BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Musa paradisiaca merupakan tanaman yang berasal dari family Musaceae

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Musa paradisiaca merupakan tanaman yang berasal dari family Musaceae"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Musa Paradisiaca Definisi Musa paradisiaca merupakan tanaman yang berasal dari family Musaceae yang juga tergolong dalam genus Musa (Kumar, 2012). Spesies ini juga merupakan salah satu tanaman paling tua yang diolah dan dibudidayakan (Kumar, 2012). Nama yang berkembang di masyarakat untuk spesies ini adalah pisang raja. Buah pisang raja memiliki beberapa variasi ukuran dan warna ketika matang yaitu kuning, merah, hingga ungu (Kumar, 2012). Pisang menjadi makanan pokok yang penting di beberapa negara bagian di Afrika Barat dan Tengah yang beriklim lembab. Tanaman ini merupakan tanaman paling penting kedua di dunia yang dibudidayakan setelah minyak palem (Akpabio, 2012). Tanaman ini tersebar di 130 negara di seluruh dunia dan mampu tumbuh tegap hingga mencapai tinggi lebih dari 9 meter. Puncak pohonnya diperpanjang dengan juntaian daun yang menggulung hingga mencapai 365 cm dengan lebar mencapai 61 cm (Kumar, 2012). Setiap pohon hanya menghasilkan satu bunga yang berbentuk seperti kantung dengan ujung bawah yang lancip dan berwarna merah hati. Buahnya berbentuk oval dengan ukuran panjang yang beragam, tergantung dari jenisnya (Kumar, 2012). Tanaman pisang memiliki batang semu yang tebal dan berair. Disebut semu karena batang pohon pisang ini tersusun dari lapisan pelepah yang sejatinya 10

2 11 merupakan tulang daun pisang (Sumardi, 2010). Daun pisang sendiri memiliki bentuk lonjong yang panjang dan lebar dengan tekstur lembab dan halus pada permukaannya serta tumpul pada bagian ujungnya. Secara morfologi, daun pisang terdiri dari tangkai daun, tulang daun, dan helai daun (Sumardi, 2010). Tangkai daun bermanifestasi menjadi batang semu, sedangkan bagian ujungnya berdiferensiasi menjadi tulang daun. Bentuk tulang daunnya menyirip dengan ibu tulang yang nyata dan cabang tulang yang halus (Hastari, 2012). Sebagian besar daun pisang memiliki ukuran yang berbeda satu dengan yang lainnya. Beberapa jenis dapat mencapai panjang hingga lebih dari 36 inchi (Gilman, 1994). Namun bentuk yang panjang dan lebar membuat daun pisang mudah robek jika diterpa angin. Tulang daun yang menonjol di bagian tengah daun cukup kuat untuk menopang daun yang panjang dan lebar (Gilman, 1994) Klasifikasi Berikut ini merupakan taksonomi pohon pisang: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Famili : Musaceae Genus : Musa Species : Musa paradisiaca Habitat Dan Perkembangbiakan

3 12 Tanaman Musa paradisiaca dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis sehingga tanaman ini dapat tumbuh hampir di seluruh wilayah di Indonesia (Menteri Negara Agribisnis dan Teknologi, 2000). Beberapa syarat agar tanaman pisang dapat tumbuh dengan baik diantaranya: a. Iklim Pisang terutama dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis basah, panas, dan lembab. Namun, dalam kondisi tanpa air, pisang masih dapat tumbuh dengan cadangan air yang tersimpan dalam batangnya, namun dalam hal ini, produksi buahnya tidak dapat diharapkan. Angin berkecepatan tinggi dapat merusak daunnya sehingga berpengaruh pada pertumbuhan bunga dan buahnya. Curah hujan optimum yang dibutuhkan tanaman pisang untuk tumbuh berkisar antara mm/tahun ((Menteri Negara Agribisnis dan Teknologi, 2000). b. Media Tanam Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus dan mengandung kapur. Pemupukan harus dilakukan secara teratur agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Air harus tersedia namun tidak boleh menggenang karena genangan air dapat membuat akar membusuk. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran tinggi hingga pegunungan dengan ketinggian hingga 2000 m di atas permukaan laut (Menteri Negara Agribisnis dan Teknologi, 2000) Kandungan Senyawa Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alisi (2008), daun pisang memiliki kandungan senyawa glikosida, antosianin, tannin, flavonoid, dan

4 13 karbohidrat. Keberadaan tannin, flavonoid, dan saponin diperkirakan berhubungan dengan aktivitas antimikrobial yang dimiliki oleh daun pisang (Alisi, 2008). Unsur protein, alkaloid, sterol, flavonoid, dan karbohidrat yang terkandung di dalam ekstrak daun pisang diduga terkait dengan efek analgesik yang ditimbulkan oleh ekstrak daun pisang (Gupta, 2011) 2.2 Anatomi Kulit Kulit, atau yang sering disebut membran kutaneus, membungkus permukaan luar tubuh dan merupakan organ terluas. Pada dewasa, luas seluruh kulit mencapai 2 m 2 dengan berat antara 4,5 kg hingga 5 kg. Ketebalan kulit berkisar antara 0,5 mm pada kelopak mata hingga 4 mm pada tumit (Tortora, 2011). Kulit dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis Epidermis Epidermis terdiri dari lapisan skuamosa pipih yang rapat. Terdapat empat sel utama di dalam lapisan ini, yaitu : keratinosit, melanosit, sel langerhans, dan sel merkel. Sembilan puluh persen sel epidermis merupakan keratinosit yang tersusun dalam empat hingga lima lapis ke bawah dan memproduksi protein keratin. Keratin merupakan protein fibrosa yang keras dan berguna dalam menjaga jaringan dibawahnya dari abrasi, panas, mikroba, dan zat kimia. Keratinosit juga memproduksi granula lamila yang menyekresi lapisan kedap air sehingga mengurangi kehilangan dan masuknya air ke dalam kulit.

5 14 Sekitar 8% dari lapisan epidermis merupakan melanosit yang merupakan penghasil pigmen melanin. Melanin adalah pigmen yang dihasilkan oleh sel melanosit yang memberi warna gelap pada kulit dan melindungi kulit dari sinar ultra violet. Lapisan epidermis terdiri dari: a. Stratum korneum: terdiri dari sel gepeng yang mati dan tidak mempunyai inti, mengandung keratin (sel tanduk). Lapisan ini merupakan lapisan paling luar dari epidermis. b. Stratum lusidum: merupakan sel gepeng tanpa inti yang jelas terlihat pada telapak tangan dan kaki. c. Stratum granulosum: terdiri dari sel gepeng yang berinti d. Stratum spinosum: merupakan lapisan paling tebal dan terdiri dari banyak glikogen. Sel-selnya disebut spinosum selnya berbentuk polygonal dan mempunyai banyak tanduk (spina) e. Stratum basale: bentuk selnya lonjong dengan inti yang lonjong, di dalamnya terdapat melanin. Pada lapisan ini terjadi pembelahan sel yang cepat dan sel baru akan naik ke lapisan yang lebih atas (Setiadi, 2007) Lapisan Dermis Merupakan lapisan kedua setelah epidermis. Dermis dilapisi oleh membran basalis dan berbatasan langsung dengan subkutis. Dalam lapisan ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. Terdapat juga folikel rambut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu:

6 15 a. Pars papilare: merupakan bagian atas dari dermis yang berbatasan dengan epidermis. Mengandung serabut saraf dan pembuluh darah yang memberi nutrisi pada epidermis di atasnya. b. Pars retikulare: merupakan bagian bawah dari dermis dan berbatasan dengan subkutan. Lapisan ini mengandung serabut kolagen, elastis, dan retikulus Lapisan Hypodermis Disebut juga lapisan subkutis. Terdiri dari kumpulan sel lemak dan terdapat pula serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak yang terdapat di lapisan ini disebut penikulus adiposus yang berguna sebagai shockbeker bila terjadi tekanan trauma mekanis yang menimpa kulit. (Setiadi, 2007) 2.3 Luka Bakar Definisi Luka bakar didefinisikan sebagai suatu trauma pada jaringan kulit atau mukosa yang disebabkan oleh pengalihan termis baik yang berasal dari api, listrik, atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Panas dapat dialihkan melalui hantaran maupun radiasi. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, kimia, dan radiasi. Panas dapat merusak jaringan dermis melalui proses koagulasi, denaturasi protein, atau ionisasi isi sel. Selain dermis, jaringan tubuh yang lebih dalam termasuk organ visera dapat mengalami kerusakan akibat pajanan yang lama dengan agen penyebab (Smeltzer & Bare, 2002).

7 Patofisiologi Pengalihan panas dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein, atau ionisasi isi sel. Kerusakan jaringan ini dapat berkembang menjadi nekrosis jaringan bahkan kegagalan fungsi organ (Smeltzer & Bare, 2002). Dalam dan luas luka bakar yang terjadi tergantung dari suhu dan lamanya kontak dengan agen penyebab. Perubahan patofisiologis akibat luka bakar yang berat selama awal periode syok mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung yang kemudian diikuti dengan fase hiperdinamik dan hipermetabolik (Smeltzer & Bare, 2002). Pada pasien yang mengalami luka bakar dengan luas kurang dari 20% dari total luas tubuh biasanya menimbulkan respon yang terutama bersifat lokal dan respon maksimal terlihat pada luka bakar yang mengenai 60% atau lebih dari luas permukaan tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Respon sistemik awal pada kasus luka bakar yang berat meliputi ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium, dan protein dari ruang intravaskuler ke interstisial. Hal ini mengarah pada gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Smeltzer & Bare, 2002). Efek dari ketidakstabilan hemodinamika terutama terjadi pada curah jantung. Penurunan jumlah cairan intravaskular akan menurunkan curah jantung yang selanjutnya menimbulkan penurunan tekanan darah. Tubuh merespon dengan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokonstriksi) dan frekuensi denyut nadi (Smeltzer & Bare, 2002).

8 17 Umumnya kebocoran cairan terbesar terjadi dalam 24 jam hingga 36 jam pertama dan puncaknya terjadi pada 6 jam hingga 8 jam. Pada luka bakar dengan luas kurang dari 30% gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan hanya terjadi di area luka sehingga pembentukan edema hanya terjadi di daerah luka (Smeltzer & Bare, 2002). Pada luka bakar yang luas, edema sistemik yang masif dapat terjadi. Tekanan pada pembuluh darah dan saraf pada ekstremitas distal oleh edema menyebabkan obstruksi aliran darah dan terjadilah iskemia yang disebut dengan sindrom kompartemen. Pada kasus ini harus dilakukan eskarotomi (insisi pada eskar) untuk mengurangi efek konstriksi dari jaringan yang terbakar (Smeltzer & Bare, 2002). Selain penurunan integritas vaskuler, kehilangan cairan diperparah dengan evaporasi yang dapat mencapai 3 liter hingga 5 liter atau lebih selama periode 24 jam sebelum permukaan kulit yang terbakar ditutup. Selama fase syok, respon terhadap resusitasi cairan bervariasi. Hiponatremia kerap terjadi terutama pada minggu pertama fase akut karena cairan mulai berpindah dari interstisial ke intravascular (Smeltzer & Bare, 2002). Hiperkalemia tejadi akibat destruksi sel yang masif (Smeltzer & Bare, 2002). Kerusakan sel darah merah dan penghancuran sebagian sel darah merah menginisiasi terjadinya anemia pada pasien luka bakar. Meskipun hal ini terjadi, namun nilai hematokrit pasien dapat meningkat akibat kehilangan plasma. Transfusi darah diperlukan untuk mempertahankan kadar hemoglobin darah dalam kaitannya dengan distribusi oksigen (Smeltzer & Bare, 2002).

9 18 Kerusakan sel darah merah akan menghasilkan hemoglobin bebas yang kemudian dieksresikan melalui urin. Myoglobin juga akan dilepaskan melalui urin jika terjadi kerusakan otot misalnya pada luka bakar akibat aliran listrik. Penggantian volume cairan yang adekuat akan menormalkan aliran darah renal. Jika aliran darah yang melewati tubulus renal tidak memadai, maka hemoglobin dan myoglobin akan menyumbat tubulus sehingga dapat terjadi nekrosis tubuler dan gagal ginjal (Smeltzer & Bare, 2002). Hilangnya lapisan kulit menyebabkan hilangnya kemampuan tubuh untuk mengatur suhu pasien cenderung berada pada kondisi hipotermi pada fase awal setelah luka bakar, namun setelah fase hipermetabolisme terjadi, pasien akan mengalami kondisi hipertermi meskipun tidak terjadi infeksi (Smeltzer & Bare, 2002) Klasifikasi Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya kerusakan jaringan yang terjadi yaitu superficial partial-thickness, deep partial-thickness, fullthickness. Istilah lain yang juga digunakan dalam menglasifikasikan luka bakar adalah luka bakar derajat I, derajat II, dan derajat III (Smeltzer & Bare, 2002). a. Luka bakar derajat I (superficial partial-thickness) Kerusakan terjadi di lapisan epidermis dan sebagian lapisan dermis. Luka terasa nyeri, tampak merah dan kering, atau mengalami lepuh/bullae. b. Luka bakar derajat II (deep partial-thickness)

10 19 Kerusakan yang terjadi tidak hanya meliputi epidermis dan dermis bagian atas, tapi hingga lapisan dermis yang lebih dalam. Luka terasa nyeri, tampak merah dan terdapat eksudasi cairan. Folikel rambut masih utuh. c. Luka bakar derajat III (full-thickness) Destruksi total pada lapisan epidermis dan dermis, bahkan beberapa hingga jaringan dibawahnya. Warna luka bakar bervariasi mulai dari putih, merah, coklat, atau hitam. Daerah luka tidak terasa nyeri karena serabut saraf sudah hancur. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut hancur (Smeltzer & Bare, 2002). Dalam menentukan kedalaman luka bakar, hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: riwayat terjadinya luka bakar, penyebab luka bakar (api, air mendidih, sengatan listrik, dll), suhu agen yang menyebabkan luka bakar, lamanya kontak dengan agen, dan tebalnya kulit (Smeltzer & Bare, 2002) Proses Penyembuhan Proses penyembuhan pada semua luka sama, dengan variasi sesuai dengan luas dan tingkat keparahan luka. Ada dua jenis luka, yaitu luka dengan jaringan yang hilang dan luka tanpa jaringan yang hilang (Potter & Perry, 2006). Luka insisi merupakan contoh luka tanpa jaringan yang hilang. Tepi luka pada luka insisi menempel sehingga akan mengalami proses penyembuhan primer dengan waktu penyembuhan yang lebih singkat. Pada luka dengan jaringan yang hilang seperti pada luka bakar, luka tekan, atau luka laserasi yang parah cenderung akan mengalami proses penyembuhan sekunder dengan waktu penyembuhan yang lebih panjang sehingga pada luka ini rentan terjadi infeksi. Pada luka ini tepi luka

11 20 tidak saling berdekatan sehingga luka akan tetap terbuka dan terisi oleh jaringan parut. Jaringan parut yang luas akan mengganggu fungsi jaringan. Penyembuhan luka terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap hemostasis dan perbaikan jaringan (Carville, 2005). a. Hemostasis Hemostasis terdiri dari tiga komponen yaitu: 1. Respon vasokonstriksi Respon ini muncul untuk mengurangi perdarahan dengan adanya spasme arteri, arteriol, dan kapiler di sekitar luka. 2. Respon platelet Merupakan proses pembentukan platelet. Jaringan vaskuler yang luka akan membentuk serat kolagen. Platelet yang berada di area luka akan menempel pada serat kolagen. Platelet kemudian menghasilkan serotonin dan prostaglandin yang bertanggung jawab terhadap spasme vaskuler dan penurunan aliran darah ke area luka. 3. Respon biokimia Merupakan tahap pembentukan dan penurunan bekuan darah. Proses ini terkait dengan pembentukan bekuan darah untuk membantu penutupan luka hingga peluruhan bekuan darah melalui fibrinolisis (Carville, 2005)

12 21 b. Perbaikan Jaringan Proses perbaikan jaringan merupakan proses normal pada penyembuhan luka. Proses ini terdiri dari fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi. 1. Fase Inflamasi Fase ini merupakan fase reaksi tubuh terhadap luka yang berlangsung mulai beberapa menit setelah cedera hingga selama kurang lebih tiga hari. Fase inflamasi diawali dengan mengontrol perdarahan (hemostasis) yaitu peningkatan suplai aliran darah menuju ke area luka yang akan menimbulkan warna kemerahan pada luka. Peningkatan aliran darah ini juga akan meningkatkan suhu di area luka. Selanjutnya akan terjadi pelepasan sel leukosit dan serum dari intravaskular ke area luka sehingga menimbulkan bengkak. Pembengkakan ini menekan saraf perifer sehingga timbul rasa nyeri. Jadi pada fase inflamasi akut akan muncul tanda-tanda rubor (kemerahan), kalor (peningkatan suhu), tumor (bengkak), dolor (nyeri), dan fungsio laesa (penurunan fungsi). Leukosit dapat tiba di area luka setelah beberapa jam. Leukosit yang mati akan meninggalkan eksudat enzim berwarna bening yang mampu membunuh bakteri atau membantu perbaikan jaringan. Pada kondisi inflamasi kronis, leukosit yang mati akan membentuk pus (eksudat berwarna putih). Hal ini merupakan tanda awal terjadinya infeksi (Potter & Perry, 2006) 2. Fase Proliferasi Pada fase ini telah terbentuk pembuluh darah baru dari hasil rekonstruksi. Fase proliferasi berlangsung 3 hari hingga 24 hari. Aktifitas utama pada fase ini

13 22 adalah mengisi luka dengan jaringan granulasi dan menutup bagian atas luka dengan epitelisasi. Fibroblast bekerja dengan menyintesis kolagen yang akan menutup defek luka. Fibrolast membutuhkan vitamin B, C, oksigen, dan asam amino untuk dapat bekerja dengan baik. Kolagen memberikan kekuatan pada integritas kulit sehingga luka mulai tertutup dengan jaringan baru (Potter & Perry, 2006) 3. Fase Maturasi Fase ini merupakan fase akhir dari proses penyembuhan luka primer dan memerlukan waktu hingga satu tahun tergantung dari keparahan luka. Jaringan kolagen akan semakin kuat dan melakukan reorganisasi dalam beberapa bulan. Namun, jaringan yang telah sembuh biasanya tidak memiliki daya elastisitas yang sama dengan jaringan sebelum mengalami luka. Serat kolagen mengalami remodeling dan reorganisasi sebelum mencapai bentuk normal (Potter & Perry, 2006). Pada luka ringan dengan penyembuhan luka spontan, luka biasanya akan memasuki fase penyembuhan primer dengan tahap penyembuhan luka dalam rentang waktu normal. Luka dikatakan sembuh apabila telah terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit sehingga mampu melakukan aktiitas yang normal (Smeltzer & Bare, 2002). Pada luka yang bersifat luas dan dalam, mungkin diperlukan waktu penyembuhan yang lebih lama dibandingkan dengan luka ringan. Luka luas cenderung lebih banyak mengeluarkan cairan dibandingkan luka tertutup. Pemanjangan fase inflamasi seringkali terjadi dan luka lebih banyak dipenuhi oleh jaringan granulasi rapuh dibandingkan serat kolagen. Diperlukan

14 23 perawatan luka yang lebih intensif jika luka mulai memasuki fase penyembuhan sekunder untuk menghindari kerusakan jaringan lebih luas dan kontraktur (Potter & Perry, 2006) Penatalaksanaan Luka Bakar Secara umum, terdapat beberapa manajemen klinis yang dapat memperbaiki prognosis pasien dengan luka bakar, yaitu: 1. Perawatan luka dengan balutan yang menciptakan suasana lembab pada luka 2. Penggunaan antimokrobial topikal 3. Resusitasi cairan yang adekuat 4. Elevasi daerah luka untuk mencegah edema 5. Manajemen penyakit sistemik yang menyertai (misalnya diabetes mellitus) (Kavanagh, 2012). Terdapat beberapa metode perawatan luka bakar yang biasa dilakukan yaitu perawatan luka umum dan pencangkokan kulit. Perawatan luka umum mencakup pembersihan luka, terapi topikal, pembalutan, dan debridement. Sedangkan pencangkokan kulit itu sendiri dibedakan menjadi autograft, homograft, dan heterograft. Dukungan nutrisi juga menjadi faktor penting dalam proses penyembuhan luka bakar mengingat pasien luka bakar akan mengalami proses hipermetabolisme (Smeltzer & Bare, 2002). a. Perawatan Luka Umum 1. Pembersihan Luka

15 24 Untuk pasien dengan luka bakar yang luas, hydrotherapy dengan perendaman total dilakukan di beberapa rumah sakit sebagai upaya pembersihan luka. Teknik pelaksanaan hydrotherapy ini dengan menggunakan bak mandi rendam yang diisi dengan larutan antiseptik seperti betadine atau iodin cair, dapat juga diisi dengan larutan steril seperti normal saline. Suhu air rendaman dipertahankan pada 37,8 0 C dan suhu ruangan harus dijaga antara 26,6 0 C hingga 29,4 0 C. proses perendaman dibatasi 20 hingga 30 menit untuk menghindari gejala menggigil (Smeltzer & Bare, 2002). Penanganan luka bakar harus dilakukan dengan teliti. Ketika jaringan kulit yang terbakar diangkat, kondisi harus dijaga tetap steril. Kulit di area sekitar luka harus dibersihkan dari rambut untuk mencegah kontaminasi dari folikel rambut. Pembersihan luka biasanya dilakukan sehari sekali pada area yang tidak mengalami pembedahan. Namun saat jaringan nekrotik sudah mulai terpisah dengan jaringan kulit dibawahnya, pembersihan dan debridement harus lebih sering (Smeltzer & Bare, 2002). 2. Terapi Antibiotik Topikal Terapi antibiotik topikal yang bersifat lokal tidak menciptakan suasana yang steril pada luka tetapi hanya mengurangi koloni bakteri sehingga sistem kekebalan tubuh pasien yang mengendalikan keseluruhan koloni. Kriteria untuk pemilihan preparat topikal mencakup hal berikut ini: preparat harus efektif terhadap mikroorganisme gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, bahkan jamur; preparat harus efektif secara klinis; preparat harus mampu menembus eskar namun tidak bersifat racun secara

16 25 sistemik; penggunaan preparat tidak membutuhkan biaya yang besar, dan mudah dipakai. Beberapa preparat yang sering digunakan diantaranya silver sulfadiazine, silver nitrat, dan mafenide asetat (Smeltzer & Bare, 2002). 3. Penggantian Balutan Idealnya, perawat harus menggunakan masker, penutup rambut, apron plastik sekali pakai, dan sarung tangan steril untuk mencegah kontaminasi pada luka. Pelepasan balutan kasa yang menempel pada luka dapat didahului dengan membasahi kasa dengan normal salin sehingga kasa dapat terlepas dengan mudah dan rasa nyeri dapat berkurang. Pelepasan kasa juga dapat dilakukan setelah proses perendaman. Balutan kasa yang tersisa dapat dibersihkan dengan perlahan menggunakan forcep atau tangan yang telah menggunakan sarung tangan steril. Setelah balutan lama diangkat, perawat dapat melakukan pembersihan luka dan pemotongan jaringan. Pemotongan jaringan harus dilakukan untuk mengangkat eskar dan kulit yang sudah mati. Setelah prosedur pembersihan luka selesai dilakukan, kulit dapat diolesi preparat topikal yang telah diresepkan kemudian dapat ditutup kembali menggunakan kasa steril (Smeltzer & Bare, 2002). 4. Debridement Debridement delakukan dengan tujuan untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi bakteri sehingga pasien terhindar dari infeksi dan untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar. a) Debridement Alami

17 26 Pada proses alami, jaringan mati dan jaringan sehat dibawahnya akan terpisah secara spontan. Bakteri yang terdapat di antara jaringan mati dan jaringan sehat akan mencairkan serabut kolagen yang menahan eskar sehingga eskar akan terpisah dengan jaringan dibawahnya. Proses pemberian preparat antibiotik akan memperlambat proses alami ini. Debridement mekanis dan debridement bedah adalah cara untuk mempercepat proses ini (Smeltzer & Bare, 2002). b) Debridement Mekanis Debridement ini menggunakan gunting dan forcep untuk menghilangkan eskar. Debridement mekanis biasa dilakukan setiap penggantian balutan luka. Pemotongan jaringan dilakukan hingga area yang terasa sakit dan mengeluarkan darah. Kasa balutan juga dapat digunakan sebagai debridement. Kasa basah yang ditempel pada luka hingga mengering akan membersihkan luka dari eksudat dan eskar terutama saat kasa diangkat. Ada pula preparat debridement enzimatik topikal yang merupakan enzim proteolitik yang dihasilkan oleh Bacillus subtilis. Karena preparat ini tidak bersifat antibakteri, maka penggunaannya harus dikombinasikan dengan antibiotik topikal (Smeltzer & Bare, 2002). c) Debridement Bedah Merupakan proses pembedahan yang melibatkan eksisi primer seluruh kulit hingga mencapai fascia, atau dengan mengupas lapisan kulit hingga mencapai jaringan sehat. Setelah eksisi, luka kemudian ditutup dengan graft kulit atau balutan tergantung indikasi. Prosedur ini membawa resiko perdarahan lebih

18 27 besar, waktu pembiusan dan pembedahan yang lama. Namun proses ini dapat mempercepat proses perawatan di rumah sakit (Smeltzer & Bare, 2002). Adapun faktor lain yang mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar diantaranya nutrisi, infeksi, dan penyakit penyerta. Pasien harus diberi asupan nutrisi tinggi protein untuk membantu proses penyembuhan luka (Kavanagh, 2012). f. Pengkajian Luka Pengkajian luka dilakukan oleh perawat untuk mengobservasi proses penyembuhan luka. Pengkajian tidak hanya dilakukan pada saat pasien masuk ke instalasi terkait, namun juga harus dilakukan setiap kali dilakukan perawatan luka. Beberapa poin yang harus diobservasi dalam proses pengkajian luka yaitu: 1. Tipe Luka Tipe luka menentukan proses penyembuhan yang akan terjadi dan menjadi patokan dalam menentukan jenis perawatan luka yang dilakukan oleh perawat. Secara umum, luka dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu: a) Luka akut : merupakan luka yang terjadi dalam waktu kurang dari enam bulan. Biasanya luka akut mengalami proses penyembuhan primer seperti yang dijelaskan sebelumnya. b) Luka kronis: terjadi jika proses normal penyembuhan luka dihambat baik oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik, sehingga proses penyembuhan mengalami pemanjangan periode yang mengarah pada proses penyembuhan sekunder (Carville, 2005)

19 28 2. Etiologi Pengkajian etiologi luka diperlukan untuk menentukan manajemen perawatan luka (Carville, 2005) 3. Klasifikasi Luka Untuk luka bakar klasifikasi luka yang digunakan yaitu superficial partialthickness, deep partial-thickness, full-thickness. 4. Luas Luka Bakar Persentase luas luka bakar ditentukan dengan metode Wallace s rule of nines yang mengestimasi setiap bagian tubuh ke dalam area 9% luka bakar, pengecualian untuk leher dan genitoperineal yang diestimasi menjadi 1%. Estimasi luas luka bakar berdasarkan metode Wallace adalah kepala 9%, leher 1%, lengan kanan 9%, lengan kiri 9%, badan bagian depan 18%, badan bagian belakang 18%, kaki kanan 9%, kaki kiri 9%, genitoperineal 1% (Carville, 2005). 5. Penampilan Klinis Aspek ini dikaji melalui inspeksi pada luka dengan menilai warna dasar luka. Penilaian warna dasar luka dilakukan setelah irigasi luka dengan interpretasi sebagai berikut: hitam menunjukkan terdapat jaringan nekrotik, merah menunjukkan jaringan granulasi, merah muda menunjukkan jaringan epitelisasi, putih kehijauan menunjukkan terjadinya infeksi yang diikuti dengan tanda-tanda inflamasi yaitu rubor, kalor, tumor, nyeri, dan eksudat (Carville, 2005). 6. Lokasi Luka

20 29 Luka pada area yang melakukan pergerakan aktif seperti ekstremitas dan sendi membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama karena regenerasi dan migrasi sel dirusak oleh adanya pergerakan. Area yang mengalami penekanan konsisten seperti pinggul dan bokong juga mengalami proses penyembuhan yang lebih lambat. Proses penyembuhan pada area dengan vaskularisasi yang baik seperti wajah mengalami penyembuhan luka yang lebih cepat. Pengkajian lokasi luka digunakan untuk menentukan landmark untuk prosedur lanjutan (Carville, 2005). 7. Dimensi Luka Dimensi luka yang diukur yaitu lebar luka, panjang luka, diameter luka (jika luka berbentuk lingkaran), dan kedalaman luka. Pengukuran dilakukan menggunakan penggaris atau lidi kapas jika terdapat goa (Carville, 2005). 8. Eksudat Tipe, jumlah, warna, konsistensi, dan bau eksudat harus dikaji dan didokumentasikan oleh perawat. Tipe eksudat dbagi menjadi 4 tipe yaitu: a) Serosa: merupakan eksudat berwarna bening, tidak berbau. Eksudat jenis ini merupakan sekresi normal pada proses inflamasi. b) Haemoserosa: eksudat serosa yang mengandung bercak darah. c) Sanguineous: eksudat yang banyak mengandung darah, warna darah mendominasi dalam eksudat jenis ini.

21 30 d) Purulent: berwarna putih kekuningan kadang kehijauan, mengandung sel darah putih, kadang berbau, merupakan tanda terjadinya infeksi pada luka (Carville, 2005). Untuk jumlah eksudat bisa diidentifikasi melalui keadaan balutan luka. Balutan lama ditimbang kemudian beratnya dibandingkan dengan balutan kering sehingga didapatkan berat eksudat di dalam balutan. Satu gram diestimasi sama dengan 1 ml cairan eksudat. Warna eksudat terkait dengan tipe eksudat dan tipe patogen penyebab infeksi. Sedangkan bau berhubungan dengan adanya kematian jaringan dan infeksi patogen tertentu (Carville, 2005). 9. Kulit Di Sekitar Luka Perlu dikaji apakah terjadi perubahan pada warna kulit di sekitar luka menjadi kemerahan, rasa gatal, nyeri, maupun peningkatan suhu. Semua tanda tersebut mengarah pada kejadian infeksi (Carville, 2005). 10. Nyeri Nyeri merupakan indikator penting untuk menilai abnormalitas penyembuhan luka. Sangat penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dalam apakah nyeri disebabkan oleh proses penyembuhan luka, trauma, benda asing, atau infeksi. Pengkajian nyeri dapat dilakukan menggunakan pengkajian verbal dengan menanyakan langsung pada pasien maupun secara nonverbal yaitu menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) (Carville, 2005). 2.4 Efek Farmakologis Ekstrak Daun Pisang terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar

22 31 Daun pisang (Musa paradisiaca) memiliki berbagai senyawa yang bermanfaat dalam proses penyembuhan luka. Beberapa kandungan daun pisang (Musa paradisiaca) yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka adalah: Flavonoid Flavonoid berperan sebagai antibakteri karena diperkirakan mampu menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sitoplasma dengan mengganggu keseimbangan membran dalam dan luar, dan mengganggu metabolisme bakteri. Dengan terhambatnya sintesis asam nukleat, maka replikasi dan perkembangan bakteri akan terhambat. Flavonoid juga mengganggu kestabilan membran dalam dan luar bakteri dan menghambat konsumsi oksigen pada bakteri aerob sehingga metabolisme bakteri tersebut terhambat (Kumar, 2012). Isoflavon yang merupakan senyawa turunan dari flavonoid yang diketahui memiliki fungsi sebagai fitoalexin yaitu sebagai antimokroba baik untuk bakteri maupun jamur sehingga menghambat penyebaran patogen (Hastari, 2012) Tannin Tannin menghambat perkembangan bakteri dengan mengganggu stabilisasi sitoplasma dan membran plasma, menghambat metabolisme dan sintesis enzim (Puupponen, 2005). Selain itu, tannin juga mempu menginaktifasi mekanisme adhesion bakteri sehingga menghambat perlekatan bakteri pada jaringan (Min, 2008) Alkaloid

23 32 Alkaloid dapat mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada dinding sel bakteri yang menyebabkan tidak sempurnanya lapisan dinding sel sehingga terjadi kematian sel. Mekanisme ini diduga terkait dengan aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh alkaloid (Min, 2008). 2.5 Mencit Mencit merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian laboratorium sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40-80%. Mencit memiliki banyak keunggulan sebagai hewan percobaan, yaitu siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya. Mencit (Mus muculus) merupakan omnivora alami, sehat, dan kuat, profilik, kecil, dan jinak. Selain itu, hewan ini juga mudah didapat dengan harga yang relatif murah dan biaya ransum yang rendah (Tahani, 2013). Mencit putih memiliki bulu pendek halus berwarna putih serta ekor berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang dari pada badan dan kepala. Mencit memiliki warna bulu yang berbeda disebabkan perbedaan dalam proporsi darah mencit liar dan memiliki kelenturan pada sifat-sifat produksi dan reproduksinya. Usia 2-4 bulan merupakan usia dewasa bagi mencit sehingga diharapkan proses absorpsi, metabolism, dan ekskresi berjalan dengan optimal pada usia ini (Tahani, 2013). Mencit memiliki taksonomi sebagai berikut (Tahani, 2013): Kingdom : Animalia Filum : Chordata Klas : Mamalia

24 33 Ordo : Rotentia Famili : Muridae Genus : Mus Spesies : Mus musculus Mencit harus diberikan makan dengan kualitas tetap karena perubahan kualitas dapat menyebabkan penurunan berat badan dan tenaga. Seekor mencit dewasa dapat mengkonsumsi pakan 3 gram-5 gram setiap hari. Mencit yang bunting dan menyusui memerlukan pakan yang lebih banyak. Jenis ransum yang dapat diberikan untuk mencit adalah ransum ayam komersial (Smith, 1988). Kandungan protein ransum yang diberikan minimal 16%. Kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan untuk pemeliharaan mencit adalah protein kasar 20%- 25%, kadar lemak 10%-12%, kadar pati 44-55%, kadar serat kasar maksimal 4% dan kadar abu 5%-6%. Berat badan ideal untuk mencit berkisar antara gram (Tahani, 2013). Air minum yang diperlukan oleh setiap ekor mencit untuk sehari berkisar antara 4 ml-8 ml. Seekor mencit mudah sekali kehilangan air sebab evaporasi tubuhnya tinggi. Konsumsi air minum yang cukup akan digunakan untuk menjadi stabilitas suhu tubuh dan untuk melumasi pakan yang dicerna. Air minum juga dibutuhkan untuk menekan stress pada mencit yang dapat memicu kanibalisme (Tahani, 2013). Hewan percobaan yang dipelihara untuk tujuan penelitian, umumnya berada dalam suatu lingkungan yang sempit dan terawasi. Walaupun kehidupannya diawasi, namun diusahakan agar proses fisiologis dan reproduksi termasuk

25 34 makan, minum, bergerak dan istirahat tidak terganggu. Hewan percobaan ditempatkan dalam kandang-kandang yang disusun pada rak-rak didalam suatu ruangan khusus. Kandang harus dirancang untuk dapat memberikan kenyamanan dan kesejahteraan bagi hewan tersebut (Tahani, 2013). Mencit-mencit yang dipergunakan untuk penelitian yang lama ditempatkan dalam kandang yang berukuran 22,5 cm X 10 cm untuk tiga ekor mencit (Tahani, 2013). Penutup lantai kandang atau bedding, merupakan penyerap untuk menampung kotoran termasuk air kencing dan sisa-sisa makanan. Pemakaian bedding mempunyai tiga tujuan, yaitu untuk menyerap kotoran, melengkapi bahan sarang dan untuk isolasi panas. Bahan untuk bedding ini dapat berasal dari bahan-bahan limbah industri atau hasil pasca panen, seperti serbuk gergaji kayu, tatal kayu, sekam padi, potongan jerami kering, tongkol jagung, ampas bit gula kering dan butiran tanah liat (Tahani, 2013). Bak makanan berbentuk mangkok atau anyaman kawat yang disediakan dalam masing-masing kandang. Tempat minum berupa botol dengan ukuran tertentu diletakkan terbalik dengan mulut botol dipasang selang karet dan ujungnya disamping dengan pipa kaca (Tahani, 2013). Penjagaan kesehatan dan kebersihan merupakan tindakan yang sangat penting dalam suatu pemeliharaan hewan laboratorium dan saran fisik yang menunjangnya. Ruangan, kandang serta kelengkapannya harus secara rutin dipelihara. Berbagai macam cara dapat diterapkan, tergantung kepada keperluan, materi dan biaya (Tahani, 2013).

26 35 Cara ideal memegang mencit yaitu dengan memegang bagian tengah ekor mencit. Leher dipegang dengan tangan kanan dan jangan terlalu ditekan, jari telunjuk dan ibu jari memegang kuduk dan jari kelingking mengempit ekor (Tahani, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar BAB I PENDAHULUAN 3.1 Latar Belakang Luka bakar didefinisikan sebagai suatu trauma pada jaringan kulit atau mukosa yang disebabkan oleh pengalihan termis baik yang berasal dari api, listrik, atau benda-benda

Lebih terperinci

b) Luka bakar derajat II

b) Luka bakar derajat II 15 seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Tinjauan Kepustakaan I 5 th August 2016 PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Neidya Karla Pembimbing : dr. Tertianto Prabowo, SpKFR Penguji : dr. Marietta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA Oleh Kelompok 7 Vera Tri Astuti Hsb (071101030) Nova Winda Srgh (071101031) Hafizhoh Isneini P (071101032) Rini Sri Wanda (071101033) Dian P S (071101034) Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI LABORATORIUM BIOSISTEM (HEWAN COBA) Dosen Pengampu: dr. Nur Laili Susanti, S. Ked. Asisten: Khoirul Muaddibah

LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI LABORATORIUM BIOSISTEM (HEWAN COBA) Dosen Pengampu: dr. Nur Laili Susanti, S. Ked. Asisten: Khoirul Muaddibah LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI LABORATORIUM BIOSISTEM (HEWAN COBA) Dosen Pengampu: dr. Nur Laili Susanti, S. Ked Asisten: Khoirul Muaddibah Nama : Nadia Anisah Tahani NIM : 12620031 Tanggal Pengumpulan:

Lebih terperinci

A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim

A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim PERAWATAN LUKA by : Rahmad Gurusinga A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka timbul, beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbayak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh paling luas yang melapisi seluruh bagian tubuh, dan membungkus daging dan organ-organ yang berada di dalamnya. Ratarata luas kulit pada manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh manusia adalah luka yang terjadi pada kulit dan menimbulkan trauma bagi penderitanya. Luka adalah kerusakan kontinuitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit pada Mamalia merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam fisiologis tubuh. Organ ini berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya, menjaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman dahulu hingga sekarang ini, banyak sekali individu yang sering mengalami luka baik luka ringan maupun luka yang cukup serius akibat dari kegiatan yang dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan resiko timbulnya luka pada tubuh. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus)

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus) TINJAUAN PUSTAKA Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) merupakan hewan mamalia hasil domestikasi dari mencit liar yang paling umum digunakan sebagai hewan percobaan pada laboratorium, yaitu sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi luka bakar tertinggi terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannya. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid, BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi dapat berisiko menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2 bagian yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis). Saat tubuh

I PENDAHULUAN. 2 bagian yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis). Saat tubuh I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh kita manusia sebagai sebuah sistem, terdiri dari berbagai bagian yang berbeda fungsi dan saling melengkapi. Selain berfungsi sebagai organ panca indra, jaringan kulit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314 LAPORAN PENDAHULUAN Prosedur Tindakan Pengkajian Sistem Integumen, Prosedur Tindakan Wound Care, dan Penatalaksanaan Klien Luka Bakar Laporan pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi yang mengakibatkan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit.

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit. Struktur Anatmi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatmi Kulit. Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan kulit terluar biasa disebut lapisan ari atau epidermis, di bawah lapisan ari adalah lapisan jangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuester)

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan di bidang kedokteran juga semakin berkembang. Selain pengembangan obat-obatan kimia, kini penggunaan obat-obatan

Lebih terperinci

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS.

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS. PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS Oleh L.Sofa 1) S.Yusra 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida

Lebih terperinci

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web :

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web : 1. PENGERTIAN RAMBUT Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan rusak atau hilangnya sebagian dari jaringan tubuh. Penyebab keadaan ini dapat terjadi karena adanya trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al., 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka merupakan suatu keadaan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka didefinisikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam. Mayoritas dari luka bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut: Histologi kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m 2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar, khususnya pada negara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh, baik lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan bagian terluar (pelindung) dari tubuh, dan luka kulit merupakan peristiwa yang sering dialami setiap orang dan sering kali dianggap ringan, padahal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas. 1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa 2.1.1 Klasifikasi Rhizophora stylosa Menurut Cronquist (1981), taksonomi tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH 1. Luka bersih Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah kerusakan fisik akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and Solanki, 2011).

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari masyarakat. Luka bakar adalah rusak atau hilangnya suatu jaringan karena kontak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luka adalah salah satu dari kasus cedera yang sering terjadi. Luka didefinisikan sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab dari luka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Babi adalah binatang yang dipelihara dari dahulu, dibudidayakan, dan diternakkan untuk tujuan tertentu utamanya untuk memenuhi kebutuhan akan daging atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan (Arif Mansjoer, 2000). Luka merupakan hal yang sering dialami oleh seseorang. Luka bisa terjadi

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah kelinci Menurut Kartadisatra (2011) kelinci merupakan hewan mamalia dari family Leporidae yang dapat ditemukan di banyak bagian permukaan bumi. Dulunya, hewan ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Nilem yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila 4.1.1 Kerusakan Tubuh Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis yang pertama kali terlihat setelah ikan diinfeksikan

Lebih terperinci

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah SOP perawatan luka ganggren SOP Perawatan Luka Ganggren Tujuan perawatan gangren: - Mencegah meluasnya infeksi - Memberi rasa nyaman pada klien - Mengurangi nyeri - Meningkatkan proses penyembuhan luka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci