ANALISA TINGKAT DAN DAMPAK KEBISINGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD) TERHADAP PEKERJA DAN MASYARAKAT SEKITAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA TINGKAT DAN DAMPAK KEBISINGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD) TERHADAP PEKERJA DAN MASYARAKAT SEKITAR"

Transkripsi

1 145, Inovtek, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm ANALISA TINGKAT DAN DAMPAK KEBISINGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD) TERHADAP PEKERJA DAN MASYARAKAT SEKITAR Ibnu Hajar 1, Suhardiman 2 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sungai Alam Bengkalis ibnu_7126@yahoo.com 1, suhardiman@polbeng.ac.id 2 Abstrak Proeses pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dalam kegiatan pengoperasian mesin-mesin diiesel yang berkapasitas besar sangat berpotensi menimbulkan kebisingan. Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dalam ruang dan waktu yang memberikan gangguan yang berpotensi mempengaruhi terhadap kesehatan dan kenyamanan lingkungan kerja dan tempat tinggal. Operator yang mengoperasikan mesin pembangkit dan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan sumber bising merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh langsung akibat adanya peningkatan kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kebisingan pada mesin pembangkit terhadap pekerja dan kenyamanan lingkungan penduduk sekitar. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu pengumpulan data dilakukan pada 13 titik pengukuran selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebisingan yang diterima operator mesin telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Kep- 51/MEN/1999 yaitu sebesr 85 dba/8 jam dan tingkat merasa tidak nyaman bagi masyarakat sekitar mencapai diatas 31 % dan sudah melebihi standar kenyamanan kebisingan yang ditetapkan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996 yaitu sebesar 55 dba. Dari keseluruhan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan mesin pembangkit sudah menggangu aktivitas pekerjaan operator dan persepsi masyarakat terhadap kebisingan mesin pembangkit sudah sangat terganggu sehingga dapat menimbulkan gangguan fisiologis seperti merasa tidak nyaman dan gangguan pendengaran. Kata kunci : Kebisingan, mesin pembangkit, pekerja, masyarakat Abstract The process of diesel generators in operating diesel machines activities that are large capacity is potentially causing the noise. Noise is unwanted sound in the space and time which gives disorders potentially affecting the health and comfort of the working environment and home. Operators that operate generators and communities who living adjacent to the source of noise is the environmental component which directly affected as a result of an increase in noise. This research aims to analyze the level of noise in the engine generator to the workers and comfortable environment residents. The research method is descriptive quantitative methods, is collecting the data is done on 13 point measurements for 24 hours. The results showed that the level of noise received by machine operator has exceeded threshold limit value by the Ministry of Manpower Kep- 51/MEN/1999 is 85 dba/8 hours and the levels are uncomfortable for people around reached above 31 % and already exceeds the standards of noise comfortable is set by the MOE Decree No. 48/MENLH/11/1996 that is 55 dba. From the overall data obtained, it can be seen that the engine noise level is already disrupting the operator jobs activity and public perception of noise generating machinery is very disturbed and so it can be cause physiological disorders such as feeling uncomfortable and hearing loss. Key Words: noise, engine generator, workers, community Latar Belakang Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul pada industri besar yang menggunakan tenaga penggerak mesin diesel. Berkembangnya industri kelistrikkan di Indonesia menyebabkan makin banyak tenaga kerja yang terpapar pada kebisingan yang intensitasnya tinggi sehingga dapat menyebabkan gangguan fisiologis seperti gangguan pendengaran. PT. Perusaha- an Listrik Negara (PLN) Rayon Bengkalis Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pangkalan Batang merupakan industri yang menggunakan tenaga diesel sebagai pembangkit listrik tenaga diesel di kecamatan Bengkalis, Bantan dan Selat baru. Saat ini PLTD milik PT. PLN (Persero) Rayon Bengkalis yang terletak di desa pangkalan batang ini memiliki 23 unit mesin pembangkit, lima unit diantaranya milik

2 146, Inovtek, Volume 3, Nomor 2, November 2013, hlm PLN, sementara sisanya merupakan mesin sewa. Empat mesin sewa milik PT.Bangun Andalas Pratama (BAP) mempunyai daya mampu sebesar 4 Mega Watt (MW) yang merupakan sumber kebisingan utama karena lokasi mesin dalam ruang terbuka. Pekerja lapangan PLTD setiap hari berhubungan dengan mesin-mesin pembangkit listrik yang memiliki intensitas tinggi dengan spektum lus. Dampak kebisingan pada pekerja lapangan PLTD merupakan dampak yang menetap berefek sementara seperti pada waktu operator memeriksa mesin pembangkit karena sewaktu beoperasi setiap periode 2 jam sehingga efek berakibat terhadap ganguan pendengaran. Kebisingan lingkungan kerja dan lingkungan kawasan pemukiman penduduk sekitar mesin pembangkit merupakan suatu permasalahan cukup serius dan harus diperhatikan, karena dengan penggunaan mesin-mesin diesel yang berkapasitas besar sangat indentik dengan kehadiran sumber suara bising sehingga mempengaruhi Kenyamana lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan sebelumnya bahwa kebisingan mesin pembangkit PT. PLN (Persero) Bengkalis bersumber dari penggunaan mesin-mesin diesel yang digunakan untuk menggerakkan generator listrik. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kebisingan pada mesin pembangkit dan sejauh mana pengaruhnya terhadap pekerja lapangan dan persepsi masyarakat akibat kebisingan mesin pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) PT. PLN Rayon Bengkalis. Penelitian ini akan bermanfaat sebagai asukan untuk merencanakan sistem pengendalian kebisingan yang lebih baik. Tinjauan Pustaka Bunyi Bunyi atau suara diartikan sebagai rambatan dari serangkaian gelombang longitudinal yang terjadi akibat adanya peruba- an perubahan kerapatan dan tekanan suara yang berasal dari sumber getaran. Dalam bahasa yang popular dapat dijelaskan bahwa bunyi merupakan kompresi gelombang longitudinal yang merambat secara mekanis melalui medium (udara, padat dan cair) sebagai perantara. Gelombang longitudinal yang merambat dalam medium udara biasanya disebut gelombang bunyi yang intensitasnya tergantung pada frekuensi, amplitudo dan bentuk gelombangnya. Hal ini memberikan beberapa alasan bahwa telinga manusia sangat peka dan mampu mendeteksi sumber bunyi sampai batas intensitas rendah pada rentang frekuensi tertentu dapat menimbulkan respon pada pendengaran. Secara umum bunyi digolongkan pada tiga aspek: pertama, ada sumber bunyi yang merupakan gelombang bunyi dari benda yang bergerak. Kedua, sumber bunyi dalam bentuk gelombang bunyi longitudinal dari energi yang dipindahkan. Ketiga, bunyi didetksi oleh telinga atau alat ukur. Intesitas Bunyi Intensita bunyi adalah energi yang dibawa oleh sebuah gelombang udara per satuan waktu melalui satuan luas dan sebanding dengan kwadrat amplitudo gelombang. Intensitas bunyi tergantung pada posisi dalam daerah per satuan luas dimana gelombangnya bergerak secara paralel. Karena energi per satuan waktu adalah daya dan intensitas memiliki satuan daya per satuan luas atau W/m 2. Telinga manusia dapat mendeteksi bunyi dengan intensitas serendah W/m 2 dan setinggi 1 W/m 2. Untuk menghasilkan bunyi yang terdengar 2 kali lebih keras maka dibutuhkan gelombang bunyi yang intensitas 10 kali lipat. Tingkatan intensitas bunyi didefinisikan dengan persamaaan : L I I = 10log...(1) I ref Dimana : I = Tingkat ntensitas bunyi, W/m 2 I ref = Intensitas standar yaitu intensitas ambang pendengaran, W/m 2

3 Analisis Dampak dan Tingkat Kebisingan Pembangkit..147 Karakteristik Bunyi Ambang batas pendengaran manusia, yaitu nilai minimum intensitas daya bunyi yang dapat dideteksi telinga manusia, yaitu 10-6 W/cm 2. Setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran manusia dipengaruhi oleh kenyaringan dan ketinggian, dan masing-masing menyatakan sensasi dalam kesadaran pendengar. Ketinggian bunyi menyatakan apakah bunyi tersebut tinggi, seperti bunyi biola atau suling dan bunyi rendah seperti senar bas atau drum. Dalam ilmu fisika besaran untuk menentukan ketinggian bunyi adalah frekuensi. Makin rendah frekuensi makin rendah ketinggian bunyi dan sebaliknya. Telinga manusia hanya dapat mendengar frekuensi dalam jangkauan Hz, biasa disebut jangkauan pendengaran dimana jangkauan ini berbeda dari individu ke individu. Kebisingan Kebisingan menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 15/MEN/1999 adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Sedangkan menurut Keputusan Meteri Lingkungan Hidup No.48/MEN/1996 adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Menurut Hediyono (2003) kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan yang durasi, intensitas dan kualitasnya menyebabkan berbagai dampak terhadap fisiogi atau psikologis manusia serta makhluk hidup lainnya. Dari berbagai definisi bunyi diatas, maka dapat dikatakan bahwa kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki dan dianggap menggangu bagi pendengaran manusia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Sumber Kebisingan Pada umumnya sumber bising di industri berasal dari mesin-mesin pembangkit tenaga, pesawat dan peralatan produksi. Kebisingan Kebisingan yang timbul akibat penggunaan alat kerja dalam proses kerja diakibatkan oleh adanya tumbukan atau benturan peralatan kerja yang pada umumnya terbuat dari benda keras atau logam. Sumber kebisingan adalah merupakan komponen penghasil bunyi yang bising. Pada sistem teknik mesin, gejala-gejala penyebab kebisingan dapat digolongkan atas tiga bagian, yaitu : 1. Mechanical Noise: yaitu kebisingan akibat adanya fenomena mekanis, misalnya pertautan roda gigi, impeler, kipas (fan), tumbukan, dan sebagainya. 2. Electro Noise: yaitu kebisingan akibat fenomena elektro, misalnya adanya medan magnetik pada trafo, generator, dan sebagainya 3. Hydro Noise: yaitu kebisingan akibat fenomena hydro, misalnya adanya aliran turbulen, kavitasi, dan sebagainya. Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut surat edaran Meteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, Koperasi No.SE 01/MEN/1978 mendefinisikan bahwa nilai ambang batas untuk kebisingan ditempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan menurunnya daya dengar yang tetap untuk waktu kerja terus menerus tidak boleh lebih dari 8 jam sehari 40 jam seminggu. Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan Lama pajanan Satuan dba per hari Jam Menit 1, , Sumber : Kep. 51/Men/11/1999 7, ,75 106

4 148, Inovtek, Volume 3, Nomor 2, November 2013, hlm Tabel 1. Lanjutan Satuan Lama pajanan per hari dba 28, , , , Detik 1, , , , , Sumber : Kep. 51/Men/11/1999 Peraturan perundangan yang berkaitan dengan kebisingan ditempat kerja Nilai Ambang Batas (NAB) adalah suatu kriteria atau angka yang diperbolehkan untuk kebisingan 85 db(a) dengan waktu kerja selama 8 jam/ hari untuk selamanya tidak akan menggangu kesehatan pendengaran pekerja, keculai karena faktor usia. Bila hal ini berkepanjangan, dapat merusakkan pendengaran yang bersifat sementara maupun permanen. Pemerintah Indonesia, melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, membuat aturan mengenai baku tingkat kebisingan yang diizinkan di Indonesia. Tabel 2. Baku tingkat kebisingan Sumber : Kep. 48/MENLH/1996 Berbagai kriteria telah ditetapkan dan menyatakan tingkat kebisingan maksimum yang tidak boleh dilampaui misalnya yang dibuat oleh International Standardization de Organization (ISO Standard ), The Occupational Safety and Health Administration (OSHA), dan The Enviromental Protection Agency (EPA), dan lain-lain. Tabel 3. Tingkat Kebisingan Yang Diizinkan Dalam Satuan Tingkat Tekanan Bunyi (db) dan Waktu Keluaran (jam). Sumber : Noise and Vibration Control Engineering Dampak Kebisingan pada Manusia Kebisingan sangat berpengaruh sekali pada manusia, terutama kepada pekerja dan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan sumber suara bising. Banyak penyakit atau gangguan yang dapat ditimbulkan oleh bising, maka gangguan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Gangguan fisiologis Kebisingan juga menimbulkan gangguan fisiologis yaitu internal body system. Internal body system adalah sistem fisiologis yang terpenting untuk kehidupan. Gangguan fidiologis ini dapat menimbulkan kelelahan, dada berbedar, menaikkan denyut jantung, mempercepat pernapasan, pusing dan kurang nafsu makan. 2. Gangguan psikologs Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, rasa jengkel, susah tidur, rasa khawatir, cemas, mudah marah dan cepat tersinggung. Suara secara psikologis dianggap bising dapat disebabkan oleh tiga faktor : yaitu volume, perkiraan dan pengendalian.

5 Analisis Dampak dan Tingkat Kebisingan Pembangkit..149 ngendalian. 3. Gangguan komunikasi Resiko potensial terhadap pendengaran terjadi apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak. Gangguan ini dapat menimbulkan terganggunya pekerjaan dan kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian yang secara tidak langsung dapat me-nurunkan kualitas pekerjaan. 4. Gangguan pendengaran Pengaruh utama kebisingan terhadap kesehatan adalah rusaknya indera pendengaran yang menyebabkan ketulian progresif. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran bersifat sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah berhenti kerja di tempat bising. Kehilangan pendengaran sementara (noise-induced temporary threshold shift), yaitu bila telinga pendengar segera dapat kembali normal setelah terkena bising pada jangka waktu tertentu. Pengendalian Kebisingan Untuk melindungi dan mencegah tim-bulnya penurunan pendengaran akibat kebisingan terhadap pekerja maka dapat dilakukan program konservasi pendengaran (Hearing Conservation Program). Terdapat berbagai metode untuk mengendalikan kebisingan di tempat kerja. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan meng-aplikasikan pengendalian secara teknis pada sumber bising antara lain : 1. Mengubah desain mesin, misalnya : menambah daya efektif motor, bentuk dan kedudukan katup, perubahan putaran motor, desain pipa gas buang, jumlah daun propeller, proses kerja motor, jumlah silinder dan lain-lain. 2. Melakukan perawatan mesin dengan baik, dengan cara pemberian pelumas, melakukan penggantian pada kompo-nen mesin yang rusak (aus). 3. Melakukan penggantian peralatan yang lama dengan peralatan baru yang memiliki desain lebih baik. 4. Melakukan isolasi pada mesin dengan penutupan, memasang peredam, dan penggunaan bantalan mesin. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Menyiapkan semua alat kelengkapan alat tulis dan format yang diperlukan, yang digunakan untuk pencatatan data. 2. Menentukan titik sampling bebas dari gangguan, magnet getaran atau faktor lain yang memungkinkan menganggu kerja alat ukur. Dalam penelitian ini titik sampling pada suatu lokasi harus diperhatikan antara lain sumber bising dari garis lurus yang ditempati oleh sumber bising. 3. Pengukuran kebisingan mesin dilakukan pada tiap-tiap mesin dengan jarak 1 meter, tempat aktivitas kerja operator dalam pengecekan mesin yang sedang operasi dan ruang operator (control room). Pengukuran dilakukan pada waktu pagi, siang dan malam hari sesuai aktiitas pekerja pengecekan mesin selama 20 menit setiap 2 jam dimana 1 shift/8 jam melakukan pengecekan sebanyak 4 kali. 4. Pengukuran kebisingan lingkungan di luar mesin pembangkit terhadap Kenyamanan penduduk sekitar dilakukan pada radius 10 meter, 50 meter, 100 meter, 150 meter, 200 meter, 250 meter dan 300 meter. 5. Mempersiapkan alat ukur sound level meter yakni dengan memasang pada tempatnya, baterai dicek, dilakukan kalibrasi dan mengatur selektor untuk menentukan fast atau slow dimana fast untuk mengukur suara kontinu dan slow untuk mengukur suara terputus-putus. 6. Melakukan pengukuran, membaca hasil pengukuran dan mencatat pada format dengan jarak setiap pengukuran adalah 2 jam dan dilakukan selama 10 detik. Pengukuran pada titik sampling dilakukan 2 orang yaitu orang pertama menentukan waktu dan membaca hasil pengukuran dan orang kedua mencatat hasil pengukuran. Setelah seluruh pengukuran selesai dilakukan tabulasi hasil pengukuran.

6 150, Inovtek, Volume 3, Nomor 2, November 2013, hlm Hasil dan Pembahasan Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Pengukuran tingkat kebisingan ini dilakukan pada 13 titik pengukuran. Waktu pengukuran dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan malam hari sesuai jadwal kerja pekerja (operator mesin). Pekerja melakukan aktivitas pengecekan mesin setiap 2 jam sekali dalam 1 shift kerja pagi dari jam s.d Wib, shift siang dari jam s.d dan shift malam jam s.d Pengukuran di-lakukan sesuai shift kerja operator dan pe-ngukuran pada pemukiman penduduk sekitar mesin pembangkit dilakukan berdasarkan jarak terdekat dengan sumber bising yaitu 10 meter sampai 300 meter dari sumber bising. Hasil pengukuran kebisingan mesin PLN dapat dilhat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Pengukuran Mesin PT. PLN Titik pengukuran Pagi Siang Malam Sumber : PT. PLN Dari analisis data dengan deskriptif kuantitatif diperoleh seperti berikut : Tabel 5. Rekapitulasi Analisis Data Sumber : data olahan Gambar 1. Tingkat Kebisingan Mesin (Pagi) Gambar 2. Tingkat Kebisingan Mesin (Siang) Gambar 3. Tingkat Kebisingan Mesin (Malam) Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa rata-rata intensitas tingkat kebisingan tertinggi untuk pagi 98,20 db(a) dan terendah 97,77 db(a), untuk siang hari tertinggi 98,20 db(a) dan terendah 96,86 db(a) serta tingkat kebisingan untuk malam tertinggi 103,20 db(a) dan terendah 102,57 db(a).

7 Analisis Dampak dan Tingkat Kebisingan Pembangkit..151 Persepsi masyarakat terhadap bising mesin pembangkit listrik tenaga diesel Berdasarkan pandangan masyarakat kelurahan Pangkalan Batang terhadap persepsi fisiologis yang ditimbulkan dari kebisingan mesin pembangkit yaitu merasa tidak nyaman terhadap suara yang ditimbulkan dari operasi mesin-mesin diesel sebagai pembangkit tenaga listrik milik PT. PLN (Persero) Bengkalis. Hasil pengukuran kebisingan mesin pembangkit terhadap pemukiman penduduk dapat dilhat pada Tabel 6. Gambar 4. Respon masyarakat pada radius 50 meter Tabel 6. Hasil Pengukuran Kebisingan Mesin Pembangkit terhadap Pemukiman Sumber : data olahan Dari hasil pengukuran dapat terlihat bahwa dari radius 10 meter yang dijadikan titik pengukuran pertama sampai radius 200 meter kurang baik, karena telah melebihi ambang batas kebisingan dikawasan pemukiman penduduk yaitu 55 db(a). Gambar 5. Respon masyarakat pada radius meter Tabel 7. Hasil Skor Ersepsi Gambar 6. Respon masyarakat pada radius meter Sumber : data olahan Berdasarkan Gambar 8-10 menunjukkan respon masyarakat dengan radius tertentu, dan terlihat bahwa yang merasa tidak nyaman akibat gangguan mesin pembangkit sekitar 74%, 35%, 31% responden, berarti lebih banyak masyarakat yang terganggu dari pada tidak terganggu pada radius 50, , dan meter. Kesimpulan 1. Kebisingan pada mesin pembangkit PT.PLN (Persero) Rayon Bengkalis adalah kebisingan kontinu yang berasal dari pengoperasian mesin-mesin diesel berkapasitas tinggi untuk penggerak generator listrik. untuk mengatasinya pada operator dilakukan penggunaan alat pelindung telinga dan mengisolasi sumber kebisingan.

8 152, Inovtek, Volume 3, Nomor 2, November 2013, hlm Pekerja mengalami gangguan fisiologis akan mengalami gangguan pendengaran sedang dan keluhan rasa sakit kepala bila lama ditempat bising. 3. Persepsi masyarakat terhadap kebisingan mesin pembangkit listrik tenaga diesel di Kelurahan Pangkalan batang yaitu kurang baik. persepsi tersebut menimbulkan gangguan rasa tidak nyaman dan gangguan pendengaran. Selain itu, dalam aspek psikologis seperti gangguan emosional, kurang keonsentrasi dan gangguan istiharat pada siang maupun malam hari. Daftar Pustaka Anonimous (1999) Keputusan Meteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999, Baku Tingkat Kebisingan, Jakarta. Anonimous (1996) Keputusan Meteri Lingkungan Hidup Nomor : KEP- 48/MENLH/1996, Baku Tingkat Kebisingan Lingkungan, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemar fisik yang sering ditemukan adalah kebisingan. Kebisingan pada lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin industri dan sebagainya.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi listrik setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan laporan proyeksi kebutuhan listrik PLN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Oleh : Dody Indra Wisnu PENDAHULUAN Kemajuan teknologi di sektor industri, telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di sekitar kawasan PLTD Telaga Kota Gorontalo dan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ditemukannya mesin uap, mesin listrik, mesin diesel, dan sebagainya, sebagai proses percepatan industri untuk mendapatkan produksi yang optimal, tentu akan berdampak

Lebih terperinci

Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B

Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B Technical Paper Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B Performance Test of Mechanical Vibration and Noise of Yanmar Mist Blower MK 150-B Ahmad Noval Irvani 1 dan Mad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunyi Bunyi dihasilkan dari pergesekan benda padat, gas, cair atau kombinasinya. Pergesekan tersebut mengakibatkan geteran yang akan menganggu keseimbangan molekul-molekul udara

Lebih terperinci

PERSEPSIMASYARAKAT TERHADAP KEBISINGAN PENANGKARAN BURUNG WALET (Collacalia fuciphaga) DI KELURAHAN RIMBA SEKAMPUNG KOTA DUMAI, RIAU ABSTRAK

PERSEPSIMASYARAKAT TERHADAP KEBISINGAN PENANGKARAN BURUNG WALET (Collacalia fuciphaga) DI KELURAHAN RIMBA SEKAMPUNG KOTA DUMAI, RIAU ABSTRAK PERSEPSIMASYARAKAT TERHADAP KEBISINGAN PENANGKARAN BURUNG WALET (Collacalia fuciphaga) DI KELURAHAN RIMBA SEKAMPUNG KOTA DUMAI, RIAU Deny Yusrizal Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA KERJA DENGAN NILAI AMBANG DENGAR PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT TROPICA COCOPRIMA DESA LELEMA KABUPATEN MINAHASA SELATAN Brenda Natalia Rauan*, Grace

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian Dalam pembangunan di Indonesia, industri akan terus berkembang sampai tingkat industri maju. Seperti diketahui bahwa hampir semua jenis industri mempergunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang dilaksanakan menggunakan teknologi modern dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan,

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan di bidang industri. Penerapan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan kerja

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Rudhi Andreas Komang ), Aryo Sasmita 2), David Andrio 3) ) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3)

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV Nidya Yutie Pramesti *, Retno Wulan Damayanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap yang harus dibuat sebelum melakukan penelitian, karena pada bab ini akan membahas dan menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan di

Lebih terperinci

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah negara kesatuan republik indonesia dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebisingan menurutpermenakertrans No. 13 Tahun 2011Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika yaitu Intensitas bising adalah Suara yang tidak diinginkan akan memberikan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA DAN MASA KERJA TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAHAN (Suatu Studi di Industri X Tahun 2014)

PENGARUH LAMA DAN MASA KERJA TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAHAN (Suatu Studi di Industri X Tahun 2014) PENGARUH LAMA DAN MASA KERJA TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAHAN (Suatu Studi di Industri X Tahun 2014) Neila Mokoagow, Dian Saraswati, Sri Manovita Pateda 1 nelamokoagow@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG Melati Ferianita Fachrul, Sintorini Moerdjoko, Lova Verogetta Jurusan Teknik Lingkungan, FALTL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber berbahaya di tempat

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN Ipick Setiawan 1*, Agung Sudrajad 2, Mohammad Auriga 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang mekanis logitudinal yang merambat. Bunyi dihasilkan melalui benda atau zat yang bergetar seperti, bunyi mesin kereta api. Bunyi tersebut berpotensi

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA TINGGAL TERHADAP DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN PLTD TELAGA KOTA GORONTALO

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA TINGGAL TERHADAP DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN PLTD TELAGA KOTA GORONTALO PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA TINGGAL TERHADAP DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN PLTD TELAGA KOTA GORONTALO Lia Amalia, Gunawan Lanjahi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan pendengaran merupakan masalah utama pada pekerja-pekerja yang bekerja di tempat yang terpapar bising, misalnya pekerja di kawasan industri antara lain pertambangan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN LAPORAN PRAKTIKUM JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN Mata Kuliah : Penyehatan Udara Materi Pokok : Pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter (SLM) Hari/Tanggal : Senin, 22 September 2014 Waktu : 09.00-13.00

Lebih terperinci

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014 PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014 Isramilda Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam

Lebih terperinci

TARAF INTENSITAS BUNYI KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN RAYA PADA AKTIVITAS PENGUKURAN SIANG HARI. Jumingin

TARAF INTENSITAS BUNYI KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN RAYA PADA AKTIVITAS PENGUKURAN SIANG HARI. Jumingin TARAF INTENSITAS BUNYI KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN RAYA PADA AKTIVITAS PENGUKURAN SIANG HARI Jumingin e-mail: juminginpgri@gmail.com Dosen Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu 5 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. Dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR Jasmareni Sri Kurniati Baalijas *,Juandi, Sugianto Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi tinggi, diharapkan industri dapat berproduksi. yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi tinggi, diharapkan industri dapat berproduksi. yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan industrilisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Seiring dengan adanya mekanisme dalam dunia industri yang menggunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin 1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan

Lebih terperinci

TINGKAT KEBISINGAN DI KAWASAN PERMUKIMAN SEKITAR PLTD MUARA TEWEH

TINGKAT KEBISINGAN DI KAWASAN PERMUKIMAN SEKITAR PLTD MUARA TEWEH TINGKAT KEBISINGAN DI KAWASAN PERMUKIMAN SEKITAR PLTD MUARA TEWEH Uswatun Hasanah, Zulfikar Ali As, Maharso Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jl.H.M.Cokrokusumo No.1A Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

GASING (Gerbong Kereta Api Anti Bising) Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Permukiman Pinggir Rel

GASING (Gerbong Kereta Api Anti Bising) Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Permukiman Pinggir Rel GASING (Gerbong Kereta Api Anti Bising) Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Permukiman Pinggir Rel Endang Sri Utami *), Nabilah Fairussiyah *) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Jl. HR Soebrantas Km 12.5 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

Jl. HR Soebrantas Km 12.5 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI UNIT PLTD/G TELUK LEMBU PT PLN PEKANBARU DENGAN METODE Aryo Sasmita, Sinta Elystia Aryo Sasmita, Shinta Elystia

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI

PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI Khoerul Anwar 1, Binandika Arya Wangsa 2, Furqon Vaicdan 3 1 Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PERALATAN PRODUKSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PERALATAN PRODUKSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PERALATAN PRODUKSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN Heri Mujayin Kholik DAN Dimas Adji Krishna Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang Laman: mujayinkholik@yahoo.co.id

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Kegiatan penelitian dilakukan selama 6 bulan, di mulai pada bulan Maret 2012 sampai September 2012 di Laboratorium Leuwikopo, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado GAMBARAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA RUANG SENTRAL PT PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO SEKTOR MINAHASA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL BITUNG Sheeren G. Ratunuman*, Paul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara-negara industri di kota-kota besar seluruh dunia, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Sudah sejak dulu diketahui bahwa bising industri dapat

Lebih terperinci

EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN

EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN Jusma Karbi 1, Defrianto 2, Riad Syech 3 Mahasiswa Jurusan Fisika Bidang Akustik Jurusan Fisika Bidang Fisika Kelautan Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang KEBISINGAN Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN UNTUK MEREDUKSI DOSIS PAPARAN BISING DI PT. XYZ

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN UNTUK MEREDUKSI DOSIS PAPARAN BISING DI PT. XYZ ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN UNTUK MEREDUKSI DOSIS PAPARAN BISING DI PT. XYZ Dedy Fredianta G. 1), Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT 2), Ir. Elisabeth Ginting M.Si 2) Departemen Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Getaran, Gelombang dan Bunyi

Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran 01. EBTANAS-06- Pada getaran selaras... A. pada titik terjauh percepatannya maksimum dan kecepatan minimum B. pada titik setimbang kecepatan dan percepatannya maksimum

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR Christin Lianasari 1, Arina Maliya 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA Nurul Fajaria Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi menurut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap tempat kerja termasuk di sektor informal. Untuk itu, perlu dikembangkan dan ditingkatkan

Lebih terperinci

Dapat merambat melalui sebarang medium dengan kecepatan yang bergantung pada sifat-sifat medium

Dapat merambat melalui sebarang medium dengan kecepatan yang bergantung pada sifat-sifat medium Pertemuan 6 1 Gelombang Suara Termasuk gelombang tipe longitudinal Dapat merambat melalui sebarang medium dengan kecepatan yang bergantung pada sifat-sifat medium Medium bergetar untuk menghasilkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Lalu lintas Kebisingan adalah bentuk suara yang tidak diinginkan atau bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

TINGKAT KEBISINGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MAHASISWA DI BENGKEL TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI PADANG

TINGKAT KEBISINGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MAHASISWA DI BENGKEL TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI PADANG TINGKAT KEBISINGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MAHASISWA DI BENGKEL TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI PADANG Feidihal (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang, ABSTRACT The Level noise

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya seperti mesin winding, warping, zising, riching,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PEKERJA DI BAGIAN WEAVING DI PT. X BATANG, JAWA TENGAH. Yuniastri Ayu Permatasari

HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PEKERJA DI BAGIAN WEAVING DI PT. X BATANG, JAWA TENGAH. Yuniastri Ayu Permatasari HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PEKERJA DI BAGIAN WEAVING DI PT. X BATANG, JAWA TENGAH Yuniastri Ayu Permatasari 1. Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya perubahan proses produksi. Sebelum kemajuan teknologi, pekerjaan di bidang industri hanya menggunakan alat

Lebih terperinci

PEMANTAUAN TINGKAT KEBISINGAN DAERAH KERJA UNTUK MENUNJANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PTLR-BATAN

PEMANTAUAN TINGKAT KEBISINGAN DAERAH KERJA UNTUK MENUNJANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PTLR-BATAN PEMANTAUAN TINGKAT KEBISINGAN DAERAH KERJA UNTUK MENUNJANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PTLR-BATAN Adi Wijayanto, L. Kwin Pudjiastuti Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN adi_w@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki AFTA, WTO dan menghadapi era globalisasi seperti saat ini, pemerintah telah mempunyai kebijakan pembangunan industri nasional yang tertuang dalam Perpres No.28

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menilai risiko kesehatan paparan bising pada pekerja di PT X yang terpapar dan tidak terpapar kebisingan. III.1. Kerangka Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan bagian spesifik dari kesehatan umum, lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis Penelitian ini adalah explanatory research, yaitu menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang telah ditetapkan dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS () DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU 1 2 3 Nisa Amalia, Idjeriah Rossa, Rochmawati CORRELATION OF NOISE EXPOSURE AND NOISE INDUCED

Lebih terperinci

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K)

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K) Gelombang Bunyi Bunyi termasuk gelombang mekanik, karena dalam perambatannya bunyi memerlukan medium perantara. Ada tiga syarat agar terjadi bunyi yaitu ada sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

Syarifuddin *, Muzir Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia * Corresponding Author:

Syarifuddin *, Muzir Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia * Corresponding Author: Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.1 (2015) 36-41 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Penentuan Pola Kebisingan Berdasarkan Nilai Ambang Batas (NAB) Pada Power Plant Di

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. Bahwa sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN KERETA API PRAMBANAN EKSPRESS. Muhammad Fayyadl M Jurusan Fisika FMIPA UNS INTISARI

ANALISIS KEBISINGAN KERETA API PRAMBANAN EKSPRESS. Muhammad Fayyadl M Jurusan Fisika FMIPA UNS INTISARI ANALISIS KEBISINGAN KERETA API PRAMBANAN EKSPRESS Muhammad Fayyadl M 7 Jurusan Fisika FMIPA UNS INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di kabin penumpang dan kabin masinis,

Lebih terperinci

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja Standar Nasional Indonesia Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja ICS 13.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi di bidang transportasi turut serta berkembang dengan cepat, mulai dari transportasi darat, laut, hingga udara.

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

Dany Garjito Slamet Suprayogi

Dany Garjito Slamet Suprayogi ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN EKIVALEN DESA CATURTUNGGAL KECAMATAN DEPOK DAN DESA KALITIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Dany Garjito danygarjito2@yahoo.co.id Slamet Suprayogi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Kotak Peredam Generator Set (Genset) dengan Beberapa Variabel Bahan dalam Skala Rumah Tangga Ulvi Loly Amanda a, Nurhasanah a *, Dwiria Wahyuni a a Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS

PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS Indah Budiar Pratiwi 6506040013 Pembimbing 1. Emie Santoso ST, MT 2. Joko Endrasmono ST, MT Abstrak PT. X merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin meningkatnya perkembangan industri di indonesia, kemajuan dari industri tersebut antara lain ditandai pemakaian mesin-mesin yang dapat mengolah dan memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Negara-negara industri dan kota-kota besar di seluruh dunia, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki

Lebih terperinci

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1 PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo)

Lebih terperinci