipe Pembangunan ekonomi di Asia Tenggara khususnya Indonesia Faktor - faktor keberhasilan pembangunan di Korea Selatan Figur kepemimpinan Konsep Land Reform Konsep Saemaul Undong Paham Confucian Aliansi internasional I.8. Operasionalisasi Konsep Untuk menjawab pertanyaan penelitian dari tesis ini, berikut ini adalah operasionalisasi dari model analisa dari setiap negara sehingga mampu mewakili sebagai sebuah fenomena keberhasilan negara-negara industri baru (NICs) di Asia Timur, hingga pada akhirnya layak untuk dijadikan prototipe pembangunan ekonomi di negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia : 15

16 KONSEP Prototipe keberhasilan pembangunan ekonomi VARIABEL Keberhasilan pembangunan ekonomi Taiwan Keberhasilan pembangunan ekonomi Korea Selatan INDIKATOR Figur kepemimpinan Konsep Land Reform Konsep Global Village Paham Confucian Aliansi Internasional Figur kepemimpinan Konsep Land Reform Konsep Saemaul Undong Paham Confucian Aliansi Internasional Hadirnya figur sentral kepemimpinan yang kuat sebagai patron yang mampu membuat konsensus dalam bentuk gran desain antara tiga kepentingan berbeda : Borjuasi lokal, korporasi internasional dan aktor pemerintahan demi untuk kepentingan Negara. Akan diuraikan siapa dan bagaimana peran figur sentral pemimpin berperan dengan tahapan tahapan pembangunannya sehingga mampu bertindak sebagai inspirator untuk kemajuan pembangunan ekonomi-politik internasional menjadi sejajar dengan negara sentral. Konsep reformasi lahan (Land Reform) untuk pemerataan dan penyebaran distribusi pendapatan. Akan dibahas bagaiman reformasi lahan (Land Reform) dilihat sebagai upaya awal negara pinggiran dalam melakukan penataan 16

17 kapital, sosio-politik selaras dengan objektif dari perspektif Internasional dependensi. Gerakan Global Village di Taiwan dan Saemaul Undong di Korea Selatan. Akan dilihat dari perspektif teori pertumbuhan ekonomi tahapan linier model Rostow serta akan dilakukan analisa terhadap strategi dan proses tahapan pemilihan kebijakan sehingga mampu memberikan dampak kepada pertumbuhan ekonomi secara signifikan seperti kebijakan tata kelola faktor keterbatasan sumber daya alam, kebijakan industri berorientasi ekspor (outward-looking) dan tahapan pemilihan proses transformasi industrialisasinya serta korelasinya dengan teori internasional dependensi Aliansi internasional untuk mencapai kesetaraan dengan negara sentral Akan diuraikan kebijakan apa saja yang dilakukan Taiwan dan Korea Selatan sebagai negara pinggiran mampu mengejar kesetaraan ekonomi dengan negara sentral dengan menggunakan perspektif internasional dependensi Confucian melahirkan otoritas pemerintahan kuat sehingga melahirkan konsep yang kuat, sistem birokrasi yang sentralistik yang didominasi penguatan aktor negara terhadap kepentingan ekonomi domestik serta menjadikan ekonomi internasional sebagai lahan ekspansif. Akan dibahas tentang peranan paham / nilai Confucian yang mampu melahirkan berjalannya pemerintahan yang otoritarian positif dan mampu membentuk paradigma kepentingan negara diatas segalanya, serta adanya kesamaan pola hubungan antara negara kolonial dengan negara yang dikoloninya. 17

18 I.9. Metoda Penelitian I.9.1. Jenis Penelitian Metoda penelitian yang akan digunakan adalah penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang dibangun atas dasar penelitian deskriptif dan eksplanasi yang bertujuan mengidentifikasikan alasan yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi 18, yaitu berusaha menjelaskan mengapa keberhasilan pembangunan ekonomi-politik internasional di Taiwan dan Korea Selatan layak dijadikan sebagai fenomena atas keberhasilan negara-negara industri baru sehingga dapat dijadikan acuan dalam pembangunan ekonomipolitik internasional negara-negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. I.9.2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai studi literatur yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh : Kantor perwakilan Taipei Economic and Trade Office di Jakarta, Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta baik dalam bentuk buku, artikel, jurnal, majalah terbitan pemerintah Taiwan dan Korea Selatan, Perpustakaan Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Hubungan Internasional Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia maupun program S-1 reguler, serta melalui penelusuran berbagai situs internet, majalah, makalah serta surat kabar. Dari data-data yang diperoleh peneliti memaparkannya kedalam kerangka teori yang ada dalam bentuk deduktif Sistematika Penelitian Untuk mempermudah pemahaman atas tesis ini maka dilakukan sistematika penelitian ke dalam lima bab, yaitu : 18 W. Lawrence Neuman, Social Research Methods. hal.22. United States of America : Allyn Bacon 18

19 Bab 1. Pendahuluan. Berisi uraian tentang,: Latar Belakang Masalah, Pokok Permasalahan, Signifikansi Penelitian, Tujuan Penelitian, Kerangka Teori, Asumsi dan Hipotesis, Model Analisa, Operasionalisasi Konsep, Metoda Penelitian, Sistematika Penelitian. Bab 2. Proses Keberhasilan Pembangunan Ekonomi Taiwan. Berisi uraian tentang keberhasialn pembangunan yang menitikberatan kepada pembangunan ekonomi disertai aspek terkait lainnya seperti sosial serta politik internasionalnya, dimulai dari sejarah pembangunan ekonominya serta secara runut melakukan pembahasa terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan di Taiwan dilihat dari perspektif ekonomi politik internasional. Bab 3. Proses Keberhasilan Pembangunan Ekonomi Korea Selatan Berisi uraian tentang keberhasilan pembangunan yang menitikberatan kepada pembangunan ekonomi disertai aspek terkait lainnya seperti sosial serta politik internasionalnya, dimulai dari sejarah pembangunan ekonominya serta secara runut melakukan pembahasa terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan di Korea Selatan dilihat dari perspektif ekonomi politik internasional. Bab 4. Analisa Deskriptif Keberhasilan Negara Industri Baru Bagi Pembangunan Ekonomi di Asia Tenggara. 19

20 Berisi uraian tentang analisa peneliti terhadap keberhasilan pembangunan di Taiwan dan Korea Selatan dengan menggunakan kerangka teori seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya guna dapat ditarik benang merah nya sehingga memenuhi aspek-aspek yang dibutuhkan untuk layak dijadikan prototipe pembangunan ekonomi di negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia, serta permasalahan dan tantangan yang dihadapinya. Bab 5. Kesimpulan. Berisi uraian tentang kesimpulan umum dan juga khusus yang terdiri dari koreksi terhadap teori yang digunakan, hipotesa penelitian serta masukan berupa rekomendasi kebijakan yang dapat bermanfaat untuk terwujudnya pembangunan ekonomi yang diharapkan. 20

BAB V KESIMPULAN. Berikut ini adalah deskripsi lengkap dari hipotesa penelitian ini : Fenomena keberhasilan..., Ucup Supriyadi, FISIP UI, 2008

BAB V KESIMPULAN. Berikut ini adalah deskripsi lengkap dari hipotesa penelitian ini : Fenomena keberhasilan..., Ucup Supriyadi, FISIP UI, 2008 BAB V KESIMPULAN Analogi yang tepat untuk menarik kesimpulan umum atas keberhasilan pembanguna ekonomi NICs di Taiwan dan Korea Selatan adalah seperti hendak membangun sebuah gedung bertingkat yang bernama

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL PROGRAM PASCASARJANA FENOMENA KEBERHASILAN NEGARA INDUSTRI BARU SEBAGAI PROTOTIPE PEMBANGUNAN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang

BAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kerjasama merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang pentingnya kerjasama dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

Pendekatan Historis Struktural

Pendekatan Historis Struktural Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga

Lebih terperinci

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN Slamet Widodo Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI BARU Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Teori Dependensi Baru Teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan

Lebih terperinci

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO Oleh : Wahyu Ishardino Satries Abstrak This writing is an adaption from the book of Suwarsono and Alvin Y. So Social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi pemahaman yang sama dengan pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1988:4-5). Pertumbuhan ekonomi adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dua lembaga konsultan keuangan dunia, Price Water House Coopers (2006) dan Goldman Sachs (2007), memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Permasalahan Pembangunan Ekonomi - Pendekatan perekonomian : Pendekatan Makro - Masalah dalam perekonomian : rendahnya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD

Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD Penulis: Dosen dan konsultan manajemen bidang keuangan, investasi, dan risiko Lecturer and consultant of management in finance, investment,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka tiga faktor Ukuran ekonomi, Cina sebagai pusat perdagangan dunia, dan pengaruh permintaan domestik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG

KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG PENGELOMPOKAN NEGARA Negara maju (Developed Countries) : Eropa Barat dan Amerika Utara, Negara-negara Australia dan New Zealand. Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tugas-tugas pada posisinya tersebut. Apabila kita berbicara tentang tugas-tugas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tugas-tugas pada posisinya tersebut. Apabila kita berbicara tentang tugas-tugas BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagai sebuah mekanisme yang terus berfungsi, masyarakat harus membagi anggotanya dalam posisi sosial yang menyebabkan mereka harus melaksanakan tugas-tugas pada posisinya tersebut.

Lebih terperinci

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Permasalahan Pembangunan Ekonomi - Pendekatan perekonomian : Pendekatan Makro - Masalah dalam perekonomian : rendahnya pertumbuhan

Lebih terperinci

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW A. TEORI ROSTOW Teori pembangunan ekonomi Rostow pada mulanya dimuat dalam Economics Journal (Maret 1956), kemudian dikembangkan dalam bukunya The Stages of Economic

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang

Lebih terperinci

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi Oleh: Junaedi A. Pendahuluan Perkembangan pemikiran tentang pembangunan ekonomi selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Dari perubahan pemikiran itu kemudian menimbulkan perubahan paradigma dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan suatu tujuan utama. Hal ini juga merupakan tujuan utama negara kita, Indonesia. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ungkapan modernisasi sangat sulit didefinisikan karena mempunyai cakupan yang sangat luas dan selalu berganti mengikuti perkembangan zaman sehingga pengertian

Lebih terperinci

Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi

Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi Prof. Dr. Bungaran Saragih, M.Ec Menteri Pertanian Republik Indonesia Pidato kunci pembukaan Konferensi Nasional Perhimpunan Ekonomi Pertanian

Lebih terperinci

Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya

Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya Pengenalan Secara Objektif Memahami perbedaan utama diantara beberapa sistem ekonomi didunia. Cara belajar bagaimana mengelompokan negaranegara dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan hipotesis. A. Latar Belakang Masalah. Kemiskinan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan komunikasi dari suatu negara ke negara lainnya. Dengan adanya globalisasi batasan geografis antar

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Outline 1. Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds 2. The

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni 1996 RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Barangkali kita masih teringat akan pengalaman sekitar dua atau tiga tahun lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN NEGARA MAJU DAN

PENGEMBANGAN NEGARA MAJU DAN PENGEMBANGAN NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG www.bimbinganalumniui.com 1. Indikator penggolongan negara-negara dikategorikan sebagai negara maju atau berkembang berbeda-beda karena... (1) Dasar kualifikasi

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah menjadi isu hangat yang semakin berkembang di Indonesia. Konsep ini menjadi sering dibicarakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN C. Sebuah Alternatif dalam Pelayanan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (termasuk daerah abu-abu )

LAMPIRAN C. Sebuah Alternatif dalam Pelayanan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (termasuk daerah abu-abu ) LAMPIRAN C Sebuah Alternatif dalam Pelayanan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (termasuk daerah abu-abu ) LAMPIRAN C Sebuah Alternatif dalam Pelayanan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (termasuk daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

1 Universitas indonesia

1 Universitas indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa pertanyaan menggelitik dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai pelarian modal yang terjadi di suatu Negara cukup menarik perhatian untuk dicermati oleh

Lebih terperinci

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI Hampir semua negara bekerja keras untuk melaksanakan pembangunan. Kemajuan ekonomi hanya menjadi salah satu komponen penting dalam pembangunan, namun perlu dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi di berbagai negara. Krisis finansial Asia tidak banyak

BAB I PENDAHULUAN. investasi di berbagai negara. Krisis finansial Asia tidak banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara maju yang banyak melakukan investasi di berbagai negara. Krisis finansial Asia tidak banyak berpengaruh bagi negara Jepang. Jepang masih

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah

Lebih terperinci