STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN SKRIPSI HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT STRES MAHASISWA SELAMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN SKRIPSI HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT STRES MAHASISWA SELAMA"

Transkripsi

1 STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN SKRIPSI HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT STRES MAHASISWA SELAMA MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN Oleh : KADEK BAYU DWIPERMANA a048 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

2 Sekolah Tinggi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Program Studi Keperawatan Skripsi, Januari 2016 Kadek Bayu Dwipermana Hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi pada mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo XIV+ 76 halaman + 10 tabel + 3 gambar + 14 lampiran ABSTRAK Di Indonesia, syarat untuk kelulusan pendidikan strata 1 adalah membuat tugas akhir yang berupa karya ilmiah yang disebut dengan skripsi. Skripsi merupakan tahap paling akhir dan menentukan dalam mencapai gelar sarjana, usaha, dan kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya akan sia-sia jika mahasiswa gagal dalam menyelesaikan skripsi. Masalah-masalah tersebut menyebabkan tekanan dalam diri mahasiswa dan dapat menyebabkan timbulnya stres dalam menyusun tugas akhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi pada mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo yang sedang menyusun skripsi dengan jumlah 334 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 77 orang. Pengumpulan data menggunakan instrumen data dianalisis menggunakan uji kendal tau. Hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden mempunyai mekanisme koping dalam kategori negatif yaitu sebanyak 43 responden (55,8 %) dan ebagian besar responden mengalami kejadian stress dalam kategori stress tingkat sedang yaitu sebanyak 21 responden (27,3 %). Hasil uji statistik menggunakan Kendall Tau diketahui ada hubungan mekanisme koping dan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo dengan nilai p value sebesar 0,001 dan didapatkan nilai r 0,509, dimana nilai r tersebut menunjukkan adanya hubungan dalam kategori kuat dan mengarah positif antara mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Saran bagi Mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo mempunyai mekanisme koping yang positif dalam manangani stres pada saat menyusun skripsi. Kata kunci : tingkat stres, mekanisme koping, skripsi Kepustakaan : 23 kepustakaan ( )

3 Ngudi Waluyo School Of Health Science Nursing Program Study Paper, February 2013 Tariyah The relationship of social interaction to the quality of life in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in Hospitals Tidar Magelang (xiii + 89 pages + 7 table + 8 appendix) ABSTRACT To improve the quality life of a person who is undergoing hemodialysis is needed the help of others. Social interaction plays a very important role in the life of a person suffering from chronic diseases. Social interaction between patients with the surrounding environment can affect one's satisfaction in everyday life, including satisfaction with health status. This study aimed to determine the relationship of social interaction to the quality of life in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in hospitals Tidar Magelang. This research used descriptive design with cross sectional correlation. The study population of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis at hospitals Tidar Magelang with 77 people. The sampling technique used was purposive sampling (64 people). The collection of data used is the questionnaire. Analysis of data using statistical tests kendal tau. The results showed that the majority of respondents with chronic renal failure undergoing hemodialysis at hospitals Tidar Magelang have enough social interaction in a category that is as much as 26 respondents (40.6%) and the majority of respondents with chronic renal failure undergoing hemodialysis at hospitals have quality Tidar Magelang Life in the category quite as many as 25 respondents (39.1%). The results of the statistical test to test Kendal tau diapatkan p value <0.05 so that it can be concluded that there is a social interaction with the quality of life in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in hospitals Tidar Magelang. The results of this research can be input for nurses to provide health education to the patient's family about the importance of family support in reducing the level of stress in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy Kata kunci : Social interaction, chronic renal failure, hemodialysis, quality of life Kepustakaan : 21( )

4 A. PENDAHULUAN Skripsi merupakan tahap paling akhir dan menentukan dalam mencapai gelar sarjana, usaha, dan kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya akan sia-sia jika mahasiswa gagal dalam menyelesaikan skripsi (Darmono, 2004). Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dituntut lebih mandiri dan disiplin dalam mencapai target-target perencanaan yang berkaitan dengan skripsinya, melakukan survey lapangan, berpikir dan menulis secara ilmiah, melakukan proses bimbingan dengan dosen, dan mengintegritaskan pengalaman belajar serta teori-teori yang didapat selama perkuliahan pada semestersemester sebelumnya. Kegagalan dalam penyusunan tugas akhir disebabkan oleh adanya kesulitan mahasiswa dalam menentukan tema penelitian dan menemukan sumber pendukung penelitian, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya beberapa stresor yang menyertai selama penyusunan skripsi (Riewanto, 2003 dalam Gunawan, Hartati dan Listiara, 2006). Masalah-masalah tersebut menyebabkan tekanan dalam diri mahasiswa dan dapat menyebabkan timbulnya stres dalam menyusun tugas akhir (Gunawan, Hartati dan Listiara, 2006). Stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan yang dipengaruhi baik oleh lingkungan ataupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut (Sunaryo, 2004). Menurut Widyarini (2009) Stres dalam bahasan sehari-hari merupakan kondisi ketegangan yang kemudian mempengaruhi fisik, mental dan perilaku. Kebanyakan orang menyebut stres untuk menunjuk pada kondisi seseorang tidak mampu mengatasi tuntutan, keinginan, harapan atau tekanan dari sekelilingnya yang berakibat pada fisik, mental maupun perilakunya. Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja merupakan kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga dan sosial budaya (Potter & Perry, 2005). Mahasiswa merasa mendapatkan beberapa tekanan akibat ketidaksiapan dalam menyusun tugas akhir, harapan diri sendiri, serta harapan dari orang tua untuk menyelesaikan studi tepat waktu. Mahasiswa merasa tidak siap bila bertemu pembimbing, tidak ada persiapan yang cukup jika diberi pertanyaan sesuai dengan tema penelitian, merasa cemas bila melihat teman seangkatan sudah lulus lebih dahulu, ingin marah bila diajak membicarakan skripsi/bila ditanya tentang kelulusan. Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan kelelahan baik fisik maupun mental, yang pada akhirnya melahirkan berbagai macam keluhan / gangguan, dan individu menjadi sakit, namun sering kali penyebab sakitnya tidak diketahui secara jelas karena individu yang bersangkutan tidak menyadari lagi tekanan/stres yang dialaminya. Tanpa disadari, individu menggunakan jenis penyesuaian diri yang kurang tepat dalam menghadapi stresnya.sebaliknya, bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang sehat/baik/sesuai dengan stres yang dihadapi, meskipun stres/tekanan tersebut tetap ada, individu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup secara sehat. Bahkan tekanan-tekanan tersebut akhirnya justru akan memungkinkan individu untuk memunculkan potensi-potensi manusiawinya dengan optimal. Penyesuaian diri dalam menghadapi stres, dalam konsep kesehatan mental dikenal dengan istilah koping. Koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/ luka/ kehilangan/ ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi, atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres/tekanan. Mekanisme koping adaptif dan maladaptif dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif (kecemasan yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan dan individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk diselesaikan). Dan untuk Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi) (Lestari, 2015). Penelitian yang pernah dilakukan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres yang ditemukan pada mahasiswa adalah tingkat stres sedang dengan jumblah 42 orang (93,3%), dan berat 3 orang (6,7%) (Putri & Susanti, 2014).

