POKOK BAHASAN 3. STRUKTUR MORFOLOGI DAUN (FOLIUM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POKOK BAHASAN 3. STRUKTUR MORFOLOGI DAUN (FOLIUM)"

Transkripsi

1 POKOK BAHASAN 3. STRUKTUR MORFOLOGI DAUN (FOLIUM) 3.1 Bagian-bagian daun Organ daun dapat memiliki bagian-bagian antara lain: (1) pangkal daun (leaf base) yaitu bagian yang berhubungan dengan bagian batang tumbuhan, (2) pelepah atau upih daun (vagina), yaitu bagian daun yang memeluk batang, (3) tangkai daun (petiole), yaitu bagian daun yang pada umumnya berbentuk silinder, dan (4) helaian daun (lamina), yaitu bagian daun yang berbentuk pipih dorso-ventral serta berguna untuk fotosinthesa. Pangkal tangkai daun pada golongan tumbuhan tertentu dapat memiliki pengikut daun atau pelengkap daun, dapat bersifat persistent atau mudah gugur, dapat berupa daun penumpu (stipula), terdapat di pangkal tangkai daun, dan berdasarkan pada tataletaknya dibedakan: (1). daun penumpu bebas (liberae), (2). dua daun penumpu melekat di kanan-kiri pangkal tangkai daun (adnate), (3) daun penumpu di ketiak (axillaris; intrapetiolaris) (4). daun penumpu berlawanan (opposita; antidroma), dan (5) daun penumpu berilangan (interpetiolaris). Disamping itu pengikut daun dapat berupa selaput bumbung (orchrea) yang merupakan pelmdung kuncup, membalut batang, misalnya pada tumbuhan anggota suku Polygonaceae, dan lidah daun (ligula) merupakan tonjolan di ujung upih daun, dan berguna untuk melindungi kuncup dan air, misalnya pada semua jenis anggota suku Poaceae (Gramineae). 3.2 Tata Letak Daun Pada Batang atau Duduk Daun (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum) Tata letak daun adalah aturan mengenai letak daun pada batang. Berdasarkan jumlah daun setiap buku maka duduk daun dikatakan : 1. duduk daun tersebar (sparsa), 2. duduk daun berhadapan (opposite), 3. bersilang-berhadapan (decusate), 4. duduk daun berkarang (vertillate). Pada tumbuhan yang memiliki batang dengan ruas yang pendek dapat memiliki duduk daun yang berjejal di ujung batang (roset batang) misalnya kelapa (Cocos nucfera), atau di pangkal batang (roset akar). 3.4 Daun tunggal (folium simplex) Daun tumbuhan dapat lengkap atau tidak lengkap, bagi daun yang lengkap dipersyaratkan memiliki bagian upih daun, tangkai daun, dan helaian daun. Daun yang tidak lengkap, adalah daun yang tidak memiliki salah sam atau dua bagian utama, dapat memiliki kenampakan sebagai: (1).daun bertangkai; adalah daun yang hanya

2 memiliki bagian tangkai dan helaian daun, (2) daun berupih; adalah daun yang hanya memiliki bagian upih dan helaian daun, (3) daun duduk (sessile); adalah daun yang hanya memihki helaian daun saja, dan daun duduk memiliki tipe yang duduk tatapi pangkal helaian memeluk batang disebut duduk memeluk batang (amplexicaulis), (4) daun semu (filodia); adalah daun yang berkembang dan tangkai daun yang melebar. Gambar 3.1. Skema daun lengkap. 3.5 Bentuk daun (circumscriptio) Penentuan bentuk daun berdasarkan pada bentuk dan helaian daun, sedangkan tangkai dan upth daun tidak menentukan bentuk daun. Bentuk daun dapat dibagi menjadi empat sen atau pola, yaitu : a. Seri clip ; yaitu bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di tengah-tengah helaian daun, bentuk-bentuk turunannya ditentukan berdasarkan perbandingan panjang dan lebar helaian daun, dibedakan: (1). bentuk bulat (orbeicularis); diidentifikasi demikian karena perbandingan panjang: lebar = 1:1, (2). bentuk membulat (ovalis; elipticus); diidentifikasi demikian karenaa perbandingan panjang : lebar : 1, 3., (3). bentuk bulat memanjang (oblongus) perbandingan panjang : lebar : 1, (4). bentuk lanset (lanceolatus) perbandingan panjang: lebar =5-10: 1. b. Seri bulat telur (ovate) ; yaitu bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di bawah tengah-tengah helaian daun, penentuannya bukan berdasarkan ukuran tetapi berdasarkan pengibaratan dengan bentuk benda, dibagi menjadi 2 tipe: (1) Pangkal helaian daun tidak bertoreh, memiliki empat variasi bentuk antara lain: (a) bentuk bulat telur (ovate)

3 menyerupai bentuk telur 2 dimensi dengan pangkal membulat, (b). bentuk segitiga (triangulare); menyerupai bentuk dua dimensi segitiga sama kaki, (c) bentuk delta (deltoid) menyenipai bentuk dna dimensi segitiga sama sisi, (d) bentuk belah ketupat (rhomboid); menyerupai bentuk dua dimensi segi empat dengan sisi yang tidak sama panjang. (2) Pangkal helaian daun bertoreh, memiliki lima variasi bentuk antara lain: (a)bentuk jantung (cordatus; cordate); bentuk mi ditandai dengan ujung daun runcing, meruncing atau tumpul, dengan pangkal bertoreh, (b) bentuk ginjal (reniform); bentuk mi ditandai dengan ujung daun yang membulat, dan pangkal bertoreh, (c) bentuk anak panah (sagitate); daun sempit ujung tajam, pangkal daun dengan torch yang lancip, (d) bentuk tombak (hastate); sama dengan bentuk anak panah, tetapi torch pangkal daun lemah, sehingga hampir mendatar, (e) bentuk bertelinga (auriculate), seperti bangun tombak, tetapi pangkal helaian daun memanjang dan memeluk batang. c. Seri bulat telur terbalik (obovate) Bentuk-bentuk turunannya antara lain: (1) bentuk bulat telur terbalik (obovate); seperti bulat telur tetapi bagian terlebar di dekat ujung, (2) bentuk jantung terbalik (obcordate); seperti bangun jantung tetapi yang terlebar di dekat ujung, (3) bentuk pasak atau segitiga terbalik (cuneate), (4) bentuk sudip (spathulate), serupa dengan bulat telur terbalik dengan ukuran yang relatif panjang. d. Seri garis (lineans) Bentuk-bentuk turunannya antara lain: (1) bentuk garis (linear); helaian daun dengan ukuran yang panjang, dengan penampang clip tipis, dan kaku, (2) bentuk pita (ligulate), (3) bentuk pedang (ensiformis); helaian daun dengan ukuran relatif panjang, dengan penampang helaian clip dan tebal, (4) bentuk paku atau dabus (subulate) helaian dengan ukuran pendek seperti sisik keras, dengan penampang helaian silindris, ujung runcing, dan berkayu, (5) bentuk jarum (acerose); helaian daun berukuran sangat panjang, penampang silindris, ujung runcing. Disamping bentuk helaian daun juga penting untuk dicermati untuk membuat deskripsi tumbuhan, adalah: a. Ujung helaian daun (apex) : (1) runcing (acute); bentuk ujung ini bersudut runcing, tetapi dua sismya membelok, bersudut lancip, (3) tumpul (obtuse); bentuk ujung ini bersudut tumpul, kurang dari 900, (4) membulat (rotundate); bentuk ujung ini tak bersudut dan membulat, pada daun bulat atau jorong, (5) rompang (truncate) bentuk ujung rata, pada daun segitiga terbalik, (6) terbelah (emarginate) bentuk

4 ujung menunjukan suatu torehan atau belahan, kadang nampak nyata, (7) berekor kecil (mucronate) ujung daun ditutupi oleh dun keras, (8) berekor (caudate); ujung daun seperti meruncing tetapi berukuran panjang serta membelok. Gambar 3.2. : Skema bentuk-bentuk ujung dan pangkal helaian daun. Keterangan; a - m : bentuk-bentumenincing, e.runcing, f. berekor panjang, g. tonjolan tulang daun, h. tonjolan kecil, i. ujung daun; a. pembelit, b.jarum, c. berekor, d. Bengkok, j. tumpul, k. berlekuk, 1. melebar, m. terbelah. n - y: bentuk-bentuk pangkal daun; n. attenuate, o. runcing, p. miring, q. tumpul, r. rata, s. jantung, t. bertelinga, u. panah, v. tombak, w. perisai, x. perfoliate, y. connate-perfoliate. b. Pangkal helaian daun (basis): Pangkal daun berdasarkan pertemuan tepi helaian daun dibedakan antara: (1) helaian daun tidak pertemu: memilki variasi bentuk runcing, meruncing, tumpul, membulat, rompang, dan terbelah. (2) helaian daun bertemu: (a) daun tertembus batang (perfoliatus) daun duduk tetapi batang menembus pertengahan helaian daun, (b) bentuk tameng (peltatus) tangkai daun bertumpu di bagian helaian daun, biasanya helaian berbentuk membulat, sehingga seperti layaknya perisai.

5 c. Tepi daun (margo folii) Tepi daun apabila torehan tidak mempengaruhi bentuk helaian (tepi daun merdeka), maka berdasarkan pada besamya sudut tonjolan (angulus) dan sudut torehan (sinus) dapat dibedakan menjadi bentuk-bentuk: (1) bergerigi (serrate) apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut runcing, (2) berringgit (crenate) apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut tumpul, (3) bergigi (dentate) apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut runcing, (4) berombak (rephandate) apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut tumpul, (5) rata (integer) apabila tidak dijumpai sinus dan angulus. Tepi daun apabila torehannya mempengaruhi bentuk, maka bentuk tepi ditentukan berdasarkan pada dalamnya toreh dan tipe pertulangan daunnya. Terdapat tiga bentuk apabila dipandang dari dalamnya torehan daun, yaitu: (1) bercangap (fidus); dalamnya toreh kurang dari separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe pertulangan menjari disebut bercangab menjari (palmatifidus), dan apabila tipe pertulangan menyirip disebut bercangab menyirip (pinnatifidus), (2) berlekuk (lobus); apabila dalamnya toreh sama dengan separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe pertulangan menjari disebut berlekuk menjari (palmatilobus), dan apabila tipe pertulangan menyirip disebut berlekuk menyirip (pinnatilobus), (3) berbagi (partitus); apabila dalamnya toreh lebih dan separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe pertulangan menjan disebut berbagi menjari (palmapartitus), dan apabila tipe pertulangan menyinip disebut berbagi menyirip (pinnapartitus). Gambar 3.3.: Berbagai bentuk tepi halaian daun padas tumbuhan berbiji. Keterangan; a. rata, b. bergerigi, c. bergigi, d. bennggit. e. berombak. f. berbagi menyirip.

6 d. Pertulangan helaian daun (Nervatio) Pertulangan daun adalah kelanjutan dan tangkai daun, sehingga merupakan kumpulan berkas pengangkutan pada helaian daun. Pertulangan daun utama disebut ibu tulang daun (costa), pada umumnya membagi daun memjadi dua sisi lateral. Ibu tulang daun memiiki percabangan yang disebut tulangan cabang atau cabang lateral, dan dari cabang lateral tumbuh pertulangan daun yang terhalus yang disebut urat daun (vena). Pada daun jenis tumbuhan tertentu misalnya pisang (Musa paradisiaca), cabang lateral ujungnya saling bertautan membentuk tulang pinggir. Berdasarkan pada susunan tulang cabang dibedakan empat tipe pertulangan daun, yaitu: (1) menyirip (penninerve) tulang cabang tersusun seperti sirip pada ikan, (2) menjari (paimmerve); sejumlah tulang cabang lurus tersusun seperti susunan jan, muncul dan satu titik (ujung tangkai daun), (3) melengkung (curvinerve) sejumlah tulang cabang melengkung, tersusun seperti susunan jari, muncul dari satu titik (ujung tangkai daun), (4) sejajar (rectinerve); sejumlah tulang cabang tersusun sejajar dari pangkal sampai ujung helaian daun. 3.6 Daun majemuk (Folium Compositum) Daun majemuk berbeda dengan daun tunggal apabila dilihat dari beberapa aspek, antara lain; tata letak kuncup batang, jumlah helaian perdaun, percabangan tangkai daun, pertumbuhan, dan gugurnya daun (umur daun). Di bawah ini tabel tentang perbedaan daun tunggal dan majemuk. Daun majemuk disusun oleh bagian-bagian yang terdiri atas: (1) tangkai induk (rachis) merupakan aksis pokok yang di ketiak pangkal daunnya dijumpai adanya kuncup, (2) ruas cabang (rachilla) merupakan percabangan lanjutan dari aksis pokok, yang dapat dibedakan berdasarkan urutannya, yaitu ruas cabang tingkat 1 (rachiolla), ruas cabang tmgkat 2 (rachiololus), dan seterusnya. Pada bagian ini kemudian ditumbuhi oleh anak daun (foliole), (3) tangkai anak daun (petiolole) adalah tangkai pendukung helaian daun anak daun setara dengan daun tunggal, (4) helaian anak daun (foliolum). Berdasarkan susunan dari anak daunnya, daun majemuk dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu: (1) daun majemuk menyirip (pinnatus); anak daun tersusun di kanan-kiri aksis dengan susunan seperti sirip ikan, (2) daun majemuk menjari (palmatus) anak daun tumbuh pada ujung aksis secara radial, membentuk susunan seperti jari, (3) daun majemuk bangun kaki (pedatus); anak daun anterior tersusun menjari, tetapi dua anak daun posterior tumbuh pada tangkai anak daun sebelumnya.

7 3.7 Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus) Daun majemuk menyirip dapat hanya memiliki satu helaian anak daun, yang pangkal tangkainya bersendi terhadap aksis pokoknya, disebut daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolate), misalnya daun jeruk (Citrus aurantfolia; Rutaceae), dan daun melati (Jasminum sambac; Olaceae). Daun majemuk menyirip berdasarkan posisi anak daun ujung dibedakan menjadi: (1) daun majemuk genap (abruptepinnate) karena terdapat sepasang anak daun berhadapan di ujung aksis, baik jumlah anak daunnya genap atau ganjil, (2) daun majemuk menyirip gasal (imparipinnate) karena hanya ada satu anak daun di ujung aksis, baik jumlah anak daunnya genap atau ganjil. Berdasarkan pada posisi anak daunnya terhadap aksis pokok, daun majemuk menyirip dapat dibedakan menjadi: (1) daun majemuk menyirip berpasangan, pasangan anak daun berhadapan pada aksis pokok, (2) daun majemuk berseling; anak daun tidak berpasangan dan berhadapan, tetapi berseling pada aksis pokok, (3) daun mejemuk menyirip berselang-seling (interuptepinnate); anak daun berpasangan dengan posisi berhadapan, tetapi setiap pasangan memiliki ukuran yang berbeda. 3.8 Daun Majemuk Ganda atau rangkap (Bipinnate) Adalah daun majemuk yang ruas cabangnya (rachis) bertingkat, dan anak daun duduk pada ruas cabang tingkat tertentu. Daun majemuk menyirip apabila anak daun duduk pada ruas cabang tingkat satu (rachilla), maka disebut daun majemuk menyirip ganda dua, misalnya daun lamtoro (Leucaena glauca), dan bila anak daun duduk pada ruas cabang tingkat dua (rachiolla) disebut daun majemuk menyirip ganda tiga. 3.9 Daun Majemuk Menjari (Palmate atau Digitalis) Daun majemuk menyirip dibedakan berdasarkan pada jumlah anak daun, yaitu daun majemuk menyirip beranak daun: (1) dua (bifoliate), (2) tiga (trifoliate), (3) lima (quinquefoliate), (4) tujuh (septemfoliate), (5) banyak (polyfoliate). Kondisi ganda pada daun majemuk menjari terdapat pada jenis tumbuhan Aquilegia vulgaris, yang bersifat ganda dua (biternatus).

ANATOMI DAN MORFOLOGI DAUN

ANATOMI DAN MORFOLOGI DAUN MODUL BOTANI FARMASI ANATOMI DAN MORFOLOGI DAUN Disusun Oleh : Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt. BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat

Lebih terperinci

SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH

SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN TANAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH Gladiolus hybridus BOTANICAL DECONSTRUCTION Pemanfaatan Media Digital dalam Analisis Morfologi Tumbuhan LATAR BELAKANG Salah satu yang harus

Lebih terperinci

Morfologi alat hara. Kuliah III

Morfologi alat hara. Kuliah III Morfologi alat hara Kuliah III Bangun daun (circumscriptio) Berdasar letak bagian daun yang terlebar Di tengah-tengah helaian daun Di bawah tengah-tengah helaian daun Di atas tengah-tengah helaian daun

Lebih terperinci

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. AGATHIS DAMMARA WARB. Botani Agathis alba Foxw. Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. Damar Pohon, tahunan, tinggi 30-40 m. Tegak, berkayu,

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

DAUN ( Folium, Leaf )

DAUN ( Folium, Leaf ) DAUN (Folium, Leaf ) DEFINISI Bagian Vegetatif tumbuhan yang melebar dan umumnya berbentuk pipih dan berwarna hijau (Lawrence, 1955; Radford, 1974) Tempat terjadinya Proses fotosintesis (Lawrence,1955;

Lebih terperinci

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka( Lili paris (Chlorophytum comosum) Kingdom : plantae divisi : magnoliophyta kelas : liliopsida ordo :liliaceae family : anthericaceae genus :chlorophytum spesies : chlorophytum comusum var. vittatum Batang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN Rhoeo discolor Pada UNIVERSITAS NEGERI MALANG

IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN Rhoeo discolor Pada UNIVERSITAS NEGERI MALANG IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN Rhoeo discolor Pada UNIVERSITAS NEGERI MALANG LAPORAN PENELITIAN Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Morfologi Tumbuhan yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M. S. Oleh:

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN JARINGAN MERISTEM STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN Adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional, artinya mampu terus-menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. CIRI-CIRI : 1.Dinding

Lebih terperinci

E. Pangkal Daun (Basis Folii)

E. Pangkal Daun (Basis Folii) E. Pangkal Daun (Basis Folii) 1. Runcing (acutus); biasanya terdapat pada daun memanjang, lanset, dll. 2. Meruncing (acuminatus); biasanya pada daun bulat telur sungsang atau bentuk sudip. 3. Tumpul (obtusus);

Lebih terperinci

BOTANI UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA

BOTANI UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA BOTANI UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Referensi Gembong Tjitrosoepomo. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press. James D Mauseth. 1998. Botany: An introduction to Plant Biology, 2/e. [Multimedia

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Tanaman

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Tanaman Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Tanaman Lampiran 2. Kunci Deskripsi Tanaman 1. Organ vegetatif a. Tipe Akar - akar tunggang - akar serabut b. Batang b.1 bentuk batang - membulat - persegi - pipih

Lebih terperinci

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw.

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw. DESKRIPSI TANAMAN Acriopsis javanica Reinw. Marga : Acriopsis Jenis : Acriopsis javanica Reinw Batang : Bulat mirip bawang Daun : Daun 2-3 helai, tipis berbentuk pita, menyempit ke arah pangkal Bunga :

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lumut Lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang termasuk kedalam divisi Bryophyta, menurut So (1995) dalam Damayanti (2006), lumut memiliki keanekaragaman dan keindahan

Lebih terperinci

Latar belakang Seperti layaknya makhluk hidup yang lain tumbuhan pun memiliki organ-organ penyusun tubuh seperti akar, batang, daun, dan bunga.

Latar belakang Seperti layaknya makhluk hidup yang lain tumbuhan pun memiliki organ-organ penyusun tubuh seperti akar, batang, daun, dan bunga. Latar belakang Seperti layaknya makhluk hidup yang lain tumbuhan pun memiliki organ-organ penyusun tubuh seperti akar, batang, daun, dan bunga. Pada proses pembelahan, pembesaran dan diferensiasi sel-sel

Lebih terperinci

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo' Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal. 10 5-109 105 SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Oleh : Haryanto dan Siswoyo'" PENDAHULUAN Menurut Muntasib dan Haryanto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berada dikawasan lingkungan STAIN Palangka Raya ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berada dikawasan lingkungan STAIN Palangka Raya ditemukan 57 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil yang diperoleh selama penelitian menunjukan bahwa tumbuhan Herba yang berada dikawasan lingkungan STAIN Palangka Raya ditemukan beberapa jenis tumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini

Lebih terperinci

Menurut konfigurasi helaian, daun terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: Daun

Menurut konfigurasi helaian, daun terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: Daun Menurut konfigurasi helaian, daun terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: Daun Tunggal Majemuk Daun Tunggal DAUN TUNGGAL adalah daun yang helaiannya hanya terdiri satu helai pada tangkai daunnya. Terdiri dari

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

Lampiran 1 Contoh data spesimen daun sebelum kodefikasi No Family Species MorphotypeID List Criteria 1 Meliaceae Aglaia multinervis 771

Lampiran 1 Contoh data spesimen daun sebelum kodefikasi No Family Species MorphotypeID List Criteria 1 Meliaceae Aglaia multinervis 771 LAMPIRAN 18 19 Lampiran 1 Contoh data spesimen daun sebelum kodefikasi No Family Species MorphotypeID List Criteria 1 Meliaceae Aglaia multinervis 771 891 893 897 898 902 904 911 928 958 987 1022 1041

Lebih terperinci

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM, BANDA ACEH 2016 M/1437 H

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM, BANDA ACEH 2016 M/1437 H KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN SEBAGAI REFERENSI PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN S K R I P S I Diajukan Oleh PATIMAH RAM NIM. 281121612 Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Karakteristik Tanaman Durian. dikonsumsi ada Sembilan species, yaitu D. zibethinus, D. kutejensis (lai), D.

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Karakteristik Tanaman Durian. dikonsumsi ada Sembilan species, yaitu D. zibethinus, D. kutejensis (lai), D. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Karakteristik Tanaman Durian Durian merupakan salah satu anggota genus Durio. Durian yang dapat dikonsumsi ada Sembilan species, yaitu D. zibethinus, D. kutejensis

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta

Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta Lampiran 1 Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta Daerah I TERBUKA (1180 1280 ) m dpl Ketin ggian Plot

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pemahaman tentang Bentuk-Bentuk Daun pada Tumbuhan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pemahaman tentang Bentuk-Bentuk Daun pada Tumbuhan BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2. 1 Hakikat Pemahaman tentang Bentuk-Bentuk Daun pada Tumbuhan 2. 1. 1 Pengertian Pemahaman Pemahaman (comprehensip) diartikan sebagai kemampuan seseorang

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani

III. MATERI DAN METODE. Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani III. MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2013. Pemilihan tempat penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

terjadi dua cabang yang sama besarnya.ch. paku endam (Gleichenia linearis Clarke).

terjadi dua cabang yang sama besarnya.ch. paku endam (Gleichenia linearis Clarke). 4. Percabangan Batang Percabangan batang dibedakan atas : 1. Percabangan Monopodial yaitu batang selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang, ch. cemara (Casuarina equisetifolia L). 2. Simpodial

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI MENGENAL MACAM MACAM TEPI DAUN

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI MENGENAL MACAM MACAM TEPI DAUN LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI MENGENAL MACAM MACAM TEPI DAUN Disusun oleh : SYAYID NURROFIK 1404020003 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) LAPORAN PENGAMATAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Tumbuhan Berpembuluh yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S. Oleh Nur Azizah

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition David G. Itano 1 1 Pelagic Fisheries Research Programme, Honolulu, Hawaii Translation by

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN TEORITIS

BAB II TINJAUN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Daun merupakan istilah yang digunakan untuk bagian tumbuhan yang bentuknya seperti lembaran pipih dan umumnya berwarna hijau bila terpapar cahaya dan udara. Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L. BAB II TINJAUAN PUSTAKA D. Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) 1. Klasifikasi Menurut Rahayu, Estu dan Berlian (2006) Tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam golongan berikut : Divisi Subdivisi Class

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasisitusi atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Karet Dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus 2.1.2 Morfologi Spesies : Plantae

Lebih terperinci

Terminologi. Tabel 4. Karakteristik yang membedakan Magnoliopsida dan Liliopsida

Terminologi. Tabel 4. Karakteristik yang membedakan Magnoliopsida dan Liliopsida BAB V TERMINOLOGI Tumbuhan tingkat tinggi yang dimaksud dalam tulisan adalah tumbuhan berbunga atau divisi Magnoliophyta yang dalam sistem klasifikasi terdahulu termasuk Angiospermae. Selanjutnya dalam

Lebih terperinci

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun. SAMBUNGAN LAS 13.5.1 Lingkup 13.5.1.1 Umum Pengelasan harus memenuhi standar SII yang berlaku (2441-89, 2442-89, 2443-89, 2444-89, 2445-89, 2446-89, dan 2447-89), atau penggantinya. 13.5.1.2 Jenis las

Lebih terperinci

Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya IPA SD Kelas IV

Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya IPA SD Kelas IV Materi Pembelajaran Ringkasan Materi: Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya IPA SD Kelas IV Berikut ini adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Dasar kelas IV yaitu tentang bagian-bagian

Lebih terperinci

PERTULANGA G N D AUN

PERTULANGA G N D AUN PERTULANGAN DAUN Tulang Dan (Nervatio/Venatio) Tepi Daun (Margo Folii) Costa Costa: tulang daun primer Nervus lateralis: percabangan ke samping dari tulang daun primer Vena Vena: urat-urat yang terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) SDN 2 Gunungputri yang di dalamnya terdapat program pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, guru di tuntut untuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada September - Desember 2013 di dua lokasi, yaitu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada September - Desember 2013 di dua lokasi, yaitu 9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September - Desember 2013 di dua lokasi, yaitu Gebang Hanura (Kecamatan Gedong Tataan) dan Kurungan Nyawa (Kecamatan

Lebih terperinci

Training guide for the identification of yellowfin and bigeye tunas to assist Indonesian port sampling and observer programs

Training guide for the identification of yellowfin and bigeye tunas to assist Indonesian port sampling and observer programs Training guide for the identification of yellowfin and bigeye tunas to assist Indonesian port sampling and observer programs Merta, G.S. 1, Itano, D.G. 2 and Proctor, C.H. 3 1 Research Institute of Marine

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Kebun Raya Bogor

Lampiran 1 Peta Kebun Raya Bogor LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Peta Kebun Raya Bogor B A Skala 1:5000 Keterangan: A: Blok I terdiri atas suku Cycadaceae B: Blok II terdiri atas Pinaceae, Araucariaceae, Gnetaceae dan Podocarpaceae 10 Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia 2 kerapatan, dan ukuran stomata (panjang dan lebar). Kerapatan stomata dapat dinyatakan dengan jumlah stomata/mm 2. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x dan 400x. Irisan transversal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA ACARA I EVALUASI LUAS DAUN. Oleh : Apriliane Briantika Louise NIM A1L013055

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA ACARA I EVALUASI LUAS DAUN. Oleh : Apriliane Briantika Louise NIM A1L013055 LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA ACARA I EVALUASI LUAS DAUN Oleh : Apriliane Briantika Louise NIM A1L013055 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, serta pengamatan dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Salisilat 1. Struktur Kimia Asam Salisilat Struktur kimia asam salisilat dan turunannya dapat dilihat pada Gambar 2 : Gambar 2. Struktur kimia asam salisilat dan turunannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5 ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN Pertemuan Ke-5 Bunga Buah Biji Daun Akar Batang AKAR Mengokohkan tegaknya tumbuhan Menyerap air dan garam mineral serta mengalirkannya ke batang dan daun Menyimpan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Yogyakarta).

Lebih terperinci

Jurnal Praktikum Phanerogamae Laboratorium Anatomi dan Sistematika Tumbuhan Semester IV. TA.2015/

Jurnal Praktikum Phanerogamae Laboratorium Anatomi dan Sistematika Tumbuhan Semester IV. TA.2015/ Mengenal ciri-ciri dan sifat umum pada kelompok Alismatales, Bromeliales dan Commeliales. dan Alismataceae, Bromeliaceae,Commeliaceae dan Pontederiaceae. DESY NITA AMALIA 1307025034 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

Morfologi Daun. Modul 1 PENDAHULUAN

Morfologi Daun. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Morfologi Daun Ir. Hadisunarso M PENDAHULUAN odul pertama ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman daun berdasarkan ciri morfologinya. Modul ini memberikan landasan bagi Anda

Lebih terperinci

Gambar : Struktur Tubuh Tumbuhan Dikotil

Gambar : Struktur Tubuh Tumbuhan Dikotil JARINGAN TUMBUHAN Gambar : Struktur Tubuh Tumbuhan Dikotil TUMBUHAN Organ Vegetatif : Akar, Batang, Daun Organ Generatif : Bunga, Buah, Biji Tersusun atas jaringan Sistem Jaringan Atas dasar tingkat perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebelumnya yang menjadi acuan yaitu sebagai berikut: Penelitian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebelumnya yang menjadi acuan yaitu sebagai berikut: Penelitian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan/ Sebelumnya Sebagai langkah awalnya dalam penulisan ini, maka penelitian yang dilakukan mengacu kepada penelitian yang sebelumnya. Adapun penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

Apl Vegetasi pada Lansekap dan Desain Ruang Luar By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST.MT. Klasifikasi Tanaman

Apl Vegetasi pada Lansekap dan Desain Ruang Luar By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST.MT. Klasifikasi Tanaman Apl Vegetasi pada Lansekap dan Desain Ruang Luar By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST.MT Klasifikasi Tanaman Klasifikasi Tanaman Karakter tumbuhan lumut Dinding sel tersusun atas selulosa. Daun lumut tersusun

Lebih terperinci

Praktikum Biologi Laut Profil Mangrove Taman Nasional Baluran. Kelompok I dan Kelompok VII Asisten : Agus Satriono

Praktikum Biologi Laut Profil Mangrove Taman Nasional Baluran. Kelompok I dan Kelompok VII Asisten : Agus Satriono Praktikum Biologi Laut Profil Mangrove Taman Nasional Baluran Kelompok I dan Kelompok VII Asisten : Agus Satriono PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan hujan tropis dengan keanekaragaman spesies tumbuhan yang sangat tinggi dan formasi hutan yang beragam. Dipterocarpaceae

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks Klon BPM 1 dan PB 260 KLON Jumlah Pembuluh Lateks Diameter Pembuluh Lateks 22.00 22.19 24.00 24.09 20.00 20.29 7.00 27.76 9.00 24.13 5.00 25.94 8.00 28.00

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

Ini Dia Si Pemakan Serangga

Ini Dia Si Pemakan Serangga 1 Ini Dia Si Pemakan Serangga N. bicalcarata Alam masih menyembunyikan rahasia proses munculnya ratusan spesies tanaman pemakan serangga yang hidup sangat adaptif, dapat ditemukan di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

Mikroskopis Amylum Gambar Keterangan Amylum Manihot Nama lain : Nama tanaman asal : Keluarga : Mikroskopis : berbentuk lonjong atau topi baja

Mikroskopis Amylum Gambar Keterangan Amylum Manihot Nama lain : Nama tanaman asal : Keluarga : Mikroskopis : berbentuk lonjong atau topi baja Mikroskopis Amylum Amylum Manihot Nama lain : Pati singkong Nama tanaman asal : Manihot Utilissima (Pohl.) Keluarga : Euphorbiaceae Mikroskopis : Butir tunggal atau bergelombolan.butir tunggal berbentuk

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan 1.1 Latar elakang Geometri datar, merupakan studi tentang titik, garis, sudut, dan bangun-bangun geometri yang terletak pada sebuah bidang datar. erbagai mekanisme peralatan dalam kehidupan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5. Gambar potongan

PERTEMUAN 5. Gambar potongan PERTEMUAN 5 Gambar potongan 5.1. Penyajian potongan Sering ditemui benda-benda dengan rongga-rongga di dalamnya. Untuk menggambarkan bagian-bagian ini dipergunakan garis gores (garis putus-putus) yang

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA 15-146 HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA Novita Kartika Indah Jurusam Biologi FMIPA Univ. Negeri Surabaya E-mail : kartikanovi@rocketmail.com ABSTRAK Tarenna merupakan kerabat dekat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN I

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN I PANDUAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN I (MORFOLOGI TUMBUHAN) Oleh : EVIKA SANDI SAVITRI, M.P. RURI SITI RESMISARI, M.Si NAMA : NIM : JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan INVENTARISASI NEPENTHES DI TAPANULI SELATAN. Inventory of Nepenthes in Southern Tapanuli

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan INVENTARISASI NEPENTHES DI TAPANULI SELATAN. Inventory of Nepenthes in Southern Tapanuli BioLink, Vol. 3 (2) Januari 2017 p-issn: 2356-458x e-issn:2597-5269 BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink INVENTARISASI NEPENTHES

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan jenis wesel yang umum digunakan di Indonesia Mahasiswa dapat menjelaskan standar pembuatan bagan wesel dengan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN (AKAR, BATANG, DAUN, BUNGA, BUAH, DAN BIJI) I. A K A R Berdasarkan asalnya, akar ada 2 macam : 1. Akar Primer : Akar pertama yang tumbuh dari lembaga yang terkandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

MORFOLOGI PASAK BUMI (Eurycoma spp) DI DUSUN BENUAH KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

MORFOLOGI PASAK BUMI (Eurycoma spp) DI DUSUN BENUAH KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT MORFOLOGI PASAK BUMI (Eurycoma spp) DI DUSUN BENUAH KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT (Morphology of Pasak Bumi (Eurycoma spp) in Dusun Benuah Kabupaten Kubu Raya West Kalimantan) Dina Setyaningrum,

Lebih terperinci

UJI IDENTIFIKASI FARMAKOGNOSTIK TUMBUHAN HATI TANAH ASAL KOTA PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

UJI IDENTIFIKASI FARMAKOGNOSTIK TUMBUHAN HATI TANAH ASAL KOTA PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya ARTIKEL PENELITIAN UJI IDENTIFIKASI FARMAKOGNOSTIK TUMBUHAN HATI TANAH ASAL KOTA PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH 1 Rezqi Handayani, 1 Susi Novaryatiin 1 Dosen Pengajar Program Studi D-III Farmasi, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

Jaringan Tumbuhan. SMA Regina Pacis Jakarta Ms. Evy Anggraeny. August

Jaringan Tumbuhan. SMA Regina Pacis Jakarta Ms. Evy Anggraeny. August Jaringan Tumbuhan SMA Regina Pacis Jakarta Ms. Evy Anggraeny August 2014 1 Jaringan Meristem Jaringan embryonal Jaringan meristematik Jaringan inisial Ciri-ciri : 1. Ukuran kecil 2. Dinding sel tipis 4.

Lebih terperinci

KELAS IV SEMESTER 1 TUMBUHAN PENYUSUN : THERESIA DWI KURNIAWATI

KELAS IV SEMESTER 1 TUMBUHAN PENYUSUN : THERESIA DWI KURNIAWATI STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN KELAS IV SEMESTER 1 TUMBUHAN PENYUSUN : THERESIA DWI KURNIAWATI Daftar Isi.. 1 Kata Pengantar.. 2 Standar Kompetensi. 3 Indikator Pembelajaran... 4 Tujuan Pembelajaran. 4 Bagian-bagian

Lebih terperinci

Organ dan Sistem Organ Nutritivum (Daun, Batang, dan Akar)

Organ dan Sistem Organ Nutritivum (Daun, Batang, dan Akar) Modul 1 Organ dan Sistem Organ Nutritivum (Daun, Batang, dan Akar) Dra. Tri Saptari Haryani, M.Si. B PENDAHULUAN entuk hidup suatu tumbuhan merupakan bentuk yang dihasilkan untuk tubuh vegetatif sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Tanah gambut terbentuk dari bahan organik sisa tanaman yang mati diatasnya, dan karena keadaan lingkungan yang selalu jenuh air atau rawa, tidak memungkinkan terjadinya proses

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN Sebelum diuraikan mengenai pola dan tehnik pembelahan kayu bulat, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai urut-urutan proses menggergaji, dan kayu bulat sampai menjadi kayu

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN PECAHAN SEDERHANA. Pecahan - Pecahan Daerah yang diarsir satu bagian dari lima bagian. Satu bagian dari lima bagian artinya satu dibagi lima

Lebih terperinci

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang Anatomi Batang Patah Tulang Pengamatan anatomi secara mikroskopis pada tanaman patah tulang dilakukan untuk melihat susunan sel penyusun organ tanaman.

Lebih terperinci

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal

Lebih terperinci