Menurut definisi kamus Webster s Third New International Dicitionary Of The English Language yang disebut dengan metode pada umunya adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Menurut definisi kamus Webster s Third New International Dicitionary Of The English Language yang disebut dengan metode pada umunya adalah"

Transkripsi

1 METODELOGI DAN HISTORIOGRAFI SEJARAH (MISKAWI) Bab 1 Metode dan Metodelogi Sejarah Metode dan metodelogi mempunyai tugas yang sama tetapi mempunyai kegiatan yang berbeda terutama dalam ilmu sejarah. Agar tidak tumpang tindih dalam mengartikan keduanya maka dibawah ini akan diberikan gambaran secara ringkas mengenai metode, metodelogi, hubungan metode dan metodelogi, prosedur metode sejarah dan prosedur penelitian sejarah Pengertian Metode Menurut definisi kamus Webster s Third New International Dicitionary Of The English Language yang disebut dengan metode pada umunya adalah 1. suatu prosedur atau proses untuk mendapatkan sesuatu objek; 2. suatu disiplin atau sistem yang acapkali dianggap sebagai suatu cabang logika yang berhubungan dengan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk penyidikan kedalam suatu eksposisi dari beberapa subjek;; 1 / 90

2 3. suatu prosedur, teknik, atau cara melakukan penyelidikan sistematis yang dipakai oleh atau yang sesuai untuk suatu ilmu (sains), seni, atau disiplin tertentu : metodelogi; 4. suatu rencana sistematis yang diikuti dalam menyajikan materi untuk pengajaran; 5. suatu cara memandang, mengorganisasi dan memberikan bentuk dan arti khusus pada materi-materi artistik 1): suatu cara, teknik, atau proses dari atau untuk melakukan sesuatu 2): suatu keseluruhan keterampilan-keterampilan ( a body of skills) atau teknik-tehnik (1966:1422:1423). Kemudian menurut kamus The Lexicon Webster s Dictionary of The Inglish language. Metode adalah suatu cara untuk berbuat sesuatu:suatu prosedur untuk mengerjakan sesuatu;keteraturan dalam berbuat dan berencana,... (1989:628). Jadi yang dimaksud dengan metode adalah suatu prosedur yang sifatnya teratur dalam melakukan penelitian agar mendapatkan objek yang akan menjadi penelitiaanya. Pengertian Metodelogi Dalam hal ini metode dan metodelogi erat hubungannya seperti yang akan digambarkan oleh webster s. Metodelogi yang dimaksud adalah: 1. suatu keseluruan (body) metode metode prossedur prossedur,konsep-konsep kerja,aturan-aturan,dan postult postulat yang di gunakan oleh ilmu pengetahuan,seni,atau disiplin... b: proses, tehnik tehnik, atau pendekatan pendekatan yang di pakai dalam pemecahan suatu masalah atau didalam mengerjakan sesuatu;suatu atau seperangkat prosedur prosedur...c: dasar teoritis dari suatu doktrin filsafat :premis premis,2 postulat postulat, dan konsep-konsep dasar dari suatu filsafat... ;2suatu ilmu atau kajian tentang metode...menganalisis prinsip prinsip atau prosedur prosedur yang harus menuntun penyelidikan dalam suatu bidang (kajian) tertentu(wabster s 1966:1423). Kamus the new lexicon memberikan devinisi umum tentang metodelogi yang lebih singkat : suatu cabang filsafat yang berhubungan dengan ilmu tentang metode tentang atau prosedur; suatu sistem tentang metode- metode dan aturan-aturan yang digunakan dalam sains (science) (the new lexicon, 1989:628). 2 / 90

3 Metode dan Metodelogi (Sejarah) Serta Hubungannya Merujuk pengertian diatas sudah nampak jelas pengertian dari metode dan metodelogi. Apabila di garis bawahi setiap pengertian keduanya ternyata mempunyai tugas yang sama, ringkasnya untuk mendapatkan objek yang sedang diteliti oleh seorang peneliti itu sendiri. Hal ini juga ditambahkan oleh Sjamsuddin bahwa metode ada hubungannnya dengan suatu prosedur, proses atau teknik yang sistematis untuk mendapatkan objek yang diteliti (2007: 12-13). Selain mempunyai tugas yang sama antara metode dan metodelogi mempunyai kegiatan yang berbeda. Ini salah satu contoh yang cukup mudah dicerna seperti yang dijelaskan oleh Helius Syamsudin masalah tukang tembok dan Insinyur. Seorang tukang tembok yang jelas mengetahui bagaimana mengetahui dan menguasai (metode) membangun rumah dengan melakukan sendiri penyusunan bata demi bata, pencampuran semen untuk beton dan plester tembok tampa harus mengetahui segala macam teori dan perhitungan yang cukup rumit. Tetapi seorang Insinyur membangun rumah harus menguasai metodelogi (ada metode juga) dalam membangun sebuah gedung. ia merencanakan semua dari awal sampai dengan desainnya, kekuatan bangunannya, keamanan dan kenyamannnnya sampai pada hubungan gedung dengan lingkungan sekitarnya (2007:16). Lebih jelasnya oleh Sartono Kartodhirjo menambahkan diantara keduanya. Pertama: metode sebagai bagaimana orang memperoleh pengetahuan (how to know) dan ke dua: metodelogi sebagai mengetahui bagaimana harus mengetahui ( to know how to know) (Kartodirjo,1992:IX). Jika gambaran diatas dikaitkan dengan metode dan metodelogi ilmu sejarah, maka yang dimaksud dengan metode sejarah tidak lain adalah bagaimana mengetahui sejarah sedangkan metodelogi ialah mengetahui bagaimana mengetahui sejarah. Secara definisi metode sejarah adalah seperangkat prinsip dan aturan yang sistematis, didesain untuk memberikan bantuan dalam upaya mengumpulkan sumber bagi sejarah, menilai secara kritis dan menyajikan siatu sintesis yang biasanya dalam bentuk tertulis dari hasil yang didapatkan. Langkah-langkah dalam metode sejarah ada 4 tahapan, yaitu: 3 / 90

4 1. heuristik merupakan proses mencari sumber dan menemukan sumber sejarah. Bisa juga dapat diartikan kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau; 2. kritik merupakan menyelidiki atau menilai secara kritis terhadap sumber-sumber sejarah baik itu bentuknya maupun isinya; 3. interpretasi merupakan proses menetapkan makna bagi keseluruhan cerita masa lampau yang direkonstruksi dan saling berhubungan (rangkaian fakta-fakta yang disusun sedemikian rupa hingga memiliki hubungan); 4. historiografi merupakanmenyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah. Bisa pula dikatakan penulisan atau penyajian cerita sejarah. Tetapi seorang sejarawan juga diharuskan untuk menegetahui pengetahuan metodologis (tentu saja termasuk metode). Seperti yang telah dijelaskan diatas pada intinya sejarawan itu bagaimana nantinya mampu menggunakan ilmu metode sejarah (4 langkah). Pada tempat yang sebenarnya. Seorang sejarawan harus bisa mengetahui prosedur dari setiap metode sejarah. Misalnya heuristik, tidak lain bagaimana cara mengumpulkan sumber sejarah yang sesuai dengan pokok kajiannya, sebab sumber sejarah banyak sekali salah satunya Arsip. Kalau mengenai sumber arsip secara otomatis didalamnya banyak berbagai macan informasi tentunya masalah yang cukup beragam. Jadi dalam pengumpulan sumber juga harus sesuai dengan topik kalau tidak maka hasilnya tidak akan terarah pada tujuannya. Kalau misalnya dalam pengumpulan sumber sejarah yang mengunakan metode wawancara tentunya juga harus mengetahui prosedurnya pula misalnya langkah-langkah apa yang perlu dipersiapkan sebelum wawancara, pertanyaan apa saja yang akan ditanyakan, siapa sajakah, apakah jawabannya sesuai yang diharapkan oleh si peneliti. lebih pentingnya lagi bagaimana sejarawan itu melakukan kritik sumber yang tentunya setiap sumber sejarah dalam bentuk-bentuk terpisah bahkan juga bisa dikatakan dalam keadaan benda mati, bagaimana sejarawan bisa menghidupkan sumber-sumber sejarah/memberikan makna. Selain didukung sejarawan menguasai metode dan metodelogi sejarah, sejarawan juga dituntut untuk menguasai yang namanya teori dan filsafat. Sejarawan selalu dibenturkan dengan teori-teori jika ingin menulis peristiwa sejarah agar nantinya bisa membantu dalam menganalisisnya. Misalnya mengkaji tentang kelas-kelas sosial tentunya menggunakan teorinya karl Marx. Mengkaji tentang perkembangan perekonomian tentunya juga menggunakan beberapa teori ekonomi sedangkan filsafat agar nantinya tulisan tersebut diperoleh dari proses analisis kritis sehingga mampu dipertahankannya. Jadi seorang sejarawan yang profesional harus mampu menguasai semuanya. 4 / 90

5 5 / 90

6 Bab 2 Metode Sejarah Dalam Penelitian Sejarah 6 / 90

7 2.1 Penggunaan Metode Sejarah Dalam Penelitian Sejarah (serta langkah-langkah penelitiannya) Penggunaan metode sejarah sebenaranya bentuk dari aplikasi dari metode sejarah sendiri dalam artian bukan hanya mengetahui tetapi mengetahui bagaimana harus mengetahui, lebih umum dalam penelitian sejarah bisa dikatakan dengan metodelogi sejarah. Biasanya setiap tugas akhir Mahasiswa (Skripsi, Tesis dan Disertasi) pasti tidak lepas dari pengkajian metodelogi penelitian. Sebenarnya metodelogi penelitian sebagai pengantar kesiapan peneliti yang sudah direncanakan (di desain sedemikian rupa) sesuai dengan aturan agar selama penelitian tidak ada kendala. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris research. Dari itu ada juga ahli yang menterjemahkan research sebagai riset. Akan tetapi, dalam buku ini tidak perlu dijelaskan pengertian penelitian dari beberapa ahli karena pada intinya mempunyai makna yang sama yaitu pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian itu dilakukan terhadap masalah-masalah yang telah dipecahkan. Dalam penelitian sejarah pada intinya sama secara prosedur dengan penelitian ilmu yang lain. Perbedaannya metode yang digunakan, dalam metode sejarah ada 4 langkah, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Akan tetapi pada kesempatan kali ini lebih difokuskan pada penggunaan metode sejarah sebagai bahan dari penelitian sejarah. Tetapi sebelum memberikan gambaran mengenai metode dalam bentuk penerapannya, pertama-tama kaitannya dalam penelitian maka hal yang penting sekali bagaimana membuat perencanaan penelitian selanjutnya penggunaan dari metode sejarah itu sendiri. 2.2 Teknik Penelitian Sejarah 7 / 90

8 Kerangka (Desain) Penelitian Sejarah 8 / 90

9 9 / 90

10 Langkah 1 : A. memilih masalah Penelitian akan berjalan sebaik-baiknya jika peneliti menghayati masalah. Permasalahan dalam penelitian sering pula disebut dengan istliah problema atau problematik. Selain berpedoman pada garis besar permasalahan diatas, peneliti tentu akan lebih senang menggarap masalah yang dihayati daripada yang tidak dan tidak harus mengikuti perintah atau juga pengaruh oleh orang lain (dosen pembimbing atau orang yang memberikan judul). Memang untuk bekerja baik untuk permasalahanya harus menarik perhatian peneliti. Dengan pilihan sendiri tentunya akan bisa menemukan ide-ide sendiri dan mampu mengungkapkan apa yang akan menjadi harapannya. Tapi bagaimanapun seorang peneliti tetap membutuhkan bantuan orang lain demi lancarnya penelitian tersebut dalam artian disini peneliti lebih banyak konsultasi dan diskusi dengan orang yang sudah berpengalaman apalagi orang yang sudah pernah mengadakan penelitian yang sama. Di samping menarik peneliti harus memikirkan masalah-masalah lain. Menarik saja belum cukup menjamin terlaksananya penelitian. Ada kalanya peneliti sangat ingin mencari jawaban atas sesuatu masalah tetapi faktor-faktor lain tidak memungkinkan pelaksananya. Ibarat pungg uk rindukan bulan, Rasa rindu akan tetapi kondisi tidak mendukung Secara singkat dapat dikemukakan disini bahwa faktor-faktor kondisi tersebut ada yang bersumber dari diri peneliti maupun dari luar. Apabila dicirikan ada empat hal yang harus dipenuhi bagi terpilihnya masalah atau judul penelitian, yaitu harus ada minat peneliti, harus dapat dilaksanakan, harus tersedia faktor pendukung dan harus bermanfaat. Dua hal yang pertama bersumber dari peneliti( faktor intern) dan dua terakhir bersumber dari luar peneliti( faktor ekstern) 1. penelitian harus sesuci dengan minat peneliti meneliti bukanya pekerjaan mudah. Kegiatan ini harus betul-betul diniati. Apabila permasalahan atau judulnya tidak sesuai dengan minat, maka peneliti tidak akan bergairah untuk melaksankanya. Jika tidak, dapat diduga hasilnya tidak akan baik, bahkan boleh terjasdi 10 / 90

11 terhenti oelh karenanya, sebalikya apabial peneliti memang berminat, akian melakunkanya dengan tekun dan tidak mudah putus asa apabila menjumpai kesulitan. Faktor minat ini kelihatanya tidak normal dan bersifat sangat subjektif. Namun demikian faktor ini berkaitan erat dengan hal yang bersifat formal. Yaitu keahlian. Bagi peneliti yang bukan mahasiswa atau peneliti pemula, selain minat secara etis dipersyaratkan bahwa masalah yang diteliti harus sesuai dengan bidang keahlianya. Disamping hasilnya akan lebih baik, manfaat lain adalah pertanggung jawaban ilmiah. 2. Penelitian Dapat Dilaksanakan ada empat hal sebagai pertimbangan penelitian dapat dilaksanakan atau tidak, ditinjau dari diri peneliti, yaitu berikut ini: a) peneliti mempunyai kemampuan untuk meneliti masalah itu, artinya mempunyai teori yang melatarbelakangi masalah dan menguasai metode untuk memecahkanya. b) Peneliti mempunyai waktu yang cukup sehingga tidak melakukanya asal selesai. c) Peneliti mempunyai tenaga untuk melaksnakan. Dalam arti sangat kuat fisiknya untuk merencanakan, menyusun alat pengumpul data, dan meyusun laporanya. d) Peneliti mempunyai data secukupnya untuk biaya transfortasi, alat tulis menulis, biaya foto copi, dan lain lain. 3. tersedia faktor pendukung 11 / 90

12 Yang dimaksud dengan faktor pendukung yang bersumber dari luar peneliti antara lain sebagi berikut. a) Tersedia data sehingga pertanyaan penelitian dapat dijawab. Sebagai misal peneliti lain mengetahui bagaimanakah rasanya hidup didalam tanah, sedangkan untuk mencobanya seolah-olah tidak mungkin. b) Ada izin dari yang berwenang. Banyak hal yang menarik untuk diteliti tetapi peneliti dibatasi oleh perturan-peraturan, mungkin menyangkut masalah politik. 4. Hasil Penelitian Bermanfaat Menurut penulis, syarat keempat ini adalah yang terpenting. Meneliti adalah pekerjaan yang tidak mudah, yang membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya. Untuk apa kegiatan tersebut dilakukan jika tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Kita meneliti bukan karena agar lebih mahir meneliti, tetapi karena ingin menyumbangkan hasilnya untuk kemajuan ilmu penfetahuan, meningkatkan efektivitas kerja atau mengembangkan sesuatu. Oleh karena itu setiap peneliti, baik mahasiswa penuyusun skripsi ataupun peneliti lain sudah harus dengan jawaban andai kata oranga mengajukan pertanyaan, Apakah manfaat penelitian anda? B. judul penelitian Setelah dengan berbagai pertimbangan peneliti, maka dapat dijadikan dasar dalam merumuskan judul penelitian. Hal yang sering terjadi dikalangan mahasiswa yang sedang melaksanakan program skripsi, biasanya yang cari terlebih dahulu adalah membuat judul, sehingga apabila ditanyakan oleh dosenya alasan apa anda membuat judul seperti ini ini yang biasanya menjadi kendala bagi sekian mahasiswa yang sedang memprogram skripsi pasti menjawab (tidak tau...!dan kadang melihatnya dari judulnya sudah tumbuh perasaan suka 12 / 90

13 tapi tidak tau jalan keluarnya. Jadi dengan pertimbangan inilah, setiap mahasiswa dalam membuat penelitian khususnya skripsi yang harus dipikirkan adalah memilih masalah penelitian baru setelah itu mengkrucut pada judul penelitian. Atas gambaran seperti inilah mahasiswa akan lebih muda menuangkan apa yang ada dalam pikirannya. Sehingga yang dibutuhkan lebih lanjut hanya penataan per paragrap saja agar mudah dipahami baik peneliti dan pembacanya. Selain memilih masalah, judul penelitian juga perlu dirumuskan agar jelas memberikan gambarannya. 1) Sifat dan jenis penelitian; 2) Objek yang diteliti; 3) Subjek penelitian; 4) Lokasi/daerah penelitian; dan 5) Tahun(waktu ) terjadinya peristiwa. Langkah 2. Bab Pendahuluan 13 / 90

14 Setelah peneliti memilih masalah, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan studi pendahuluan dengan berbagai pertimbangan seperti yang telah dijelaskan diatas. Dalam bab pendahuluan ini sebenarnya pengungkapan apa yang menjadi pemilihan masalah si peneliti tentunya bicara masalah (memperjelas masalah) yang menarik, lebih lebih masalah baru yang belum pernah terungkap (dikaji). Dalam membuat pendahuluan, Tentunya juga didukung dengan banyak membaca literature baik teori maupun penemuan. Maka dengan adanya teori yang peneliti pakai, nantinya dapat memiliki pegangan atau jalan yang mendukung penelitian. Langkah 3: ruang lingkup, Rumusan Masalah,Tujuan dan manfaat Berbicara ruanglingkup dalam penelitian sejarah sebenarnya tidak lain tujuannnya agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari fokus permasalahan yang akan dibahas nantinya, maka perlu sekali peneliti membatasi ruang lingkup waktu (temporal), tempat (spacial) dan materi. Maka dengan cara seperti inilah seorang peneliti tidak akan kesulitan lagi dalam menjalankan pada Bab pertama. Dalam membuat rumusan masalah, Secara garis besar peneliti mempermasalahkan fenomena atau gejala atas tiga jenis: 1) Problema untuk mengetahui status (keberadaan sesuatu) dan mendeskripsikan fenomena sehubungan dengan jenis permasalahan ini terjadilah penelitian deskriptif ( termasuk dalam survei), penelitian historis dan filosofis. 2) Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (problema komparasi). Dalam hal ini peneliti berusaha mencari permasalahan dan perbedaan fenomena, selanjutnya mencari arti dan manfaat dari adanya persamaan dan perbedaan yang ada. 14 / 90

15 3) Problema untuk mencari hubungan antar dua fenomena (problema korelasi) Bicara masalah manfaat dan tujuan seperti yang sudah digambarkan diatas. Langkah 4. kajian pustaka Sebenarnya kajian pustaka ini sangat erat kaitanya dengan sumber yang peneliti gunakan sebagai bahan rujukan. Biasanya dalam tinjauan pustaka ini mengemukakan kajian penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang menjadi pembahasannya. Bentuk sumber ini baik yang diterbitkan dalam bentuk buku maupun tidak diterbitkan, misalnya berupa laporan skripsi dan penelitian. Langkah 5. Metode Penelitian (sejarah) Ilmu sejarah memiliki keunikan tersendiri dalam metodenya. Dalam metode sejarah ada 4 langkah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Pada pembahasan ini yang dijelaskan tidak lagi sebatas pengertian dari ke empat metode sejarah, tetapi tidak lain sebagai penerapan dari keempat metode sejarah. 1. Heuristik Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa heuristik merupakan proses mencari sumber dan menemukan sumber sejarah. Bisa juga dapat diartikan kegiatan menghimpun jejak-jejak 15 / 90

16 masa lampau. Heuristik ini dalam penelitian sejarah merupakan langkah pertama yang harus ditempuh oleh seorang sejarawan, karena dalam menyusun cerita sejarah tentunya yang harus dilakukan pertama adalah mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Berbicara masalah sumber sejarah seperti yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, bahwa mengumpulkan sumber sejarah tidak mudah apalagi sumber sejarah itu banyak macamnya dan terpisah-pisah jadi tergantung bagaimana si peneliti bisa mengumpulkannya dan merangkainya dari sekian sumber. Agar tidak mengalami kesulitan, maka usaha yang dilakukan adalah mengklasifikasi sumber-sumber sejarah itu sendiri (penggolongan sumber sejarah). Berbagai ahli metodelogi telah mencoba memberikan gambaran tentang klasifikasi sumber. Klasifikasi sumber yang sederhana dibedakan menjadi tiga bagian dintaranya:1). sumber benda berupa bangunan, perkakas/artefak, senjata, dll. 2). Sumber tertulis berupa prasasti, dokumen, dll, dan 3). Sumber lisan (1970:18). Klasifikasi yang paling sederhana yang yang merupakan adaptasi John Martin Vincent oleh Jacques Barzun dan Henry F. Graff, antara lain: Peninggalan-peninggalan (relics, remains) (pelantar fakta yang tidak direncanakan) a. Peninggalan-peninggalan manusia, surat, sastra, dokumen umum, catatan bisnis dan sejumlah inskripsi tertentu; b. Bahasa, adat-istiadat, dan lembaga-lembaga c. Alat-alat dan artefak lainnya. 16 / 90

17 Catatan-catatan (Records) (pelantar yang direncanakan) tertulis a. Kronik, annal, biografi, genealogi; b. Memoir, catatan harian; c. Sejumlah inskripsi tertentu. Lisan a. Balada, anekdot, cerita, saga b. Fonograf dan tape recording 17 / 90

18 Karya seni a. Potret, lukisan-lukisan sejarah, patung, mata uang dan medali; b. Sejumlah film tertentu, kineskop, dll (1970:148) Sedangkan menurut IG Widya sebenarnya klasifikasi sumber hampir sama yang dijelaskan sebelumnya yaitu: 1) jejak yang ditinggalkan tidak dengan sengaja oleh manusia dalam kegiatan sehari-hari. 2)jejak yang ditinggalkan dengan sengaja memang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bagi generasi berikutnya mengenai tindakan orang-orang yang meninggalkanya.(1988:20). Selain itu juga, peneliti untuk mendapatkan sumber sejarah bisa diperoleh di Perpustakaan, Museum dan Arsip. Setelah data terkumpul sesuai dengan kajiannya, maka tugas peneliti sejarah selanjutnya adalah kritik sumber. 2. Kritik Sumber Setelah sejarawan berhasil mengumpulkan sumber-sumber sejarah dalam penelitiannya, ia tidak akan menerima begitu saja sumber-sumber yang telah didapatkan sebelumnya. Sehingga yang dilakukan peneliti sejarah seharusnya menyaring secara kritis dengan tujuan terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Maka langkah inilah yang disebut dengan kritik sumber. Tujuan dari kritik sumber agar hasilnya nanti dapat dipertanggungjawabkan. Sebab dalam 18 / 90

19 usaha mencari kebenaran seorang peneliti selalu dihadapkan pada benar, tidak benar dan lebih-lebih meragukan. Maka dari sinilah seorang peneliti harus menggerakkan pikirannya dan mampu menggabungkan antara pengetahuan, menggunakan akal sehat, sikap ragu, percaya begitu saja dan melakukan tebakan inteligen (Jacques barzun & Henry F. Graff, 1970). Dalam proses kritik sumber masih dibagi menjadi dua lagi yang mempunyai tugas yang berbeda yaitu kritik ekstern dan kritik intern. 2.1 Kritik Ekstern Kritik ekstern juga bisa dikatakan pula sebagai kritik eksternal. Kritik eksternal yang dimaksud disini ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Syarat setiap sumber harus dinyatakan dahulu otentik dan integral. Sehingga dalam proses ini perlu sekali pemeriksaan yang ketat terhadap sumber yang didapatkan. Setiap sumber yang didapakan, peneliti juga harus mengerti atau diketahui sebagai orang yang dipercaya. Kesaksian (testimoni) itu sendiri harus dapat dipahami dengan jelas. Pemeriksaan yang ketat ini mempunyai alasan yang kuat sehubungan dengan beberapa sumber telah dibuktikan palsu; dalam penelitiaan( Investigasi) yang dilakukan telah ditemukan bahwa sumber-sumber itu telah dipalsu atau dibuat-dibuat ( fabricated ). Beberapa sumber lain, meskipun asli, ternyata dengan berbagai alasan telah memberikan kesaksian-kesaksian yang tidak dapat diandalkan ( unreliable ) ( Lucey,1984: 46; CF. Gee, 1950: ). Jadi lebih lengkapnya, yang dimaksud dengan kritik eksternal adalah suatu penelitian atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peningalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. Kritik eksternal harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa: Ø Kesaksian itu benar-benar diberiakan oleh orang ini atau pada waktu ini( authenticity). 19 / 90

20 Ø Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan(uncorupted), tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau penghilangan-penghilangan yang substansial (integrity). Sebelum sumber-sumber sejarah dapat digunakan dengan aman, paling tidak ada sejumlah pertanyaan harus dijawab dengan memuaskan. Sugianto dalam diktatnya bahwa kritik ekstern bertujuan untuk menjawab tiga pertanyaan pokok antara lain: v Adakah sumber itu memang sumber yang kita kehendaki? Pada bagian ini sejarawan atau peneliti sejarah ingin mengetahui atau berusaha menyakinkan diri: apakah sumber itu asli atau palsu ( otentik atau tidaknya/sejati tidaknya). v Adakah sumber itu sesuai aslinya atau tiruanya? Pada bagian ini merupakn analisis sumber, terutama mengyangkut sumber kuno dimana satu-satunya cara untuk memperbanyak atau mengabadikan naskah adalah dengan menyalin. Dalam menyalin inilah ada kemungkinan terjadi perubahan dari dokumen aslinya. Ini merupakan cara khusus yang disebut kritik sumber. v Adakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah? Dalam hal menyangkut masalah uth tidaknya sumber, artinya dalam suatu salinan misalnya apakah turunan itu dalam keadaan utuh atau telah berubah-ubah. Jadi disini terutama diusahakan untuk mengetahui bagaimana isinya yang asli dari dukumen itu. Cara pengujian seperti ini disebut kritik teks. (1996:34-35) Selain tiga pertanyaan diatas, Lucey menambahkan menjadi lima pertanyaan yaitu: Ø Siapa yang mengatakan itu? 20 / 90

21 Ø Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah? Ø Apa sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksianya itu? Ø Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi-mata (witness) yang kompeten- apakah iya mengetahui fakta itu? Ø Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya (truth) dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu? (1984:46) Adalah fungsi dari kritik eksternal memeriksa sumber sejarah atas dasar dua butir pertama dan menegakkan sedapat mungkin otentisitas dan integritas dari sumber itu. Otentisitas yang dimaksud disini selalu mengarah pada istilah asli dan autentik. Tetapi antara keduanya selalu sama. Sumber asli disini artinya sumber yang tidak palsu, sedangkan sumber yang autentik ialah sumber yang melaporkan dengan benar mengenai suatu subyek yang tampaknya benar. Biasanya kita banyak menemukan sebuah tulisan yang sudah dikatakan asli tetapi tidak autentik dan sebaliknya. Coba pahami contoh berikut ini teks ketikan proklamasi yang ditanda tangani oleh Soekarno Hatta dan dibacakan pada tanggal 17 Agustus contoh ini akhirnya ditulis kembali oleh seorang pemalsu dan disajikan sebagai asli. jadi tulisan tersebut dikatakan autentik tapi tidak asli. Seperti yang telah dijelaskan oleh Lucey, mengidentifikasi penulis merupakan langkah pertama dalam menegakkan otentisitas. Sehingga sebagai peneliti harus dapat mengidentifikasi yang menulisnya. Akan tetapi, peneliti juga akan menjumpai banyak buku yang anonim (tidak menggunakan nama penulis atau pengarang) bukan berarti tidak autentik. Kenyatannnya banyak dokumen-dokumen pertama kali muncul tidak menggunakan nama pengarang dan 21 / 90

22 kadangkala nama samaran. Contoh Ir. Soekarno memberikan keritikan pada pemerintahan Kolonial Belanda banyak menggunakan nama samaran Bima. Suatu sumber sejarah sangatlah diperlukan informasi yang sangatlah lengkap baik yang berupa tanggal, tempat (sama denga resensi buku). Sehingga yang diharapkan nantinya dalan kritik eksternal adalah otentisitas lengkap. Semakin banyak diketahui tentang asal usul dari catatan maka semakin mudah untuk menegakkan kredibilitas ( keandalan). Sedangkan yang selanjutnya peneliti bukan hanya berhenti pada otentisitasnya tetapi integritas dari sumber yang didapatkan juga harus di seleksi. Yang diseleksi disini tidak lain kondisi sempurna dari teks, masih murni. Dalam artian dalam teks tersebut tidak ada pengurangan dalam teks aslinya. 2.2 Kritik Intern Kritik intern, ini mulai dilaksanakan sesudah kritik ekstern selesai menentukan bahwa dokumen yang kita hadapi memang dokumen yang kita cari( dibutuhkan ). Kritik intern bisa dilanjutkan jika dalam kritik sumber eksternnya lolos, tetapi sebaliknya jika ktritik ekstern tidak lolos maka kritik selanjutnya (kritik intern) dikatakan gugur. Kritik intern lebih ditekankan kepada aspek dalam yaitu isi dari sumber (kesaksian) setelah fakta kesaksian ditegakkan, maka giliran peneliti menegakkan kesaksian. kritik intern harus mampu membuktikan bahwa kesaksian yang diberikan oleh sesuatu sumber itu memang dapat dipercaya atau tidak. Menurut Sugianto (1996) untuk itu perlu diusahakan: pertama, yakni penilaian intrensik dimulai dengan menentukan sifat dari sumber-sumber itu ini hakekatnya menyankut sorotan terhadap possisi dari pembuat kesaksian tersebut. Hal ini antara lain bisa dicapai dengan mempertanyakan apakah pembuat kesaksian mampu memberikan kesaksian yang menyangkut, misalnya kehadiranya pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa, dan juga menyangkut derajat keahlian/pengetahuanya dalam hubungan peristiwa tersebut. yang penting juga bahwa ini menyangkut pertanyaan apakah pembuat 22 / 90

23 kesaksian mau memberi kesaksian yang benar. Kita harus mengetahui apakah ia punya alasan untuk menutup-nutupi suatu peristiwa atau melebih-lebihkannya. Proses yang kedua, dalam kritik intern adalah ialah usaha untuk membanding-bandingkan kesaksian berbagai sumber dengan menjejerkan kesaksian dari saksi-saksi yang tidak saling berhubungan satu sama lainya; jadi mirip denngan yang dilakukan dalam prose peradilan dalam usaha menguji keterangan saksi-saksi (dalam IG. Widya,1988:22). Dengan pemeriksaan silang terhadap sumber-sumber seperti ini diharapkan pengujian terhadap sumber-sumber utama bagi penyusunan kriteria sejarah menjadi semakin sempurna. Untuk melaksanakan tugas inilah sering diperlukan bantuan dari berbagi disiplian ilmu lainya, baik yang langsung berkaitan dengan sejarah, maupun tidak langsung. Disiplin-disiplin ilmu yang membantu kerja sejarawan ini disebut ilmu bantu sejarah. Hal ini terutama berkaitan dengan berkembangnya pendekatan multidimensional dalam metode sejarah dan berkembangya studi-studi sejarah sosial.(ibid) 2.3.Interpretasi Seperti yang telah diuraikan diatas, dengan melalui kritik sejarah, maka sumber atau jejak sejarah yang telah terhimpun sebagai informasi, untuk mewujudkan sebagai fakta sejarah, kita tarik kesimpulan dari jejak atau sumber sejarah yang telah diuji kebenaranya dengan kritik sejarah. Perlu diingat bahwa fakta sejarah tidak sama dengan data sejarah atau jejak sejarah sebagi peristiwa. Yang dimaksud dengan fakta sejarah adalah inti sari dari sum,ber-sumber sejarah. Fakta itu disimpulkan dari sumber-sumber sejarah (Mohammad Ali,1963:18). Fakta sejarah bukanlah fakta sejarah jika tidak dapat dibuktikan kebenaranya denagn bukti bukti yang cukup. Fakta itu belum merupakan sejarah dalam yang sebenarnya, sebab fakta itu hanya merupakan bahan mentah yang harus dimasak lebih dahulu. Fakta hanya sebagai rangka belakan yang harus diberi daging dan jiwa agar menjadi sejarah (ibid: 20). Berbagai fakta yang lepas satu sama lain itu harus dirangkaikan dan kita hubung-hubungkan hingga menjadi kesatuan yang harmonis dan logis. Peristwa-peristiwa yang satu harus dimasukkan didalam keseluruhan konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkunginya. Proses 23 / 90

24 menafsirkan fakta-fakta sejarah serta proses penyusunannya menjadi suatu kisah sejarah yang integral menyangkut seleksi sejarah. Tidak semua fakta dimasukkan dan dipilih mana yang relevan dan juga mana yang tidak relevan (Sugianto,1996:36-37). Rangkaian fakta-fakta itu harus menunjukkan diri sebagai suatu rangkaian dalam bermakna dari kehidupan masa lampau masyarakat atau bangsa. Usaha untuk mewujudkan rangkaian yang bermakna inilah sejarawan harus melakukan interpretasi terhadap fakta. Dalam kegiatan inilah sejarawan tidak bisa menhindarkan diri dari sudut pandang (subyektivitas), karena untuk menentukan fakta mana yang dianggap bersesuaian dari bermakna, biasanya berlandaskan pada kecendrungan pribadi, pada kelompoknya, pda teori-teori penafsiran dan pada pangdangan hidup bangsa. (ibid) Disinilah sejarawan melakukan subyektifitas yang dituntut objektiv, sejarawan tidak boleh menipu dirinya sendiri dan pembacanya. Oleh kartena itu harus benar. 2.4 Historiografi langkah yang keempat ini adalah merupakan puncak kegiatan penelitian sejarah. Kita telah memilih subyek yang diminati dalam penelitian sejarah kemudian mencari sumber-sumber dan menafsirkan informasi yang terkandung didalamnya. Ini sampailah untuk menyusun hasil interpretasi fakta-fakta sejarah ditulis menjadi sebuah kisah yang selaras dan dapat dipertanggung jawabkan. Disini diperlukan kemahiran mengarang oleh seorang sejarawan. Ada cara-cara tertentu yang perlu sekali diperhatikan oleh sejarawan dalam menyusun ceritera. Dengan kata lain, penulisan atau penyusunan ceritera sejarah memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu untuk menjaga standart mutu dari ceritera tersebut. Seperti misalnya prinsip serialisasi(cara-cara membuat urutan-urutan peristiwa), yang mana memerlukan prinsip-prinsip seperti kronologi (ur utan-urutan wakutnya), prinsip kausasi (hubungan dengan sebab akibat) dan bahkan juga kemampuan imajinasi: kemampuan untuk menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian yang masuk akal dengan bantuan pemgalaman, jadi membuat semacam analogi antara peristiwa diwaktu yang lampau dengan yang telah kita 24 / 90

25 saksikan dengan mata kepala sendiri diwaktu sekarang, terutama bagi peristiwa-peristiwa yang sulit dicarikan dasar kronologi dan kausasih dalam perhubungannya (G.J. renier,dalam karya IG widya. Ibid: 24-25). Dengan demikian seorang sejarahwan harus memiliki kemampuan yang baik yang mampu manyajikan fakta-fakta yang kering dalam bentuk ceritela dengan keseluruhan nilai emosional dan intelektualnya, sesuai dengan profesi kesarjanaanya atau keahliannya. Dibawah ini akan di tampilkan contoh hasil laporan /skripsi yang nantinya dapat dijadikan gambaran untuk pembuatan laporan. Skripsi oleh saudari Sri Suci Dewi Wulandari, S.Pd denga judul penelitian Dinamika Masyarakat Petani Garam Di Desa Bunder Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Pada Tahun BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Garam dalam perkembangannya tidak hanya menjadi kebutuhan lokal petani garam, tetapi sudah menjadi salah satu kebutuhan interlokal karena garam merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan sumber elektrolit bagi tubuh manusia kerena mengandung kalium iodat. Jumlah yang harus dikonsumsi perhari untuk setiap orang kurang lebih sembilan gram. Untuk negara berkembang seperti Indonesia, selain untuk memenuhi nutrisi dalam tubuh, mengkonsumsi garam juga bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan yodium. Garam beryodium adalah garam konsumsi yang mengandung komponen utama Natrium Chlorida (NaCl) minimal 94, 7%, air maksimal 5% dan kalium iodat (KIo3) sebanyak ppm (mg/kg), seta senyawa-senyawa lainnya. Penyebaran garam beryodium pada masyarakat saat ini, merupakan upaya pemerintah yang paling efektif dalam rangka penanggulangan masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). (Depertemen Kelautan dan Perikanan 2002). 25 / 90

26 Indonesia merupakan negara meritim dengan luas seluruh wilayah juta km². terdiri dari luas daratan 1,9 juta km², laut teritorial 0,3 juta km² sedangkan perairan kepulauan seluas 2,8 juta km². Jadi seluruh laut di Indonesia berjumlah 3,1 juta km² (Nontji, 1986:4). Air laut sendiri banyak mengandung zat-zat yang terlarut di dalamnya yaitu sumber dari beberapa zat kimia penting seperti NaCl, hidrokarbon, dan zat-zat kimia yang lainnya. Salah satu daerah yang terdapat bahan-bahan mineral utama yang terdapat di sekitar perairan Indonesia adalah di Madura (Hutabarat dan Evans, 1986:8-9). Madura sebagian besar penduduknya memanfaatkan aliran pantai sebagai produksi garam, hal ini terlihat banyaknya luas areal tanah yang dimanfaatkan untuk memproduksi garam yaitu Ha. Dari luas tanah yang digunakan untuk memproduksi garam, tidak salah kalau Madura dikenal dengan sebutan pulau garam. Pentingnya garam di berbagai sektor, menyebabkan garam sebagai komuditas harus diawasi proses produksi dan pemasarannya. Untuk menangani masalah ini pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang tata niaga garam. Kebijakan pemerintah tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 270/KP/IK/1977 tanggal 28 September Peraturan Menteri Perdagangan tersebut bermaksud untuk mengatur dan melindungi petani garam di Indonesia mengingat Indonesia mempunyai wilayah maritim dengan panjang pantainya sekitar km² (Nontji, 1986:4). Kebutuhan garam di daerah Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya bisa diperoleh di Madura khususnya di Desa Bunder, Desa Bunder berada di Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Secara geografis Desa Bunder mempunyai temperatur udara yang sangat panas karena terletak di dataran rendah dan berbatasan langsung dengan Selat Madura. Dengan kondisi seperti itu, Desa Bunder mudah dialiri atau digenangi air laut. Oleh karena itu, penduduk Desa Bunder memanfaatkan luas genangan air laut sebagai tambak garam, dan dijadikan sebagai mata pencaharian. Untuk memenuhi kebutuhannya masyarakat bekerja sebagai petani garam, penghasilan petani ditentukan oleh besar kecilnya hasil panen garam. Usaha ini sifatnya hanya terbatas karena sangat tergantung pada musim kemarau. Selain itu sumber daya ekonomi petani garam tergantung pada tanah, tenaga kerja, modal dan keterampilan menejemen. Pada awal tahun 1970-an, hasil yang diperoleh petani garam sangat sedikit yaitu ton, selain itu faktor penghasilan petani di tentukan oleh besar kecilnya garam yang tergantung pada musim. Selain itu petani juga banyak terikat oleh para tengkulak yang sudah memberikan modal kepada mereka dengan menyerahkan hasil produksi garam yang harganya telah ditentukan, sehingga harga yang ditawarkan sangatlah rendah. Para petani tidak dapat berbuat apa-apa karena petani sudah merasa berhutang budi kepada para tengkulak tersebut. Keadaan ini terus berlangsung sampai pada tahun 1976, baru pada tahun 1977 pemerintah melakukan kebijakan dengan diadakannya tata niaga garam. Dengan diadakannya kebijakan tersebut diharapkan memberikan dampak positif bagi petani garam. Hal ini juga dikatakan oleh Mashuri (1996:70) bahwa sebelum tahun 1988 kondisi petani garam di Madura bisa dikatakan makmur, karena didukung banyaknya permintaan kebutuhan garam setiap tahun meningkat seiring dengan pertambahan penduduk di Indonesia. Tingginya permintaan akan kebutuhan garam mempengaruhi naiknya harga, sehingga hal tersebut membuat petani garam mampu memenuhi 26 / 90

27 kebutuhan perekonomian dan kehidupannya Pada tahun 1988 kehidupan petani garam mengalami suatu perubahan yang tidak menguntungkan yaitu pendapatan petani dari produksi garam tidak bisa menutupi biaya produksi yang mereka keluarkan, bukan hanya itu petani juga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan karena garam yang dipasarkan antarpulau salah satunya ke Sumatera Utara ditolak. Penolakan ini sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara yang berisi tentang pengaturan pemasaran garam antar pulau ke Sumatera Utara dengan menugaskan PT. Garam sebagai pengawas pengendali mutu. Ini dimaksudkan agar garam yang beredar di wilayah ini adalah garam beryodium. Dengan adanya SK Gubernur tersebut menghambat laju pemasaran yang dilakukan untuk luar daerah. Hal inilah yang menyebabkan garam yang ada di Desa Bunder tidak terjual. Karena tidak terjualnya garam tersebut, mempengaruhi kehidupan petani garam baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat petani garam di Desa Bunder. Sehingga petani garam mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari keterangan di atas terlihat bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat petani garam, dimana perubahan tersebut terjadi secara dinamis yang terus menerus terjadi di kalangan petani garam. Tema ini merupakan kajian yang menarik untuk diteliti karena Desa Bunder menghasilkan garam yang cukup besar dibandingkan dengan desa-desa penghasil garam yang ada di Pamekasan. Selain latar belakang di atas alasan lain yang melatar belakangi penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini adalah : 1) masalah kesejarahan masyarakat petani garam khusunya di Desa Bunder belum diteliti; 2) ingin mengkaji lebih mendalam dinamika sosial ekonomi masyarakat petani garam di Desa Bunder Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam melalui penulisan skripsi dengan judul Dinamika Masyarakat Petani Garam Di Desa Bunder Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Pada Tahun Penegasan Pengertian Judul 27 / 90

28 Sebelum mengupas lebih lanjut permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, perlu diberi penegasan judul untuk menghindari persepsi lain. Hal yang perlu dijelaskan oleh penulis adalah Dinamika Masyarakat Petani garam yang terjadi di komunitas masyarakat petani garam di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Pengertian dari dinamika masyarakat adalah gerak masyarakat secara terus menerus yang menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat (Depdikbud, 1991: 234). Sedangkan pengertian dari masyarakat petani garam adalah suatu kelompok manusia yang di dalamnya melakukan suatu aktifitas bertani garam. Jadi pengertian dari Dinamika Masyarakat Petani Garam Di Desa Bunder, Kacamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan adalah gerak kehidupan masyarakat petani garam yang terus menerus yang terjadi di Desa Bunder, Kacamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan selama kurun waktu 1977 sampai Ruang Lingkup Permasalahan Agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari fokus permasalahan yang akan dibahas, maka diperlukan suatu batasan ruang lingkup waktu, tempat dan materi. Ruang lingkup spasial/tempat dalam penelitian ini dilakukan di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan masyarakat petani garam di Desa Bunder ini lebih banyak dibandingkan di desa-desa lainnya yang juga memproduksi garam. Mengenai batas awal dalam penelitian ini adalah tahun Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan terhadap kehidupan petani garam di Desa Bunder baik peningkatan pendapatan dan pemasaran garam. Tahun 1988 sebagai batas akhir dengan pertimbangan bahwa pada tahun itu sudah mengalami perubahan disegala tata kehidupan masyarakat petani garam baik dari segi ekonomi, pemasaran, dan produksi sebagai akibat dari diberlakukannya Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara tentang pemasaran antar pulau khususnya di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu. Sedangkan ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah: latar belakang kehidupan sosial ekonomi petani garam pada1977, usaha tambak garam di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. dan kehidupan petani garam di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu pada tahun / 90

29 1.4. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup yang telah diuraikan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimana latar belakang lingkungan dan kondisi sosial ekonomi petani garam di Desa Bunder Kabupaten Pamekasan pada tahun 1977? 2) bagaimana usaha tambak garam di Desa Bunder Kabupaten Pamekasan pada thun ? 3) bagaimana kehidupan petani garam di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu pada tahun ? 1.5 Tujuan Penelitian Setiap usaha atau kegiatan tertentu mempunyai tujuan yang ingin di capai. Berdasarkan uraian sub bab diatas maka tujuan penelitian adalah: 1) ingin mengkaji latar belakang kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani garam di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan pada tahun ) ingin mengkaji usaha tambak garam dan kehidupan petani garam di Desa Bunder Kecamatan Pademawu pada tahun / 90

30 3) ingin mengkaji kehidupan petani garam di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu pada tahun Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1) diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah tentang kehidupan petani garam yang ada di Desa Bunder Kecamatan Pademawu, 2) diharapkan penelitian ini menjadi suatu inspirasi untuk memajukan petani garam di Desa Bunder Kecamatan Pademawu; 3) hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi kepada petani garam khususnya di Desa Bunder Kecamatan Pademawu; 4) hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi pemerintah daerah dan pusat dalam mengembangkan petani garam khususnya di Kabupaten Pamekasan, dan 5) diharapkan penelitian ini dapat memberi sebuah masukan-masukan bagi pembaca yang ingin membahas lebih jauh tentang kehidupan petani garam. 30 / 90

31 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini mengemukakan kajian penelitian terdahulu yang berhubungan dengan industri garam, baik yang diterbitkan dalam bentuk buku maupun yang tidak diterbitkan, misalnya barupa laporan penelitian dan skripsi. Kuntowijoyo (2002) dalam bukunya yang berjudul Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura menjelaskan bahwa garam memiliki keuntungan yang besar bagi pemerintah kolonial maupun penduduk Madura, yaitu dengan memproduksi garam ini pemerintah kolonial dapat menambah pendapatan keuangan, sedangkan bagi penduduk merupakan mata pencaharian pada musim kemarau. Tidak hanya itu, dalam perkembangannya garam tidak hanya sebagai mata pencaharian penduduk akan tetapi sudah menjadi kebutuhan masyarakat dan industri. Sumintarsih (2001) dalam penelitiannya yang berjudul Sketsa Kehidupan dan Hubungan Petani Garam menjelaskan bahwa garam merupakan komuditi penting, karena dibutuhkan oleh semua orang. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari tetapi juga dibutuhkan oleh pabrik-pabrik maupun industri-industri yang memerlukan garam sebagai bahan produksinya. Berkaitan dengan kegunaan garam dikemukakan juga oleh Murhajanni (2005) dalam bukunya yang berjudul Kerusuhan Sosial di Madura Kasus Waduk Nipah dan Ladang Garam kegunaan garam adalah sebagai pengawet ikan, juga dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan seorang anak, selain itu garam dapat digunakan sebagai bahan pembuatan obat dalam bidang kedokteran. Pembuatan garam sebagai obat dapat dilakukan oleh masyarakat yang mempunyai kemampuan teknologi atau dengan kata lain bagi masyarakat yang memiliki pengetahuan. Produksi garam merupakan produk musiman, yaitu antara Juni sampai Oktober dan sangat tergantung pada faktor iklim sehingga produksinya berfluktuasi. faktor iklim atau cuaca sangat mempengaruhi produksi garam, karena air laut pada musim kemarau akan lebih cepat menguap. Sedangkan pada musim penghujan akan mempengaruhi pembuatan garam, karena akan mengencerkan air laut sehingga menjadi muda kembali. 31 / 90

32 Herawati (2004) dalam artikelnya yang berjudul Petani Garam Di Kecamatan Kalianget, di Desa Karanganyar, Kabupaten Sumenep, men gemukakan bahwa produksi garam dipengaruhi oleh kondisi tanah, kondisi angin, dan kondisi tempat. Adapun tanah yang baik untuk produksi garam adalah tanah hitam atau istilah setempat disebut dengan tanah raja. Angin juga ikut menentukan produksi garam. Apabila pada saat pembuatan garam itu angin relatif kencang maka, pertumbuhan garam akan lebih cepat dan produksinya lebih banyak dan mengkristal besar-besar. Namun bila dalam proses produksi itu anginnya kurang kencang, maka produksi garamnya berkurang dan kristal-kristal garam akan halus. Letak pembuatan garam juga akan berpengaruh terhadap produksinya, tempat yang paling bagus adalah lahan yang menghadap ke timur, yaitu menghadap ke laut dan terbitnya sinar matahari. Menurut Sari (2003), dalam skripsinya yang berjudul Analisis perkembangan dan Elastisitas Penyerapan Industri Garam Rakyat di Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep dikatakan bahwa Garam dalam produksinya membutuhkan mesin dan peralatan serta tenaga kerja. Sehingga masing-masing faktor produksi dalam pembuatan garam sangat dibutuhkan juga tempat dan lokasi yang strategis. Hal ini disebabkan karena pembuatan garam haruslah dekat dengan pantai, sehingga proses pembuatan garam akan lancar, efektif dan efisien. Dengan demikian penentuan lokasi perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi dan distribusi barang yang dihasilkan. Disisi lain bagi petani, modal adalah sangat penting untuk usaha taninya. Karena tinggi rendahnya hasil produksi ditentukan oleh tingkat penerapan teknologi pertanian, salah satunya adalah penggunaan sarana produksi pertanian misalnya tanah, tenaga kerja, dan modal yang apabila faktor tersebut dapat dipenuhi maka petani bisa memperbaiki kehidupannya (Prayitno, 1987). Usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, terjadi dalam suatu golongan masyarakat melalui suatu proses sosial sehingga terjadi suatu interaksi sosial yang menimbulkan dampak sosial dalam masyarakat. Dampak sosial ini terjadi karena adanya usaha manusia dalam memperbaiki nasibnya dengan cara menyesuaikan diri terhadap keadaan sekelilingnya. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa kondisi lingkungan alam yang ada khususnya di Madura berpengaruh terhadap manusia dalam menentukan suatu usaha yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti diungkapkan oleh Geertz (1963) dalam bukunya yang berjudul In 32 / 90

33 volusi Pertanian proses perubahan ekologi di Indonesia, bahwa ada suatu adaptasi manusia untuk berusaha mempergunakan habitatnya dengan mengganti jenis yang lain agar hal yang baru tersebut mempunyai fungsi di dalam suatu komunitas tanpa mengubah ekosistem yang ada.dalam hal ini di Desa Bunder Kecamatan Pademawu merupakan petani yang memanfaatkan lahan yang ada menjadi lahan yang produktif dan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, sebagian besar penduduknya memanfaatkan lahan sebagai lahan garam. Namun tidak semudah itu petani garam memenuhi kebutuhan keluarganya, banyak fenomena-fenomena baik itu bagaimana mereka memenuhi kebutuhan dalam keadaan krisis, entah itu dalam keadaan berhutang, menjual barang-barang berharga milik mereka serta meminjam kepada Bank. Keadaan seperti inilah mereka harus hadapi semua kesulitan-kesulitan yang muncul. Pratondo (1982) dalam skripsinya yang berjudul Pembelian Garam Rakyat dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Perusahaan dan Petani Garam atas dasar Floor Price Dari Pemerintah Pada PN. Garam Kalianget-Madura menjelaskan bahwa sebelum ditugaskan sebagai pemegang Stoknas garam, pada tahun 1970-an telah melakukan pembelian terhadap garam rakyat sampai pada tahun 1976 dengan maksud untuk membantu meningkatkan pendapatan petani garam berekonomi lemah, walaupun belum memuaskan. Setelah PN. Garam ditugaskan sebagai pemegang stoknas garam yaitu tahun 1977 PN. Garam melakukan pembelian yang jumlahnya lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Ardi (1985) dalam skripsinya yang berjudul Mekanisme Pengolahan Dan Sistem Pamasaran Garam Rakyat ke Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Madura menjelaskan bahwa produksi garam rakyat pada umumnya termasuk pengusaha yang lemah, untuk memulai usahanya petani garam selalu kekurangan modal. Kelemahan inilah yang banyak dimanfaatkan oleh pedagang swasta (tengkulak) dengan memberikan pinjaman modal kerja dengan jaminan hasil produksinya. Harga garam ditentukan oleh pemberi modal dengan harga yang sangat rendah, hal ini mengakibatkan pendapatan petani garam rendah. Pada tahun adalah masa dimana petani garam selalu dibayang-bayangi oleh para pedagang swasta (tengkulak) akibat dari lemahnya modal yang dimiliki petani garam sehingga hasil yang diperoleh petani garam sangat rendah. Dengan diadakannya tataniaga garam sebisa mungkin dapat memberikan dampak positif bagi petani garam. PN. Garam ditugaskan untuk melakukan pembelian terhadap garam rakyat, selain itu pemerintah juga menetapkan harga dasar sekaligus PN. Garam sebagai pemegang stok nasional. 33 / 90

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi pemaparan mengenai metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Pengaruh Pemikiran Harun Nasution Mengenai Islam Rasional Terhadap Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan III. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan menggunakan sumber primer dan sekunder sebagai objek penelitian. Metode Historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada dalam kelompok, komunitas, atau masyarakatnya (Mutakin, 2002:1). Tentu saja manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul relevansi pemikiran Mohammad Hatta di KUD Grabag pada era reformasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan mengenai Afrika Selatan dibawah pemerintahan Presiden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan uraian mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan dengan skripsi yang berjudul Guru Dua Zaman : Kajian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam 27 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti I. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Penggunaan metode dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang penting, hal ini dikarenakan metode merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu. mengambil obyek peristiwa-peristiwa pada masa lalu.

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu. mengambil obyek peristiwa-peristiwa pada masa lalu. III. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Metode adalah cara yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu permasalahan di dalam suatu penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yaitu suatu cara atau metode yang dimaksudkan dan terdapat dalam suatu ilmu

III. METODE PENELITIAN. yaitu suatu cara atau metode yang dimaksudkan dan terdapat dalam suatu ilmu III. METODE PENELITIAN Metode Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik maka perlu adanya metode ilmiah, yaitu suatu cara atau metode yang dimaksudkan dan terdapat dalam suatu ilmu yang disebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis, dari mulai tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hingga penulisan laporan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. TempatPenelitian Penelitian yang berjudul peran liga demokrasi dalam demokrasi terpimpin, menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Winarno Surachmad bahwa: Metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Winarno Surachmad bahwa: Metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Di dalam penelitian, maka metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Dimana menurut Winarno

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti, dengan judul skripsi Perkembangan Industri Bata Merah Antara Peluang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya terhadap masyarakat yang hidup di sekitarnya merupakan hal yang menarik karena moci merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terinci mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

Dalam melakukan kegiatan ilmiah terdapat suatu metode yang harus dipakai oleh. penulis, metode yang tepat dan sistematis sebagai suatu penentu kea rah

Dalam melakukan kegiatan ilmiah terdapat suatu metode yang harus dipakai oleh. penulis, metode yang tepat dan sistematis sebagai suatu penentu kea rah III. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Dalam melakukan kegiatan ilmiah terdapat suatu metode yang harus dipakai oleh penulis, metode yang tepat dan sistematis sebagai suatu penentu kea rah pemecahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III ini dipaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan dalamskripsi yang berjudul Kehidupan Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sesuai dengan data-data empirik serta fakta-fakta yang terjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sesuai dengan data-data empirik serta fakta-fakta yang terjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bertujuan memberikan gambaran tentang karakteristik objek penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang 16 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur sebuah keberhasilan dalam suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH. Oleh Murdiyah Winarti

METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH. Oleh Murdiyah Winarti METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH Oleh Murdiyah Winarti Metode penelitian sejarah Memilih topik penulisan yang tepat/ sesuai (harus bernilai, orisinil, praktis, dan memiliki kesatuan/ unity) Mencari dan memilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut Tahun 1985-1998 ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat Langkah, yaitu heuristik, verifikasi (kritik), interpretasi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana metode tersebut merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan karakteristik objek penelitian berupa berbagai peristiwa di masa lampau, maka metode penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyusun karya ilmiah ini,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang datanya dianalisis secara naratif dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Penelitian sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan secara rinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa peristiwa-peristiwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa peristiwa-peristiwa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi dan Teknik Penelitian Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi Ibing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan yang terjadi pada sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian 14 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Metode

Lebih terperinci

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena 21 A. Metode yang digunakan Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini penulis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan 25 III. METODE PENELITIAN Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau yang sering disebut dengan metode. Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam interaksinya tersebut, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan mengusahakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3 1. Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang rasional sehingga memiliki sebuah metode ilmiah. Berikut ini merupakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling berhubungan, karena pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor, dengan kekayaan alam dan penduduk yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis pakai merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan metode sejarah. Tujuan penelitian metode sejarah adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam mengkaji mengenai pandangan yang diperlihatkan oleh surat kabar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam mengkaji mengenai pandangan yang diperlihatkan oleh surat kabar 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam mengkaji mengenai pandangan yang diperlihatkan oleh surat kabar Kompas dan Pikiran Rakyat terhadap penembakan misterius tahun 1983-1985, penulis menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode yang digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis untuk mengumpulkan sumber berupa fakta dan data yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya korban pembunuhan melalui cara penembakan yang dikenal dengan nama penembakan misterius.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun lambat. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya faktor eksternal dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan yang data analisis datanya secara deskriptif dengan menggunakan metode penelitian sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa memiliki peran penting bagi perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN 22 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian A.1 Metode yang digunakan Sebelum membuat suatu penulisan penelitian hendaknya sebagai peneliti menentukan metode penelitian apakah yang akan dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1).

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1). 17 III. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan langkah penting karena metode dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani methodos berarti

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunaan peneliti untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti 25 III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian A.1 Metode yang digunakan Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti hendaknya, menentukan metode penelitian apakah yang akan dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kemakmuran masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan distribusi pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa Tengah mempunyai potensi yang tidak kalah pentingnya dengan daerah-daerah lain di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandung yang terjadi setelah selesainya pembangunan jalur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandung yang terjadi setelah selesainya pembangunan jalur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Khususnya perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana Penelitian pada dasarnya merupakan cara kerja ilmiah yang ada dalam setiap disiplin ilmu. Begitu pi kisahula halnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Peranan George

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Peranan George BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi pemaparan tentang metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Peranan George Washington dalam Perang Kemerdekaan

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode historis. Adapun historis menurut Nungroho Notosusanto adalah

III. METODE PENELITIAN. metode historis. Adapun historis menurut Nungroho Notosusanto adalah 21 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode yang digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, karena penelitian yang mengambil obyek masa lampau pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri merupakan unsur pokok dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri merupakan unsur pokok dalam melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan sektor industri merupakan unsur pokok dalam melaksanakan pembangunan jangka panjang, yaitu struktur ekonomi yang seimbang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang mempunyai iklim sejuk dan wilayahnya yang mempunyai banyak pegunungan sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Suatu kegiatan ilmiah dimaksudkan untuk mendapatkan data yang akurat dalam menguji suatu kebenaran. Dalam usaha untuk memperoleh data-data tersebut diperlukan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian sejarah adalah menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu sistem yang terencana dan teratur. cara bagaimana orang memperoleh pengetahuan (howtoknow), sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu sistem yang terencana dan teratur. cara bagaimana orang memperoleh pengetahuan (howtoknow), sedangkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode adalah salah satu cara atau prosedur untuk mendapatkan objek, metode juga dapat dikatakan sebagai cara untuk berbuat atau mengerjakan sesuatu dalam suatu sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada tanggal 16 September 1975. Sebelumnya negara ini berada di bawah mandat teritori Australia

Lebih terperinci