5 Penelitian yang pernah dilakukan denagn hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dalam menyusun tugas akhir yang mengalami stres sedang yaitu sebanyak 30 orang (41,7%). Responden yang mengalami stres sedang ditunjukkan dengan merasa menjadi marah karena hal-hal sepele (37,0%), merasa sulit untuk bersantai (36,1%), merasa sulit untuk beristirahat (29,2%) dan merasa sangat mudah marah (39,8%) (Iswanto, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 maret 2016 di STIKES Ngudi Waluyo didapatkan data bahwa mahasiswa mengalami stres saat menyusun tugas akhir atau skripsi. Hasil observasi menggunakan kuesioner DASS yang dilakukan dengan wawancara sederhana pada 9 mahasiswa Program Studi Keperawatan yang mengerjakan skripsi, tingkat stres antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lain, memiliki perbedaan yaitu, 3 mahasiswa mengatakan stres yang dialami karena terbatasnya literatur, tegang, gelisah dan sulitnya ketemu dengan dosen pembimbing, dan upaya mahasiswa dalam menurunkan stresnya yaitu dengan melakukan suatu kegiatan yang dapat menyenangkan hati seperti melakukan hal yang positif / mekanisme koping potif dengan memilih untuk berdiskusi dengan teman untuk menyelesaikan masalah yang sedang di alami. Dengan cara seperti itu mahasiswa tersebut mengatakan stresnya menjadi berkurang atau mengalami tingkat stres sedang. 4 mahasiswa mengatakan stres yang dialami karena sulitnya ketemu dosen pembimbing, terbatasnya literatur, gelisah dan cemas. Upaya dalam menurunkan stresnya yaitu melakukan kegiatan yang positif atau mekanisme koping positif dengan memilih untuk berdoa kepada Tuhan, dan melakukan teknik relaksasi untuk menenangkan pikiran. Dengan cara seperti itu mahasiswa tersebut mengatakan stresnya menjadi berkurang atau mengalami tingkat stres ringan. Dan untuk 2 mahasiswa mengatakan stres yang di alami dalam mengerjakan skripsi karena terbatasnya literatur, tegang, gelisah, mudah marah, dan cemas. Upaya dalam menurunkan stresnya yaitu dengan melakukan hal yang negatif atau mekanisme koping negatif dengan memilih untuk merokok atau nongkrong di warung. Dengan cara seperti itu mahasiswa tersebut mengatakan stresnya tetap tidak bisa berkurang atau mengalami tingkat stres berat. Berdasarkan berbagai permasalahan dan fenomena diatas maka penulisan tertarik untuk membuktikan teori yang ada dan melakukan penelitian tentang Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi pada mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut Apakah Ada Hubungan Mekanisme Koping Dengan Tingkat Stres Mahasiswa Selama Mengerjakan Skripsi Pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran mekanisme koping pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo b. Mengetahui gambaran tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo c. Menganalisis hubungan mekanisme koping dan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional yaitu mendeskripsikan variabel bebas dan variabel terikat, kemudian melakukan korelasi antara kedua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Notoadmodjo, 2012), sehingga dapat diketahui seberapa jauh kontribusi variabel terikat terhadap adanya variabel bebas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu memberi gambaran tentang hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stikes Ngudi Waluyo. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal Juli 2016 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Stikes yang mengerjakan skripsi di Stikes Ngudi Waluyo dengan jumlah 334 responden yang dibagi kedalam 6 program studi. PSIK sejumlah 52 responden, PSIK Transfer sejumlah 69 responden, D4 Transfer sejumlah 123 responden, Farmasi sejumlah 62 responden, Gizi sejumlah 23 responden, Kesehatan Masyarakat sejumlah 15 responden. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode proporsional. Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin. a. Jumlah sampel

6 tingkat tertentu / kadang- kadang 2: sering 1: sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat (Dibulatkan menjadi 77 responden) b. Besar sampel pada masing-masing program studi : 1) PSIK = 52/334 x 77 = 11,9 = 12 responden 2) PSIK Transfer 69/334 x 77 = 15,9 = 15 responden 3) D4 Transfer = 123/334 x 77 = 28,3 = 28 responden 4) Farmasi = 62/334 x 77 = 14,2 = 14 responden 5) Gizi = 23/334 x 77 = 5,3 = 5 responden 6) Kesehatan Masyarakat = 15/334 x 77 = 3,4 = 3 responden Teknik sampling yang digunakan adalah teknik proporsional random sampling. D. Variabel Penelitian 1. Variabel independen Variabel independen atau bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme koping. 2. Variabel dependen Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat stres pada mahasiswa yang meyusun skripsi. E. Definisi Oprasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel independen: Mekanisme Koping Definisi Operasional Usaha individu untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dalam mengerjakan skripsi. Alat/Cara Ukur Hasil Skala Menggunakan kuesioner dengan kuesioner terdiri dari 19 item pertanyaan. Untuk pernyataan positif 1: tak ada atau tidak pernah 2: sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu / kadang- kadang 3: sering 4: sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat. Untuk pernyataan negatif 4: tak ada atau tidak pernah 3: sesuai yang dialami sampai Hasil dikategorikan menjadi 2 kelompok. a. Mekanisme koping positif : b. Mekanisme koping negatif : 1-38 Nominal Variabel dependen: Tingkat Stres Respon indivodu yang muncul yang di ukur melalui fisik dan respon psikologis. Menggunakan Kuesioner DASS dengan 14 item pertanyaan, dengan jawaban Tidak pernah diberi skor 3, Kadang-kadang diberi skor 2, Selalu diberi skor 0 atau 1. Hasil dikategorikan menjadi 5 kelompok. a. Normal: Nilai score DASS antara 0-14 b. Ringan: Nilai score DASS antara c. Sedang: Nilai score DASS antara d. Berat: Nilai score DASS antara e. Sangat berat : Nilai score DASS antara 34 + F. Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah melalui kuesioner. Menurut Setiadi (2007), kuesioner adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tipe pilihan, dimana hanya meminta responden untuk memilih salah satu jawaban atau lebih dari sekian banyak jawaban yang sudah disediakan. Kuesioner dalam penelitian ini dikembangkan oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian ini kuesioner dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Kuesioner A digunakan untuk mengumpulkan data demografi mahasiswa yang meliputi nama (inisial), usia, jenis kelamin. 2. Kuesioner B digunakan untuk variabel independen yaitu mekanisme koping, dimana kuesioner ini terdiri dari 19 item pertanyaan, untuk pernyataan mempersiapkan diri untuk menghadapi luka adalah jawaban tidak ada atau tidak pernah diberi skor 1 (satu), jawaban kadang-kadang diberi skor 2 (dua), jawaban sering diberi skor 3 (tiga), jawaban hampir setiap saat diberi skor 4 (empat), sedangkan untuk pertanyaan agresi, penghindaran dan apati adalah jawaban tidak ada atau tidak pernah diberi skor 4 (empat), jawaban kadang-kadang Ordinal

7 diberi skor 3 (tiga), jawaban sering diberi skor 2 (dua), jawaban hampir setiap saat diberi skor 1 (satu). 3. Kuesioner C digunakan untuk variabel dependen yaitu tingkat stres mahasiswa dimana terdiri dari 14 item pertanyaan, dengan jawaban Tidak pernah diberi skor 3, Kadang-kadang diberi skor 2, Selalu diberi skor 0 atau 1. G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Notoadmodjo, 2012). Instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur, untuk itu perlu dilakukan uji validitas instrumen dimana dalam penelitian ini akan digunakan external content validity. Validitas eksternal yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Hasil uji validitas kuesioner mekanisme koping dari 20 item pertanyaan dengan nilai r antara 0,142-0,899, didapatkan 1 item pertanyaan no 8 yaitu pertanyaan tentang mengalihkan emosi kepada orang terdekat saat menghadapi masalah yang dinyatakan tidak valid dengan nilai r 0,142. Pertanyaan yang tidak valid dikeluarkan dari instrumen sudah diganti dengan pertanyaan lain yang berhubungan dengan pengalihan emosi. Sehingga pertanyaan tersebut dibuang/tidak dipakai kembali sehingga jumlah pertanyaan tentang mekanisme koping yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 19 pertanyaan. 2. Uji Reliabilitas. Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatau instrument cukup dapat di percaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen dianggap sudah baik. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tekhnik reliabilitas internal karena peneliti dalam menganalisis data hanya memberikan kuesioner kepada responden satu kali pengetesan saja. Sehingga uji reliabilitas dilakukan dengan uji Alfa Cronbach karena menggunakan tekhnik analisa rumus koefisien korelasi alpha dalam analisa data, hasil skor instrumen merupakan rentangan antara beberapa nilai (Arikunto, 2006). Uji instrumen ini dikatakan reliabilitas jika r hitung atau hasil nilai alpha lebih besar dari r tabel ( Sugiyono,2007). Setelah diajukan kepada 20 responden didapatkan untuk variabel meknisme koping diperoleh r Alpha = 0,943, maka r Alpha > konstanta (0,6) sehingga dapat disimpulkan variabel telah reliabel. H. Analisa Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik tiap variabel (Notoadmodjo, 2012). Variabel yang dianalisis adalah menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase. a. Mekanisme Koping b. Tingkat stres pada mahasiswa yang menyusun skripsi 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Untuk menentukan jenis analisa bivariat berdasarkan tujuan khusus dalam penelitian ini maka dilakukan korelasi Kendall Tau ( ) dengan hasil penelitian didapatkan nilai p value 0,001 (α 0,05), sehingga Ho dinyatakan ditolak dan didapatkan nilai r = 0,509 sehingga hasil penelitian ini dinyatakan bahwa ada hubungan dalam kategori kuat antara mekanisme koping dengan tingkat stres mahasiswa yang menghadapi skripsi di Stikes Ngudi Waluyo. HASIL PENELITIAN A. Hasil penelitian 1. Karakteristik responden a. Jenis kelamin Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan jenis kelamin responden di STIKES Ngudi Waluyo Jenis kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 28 36,4 Perempuan 49 63,6 Total ,0 Tabel 4.1 menunjukan bahwa responden pada penelitian ini adalah sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 49 (63,6 %) responden dan sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 28 responden (36,4 %). b. Umur Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan umur responden di STIKES Ngudi Waluyo Umur responden Min Maks Std Median ,95 Tabel 4.2 menunjukan bahwa responden pada penelitian ini adalah minimal berumur 21 tahun dan maksimal berumur 29 tahun dengan rata-rata umur pada keseluruhan responden adalah 22,9 tahun c. Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan program studi pendidikan responden di STIKES Ngudi Waluyo Program studi Frekuensi Persentase D IV kebidanan 28 36,4 Farmasi 14 18,2 Ilmu gizi 5 6,5

8 Mekanisme koping Kesehatan masyarakat 3 3,9 Ilmu keperawatan 12 15,6 Ekstensi ilmu keperawatan 15 19,5 Total ,0 Tabel 4.3 menunjukan bahwa responden pada penelitian ini adalah sebagian besar responden dengan program studi D IV kebidanan yaitu sebanyak 28 (36,4 %) responden dan sebagian kecil responden dengan program studi ilmu kesehatan masyarakat yaitu sebanyak 3 responden (3,9 %). 2. Analisa univariat a. Gambaran mekanisme koping pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Tabel 4. 4 Distribusi frekuensi mekanisme koping pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Mekanisme koping Frekuensi (%) Positif 34 44,2 Negatif 43 55,8 Total ,0 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai mekanisme koping dalam kategori negatif yaitu sebanyak 43 responden (55,8 %) dan sebagian kecil responden mengalami mekanisme dalam kategori positif yaitu sebanyak 34 responden (44,2 %) b. Gambaran tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Tabel 4. 5 Distribusi frekuensi tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Kejadian depresi Frekuensi Persentase (%) Sangat berat 7 9,1 Berat 15 19,5 Sedang 21 27,3 Ringan 18 23,4 Normal 16 20,8 Total ,0 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kejadian stress dalam kategori stress tingkat sedang yaitu sebanyak 21 responden (27,3 %) dan sebagian kecil responden mengalami stress dalam kategori stress sangat berat yaitu sebanyak 7 responden (9,1 %). 3. Analisa Bivariat Hubungan mekanisme koping dan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Tabel 4. 6 Tabulasi silang hubungan mekanisme koping dan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Tingkat stres Sangat Berat Berat Sedang Ringan Normal Total p Nilai r value n % n % n % n % n % n % Negatif 7 16, , ,6 6 14,0 3 7, ,001 0,509 Positif 0 0,0 2 13,3 7 20, , , Total 7 9, , , , , Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa, responden dengan mekanisme koping dalam kategori negatif sebagian besar yaitu sebanyak 14 responden (32,6 %) mengalami stress dalam kategori sedang dan responden dengan mekanisme koping dalam kategori positif sebagian besar mengalami stress dalam kategori normal yaitu sebanyak 13 responden (38,2 %). Dari hasil uji statistik menggunakan Kendal tau dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,001. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima) dan didapatkan nilai r dengan arah positif yaitu sebesar 0,509. Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan mekanisme koping dan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo. Sedangkan nilai r positif tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang memilii tingkat keeratan sedang dan mengarah positif antara mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo PEMBAHASAN A. Gambaran mekanisme koping pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo yang mengerjakan skripsi dapat diketahui bahwa, sebagian besar responden yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai mekanisme koping positif sebanyak 14 (50,0 %) responden dan mekanisme koping negative sebanyak 14 (50,0 %) responden juga. Sedangkan pada responden perempuan sebagian besar responden mempunyai mekanisme koping negative yaitu sebanyak 29 (59,2 %) responden. Berdasarkan program pendidikan pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo yang mengerjakan skripsi diketahui bahwa sebagian besr responden dengan program studi D IV mempunyai mekanisme koping dalam kategori negatif sebagian besar yaitu sebanyak 15 responden (53,6 %), sedangkan pada responden dengan program studi PSIK sebagian besar juga mempunyai mekanisme koping dalam kategori negatif yaitu sebanyak 8 responden (66,7 %) dan responden dengan program studi PSIK ektensi sebagian besar juga mengalami mekanisme koping dalam kategori negatif yaitu sebanyak 9 responden (60,0 %). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (55,8 %) sebanyak 43 responden sebagian besar mempunyai mekanisme

9 koping dalam kategori negatif. Mekanisme koping dalam kategori negatif pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu sebagian besar responden menyatakan bahwa (58,4 %) Responden menjawab tidak pernah berdiskusi dengan teman untuk menyelesaikan masalah yang sedang saya alami saat ini, (61,0 %) Responden kadang-kadang saya membaca buku, mencari literatur di perpustakaan selama penyusunan tugas akhir, (51,9 %) Responden menjawab kadangkadang saya bercerita dengan teman atau sahabat ketika menghadapi masalah. Selain itu (49,4 %) responden juga menyatakan bahwa mereka sering meminta orang lain untuk mengerjakan tugas akhir saya, dan (51,9 %) responden kadang-kadng merasa malas ketika teringat tentang tugas akhir saya. Hal tersebut merupakan salah satu mekanisme koping negatif yang sering dilakukan oleh sebagian besar responden khususnya saat menghadapi masalah dalam penyusunan tugas akhir atau skripsi. Mahasiswa dalam menyusun tugas akhir yang mengalami koping negatif cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar (53,2 %) responden yang mempunyai koping negatif terhadap tugas akhir yang diterimanya cenderung mudah merasa kesal, (58,4 %) 45 responden mengatakan sering marah karena hal sepele, (42,9 %) bahkan kadang-kadang merasa hilang harapan dan putus asa. Selain itu (36,4 %) 28 responden sebagian besar juga menyatakan bahwa mereka selalu mengurung diri / menyendiri saat menghadapi masalah dan (45,5 %) responden sering melamun atau tidur berlebihan ketika sedang menghadapi masalah. Beberapa hal tersebut menunjukkan adanya mekanisme koping negatif pada sebagian besar responden dalam merespon dan menghadapi masalah yang dihadapinya khususnya dalam hal pengerjaan tugas akhir atau skripsi yang dibebankan kepada mereka sebagai salah satu syarat untu menyelesaikan studi yang sedang di jalaninya. Koping negatif pada sebagian besar responden tersebut juga dapat dilihat dari hasil observasi dan wawancara sekilas terhadap sebagian responden saat penyebaran dan pengambilan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap beberapa respoden didapatkan data bahwa sebagian responden tersebut terlihat murung dan selalu mengeluh dengan revisian yang harus dikerjakannya setelah mendapatkan bimbingan konsultasi dari dosen pembimbing. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden didapatkan hasil bahwa mereka mengeluh harus menunggu lama dosen pembimbing saat ingin konsultasi dan sulitnya menemui dosen pembimbing untuk berkonsultasi tentang hasil skripsi yang mereka kerjakan. Setelah bertemu dosen pembimbing mereka juga merasa stres dengan revisi yang harus dikerjakannya karena kurangnya literatur ataupun materi yang ada. Sebagian besar responden juga mengeluh dengan besarnya biaya yang harus di keluarkan untuk membeli berbagai literatur maupun biaya saat melakukan penelitian. Berbagai keluhan tersebut menunjukkan adanya mekanisme koping negatif terhadap apa yang dihadapi responden terhadap tugas akhir sebagai beban yang harus dipikulnya saat ini. Berdasarkan hasil penelitian ini juga didapatkan data (54,5 %) responden bahwa mekanisme koping negatif responden juga dilakukan dengan cara sering bersenangsenang (jalan-jalan, shopping, nongkrong, dll) ketika sedang menghadapi masalah. Bersenang-senang dengan cara jalan-jalan, nongkrong, shoping walaupun terlihat menyenangkan akan tetapi hal tersebut merupakan bentuk pelarian terhadap tugas yang sedang dihadapi oleh sebagian besar responden yang mempunyai mekanisme koping negatif dalam menghadapi masalah yang ada saat ini yaitu skripsi. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai mekanisme koping dalam kategori negatif terhadap masalah yang sedang dihadapinya saat ini berupa tugas untuk menyelesaikan skrisi sebagai tugas akhir syarat untuk meraih gelar sarjana. Mekanisme koping maladaptif atau negatif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi) (Lestari, 2015). Mekanisme koping negatif pada sebagian besar responden dalam menghadapi masalah yang dihadapinya menurut asumsi peneliti dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor ketrampilan memecahkan

10 masalah, dukungan sosial, jenis kelamin, usia, pekerjaan dan materi. Dilihat faktor ketrampilan memecahkan masalah, menunjukkan bahwa ketrampilan dalam memecahkan masalah kurang begitu baik dikarenakan mahasiswi kurang mampu menganalisa situasi yang sedang dihadapi dan belum mampu mempertimbangkan alternative sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi sehingga belum bisa melakukan suatu tindakan yang tepat. Faktor dukungan sosial dapat dilihat berdasarkan dari tinggal bersama didapatkan bahwa paling besar responden tinggal bersama dengan teman. Hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam dukungan sosial, ketrampilan sosial maupun dalam materi. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan mekanisme koping individu dengan memberikan dukungan emosi dan saransaran mengenai strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan mengajak orang lain berfokus pada aspek-aspek yang lebih positif. Seseorang yang tinggal dengan orang tua akan berbeda pemberian dukungan keterampilan sosial atau kemampuan berkomunikasi dan bertingkah laku, dan materi atau pemberian berupa uang, barang akan berbeda ketika tinggal bersama teman dan tinggal bersama dengan orang tua. Hal ini akan memicu terjadinya penggunaan mekanisme koping yang maladaptif meskipun faktor tinggal bersama tidak selalu menjadi tolak ukur dalam penggunaan mekanisme koping maladaptif mungkin bisa saja karena faktor lain, misalnya kesehatan fisik, atau keyakinan positif. Dampak penggunaan mekanisme koping yang maladaptif dapat diaplikasikan sesekali pada keadaan yang tepat, namun bila dipergunakan terus dalam menyikapi setiap persoalan yang kita hadapi, maka kesehatan akan terganggu. Berdasarkan hasil penelitian dan asumsi peneliti, mekanisme koping negatif pada sebagian besar responden dalam penelitian dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin responden dimana dari hasil peneltian didapatkan data bahwa sebagian besar responden dengan mekanisme koping negatif yaitu sebanyak 29 orang (59,2 %) adalah berjenis kelamin perempuan. Menurut White (2009), perbedaan mekanisme koping yang digunakan pada laki-laki dengan perempuan disebabkan oleh faktor fisiologi, dimana kecenderungan perempuan lebih menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada emosi sedangkan laki-laki menggunakan mekanisme koping fokus problem. Pada mekanisme koping yang berfokus pada problem akan menghasilkan mekanisme koping positif dan mekanisme koping yang berfokus pada emosi akan menghasilkan mekanisme koping yang negatif, karena akan mengedepankan perasaan dari pada pemecahan masalah. Menurut pendapat Weiten dalam Yusuf, (2006), koping positif memiliki ciri sebagai berikut : menghadapi masalah secara langsung, mengevalusi alternatif secara rasional dalam upaya memecahkan masalah, menilai atau mempersepsikan situasi stress didasarkan kepada pertimbangan yang rasional, mengendalikan diri (self control) dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Mekanisme koping negatif seperti melarikan diri dari kenyataan atau situasi stress yang bentuknya seperti sikap apatis, kehilangan semangat atau perasaan tidak berdaya, minum-minuman keras atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mencela diri sendiri atau menilai negatif diri sendiri, agresif yaitu berbagai prilaku yang ditujukan untuk menyakiti orang lain, memanjakan diri sendiri dengan prilaku berlebihan seperti makan yang enak-enak, merokok, minumminuman keras, menghabiskan uang untuk berbelanja, serta mekanisme pertahanan diri yang bentuknya seperti menolak kenyataan dengan cara melindungi diri dari suatu kenyataan yang tidak menyenangkan dengan cara seperti seorang perokok mengatakan bahwa rokok merusak kesehatan hanya teori belaka, berfantasi, intelektualisasi. Hal ini menyebabkan perbedaan mekanisme koping pada masing-masing individu. Mekanisme koping sebagai suatu cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 2009). Namun demikian setiap orang mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengatasi stres. Secara umum koping terjadi secara otomatis ketika individu merasa adanya situasi yang menekan atau mengancam, maka individu dituntut untuk sesegera mungkin mengatasi ketegangan yang dialaminya. Individu akan melakukan evaluasi untuk seterusnya memutuskan mekanisme koping apa yang harusnya ditampilkan. Reaksi koping terhadap permasalahan bervariasi antara individu yang satu dengan yang lain dan dari waktu ke waktu pada individu yang sama (Smeltzer & Bare, 2013).

11 Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan data bahwa sebagian kecil responden mengalami mekanisme dalam kategori positif yaitu sebanyak 36 responden (46,8 %). Dari hasil observasi peneliti kepada mahasiswa yang memiliki mekanisme koping yang positif memiliki pemecahan masalah seperti berbicara dengan teman, jika ada tugas yang tidak dimengerti mereka saling membantu satu dengan yang lainnya, dan melakukan aktivitas yang disenangi pada akhir pekan. Sedangkan mahasiswa yang memiliki mekanisme koping yang negatif mahasiswa lebih cenderung menghindar dan tidak memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Menurut (Stuart & Laraia, 2005) mekanisme koping positif itu sendiri berupa mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Katagorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. Sedangkan mekanisme koping negatif berupa mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi mencegah pertumbuan menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Katagorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan, dan menghindar. B. Gambaran tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo yang mengerjakan skripsi dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai tingkat stress dalam kategori ringan yaitu sebanyak 11 responden (39,3 %) dan sebagian besar responden perempuan mempunyai tingkat stress dalam kategori berat yaitu sebanyak 15 responden (30,6 %). Berdasarkan program pendidikan pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo yang mengerjakan skripsi diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengalami stress dalam kategori sangat berat yaitu mahasiswa dengan program studi D IV yaitu sebanyak 4 responden (14,3 %), sedangkan responden yang mengalami tingkat stress dalam kategori berat yaitu masingmasing sebanyak 4 responden pada mahasiswa program studi D IV (14,3 %), mahasiswa program studi farmasi (28,6 %), dan mahasiswa PSIK (33,3 %). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (27,3 %) responden mengalami kejadian stress dalam kategori stress tingkat sedang yaitu sebanyak 21 responden. Stress tingkat sedang pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan oleh peneliti yaitu (23,4 %) responden selalu merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele, (27,0 %) responden kadang-kadang cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, (39,0 %) responden kadang-kadang merasa kesal, (27,3 %) responden kadang-kadang mudah tersinggung, (36,4 %) kadang-kadang sangat mudah marah, dan (45,5 %) responden kadang-kadang sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal, serta (29,6 %) responden sering merasa gelisah. Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kejadian stress dalam kategori sedang. Penelitian didukung oleh hasil penelitian Iswanto (2014), (41,7%) 30 orang yang menunjukkan bahwa mahasiswa dalam menyusun tugas akhir yang mengalami stres sedang. (37,0%) Responden yang mengalami stres sedang ditunjukkan dengan merasa menjadi marah karena hal-hal sepele, (36,1%) respoden merasa sulit untuk bersantai, (29,2%) responden merasa sulit untuk beristirahat dan (39,8%) responden merasa sangat mudah marah. Sedangkan penelitian yang pernah dilakukan dengan hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden yang sedang menyusun skripsi pada askep psikologis ditemukan (60,0%) sebanyak 12 mahasiswa mengalami stres sedang, pada aspek fisik ditemukan (60,0%) sebanya 12 mahasiswa mengalami stres sedang, (60,0%) sebanyak 12 mahasiswa pada aspek kognitif ditemukan stres sedang, (60,0%) sebanyak 12 mahasiswa pada aspek sosial ditemukan mengalami stres sedang, (65,0%) sebanyak 13 mahasiswa yang menyusun skripsi yang mengalami tingkat stres sedang (Ramadhany, 2012). Stress sedang yang dialami oleh sebagian besar responden menurut asumsi peneliti hal tersebut dimungkinkan bisa karena faktor internal maupun eksternal, dan tingkat umur yang mempengaruhi tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden saat dilakukan penelitian, banyak yang menjawab bosan dengan perkuliahan, jarang memiliki semangat dengan perkuliahan, hal ini menunjukkan bahwa ada faktor internal atau dari dalam dirinya

12 sehingga membuat seseorang itu mengalami stres, misalnya ketidakpuasan dengan perkuliahan, tuntutan dan beban perkuliahan yang terlalu berat sehingga menyebabkan bosan dan jarang memiliki semangat dengan perkuliahan. Faktor eksternal atau dari luar dirinya, misalnya dari keluarga, masyarakat atau lingkungan yang kurang mendukung dalam perkuliahan sehingga membuat mahasiswi kurang begitu semangat dalam perkuliahan. Ketika seseorang mengalami stres tentu hal ini akan berdampak yang tidak baik untuk dirinya sendiri, stres yang terlalu tinggi akan menyebabkan kecemasan yang berlebihan dan kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi karena sudah tidak fokus pada masalah, mudah tersinggung, kesulitan untuk menggungkapkan kata dan adanya perasaan terisolasi. Sumber stresor menurut Alimul (2006) terbagi menjadi 2, yaitu sumber internal (yaitu diri sendiri) maupun eksternal (yaitu keluarga, masyarakat, dan lingkungan). Stressor individual dapat timbul karena tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat yang dimiliki, dan sebagainya. Faktor eksternal stres dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Stress yang dialami oleh sebagian besar responden menurut asumsi peneliti juga dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, dimana sebagian besar jenis kelamin responden dalam penelitian ini adalah perempuan 63,6%. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara umum wanita mengalami stres 30 % lebih tinggi dari pada pria (Rindang Gunawati, Sri Hartati, & Anita Listiara, 2006). Pada tahun 2008, gambaran stress di Amerika yan dikeluarkan oleh APA (American Psychological Assosiation) melaporkan secara statistik mengenai wanita dan stress, dikatakan bahwa 33% wanita mengalami tingkat stress yang tinggi (Pardani, 2010). Teori diatas dapat ditarik kesimpulan perempuan memiliki tingkat stres yang paling tinggi dibandingkan laki-laki. Secara teoritis, stres sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Council, 2013). Tingkat stres adalah tahapan gejala-gejala stres yang ada pada diri seseorang yang seringkali tidak disadari. Tingkat stres sedang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari. Situasi yang seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang. Gejala pada stres sedang, yaitu pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, daya konsentrasi dan daya ingat menurun, terjadi gangguan pola tidur, merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa capai menjelang sore hari dan sering mengeluh lambung dan perut tidak nyaman. C. Hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, (32,6 %) sebanyak 14 responden dengan mekanisme koping dalam kategori negatif mengalami stress dalam kategori sedang. Hal ini menurut asumsi peneliti disebabkan karena mahasiswa yang memiliki stres sedang masih mampu menggerakan sumber koping yang ada seperti mendekatkan diri kepada Tuhan untuk menghilangkan kejenuhan, dan tetap berusaha mengkoreksi dan memperbaiki diri dari segala kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki selama profesi. Dari hasil uji statistik menggunakan Kendal tau dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,0001, dan didapatkan nilai r dengan arah positif yaitu sebesar 0,509. Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo. Sedangkan nilai r positif tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang memiliki tingkat keeratan sedang dan mengarah positif antara mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo, sehingga jika semakin baik mekanisme koping, maka tingkat stres semakin ringan. Hasil peneltian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gatiningsih (2010), mengatakan terdapat hubungan antara tingkat stres mahasiswa dengan mekanisme koping pada mahasiswa UMS yang sedang melaksanakan praktik belajar lapangan di rumah sakit, dengan menggunakan metode pengambilan sampel

13 proporsional random sampling. Semakin tinggi tingkat stres mahasiswa, semakin mekanisme koping mahasiswa UMS yang sedang melaksanakan praktik belajar lapangan di rumah sakit cenderung ke maladaptif. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2009) tentang Hubungan tingkat stres dengan mekanisme koping mahasiswa profesi Ners Regular angkatan 2009 Universitas Muhammadiyah Semarang. Dengan sampel berjumlah 57 responden. Mekanisme koping mahasiswa profesi ners Unimus sebagian besar adaptif. Dari uji statistik didapatkan ada hubungan antara tingkat stress dengan mekanisme koping, dengan P value 0,01 < Alpha 0,05. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (38,2 %) sebanyak 13 responden dengan mekanisme koping dalam kategori positif sebagian besar mengalami stress dalam kategori normal, artinya jika mekanisme koping adaptif maka tingkat stres menjadi ringan. Hal ini dipengaruhi oleh sumber koping yaitu kemampuan personal, dukungan sosial, aset materi dan keyakinan positif. Secara teori, mekanisme koping memiliki hubungan dengan tingkat stres. Mekanisme koping yang baik atau mekanisme koping adaptif tentu akan mempengaruhi tingkat stres, karena pemecahan masalah juga lebih positif. Hasil penelitian ini di dukung oleh Mesarini (2013) dimana hasil penelitian didapatkan mahasiswa memiliki tingkat stres sedang dan mekanisme koping adaptif dimana Lazarus dan Folkman berpendapat bahwa faktor yang menentukan strategi koping atau mekanisme koping yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada sejauhmana tingkat stres yang dialami dan kepribadian seseorang (Isnin, 2011) Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suminarsis (2009) dengan judul Hubungan antara Tingkat Stres dengan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Keperawatan Menghadapi Praktek Belajar Lapangan di Rumah Sakit dengan hasilp-value= 0,001 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres mahasiswa dengan mekanisme koping pada mahasiswa UMS yang sedang melaksanakan praktik belajar lapangan dirumah sakit dan didukung juga oleh penelitian Sri Ningsih (2009), dengan judul hubungan antara tingkat stress dengan mekanisme koping mahasiswa profesi ners Universitas Muhamadiyah Semarang angkatan Hasil penelitian dari uji statistic didapatkan ada hubungan antara tingkat stress dengan mekanisme koping, dengan diperoleh nilai r=0,338 p=0,01 p<alpha(0,05) dari uji statistic korelasi pearson. Strategi untuk manejemen tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata maupaun tidak nyata disebut sebagai koping. Masing masing individu berbeda beda cara penyesuaiannya terhadap beragam stres, dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis sendiri, hampir seluruh mahasiswa yang mengerjakan skripsi mengeluh dan mengalami stres (Safaria dan Saputra, 2009:). Tindakan inilah yang kemudian dikenal dengan mekanisme koping terhadap stres. Mekanisme koping merupakan mekanisme yang muncul akibat terjadinya stres pada diri individu yang akan mempermudah terjadinya proses adaptasi. Mekanisme koping sebagai suatu cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 2001). Namun demikian setiap orang mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengatasi stres. Secara umum koping terjadi secara otomatis ketika individu merasa adanya situasi yang menekan atau mengancam, maka individu dituntut untuk sesegera mungkin mengatasi ketegangan yang dialaminya. Individu akan melakukan evaluasi untuk seterusnya memutuskan mekanisme koping apa yang harusnya ditampilkan. Reaksi koping terhadap permasalahan bervariasi antara individu yang satu dengan yang lain dan dari waktu ke waktu pada individu yang sama (Stuart & Sundeen, 2013). Bila mekanisme penanggulangan ini berhasil, maka individu dapat beradaptasi dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi bila mekanisme koping gagal artinya individu gagal untuk beradaptasi maka akan timbul gangguan kesehatan baik berupa gangguan fisik, psikologis maupun perilaku (Keliat, 2001). Bila hal ini terjadi pada mahasiswa yang sedang melakukan praktik di tatanan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun komunitas, maka dapat mempengaruhi prestasi dan kualitas kinerja yang dilakukan.

14 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 43 orang (55,8 %) mempunyai mekanisme koping dalam kategori negatif. 2. Sebanyak 21 responden (27,3 %) mengalami kejadian stress dalam kategori stress tingkat sedang. 3. Ada hubungan mekanisme koping dan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo dengan nilai p value sebesar 0,001dan nilai r = 0,509, dimana nilai r positif tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang memiliki tingkat keeratan sedang dan mengarah positif antara mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo, sehingga jika semakin baik mekanisme koping, maka tingkat stres semakin ringan B. Saran 1. Bagi mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Diharapkan pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo khususnya untuk mahasiswa Stikes yang sedang mengerjakan skripsi agar dapat mengenali dan menghadapi stres dengan mekanisme koping yang positif. 2. Pengajar dan Akademik Bagi pengajar dan akademik diharapkan dapat meningkatkan pemberian informasi mengenai upaya dalam menghadapi stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi dengan mekanisme koping yang positif. 3. Bagi peneliti Perlu ditingkatkan penelitian lebih lanjut baik untuk mekanisme koping ataupun tingkat stres mahasisya yang mengerjakan skripsi dengan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi stres dan upaya dalam menghadapi stres dengan mekanisme koping yang positif. 4. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi Diharapkan dapat meningkatkan pemberian informasi mengenai upaya dalam menghadapi stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi dengan mekanisme koping yang positif.

BAB I PENDAHULUAN. adalah penulisan tugas akhir (Iswidharmanjaya, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. adalah penulisan tugas akhir (Iswidharmanjaya, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana (Budiman, 2006). Syarat lulus

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGANMEKANISME KOPING DAN SIKAP DALAM MENJALANKAN PROFESI NERS PADA MAHASISWA UNIVERSITASRESPATI YOGYAKARTAANGKATAN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGANMEKANISME KOPING DAN SIKAP DALAM MENJALANKAN PROFESI NERS PADA MAHASISWA UNIVERSITASRESPATI YOGYAKARTAANGKATAN HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGANMEKANISME KOPING DAN SIKAP DALAM MENJALANKAN PROFESI NERS PADA MAHASISWA UNIVERSITASRESPATI YOGYAKARTAANGKATAN 2013 Christin Wiyani INTISARI Latar Belakang: Mahasiswa ners

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei analitik menggunakan rancangan Cross Sectional yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hubungan antara variabel bebas (tingkat stress) dan variabel terikat (mekanisme

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hubungan antara variabel bebas (tingkat stress) dan variabel terikat (mekanisme BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (tingkat stress) dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

Lebih terperinci

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS Oleh: Nia Agustiningsih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berbagai masalah ekonomi yang terjadi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi & Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada bulan Mei tahun 2013. 3.2. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah seseorang yang berada pada usia perkembangan dari masa remaja akhir sampai dewasa awal (dewasa madya), yang dimulai dari usia 18 sampai 25

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI Guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skripsi merupakan salah satu jenis karya ilmiah di perguruan tinggi yang dikerjakan oleh mahasiswa program sarjana (S1), sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian, dan mengkaji kesahihan hipotesis (Sudigdo, 1995). Jenis penelitian ini adalah deskripitif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional adalah penelitian yang dilakukan tanpa melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau

BAB III METODE PENELITIAN. adalah menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau 48 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif. Maksudnya adalah menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel independent dan variabel dependent

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Mahasiswa Semester II D-III Keperawatan Dalam Menghadapi Praktek Klinik Keperawatan Di Universitas Nusantara PGRI Kediri Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah jenis korelasi atau explanatory yaitu mengkaji

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah jenis korelasi atau explanatory yaitu mengkaji 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah jenis korelasi atau explanatory yaitu mengkaji hubungan antar variabel. Penelitian korelasi bertujuan mengungkap hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat. HUBUNGAN ANTARA KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS PERAWAT PELAKSANA DI RUANG ICU RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Deden Iwan Setiawan INTISARI Latar Belakang : Stress adalah suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN Sri Ratna Ningsih & Hikmah Sobri STIKES Aisyiyah Yogyakarta E-mail: myratna_cute@yahoo.co.id Abstract: The

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KESESUAIAN HARAPAN ORANG TUA DENGAN DIRI DALAM PILIHAN STUDI LANJUT DENGAN TINGKAT STRES PADA SISWA KELAS XII DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Dita Dityas Hariyanto NIM 092310101015

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA Rizki Ramadhani Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana (Budiman, 2006). Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III METODA PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Stres tidak terpisahkan dari kehidupan setiap individu, suatu fenomena yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan memegang peranan utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan dan pelaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Pada penelitian ini peneliti memilih tipe pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan yang berjumlah 499 mahasiswa.

BAB III METODE PENELITIAN. hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan yang berjumlah 499 mahasiswa. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen, yang bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko hipertensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DEWI YULIANA 201310201016 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini yang digunakan adalah dengan menggunakan metode case control yaitu suatu penelitian (survey)

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG Enny Nurcahyani 1), Dyah Widodo 2), Yanti Rosdiana 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) HUBUNGAN PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ANGKATAN 2012 Manis Lestari 1), Joko Wiyono 2), Yanti

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA Sri Hartutik, Irma Mustikasari STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini banyak sekali ditemui dimasyarakat Indonesia kebiasaan merokok. Rokok bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi masyarakat, karena banyakdari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat). 62 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif korelasional dimana penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian yang ditujukan

Lebih terperinci

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan pada pengukuran data variabel

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Andri Gunawan e-mail : mixtape.inside.andri@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian berbentuk discriptive correlation yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Berdasarkan hipotesis yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi karena menjelaskan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMESTER 2 STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2010

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMESTER 2 STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2010 HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMESTER 2 STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2010 Sri Ratna Ningsih 1. Hikmah Sobri 2 Abstrack : The objective

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis 28 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis penelitian ini adalah Analitik explanatori/korelasi yaitu bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 % BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional (correlational research) yang bertujuan untuk menentukan besar variasi variasi pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018 HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah descriptive comparative dengan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik. korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik. korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan PENELITIAN BAB III METODE METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk melihat

Lebih terperinci

Hubungan Antara..., Devita, Fakultas Psikologi 2016

Hubungan Antara..., Devita, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pendidikan tinggi untuk semua awalnya diperkenalkan di Amerika Serikat sekitar tahun 1970-an. Ini adalah pengakuan terhadap hak-hak rakyat Amerika untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Croos Sectional yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Croos Sectional yaitu suatu penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan analitik,adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.(

Lebih terperinci

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian komparasi untuk membandingkan pengetahuan dan sikap remaja perokok dan bukan perokok

Lebih terperinci

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**. HUBUNGAN PELAYANAN PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP (ANGGREK, BOUGENVILLE, CRISAN, EDELWEIS) RSUD KEPULAUAN TALAUD CORELATIONS BETWEEN NURSE SERVICE AND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang sedang dalam proses pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut maupun akademi. Mahasiswa adalah generasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional Penggunaan desain ini, peneliti mencoba untuk menyelidiki hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Nursalam (2008), desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian adalah keseluruhan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN DOSEN PEMBIMBING DENGAN KECEMASAN MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM MENGHADAPI TUGAS AKHIR SKRIPSI DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UMS

HUBUNGAN ANTARA PERAN DOSEN PEMBIMBING DENGAN KECEMASAN MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM MENGHADAPI TUGAS AKHIR SKRIPSI DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UMS HUBUNGAN ANTARA PERAN DOSEN PEMBIMBING DENGAN KECEMASAN MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM MENGHADAPI TUGAS AKHIR SKRIPSI DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UMS Sustra Beauty* Arif Widodo** Abstract Scription is a scientific

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti harus menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini terjadi fenomena dimana banyak berdiri akademi keperawatan, termasuk banyak perguruan tinggi yang mulai membuka program studi keperawatan, mulai dari tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan suami)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menunjukkan atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Responden terdiri dari 200 orang dan merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran rentang usia responden

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Proses Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Persalinan

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Proses Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Persalinan Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Proses Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Persalinan Suyati 1, Ninik Azizah 2, Siti Robiatul Adawiyah 3 Prodi D-III Kebidanan FIK UNIPDU suyatinanang@ymail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr. HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr. MOEWARDI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana

Lebih terperinci

GAMBARAN STRES DAN STRATEGI KOPING IBU BEKERJA YANG MEMILIKI ANAK DIASUH ASISTEN RUMAH TANGGA. Abstrak.

GAMBARAN STRES DAN STRATEGI KOPING IBU BEKERJA YANG MEMILIKI ANAK DIASUH ASISTEN RUMAH TANGGA.   Abstrak. GAMBARAN STRES DAN STRATEGI KOPING IBU BEKERJA YANG MEMILIKI ANAK DIASUH ASISTEN RUMAH TANGGA Rachel Satyawati Yusuf 1, Novy Helena Catharina Daulima 2 1. Program Studi Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan,

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan bahwa variabel

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan bahwa variabel BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan tentang variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian, yaitu hubungan dukungan spiritualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi seperti ini, bekerja bukan hanya menjadi kemauan tetapi menjadi sebuah tuntutan. Bekerja hakekatnya merupakan bagian dari hidup manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat dituntut untuk memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Mahwidhi, 2010). Para perawat tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif corelasi yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Disain dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian korelasilasional bentuk bivariate, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian correlative (hubungan/ asosiasi)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian correlative (hubungan/ asosiasi) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian correlative (hubungan/ asosiasi) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasi ini mengkaji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci