POLITEKNIK TELKOM BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLITEKNIK TELKOM BANDUNG"

Transkripsi

1 AKUNTANSI KEUANGAN 2 POLITEKNIK TELKOM BANDUNG 2009

2 Penyusun Sampoerno Wibowo, S.E.,M.Si Editor Dilarang menerbitkan kembali, menyebarluaskan atau menyimpan baik sebagian maupun seluruh isi buku dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Politeknik Telkom. Hak cipta dilindungi Politeknik Telkom 2009 No part of this document may be copied, reproduced, printed, distributed, modified, removed and amended in any form by any means without prior written authorization of Telkom Polytechnic Telkom Polytechnic. All right reserved

3 Kata Pengantar Assalamu alaikum Wr. Wb Segala puji bagi Allah SWT karena dengan karunia-nya courseware ini dapat diselesaikan. Atas nama Politeknik Telkom, kami sangat menghargai dan ingin menyampaikan terima kasih kepada penulis, penerjemah dan penyunting yang telah memberikan tenaga, pikiran, dan waktu sehingga courseware ini dapat tersusun. Tak ada gading yang tak retak, di dunia ini tidak ada yang sempurna, oleh karena itu kami harapkan para pengguna buku ini dapat memberikan masukan perbaikan demi pengembangan selanjutnya. Semoga courseware ini dapat memberikan manfaat dan membantu seluruh Sivitas Akademika Politeknik Telkom dalam memahami dan mengikuti materi perkuliahan di Politeknik Telkom. Amin. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Bandung, Juli 2009 Christanto Triwibisono Wakil Direktur I Bidang Akademik & Pengembangan Akuntansi Keuangan 2 iii

4 Daftar Isi Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv I AKTIVA TIDAK BERWUJUD Aktiva Tidak Berwujud Bagaimana Menilai Aktiva Tidak Berwujud UTANG JANGKA PENDEK Definisi Utang Utang Jangka Pendek Yang Jumlahnya Diketahui Taksiran Utang Utang Bersyarat (Contingent Liabilities) UTANG JANGKA PANJANG Utang Jangka Panjang Utang Obligasi Prosedur Amortisasi Agio Dan Disagio Obligasi Pencatatan Utang Obligasi Pelunasan Obligasi Sebelum Jatuh Tempo UTANG JANGKA PANJANG DAN JENIS OBLIGASI Obligasi Berseri Pelunasan Obligasi Berseri Sebelum Saat Jatuh Tempo Obligasi Konversi Pelunasan Obligasi Dengan Menggunakan Dana Yang Diperoleh Dari Pengeluaran Obligasi Baru LABA DITAHAN, DEVIDEN DAN SAHAM Laba Di Tahan Deviden Deviden Kas Bentuk Deviden Lain Batasan Laba Ditahan Nilai Buku Per Lembar Saham (Book Value Per Share) Laba Per Lembar Saham (EARNINGS PER SHARE) MODAL SAHAM & HAK PEMEGANG SAHAM MODAL SAHAM Jenis-Jenis Saham Saham Biasa (Common Stock) Saham Preferen Pencatatan Modal Saham Pembatalan Pesanan Saham iv Akuntansi Keuangan 2

5 6.5 Penjualan Saham Secara Lumpsum Penilaian Aktiva Sebagai Dasar Modal Saham Bonus Saham Agio Dan Disagio Saham Dijual Saham Untuk Akuisisi Perusahaan Modal Perusahaan Treasury Stock Kebijakan Laba Ditahan Untuk Treasury Stock Treasury Stock Diterima Sebagai Sumbangan Hak Yang Diberikan Papa Pembeli Surat Berharga Jenis Lain Hak Beli Saham Yang Diberikan Pada Pegawal Perusahaan Saham Konvertibel Perubahan Nilai Nominal INVESTASI SAHAM DAN PENDANAAN Investasi Dalam Saham Persentase Pemilikan Kurang Dari 20% Persentase Pemilikan 20% - 50% INVESTASI OBLIGASI Obligasi Jenis Obligasi Pencatatan Investasi Obligasi Dana Pelunasan Obligasi REVALUASI AKTIVA Perubahan Harga Perolehan Dan Masa Manfaat Aktiva Tetap Yang Sudah Habis Didepresiasi Penyimpangan Dari Harga Perolehan Penggunaan Dan Pencatatan Data Penilaian Kembali Depresiasi Untuk Aktiva Yang Telah Di Revaluasi Penjualan Aktiva Yang Telah Di Revaluasi Kuasi Reorganization PERUBAHAN AKUNTANSI Perubahan Akuntansi Perubahan Dalam Prinsip Akuntansi Perubahan Taksiran-Taksiran Akuntansi KOREKSI KESALAHAN Koreksi Kesalahan Jenis-Jenis Kesalahan Jurnal Koreksi Akuntansi Keuangan 2 v

6

7 I AKTIVA TIDAK BERWUJUD Overview Aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai bentuk fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan pada pihak lainnya atau untuk tujuan administrative Tujuan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat dan jenis, pengakuan, pencatatan dan pengungkapan atas aktiva tidak berwujud 2. Mahasiswa mampu menerapkan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tidak berwujud Aktiva Tidak Berwujud 1

8 1.1 Aktiva Tidak Berwujud Aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai bentuk fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan pada pihak lainnya atau untuk tujuan administratif. Suatu aktiva dapat dimasukkan dalam kategori aktiva tidak berwujud jika : 1. Aktiva tersebut dapat diidentifikasikan 2. Perusahaan mempunyai kendali atas aktiva tersebut 3. Perusahaan memperoleh manfaat dari aktiva tersebut dimasa yang akan datang Aktiva tidak berwujud mempunyai nilai karena diharapkan dapat memberikan sumbangan pada laba. Jenis dan macam aktiva tidak berwujud adalah : Merek Merek atau cap dagang adalah hak untuk menggunakan merek dagang. Merek atau cap dagang bisa didaftarkan sehingga akan dilindungi oleh undang-undang. Hak untuk menggunakan suatu merek dagang adalah tidak terbatas. Merek dagang bisa juga diperoleh dari suatu pembelian, dalam keadaan ini harga perolehan yang dicatat adalah harga beli dan semua biaya pembelian sampai merek itu siap digunakan. Apabila merek dagang ini dibuat sendiri maka harga perolehannya adalah biaya-biaya untuk merencanakan dan mendaftarkan. Karena umurnya tidak terbatas maka tidak dilakukan amortisasi, tetapi kadang-kadang karena anggapan akan adanya perubahan-perubahan di masa yang akan datang (misalnya adanya perubahan permintaan terhadap produk) maka harga perolehan merek dagang akan dihapuskan dalam periode yang pendek. Jurnal untuk mencatat perolehan merek dagang adalah: Merek Rpxx Kas Amortisasi merek dicatat dengan jurnal berikut: Amortisasi merek Rpxx Merek (akumulasi amortisasi merek) Rpxx Rpxx 2 Aktiva Tidak Berwujud

9 Piranti lunak komputer (software) Software (perangkat lunak komputer) adalah kumpulan konsep, aktivitas dan prosedur yang digunakan dalam program komputer untuk melaksanakan suatu fungsi atau pekerjaan tertentu. Ada dua jenis software komputer yaitu software aplikasi dan software sistem. Software aplikasi merupakan software yang dapat digunakan dalam menyelesaikan tugas/pekerjaan tertentu, seperti word processing, spreadsheet, software akuntansi dan Iain-lain. Software sistem merupakan software yang dibutuhkan agar sistem. komputer dapat berfungsi seperti sistem operasi, sistem manajemen basis data, program utilitas dan Iain-lain. Software sistem biasanya dibeli bersamaan dengan pembelian perangkat keras komputer. Software aplikasi dapat dibeli atau dibuat sendiri. Harga perolehan software aplikasi yang dibeli adalah sebesar harga beli ditambah semua biaya sampai software itu.siap digunakan. Apabila perusahaan mengembangkan sendiri software aplikasinya, maka harga perolehannya adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat software tersebut. Harga perolehan software aplikasi dan software sistem akan diamortisasi selama umur ekonomis atau masa manfaatnya. Lisensi dan waralaba Lisensi atau waralaba (franchise) adalah hak yang diberikan oleh suatu pihak disebut franchisor kepada pihak lain untuk menggunakan fasilitas yang dimiliki menggunakan hak merek atau nama dagang, ataupun menjual barang dan jasa. Pihak yang memberikan hak biasanya perusahaan swasta. Akhir-akhir ini perkembangan sistem franchise menunjukkan kemajuan pesat di bidang usaha swasta. Terdapat berbagai jenis franchise dalam praktek. Jenis-jenis ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (a) sistem franchise untuk produk dan jasa, (b) sistem franchise lisensi untuk merek dagang.. Jika lisensi dan waralaba diperoleh dengan suatu kontrak yang harganya dibayarkan sekaligus pada saat penandatanganan kontrak, maka jumlah yang dibayarkan tersebut merupakan harga perolehan yang akan diamortisasi selama masa manfaat. Hak kekayaan intelektual seperti: hak cipta, paten dan hak kekayaan intelektual lainnya Aktiva Tidak Berwujud 3

10 Paten adalah suatu hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan sesuatu hal baru untuk membuat, menjual atau mengawasi penemuannya selama jangka waktu tertentu. Kalau paten itu tidak dapat diperpanjang maka penemuan tadi akan diperbarui atau diubah sehingga bisa diperoleh paten yang. Paten mungkin digunakan sendiri oleh penemunya atau diserahkan pada pihak lain dengan perjanjian-perjanjian tertentu. Yang termasuk harga perolehan paten, jika paten itu diperoleh karena pengembangan, adalah biaya-biaya pendaftaran, biaya pembuatan model dan gambargambar dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat percobaanpercobaan dan pengembangan. Paten yang dibeli dari pihak lain akan dicatat sebesar harga perolehannya yang terdiri dari harga beli dan semua biaya yang dikeluarkan sampai paten itu siap digunakan. Apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap hak paten, maka biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjaga hak ini akan dikapitalisir. Paten akan diamortisir selama-umur kegunaannya. Umur paten bisa juga dihitung atas dasar unit produk yang akan dibuat. Amortisasi paten dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Amortisasi paten Paten (atau akumulasi amortisasi paten) Rpxx Rpxx Amortisasi paten akan dikelompokkan dalam biaya produksi, jika paten itu digunakan dalam proses produksi, tetapi jika paten itu digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan penjualan maka amortisasi paten akan dibebankan sebagai biaya penjualan. Hak cipta adalah hak yang diberikan kepada pengarang atau artis/aktor untuk menerbitkan, menjual atau mengawasi karangannya, musik atau pekerjaan pementasan dan karya seni lainnya. Hak cipta seperti halnya paten termasuk dalam hak cipta intelektual yang dilindungi undang-undang. Hak cipta bisa digunakan sendiri, dijual atau diberikan pada pihak lain dengan perjanjian-perjanjian tertentu. Yang termasuk dalam harga perolehan hak cipta adalah semua biaya yang berhubungan dengan penyusunan pekerjaan itu, termasuk juga biaya-biaya untuk mendaftar-kan dan memperoleh hak. Jika hak cipta itu dibeli maka harga perolehannya adalah jumlah uang yang dibayarkan. Harga perolehan hak cipta akan diamortisasi sepanjang masa manfaatnya. 4 Aktiva Tidak Berwujud

11 Resep, formula, model, desain, dan prototype Resep, formula, desain, dan prototipe merupakan penemuanpenemuan yang didapat perusahaan yang selanjutnya digunakan dalam operasi perusahaan. Ada kalanya bisa merupakan keunggulan atau ciri khas yang membedakan produk perusahaan itu dengan produk perusahaan lain. Umumnya penemuan resep, formula, model, desain, atau prototipe akan didaftarkan perusahaan sebagai paten atau hak cipta. Aktiva tidak berwujud dalam pengembangan. Goodwill adalah semua kelebihan yang terdapat dalam suatu usaha seperti letak perusahaan yang baik, nama yang terkenal, pimpinan yang ahli dan Iain-lain. Dari tinjauan akuntansi, goodwill adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba di atas keadaan normal yang diakibatkan oleh adanya faktor-faktor di atas. Laba di atas keadaan normal adalah suatu tingkat pendapatan dari investasi yang melebihi jumlah yang akan dapat menarik investor dalam bidang usaha tersebut. Goodwill yang dihasilkan secara internal (internally generated) tidak boleh diakui. Goodwill internal adalah pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan manfaat ekonomis di masa datang, tetapi pengeluaran tersebut bukan merupakan suatu sumber daya teridentifikasi yang dikendalikan oleh perusahaan dan bisa diukur secara andal menurut biaya perolehannya. Dalam pembelian suatu perusahaan, pendapatan perusahaan di masa lalu dipakai sebagai dasar untuk menaksir pendapatan-pendapatan yang akan datang. Jadi taksiran laba yang akan datang ini yang akan dibeli dan dipakai untuk menentukan besarnya goodwill yang akan dibayar. Sebelum menghitung goodwill, harus ditentukan terlebih dulu nilai aktiva yang ada. Dasar yang dipakai biasanya adalah harga pasar atau jumlah yang akan dapat direalisasi dari aktiva tersebut. Perbedaan antara jumlah uang yang dibayarkan dengan nilai bersih aktiva merupakan jumlah goodwill. Besarnya jumlah goodwill tergantung kepada perundingan harga, tetapi pembeli bisa memakai beberapa metode untuk menentukan besarnya goodwill. Metodemetode yang dapat dipakai untuk menghitung goodwill akan diuraikan di bawah. Sebagai ilustrasi penggunaan metode perhitungan goodwill dipakai contoh Perusahaan X sebagai berikut: Aktiva Tidak Berwujud 5

12 Laba bersih (tidak termasuk elemen-elemen luar biasa): 2002 Rp , , , , ,- Jumlah Rp ,- Penghasilan bersih rata-rata per tahun Rp ,- : 5 = Rp ,-. Penghasilan tiap tahun yang akan datang ditaksir sebesar = Rp ,-. Pada tanggal 1 Januari 2007, aktiva (tanpa goodwill ) dinilai sebesar Rp ,-, utang sebesar Rp ,-. Metode penghitungan goodwill berikutnya adalah a) Kapitalisasi Pendapatan Bersih Rata-rata Dalam cara ini jumlah yang akan dibayarkan untuk perusahaan yang dibeli dihitung dengan mengkapitalisasi taksiran penghasilan yang akan datang dengan tarif. Tarif ini menunjukkan hasil yang diharapkan dari investasi tersebut. Selisih jumlah yang akan dibayarkan dengan nilai bersih aktiva adalah jumlah yang akan dicatat sebagai goodwill. Misalnya: hasil dari investasi diharapkan sebesar 10% maka jumlah yang akan dibayar dihitung sebagai berikut: Jumlah yang dibayarkan: Rp ,- x 100/10 = Rp ,- Taksiran nilai aktiva. Rp ,- - Rp ,- = ,- Goodwill b) Kapitalisasi Kelebihan Penghasilan Rata-rata Rpl ,- Di dalam cara ini perhitungan goodwill didasarkan pada penghasilan bersih rata-rata dan nilai aktiva yang akan dibeli. Misalnya dari contoh di muka, hasil yang diharapkan dari investasi tersebut sebesar 10% dan kelebihan penghasilan akan dikapitalisir dengan tarif 20%. Kelebihan penghasilan dihitung sebagai berikut: Hasil yang normal: 10% x Rp ,- = Rp ,- Taksiran penghasilan/tahun yang akan datang = ,- Kelebihan penghasilan/tahun Rpl ,- 6 Aktiva Tidak Berwujud

13 Harga beli perusahaan termasuk goodwill dihitung sebagai berikut: Nilai aktiva : Rp ,- - Rp ,- = Rp ,- Nilai goodwill : Rpl ,- x 100/20 = ,- Jumlah aktiva + goodwill Rp ,- Beban yang ditangguhkan juga merupakan aktiva tidak berwujud. Bedanya dengan aktiva tidak berwujud yang telah disebutkan di muka adalah bahwa aktiva tidak berwujud itu mempunyai nilai karena merupakan hak yang diharapkan dapat membantu mendapatkan laba, sedangkan beban yang ditangguhkan itu mempunyai nilai karena merupakan pembayaran di muka untuk beberapa periode yang relatif lama. Karena pembayaran biaya di muka ini dilakukan untuk beberapa periode maka setiap periode dilakukan amortisasi. Yang termasuk dalam beban yang ditangguhkan adalah biaya pendirian perusahaan. Beban ditangguhkan dapat juga dilaporkan dalam neraca terpisah dari kelompok aktiva tidak berwujud. Biaya riset,penelitian dan pengembangan Di dalam perusahaanperusahaan besar, sering dilakukan penelitian/percobaan untuk memperbaiki/mengembangkan proses produksi maupun produknya. Riset adalah penelitian orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang bam. Biaya yang dikeluarkan untuk riset harus diakui sebagai beban dalam periode terjadinya. Contoh kegiatan riset adalah: o o o o Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru. Pencarian, evaluasi, dan seleksi penerapan temuan riset atau pengetahuan lainnya. Pencarian altematif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa. Perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi berbagai altematif kemungkinan bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, dan jasa. Sedangkan yang dimaksud pengembangan adalah penerapan temuan riset atau pengetahuan lainnya pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yang Aktiva Tidak Berwujud 7

14 sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan yang substansial sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian. Perusahaan di-mungkinkan untuk mengakui biaya pengembangan sebagai aktiva tidak berwujud jika memenuhi syarat berikut: a. Ada jaminan ten tang kelayakan teknis penyelesaiannya. b. Biaya untuk menyelesaikan, menggunakan, dan menjualnya dapat dihitung. c. Perusahaan memiliki kemampuan untuk menggunakan atau menjualnya. d. Menghasilkan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang. e. Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait selama masa penggunaannya. Biaya pendirian perusahaan adalahbiaya yang terjadi dalam mendirikan perusahaan seperti izin, pajak, biaya cetak saham, formulir dan Iain-lain dikapitalisasi dalam rekening biaya pendirian. Ada beberapa pendapat yang berhubungan dengan biaya pendirian sebagai berikut: o o Karena biaya pendirian itu memberikan manfaat selama perusahaan berdiri maka biaya pendirian tidak diamortisir dan akan nampak di dalam neraca selama perusahaan itu masih ada. Biaya pendirian ini tidak memberikan manfaat langsung kepada operasi perusahaan, oleh karena itu biaya pendirian akan diamortisir. Jangka waktu amortisasi tidak tentu tetapi tergantung pada kebijaksanaan perusahaan. Kadang-kadang tidak diamortisir, tetapi dihapuskan sekaligus dalam tahun pertama. Dalam melakukan amortisasi tidak boleh melebihi 40 tahun. 8 Aktiva Tidak Berwujud

15 1.2 Bagaimana Menilai Aktiva Tidak Berwujud Aktiva tidak berwujud yang dimiliki dicatat dalam rekening) sebesar harga perolehannya. Harga perolehan ini tergantung pada cara perolehan aktiva tidak berwujud. Jika diperoleh dari pembelian maka harga perolehannya sebesar jumlah uang yang dikeluarkan dalam pembeliannya sampai siap untuk digunakan. Jika aktiva tidak berwujud diperoleh melalui pertukaran dengan aktiva lain maka harga perolehannya sebesar nilai wajar aktiva yang diterima atau aktiva yang diserahkan. Untuk aktiva tidak berwujud yang diperoleh dari pertukaran dengan aktiva lain yang sejenis, maka harga perolehannya ditentukan berdasarkan nilai wajar aktiva yang diserahkan. Selama umurnya, harga perolehan aktiva tidak berwujud harus diamortisasi, Metode amortisasi yang dapat digunakan adalah metode garis lurus atau metode lain yang dianggap lebih cocok bagi perusahaan selama metode tersebut mencerminkan manfaat ekonomis. Aktiva tidak berwujud akan dicantumkan dalam neraca sebesar harga perolehannya dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi penurunan nilai. Setelah aktiva tidak berwujud dimiliki oleh perusahaan, maka biayabiaya yang akan dikeluarkan selama umur aktiva tidak berwujud tersebut harus dibebankan pada laba rugi periode berjalan. Pengeluaran selama umur aktiva tidak berwujud dapat dikapitalisasi jika memenuhi syarat sebagai berikut : a. pengeluaran tersebut menambah nilai ekonomis b. pengeluaran tersebut dapat diukur secara andal Sedangkan untuk menghitung amortisasi, nilai sisa aktiva tidak berwujud biasanya ditetapkan sebesar nol, kecuali bila : a) ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aktiva pada akhir masa manfaatnya b) ada pasar yang aktif bagi aktiva tersebut. Aktiva tidak berwujud yang dihentikan pemakaiannya atau tidak lagi memiliki nilai ekonomis tidak boleh diakui dan dimasukkan dalam neraca. Bila terdapat selisih antara jumlah penerimaan bersih karena penghentian aktiva tidak berwujud dengan nilai bukunya, maka diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Aktiva Tidak Berwujud 9

16 Pertanyaan Kuis 1. Apakah yang dimaksud dengan aktiva tidak berwujud? 2. Jelaskan metode penilaian aktiva tidak berwujud! 3. Apakah yang dimaksud dengan franchise? 4. Amortisasi goodwill dinyatakan dapat dilakukan dalam tiga cara yang berbeda, jelaskan! 5. Apakah biaya penelitian dan pengembangan dapat dikelompokkan dalam aktiva tidak berwujud? 6. Jelaskan perlakuan akuntansi terhadap goodwill! 7. Jelaskan cara menentukan besarnya goodwill! 8. Apakah perbedaan antara paten dengan hak cipta? 10 Aktiva Tidak Berwujud

17 Pertanyaan Aplikasi 1. Berikut disajikan beberapa transaksi yang mungkin dapat dimasukkan dalam neraca sebagai bagian dari aktiva tidak berwujud. (a) Biaya untuk penelitian produk baru. (b) Harga beli paten dari pihak luar. (c) Biaya pengadilan untuk mempertahankan paten. (d) Investasi dalam anak perusahaan. (e) Biaya membuat merek dagang. (f) Pencadangan laba tidak dibagi. (g) Harga pokok franchise. (h) Goodwill muhibah) yang timbul dari dalam perusahaan. (i) Rugi yang timbul dari tahun awal operasi perusahaan. (j) Piutang jangka panjang. (k) Harga pokok pembelian hak cipta. (l) Dana pelunasan obligasi yang dibentuk untuk melunasi obligasi. Pertanyaan : 1. Tunjukkan transaksi mana dari yang di atas yang dapat dimasukkan dalam kelompok aktiva tidak berwujud! 2. Bagi yang tidak dapat dilaporkan sebagai aktiva tidak berwujud, akan dilaporkan di bagian apa? 2. Laba bersih PT Tamma Abadi adalah sebagai berikut: Tahun Jumlah 2003 Rp , , , , ,- Aktiva Tidak Berwujud 11

18 Pada tanggal 31 Desember 2007, aktiva tidak berwujud mempunyai nilai pasar sebesar Rp ,-. PT Tamma Abadi akan dibeli oleh PT Hasna Utama. Diminta: Hitunglah goodwill dalam hap kondisi berikut a. Laba normal sebesar 14%, dan rata-rata kelebihan laba akan dikapitalisasi dengan tariff 20%. b. Laba normal sebesar 18%, dan goodwill didasarkan pada kelebihan laba di atas normal untuk masa 5 tahun. 3. PT Teras Sejahtera memiliki saldo rekening berikut ini pada tanggal 31 Desember 2005: Biaya pendirian perusahaan Rpl ,- Disagio utang obligasi ,- Hakripta Kelebihan harga perolehan di atas nilai buku PT Sinar yang dibeli oleh PT Teras Sejahtera ,- Uang muka iklan pada perusahaan iklan untuk menimbulkan citra perusahaan yang lebih baik ,- Harga perolehan mesin untuk laboratorium penelitian dan pengembangan ,- Pertanyaan : 1. Berapakah saldo aktiva tidak berwujud tanggal 31 Desember 2005? 2. Bila tidak dapat dilaporkan sebagai aktiva tidak berwujud, seharusnya pos itu dilaporkan di mana? 4. PT DeF Resto akan mengakuisisi PT Andalan pada tanggal 1 Januari Neraca PT per 31 Desember 2005 menunjukkan jumlah aktiva sebesar Rpl ,- dan utang sebesar Rp ,-. PT DeF menerbitkan saham sebanyak lembar Rpl.000,- dan dibayarkan kepada pemegang saham PT A. Pada tanggal 31 Desember 2005 harga saham PT DeF sebesar Rpl.100,- per lembar. Manajemen PT DeF menjelaskan bahwa akuisisi PT A akan memberikan sinergi dalam bentuk memperluas daerah pemasaran, sehingga diharapkan sesudah akuisisi penjualan PT DeF dapat meningkat dan laba juga meningkat. Penilaian terhadap aktiva PT Andalan yang dilakukan oleh penilai independen menunjukkan nilai pasar aktiva sebesar Rpl ,- dan nilai pasar 12 Aktiva Tidak Berwujud

19 utang sama dengan nominalnya. Akuisisi dengan lembar saham ini dilakukan untuk memperoleh 100% pemilikan PT Andalan. Pertanyaan : a. Hitunglah besarnya goodwill dalam transaksi akuisisi di atas?. b. Buatlah jurnal bagi PT DeF untuk mengakuisisi PT Andalan pada tanggal 1 Januari 2006! Aktiva Tidak Berwujud 13

20 2 UTANG JANGKA PENDEK Overview Utang-utang yang menjadi kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Pada prinsipnya utang akan dicantumkan sebesar nilai tunai dari utang-utang tersebut, tetapi pada umumnya utang jangka pendek akan dicantumkan dengan jumlah sebesar nilai nominalnya Tujuan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pencatatan, penghitungan dan pelaporan utang jangka pendek 2. Mahasiswa mampu menerapkan perlakuan akuntansi terhadap utang jangka pendek 14 Utang Jangka Pendek

21 2.1 Definisi Utang Definisi utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa kini untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di masa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu. Utang-utang yang menjadi kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Pada prinsipnya utang akan dicantumkan sebesar nilai tunai dari utang-utang tersebut, tetapi pada umumnya utang jangka pendek akan dicantumkan dengan jumlah sebesar nilai nominalnya. Penyimpangan ini dilakukan dengan dasar anggapan bahwa selisih antara nilai nominal dengan nilai tunainya relatif kecil. Batasan yang biasa digunakan untuk mengelompokkan utang adalah jangka waktu pembayaran utang-utang tersebut. Apabila utang-utang itu akan dibayar dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan atau dalam waktu satu tahun maka dikelompokkan sebagai utang jangka pendek. Karena siklus usaha perusahaan itu berbeda-beda, maka batasan dari utang jangka pendek adalah sebagai berikut : Suatu kewajiban akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek apabila pelunasannya akan dilakukan dengan menggunakan sumbersumber aktiva lancar atau dengan menimbulkan utang jangka pendek yang baru. Selanjutnya pembahasan utang jangka pendek ini akan dibagi dalam tiga bagian yaitu : a. utang jangka pendek yang jumlahnya dapat diketahui, b. utang jangka pendek yang jumlahnya belum dapat ditetapkan c. utang-utang bersyarat. 2.2 Utang Jangka Pendek Yang Jumlahnya Diketahui Utang jangka pendek dikatakan sudah pasti bila memenuhi dua syarat: 1. Kewajiban untuk membayar sudah pasti, artinya sudah terjadi transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar. 2. Jumlah yang harus dibayar sudah pasti. Utang-utang yang memenuhi dua syarat di atas terdiri dari berbagai jenis utang sebagai berikut: Utang Jangka Pendek 15

22 1. Utang dagang dan utang wesel. - Utang dagang dan utang wesel biasanya timbul dari pembelian barang-barang atau jasa-jasa dan dari pinjaman jangka pendek. Dalam menentukan jumlah utang jangka pendek perlu diperhitungkan utang atas barang-barang yang dibeli yang masih dalam perjalanan. Pencatatan utang atas pembelian barang yang masih dalam perjalanan harus mempertimbangkan syarat pengirimannya. - Utang wesel ada yang dijamin, ada juga yang tanpa jaminan, di dalamnya termasuk wesel-wesel yang dikeluarkan untuk pembelian barang-barang atau jasa, pinjaman bank jangka pendek, pegawai atau pemegang saham dan untuk pembelian mesin-mesin dan alat-alat. 2. Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu. - Utang obligasi dan utang-utang jangka panjang lainnya yang akan dilunasi kurang dari satu tahun dilaporkan sebagai utang jangka pendek. Jika yang jatuh tempo hanya sebagian, maka bagian yang jatuh tempo dalam tahun itu dilaporkan sebagai utang jangka pendek, sedang yang belum jatuh tempo tetap dilaporkan sebagai utang jangka panjang. Apabila utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu akan dilunasi dengan dana-dana pelunasan atau dari uang hasil penjualan obligasi baru atau akan ditukar dengan saham, maka utang jangka panjang tadi tetap dilaporkan sebagai utang jangka panjang. Walaupun pelunasannya masih dalam waktu satu tahun, tetapi karena tidak dilunasi dengan sumber aktiva lancar dan tidak menimbulkan utang jangka pendek yang baru, maka tidak dikelompokkan dalam utang jangka pendek. 3. Utang dividen. - Dividen yang dibagikan dalam bentuk uang atau aktiva (jika belum dibayar) dicatat dengan mendebit rekening laba tidak dibagi dan mengkredit utang dividen. Karena utang dividen ini segera akan dilunasi maka termasuk dalam kelompok utang jangka pendek. Utang dividen ini timbul pada saat pengumuman pembagian dividen oleh direksi dan terutang sampai tanggal pembayaran. Dividen untuk saham prioritas, walaupun jumlahnya sudah pasti, tetapi sebelum tanggal pengumuman belum merupakan utang. Utang dividen skrip akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek jika segera akan dilunasi. Pembagian dividen dalam bentuk saham (dividen saham) 16 Utang Jangka Pendek

23 dicatat dengan debit laba tidak dibagi dan kredit dividen saham yang akan dibagi. Kredit yang dibuat untuk mencatat dividen saham yang akan dibagi tidak termasuk dalam kelompok utang jangka pendek tetapi merupakan elemen modal. 4. Uang muka dan jaminan yang dapat diminta kembali. - uang muka merupakan pembayaran di muka dari pembeli untuk barang-barang yang dipesan. Sebelum barang-barang diserahkan pada pembeli, uang muka tersebut merupakan utang jangka pendek. - Jaminan yang diminta dari langganan juga merupakan utang, jika jaminan itu dapat ditarik kembali sewaktu-waktu, maka merupakan utang jangka pendek. Tetapi jika jaminan itu akan disimpan dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama, maka termasuk dalam kelompok utang jangka panjang. 5. Dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga. - Jaminan yang diminta dari langganan juga merupakan utang, jika jaminan itu dapat ditarik kembali sewaktu-waktu, maka merupakan utang jangka pendek. Tetapi jika jaminan itu akan disimpan dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama, maka termasuk dalam kelompok utang jangka panjang. - Sebagai contoh setiap membayar gaji pegawai dipotong 15% sebagai pajak penghasilan pegawai yang nantinya akan disetorkan ke kas negara. Pajak yang dipotong oleh perusahaan dicatat sebagai utang lancar. Apabila gaji pegawai bulan November 2005 sebesar Rpl ,- maka PPh pegawai sebesar 15% akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Gaji dan upah Rp l ,- Utang pajak penghasilan karyawan Rp ,- Kas ,- - Perusahaan-perusahaan yang dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) akan membebankan PPN ini kepada pembeli, yaitu dengan menambahkan PPN pada harga jual. PPN yang diterima dicatat sebagai utang sampai saat penyetorannya ke Kas Negara. Utang Jangka Pendek 17

24 - Misalnya: Penjualan bulan Maret 2005 sebesar Rp ,-, termasuk PPN sebesar 10%, maka pencatatan penjualan dilakukan dengan jurnal sebagai berikut: Kas Rp ,- Penjualan Rp ,- Utang PPN ,- - Perhitungan: PPN = 10/no x Rp ,- = Rp ,-. - Pada saat menyetorkan PPN tersebut ke Kas Negara, dibuat jurnal sebagai berikut: Utang PPN Kas Rp ,- Rp ,- 6. Utang biaya (biaya yang masih akan dibayar). - Utang biaya merupakan utang yang timbul dari pengakuan akuntansi terhadap biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah utang yang timbul dari gaji dan upah, bonus, biaya sewa dan Iain-lain. Bonus yang diberikan pada karyawan-karyawan tertentu kadangkadang menimbulkan masalah tersendiri. Bonus itu dapat dihitung dengan dasar penjualan atau laba, tergantung pada perjanjiannya. Apabila bonus dihitung atas dasar laba, maka perhitungannya dapat dilakukan dengan 3 cara sebagai berikut: a. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan (PPh). b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan sebelum dikurangi bonus. c. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan. Penggunaan masing-masing cara di atas dapat dilihat dari contoh berikut ini: 18 Utang Jangka Pendek

25 PT Tamma Selamat memberikan bonus untuk kepala bagian penjualan sebesar 10% dari laba. Laba tahun 2005 sebesar Rpl ,-. PPh sebesar 15% dari laba bersih. Misalnya B = Bonus P = Pajak. Perhitungan bonus masing-masing cara di atas sebagai berikut: a. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan PPH: B = 0,10 x Rp l ,- B = Rp l00.000,-. PPh = 15% x (Rp l ,- Rp l00.000,-) PPh = Rp l35.000,- b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi PPH sebelum dikurangi dengan bonus: B = 0,10 (Rp l ,- - P) P = 0,15 (Rp l ,--b) P dalam persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua, maka B dapat dihitung sebagai berikut: B = 0,10[Rp l ,- 0,15 (Rp l ,- - B)] B = 0,10(RP ,- Rp l50.000,- + 0,15B) B = Rp l00.000,- - Rpl5.000,- + 0,015 B B 0,015 B = Rp ,- 0,985 B = Rp ,- B = Rp ,40. PPh dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua sebagai berikut: P = 0,15 (Rp l ,- Rp ,40) P = 0,15 x Rp ,60 P = Rp l37.055,84. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan PPh: B = 0,10 (Rp l ,- B P) P = 0,15 (Rp l ,- B) P dalam persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua, maka B dapat dihitung sebagai berikut: B = 0,10 [Rpl ,- B 0,15 (Rp l ,-- B)] B = 0,10 (Rpl ,- B Rp l50.000,- + 0,15 B) B = Rp l00.000,- 0,1 B Rp l5.000,- + 0,015 B B + 0,10 B 0,015 B = Rp ,- 1,0985 B = Rp ,- B = Rp77.378,-. Utang Jangka Pendek 19

26 PPh dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua sebagai berikut: P = 0,15 (Rpl ,- - Rp77.378,-) = 0,15 (Rp ,-) P = Rp l38.393,-. Perhitungan jumlah yang masih akan dibayar untuk gaji dan upah, bunga, sewa, dan Iain-lain dilakukan dengan dasar waktu terjadinya biaya tersebut. Misalnya gaji pegawai dibayarkan tiap tanggal 5 bulan berikutnya. Jika gaji dan upah bulan Desember 2005 sebesar Rpl ,- maka pada tanggal 31 Desember 2005 dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat utang gaji dan upah sebagai berikut: Gaji dan upah Utang gaji dan upah Rpl ,- Rpl ,- Prosedur yang sama digunakan juga untuk menghitung biaya-biaya lain yang masih akan dibayar. - Pendapatan diterima di muka. Jumlah yang diterima dari langganan untuk barang-barang dan jasa-jasa yang akan diserahkan dalam periode yang akan datang dicatat sebagai pendapatan yang diterima di muka dan dilaporkan di bawah kelompok utang jangka pendek. Contoh dari pendapatan yang diterima di muka adalah uang muka yang diterima untuk langganan majalah/surat-surat kabar. Jumlah penerimaan ini merupakan pendapatan yang diterima di muka sampai majalah/surat kabarnya diserahkan pada pembeli. 2.3 Taksiran Utang Biasanya jumlah kewajiban dari suatu utang sudah dapat ditentukan, baik dari kontrak maupun dari perhitungan dengan dasar suatu tarif tertentu. Akan tetapi tidak semua utang dapat ditentukan jumlahnya, kadang-kadang terdapat utang-utang yang sudah jelas harus dibayar, tetapi pada tanggal neraca jumlahnya masih belum pasti. Karena jumlahnya masih belum jelas, tetapi kewajibannya sudah«pasti maka pada tanggal neraca dilakukan perhitungan jumlah kewajiban dengan cara taksiran. Taksiran utang ini mungkin dikelompokkan sebagai utang jangka pendek atau jangka panjang, tergantung pada saat pelunasan utang tersebut. Jika pelunasannya segera, maka dikelompokkan sebagai utang jangka pendek, 20 Utang Jangka Pendek

27 tetapi jika pelunasannya akan dilakukan beberapa periode yang akan datang maka dikelompokkan sebagai utang jangka panjang. Beberapa jenis taksiran utang jangka pendek yang nampak dalam neraca adalah: a. Taksiran Utang Pajak Penghasilan Pada akhir periode sesudah diketahui laba yang diperoleh, diperlukan untuk menaksir besarnya pajak penghasilan yang akan menjadi beban tahun yang bersangkutan. Besarnya pajak biasanya ditaksir dengan cara mengalikan tarif pajak yang berlaku dengan jumlah laba. Sesudah taksiran pajak ini dihitung, akan dicatat dengan jurnal yang mendebit rekening pajak penghasilan dan dikreditkan ke rekening utang pajak penghasilan. b. Taksiran Utang Hadiah yang Beredar Kadang-kadang ditawarkan hadiah atas pembelian barang-barang tertentu. Hadiah-hadiah ini merupakan biaya untuk periode di mana penjualan barang-barang tersebut terjadi. Apabila hadiah-hadiah itu habis waktunya pada akhir periode maka tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian. Tetapi apabila jangka waktu pengambilan hadiah melampaui suatu periode akuntansi, maka pada akhir tahun dibuat jurnal penyesuaian yang mendebit rekening biaya hadiah penjualan dan mengkredit rekening utang hadiah yang beredar. Jumlah utang hadiah yang beredar ini dihitung dengan cara taksiran dari jumlah penjualan. c. Taksiran Utang Garansi Jika barang-barang yang dijual disertai dengan garansi untuk perbaikanperbaikan maka pada akhir periode dihitung taksiran jumlah biaya yang akan terjadi sebagai akibat garansi tersebut. Taksiran biaya itu didebitkan ke rekening biaya garansi dan dikreditkan ke rekening taksiran utang garansi. Cara tersebut merupakan cara yang sesuai dengan prinsip matching atau mempertemukan. Dengan cara ini yang selanjutnya disebut expense warranty treatment biaya garansi dibebankan sebagai biaya pada periode dicatatnya penjualan. Sebagai contoh, misalnya PT HASTA menghasilkan televisi. Berdasarkan pengalaman, garansi untuk satu set televisi rata-rata sebesar Rp50.000,-. Harga jual satu televisi sebesar Rpl ,-. Jurnal yang dibuat oleh PT HASTA untuk mencatat penjualan, taksiran garansi, dan biaya yang sesungguhnya dikeluarkan sebagai berikut: Utang Jangka Pendek 21

28 Januari - Desember 2005 Penjualan set Rpl ,- Piutang Penjualan Jurnal Rp l ,- Rp l ,- 31 Desember 2005 Taksiran biaya garansi: x Rp50.000,- = Rp ,- Biaya garansi Taksiran utang garansi Rp ,- Rp ,- Selama tahun 2006 Biaya perbaikan sesungguhnya untuk televisi yang masih dalam masa garansi sebesar Rp ,-. Biaya ini terdiri dari spare part, gaji dan sebagainya. Taksiran utang garansi Kas, persediaan suku cadang dan Iain-lain Rp ,- Rp ,- Ada satu metode lain yang dapat digunakan untuk mencatat biaya garansi. Metode lain ini disebut sales warranty treatment. Dalam metode ini sebagian harga jual ditunda pengakuannya, sampai saat terjadinya pengeluaran biaya garansi yang sesungguhnya. Karena cara ini juga berdasar pada dasar accrual, maka dapat digunakan. Kelemahannya, adalah dilihat dari prinsip mempertemukan. Dalam cara ini, penghasilan ditunda menunggu sampai terjadinya biaya. Seharusnya, yang benar adalah biaya dibebankan sesuai dengan saat pengakuan pendapatan. Oleh karena itu, cara pertama (expense warranty treatment) sebaiknya yang digunakan. d. Taksiran Utang Pensiun Apabila karyawan yang berhenti sesudah bekerja untuk jangka waktu tertentu diberi pensiun, maka biaya pensiun yang dibayarkan selama masa hidupnya karyawan tersebut akan dibebankan sebagai biaya ke periodeperiode di mana karyawan tersebut bekerja. Jumlah pensiun yang akan dibayarkan ditaksir berdasarkan jumlah karyawan, umur dan jangka waktu pembayaran pensiun. Selanjutnya jumlah taksiran tadi dibagi dengan taksiran 22 Utang Jangka Pendek

29 jangka waktu bekerjanya karyawan tersebut. Setiap periode jumlah taksiran ini didebitkan ke rekening biaya gaji dan upah atau biaya produksi tidak langsung dan dikreditkan ke rekening utang pensiun. Pada saat pensiun dibayar, rekening utang pensiun didebit dan rekening kas dikredit. 2.4 Utang Bersyarat (Contingent Liabilities) Utang-utang bersyarat merupakan utang-utang yang sampai pada tanggal neraca masih belum pasti apakah akan menjadi kewajiban atau tidak. Utang-utang semacam ini timbul akibat kegiatan di masa yang lalu. Untuk menentukan apakah suatu utang itu merupakan utang bersyarat atau taksiran utang, dasarnya adalah kepastian timbulnya kewajiban. Jika kewajiban membayar itu pasti timbul, walaupun jumlahnya belum pasti maka utang jenis ini merupakan taksiran utang. Tetapi jika kewajiban membayar itu masih belum pasti, mungkin jumlahnya sudah pasti atau mungkin juga belum pasti, maka utang-utang seperti ini merupakan utang-utang bersyarat. Jadi sesungguhnya perbedaan yang ada di antara taksiran utang dengan utang bersyarat adalah kepastian timbulnya kewajiban membayar dan bukannya mengenai kepastian jumlahnya. Yang termasuk dalam utang-utang bersyarat adalah: (a) Piutang wesel didiskontokan dan piutang dijaminkan. (b) Endorsemen bersyarat atas wesel-wesel. (c) Sengketa hukum. (d) Tambahan pajak yang belum jelas kepastiannya. (e) Jaminan terhadap utang anak perusahaan. (f) Garansi terhadap penurunan harga barang-barang yang dijual. Utang bersyarat dalam neraca bisa ditunjukkan dengan catatan kaki atau dilaporkan dengan judul tersendiri, tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan utang-utang yang lain. Utang Jangka Pendek 23

30 Pertanyaan Kuis 1. Apakah definisi utang? Dan Jelaskan pengelompokan utang dalam tiga kelompok! 2. Syarat apakah yang diperlukan untuk dipenuhi agar suatu utang dapat dikelompokkan dalam utang yang sudah pasti? 3. Apakah bedanya taksiran utang dengan utang bersyarat? 4. Berikan contoh beberapa jenis utang yang masuk dalam kelompok taksiran utang! 5. Pendapatan yang diterima di muka masuk kelompok utang yang mana? 6. Apabila diinginkan untuk mempertemukan semua biaya yang terjadi dengan pendapatannya, taksiran utang garansi sebaiknya dicatat dengan metode yang mana? 24 Utang Jangka Pendek

31 Pertanyaan Aplikasi 1. Berikut ini adalah transaksi yang terjadi dalam PT Darma dalam bulan Agustus a. Penjualan barang dagangan sebesar Rp l ,-. Jaminan kerusakan periode-periode sebelumnya ditaksir sebesar 5%. b. Pembelian kredit barang dagangan sebesar Rp ,-. PT ABC menggunakan metode buku (perpetual). c. Meminjam uang dari bank sebesar Rp l ,- dengan bunga 18% per tahun dibayar setiap tanggal 31 Desember. d. Mengeluarkan wesel untuk mengganti utang dagang dari pembelian dalam transaksi b di atas, bunga wesel 12% per tahun. e. Penjualan tunai Rp ,-, termasuk PPN 10%. f. Mencatat bonus bagian penjualan sebesar Rp l ,-. g. Mencatat bunga wesel (dari transaksi d) untuk bulan Agustus. h. Mencatat gaji karyawan sebesar Rp ,-. Uang yang bayarkan sebesar Rp ,-, selisihnya merupakan berbagai potongan. i. Mencatat biaya garansi sebesar Rp ,- (lihat transaksi a), j. Mencatat utang bunga pinjaman bank (transaksi c) untuk bulan Agustus. Pertanyaaan : Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi di atas?. 2. Direktur utama PT Hasta berdasarkan kontrak dengan PT Tamma akan mendapat bonus setiap tahun dari tahun 2004 sampai dengan Tarif pajak penghasilan diketahui sebesar 35% selama empat tahun itu. Laba sebelum dikurangi bonus dan pajak setiap tahun sebagai berikut: Utang Jangka Pendek 25

32 Tahun Laba 2004 Rp , , , ,- Bonus untuk direktur utama PT Hasta sebesar 12% setiap tahunnya dan bonus itu dapat dikurangkan pada laba PT Hasta untuk tujuan penentuan pajak penghasilan. Bonus dihitung sebagai berikut: a bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan. b bonus dihitung dari laba setelah dikurangi bonus tetapi sebelum dikurangi pajak penghasilan. c bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus, tetapi sesudah dikurangi pajak penghasilan. d bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan. Pertanyaan : Hitunglah besarnya bonus yang diberikan. Hitunglah pajak penghasilan untuk setiap tahun. 26 Utang Jangka Pendek

33 3 UTANG JANGKA PANJANG Overview Utang jangka panjang digunakan untuk menunjukkan utang-utang yang pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar. Utang jangka panjang timbul karena adanya kebutuhan dana untuk pembelian tambahan aktiva tetap, menaikkan jumlah modal kerja permanen, membeli perusahaan lain atau dimungkinkan untuk melunasi utang-utang yang lain. Tujuan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat dan jenis, pengakuan, pencatatan, pelaporan dan pengungkapan utang obligasi 2. Mahasiswa mampu menerapkan perlakuan akuntansi terhadap utang obligasi Utang Jangaka Panjang 27

34 Politeknik Telkom Akuntansi Keuanagn Utang Jangka Panjang Utang jangka panjang adalah utang-utang yang pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumbersumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar. Jenis utang jangka panjang diantaranya adalah utang obligasi, utang wesel jangka panjang, utang hipotik, uang muka dari perusahaan afiliasi, utang kredit bank jangka panjang dan Iainlain. Utang jangka panjang timbul karena adanya kebutuhan dana untuk pembelian tambahan aktiva tetap, menaikkan jumlah modal kerja permanen, membeli perusahaan lain atau dimungkinkan untuk melunasi utang-utang yang lain. 3.2 Utang Obligasi Apabila perusahaan membutuhkan tambahan modal kerja tetapi tidak dapat melakukan emisi saham baru, dapat dipenuhi dengan cara mencari utang jangka panjang. Dalam hal sulit mencari utang yang jumlahnya besar dari satu sumber, perusahaan dapat mengeluarkan surat obligasi. Surat obligasi ini akan dapat dijual bila reputasi perusahaan cukup baik dan dipandang akan dapat tetap berdiri selama jangka waktu beredarnya obligasi tersebut. Harga jual obligasi tergantung pada tarif bunga obligasi. Semakin besar bunganya, harga jual obligasi tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah tingkat bunga obligasi harga jualnya akan semakin rendah. Pengeluaran obligasi dari suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara penjualan langsung atau melalui lembaga-tembaga keuangan. Obligasi yang dikeluarkan dicatat dalam rekeningnya sebesar nilai nominal. Dalam hal harga jual obligasi tidak sama dengan nominal, selisihnya dicatat tersendiri yaitu bila dijual di atas nominal selisihnya dicatat dalam rekening agio obligasi, jika harga jualnya di bawah nilai nominal, selisihnya dicatat dalam rekening disagio obligasi. Biaya penjualan obligasi diperhitungkan sebagai pengurang harga jual dan tidak dicatat dalam rekening tersendiri. Apabila obligasi itu dikeluarkan untuk menukar aktiva tetap, pencatatannya dilakukan dengan jumlah sebesar harga jual obligasi. Harga jual ini dicatat sebagai harga perolehan aktiva tetap. Jika harga jual obligasi tidak dapat diketahui, pencatatan dapat menggunakan jumlah harga pasar (harga penilaian) aktiva tetap. Kalau harga jual obligasi atau harga pasar aktiva tetap yang dijadikan dasar pencatatan utang obligasi itu tidak sama dengan nilai nominal obligasi, selisihnya dicatat dalam rekening agio atau disagio obligasi. 28 Utang Jangka Panjang

35 Pengeluaran obligasi dapat dicatat dengan dua cara yaitu: a) Pencatatan hanya pada obligasi yang terjual b) Obligasi yang terjual dan yang belum terjual dicatat. Untuk menjelaskan kedua metode tersebut, berikut disajikan contoh sebagai berikut: Pada tanggal 1 Januari 2005 PT Tamma Selamat merencanakan pengeluaran obligasi sebesar Rp l ,- dengan bunga 10% per tahun. Obligasi akan dijual pada waktu yang berbeda-beda tergantung pada kebutuhan uang. Misalnya transaksi penjualan yang terjadi seperti di bawah, jurnal yang dibuat sebagai berikut a) Yang dicatat hanya obligasi yang terjual Transaksi 1 Januari 2005 merencanakan pengeluaran obligasi 10%, Rp ,- Jurnal Tidak ada Jurnal 1 April 2005 Obligasi nominal Rp ,- dijual dengan kurs Juli 2005 Obligasi nominal Rp ,- dijual dengan kurs 99% Kas Utang obligasi Agio obligasi Kas Disagio obligas Utang obligasi Rp ,- Rp99.000, ,- Rp , ,- Rpl00.000,- b) Obligasi yang terjual ataupun belum terjual dicatat 1 Januari 2005 Obligasi yang merencanakan belum terjual pengeluaran obligasi Otorisasi utang 10%, Rp ,- obligasi 1 April 2005 Obligasi nominal Rp ,- dijual dengan kurs Juli 2005 Obligasi nominal Rp ,- dijual dengan kurs 99% Kas Utang obligasi Agio obligasi Kas Disagio obligas Utang obligasi Rp ,- Rp ,- Rp99.000, ,- Rp ,- Rp , ,- Rpl00.000,- Utang Jangaka Panjang 29

36 Politeknik Telkom Akuntansi Keuanagn 2 Jika pencatatan obligasi dilakukan dengan cara kedua yaitu jumlah yang diotorisasi dicatat dalam buku, jumlah obligasi yang beredar dapat diketahui dari rekening otorisasi utang obligasi dikurangi saldo rekening obligasi yang belum terjual. Kadang-kadang penjualan obligasi dilakukan dengan cara pesanan lebih dahulu. Dalam cara ini pembeli membayar uang muka dan akan melunasi pada tanggal tertentu. Dalam penjualan obligasi melalui pesanan, surat obligasi baru diserahkan pada pembeli bila harga obligasi sudah dilunasi. Jumlah yang belum dilunasi oleh perusahaan dicatat sebagai piutang dan jumlah obligasi yang dipesan dikreditkan ke rekening utang obligasi dipesan. Pencatatan agio atau disagio obligasi dilakukan pada waktu pesanan diterima. Jurnal yang dibuat bila terjadi pesanan obligasi dapat dilihat dari contoh berikut ini: a) Hanya obligasi yang terjual yang dicatat. 1 Januari 2005 merencanakan pengeluaran obligasi 10%, Rp ,- 1 Mei 2005 Diterima pesanan 200 lembar obligasi dengan kurs 101. Pembayaran pertama sebesar 40%. 1 Juli 2005 Diterima uang sisa pesanan 60% dari obligasi sebanyak 75 lembar = 60% x 75 x Rpl.010,- = Rp40.450,- 1 Juli lembar obligasi diserahkan kepada pemesan Kas Piutang pesanan obligasi Utang obligasi dipesan Agio obligasi Kas Piutang pesanan obligasi Ulang obligasi dipesan Ulang obligasi Tidak ada jurnal Rp80.800, ,- Rp40.450,- Rp75.000,- Rp , ,- Rp40.450,- Rp75.000,- b) Obligasi yang terjual ataupun yang belum terjual dicatat. 1 Januari 2005 Merencanakan pengeluaran obligasi 10%, Rp ,- Obligasi yang belum terjadi Otorisasi utang obligasi Rp ,- Rp ,- 30 Utang Jangka Panjang

37 1 Mei 2005 Diterima pesanan 200 lembar obligasi dengan kurs 101. Pembayaran pertama sebesar 40%. 1 Juli 2005 Diterima uang sisa pesanan 60% dari obligasi sebanyak 75 lembar = 60% x 75 x Rpl.010,- = Rp40.450,- 1 Juli lembar obligasi diserahkan kepada pemesan Kas Piutang pesanan obligasi Utang obligasi dipesan Agio obligasi Kas Piutang pesanan obligasi Ulang obligasi dipesan Ulang yang belum terjual Rp80.800, ,- Rp40.450,- Rp75.000,- Rp , ,- Rp40.450,- Rp75.000,- Apabila pada tanggal penyusunan neraca masih ada pesanan obligasi yang belum dilunasi maka saldo rekening utang obligasi dipesan dilaporkan di dalam neraca menambah utang obligasi, sedang rekening piutang pesanan obligasi dilaporkan dalam kelompok aktiva lancar jika akan dilunasi dalam waktu satu tahun. Apabila pelunasan-nya lebih dari satu tahun dilaporkan dalam kelompok aktiva Iain-lain. Rekening agio obligasi dilaporkan menambah utang obligasi dalam neraca dan disagio obligasi dilaporkan mengurangi utang obligasi. 3.3 Prosedur Amortisasi Agio Dan Disagio Obligasi Penjualan obligasi dengan harga yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai nominalnya menimbulkan agio atau disagio obligasi. Agio atau disagio merupakan penyesuaian terhadap tarif bunga nominal karena tarif bunga obligasi tidak sama dengan tingkat bunga di pasar. Dengan kata lain, agio atau disagio obligasi merupakan kapitalisasi dari perbedaan tarif bunga obligasi dengan tingkat bunga umum selama umur obligasi. Apabila dalam penjualan obligasi timbul disagio, maka disagio ini akan ditambahkan pada biaya bunga obligasi yang dibayarkan selama umur obligasi dan dikreditkan ke rekening disagio obligasi. Apabila penjualan obligasi menimbulkan agio, maka agio ini merupakan pengurangan terhadap biaya bunga obligasi yang dibayar selama umur obligasi dan dikreditkan ke rekening biaya bunga obligasi. Amortisasi agio atau disagio obligasi dapat dilakukan dengan cara garis lurus ataupun bunga efektif. Utang Jangaka Panjang 31

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022)

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022) CURRENT LIABILITIES By : DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) 7232288/ 08122488071 Fax (022) 7201756 Email : duddyrudianto@telkom.netdd di t Financing Decisions :

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2)

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2) LAPORAN KEUANGAN (Materi 2) Laporan keuangan terdiri dari dua laporan utama dan beberapa laporan yang sifatnya sebagai pelengkap. Laporan utama tersebut adalah : 1. Laporan Perhitungan Rugi-Laba 2. Neraca

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN. Pengertian Laporan Keuangan

LAPORAN KEUANGAN. Pengertian Laporan Keuangan BAB 3 LAPORAN KEUANGAN Tujuan Pengajaran: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian laporan keuangan 2. Membedakan dan menggolongkan jenis aktiva dan pasiva 3.

Lebih terperinci

BAB 9 KEWAJIBAN. Setiap perusahaan umumnya memiliki kewajiban atau yang biasa disebut dengan utang yang harus diselesaikan atau dibayar oleh

BAB 9 KEWAJIBAN. Setiap perusahaan umumnya memiliki kewajiban atau yang biasa disebut dengan utang yang harus diselesaikan atau dibayar oleh BAB 9 KEWAJIBAN A. Pengertian Kewajiban Setiap perusahaan umumnya memiliki kewajiban atau yang biasa disebut dengan utang yang harus diselesaikan atau dibayar oleh Kewajiban adalah utang yang harus dibayar

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas

BAB II BAHAN RUJUKAN. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

Lebih terperinci

Oleh. M. Rezeki Apriliyan, SE., MM.

Oleh. M. Rezeki Apriliyan, SE., MM. Oleh M. Rezeki Apriliyan, SE., MM. Dalam Akuntansi, utang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang, yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa kini

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi

Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi 1. Pengertian dan klasifikasi akun (rekening). Akun merupakan suatu formulir yang digunakan untuk mencatat pengaruh perubahan nilai (penambahan atau

Lebih terperinci

KEWAJIBAN. penyerahan kas, barang, atau jasa. KLASIFIKASI KEWAJIBAN pendek). 2. Kewajiban jangka panjang.

KEWAJIBAN. penyerahan kas, barang, atau jasa. KLASIFIKASI KEWAJIBAN pendek). 2. Kewajiban jangka panjang. KEWAJIBAN PENGERTIAN KEWAJIBAN Kewajiban adalah utang suatu perusahaan yang timbul dari transaksi pada waktu yang lalu dan harus dibayar dengan kas, barang, atau jasa, di masa yang akan datang. KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Tidak Berwujud

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Tidak Berwujud AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Akuntansi Pajak atas Aktiva Tidak Berwujud Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS 1. Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI A. AKUN a. Akun Riil

ekonomi Sesi PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI A. AKUN a. Akun Riil ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 04 Sesi PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI A. AKUN Persamaan akuntansi merupakan hal yang paling mendasar dari struktur akuntansi karena pencatatan transaksi hingga berbentuk

Lebih terperinci

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN Analisa laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Bank Perkreditan Rakyat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

AKUNTANSI TERHADAP MODAL SAHAM

AKUNTANSI TERHADAP MODAL SAHAM AKUNTANSI TERHADAP MODAL SAHAM (Materi 2) Beberapa istilah tentang Modal Saham : 1. Modal Dasar / Otorisasi Modal Saham Jumlah lembar saham dan nilai nominalnya pada saat pendirian perusahaan, dan dicantumkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Akuntansi sering disebut sebagai bahasanya dunia usaha karena akutansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan pihak

Lebih terperinci

Laporan Keuangan. Laporan Laba/ Rugi. Laporan Perubahan Modal. Neraca. Laporan Arus Kas

Laporan Keuangan. Laporan Laba/ Rugi. Laporan Perubahan Modal. Neraca. Laporan Arus Kas MATERI K.D 1.5 Kompetensi Dasar : 1.5 Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Dagang Kegiatan akhir dari proses akuntansi perusahaan dagang di antaranya adalah membuat laporan keuangan. Secara umum komponen

Lebih terperinci

PERTEMUAN 14 MODAL SAHAM (2) DAN LABA DITAHAN

PERTEMUAN 14 MODAL SAHAM (2) DAN LABA DITAHAN PERTEMUAN 14 MODAL SAHAM (2) DAN LABA DITAHAN Klasifikasi Modal Perseroan Terbuka Pada waktu berdiri modal PT diperoleh dari penjualan saham, yg tercantum dalam akte perusahaan. Tetapi masih mungkin terjadi

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB Pengertian Sumber dana jangka panjang merupakan sumber dana yang memiliki jangka waktu panjang yaitu lebih dari 10 tahun. Sumber dana jangka

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2. PENGAMPU Nugraeni

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2. PENGAMPU Nugraeni AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2 PENGAMPU Nugraeni PENGGABUNGAN USAHA DEFINISI Dalam PSAK No. 22 paragraf 8 disebutkan bahwa : Penggabungan usaha (Business Combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan

Lebih terperinci

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 73 Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang motif memegang kas, aliran kas dalam perusahaan,

Lebih terperinci

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity)

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity) PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity) Akuntansi Ekuitas 9. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa seingga memberikan informasi mengenai sumbernya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/22/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/22/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/22/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Hutang 1. Pengertian Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

A. PILIHALAH JAWABAN YANG PALING BENAR

A. PILIHALAH JAWABAN YANG PALING BENAR YAYASAN PERGURUAN ISLAM REPUBLIK INDONESIA SMK PIRI 3 YOGYAKARTA KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN Proram Keahlian : Akuntansi, Administrasi Perkantoran dan Multimedia Alamat : Jl. MT Haryono 23, Pugeran,

Lebih terperinci

BAB 9 LAPORAN KEUANGAN

BAB 9 LAPORAN KEUANGAN BAB 9 LAPORAN KEUANGAN A. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Pada bab 8 sudah dijelaskan bahwa neraca lajur merupakan alat bantu untuk memudahkan dalam membuat laporan keuangan yang meliputi: 1. Laporan laba

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 AKTIVA TETAP BERWUJUD (2) DAN AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD

PERTEMUAN 9 AKTIVA TETAP BERWUJUD (2) DAN AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD PERTEMUAN 9 AKTIVA TETAP BERWUJUD (2) DAN AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD Metode Penghitungan Depresiasi (2) Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Method) Dalam metode ini beban depresiasi tahun-tahun pertama

Lebih terperinci

BALANCE SHEET. (laporan Posisi Keuangan NERACA)

BALANCE SHEET. (laporan Posisi Keuangan NERACA) BALANCE SHEET (laporan Posisi Keuangan NERACA) Laporan Keuangan yang menyajikan ASET, KEWAJIBAN DAN MODAL. Aktiva/Aset : Sumber2 eokonomi yang duharapkan memberi manfaat di masa mendatang yang cukup pasti,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi-transaksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan terhadap aktiva, hutang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ekuitas Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan undang-undang, mempunyai eksistensi yang terpisah dari para pemiliknya dan dapat melakukan

Lebih terperinci

HAK-HAK PEMEGANG SAHAM

HAK-HAK PEMEGANG SAHAM HAK-HAK PEMEGANG SAHAM (Transaksi Setelah Pendirian Perusahaan) Materi 3 Transaksi-transaksi yang dapat mengakibatkan perubahan di dalam Modal Saham : 1. Emisi Saham (pengeluaran saham baru) 2. Penarikan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa BAB IV ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk IV.1 Analisis Laporan Arus Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Lebih terperinci

AKTIVA TETAP BERWUJUD

AKTIVA TETAP BERWUJUD AKTIVA TETAP BERWUJUD A. PENGERTIAN Aktiva tetap berwujud adalah aktivaaktiva yang mempunyai wujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Karakteristik utama

Lebih terperinci

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) 2 0 DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1B KELOMPOK / JENIS HARTA BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) NILAI SISA BUKU FISKAL AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL METODE HARTA BERWUJUD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

BAB 7 PENYESUAIAN DAN KOREKSI AKUN

BAB 7 PENYESUAIAN DAN KOREKSI AKUN BAB 7 PENYESUAIAN DAN KOREKSI AKUN A. Kebutuhan Penyesuaian Penentuan besarnya pendapatan dan beban yang harus dilaporkan pada akhir periode akuntansi bisa mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan para

Lebih terperinci

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS) AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS) KUWAT RIYANTO, SE. M.M. 081319434370 http://kuwatriy.wordpress.com Kuwat_riyanto@yahoo.com PENGERTIAN AKTIVA TETAP

Lebih terperinci

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007 P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007 P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Per 30 Juni 2010 dan 2009

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Per 30 Juni 2010 dan 2009 1. UMUM a. Pendirian dan Informasi Umum PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. (Perusahaan) didirikan di Bandung berdasarkan Akta No. 7 tanggal 1 Juli 1988 dan Notaris Nany Sukarja, S. H. Akta Pendirian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 Peraturan Nomor VIII.G.7 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE TIGABELAS MODAL SAHAM (1)

PERTEMUAN KE TIGABELAS MODAL SAHAM (1) PERTEMUAN KE TIGABELAS MODAL SAHAM (1) Pengertian Modal Saham Saham merupakan Tanda bukti setoran pemilik terhadap sebuah perseroan. Saham yg merupakan bukti pemilikan perseroan terbatas mempunyai beberapa

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (Intangible Fixed Assets)

AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (Intangible Fixed Assets) AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (Intangible Fixed Assets) Secara umum Aktiva Tak Berwujud adalah kekayaan perusahaan yang tidak memiliki bentuk fisik, tetapi bermanfaat bagi perusahaan karena hak-hak yang melekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan ekonomi saat ini, banyak perusahaan yang melakukan penggabungan perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan keuntungan mereka. Penggabungan ini dapat

Lebih terperinci

ASSETS = LIABILITIES + EQUITY

ASSETS = LIABILITIES + EQUITY PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI (ACCOUNTING EQUATION ) Bentuk Persamaan Dasar Akuntansi Setiap perusahaan pasti memiliki harta (aktiva/asset), yang terdiri dari harta bergerak dan tidak bergerak, harta berwujud

Lebih terperinci

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f, NERACA KONSOLIDASIAN (UNAUDITED) AKTIVA Catatan 2008 2007 AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4,43 10.942.829 10.828.433 Penyertaan sementara 2c,2f,43 182.685 188.139 Piutang usaha 2c,2g,5,36,43 Pihak

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Lebih terperinci

KEWAJIBAN LANCAR (Current Liabilities)

KEWAJIBAN LANCAR (Current Liabilities) KEWAJIBAN LANCAR (Current Liabilities) PENGERTIAN Pengertian sederhana, kewajiban adalah utang yang harus dibayar oleh perusahaan. Lebih rinci, utang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari

Lebih terperinci

Analisis Aktivitas Pendanaan

Analisis Aktivitas Pendanaan TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Prilly Viliariezta Sutanto 1013044 / Akuntansi C Analisis Aktivitas Pendanaan Tinjauan Kewajiban Kewajiban lancar, adalah kewajiban yang pelunasannya diharapkan dapat diselesaikan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Maret 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 10.486.630 2. Penempatan pada Bank Indonesia 49.714.819 3. Penempatan pada bank lain 20.132.802 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 28 Februari 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 28 Februari 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 9.300.575 2. Penempatan pada Bank Indonesia 40.665.033 3. Penempatan pada bank lain 20.128.708 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

BAB XV AKUNTANSI UTANG

BAB XV AKUNTANSI UTANG BAB XV AKUNTANSI UTANG A. PENGERTIAN Jika kita ingat kembali persamaan dasar akuntansi, sisi kiri persamaan akuntansi adalah harta (aktiva) dan sisi kanan terdiri dari utang dan modal. Utang menunjukkan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 September 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 September 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 9,917,585 2. Penempatan pada Bank Indonesia 45,967,392 3. Penempatan pada bank lain 18,194,806 4. Tagihan spot dan derivatif 517,945 5. Surat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendapatan dan Beban 1. Pengertian Pendapatan Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal

Lebih terperinci

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900 NERACA KONSOLIDASI` PER 30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008 3 CATATAN ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c, 2l, 4, 24 Rp 3,111,393,145 Rp 1,677,351,069 Investasi jangka pendek 2d, 5 5,348,940,000 6,606,593,125

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 10.087 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3.680.914 3. Penempatan pada bank lain 1.451.922 4. Tagihan spot dan derivatif 14.824

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Per 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Per 31 Maret 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Per POS POS ASET 1. Kas 404,688 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,264,556 3. Penempatan pada bank lain 2,500,347 4. Tagihan spot dan derivatif 134,574 5. Surat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STMIK U BUDIYAH INDONESIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STMIK U BUDIYAH INDONESIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014 SATUAN ACARA PERKULIAHAN STMIK U BUDIYAH INDONESIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014 Matakuliah Jenjang/Jurusan/Program Studi SKS Dosen Pengasuh : Akuntansi Lanjutan : D3 / Komputerisasi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori a. Pengertian Akuntansi Manfaat akuntansi dalam menyediakan informasi keuangan sangat berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan serta memudahkan pengendalian

Lebih terperinci

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 126,249, Tabungan 150,395, Simpanan berjangka 176,843, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 126,249, Tabungan 150,395, Simpanan berjangka 176,843, Dana investasi revenue sharing LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 10,326,542 2. Penempatan pada Bank Indonesia 39,913,302 3. Penempatan pada bank lain 35,944,882 4. Tagihan spot dan

Lebih terperinci

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 140,517, Tabungan 169,907, Simpanan berjangka 177,035, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 140,517, Tabungan 169,907, Simpanan berjangka 177,035, Dana investasi revenue sharing LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 11,330,043 2. Penempatan pada Bank Indonesia 45,606,169 3. Penempatan pada bank lain 30,593,245 4. Tagihan spot dan

Lebih terperinci

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 127,892, Tabungan 151,961, Simpanan berjangka 171,717, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 127,892, Tabungan 151,961, Simpanan berjangka 171,717, Dana investasi revenue sharing LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 11,422,254 2. Penempatan pada Bank Indonesia 32,800,757 3. Penempatan pada bank lain 27,104,141 4. Tagihan spot dan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Desember 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Desember 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 10,991,946 2. Penempatan pada Bank Indonesia 54,511,144 3. Penempatan pada bank lain 10,991,847 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Oktober 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Oktober 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 8,974,304 2. Penempatan pada Bank Indonesia 27,151,229 3. Penempatan pada bank lain 21,862,811 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Januari 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Januari 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 9,457,847 2. Penempatan pada Bank Indonesia 36,278,608 3. Penempatan pada bank lain 16,536,185 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Tanggal: POS POS ASET 1. Kas 153,176 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3,126,301 3. Penempatan pada bank lain 3,505,058 4. Tagihan spot dan derivatif 327,757 5.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Tanggal: POS POS ASET 1. Kas 157,319 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,325,607 3. Penempatan pada bank lain 2,586,248 4. Tagihan spot dan derivatif 331,150 5.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Tanggal: POS POS ASET 1. Kas 156,848 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3,696,413 3. Penempatan pada bank lain 1,306,415 4. Tagihan spot dan derivatif 321,745 5.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Tanggal: POS POS ASET 1. Kas 127,300 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,573,635 3. Penempatan pada bank lain 2,831,923 4. Tagihan spot dan derivatif 280,677 5.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Tanggal: POS POS ASET 1. Kas 14,035 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,027,339 3. Penempatan pada bank lain 555,780 4. Tagihan spot dan derivatif 628,229 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 258,339 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,342,932 3. Penempatan pada bank lain 682,217 4. Tagihan spot dan derivatif 1,379,129 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 218,353 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,136,091 3. Penempatan pada bank lain 1,266,599 4. Tagihan spot dan derivatif 1,337,163 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 236,736 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,487,295 3. Penempatan pada bank lain 835,588 4. Tagihan spot dan derivatif 1,335,674 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 236,065 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,838,433 3. Penempatan pada bank lain 1,540,080 4. Tagihan spot dan derivatif 1,292,070 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 242,104 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,227,297 3. Penempatan pada bank lain 1,182,927 4. Tagihan spot dan derivatif 1,263,817 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 225,519 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,858,624 3. Penempatan pada bank lain 3,248,948 4. Tagihan spot dan derivatif 982,947 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2018 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 234,890 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,459,225 3. Penempatan pada bank lain 840,906 4. Tagihan spot dan derivatif 918,812 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2018 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 340,986 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,168,772 3. Penempatan pada bank lain 1,323,770 4. Tagihan spot dan derivatif 998,706 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2018 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 381,279 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,883,109 3. Penempatan pada bank lain 2,626,732 4. Tagihan spot dan derivatif 634,232 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 248,071 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,253,934 3. Penempatan pada bank lain 2,071,318 4. Tagihan spot dan derivatif 1,467,778 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 192,729 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,705,671 3. Penempatan pada bank lain 1,009,313 4. Tagihan spot dan derivatif 701,783 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PELATIHAN PENCATATAN KEUANGAN UNTUK USAHA KECIL

PELATIHAN PENCATATAN KEUANGAN UNTUK USAHA KECIL PELATIHAN PENCATATAN KEUANGAN UNTUK USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE. amanitanovi@uny.ac.id * Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat Optimalisasi Pengelolaan Usaha Kerajinan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 138,248 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,967,265 3. Penempatan pada bank lain 488,298 4. Tagihan spot dan derivatif 577 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 124,877 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,489,384 3. Penempatan pada bank lain 394,768 4. Tagihan spot dan derivatif 74,842 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 97,734 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,540,949 3. Penempatan pada bank lain 1,189,868 4. Tagihan spot dan derivatif 5,950 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 88,246 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,217,499 3. Penempatan pada bank lain 334,458 4. Tagihan spot dan derivatif 1,286 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 106,921 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,652,083 3. Penempatan pada bank lain 560,019 4. Tagihan spot dan derivatif 4,903 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 89,341 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,106,222 3. Penempatan pada bank lain 284,267 4. Tagihan spot dan derivatif 23,154 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 9.601.772 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37.086.352 3. Penempatan pada bank lain 14.455.137 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11.253.358 2. Penempatan pada Bank Indonesia 39.954.020 3. Penempatan pada bank lain 19.876.744 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 16,585,317 2. Penempatan pada Bank Indonesia 38,046,361 3. Penempatan pada bank lain 22,931,445 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,417,472 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37,972,458 3. Penempatan pada bank lain 19,313,423 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11,609,497 2. Penempatan pada Bank Indonesia 34,482,395 3. Penempatan pada bank lain 26,093,132 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci