DAMPAK PERUBAHAN ORGANISASI TERHADAP PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
|
|
- Hamdani Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 DAMPAK PERUBAHAN ORGANISASI TERHADAP PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Penulis : Priyono-Biro Umum Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 1. Perubahan Organisasi Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa berdasarkan Perpres Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pekerjaan Umum telah berubah nomenklatur menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Perubahan yang terjadi adalah bergabungnya Kementerian Perumahan Rakyat ke Kementerian PUPR dan bergabungnya eks. Ditjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Berdasarkan Perpres No. 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Tusi Eks. Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU berkembang menjadi dua Ditjen yaitu Ditjen Tata Ruang dan Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah. Disisi yang lain, Kementerian PUPR juga mengalami pengembangan/penambahan organisasi tingkat unit Eselon I dan adanya peningkatan kapasitas organisasi unit Eselon I yang ada yaitu Ditjen Bina Konstruksi, yang sebelumnya adalah Badan Pembinaan Konstruksi. Berdasarkan struktur organisasi di Kementerian PUPR, terdapat 11 Unit Eselon I (sebelumnya Kementerian PU hanya ada 8 unit eselon I). Penambahan 4 unit Eselon I di Kementerian PUPR adalah Ditjen Penyediaan Perumahan dan Ditjen Pembiayaan Perumahan (sebelumnya tusi eks. Kementerian Perumahan Rakyat) dan adanya penambahan 2 unit organisasi eselon I yaitu Badan Pengembagan Infrastruktur Wilayah dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Sedangkan pengurangan 1 unit Eselon I eks. Ditjen Penataan Ruang yang bergabung ke Kementerian ATR.
2 2 Sekilas gambaran perubahan organisasi Kementerian PUPR tersebut di atas, bahwa terjadi penggabungan organisasi dari luar PU masuk ke PUPR, namun juga ada tusi PU yang pindah/gabung keluar PU. Kondisi perubahan ini tentunya akan sangat berdampak pada penatausahaan Barang Milik Negara pada masing-masing unit organisasi yang mengalami perubahan, baik yang bergabung masuk ke PUPR maupun yang keluar dari PUPR. Kondisi ini tentunya harus disikapi dan disiapkan serta diupayakan penyelesaiannya secara serius agar penggabungan dan pemisahan unit organisasi di Kementerian PUPR tidak berdampak secara serius terhadap penatausahaan BMN-nya dan tentunya tetap dapat mempertahankan opini BPK RI terhadap pengelolaan Laporan Keuangan Kementerian PUPR pada Tahun 2015 ini, dan sesuai ketentuan yang ada penyelesaian aset satker likuidasi ini hanya diberi batas waktu hingga akhir bulan Agustus 2015 ini. Bilamana kita perhatikan, kondisi organisasi Kementerian PUPR saat ini sudah lengkap, meliputi organisasi dan tata laksana, kantor/tempat bekerja, peralatan kantor, anggaran, dan SDM. Namun, ada satu hal yang belum dituntaskan yaitu peralihan BMN-nya dari satker terlikuidasi ke satker penerimanya. Apakah tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu?. Perlu dijawab dengan motto PUPR bekerja lebih keras, bergerak lebih cepat, dan bertindak lebih tepat. 2. Likuidasi Satuan Kerja Kementerian PU Likuidasi adalah tindakan penyelesaian seluruh aset dan kewajiban sebagai akibat pengakhiran/pembubaran entitas akuntansi dan/atau entitas pelaporan pada kementerian negara/lembaga. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No. 272/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian/Lembaga, kriteria likuidasi dilaksanakan terhadap Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan yang mengalami kondisi : a. tidak lagi beroperasi disebabkan misi, fungsi, program kegiatan, dan/atau tugas telah berakhir; b. perubahan Identitas Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan yang antara lain disebabkan karena: penggabungan Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan;atau 2. pemecahan Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan; c. tidak mendapat alokasi anggaran pada tahun anggaran berikutnya; d. tidak lagi beroperasi yang diakibatkan oleh sebab-sebab lain, yang antara lain meliputi perubahan menjadi Badan Layanan Umum atau Badan Usaha Milik Negara dan sebaliknya; dan/atau: e. Perubahan status UBL Satker menjadi UBL Bagian Satker atau UBL Bukan Satker.
3 3 Sebagai tindak lanjut PMK No. 272/PMK.05/2014, Kementerian PUPR telah menerbitkan Surat Edaran No. 32/SE/M/2015 tentang Langkah-Langkah Yang Harus Dilakukan oleh Satker Dalam Rangka Perubahan Struktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Hal-hal yang diatur dalam SE tersebut antara lain mengenai kewajiban satker terlikuidasi, kewajiban satker penerima aset serta untuk dilakukan Penetapan Penanggung Jawab Proses Likuidasi pada masing-masing Unit Eselon I dan penetapan Pejabat Penanggung jawab likuidasi menetapkan Pejabat penanggung jawab likuidasi pada masing-masing satker/satker penerima aset. Dalam lampiran SE tersebut terdapat daftar satker terlikuidasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum yang berjumlah 141 satker yang dirinci per unit Eselon I-nya. Sebagai tindak lanjut PMK No. 272/PMK.05/2014 dan SE Menteri PU No 32/SE/M/2015 tersebut telah diterbitkan Keputusan Menteri PU No. 284/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Penanggungjawab Proses Likuidasi di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dalam keputusan Menteri PUPR ini, terdapat enam unit Eselon I yang satker di bawahnya mengalami likuidasi maka Kepala Unit Eselon I-nya ditetapkan sebagai penanggung jawab proses likuidasi. Keenam Pejabat Unit Eselon I ini adalah Dirjen Bina Marga, Dirjen Cipta Karya, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (aset eks. Ditjen Penataan Ruang), Dirjen Bina Konstruksi, Sekretaris Jenderal, dan Dirjen Penyediaan Perumahan (satker terlikuidasi eks. Kemenpera). Sedangkan penanggungjawab proses likuidasi Entitas Pelaporan Kementerian Perumahan Rakyat adalah Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Menteri PU No. 284/KPTS/M/2015 tersebut, Sekretaris Jenderal telah menerbitkan Keputusan No. 25/KPTS/SJ/2015 tentang Penetapan Pejabat Penanggungjawab Likuidasi Satuan Kerja di Lingkugan Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR. Sebagai penanggungjawab likuidasi di lingkungan Setjen adalah para Kepala Satuan Kerja sebagai Penerima Aset dari satker terlikuidasi yang berjumlah 15 satker. Dari jumlah 15 satker terlikuidasi Setjen tersebut, ada 14 satker yang pindah ke unit Eselon I Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia yaitu satker balai-balai diklat termasuk Pusdiklat sehingga sebagai satker penerima asetnya adalah para kepala satker di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Satker ini mengalami likuidasi karena memenuhi kriteria perubahan Identitas Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan (nomenklatur satker/entitas akuntansi berubah dan unit eselon I/entitas pelaporan juga berubah). Sedangkan 1 satker yaitu satker Pustra yang secara
4 4 tusi sebagian masuk ke Setjen/Biro Perencanaan dan sebagian Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah sehingga masuk kriteria satker terlikuidasi karena perubahan Identitas Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan yang disebabkan karena penggabungan Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan dan pemecahan Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan. 3. Tertib Administrasi Barang Milik Negara dalam Proses Likuidasi Kementerian PU sudah beberapa kali mengalami perubahan organisasi mulai Dep. PU yang dipecah menjadi Depkimbangwil dan Meneg PU, bergabungnya Meneg PU dan Depkimbangwil menjadi Depkimpraswil berubah kembali menjadi Kementerian PU dan sekarang menjadi Kementerian PUPR. Perubahan-perubahan yang terjadi pada kementerian ini sebelumnya kurang terlalu terasa dampaknya terhadap pengelolaan BMN dan juga tidak ada aturan khusus yang mengatur tentang perubahan-perubahan organisasi terhadap pengelolaan BMN-nya, dan bilamana ada aturannya pun kurang ada sosialisasi dan juga tidak ada sanksi bilamana aturan yang ada tersebut tidak dilaksanakan/dilanggar oleh entitas akuntansi/entitas pelaporan yang mengalami perubahan/likuidasi. Kondisi tersebut tentunya berbeda dengan kondisi sekarang. Dengan semakin tertibnya pengelolaan BMN yang merupakan bagian penting dalam penyusunan dan penyampaian laporan keuangan Kementerian PUPR serta dalam upaya mempertahankan opini BPK RI terhadap Laporan Keuangan Kementerian PUPR tahun 2015 ini maka ketentuan dan aturan yang ada terkait dengan likuidasi satker/likuidasi aset ini harus kita jalankan dan selesaikan dengan baik agar tidak mengganggu kinerja pengelolaan BMN Kementerian PU yang pada tahun 2014 yang sudah memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Mempertahankan kinerja/predikat yang sudah diraih ini pada era Kementerian PUPR tentunya bukan hal yang mudah dan akan betambah tidak mudah sehingga memerlukan kerja keras oleh semua pihak di Kementerian PUPR saat ini karena dengan bergabungnya Kementerian Perumahan Rakyat yang sebelumnya menjadi kementerian tersendiri maka dengan segala konsekuensinya jumlah BMN beserta permasalahan yang ada akan terbawa ke Neraca BMN Kementerian PUPR, belum termasuk penambahan jumlah anggaran yang cukup besar yang akan berdampak pada penambahan belanja modal/nilai neraca BMN di Kementerian PUPR. Rumus yang berlaku umum, dengan jumlah aset yang besar/terbesar dari seluruh K/L (Rp
5 5 trilyun/sebelum penyusutan), tentunya masalah yang dihadapi juga akan semakin besar/rumit/ruwet. Kondisi pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian PUPR menjadi sebuah tantangan, khususnya unit-unit yang terkait langsung terhadap pengelolaan BMN, mulai dari tingkat Satker, Tingkat Eselon I-nya, hingga Tingkat Menteri selaku Pengguna Barang yang bertanggung jawab terhadap kinerja pengeloaan BMN di Kementerian PUPR ini. 4. Kewajiban Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan Terlikuidasi Satker terlikuidasi/entitas akuntansi mempunyai beberapa tugas/kewajiban yang harus diselesaikan, yang meliputi penyusunan laporan keuangan penutup dan penyusunan laporan keuangan dan laporan barang Semester I serta penyusunan laporan likuidasi. Selain itu, entitas akuntansi juga harus menyusun Laporan Kinerja. Tata cara penyusunan Laporan Kinerja dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan mengenai pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah. Begitu pula, untuk entitas pelaporan atau Unit Akuntansi yang melakukan penggabungan laporan di bawahnya juga harus menyusun laporan keuangan penutup, menyusun laporan keuangan semester I dan menyusun laporan likuidasi yang merupakan penggabungan laporan-laporan dimaksud dari tingkat satker di bawahnya. Laporan dimaksud harus terlebih dahulu dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN untuk laporan keuangan dan untuk laporan BMN rekonsiliasi dengan KPKNL setempat. Laporan Keuangan entitas pelaporan tersebut disampaikan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk digabungkan menjadi bagian dari laporan Keuangan Kementerian PUPR Tahun 2015 ini. Kewajiban penyusunan laporan likuidasi ini harus dapat diselesaikan oleh satker terlikuidasi, bilamana satker terlikuidasi belum menyelesaikan laporan likuidasi maka masih dianggap satker aktif dan masih mempunyai kewajiban menyusun laporan BMN secara berkala termasuk kewajiban yang lain layaknya satker yang masih aktif. Sesuai ketentuan dalam SE 32/2015, penyerahan LBKP Likuidasi paling lambat tanggal 27 Agustus 2015.
6 6 5. Beberapa Permasalahan Terkait Proses Likuidasi Beberapa tugas atau kewajiban satker terlikuidasi maupun satker penerima aset likuidasi tersebut di atas tentunya tidak mudah diselesaikan/dituntaskan, dengan beberapa pertimbangan, antara lain : satker terlikuidasi tidak cukup tenaga untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Personil Satker terlikuidasi biasanya sudah tidak lengkap, baik Pejabat maupun staf yang sebelumnya menangani BMN, hal ini disebabkan adanya rotasi pejabat atau staf sehubungan dengan restrukturisasi organisasi yang ada sehingga yang pegawai bersangkutan sudah mendapatkan tugas yang baru di tempat organisasi yang baru pula. Pada satker SKPD malahan banyak yang sudah diganti, baik Kepala Satkernya maupun staf yang menangani BMN-nya. Sedangkan permasalahan untuk Satker Penerima Aset likuidasi adalah tidak cukup tenaga untuk melakukan verifikasi dan validasi BMN yang akan diterimanya. Selain hal tersebut tentunya menyangkut kurangnya informasi mengenai status BMN yang akan diterima yang meliputi jenis, jumlah, lokasi, dan kondisi masing-masing barangnya. Berkenaan dengan kondisi tersebut maka dalam pembentukan Tim Likuidasi melibatkan dua pihak, yaitu personil dari satker terlikuidasi dengan personil dari satker penerima asetnya agar kedua belah saling berkoordinasi dan bekerjasama untuk melakukan proses likuidasi ini. Dengan situasi tersebut dalam proses likuidasi faktor koordinasi antara satker terlikuidasi dengan satker penerima aset terlikuiasi menjadi sangat penting untuk dilakukan karena pada umumnya keberadaan barang menjadi persoalan utama, khususnya barang berupa peralatan dan mesin yang biasanya akan menyebar mengikuti/mobile dengan pejabat/staf sebagai penggunanya. Selain itu, masih kurangnya kesadaran pegawai terhadap status barang yang dipakainya, bilamana pindah tugas pegawai yang bersangkutan seharusnya menyerahan BMN yang dipakainya kepada Satker yang menatausahakan barang tersebut. Kondisi ini akan semakin rumit bilamana antara satker terlikuidasi dengan satker penerima aset likuidasi sudah berbeda K/L, seperti aset eks. Ditjen Penataan Ruang saat ini yang BMN-nya sebagian masih di Kementerian PUPR dan sebagian akan diserahterimakan kepada Kementerian ATR. Situasi-situasi ini yang perlu disikapi dengan arif, artinya kondisi penatausahaan BMN saat ini belum cukup ideal antara kondisi pencatatan/administrasi dengan kondisi fisik barangnya, termasuk pembuatan Daftar Barang Ruangan/DBR sebagai data barang yang berada di masing-masing ruangan juga belum dilakukan secara baik sehingga perlu dilakukan kompromi antara kedua belah pihak serta dibuat kesepatan bersama untuk menyelesaiakan permasalahan yang ada,
7 7 agar proses likuidasi di lingkungan Kementerian PUPR dapat berjalan dengan baik sesuai target waktu yang ditentukan yaitu hingga akhir bulan Agustus Kondisi lainnya yang perlu diselesaikan terkait dengan proses likuidasi, khususnya proses serah terima barang antara satker yang menyerahkan/satker terlikuidasi dengan satker penerima adalah menyangkut penatausahaan BMN, yang meliputi pencatatan/ pembukuan, inventarisasi dan pelaporannya. Dengan beralihkannya pencatatan maka akan berdampak pada beberapa hal yang cukup penting dan mendasar, meliputi : pertama, seluruh kodefikasi barangnya akan berubah karena adanya perubahan kode eselon I dan Kode Satker yang baru sehingga perlu dilakukan labelisasi ulang seluruh barang pada satker yang baru tersebut. Kedua, data KIB/Kartu Identitas Barang juga harus diisi ulang pada aplikasi SIMAK-BMN karena pada waktu proses tranfer keluar dari satker yang lama dan tranfer masuk ke satker yang baru data KIB ini tidak terbawa sehingga satker yang baru harus mengisi ulang secara manual pada aplikasi SIMAK- BMN-nya, hal ini termasuk untuk barang yang berstatus Konstruksi Dalam Pengerjaan/KDP juga harus diisi ulang pada kartu KDP untuk satker yang baru/satker penerima karena data kartu KDP satker yang lama juga tidak terbawa pada saat transfer keluar ke satker yang baru. Informasi dari Ditjen Kekayaan Negara, berawal dari adanya penggabungan suatu K/L, terdapat suatu kementerian menjadi desclaimer dalam dua tahun berturut-turut padahal sebelum penggabungan kementerian tersebut sudah memperoleh opini WTP. Pengalaman empiris ini tentunya harus menjadi perhatian serius oleh jajaran Kementerian PUPR, khususnya unit-unit yang menangani penatausahaan barang milik negara yang menjadi pilar utama untuk melakukan tertib administrasi, tertib fisik, dan tertib hukum dalam pengelolaan barang milik negara agar pengalaman pahit dari K/L lain dimaksud jangan sampai terjadi di Kementerian PUPR ini, dan tentunya kita harus mempelajari serta melakukan upaya serius untuk menyelesaikan proses likuidasi dan penggabungan BMN dari Kementerian Perumahan Rakyat yang sudah menjadi bagian dari aset Kementerian PUPR pada Semester I 2015 ini serta menyelesaikan proses likuidasi aset eks. Ditjen Penataan Ruang yang secara tusi sebagian masuk ke Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah dan menjadi tusi dua Ditjen di Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
8 8 6. Kesimpulan a. Perubahan organisasi Kementerian PU menjadi Kementerian PUPR yaitu bergabungannya eks. Kementerian Perumahan Rakyat ke Kementerian PUPR dan berpindahnya eks. Ditjen Penataan Ruang ke Kementerian ATR akan diikuti dengan proses perpindahan aset/barang Milik Negara yang ditatausahakan oleh eks. kementerian dan eks ditjen yang mengalami perubahan tersebut. b. Penanganan proses perpindahan Barang Milik Negara dimaksud harus mengikuti ketentuan yang berlaku, yaitu Keputusan Menteri Keuangan yang mengatur tentang entitas akuntansi dan entitas pelaporan yang terlikuidasi dan ketentuan di Kementerian PUPR yang mengatur tentang proses likuidasi serta tugas dan tanggung jawab satker terlikuidasi dan satker penerima aset satker terlikuidasi. c. Penggabungan dan pemisahan organisasi di Kementerian PUPR dari sisi penatausahaan Barang Milik Negara menjadi hal yang cukup penting untuk segera diselesaikan/ dituntaskan agar tidak menjadi preseden buruk dikemudian hari. d. Pengalaman terjadi, pada suatu kementerian desclaimer dua tahun berturut-turut gara-gara mengalami penggabungan organisasi padahal sebelum digabung kementerian dimaksud sudah memperoleh opini WTP. Kondisi ini perlu menjadi cermin di Kementerian PUPR agar kejadian di kementerian lain tersebut tidak terjadi di Kementerian PUPR yang kita cintai dan banggakan ini. e. Akhirnya, saya sampaikan tetap semangat para insan pengelola BMN jerih payah dan karyamu ditunggu untuk pertahankan prestasi terbaik dalam pengelolaan BMN di Kementerian PUPR. Referensi : 1. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang. 3. Peraturan Menteri Kuangan Nomor 272/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian/Lembaga. 4. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 32/SE/M/2015 tentang Langkah-Langkah Yang Harus Dilakukan oleh Satker Dalam Rangka Perubahan Struktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 284/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Penanggungjawab Proses Likuidasi di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 6. Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 25/KPTS/SJ/2015 tentang Penetapan Pejabat Penanggungjawab Likuidasi Satuan Kerja di Lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG PELAKSANAAN LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
Lebih terperinci50 BAB VII PENUTUP BAB VII PENUTUP A. RANGKUMAN
50 BAB VII PENUTUP BAB VII PENUTUP A. RANGKUMAN Setelah diuraikan mengenai Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara dalam kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat beserta kebijakan
Lebih terperinci2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne
No.532, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA Gedung Syafrudin Prawiranegara Lantai 10 Utara Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Telepon : 3449230 (7 saluran),
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH 1 Dasar Hukum PP 27/2014 Pasal 52: Dalam kondisi tertentu,
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.452, 2014 KEMEN KP. Satuan Kerja. Inaktif. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN-KP/2014 TENTANG PENGELOLAAN SATUAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.452, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Satuan Kerja. Inaktif. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN-KP/2014 TENTANG PENGELOLAAN SATUAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN SOSIALISASI PERATURAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Barang Milik Negara. Dana Dekonsetrasi. Tugas Pembantuan. Pemindahtanganan.
No.899, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Barang Milik Negara. Dana Dekonsetrasi. Tugas Pembantuan. Pemindahtanganan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Barang Milik Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Barang Milik Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Pada UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.530, 2013 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Akuntansi. Pelaporan. Keuangan. Sistem. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT
KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012,
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA BAGIAN ANGGARAN 5.4 SEMESTER I TAHUN 216 I. Pendahuluan CATATAN
Lebih terperinciSALINAN LAMPIRAN I : STRUKTUR ORGANISASI DAN TUGAS PELAKSANA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL
LAMPIRAN I : STRUKTUR ORGANISASI DAN TUGAS PELAKSANA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL A. Struktur Organisasi Struktur organisasi penatausahaan BMN pada Kementerian Sosial
Lebih terperinciPeningkatan Akuntabilitas Pengelolaan dan Pemanfaatan Aset Dalam Rangka Likuidasi
Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan dan Pemanfaatan Aset Dalam Rangka Likuidasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Direktorat Barang Milik Negara Dasar Hukum
Lebih terperinci2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu
No.1185, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penilaian Kembali BMN. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.06/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KEMBALI
Lebih terperinciKebijakan Penyusunan dan Pelaporan BMN
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kebijakan Penyusunan dan Pelaporan BMN Disampaikan oleh: Direktur Barang Milik Negara Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Penatausahaan BMN Jakarta,
Lebih terperinci2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang
No.520, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Bagian Anggaran BUN. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.05/2017 TENTANG PELAKSANAAN LIKUIDASI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1256, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Likuidasi. Akuntansi. Pelaporan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198 /PMK.05/2012 TENTANG PELAKSANAAN
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan
1 Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan Disampaikan oleh: Mohamad Hardi, Ak. MProf Acc., CA Inspektur I Kementerian Ristek Dikti Pada Rapat Koordinasi Pengawasan 2 Februari 2017 1. PELAPORAN KEUANGAN
Lebih terperinciKomisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN BARANG MILIK NEGARA Untuk Periode Yang Berakhir 30 Juni 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MAGETAN Jl. Karya Dharma No. 70 Magetan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memuat informasi keuangan masa lalu perusahaan yang dinyatakan dalam satuan mata uang serta
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA
TATACARA PROSEDUR KONVERSI PENGGOLONGAN DAN KODEFIKASI BARANG MILIK NEGARA DARI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 97/PMK.06/2007 KE PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 29/PMK.06/2010 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB II SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN
BAB II SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN A. Sistem Akuntansi Keuangan SAK merupakan subsistem SAI yang digunakan untuk memproses transaksi anggaran dan realisasinya, sehingga menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran.
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.05/2009 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.05/2009 TENTANG TATA CARA REKONSILIASI BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci2017, No nilai kekayaan awal Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1062, 2017 KEMENKEU. Nilai Kekayaan Awal PTN. Penetapan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108/PMK.06/2017 TENTANG TATA CARA PENETAPAN NILAI KEKAYAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/MENHUT-II/2012 TENTANG
1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/MENHUT-II/2012 TENTANG PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetap daerah Kotawaringin Barat antara lain sebagai berikut.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut. 1. Kendala-kendala yang menghambat terlaksananya penerapan penyusutan aset
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN
DIREKTORAT JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Peran, tugas dan fungsi Kekuatan Pertahanan ditangani oleh sebuah Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan atau disebut Ditjen Kuathan,
Lebih terperinciPelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga (PMK 272/PMK.05/2014)
Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga (PMK 272/PMK.05/2014) Direktorat Jenderal Perbendaharaan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Integritas
Lebih terperinciINSTRUKSI MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR IM 8 TAHUN 2011 TENTANG TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN ( BPK ) ATAS LAPORAN KEUANGAN
INSTRUKSI MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR IM 8 TAHUN 2011 TENTANG TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN ( BPK ) ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKomisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN BARANG MILIK NEGARA Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 TAHUN ANGGARAN 2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MAGETAN Jl. Karya Dharma No. 70 Magetan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi Keuangan Negara yang ditandai dengan lahirnya paket Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi Keuangan Negara yang ditandai dengan lahirnya paket Undang Undang Keuangan Negara yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK.06/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA EKS BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1343, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Persediaan. Penatausahaan. Pencabutan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1343, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Persediaan. Penatausahaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.48/MENHUT-II/2012 TENTANG PENATAUSAHAAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2015 KEMENDESA-PDT-Trans. Urusan Pemerintahan. Ditjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. TA 2015. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR : PER-24/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125/PMK.06/2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI DANA DEKONSENTRASI DAN DANA TUGAS PEMBANTUAN SEBELUM TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN
Lebih terperinciLAPORAN BARANG MILIK NEGARA UAPPBW
IV. LAPORAN BMN 4.1. PROSES PENYUSUNAN LAPORAN Proses yang dilakukan dalam menyusun laporan Barang Milik Negara (BMN) ini berjenjang mulai dari setiap satuan kerja (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang/UAKPB)
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.04 SEMESTER II TAHUN2016 I. Pendahuluan
Lebih terperinciNOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG UNIT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Mengingat : 1. NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG UNIT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Pada bagian ini penulis akan menguraikan penyajian dan analisis data mengenai pelaksanaan Reviu Laporan Keuangan Kementerian Dalam Negeri
Lebih terperinci16. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARANOMOR : PER-07/KN/2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN REKONSILIASI DATA BARANG
Lebih terperinciPENGELOLAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PADA UAPPA/B-W KEMENTERIAN PERTANIAN DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2014
RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN TIM MANAJEMEN (ROKTM) PENGELOLAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PADA UAPPA/B-W KEMENTERIAN PERTANIAN DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2014 WILDA MIKASARI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 235/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 235/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-DAG/PER/9/
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-DAG/PER/9/201000000000000000 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG PERDAGANGAN KEPADA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN-KP/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI DAN DANA TUGAS PEMBANTUAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG UNIT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLAPORAN BARANG MILIK NEGARA
BAGIAN ANGGARAN 005.04.2900.440713.000-KD BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN
Lebih terperinciAbstract. 1. Pentingnya Penghapusan BMN
PENTINGNYA PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DAN PERSYARATANNYA OLEH MARGONO WIDYAISWARA PADA PUSDIKLAT KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
Lebih terperinci2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.56, 2016 KEMENPORA. Dekonsentrasi. Pelimpahan. Urusan Pemerintahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/IN/M/2011 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/IN/M/2011 TENTANG PENGAMANAN DAN PENATAUSAHAAN BARANG PERSEDIAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana BPK
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Organisasi 1. Analisis Organisasi BPK RI Berdasarkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007 tentang Organisasi dan Tata
Lebih terperinciI V. L A P O R A N B M N
I V. L A P O R A N B M N 4.1. PROSES PENYUSUNAN LAPORAN Proses yang dilakukan dalam menyusun laporan Barang Milik Negara (BMN) ini berjenjang mulai dari setiap satuan kerja (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN PERIODE 31 Desember 2017
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN PERIODE 31 Desember 2017 I. PENDAHULUAN 1. DASAR HUKUM a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b. Undang-Undang
Lebih terperinciPasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 248/PMK.07/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI
Lebih terperinciaset dalam penggunaan
Nomor : 11/KU.01/09/2014 Lampiran : 1 (satu) set Hal : Laporan Hasil Kegiatan Monitoring dan Evaluasi di Wilayah Jawa Tengah Yth. Panitera/Sekretaris Pengadilan Tinggi Agama Semarang Sebagai Penanggungjawabb
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
No.1688, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penatausahaan BMN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambaha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.318, 2015 KEMENPORA. Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan. Kepemudaan, Keolahragaan, Kepramukaan. Gubernur. Dekonsentrasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN
Lebih terperinciBAHAN AJAR PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA
BAHAN AJAR PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DTSS Pengelolaan Barang Milik Negara (Bagi Pengguna Barang) Tahun 2016 Maret 2016 Oktavia E P Pusdiklat KNPK [TYPE THE COMPANY ADDRESS] A. Pembukuan BMN Penatausahaan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR: PER- 51 /PB/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 1. Dasar Hukum dan Tugas Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yang terbentuk berdasarkan Peraturan Presiden
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA BAGIAN ANGGARAN 005.01 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Pendahuluan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR : PER-21/PB/2005 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/
Lebih terperinci2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem
No.933, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPP-PA. Dekonsentrasi. Penatausahaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciPENGELOLAAN BMN DEKONSENTRASI- TUGAS PEMBANTUAN
PENGELOLAAN BMN DEKONSENTRASI- TUGAS PEMBANTUAN Oleh: Kanwil DJKN Jateng dan D.I.Y Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan RI Kewenangan Pusat DILAKSANAKAN INSTANSI PUSAT ATAU INSTANSI
Lebih terperinciPP NOMOR 23 TAHUN 2006 PASAL 26 dan Perdirjen 67/PB/2007Pasal 2
Pencatatan PNBP Pendidikan Tinggi Berdasarkan BAS RAHMAT MULYONO DIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN WORKSHOP PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PELAPORAN SATKER PT
Lebih terperinciPENGERTIAN-PENGERTIAN, ENTITAS PELAPORAN,PERIODE LAPORAN, KOMPONEN LAPORAN BMN DAN UNIT AKUNTANSI INSTANSI
MODUL 01 PENGERTIAN-PENGERTIAN, ENTITAS PELAPORAN,PERIODE LAPORAN, KOMPONEN LAPORAN BMN DAN UNIT AKUNTANSI INSTANSI 2 JP (90 menit) Pengantar Dalam modul ini membahas tentang pengertian-pengertian, entitas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/ 2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci2 Utara telah diserahkan kepada unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tenta
No.458, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pengelolaan. BMN. BRR NAD-Nias. Pelaksanaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
Lebih terperinciLAPORAN BARANG MILIK NEGARA
BAGIAN ANGGARAN 005.03 BADAN PERADILAN UMUM MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA opentbs1 LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN NEGERI STABAT SEMESTER_I TAHUN_2014 BAGIAN
Lebih terperinciSURAT EDARAN NOMOR co TAHUN 2011 TENTANG
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT) Yth. 1. Yth. Sekretaris Utama BPPT 2. Yth. Deputi Kepala BPPT Bidang TIRBR 3. Yth. Deputi Kepala BPPT Bidang TPSA. 4. Yth. Deputi Kepala BPPT Bidang TAB.
Lebih terperinciRENCANA PENILAIAN KEMBALI (REVALUASI) BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA PEMERINTAH PUSAT
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA RENCANA PENILAIAN KEMBALI (REVALUASI) BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA PEMERINTAH PUSAT... 1 TUJUAN REVALUASI 1. untuk memperoleh nilai
Lebih terperinciPEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN
2013, No.92 14 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/M-IND/PER/12/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN PERALATAN
Lebih terperinciTATACARA INVENTARISASI BARANG MILIK NEGARA
LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.06/2007 TANGGAL 27 SEPTEMBER 2007 TENTANG PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN TATACARA INVENTARISASI BARANG MILIK NEGARA A. Pengertian
Lebih terperinciMODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT ABSTRAK
LAMPIRAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /KM.6/2013 TENTANG MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perusahaan. Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Dalam gambaran umum Kementerian Perdagangan akan diuraikan mengenai Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi
Lebih terperinci4.1. PROSES PENYUSUNAN LAPORAN
I V. L A P O R A N B M N 4.1. PROSES PENYUSUNAN LAPORAN Proses yang dilakukan dalam menyusun laporan Barang Milik Negara (BMN) ini berjenjang mulai dari setiap satuan kerja (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciI. DASAR HUKUM II. RINGKASAN LAPORAN BARANG
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG (UAKPB) SEKRETARIAT KOMISI INFORMASI PUSAT - SEKRETARIAT JENDERAL SEMESTER II - TAHUN ANGGARAN 2011 I. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang
Lebih terperinci1 of 5 18/12/ :47
1 of 5 18/12/2015 15:47 Menimbang MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.06/2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI DANA DEKONSENTRASI
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG PENGADILAN AGAMA SOE BAGIAN ANGGARAN 005.04 I TAHUN 2016 I. Pendahuluan a. Dasar Hukum 1.
Lebih terperinci5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo
No.224, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN
Lebih terperinciMODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR... TENTANG MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS
Lebih terperinci2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.645, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pergeseran Anggaran. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PERGESERAN ANGGARAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Standar Reviu. Laporan Keuangan.
No.97, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Standar Reviu. Laporan Keuangan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PMK.09/2010 TENTANG STANDAR REVIU ATAS LAPORAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2016, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 200
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1969, 2016 KEMENPAR. Dekonsentrasi. Pelaksanaan Kegiatan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penatausahaan barang milik negara pada Kanwil
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penatausahaan barang milik negara pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat, ditemukan bahwa secara umum penatausahaan
Lebih terperinciLaporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017
CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN PERIODE TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM a) Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b) Undang-Undang
Lebih terperinciBAHAN RAPAT MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI V DPR-RI Jakarta, 11 Februari 2014
OPINI BPK TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PU TAHUN 2012 BAHAN RAPAT MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI V DPR-RI Jakarta, 11 Februari 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM OPINI BPK TERHADAP
Lebih terperinci