BAB V. PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN"

Transkripsi

1 44 BAB V. PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 5.1. Keragaan Program dan Kegiatan Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai disingkat dengan UPT Diklat Pegawai berada langsung dibawah instansi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau dibentuk melalui Peraturan Gubernur Riau Nomor 5 tahun 200, yang pembentukannya sebagai tindaklanjut dari Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Riau. Meskipun secara struktural UPT mempunyai jenjang eselon III yang sejajar dengan Kepala Bidang-Kepala Bidang di lingkungan Badan Kepegawaian Daerah, namun penyelenggaraan sebagian tugas dan program Badan Kepegawaian Provinsi Riau dibidang pendidikan dan pelatihan pegawai seperti diklat penjenjangan, diklat teknis dan diklat fungsional, menempatkan UPT pada posisi penting yang bertugas menyiapkan dan membentuk aparatur pegawai negeri sipil daerah dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau agar mempunyai kompetensi terhadap pekerjaan mereka. Disamping itu terciptanya aparatur yang professional. Dalam artian bahwa profesionalisme tidak semata-mata trampil di bidang pekerjaan tetapi tumbuhnya sikap dan tanggungjawab kepada Negara dan masyarakat sebagai fungsi yang melekat pada setiap sosok aparatur yaitu abdi Negara dan abdi masyarakat. Untuk memberikan kesamaan persepsi dan kesatuan dalam penyelenggaraan diklat agar bermutu, efisien, efektif, dan akuntabilitas, Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai Instansi Pembina Diklat telah mengeluarkan berbagai ketentuan yang secara fungsional bertanggungjawab atas pengaturan, koordinasi, dan penyelenggaraan diklat. Disamping itu secara periodik tugas fungsional LAN dimaksud melakukan penilaian terhadap unsur-unsur tenaga kediklatan, program diklat dan fasilitas diklat. Dengan kata lain setiap penyelenggaraan diklat yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Pendidikan

2 45 dan Pelatihan Pegawai mengacu kepada ketentuan dan kebijakan yang dipersyaratkan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Pegawai Negeri Sipil sebagai personil utama sumberdaya manusia aparatur yang mempunyai peran sangat menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan pada dasarnya diwajibkan memiliki kompetensi iptek, sikap dan perilaku. Untuk mencapai hal itu pembinaan melalui pendidikan dan pelatihan adalah strategi yang mesti dilakukan berulang-ulang oleh lembaga UPT Diklat Pegawai. Secara yuridis formal kelembagaan dan moral, Unit Pelaksana Teknis Diklat Pegawai berkewajiban memberikan pencerahan kepada PNS yang masuk ke dalam program pendiklatan. Untuk menciptakan sumberdaya manusia aparatur yang memiliki kompetensi dibidang pemerintahan dalam penyelenggaraan Negara dan pembangunan diperlukan upaya peningkatan mutu agar tercipta profesionalisme, sikap pengabdian dan kesetiaan bangsa dan Negara, semangat menjaga kesatuan dan persatuan, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari usaha pembinaan pegawai negeri sipil. Tujuan pendidikan dan pelatihan diantaranya memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pemberdayaan masyarakat dan terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas pemerintahan. Pada dasarnya pendidikan dan pelatihan dapat diklasifikasikan kedalam 3 jenis yaitu : 1. Diklat Prajabatan Diklat ini merupakan kewajiban yang harus diikuti seorang CPNS untuk dapat diangkat menjadi PNS baik bagi yang memiliki golongan I, golongan II dan golongan III. Selambat-lambatnya 2 tahun setelah pengangkatan CPNS sudah harus mengikuti diklat tersebut. Tujuan diklat ini untuk memberi pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara dibidang tugas dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat.

3 4 Sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan Pemerintah, kurikulum diklat prajabatan golongan I dan golongan II, serta golongan III telah diatur dan disusun sebagaimana Tabel 8. Tabel 8 Mata Diklat Golongan I, II dan Golongan III No Mata Diklat Sesi 1. Dinamika kelompok 2 2. Sistem penyelenggaraan pemerintahan NKRI 2 3. Manajemen kepegawaian Negara 2 4. Etika organisasi pemerintah 2 5. Pelayanan prima 2. Budaya kerja organisasi pemerintah 2 7. Manajemen perkantoran modern 2 8. Membangun kerjasama Tim (Team Building) 2. Komunikasi yang efektif Wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI Program Ko-Kurikuler a. Latihan kesegaran jasmani b. Baris berbaris c. Tata upacara sipil d. Pengarahan program e. Ceramah umum/muatan teknis subtantif lembaga f. Ceramah tentang kesehatan mental J u m l a h 30 0 Keterangan : 1 sesi = 3 jam pelajaran. 1 Jampel = 45 menit Sumber : Peraturan Kep. LAN No 3 thn 2007 tentang pedoman penyelenggaraan diklat prajabatan gol I dan II. LAN. Jakarta Sedangkan standar kompetensi bagi diklat prajabatan golongan III, kurikulum diklatnya sama dengan golongan I dan II. Yang membedakannya pada jumlah sesi 45 dengan 135 jam pelajaran (Peraturan Kep. LAN No 4 tahun 2007 tentang pedoman penyelenggaraan diklat prajabatan III. LAN. Jakarta.2007).

4 47 Dari Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa diklat Golongan I dan II telah memasukkan materi yang berhubungan dengan pelayanan publik, dalam hal ini pada mata diklat pelayanan prima dan budaya kerja organisasi pemerintah dan komunikasi yang efektif. Hasil Wawancara dengan seorang widyaiswara berinisial MHF usia 55 tahun sebagai berikut : Diklat Golongan I, II, dan golongan III merupakan salah satu alat bagi pengembangan kapasitas PNS dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan bernegara, menumbuhkan budaya bekerja serta peningkatan layanan pemerintah kepada masyarakat, yang dalam hal ini disebut pelayanan prima. Disamping itu PNS golongan I dan II merupakan pegawai yang tingkat berhubungan dengan masyarakat luas cukup tinggi, sehingga penting penambahan kapasitas berkomunikasi yang efektif, pengetahuan tentang etika organisasi pemerintah, manajemen perkantoran dan lain-lain, sehingga masyarakat dapat lebih merasa nyaman ketika mendapat pelayanan dari mereka Memperhatikan kurikulum dan materi yang diajarkan dalam UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, terdapat materi berorientasi kepada peningkatan kapasitas PNS bagi perbaikan pelayanan publik. Pemerintah melalui Lembaga Administrasi Negara secara legal formal telah mewajibkan pengajaran materi dimaksud dalam menciptakan PNS yang mempunyai kualitas ilmu pengetahuan dan pembentukan perilaku. Dengan kata lain diklat yang diselenggarakan telah menyesuaikan kepada keadaan yang berkembang sesuai tuntutan masyarakat. Disadari bahwa penyelenggaraan diklat ditujukan bagi pembentukan kapasitas PNS telah terbukti berhasil jika menggunakan indikator evaluasi pembelajaran pasca diklat dengan penilaian baik. Dan disamping itu dapat dikatakan belum ada jaminan sepenuhnya bahwa tidak akan ada seorangpun PNS pasca diklat berbuat tindakan tidak terpuji dengan mengabaikan tugas-tugas yang di amanahkan kepadanya. Paling tidak tujuan penyelenggaraan diklat secara umum dalam pembentukan iptek dan karakter PNS diyakini akan dapat diwujudkan meskipun masih saja ditemukan penyimpangan-penyimpangan oknum PNS berakibat mencoreng PNS lain yang tidak berbuat. Terhadap tindakan

5 48 tercela yang dilakukan PNS, pemberian hukuman disiplin oleh atasan yang bersangkutan dan pencabutan sertifikat diklat yang pernah diperolehnya dapat diterapkan sepanjang semua pihak memegang teguh komitmen menegakkan good governance. Salah seorang tokoh masyarakat di Kota Pekanbaru, yaitu AJ usia 70 tahun memberikan pendapatnya sebagai berikut : Saat ini jika dibandingkan dengan awal masa reformasi dulu, peningkatan pelayanan kepada masyarakat oleh staf PNS telah semakin baik, hal ini mungkin karena adanya peningkatan komitmen penegakan hukum, tambahan insentif bagi PNS disamping secara berkala mendapat penambahan kapasitas tentang pelayanan publik. Apabila semua itu berjalan, maka dapat memperkecil ruang perbuatan yang korup bagi PNS saat sedang melaksanakan kegiatan pelayanan publiknya serta diharapkan meningkatnya kesadaran PNS yang bekerja sepenuh hati dan tulus meskipun cukup berat karena banyaknya godaan. Mungkin disarankan perlu dimasukan unsure etika dan moral pada setiap diklat PNS 2. Diklat Dalam Jabatan Diklat dalam jabatan ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap PNS yang terdiri atas : a. Diklat Kepemimpinan Diklat kepemimpinan yang disebut Diklatpim dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural dengan uraian Diklatpim IV bagi jabatan struktural eselon IV, Diklatpim III untuk jabatan strukural eselon III, Diklatpim II untuk jabatan strukural eselon II, dan Diklatpim I untuk eselon I. Dalam hal pelaksanaan pendidikan untuk diklatpim II dan I, pihak UPT Diklat Pegawai bertindak sebagai koordinator bukan penyelenggara karena diklat tersebut dilaksanakan oleh Intansi Pembina (Lembaga Administrasi Negara) yang berlokasi di luar Provinsi Riau seperti Bukit Tinggi, Jakarta, Bandung, Surabaya. Kelengkapan sarana prasarana kampus diklat sesuai standar persyaratan/akreditasi yang ditentukan Lembaga Adimistrasi Negara di beberapa Kota tersebut menjadi pertimbangan tempat diselenggarakannya Diklatpim II dan I.

6 4 Menurut informasi dari Kepala UPT Pendidikan dan Pelatihan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau, tujuan diselenggarakannya Diklatpim untuk mempersiapkan kader pimpinan disetiap lini jabatan agar mampu memimpin dan mengambil keputusan yang efektif dan efisien. Antara Diklatpim dasar yang disebut Diklatpim IV sampai Diklatpim I pada dasarnya mempersiapkan dan membentuk kapasitas PNS dalam memimpin baik dalam jabatan struktural terendah sampai jabatan tertinggi di birokrasi. Yang membedakan hanya pada tingkatan pengetahuan manajerial sesuai jenjang organisasi. Secara umum diklatpim untuk penambahan kapasitas bagi para pejabat agar dapat memimpin dengan mekanisme manajemen yang baik, mampu membuat perencanaan dan membuat keputusan sesuai kepentingan dan kebutuhan serta menyusun program kerja yang merupakan penjabaran dari visi dan misi organisasi. Secara periodik diklatpim yang dikelola langsung oleh UPT adalah diklatpim IV dan III. Diklatpim IV dipersyaratkan bagi PNS non jabatan minimal bergolongan IIIa yang kelak akan disiapkan menempati jabatan eselon IV, sedangkan Diklatpim III diperuntukkan bagi PNS yang telah menduduki jabatan eselon IV atau sudah menduduki jabatan eselon III namun belum pernah mengikuti diklatpim III wajib mengikuti diklatpim III tersebut. Persoalan yang selalu timbul seputar diklatpim IV dan III adalah pihak UPT belum mempunyai program kerja yang jelas dalam keberlangsungan tingkat lanjutan diklatpim tersebut, dan disamping itu seringkali terjadi dugaan manipulasi dalam setiap seleksi penerimaan diklatpim. Seseorang PNS dapat saja lulus seleksi program diklatpim sepanjang yang bersangkutan melakukan pendekatan kepada pihak-pihak yang berkompeten. Kondisi ini seringkali terjadi pada setiap seleksi. Dengan alasan karir dan tingkat persaingan yang ketat yang di ikuti sebagian kecil peserta PNS, maka upaya agar lulus tes penerimaan diklatpim dilakukan dengan cara-cara pendekatan. Hal itu selalu efektif terbukti dari berbagai informasi yang beredar dikalangan PNS sendiri. Berikutnya yang berhubungan dengan keberlangsungan program diklatpim lanjutan tingkat II dan diklatpim I belum dapat diselenggarakan oleh UPT karena beberapa penyebab antara lain Pertama, kualifikasi dan jumlah tenaga

7 50 widyaiswara belum memenuhi persyaratan untuk mengajar materi, Kedua, persyaratan sarana dan prasarana seperti ruang kelas, audio visual, ruang praktek, pemondokan, dan luas areal diklat belum memadai (representatif). Kondisi tersebut disadari sepenuhnya oleh Kepala UPT yang dapat mempengaruhi peran UPT sebagai penyelenggara diklat. Keinginan menjadikan UPT sebagai penyelenggara diklatpim II dan I yang merupakan lanjutan diklatpim IV dan III saat ini belum mendesak untuk dilakukan karena terkait dengan sedikitnya jumlah peserta diklat yang ikut seleksi. Untuk itu perhatian UPT sekarang dititik beratkan kepada diklatpim IV dan III dimana setiap pembukaan seleksi, peserta melebihi dari kapasitas yang dibutuhkan. Selain hal tersebut, secara kelembagaan UPT tampaknya tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi persoalan-persoalan persaingan tidak sehat pada setiap tes penerimaan diklatpim karena kewenangan penilaian berada pada Intansi diluar UPT. Sebagai lembaga pencetak kader pemimpin di birokrasi, sebaiknya UPT harus mengambil sikap tegas dengan tidak mentolerir perbuatan itu. Tujuan untuk menciptakan PNS yang santun, berwawasan, dan berbudi pekerti sulit diwujudkan bahkan akan menciptakan birokrasi yang akan mempersulit urusan publik atau konsep pelayanan prima sebatas hapalan jika mereka kembali ke lingkungan kerja masing-masing. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan adalah penyelenggaran diklat aparatur PNS di daerah. Dengan demikian kebijakan dalam penetapan kurikulum dan pengembangan kurikulum lokal bagian dari tugas UPT yang mesti dilaksanakan. Dan sejauh ini materi yang diberikan dalam Diklatpim IV dan III mengacu kepada standar kurikulum yang ditetapkan Lembaga Administrasi Negara seperti pada Tabel dan 10.

8 51 Tabel Jumlah Sesi dan Jam Pelajaran Diklat untuk Diklatpim IV. No Mata Pelajaran Diklat Sesi 1. Kajian sikap dan perilaku a. Kepemimpinan di alam terbuka b. Kecerdasan emosional c. Pengenalan dan potensi diri d. Etika kepemimpinan aparatur 3 2. Kajian Manajemen Publik a. Sistem administrasi Negara RI b. Dasar-dasar administrasi Publik c. Dasar-dasar kepemerintahan yang baik d. Manajemen SDM, Keuangan dan Materil e. Koordinasi dan hubungan kerja f. Operasionalisasi pelayanan prima g. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan h. Teknik komunikasi dan presentasi yang efektif i. Pola kerja terpadu j. Pengelolaan informasi dan teknik pelaporan 3. Kajian pembangunan a. Konsep dan indikator pembangunan b. Otonomi dan Pembangunan daerah c. Kebijakan dan program pembangunan nasional d. Muatan teknis subtantif lembaga Pemulihan ekonomi dalam kerangka otda Arah kebijakan umum daerah 4. Aktualisasi a. Isu actual sesuai tema b. Observasi lapangan c. Kertas kerja lapangan d. Kertas kerja Kelompok (KKK) dan Kertas Kerja Angkatan J u m l a h 270 Keterangan : 1 Jam pelajaran = 45 menit

9 52 Tabel 10 Jumlah Sesi dan Jam Pelajaran Diklat untuk Diklatpim III No Mata Pelajaran Diklat Sesi 1. Kajian sikap dan perilaku a. Kepemimpinan di alam terbuka b. Pengembangan potensi diri c. Kepemimpinan dalam organisasi Kajian Manajemen Publik a. Analisis kebijakan publik b. Hukum administrasi Negara c. Membangun kepemerintahan yang baik d. Kepemimpinan dalam keragaman budaya e. Negoisasi, kolaborasi dan jejaring prima f. Pengembangan pelaksanaan pelayanan prima g. Teknik-teknik analisis manajemen h. Pemberdayaan SDM i. AKIP (Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) dan Pengukuran kinerja j. Teknologi informasi dalam pemerintahan k. Telahaan staf paripurna Kajian pembangunan a. Teori dan indikator pembangunan b. Pembangunan Daerah, Sektor dan Nasional c. Sistem Pengelolaan Pembangunan d. Muatan teknis subtantif Lembaga Persfektif Negara Bangsa dalam konteks Otda Otonomi Daerah Implementasi kepemerintahan yang baik dalam struktur dan kultur Otda 4. Aktualisasi a. Isu aktual sesuai tema b. Observasi lapangan c. Kertas kerja lapangan d. Kertas kerja Kelompok (KKK) dan Kertas Kerja Angkatan J u m l a h 345 Keterangan : 1 Jam pelajaran = 45 menit b. Diklat Fungsional Merupakan diklat yang diperuntukkan bagi PNS yang berkeinginan menjadi tenaga fungsional tertentu, dengan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi PNS. Dalam penyelenggaraan mulai dari seleksi calon sampai

10 53 diangkat untuk ditetapkan sebagai pejabat fungsional merupakan kewenangan Lembaga Administrasi Negera. Sedangkan Unit Pelaksana Teknis Diklat Pegawai sifatnya membantu meneruskan pemberitahuan kepada PNS yang berminat menjadi pejabat fungsional dan menyediakan tempat seleksi. Pegawai Negeri Sipil yang telah mengikuti dan ditetapkan sebagai Pejabat Fungsional di lingkungan Pemerintah Daerah dengan spesifikasi tertentu. Beberapa diklat yang selalu diadakan dan di ikuti oleh tenaga fungsional adalah sebagai berikut : Tabel 11 Jenis Diklat Fungsional No Nama Diklat 1. Training of trainer (TOT) bagi Widyaiswara 2. Training Officer Course (TOC) Monitoring dan evaluasi 3. TOC Umum 4. TOT Penyusunan Modul 5. TOT Outward bound. TOT Subtansi Materi diklat Pim III dan IV Sumber : UPT Diklat Pegawai BKD Prov. Riau, Diklat Teknis Diklat ini bagian dari pembinaan sumberdaya aparatur dibidang kompentensi teknis yang dibutuhkan PNS untuk melaksanakan tugas-tugas teknisnya. Tabel 12 Nama Diklat Teknis No Nama Diklat 1. Bahasa Inggris 2. Diklat computer 3. Analisis kebutuhan diklat 4. Penghitungan angka kredit 5. Bendaharawan/Pemegang Kas. Kearsipan 7. Manajemen Kepegawaian 8. Total Quality Management (TQM) Sumber : UPT Diklat Pegawai BKD Prov. Riau, 2010 Kegiatan diklat yang telah disebut di atas merupakan kegiatan rutin UPT diklat BKD Provinsi Riau, dimana tingkat pelaksanaannya pada tahun 200

11 54 sebesar 100 persen atau semua kegiatan yang telah direncanakan dapat terealisasi dengan baik Persepsi Masyarakat terhadap Kegiatan UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau Kegiatan UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau diharapkan dapat meningkatkan kinerja aparatur pemerintah (PNS) melalui kegiatan pelayanan prima kepada publik atau masyarakat secara luas. Pelayanan prima dimaksudkan adalah pelayanan mengacu pada prosedur yang telah ditetapkan oleh dinas atau instansi terkait dalam melakukan pelayanan yang baik (saat bertatap muka) dengan masyarakat dalam mengurus perizinan, usaha dalan lain-lain sesuai dengan satuan kerja dimana PNS bertugas. Melalui UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau diharapkan dapat meningkatkan kapasitas PNS dalam pelaksanaan tugas-tugas yang di amanahkan disamping sebagai upaya pembangunan citra positif Pemerintah Provinsi Riau kepada seluruh pemangku kepentingan. Dengan melakukan wawancara kepada beberapa orang pemangku kepentingan dalam hal ini adalah 1 orang widyaiswara pada UPT Teknis di Dinas Teknis di Provinsi Riau serta 2 orang masyarakat yang merupakan tokoh masyarakat di Provinsi Riau, diperoleh informasi sebagai berikut: a. Penilaian terhadap kinerja UPT Pendidikan dan Pelatihan Kinerja UPT Pelatihan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau terhadap peningkatan kapasitas PNS di lingkungan satuan kerja Pemerintah Provinsi Riau pada umumnya cukup sulit dinilai oleh masyarakat luas dibandingkan penilaian output PNS setelah mengikuti diklat. Hasil evaluasi belajar (output) selama kediklatan memperlihatkan program kediklatan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan rata-rata penilaian yang diberikan oleh Tenaga Widyaiswara dan Pengelola kediklatan bernilai baik sebagaimana penjelasan yang disampaikan pihak UPT. Dalam suatu kesempatan penulis meminta tanggapan kepada seseorang tentang penilaiannya terhadap kinerja UPT Pendidikan dan Pelatihan. Jawaban yang diberikan mendukung keberadaan UPT karena dapat memberikan peningkatan wawasan dan kapasitas pegawai bagi peningkatan pelayanan publik.

12 55 Dari hasil wawancara dengan sumber informasi diketahui bahwa konsep pelayanan prima melalui layanan publik telah dilakukan cukup baik seperti pembangunan fisik berupa pembangunan jalan, sekolah maupun sarana umum lainnya, namun demikian proses pelibatan masyarakat dalam merencanakan, mengevaluasi serta menjaga aset pembangunan yang telah dilaksanakan dirasakan cukup rendah. Sejalan perkembangan dinamika, masyarakat merasakan bahwa salah satu tugas dan fungsi Pemerintah melayani masyarakat dianggap belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk itu Pemerintah sebaiknya terus menerus melakukan evaluasi dan menginventarisasi persoalanpersoalan yang dibutuhkan masyarakat meskipun setiap tahun pemerintah telah menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbang). Artinya adakalanya pemerintah harus melakukan penyesuaian kualitas pelayanan sesuai oleh kebutuhan masyarakat itu sendiri. Hasil Wawancara dengan salah seorang Widyaiswara teknis di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian yaitu NM usia 5 tahun adalah sebagai berikut: Sepengetahuan saya saat ini UPT diklat BKD Provinsi Riau belum memiliki tenaga pengajar dibidang Metodologi Pemberdayaan Masyarakat. Untuk itu kedepan diperlukan koordinasi dengan UPT Dinas Teknis yang selama ini bertugas dan berhubungan langsung masyarakat sebagai bagian dari program diklat UPT Dinas Teknis. Hal yang perlu diperhatikan pada jenjang kediklatan yaitu tidak semua persoalan di satuan kerja dapat dipecahkan melalui diklat, untuk itu perlu dibuat semacam tim yang mampu menganalisis kebutuhan diklat. Tim ini beranggotakan unit kepegawaian dalam BKD, unit diklat serta gabungan atau representasi dari satuan kerja. Tim inilah yang merekomendasikan apakah PNS membutuhkan diklat tertentu atau cukup dengan pembinaan yang bersifat non diklat berdasarkan analisa yang dibuat oleh tim analisis kediklatan, hasil analisis tersebut dapat langsung dikerjakan pengelolannya oleh kebijakan pimpinan yang berada pada satuan kerja Menurut narasumber NM, tidak selamanya persoalan yang ada di PNS harus diatasi lewat pendidikan (diklat) akan tetapi dapat saja melalui kegiatan pembinaan dengan menganalisis persoalan yang ada pada diri PNS atau lingkungan tempat kerjanya. Hal inilah yang belum dapat terlaksana secara optimal pada satuan-satuan kerja yang ada, sehingga sangat wajar jika selama ini masyarakat masih belum merasa puas atas layanan yang diberikan pemerintah

13 5 terhadap seluruh kegiatan publik atau masyarakat. Termasuk didalamnya bentuk pelayanan publik tergantung kepada siapa sasaran layanan itu diberikan karena setiap lapisan masyarakat satu sama lainnya berbeda-beda. Ketidaksamaan nilai dan ukuran keinginan masyarakat menyebabkan keragaman tuntutan masyarakat yang berbeda-beda pula. Persoalan semacam inilah yang selalu dirasakan masyarakat antar golongan pada setiap strata tingkatan. Kebutuhan dan latar belakang sosial masyarakat disatu sisi tidak sepenuhnya dapat diatasi dengan program serupa karena perbedaan kebutuhan dan keadaan, apabila tetap dijalankan secara umum cenderung kurang efektif dan menimbulkan penolakan masyarakat. Pemikiran Waber dkk dalam Wirjatmi (2001), menyatakan bahwa peyelenggaraan pelayanan dipengaruhi oleh dua orientasi kegiatan yang terkait dengan kegiatan sosial yaitu adanya Value Rationality dan Instrumental Rationality. Value Rationality adalah kegiatan yang secara sadar ditentukan melalui nilai-nilai individu demi kepentingan masyarakat. Formulasi nilai utama sangat mendukung terhadap dilakukannya suatu kegiatan. Hal ini akan memunculkan nilai-nilai individu secara umum yang berkembang di masyarakat, menjadi nilai-nilai sosial yang akan berpengaruh di dalam pelayanan. Sehingga nilai-nilai pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah setidak-tidaknya akan mendekati kesesuaian dengan nilai-nilai masyarakat di sekitarnya. Sedangkan Instrumental Rationality adalah kegiatan yang dilakukan telah memperhatikan, memperhitungkan dan mempertimbangkan maksud, tujuan dan konsekwensinya. Pemikiran Waber dan kawan kawan dapat diterapkan bagi penguatan kapasitas kelembagaan UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau dalam mempersiapkan aparatur PNS menjalankan tugas-tugas kemasyarakatan terutama dalam materi yang berhubungan dengan pelayanan publik. Muatan materi tentang pelayanan publik masih terfokus kepada upaya pemberian pelayanan satu pintu dengan bentuk kecepatan, ketepatan dan efisiensi dalam pelayanan, akan tetapi belum memberikan muatan tentang bagaimana menampung aspirasi masyarakat kemudian menganalisnya serta membuat strategi yang lebih baik dalam perbaikan pelayanan untuk masa yang akan datang. Wawancara dengan seorang tokoh masyarakat berinisial MRM usia 53 tahun sebagai berikut:

14 57 Penambahan kapasitas oleh UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau seharusnya mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan sistem kelembagaan Pemerintah Provinsi Riau terutama pada sisi peningkatan pelayanan. Namun saat ini dengan sistem pelayanan yang ada, masyarakat masih belum merasa puas terhadap sistem pelayanan tersebut. Berapa penyebab mendorong ketidakpuasan masyarakat kepada pelayanan pemerintah yaitu; (1) penerapan standar operasional pelayanan tidak tepat, hal ini terjadi disebabkan kurangnya komitmen aparatur (PNS) dalam menjalankan tugas yang mendorong tidak tepatnya pelaksanaan standarisasi pelaksanaan pelayanan, berikutnya kurang tepatnya hasil studi kelayakan yang dibuat saat membuat standar operasional tersebut; (2) Tidak dipahaminya kehendak masyarakat disebabkan kurangnya riset atau studi yang dapat mengetahui kehendak masyarakat, serta kurangnya usaha pemerintah dalam mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Keadaan itu membuat interaksi antara pemerintah dengan masyarakat menjadi berkurang atau bahkan menjadi terputus; (3) Kurangnya pemenuhan pelayanan yang mendorong ketidakmampuan petugas (PNS) dalam menyampaikan pelayanan sebagaimana mestinya, penyebabnya kurangnya pelatihan atau pendidikan kepada pelaksana tugas, terutama pendidikan mengenai metodologi perencanaan pembangunan partisipatif dengan konsep pemberdayaan; (4) Pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan, keadaan ini terjadi karena pelayanan yang disampaikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan, terutama janji politik saat kampanye pemilihan kepala daerah atau janji-janji yang disampaikan saat petugas sedang berkomunikasi dalam pekerjaan atau saat sosialisasi kegiatan; (5) Pelayanan yang tidak memuaskan, biasanya terjadi apabila lebih dari 2 faktor yang telah disebutkan terjadi. Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dapat dipenuhi apabila faktor-faktor yang menunjang kepuasan tersebut. Untuk itu peran UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau harus sejalan dengan kebutuhan satuan kerja terutama dalam perbaikan pelayanan publik, untuk itu diperlukan indikator dalam mengukur kualitas pelayanan publik yang standar serta dibuat berdasarkan kualifikasi; (1) Tangible atau kasat mata yaitu sesuatu yang dapat diukur karena

15 58 kelihatan secara fisiknya, tampak mata, tampak rasa, tampak dengar dari publik atau petugas pelayanan (PNS) serta alat-alat komunikasi dengan publik; (2) realibility yaitu kemampuan untuk memenuhi janji sesuai dengan apa yang telah dikomunikasikan kepada publik; (3) responsiviness yaitu kecepatan serta keikhlasan untuk memberikan layanan kepada publik secara benar; (4) assurance yaitu pengetahuan dan keramahan dari para petugas (PNS) dan kemampuan mereka dalam menjaga kepercayaan dan kerahasiaan; (5) emphaty yaitu kepedulian dengan penuh perhatian secara individual PNS terhadap masyarakat atau publik. Wirjatmi (2001) mengatakan bahwa pelayanan prima di sektor publik harus mengacu kepada tatalaksana yang digunakan dalam standar layanan publik yaitu; (1) kesederhanaan yang meliputi prosedur/tatacara pelayanan antara lain mudah, tidak berbelit-belit serta mudah dilaksanakan; (2) kejelasan dan kepastian terhadap prosedur, persyaratan, unit kerja tarif atau biaya serta pejabat yang berwenang dalam menerima keluhan publik terhadap pelayanan yang telah diberikan; (3) keamanan yang menyangkut kepastian hukum terhadap bentuk layanan yang diberikan pada setiap satuan kerja; (4) keterbukaan menyangkut kesederhanaan dan kejelasan terhadap layanan yang diinformasikan kepada publik; (5) efisien yaitu pelayanan yang diberikan oleh satuan kerja hendaknya ada pembatasan dalam persyaratan terutama pada hal-hal yang dianggap penting saja; () ekonomis yaitu pembiayaan yang dibebankan sesuai dengan kewajaran, kemampuan masyarakat umum serta peraturan undang-undang yang berlaku serta ekonomis dalam penyelenggaraan pelayanan itu sendiri; (7) keadilan, dalam hal ini adalah kemampuan suatu unit satuan kerja dalam menjangkau layanan yang diberikan, serta diharapkan dapat dilaksanakan seluas mungkin dan merata atau tidak ada pembedaan dalam bentuk pelayanan yang diberikan pada semua masyarakat; (8) ketepatan waktu yaitu bahwa pelayanan yang telah dijanjikan sesuai dengan standar waktu yang diberikan. Oleh karena itu UPT Pendidikan dan Pelatihan harus memiliki strategi dan program kerja termasuk mekanisme perbaikan layanan publik, kurikulum dan materi yang mengandung metodologi pemberdayaan masyarakat. Metodologi

16 5 pemberdayaan masyarakat dimaksud mencerminkan kebutuhan bagi perbaikan sistem layanan publik pada setiap satuan kerja Pemerintah Provinsi Riau Ikhtisar Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau merupakan lembaga teknis milik Pemerintah Provinsi Riau. Jauh sebelum dibentuknya institusi kediklatan aparatur kepegawaian semacam UPT, dulunya UPT ini bernama Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai yang dipimpin eselon III dan dibantu oleh 2 orang pejabat Kepala Seksi Pelatihan dan Kepala Seksi Tata Usaha. Dari segi struktur dan tugas pokok tidak ada perbedaan antara Balai dan Unit seperti sekarang terkecuali menyesuaikan dengan nomenklatur peraturan perundang-undangan. Tujuan keberadaan Unit Pelaksana Teknis dimaksudkan sebagai tempat peningkatan kapasitas aparatur PNS dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau melalui pendidikan dan pelatihan. Program tahunan yang dijalankan UPT mengadakan diklat prajabatan, diklat dalam jabatan (diklat kepemimpinan dan fungsional) dan diklat teknis. Disadari bahwa peran UPT untuk membekali PNS dalam program kediklatan sebenarnya memiliki peran ganda dimana satu sama lainnya saling mendukung. Ditambah lagi dengan fungsi yang melekat pada PNS sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat. Institusi Pembina kediklatan yang berada di Lembaga Administrasi Negara secara periodik terus melakukan penyempurnaan kebijakan kediklatan aparatur. Kurikulum dan materi terbitan LAN-RI merupakan pedoman bagi penyelenggara kediklatan semacam UPT di daerah, dan harus di ikuti sesuai kebijakan tersebut. Mencermati lebih lanjut kebijakan kediklatan LAN bagi PNS sebenarnya tidak ada persoalan karena latar belakang kebijakan kediklatan telah melalui pertimbangan dan kajian dari berbagai praktisi kediklatan di tingkat pusat dan melibatkan unsur-unsur daerah. Jikalau demikian program kediklatan yang dilaksanakan UPT adalah bagian dari implementasi kebijakan LAN-RI, maka menimbulkan pertanyaan apakah program kediklatan diselenggarakan UPT tidak efektif membentuk wawasan pengetahuan dan pola pikir PNS yang mengemban fungsi pelayanan kepada publik?. Pertanyaan itu diajukan dalam kaitannya terhadap kritikan masyarakat kepada aparatur PNS.

17 0 Dalam tataran operasional UPT telah menjalankan fungsinya. Kurikulum dan materi yang dikeluarkan oleh instansi Pembina diklat pusat Lembaga Administrasi Negara dijadikan acuan dalam penyelenggaraan kediklatan di daerah. Persoalan-persoalan subtantif materi yang berhubungan dengan sikap dan perilaku, budaya organisasi, manajemen organisasi serta lain-lainnya adalah modul wajib yang diberikan kepada peserta diklat PNS. Demikian pula diklat teknis semacam Bahasa Inggris, Komputer, Bendaharawan, Manajemen Kualitas Mutu, Kearsipan yang ditujukan bagi peningkatan ketrampilan PNS telah pula disampaikan kepada peserta diklat aparatur. Untuk program kediklatan administrasi umum, UPT menyediakan jam khusus materi keagamaan islam. Materi keagamaan ini dipandang penting dalam menggugah kesadaran peserta terhadap perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang agama. Pada hakekatnya materi yang diberikan UPT melalui tenaga pengajar dan widyaiswara telah memenuhi standar yang ditetapkan LAN-RI. Meskipun saat ini widyaiswara yang bertugas di UPT dari segi jumlah dan kualitas belum dapat dikatakan memadai, bahkan ada beberapa widyaiswara yang mengajar 3 sampai 4 mata pelajaran bidang administrasi pemerintahan walaupun bukan bidang keahlian sesuai latar belakang pendidikannya. Menurut pengamatan hal tersebut bukan persoalan karena materi di diklat administrasi sifatnya umum bukan teknis seperti mata pelajaran bahasa inggris, komputer dan sejenisnya yang mendatangkan tenaga pengajar dari luar UPT. Sebagaimana biasa setelah peserta selesai mengikuti seluruh materi pelajaran, UPT melakukan evaluasi penilaian bagi PNS yang ditujukan untuk mengetahui kemampuan mereka dalam memahami pelajaran. Tes tertulis yang dilaksanakan selama ini hasilnya diatas rata-rata bernilai baik meskipun hasilnya diragukan karena para peserta lulus dan berhasil menyelesaikan pendiklatan. Evaluasi yang dilakukan UPT seharusnya tidak saja pada saat menjelang selesai diklat, ada baiknya dilakukan evaluasi pasca diklat sekembalinya PNS ketempat kerja masing-masing. Evaluasi semacam ini efektif dapat diketahui seberapa jauh pendiklatan dapat di implementasikan dalam dunia kerja. Tampaknya pihak UPT kesulitan melaksanakan evaluasi pasca diklat karena dibutuhkan waktu yang lama, dana, dan tidak tersedianya tenaga evaluator.

VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pendekatan analisis SWOT yang telah dilakukan pada pembahasan terdahulu dalam upaya memperkuat kelembagaan Unit Pelaksana Teknis Pendidikan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola yang baik (good governance) adalah suatu sistem manajemen pemerintah yang dapat merespon aspirasi masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah

Lebih terperinci

IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU

IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU 31 IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU 4.1. Profil UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Provinsi Riau Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai (UPT Diklat) adalah

Lebih terperinci

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III Drs. M. Jani Ladi Drs. Emma Rahmawiati, M.Si Drs. Wahyu Hadi KSH, MM Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2006 Hak Cipta Pada : Lembaga

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2015 KEMENAG. Diklat. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pengembangan kapasitas pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan dan pemberdayaan publik pada UPT Provinsi Riau disusun bersasarkan hasil analisis terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi seperti saat ini, harus dipersiapkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi seperti saat ini, harus dipersiapkan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi seperti saat ini, harus dipersiapkan sumber daya manusia yang tangguh serta berkualitas untuk mengantisipasi segala perubahan yang akan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB II DESKRIPSI PUSDIKLAT KEMENTERIAN AGAMA 2.1. Sejarah Pusdiklat Kementerian Agama Sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan kepemeritahan yang baik diperlukan

Lebih terperinci

LEMBAGA ADMINISTRSI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA ADMINISTRSI NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRSI NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR BIAYA UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL TAHUN 2012 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang optimal terhadap kemajuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN LEMBAGA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III A. Latar Belakang BAB

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 198, 2000 KEPEGAWAIAN.PENDIDIKAN DAN LATIHAN.JABATAN. Pegawai Negeri Sipil. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016 PETUNJUK PELAKSANAAN Dan TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Jl. Setiabudi Nomor 201 A S E M A R A N G BAB I

Lebih terperinci

MODUL PROSEDUR DAN PELATIHAN KERJA. Miftakhul Farida Susanti

MODUL PROSEDUR DAN PELATIHAN KERJA. Miftakhul Farida Susanti MODUL PROSEDUR DAN PELATIHAN KERJA P Miftakhul Farida Susanti 1 140412603269 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan bahan ajar

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 11 TAHUN 2011

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 11 TAHUN 2011 PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT PRAJABATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2011 PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA YANG DIBENTUK DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERSENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 08 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 08 TENTANG PEDOMAN AKREDITASI

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI BALI TAHUN 2014 Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Diklat Provinsi Bali

Lebih terperinci

PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam PP ini yang dimaksud dengan : 1. Pendidikan dan pelatihan jabatan PNS yang selanjutnya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DR. BAYU HIKMAT PURWANA, M.PD

DR. BAYU HIKMAT PURWANA, M.PD DR. BAYU HIKMAT PURWANA, M.PD bayuhtab@gmail.com 29 Januari 2016 Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat Lembaga Administrasi Negara INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI 3 (tiga) jenis kompetensi

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKERETARIAT NEGARA

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2.1 Gambaran Umum Instansi Sejalan dengan ditetapkannya PP 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan guna mendorong tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja pada dasarnya menitikberatkan permasalahan pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan juga hasil yang di dapatkan setelah melaksanakan pekerjaan. Pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan, dapat diambil kesimpulan umum yaitu secara garis besar, Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 20 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG DENGAN

Lebih terperinci

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua Jumat, 27 Februari 2015 Abstrak Perkembangan teknologi, serta

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI BALI TAHUN 2015 Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Diklat Provinsi Bali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia dapat menentukan kualitas organisasi dalam keberhasilan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 12 TAHUN 2011

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 12 TAHUN 2011 PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT PRAJABATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN I DAN II LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2011 PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Globalisasi, yang ditandai antara lain dengan adanya percepatan arus informasi menuntut adanya sumber daya manusia yang mampu menganalisa informasi dan

Lebih terperinci

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN I DAN II DENGAN

Lebih terperinci

2 Mengingat Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau Kategori 2; c. bahwa pedoman sebagaimana d

2 Mengingat Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau Kategori 2; c. bahwa pedoman sebagaimana d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1182, 2014 LAN. Pendidikan. Pelatihan. Prajabatan. Calon PNS. Golongan I. Golongan II. Golongan III. Tenaga Honorer. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1504, 2014 BPKP. Pendidikan dan Pelatihan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN

PENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN 2013, No.1274 14 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Indonesia Nomor 3890);

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

ALUR KARIR PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI

ALUR KARIR PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI LAMPIRAN I : PERATURAN WALIKOTA BEKASI Nomor : 16 Tahun 2013III/2009 Tanggal : 15 April 20139 Maret 2009 ALUR KARIR PNS CPNS PNS JABATAN FUNGSIONAL UMUM JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU JABATAN STRUKTURAL PENSIUN

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 13 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Perjanjian kinerja atau yang pada beberapa waktu lalu disebut dengan Penetapak kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai oleh para

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III ANGKATAN XIV DAN XV TAHUN 2016 I. LATAR BELAKANG Calon Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu

PETUNJUK PELAKSANAAN DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III ANGKATAN XIV DAN XV TAHUN 2016 I. LATAR BELAKANG Calon Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu PETUNJUK PELAKSANAAN DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III ANGKATAN XIV DAN XV TAHUN 2016 I. LATAR BELAKANG Calon Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu unsur penyelenggara pemerintah dan pembangunan, sebagai

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. No.34, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

PENJELASAN AKTUALISASI NILAI DASAR PROFESI PNS

PENJELASAN AKTUALISASI NILAI DASAR PROFESI PNS DIKLAT PRAJABATAN POLA BARU TAHUN 2016 1 PENJELASAN AKTUALISASI NILAI DASAR PROFESI PNS Sumber : Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang ASN; Peraturan Kepala LAN-RI, Nomor 38 Tahun 2014 tentangpedoman

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) BAGI PENYELENGGARAAN DIKLAT (TRAINING OFFICER COURSE / TOC) KEPALA

Lebih terperinci

Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya

Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya 0 I-1 Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya telah mendorong pelaksanaan penerapan sistem akuntabilitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA BKPP TA. 2016 Pendahuluan Rencana Pembangunan Tahunan Organisasi Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah (Renja-OPD), adalah dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAl NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAl NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAl NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LAMPIRAN II: Draft VIII Tgl.17-02-2005 Tgl.25-1-2005 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS 2011-2016 2.1.1. Pernyataan Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan dan pandangan jauh kedepan, kemana organisasi akan dibawa dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL. 4.1 Sumberdaya Penentu Keberhasilan Kerja Aparatur Badan Kepegawaian,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL. 4.1 Sumberdaya Penentu Keberhasilan Kerja Aparatur Badan Kepegawaian, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL 4.1 Sumberdaya Penentu Keberhasilan Kerja Aparatur Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan di Bidang Mutasi Era reformasi membawa perubahan yang tidak kalah

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015 LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015 A. LATAR BELAKANG Meningkatnya tuntutan masyarakat atas kualitas

Lebih terperinci

INTERNALISASI NILAI-NILAI REVOLUSI MENTAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA KERJA

INTERNALISASI NILAI-NILAI REVOLUSI MENTAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA KERJA INTERNALISASI NILAI-NILAI REVOLUSI MENTAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA KERJA PEMBEKALAN KADER GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL PROVINSI JAWA TENGAH Agustus, 2016 8/7/2016 PENDIDIKAN FORMAL: S1. : TEKNIK PLANOLOGI

Lebih terperinci

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan PROMOSI JABATAN MELALUI SELEKSI TERBUKA PADA JABATAN ADMINISTRATOR; TATA CARA PELAKSANAAN DAN KEMUNGKINAN PENERAPANNYA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KAB. KOLAKA Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Perubahan-perubahan ini didorong oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN 1 WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGISIAN JABATAN TINGGI PRATAMA APARATUR SIPIL NEGARA SECARA TERBUKA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan pada masa depan tepat melalui

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI PROPINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Untuk mencapai terselenggaranya manajemen pemerintahan yang efisien dan efektif menuju terwujudnya kepemerintahan

Lebih terperinci

4.1. Profil Badan Pengawas Provinsi Riau

4.1. Profil Badan Pengawas Provinsi Riau BAB IV GAMBARAN UMUM BADAN PENGAWAS PROVINSI RIAU 4.1. Profil Badan Pengawas Provinsi Riau Sejak bergulirnya era reformasi, berbagai perubahan telah terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

Lebih terperinci

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sudah melaksanakan pelayanan secara efektif, yaitu kualitas pelayanan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sudah melaksanakan pelayanan secara efektif, yaitu kualitas pelayanan yang 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan, dapat diambil kesimpulan umum yaitu secara garis besar, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci