BAB III. KERUSAKAN BAHAN PANGAN OLEH MIKROBIA (FOOD SPOILAGE)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III. KERUSAKAN BAHAN PANGAN OLEH MIKROBIA (FOOD SPOILAGE)"

Transkripsi

1 BAB III. KERUSAKAN BAHAN PANGAN OLEH MIKROBIA (FOOD SPOILAGE) Kerusakan pangan atau kemunduran mutu pangan dapat didefinisikan sebagai pangan yang telah rusak sehingga pangan tersebut menjadi tidak diinginkan oleh manusia (konsumen). Kerusakan pangan tersebut dapat disebabkan oleh kerusakan insekta, luka atau memar secara fisik, aktivitas enzim, dan mikrobia. Pada kesempatan ini yang akan banyak dikupas adalah kerusakan akibat mikrobia. Diperkirakan 20% dari seluruh buah-buahan dan sayuran yang dipanen untuk dikonsumsi manusia hilang (loses) akibat kerusakan oleh mikrobia. Kerusakan tersebut terutama oleh bakteri, yeast dan kapang. Apabila mikrobia mampu menggunakan nutrient pada bahan pangan akan menyebabkan perubahan baik secara fisik seperti tekstur menjadi lunak atau berlendir maupun perubahan secara kimiawi. Misal tingkat keasaman, kemanisan, maupun perubahan mikrobiologis/populasi selnya. Beberapa contoh kerusakan yang dikenal moldiness (berjamur) yaitu terjadinya pertumbuhan miselia pada permukaan bahan pangan, misalnya pada biji (kedelai, jagung), Rots atau pelunakan tekstur (buah, sayur), sliminess = permukaan berlendir pada sayur / buah, dan color change (perubahan pigmen), misalnya adanya jamur Monilia berwarna orange atau yeast Rhodotorula yang menjadi pangan berwarna merah., menjadi berpendar karena adanya Pseudomonas flourescens atau ropiness = pengentalan pada produk sirup/susu akibat pertumbuhan L. mesenteroides atau Streptococcus, bahkan dapat terjadi putrefaction atau pembusukan, terutama pada bahan pangan berprotein A. Kerusakan pada sayur-sayuran Kandungan air pada sayur-sayuran sekitar 88%, karbohidrat 8,6%, protein 1,9%, lemak 0,3 persen, dan abu 0,84%. Kandungan air yang tinggi menguntungkan 8

2 bagi pertumbuhan bakteri perusak dan kandungan karbohidrat dan lemak yang relatif rendah mendorong air dalam keadaan bebas atau dalam bentuk tersedia (available) bagi pertumbuhan mikrobia. Kisaran ph sebagian besar sayuran adalah kisaran yang cocok bagi pertumbuhan bakteri. Potensial oksidasi reduksi yang relatif tinggi memungkinkan pertumbuhan jenis mikrobia aerob dan anaerob fakultatif dibandingkan yang anaerob. Kerusakan pangan oleh bakteri dan jamur dapat dijelaskan sebagai berikut, 1. Agen bakteri a. Bacterial Soft Rot. Tipe kerusakan ini disebabkan oleh Erwinia carotovora dan Pseudomonas seperti P. marginalis dan Baccilus serta Clostridium spp. Bakteri tersebut mengurai pektin sehingga melunakkan tekstur sayur, kadang-kadang berbau tak sedap dan nampak berair. Pektinase yang dihasilkan mikrobia tersebut sesungguhnya ialah protopektinase pengurai zat yang memperekat struktur tanaman. Meskipun Erwinia spp. tumbuh baik pada suhu 37 0 C, kebanyakan dapat tumbuh baik pada suhu kulkas (tumbuh pada suhu 1 0 C). Beberapa sayur yang dirusak ialah asparagus, bawang, wortel, seledri, bayam, bit, kentang, kubis, brokoli, tomat, ketimun, lada, dan selada. b. Kerusakan Bakteri yang Lain. Black leg pada kentang khususnya di Skotlandia disebabkan oleh Erwinia carotovora var atroseptica. Erwinia carotovora var carotovora juga menyebabkan black leg, pada umumnya terjadi pada suhu 25 0 C. Meskipun Erwinia spp. merupakan kelompok bakteri yang paling penting sebagai penyebab kerusakan sayuran, tetapi genus Pseudomonas merupakan patogen dari sayuran yang dapat dimakan. Secara ringkas, kerusakan sayur-sayuran oleh bakteri disajikan Tabel 3. 1, sebagai berikut. 9

3 Tabel Kerusakan Sayur-sayuran oleh Bakteri No. Jenis Bakteri Jenis Kerusakan Bahan Pangan 1. P. apii Bacterial blight seledri 2. P. cichorii Bacterial zonate spot kubis dan selada 3. P. lachrymans Angular leaf spot ketimun 4. P. maculicola Bacterial leaf spot brokoli dan bunga kol 5. P. phaseolicola Halo blight polong-polongan 6. P. pisi Bacterial blight peas 7. P. tomato Black speck tomat 8. Xanthomonas campestris Black Rot kubis dan bunga kol 9. X. phaseoli Common blight kedelai 10. X. vesichatoria Bacterial spot tomat dan lada NB: hawar 1. ark (musim) penyakit yang menular (terutama pada binatang ternak) 2. penyakit yang serentak menyerang penduduk di daerah tertentu (seperti malaria, kolera) 3. pohon rendah atau perdu, apabila terkena kulit, getahnya menyebabkan gatalgatal 2. Agen fungi Kapang Botrytis dapat menyerang bunga stroberi dan menyebabkan gray mold rot, sedangkan Colletrotichum menyerang epidermis pisang dan menginisiasi terjadinya banana anthracnose dan Gleousporium menyerang lentisel apel yang menyebabkan pelunakan lentisel. Jumlah terbesar dari kerusakan sayur dan buah terjadi setelah pemanenan. Meskipun fungi sebagian besar menyerang pada bagian yang rusak dan memar. a. Gray Mold Rot. Kerusakan ini disebabkan oleh Botrytis cinerea yang menunjukan adanya miselea yang berwarna abu-abu. Kerusakan ini didorong oleh kondisi RH yang tinggi dan suhu yang hangat. Bahan pangan yang mengalami kerusakan di antaranya: 10

4 asparagus, bawang, polong-polongan, wortel, tomat, selada, brokoli, bunga kol, dan kubis. b. Sour Rot (Oospora Rot, Watery Soft Rot). Kerusakan ini dapat disebabkan oleh Geotrichum candidum dan bahan pangan yang diserang ialah asparagus, bawang, polong-polongan, wortel, tomat, selada, brokoli, bunga kol, dan kubis. Jamur tersebut berasal dari tanah dan sayuran dan buah-buahan yang membusuk. c. Rhizopus Soft Rot. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh R. stolonifer yang menyebabkan sayur-sayuran lunak dan empuk. Di antara bahan pangan yang diserang ialah polong-polongan, wortel, kentang, ketela rambat, kubis, bunga kol, brokoli, dan tomat. d. Phytopora Rot. Kerusakan ini disebabkan oleh Phytopora spp. Dan ditunjukkan dengan blight dan pembusukan. Bahan pangan yang diserang ialah asparagus, tomat, terong, lada. e. Antharcnose. Kerusakan ini dicirikan dengan bercak pada daun, buah, atau biji yang disebabkan oleh Colletotrichum coccodes. Fungi ini merupakan patogen tanaman yang lemah dan berkembang biak dengan cepat pada kondisi hangat dan lembab. Contoh sayur yang diserang: melon, polong-polongan, timun, tomat, dan lada. B. Kerusakan pada buah-buahan. Komponen penyusun buah-buahan ialah air 85% dan karbohidrat 13%. Buah berbeda dengan sayur yang mana buah lebih sedikit kadar airnya tetapi lebih banyak karbohidratnya. Rerata kadar protein, lemak, dan abu, berturut-turut sebesar 0,9%; 0,5%; dan 0,5%. Berdasarkan kandungan nutrisinya, produk ini cocok untuk pertumbuhan bakteri, yeast, dan kapang. Meskipun ph buah-buahan berada pada level di bawah yang umumnya diperlukan untuk pertumbuhan bakteri. Sebaliknya ph tersebut sangat cocok untuk pertumbuhan yeast dan kapang. Kecuali pada buah pir 11

5 yang mengalami kerusakan Erwinia rot, bakteri tidak penting dalam kerusakan buahbuahan. Alasan mengapa pir yang memiliki ph 3,8 sampai 4,6 dapat mengalami kerusakan bakteria, hingga kini belum diketahui penyebabnya. Erwinia manginisiasi pertumbuhannya pada permukaan buah-buahan di mana ph-nya lebih tinggi daripada yang di dalam buah. Mikrobia Produk Olahan Sayuran dan Buah-Buahan Kebanyakan sayuran dan buah-buahan diblansir terlebih dahulu sebelum diproses lebih lanjut, yaitu menggunakan uap air panas pada suhu 86 sampai 98 0 C. proses ini dapat membunuh semua sel vegetatif mikrobia, kecuali yang sangat tahan panas dan spora bakteri. Proses pemanasan juga dilakukan terhadap buah-buahan, misalnya buah anggur pada suhu 60 0 C, untuk mengekstrak pigmennya, atau pencelupan sayuran dan buah-buahan untuk memudahkan pengupasan kulitnya. Bahan-bahan germisida sering digunakan dalam pengolahan sayuran dan buah-buahan, misalnya klorin digunakan dalam pencucian, dan larutan sulfur diokside yang digunakan sebagai larutan pencelup potongan-potongan apel sebelum dibekukan dan pencelupan berbagai sayuran dan buah-buahan sebelum proses pengeringan. Bahan-bahan germisida tersebut membantu menurunkan jumlah kontaminan pada sayuran dan buah-buahan. Sayuran dan buah-buahan yang mudan mengalami pencoklatan biasanya dicelupkan terlebih dahulu di dalam larutan sulfur diokside dengan konsentrasi 250 ppm atau lebih sebelum dilakukan proses pembekuan atau pengeringan. SO2 juga sering digunakan dalam pembuatan anggur, dimana penambahan SO 2 sampai konsentrasi 100 ppm dapat mereduksi jumlah khamir liar sampai 99.9 persen atau lebih. Pada sayuran yang dibekukan, mikrobia yang mungkin masih tahan setelah proses persiapan dan pembekuan terutama adalah bakteri gram negative berbentuk batang, dan bakteri asam laktat yang termasuk dalam jenis Streptococcus dan Leuconostoc. Kapang biasanya terdapat dalam jumlah rendah, karena sayuran 12

6 telahm mengalami proses blansir sebelum dibekukan. Mikrobia indikator seperti koliform dan enterokoki mungkin terdapat di dalam sayuran beku, tetapi jarang terdapat pada sayuran yang telah mengalami blansir. Pada buah-buahan beku, dimana ph-nya tergolong rendah, mikrobia yang dominant pada umumnya adalah khamir dan kapang asidurik. Selain itu mungkin ditemukan juga kapang mesin, yaitu Geotrichum candidum dan bakteri-bakteri yang tahan asam terutama bakteri asam laktat dan kadang-kadang ditemukan Acetobacter, Gluconobacter dan Zymomonas. C. Kerusakan pada Daging dan Ikan Tabel Persentase komposisi jenis daging (%). Daging Air Karbohidrat Protein Lemak Abu Beef (round) Ayam 71,2 0 20,2 7,2 1,1 (broiler) Hati (sapi) 69,7 6 19,7 3,2 1,4 Babi ,9 45 0,6 Kalkun 58,30 20,1 20,1 20,2 1 Genus bakteri, kapang, dan yeast yang sering ditemukan pada daging dan hasil laut dapat dilihat pada Tabel 3. 3, 3. 4, dan Tabel Genus bakteri yang sering ditemukan pada daging dan hasil laut Genus Daging segar Hati Segar Daging olah Daging dikemas vakum Bacon Daging ternak Ikan dan hasil laut Acinebacter xx x x x x x x Aeromonas xx x x x x Brochothrix x x x xx 13

7 Campylobacter xx Corynebacterium x x x x x xx x Flavobacterium x x xx x Lactobacillus x xx xx x Micrococcus x xx x x x x Moraxella xx x x x x Pseudomonas xx x xx xx Streptococcus x xx x x x Tabel Genus kapang yang sering ditemukan pada daging dan hasil laut Genus Daging segar Daging ternak Ikan dan udang Daing kuring dan diproses Aspergillus x x x xx Cladosporium xx x x Geotrichum xx x x Mucor xx x x Rhizopus xx x x Penicillium x x x xx Sporotrichum xx Thamnidium xx x Tabel Genus yeast yang sering ditemukan pada daging dan hasil laut Genus Daging segar Daging ternak Ikan dan udang Daing kuring dan diproses Candida xx xx xx x Debaryomyces x x xx Rhodotorula x xx xx Torula xx xx x 14

8 Torulopsis x x x x Mikrobia Produk Olahan Daging Permukaan daging yang baru disembelih biasanya mengandung kira-kira 10 2 sampai 10 4 bakteri per inchi2, dan teutama terdiri dari bakteri mesofilik yang berasal dari saluran pencernaan dan permukaan luar hewan tersebut. Jumlah bakteri mesofilik pada daging mentah menunjukkan tingkat sanitasi pada waktu penyembelihan. Jenis-jenis bakteri yang sering terdapat pada daging segar misalnya koliform, E.coli, enterokoki, S.aureus, C.perfringens dan Salmonella. Pada daging yang didinginkan, mikroflora pada daging berubah polanya menjadi psikrotrofik, terutama dari grup Pseudomonas-Acinetobacter-Moraxella. Pada daging yang dikuring, mikrobia yang dominant terutama adalah bakteri asam laktat, mikrokoki, enterokoki, Bacillus dan khamir. Pada daging yang diolah dengan proses pemanasan, termasuk pengasapan, mikrobia yang dominant terutama ald yang tahan thd proses pemanasan seperti bakteri pembentuk spora (Bacillus dan Clostridium), Streptococcus dan mikrokoki. Mikrobia Produk Olahan Ikan Organisme yang berperan dalam kebusukan ikan terutama tergolong dalam jenis Pseudomonas. Hal ini disebabkan organisme ini bersifat psikrotrofik sehingga dapat berkembang biak pada suhu lemari es, dan dapat memecah berbagai komponen di dalam ikan, menghasilkan senyawa-senyawa berbau busuk seperti metal merkaptan, dimetil sulfide, dimetil trisulfide, 3-metil-1-butanal, trimetilamin dan etil ester dari asetat, butirat dan heksanoat. Di dalam produk-produk ikan juga sering ditemukan bakteri-bakteri pathogen yang berbahaya seperti Salmonella, Streptococcus, Clostridium perfringens, C.botalinum, Vibrio parahaemolyticus, V.cholerae, Yersinia enterocolitica, 15

9 Escherichia coli dan Proteus. Kontaminasi oleh bakteri pathogen tersebut terjadi terutama pada ikan yang ditangkap dari air yang terpolusi berat oleh bakteri-bakteri tersebut. D. Kerusakan pada Produk Olahan Telur Kebanyakan kerusakan telur oleh bakteri dikenal sebagai Rotting (Pembusukan). Beberapa keruskan telur tersebut dapat diringkas pada Tabel 3. 6, sebagai berikut. Tabel Kerusakan Telur oleh Bakteri dan Kapang Kelompok Jenis Kerusakan Genus, Spesies Mikrobia Bakteri Green rots Pseudomonas spp., P. flourescens Colorless rots Pseudomonas, Acinetobacter Black rots Proteus, Pseudomonas, aeromonas Pink rots Pseudomonas Red rots Serratia spp. Custrard rots Proteus vulgaris, P. intermedium Kapang Pinspot (pertumbuhan miselia) dan pembusukan Pencillium, Cladosporium spp. E. Kerusakan pada Produk Olahan Susu Susu Pasteurisasi Proses pasteurisasi yang diterapkan pada susu, terutama yang diterapkan secara komersial yaitu metode HTST (high temperature short time) dapat membunuh khamir, kapang, kebanyakan bakteri psikrotrofik, koliform dan bakteri pembentuk asam seperti Streptococcus lactis. Kerusakan yang terjadi pada susu pasteurisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 16

10 1. Adanya bakteri yang tahan pasteurisasi, yaitu bakteri termodurik dan pembentuk spora. 2. Bakteri yang mengkontaminasi susu setelah proses pasteurisasi, yaitu dari peralatan, selama proses pengisian dan dari wadah pengepak. 3. Adanya enzim mikrobia yang tahan panas 4. Susu penyimpanan Susu Bubuk Mutu susu bubuk dipengaruhi mutu susu mentah yang digunakan, kadar air dan kondisi selama penyimpanan. Susu bubuk yang mempunyai kadar air cukup rendah tidak akan mengalami masalah jika kondisi penyimpanannya memenuhi syarat. Susu bubuk yang mempunyai kadar air lebih dari 8 persen mudah ditumbuhi oleh kapang. Susu Evaporasi Penggembungan kaleng terutama disebabkan oleh bakteri pembentuk spora anaerobic yang membentuk gas, yaitu Clostridium, meskipun pengisian susu yang berlebihan juga dapat mengakibatkan kaleng menjadi kembung. Asam yang terdapat didalam susu jika beraksi dengan besi pada wadah kaleng dpaat menyebabkan terbentuknya gas hidrogen dan menyebabkan kaleng menjadi kembung selama penyimpanan dalam jangka panjang. Penggumpalan susu didalam kaleng biasanya disebabkan oleh pertumbuhan spesies Bacillus, baik yang bersifat mesofilik seperti B.cereus, B.subtilis dan B.megaterium, termofil fakultatif seperti B.coagulans, atau termofil obligat yaitu B.calidolactis. Tingkat penggumpalan susu dipengaruhi oleh jumlah udara didalam kaleng. Kebusukan oleh termofil biasanya jarang menimbulkan masalah jika susu didinginkan dengan segera dan disimpan 17

11 ditempat sejuk, tetapi sering menimbulkan masalah di daerah tropis dimana suhu udara sangat panas. Susu Kental Manis Susu kental manis telah mengalami proses pemanasan awal pada susu yang cukup tinggi (71, C), dan kemudian mengalami proses pemanasan pada suhu yang cukup rendah (48,9 54,4 0 C) selama pemekatan, oelh Karen aitu khamis, kapang dan kebanyakan sel vegetatif bakteri telah mati. Selain itu, susu kental manis merp makanan yang relative awet karena mempunyai kadar gula yang cukup tinggi (55 60 persen), serta dipak di dalam kaleng dalam keadaan vakum. Kerusakan susu kental manis biasanya disebabkan oleh mikrobia yang mengkontaminasi prosuk setelah proses pemanasan, terutama jika terdapat udara. Beberapa macam kerusakan yang terjadi apda susu kental manis, misalnya : 1. Pembentukan gas oleh khamis yang memfermentasi sucrose, atau oelh bakteri koliform 2. Pengentalan oleh mikrokoki yangmungkin memproduksi enzim seperti rennin 3. Spot yang merupakan koloni kapang yang tumbuh pada permukaan, mislnya oleh Aspergillus (Aspergillus repens) dan Penicillium. Ukuran spot-spot yang terbentuk dipengaruhi oleh jumlah udara di dalam kaleng. Mentega Kerusakan mentega ada 2 tipe, yang pertama surface taint atau putridity, permukaannya ditumbuhi oleh Pseudomonas putrefaciens. Hal ini terjadi pada penyimpanan 4-7 o C selama 7-10 hari. Bau yang berkembang merupakan asam organik, khususnya asam isovalerat. Kerusakan tipe kedua ialah rancidity (ketengikan), sebagai akibat hidrolisi lemak menjadi asam-asam lemak oleh lipase 18

12 yang dihasilkan terutama oleh Pseudomonas fragi, kadang-kadang juga P. flourencens. Bentuk kerusakan lainya ilah malty flavor oleh S. lactis var. maltigenes, Skunk- like odor oleh Pseudomonas mephitica, dan black discoloration oleh P. nigrifikans. F. Kerusakan pada Bahan Pangan Lainnya dan Makanan Kaleng. Sererealia (gandum, jagung, rye) biasanya memiliki aw yang rendah. Jika aw bentuk tepung-nya meningkat, genus Bacillus dan beberapa kapang akan tumbuh. Sementara produk bakery biasanya dirusak oleh kapang sehingga disebut bread mold oleh adanya Rhizopus stolonifer, sedangkan kerusakan red bread mold oleh adanya pertumbuhan Neurospora sitophila dan jenis kerusakan ropiness disebabkan oleh bakteri Bacillus substilis. Ropiness (lapisan berlendir) juga dapat terjadi pada susu segar yang disimpan beberapa hari pada refrigerator akibat ditumbuhi Alcaligenes viscolactis. Makanan Kaleng Meskipun proses pengalengan makanan dimaksudkan membunuh mikrobia, tetapi bahan tersebut dapat mengalami kerusakan pada kondisi tertentu. Hal ini dapat disebabkan prosesnya kurang baik (suhu dan waktu pemanasan kurang), pendinginan tidak memadai, dan kontaminasi akibat bocornya kaleng. Berdasarkan keasmannya, kerusakan makanan kaleng dapat dikelompokan menjadi 3 yakni : 1. Asam rendah. ph > 4,6. Bahan pangan: daging, hasil laut, susu, campuran sayuran dan daging. Dirusak oleh kelompok termofilik flat-sour ( B. stearothermophilus, B. coagolans), pembusuk sulfida ( C. nigrificans, C. bifermentans), dan / atau pembentuk gas busuk (C. thermosacharolyticum),. Pembusuk mesofil termasuk anaerob putretif ( P.A types). Kerusakan dan pembentukan toksin jika 19

13 terdapat C. botulinum tipe A dan B.Pangan berasam medium memiliki ph 5,3-4,6, dan pangan berasam sangat rendah memiliki ph 5,4. Makanan berasam rendah dapat mengalami kebusukan jika disimpan pada suhu di atas 43 0 C. kebusukan ini biasanya disebabkan pertumbuhan bakteri pembentuk spora yang tahan panas dan bersifat termofilik. Bakteri tersebut dapat tumbuh pada suhu 55 0 C, bahkan beberapa masih ada yang dapat tubuh sampai suhu 70 0 C. beberapa bakteri tersebut bersifat termofilik fakultatif sehingga dapat tumbuh pada suhu 35 0 C atau kurang. Bakteri termofilik pada umumnya tidak bersifat patogenik. Beberapa kerusakan yang sering terjadi pada makanan kaleng berasam rendah misalnya ; a) Kebusukan asam tanpa gas (flat sour), dimana kaleng tidak terlihat kembung, tetapi ph makanan menurun dibandingkan dengan makanan normal. Penyebab kerusakan semacam ini adalah bakteri pembentuk spora yaitu Bacillus stearothermophilusyang bersifat anaerobic fakultatif, tetapi pertumbuhan sel vegetatifnya kecuali terjadi pada suhu termofilik juga mungkin terjadi pada suhu mesofilik. b) Kebusukan T.A. (termofilik anaerobic), ditandai dengan penggembungan kalengd anaerobik jika penggembungan terlalu berat kadang-kadang kaleng dapat meledak. Kebusukan ini disebabkan oleh bakteri anaerob pembentuk spora yang bersifat termofilik obligat, yaitu Clostridium thermosaccharolyticum, yang banyak memproduksi hydrogen dan karbon diokside sehingga menyebabkan penggembungan kaleng. Makanan kaleng yang ditumbuhi oleh bakteri ini biasanya berbau seperti keju. Sel vegetatif bakteri ini kemngkinan masihd apat tumbuh pada suhu di bawah kisaran suhu termofilik. 20

14 c) Kebusukan sulfide, ditandai dengan kaleng yang tidak kembung, tetapi produk di dalamnya berwarna gelap dan berbau seperti telur busuk. Kebusukan kaleng semacam ini disebabkan oleh bakteri anaerob pembentuk spora yang bersifat termofilik obligat, ayitu Desulfotomaculum nigrificans yang memproduksi H 2 S. kaleng yangd itumbuhi bakteri tersebut tidak menjadi kembung karena H 2 S yang terentuk sangat larut di dalam makanan, akan tetapi H 2 S akan beraksi dengan besi membentuk besi sulfide yang berwarna hitam. 2. Asam. ph 3,7-4 sampai 4,6 Bahan pangan: bua-buahan seperti tomat dan pir. Pembusuk termofi (B. coagolans), sedangkan yang mesofil ialah B. polymysa, B. macerans, C. pasterianium, Lactobacillus. 3. Asam tinggi. ph < 3,7-4. Bahan pangan: bua-buahan dan sayur-sayuran. Secara umun bahantersebut dirusak oleh mesofil tidak membentuk spora yeast, kapang, bakteri asam laktat. Beberapa mikrobia yangs sering menyebabkan kebusukan makanan berasam tinggi misalnya : a) Bakteri anaerob butirat, misalnya Clostridium pasterianum yang merupakan bakteri anaerob pembentuk spora yang bersifat mesofilik. Bakteri ni selain memproduksi asam butirat juga memproduksi karbon diokside dan hydrogen. b) Bakteri pembentuk asam yang bersifat asidurik, yaitu Bacillus coagulans. Bakteri pembentuk spora ini sering tumbuh pada produk-produk tomat, bersifat anaerobic fakultatif, dan dapat tumbuh pada suhu C maupun pada suhu 55 0 C. 21

15 c) Kapang tahan panas yang sering mengkontaminasi sari buah-buahan dan konsentrat. Beberapa kapang yang tahan panas misalnya Byssochlamys fulva atau beberapa spesies yang serupa yang memproduksi askospora yangs angat tahan panas. Kerusakan makanan kaleng yang disebabkan oleh kapang ini ditandai dengan bau dan rasa kapang (bulukan), warna oleh produk yang memucat (memudar), adanya miselium kapang dankadangkadang terjadi penggembungan ringan tutup kaleng. d) Khamir dan/atau bakteri tidak berspora. Mikrobia tersebut tumbuh pada makanan kaleng yang mengalami pemanasan sangat kurang atau karena kebocoran kaleng. Mikrobia pengrusak makan kaleng dapat dicirikan sebagai berikut: (1) mikrobia mesofil (anaerob putretif, anaeron butirat, adidurik flat sour, lactobacillus, yeast, kapang), dan (2) mikrobia termofilik ( spora flat-sour, anaerob termofilik penghasil sulfida, dan anaerob termofilik bukan penghasil sulfida. Bentuk kerusakan makan kaleng dapat disajikan pada Tabel 3.7, sebagai berikut. Tabel Bentuk Kerusakan Makanan Kaleng Ber-asam Rendah dan Asam 22

16 No. Jenis Mikrobia 1. B. thermoacidurans (Flat sour: jus tomat) Kenampakan dan Manifestasi Kaleng Produk Asam Kaleng datar; sedikit perubahan - vakum 2. Anaerob butirat (tomat dan jus tomat) Kaleng menggelembung; mungkin meledak 3. Bukan pembentuk spora Kaleng menggelembung; biasanya (Bakteri asam laktat) meledak, tetapi penggelembungan dapat tertahan Produk Asam Rendah 1. Flat sour Kaleng datar; mungkin kehilangan vakum selama penyimpanan Kondisi Produk Perubahan ph sedikit, off-flavor dan odor Terfermentasi, bau butirat Bau asam Kenampakan tidak ada perubahan, ph turun, - asam, mungkin bau abnormal, kadang keruh 2. Anaerob termofilik Kaleng menggelembung; Terfermentasi, asam, mungkin meledak cheesey atau bau butirat 3. Kerusakan Sulfida Kaleng datar; H 2 S terserap Biasanya menghitam, produk bau telur busuk 4. Anaerob Putrefaktif Kaleng menggelembung; ph sedikit meningkat, mungkin meledak bau busuk 5. Pembentuk spora aerobik Kaleng datar; biasanya tidak menggelembung; kecuali pada daging kuring ketika ada NO 3 dan gula 23

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PENGEMASAN MAKANAN ZAENAB

PENGEMASAN MAKANAN ZAENAB PENGEMASAN MAKANAN ZAENAB A. MIKROBIOLOGI DALAM PENGEMASAN ASEPTIK Mikrobiologi i makanan dan minuman dalam kemasan aseptik adalah suatu konsep yang membahas tentang mikroorganisme dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB II EKOLOGI MIKROBIOLOGI PANGAN

BAB II EKOLOGI MIKROBIOLOGI PANGAN BAB II EKOLOGI MIKROBIOLOGI PANGAN TIGA FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN: Faktor intrinsik Faktor ektrinsik Faktor implisit FAKTOR INTRINSIK: komposisi kimia, sifat fisik, dan struktiir biologi pangan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME MAKANAN DAN KEMASAN Bahan pangan mempunyai mikroflora spesifik yang

Lebih terperinci

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI 1 Sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan Pengolahan : Menambah ragam pangan Perpanjang masa simpan bahan pangan Bahan Pangan 2 Komponen Utama Penyusun Bahan Pangan

Lebih terperinci

APAKAH BAHAN PANGAN SELALU STERIL

APAKAH BAHAN PANGAN SELALU STERIL APAKAH BAHAN PANGAN SELALU STERIL YA TIDAK YA YA TIDAK Hampir semua bahan pangan tercemar mikroorganisme di sekitarnya Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan dapat bersifat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. 4.1 Angka Lempeng Total (ALT) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Angka lempeng total mikroba yang diperoleh dari hasil pengujian terhadap permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan suhu tinggi adalah salah satu dari sekian banyak metode pengawetan makanan yang sering digunakan. Metode ini sebenarnya sudah sangat familier dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB II MENGUJI PENYEBAB KERUSAKAN

BAB II MENGUJI PENYEBAB KERUSAKAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB II MENGUJI PENYEBAB KERUSAKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

Pengawetan bahan pangan

Pengawetan bahan pangan Pengawetan bahan pangan SMA Negeri 5 Mataram Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd. Prinsip pengawetan pangan Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan Mencegah kerusakan yang

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

Kerusakan dan Pengawetan Roti

Kerusakan dan Pengawetan Roti Kerusakan dan Pengawetan Roti Roti merupakan produk pangan yang populer. Walaupun di Indonesia roti bukan sebagai makanan pokok, namun roti karena kepraktisannya dimakan pada saat sarapan pagi terutama

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN VI. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2011 mengenai pengaruh suhu penyimpanan beku terhadap mikroba pada bahan pangan. Praktikum ini dilaksanakan agar praktikan dapat mengerjakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

SUSU DAN PRODUK SUSU PRODUK SUSU. Susunan Air Susu. Keadaan air susu. Penilaian Susu menurut Kodex

SUSU DAN PRODUK SUSU PRODUK SUSU. Susunan Air Susu. Keadaan air susu. Penilaian Susu menurut Kodex SUSU DAN PRODUK SUSU PRODUK SUSU Susu segar Buttermilk Mentega Keju Susu terevaporasi : skim Susu kental manis Penilaian Susu menurut Kodex Susunan air susu :keadaan zat-zat yang terpenting yang terdapat

Lebih terperinci

PASTEURISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1

PASTEURISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 PASTEURISASI Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 DEFINISI Merupakan perlakuan panas yang bertujuan membunuh mikroba patogen dan pembusuk, serta inaktivasi enzim Proses termal pada produk pangan dengan tujuan

Lebih terperinci

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI PENGOLAHAN TERMAL I BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI TIM DOSEN PENGAMPU BRAWIJAYA UNIVERSITY 2013 outline 1 PENDAHULUAN 4 STERILISASI 3 PASTEURISASI 2 BLANCHING PENDAHULUAN MERUPAKAN PROSES THERMAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional khas dan telah dikenal lama di Indonesia. Dalam SNI 3144-2009 tempe didefinisikan sebagai produk makanan hasil fermentasi biji

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN VI. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada 23 Mei 2011 mengenai pengujian mikroorganisme termodurik pada produk pemanasan. Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat membuat perhitungan SPC dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan Baku Kerang. Kerang Anadara sp termasuk Kelas Pelecypoda (Bivalva) yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan Baku Kerang. Kerang Anadara sp termasuk Kelas Pelecypoda (Bivalva) yang mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA Bahan Baku Kerang Kerang Anadara sp termasuk Kelas Pelecypoda (Bivalva) yang mempunyai ciri-ciri: cangkang terdiri dari dua belahan atau katup yang dapat membuka dan menutup dengan

Lebih terperinci

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 2 Merupakan proses thermal yang menggunakan suhu Blansing: perlakuan pendahuluan pada buah dan sayuran Pasteurisasi dan sterilisasi merupakan proses pengawetan pangan 3 Blansing air panas Blansing uap

Lebih terperinci

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Pengawetan pangan dengan pengeringan Pengawetan pangan dengan pengeringan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengeringan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi selama pengeringan serta dampak pengeringan terhadap

Lebih terperinci

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi Mas ud Effendi Agroindustri Produk Fermentasi TIP FTP - UB Mikrobia yang sering digunakan dalam fermentasi Bakteri (bacteria) Khamir (yeast) Jamur (fungi) 1 Bakteri

Lebih terperinci

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan MIKROORGANISME PATOGEN Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan Sub Pokok Bahasan Definisi mikroorganisem pathogen Infeksi dan intoksikasi Jenis-jenis mikroorganisme pathogen dalam makanan

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahu merupakan makanan yang biasa dikonsumsi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Asia lainnya. Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengkonsumsi

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGI PRODUK MAKANAN KALENG

ASPEK MIKROBIOLOGI PRODUK MAKANAN KALENG 2004 A. Rika Pratiwi Posted: 30 December, 2004 Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng, M F (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN

XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN Jamur dapat tumbuh pada berbagai jenis pangan, dan pertumbuhannya akan menyebabkan terjadinya kerusakan pangan yang bersangkutan, diantaranya kerusakan flavor, warna,

Lebih terperinci

Buah-buahan dan Sayur-sayuran

Buah-buahan dan Sayur-sayuran Buah-buahan dan Sayur-sayuran Pasca panen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk dipasarkan atau digunakan konsumen dalam bentuk segar atau siap diolah lebih lanjut

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENDINGINAN (Cooling / Refrigerasi) : Adalah penyimpanan bahan pangan (Nabati/Hewani) diatas suhu titik beku tetapi kurang dari 15oC Pendinginan merupakan

Lebih terperinci

Pengolahan dengan Suhu Tinggi

Pengolahan dengan Suhu Tinggi Program Studi Teknologi Pangan Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST FTP 200 Pengantar Teknologi Pertanian Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XII MENGELOLA PENGAWETAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan

Lebih terperinci

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Bahan makanan umumny mudah rusak (perishable). Perhatikan saja, buah-buahan dan sayuran yang kita panen. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

KERUSAKAN PANGAN HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S

KERUSAKAN PANGAN HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S KERUSAKAN PANGAN HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERUSAKAN PANGAN (Oleh : Susiwi S.) Bahan pangan

Lebih terperinci

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN: 1. Mikrobia penyebab kerusakan dan mikrobia patogen yang dimatikan. 2. Panas tidak boleh menurunkan nilai gizi / merusak komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makanan. Makanan tradisional seperti yang kita kenal,yaitu tahu, tempe, kecap, tauco, susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makanan. Makanan tradisional seperti yang kita kenal,yaitu tahu, tempe, kecap, tauco, susu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cara Pengolahan Kedelai Menjadi Tahu Meski bentuknya kecil, kedelai bisa diolah menjadi berbagai macam produk makanan. Makanan tradisional seperti yang kita kenal,yaitu tahu,

Lebih terperinci

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3 BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA RESPIRASI Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA RESPIRASI RESPIRASI AEROBIK C 6 H 12 O 6 + 6O 2 + 38 ADP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan yang cepat mengalami proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan

Lebih terperinci

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak sejak dipanen. Bahan pangan mentah, baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian reaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

Berikut tips mengenali dan memilih pangan yang berasal dari hewan yang memenuhi kriteria Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

Berikut tips mengenali dan memilih pangan yang berasal dari hewan yang memenuhi kriteria Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Selama bulan puasa dan saat Lebaran tiba, sudah menjadi kebiasaan khususnya umat Islam menyajikan makanan yang bergizi serta lezat dalam cita rasa bagi keluarga. Berbagai bahan makanan disiapkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai Negara bahari dengan wilayah lautnya mencakup tiga per empat luas Indonesia atau 5,8 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, sedangkan

Lebih terperinci

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN 1 MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN Pengalengan Metode pengawetan dengan pengalengan ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang ilmuwan Prancis. Pengertian

Lebih terperinci

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Marselinus Laga Nur Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Bacilus cereus Gram-positif Aerobik membentuk endospora Tahan terhadap panas kering dan disinfektan kimia

Lebih terperinci

TOKSIN MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

TOKSIN MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti TOKSIN MIKROORGANISME Dyah Ayu Widyastuti Toksin bisa juga disebut racun Suatu zat dalam jumlah relatif kecil, bila masuk ke dalam tubuh dan bekerja secara kimiawi dapat menimbulkan gejala-gejala abnormal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

PERTUMBUHAN JASAD RENIK PERTUMBUHAN JASAD RENIK DEFINISI PERTUMBUHAN Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multiselular, yang disebut pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Jumlah jamur yang terdapat pada dendeng daging sapi giling dengan perlakuan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Mikroba Patogen dan Pembusuk Potensial Identifikasi mikroba target dilakukan dengan mengidentifikasi cemaran mikroba di dalam nata de coco, yaitu dengan melakukan analisis mikrobiologi

Lebih terperinci

Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan

Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan 1,2 Srinildawaty Badu, 2 Yuniarti Koniyo, 3 Rully Tuiyo 1 badu_srinilda@yahoo.com 2 Jurusan Teknologi Perikanan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi bahan pangan yang

BAB I. Pendahuluan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi bahan pangan yang 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi bahan pangan yang bermanfaat bagi kesehatan mendorong berbagai inovasi pengolahan produk pangan, salah satunya poduksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber

Lebih terperinci

Kontrol Mikrobia pada Bahan Pangan Mentah MIKROBIOLOGI PENGOLAHAN 2017

Kontrol Mikrobia pada Bahan Pangan Mentah MIKROBIOLOGI PENGOLAHAN 2017 Kontrol Mikrobia pada Bahan Pangan Mentah MIKROBIOLOGI PENGOLAHAN 2017 Fresh / Perishable Living cells (vegetables, fruits [citrus : ph 1.8-2.2; solanaceae : ph 4.5-5.0]) FOODS Non-living (meat, milk)

Lebih terperinci

DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc.

DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc. DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc. dhinie_surilayani@yahoo.com Ikan = perishable food Mengandung komponen gizi: Lemak, Protein, Karbohidrat, dan Air Disukai Mikroba Mudah Rusak di Suhu Kamar Setelah ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu adalah salah satu jenis makanan yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan protein. Karena itu, tahu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS KLASIFIKASI TEKNOLOGI PANGAN KLASIFIKASI BERDASARKAN TUJUAN menciptakan makanan yang aman mengendalikan kontaminasi yaitu

Lebih terperinci

II. RERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN

II. RERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN II. RERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN 2.1. KLASIFIKASI DAN NOMENCLATUR Klasifikasi Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menurut berbagai kriteria Contoh : suhu optimum pertumbuhan

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galangal) TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBIA PERUSAK IKAN DENGAN PENGEMULSI TWEEN 80

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galangal) TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBIA PERUSAK IKAN DENGAN PENGEMULSI TWEEN 80 AKTIVITAS ANTIMIKROBIA EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galangal) TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBIA PERUSAK IKAN DENGAN PENGEMULSI TWEEN 80 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: ANISAH NURUL KHASANAH J310 090 060

Lebih terperinci

KERUSAKAN MAKANAN OLEH MIKROORGANISME MIKROBIOLOGI MAKANAN PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KERUSAKAN MAKANAN OLEH MIKROORGANISME MIKROBIOLOGI MAKANAN PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KERUSAKAN MAKANAN OLEH MIKROORGANISME MIKROBIOLOGI MAKANAN PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KERUSAKAN MAKANAN OLEH MIKROBA Makanan dikatagorikan rusak

Lebih terperinci

Peranan teknologi pangan

Peranan teknologi pangan Peranan teknologi pangan Peranan teknologi pangan (pengembangan produk olahan) harus ditingkatkan untuk antisipasi kompetisi global saat ini dan di masa depan. Salah satunya dengan memanfaatkan mikroorganisme

Lebih terperinci

STERILISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1

STERILISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 STERILISASI Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 DEFINISI Proses mematikan mikroba Ada dua jenis Sterilisasi total Sterilisasi komersial Teti Estiasih - THP - FTP - UB 2 STERILISASI KOMERSIAL Kondisi dimana

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN MAKANAN FERMENTASI - Fermentasi merupakan salah satu metode pengawetan bahan pangan. -Banyak mikroorganisme dimanfaatkan untuk produ

PROSES PENGOLAHAN MAKANAN FERMENTASI - Fermentasi merupakan salah satu metode pengawetan bahan pangan. -Banyak mikroorganisme dimanfaatkan untuk produ PROSES PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN FERMENTSI, PANAS, DINGIN, BEKU, DEHIDRASI Oleh Z A E N A B PROSES PENGOLAHAN MAKANAN FERMENTASI - Fermentasi merupakan salah satu metode pengawetan bahan pangan. -Banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Higienis dan Sanitasi Higienis adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : PRAKARYA SEMESTER : II Tema : Pengolahan

MATA PELAJARAN : PRAKARYA SEMESTER : II Tema : Pengolahan MATA PELAJARAN : PRAKARYA Kelas : IX SEMESTER : II Tema : Pengolahan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Siswa mampu: 3.3 menganalisis prinsip perancangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009) TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

VI. PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN SUHU TINGGI

VI. PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN SUHU TINGGI VI. PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN SUHU TINGGI Penggunaan suhu tinggi untuk pengawetan makanan secara umum dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu : pasteurisasi dan sterilisasi. - Pasteurisasi - Pasteurisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Berdasarkan data dari Kementerian

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Dalam praktikum ini yaitu mengisolasi bakteri Propionibacterium dari keju. Keju sendiri merupakan makanan yang dibuat dari dadih susu yang dipisahkan, yang diperoleh dengan penggumpalan

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 6. NUTRISI DAN MEDIA Kebutuhan dan syarat untuk pertumbuhan, ada 2 macam: fisik suhu, ph, dan tekanan osmosis. kimia

Lebih terperinci

KONTAMINASI DAN FOODBORNE (PERSPEKTIF SANITASI)

KONTAMINASI DAN FOODBORNE (PERSPEKTIF SANITASI) KONTAMINASI DAN FOODBORNE (PERSPEKTIF SANITASI) Asep Awaludin Prihanto, S.Pi, MP FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011 Kontaminasi tergantung dari tipe seafood, kualitas air untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme tersebar luas di alam seperti di udara, air, tanah, dalam saluran pencernaan hewan, pada permukaan tubuh dan dapat dijumpai pula pada pangan. Mikroorganisme

Lebih terperinci

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Salah satu limbah yang banyak

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR KELOMPOK 7 Septika Irjawati Siti Zubaidah Antonius Marianus Weri Ernestus Dok Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversifikasi pangan merupakan program prioritas Kementerian Pertanian sesuai dengan PP Nomor 22 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie basah merupakan produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie (Badan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta (BBKPSH) merupakan unit pelaksana teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian yang berkedudukan di Bandara Udara Internasional

Lebih terperinci

Departemen Ilmu & Teknologi Pangan - IPB

Departemen Ilmu & Teknologi Pangan - IPB TOPIK 6 Sub-topik 6.2. Parameter Ketahanan Panas Mikroba KECUKUPAN PROSES TERMAL Harus tahu kombinasi suhu-waktu yang diperlukan untuk memusnahkan the most heat resistant pathogen and/or spoilage organism

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup berkumpul di dalam suatu medium yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,

Lebih terperinci