PERJANJIAN KREDIT PEMBIAYAAN PEMBELIAN MOBIL BARU ANTARA NASABAH DENGAN BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERJANJIAN KREDIT PEMBIAYAAN PEMBELIAN MOBIL BARU ANTARA NASABAH DENGAN BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG SURAKARTA"

Transkripsi

1 PERJANJIAN KREDIT PEMBIAYAAN PEMBELIAN MOBIL BARU ANTARA NASABAH DENGAN BANK CIMB NIAGA Tbk CABANG SURAKARTA Oleh: Dina Rachmawati Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui bentuk dan ini perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta dan mengetahui masalahmasalah yang timbul dalam pelaksanaan kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian untuk menyusun skripsi ini termasuk jenis penelitian hukum dokrinal, sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk penelitian yang deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara terhadap nara sumber dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan analisa deskriptif yang spesifikasinya yuridis normatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Bentuk dan isi perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, yakni (a) Dalam bentuknya, perjanjian mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. (b) Pelaksanaan suatu perjanjian merupakan perwujudan dari kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya diantara para pihak (2) Pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, meliputi : (a) Prosedur Pemberian Kredit Melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta (b) Penyelesaian kendala kredit pembiayaan pembelian mobil. (2) Masalah yang timbul dan cara penyelesaiannya pada perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil, yakni : (a) Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta memberikan informasi denda keterlambatan bila tidak terjadi suatu overmacht. (b) Untuk mengurangi resiko akibat terjadinya overmacht biasanya debitur/ lessee ditawari kreditur/ lessor pada awal perjanjian kredit mobil untuk ikut asuransi atau tidak, asuransi tersebut berguna untuk melindungi debitur/ lessee tersebut dari peristiwa overmact, biasanya asuransi tersebut untuk all risk, jadi jika terjadi overmacht maka pihak debitur/ lessee mendapatkan ganti kerugian dari pihak asuransi. Kata kunci : perjanjian kredit; perjanjian pembiayaan pembelian mobil; 1

2 LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan teknologi di bidang transportasi yang demikian pesat, memberi dampak terhadap pedagangan otomotif, dibuktikan dengan munculnya berbagai jenis mobil baru dari berbagai merek. Model dan tipe mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh pembeli. Seiring dengan perkembangan jaman dan peningkatan ekonomi, maka kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam sesuai dengan harkatnya semakin meningkat pula. Hal ini ditunjukkan oleh semakin banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi, tidak terbatas pada kebutuhan primer dan sekunder saja, namun juga tuntutan akan tersedianya kebutuhan tersier, misalnya kebutuhan akan sarana transportasi yang dapat menampung banyak anggota keluarga, dengan kondisi yang lebih nyaman. Gejala meningkatnya tuntutan akan sarana transportasi yang nyaman, tampak terlihat dari makin padatnya jalan-jalan dengan jumlah dan aneka ragam kendaraan pribadi dan niaga yang kian hari kian bertambah. Terkait dengan regulasi pemerintah tentang kenaikan BBM di awal Maret 2005 dan kondisi perekonomian nasional yang secara umum belum pulih sepenuhnya dari krisis ekonomi tidak terlampau mempengaruhi tingginya minat pembelian kendaraan bermotor roda empat. Secara makro, pertumbuhan ekonomi itu terkadang muncul karena sikap dan tindakan konsumtif masyarakat. Bergairahnya pasar otomotif tanah air, memberikan pengaruh pada bisnis penunjang industri ini yang juga turut meningkat. Salah satu bisnis penunjang tersebut adalah lembaga kredit pembiayaan pembelian mobil yang dikembangkan perbankkan pada kredit kredit pembiayaan pembelian mobil di bidang kendaraan bermotor roda empat. Konsumsi kendaraan bermotor roda empat nasional yang menunjukkan grafik menanjak dari tahun ke tahun, menjanjikan lahan yang pasti bagi usaha ini. Salah satu indikatornya terlihat dari keberanian perbankkan dan lembaga kredit pembiayaan pembelian mobil dalam mengucurkan dananya pada masyarakat, yang makin hari makin besar dan ekspansif. Bagi perbankkan besarnya biaya yang diberikan per konsumen relatif kecil, karena barang yang dibiayai adalah barang-barang keperluan konsumen yang akan dipakai untuk keperluan hidupnya. Selain itu resiko dari bisnis pemberian kredit kredit pembiayaan pembelian mobil juga menyebar, berhubung akan terlibatnya banyak konsumen dengan pemberian biaya yang relatif kecil, sehingga aman bagi pihak pemberi biaya. 2

3 Bagi masyarakat yang membutuhkan kendaraan bermotor roda empat, tampaknya usaha ini pun dapat memberikan pilihan dengan memberikan solusi yang cukup mudah dan aman dalam mengatasi keterbatasan finansial mereka, mengingat tingginya harga kendaraan yang harus dibayar. Menurut Munir Fuady (2001: 74), lahirnya pemberian kredit dengan sistem kredit pembiayaan pembelian mobil ini sebenarnya sebagai jawaban atas kenyataan-kenyataan sebagai berikut : 1. Sebagian bank-bank kurang tertarik / tidak cukup banyak dalam menyediakan kredit kepada konsumen, yang umumnya merupakan kredit-kredit berukuran kecil. 2. Sumber dana yang formal lainnya banyak keterbatasan atau sistemnya yang kurang fleksibel atau tidak sesuai kebutuhan. Misalnya apa yang dilakukan oleh Perum Pegadaian, yang disamping daya jangkauannya yang terbatas, tetapi juga mengharuskan penyerahan sesuatu sebagai jaminan. Ini sangat memberatkan masyarakat. 3. Sisem pembayaran informal seperti yang dilakukan oleh para renterneer dirasakan sangat mencekam masyarakat dan sangat usury oriented. Sehingga sistem seperti ini sangat dibenci dan dianggap sebagai riba, dan banyak negara maupun agama melarangnya. 4. Sistem pembiayaan formal lewat koperasi, seperti Koperasi Unit Desa ternyata tidak berkembang seperti yang diharapkan. Mengingat akan faktor-faktor seperti tersebut di atas, maka dalam praktek mulailah dicari suatu sistem pendanaan yang mempunyai terms and conditions yang lebih businesslike dan tidak jauh berbeda dengan sistem perkreditan biasa, tetapi menjangkau masyarakat luas selaku konsumen. Maka mulailah dikembangkan sistem yang disebut Kredit pembiayaan pembelian mobil. Menurut Munir Fuady (2001: 81), kredit dibagi dalam dua macam, yaitu Sale Credit dan Loan Credit. Yang dimaksud dengan Sale Credit adalah pemberian kredit untuk pembelian sesuatu barang, dan nasabah akan menerima barang tersebut. Sementara dengan Loan Credit, nasabah akan menerima cash dan berkewajiban pula mengembalikan hutangnya secara cash juga di kemudian hari. Dengan begitu, kredit pembiayaan pembelian mobil tergolong ke dalam Sale Credit, karena memang konsumen tidak menerima cash, tetapi hanya menerima barang yang dibeli dengan kredit tersebut. Kredit pembiayaan pembelian mobil ini tidak lain dari sejenis kredit konsumsi (Consumer Credit). Penjelasan bahwa kredit konsumsi sebenarnya secara substantive sama dengan kredit pembiayaan pembelian mobil. Kredit yang diberikan kepada konsumenkonsumen guna pembelian barang-barang konsumsi dan jasa-jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman-pinjaman yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif dan dagang. Kredit 3

4 yang demikian itu dapat mengandung risiko yang lebih besar daripada kredit dagang biasa : maka dari itu, bisanya kredit itu diberikan dengan tingkat bunga yang tinggi. Keuntungan lain dari sistem ini bagi masyarakat, adalah karena dalam kredit pembiayaan pembelian mobil tidak mengharuskan penyerahan sesuatu sebagai jaminan melainkan hanya barang yang dibiayai itulah yang langsung dibebani dengan jaminan fidusia. Sehingga konsumen tetap menguasai obyek pembiayaan dan mengambil manfaat dari obyek pembiayaan tersebut. Di samping tidak adanya jaminan lain selain dari barang yang dibiayai (mobil) tersebut, proses pengurusan dalam kredit pembiayaan pembelian mobil tidak memerlukan waktu yang relatif lama sehingga konsumen cenderung memilih kredit pembiayaan pembelian mobil ini meskipun dengan tingkat suku bunga yang relatif cukup tinggi. Penjualan secara kredit disini berarti pihak konsumen mengajukan permohonan pada pihak bank yang membiayai konsumen untuk memberikan sejumlah uang pada penyedia barang / supplier / penjual guna pembelian suatu barang dalam hal ini kendaraan bermotor roda empat. Sementara penerima biaya/konsumen berkewajiban mengembalikan uang tersebut kepada perusahaan kredit pembiayaan pembelian mobil yang pembayarannya dilakukan dengan cara angsuran. Jika permohonan tersebut disetujui maka pihak bank yang memberikan kredit pembiayaan pembelian mobil akan melakukan pembayaran kepada pihak penjual, kemudian pihak penjual akan menyerahkan kendaraan bermotor roda empat sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan. Hubungan pihak bank selaku perusahaan kredit pembiayaan pembelian mobil dengan konsumen adalah hubungan kontraktual, artinya hak dan kewajiban masing-masing pihak didasarkan pada kontrak kredit pembiayaan pembelian mobil. Perjanjian pembiayaan pembelian mobil, memposisikan bank sebagai kreditur bagi konsumen, karena bank telah melakukan sejumlah pembayaran kepada supplier untuk kepentingan konsumen. Kemudian konsumen (debitur) berkewajiban mengembalikan uang tersebut kepada bank selaku perusahaan kredit pembiayaan pembelian mobil yang pembayarannya dilakukan dengan cara angsuran (Mariam Darus Badrulzaman, 1991: 36). Perjanjian pembiayaan pembelian kendaraan bermotor dibuat sebagai perwujudan kesepakatan antara bank pemberi kredit pembiayaan pembelian mobil dengan konsumen. Di dalam perjanjian tersebut telah dituangkan hak-hak dan kewajiban baik untuk kreditur maupun debitur. Salah satu kewajiban debitur yang terpenting adalah kewajiban untuk mengembalikan kredit berupa pokok pinjaman dan bunga yang merupakan suatu hal tidak bisa dilalaikan. 4

5 PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana bentuk dan isi perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta? 2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta? TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui bentuk dan ini perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. 2. Mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini hendak mengkaji masalah yang berhubungan dengan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. Spesifikasi penelitian ini yuridis normatif. Dikatakan yuridis, karena penelitian ini hendak mengungkap aspek yuridis dari kredit pembiayaan pembelian mobil baru dan permasalahannya. Dikatakan normatif, karena orientasi pengkajiannya juga melihat mempertimbangkan ketentuan hukum dalam perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta pada kenyataankenyataan yang ada dari obyek penelitian. Analisa data didasarkan atas metode penelitian yang digunakan yakni metode deskriptif kualitatif yang spesifikasinya yuridis sosiologis. Agar dapat tercapai hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian maka dibutuhkan ketekunan dari peneliti. Dalam hal ini peneliti menggunakan data yang dapat diperoleh sesuai dengan yang diperoleh dari teknik pengumpulan data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Bentuk dan isi perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. 1. Perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru nasabah Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta Untuk melaksanakan suatu perjanjian, terlebih dahulu harus ditetapkan secara tegas dan cermat apa saja isi perjanjian tersebut, atau dengan kata lain apa saja hak dan kewajiban para pihak. Jadi, pelaksanaan suatu perjanjian merupakan 5

6 perwujudan dari kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya diantara para pihak, karena perjanjian kredit mobil di dalamnya meliputi berbagai proses. Mulai proses pengajuan perjanjiannya antara calon debitur dan calon kreditur, bagaimana mekanismenya, serta bagaimana proses pembuatan bentuk akta perjanjiannya dan juga bagaimana pelaksanaan prestasinya, yang dalam pelaksanaannya dapat saja mengalami peristiwa yang dapat menyebabkan terhalangnya suatu proses pemenuhan prestasinya. Hambatan tersebut dapat berasal dari kesalahan salah satu pihak secara disengaja maupun yang sudah diperkirakan sebelumnya serta adanya hal-hal di luar kontrol atau kemampuan dari para pihak, sehingga akan menimbulkan permasalahan baru yang mungkin dapat diselesaikan secara intern diantara para pihak. Sedangkan hal-hal yang di luar kontrol yang dapat menyebabkan adanya persengketaan sering disebut overmacht, yaitu keadaan di mana seorang debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya disebabkan adanya peristiwa di luar kekuasaannya atau kemampuannya yang menimpa barang atau obyek perjanjian. Overmacht dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu overmacht yang bersifat mutlak (absolute) dan overmacht yang bersifat relatif. Pada overmacht yang bersifat absolut, debitur sama sekali tidak lagi diharapkan untuk memenuhi prestasi, sedangkan pada overmacht yang relatif, debitur masih mungkin memenuhi prestasi tetapi dengan pengorbananpengorbanan yang sangat besar, baik pengorbanan yang bersifat materiil maupun bersifat moril. Sedangkan overmacht bersifat tetap bila debitur tidak dapat memenuhi prestasi atau kalaupun debitur masih mungkin dapat memenuhinya tetapi pemenuhannya tidak mempunyai arti lagi bagi kreditur. Dikatakan bersifat overmacht bersifat sementara bila overmacht tersebut hanya mengakibatkan tertundanya pemenuhan prestasi untuk sementara waktu dan pemenuhannya dikemudian hari kelak masih mempunyai arti sebagaimana mestinya bagi kreditur. 6

7 2. Penyelesaian Terjadinya Wanprestasi Dari Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Mobil Bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh pihak kreditur adalah besarnya jumlah denda atas keterlambatan pembayaran dari debitur tidak tetap dan besarnya uang administrasi yang berubah-ubah pada tiap-tiap tahun, maka hal ini memenuhi kiteria wanprestasi, yaitu melaksanakan apa yang diperjanjikan tetapi tidak sebagaimana mestinya. Penentuan apakah seorang debitur/ lessee termasuk dalam kategori wanprestasi, menurut ketentuan dalam KUH Perdata Pasal 1238, yaitu si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Dari ketentuan Pasal 1238 di atas maka dapat disimpulkan bahwa debitur/ lessee jelas melakukan wanprestasi apabila ia benar-benar telah mendapatkan surat pernyataan lalai dalam hal ini adalah surat pemberitahuan, surat teguran dan surat peringatan terakhir yang diberikan dari pihak kreditur/ lessor karena lewatnya jangka waktu yang telah ditentukan untuk pembayaran angsuran. Wanprestasi merupakan salah satu sebab terhentinya atau terputusnya perjanjian kredit mobil melalui. Pasal 1239 KUHPerdata menentukan bahwa dalam hal suatu pihak melakukan wanprestasi maka pihak lainnya dapat menuntut diberikan ganti rugi berupa biaya, rugi dan bunga. Alternatif lain selain dari tuntutan hanya ganti rugi oleh pihak yang dirugikan, maka dapat juga dituntut pelaksanaan perjanjian itu sendiri dengan atau tanpa ganti rugi. Terhadap terjadinya wanprestasi, khususnya dalam hal wanprestasi yang berupa keterlambatan pembayaran uang angsuran yang dilakukan oleh debitur/ lessee maka dalam praktek di lapangan biasanya dikenakan sanksi yang berupa pengenaan denda yang besarnya ditentukan secara sepihak oleh kreditur/ lessor. Selanjutnya terhadap bentuk wanprestasi yang berupa pemindahtanganan obyek perjanjian atau mobil sebelum selesai atau lunasnya masa angsuran yang dilakukan oleh debitur/ lessee tanpa sepengetahuan kreditur/ lessor kepada pihak ketiga, maka proses penyelesaiannya berdasarkan atas adanya isi perjanjian di 7

8 muka. Sebagian besar isi perjanjian tersebut jelas melarang hal yang dilakukan debitur/ lessee tersebut, sebagai tindak lanjut atas perbuatan debitur/lessee maka kreditur/ lessor dapat menarik obyek perjanjian. Wanprestasi yang dilakukan oleh pihak kreditur yaitu besarnya denda atas keterlambatan pembayaran angsuran dari debitur serta besarnya biaya administrasi yang harus disesuaikan tiap tahunnya berbeda dan berubah-ubah sehingga sering dikeluhkan oleh pihak debitur, karena menurut pihak debiutur ia terpaksa terlambat melakukan kewajibannya yaitu pembayaran angsuran karena keadaan di luar keinginannya, bukan semata-mata lalai. Tindakan kreditur dalam pengenaan denda yang tidak tetap kepada pihak debitur termasuk wanprestasi melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikannya. Pihak Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta sebagai pihak kreditur/lessor menjelaskan bahwa hal tersebut terpaksa dikenakan terhadap debitur/ lessee yang terlambat membayarkan angsurannya karena adanya beberapa pertimbangan yaitu diantaranya agar memberikan pengertian bahwa keterlambatan pembayaran yang terjadi tidak dibiarkan berlarut-larut dan agar debitur mempunyai itikad baik untuk melaksanakan kewajibannya. B. Pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. 1. Prosedur Pemberian Kredit Melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta Tingginya kebutuhan masyarakat akan pentingnya transportasi khususnya mobil, maka Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta yang memberikan kemudahan kredit pembiayaan pembelian mobil baru bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan transportasi, yaitu dengan cara membiayai atau memberikan kredit kepada masyarakat untuk membeli mobil. Di dunia otomotif secara garis besar terdapat dua cara untuk melakukan pembelian, yaitu: a. cash, yaitu pembelian yang dilakukan secara tunai. b. kredit, yaitu pembelian yang dilakukan melalui dan pembayarannya dilakukan dengan jangka waktu yang telah disepakati. Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta selaku mobil secara garis besar membiayai masyarakat yang kurang mampu, untuk membeli mobil secara tunai, 8

9 dengan cara menawarkan fasilitas pembelian, namun pembayaran melalui sistim pembayaran secara kredit dengan jangka waktu yang telah ditentukan yakni, kredit baik mobil baru atau mobil bekas. Untuk pembiayaan mobil baru, Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta bekerja sama dengan dealer-dealer mobil yang ada di kota Surakarta dengan cara membina hubungan atau relasi dengan showroom tersebut dengan tujuan bila ada yang membeli mobil di showroom tersebut dengan cara kredit melalui, maka showroom tersebut menganjurkan pembeli mobil untuk melakukan pembelian secara kredit melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian kredit atau pembiayaan mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta adalah sebagai berikut: a. Lessor, yakni merupakan pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada pihak yang membutuhkannya, dalam hal ini Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. b. Lessee, yakni merupakan pihak yang memerlukan barang modal, barang modal mana dibiayai oleh lessor dan diperuntukkan kepada lessee. Dalam hal ini yang menjadi lessee adalah pembeli yang memerlukan kredit. c. Supplier, yakni merupakan pihak yang menyediakan barang modal yang menjadi obyek leasing, barang modal mana dibayar oleh lessor kepada supplier untuk kepentingan lessee. Dalam hal ini yang menjadi supplier adalah showroom/dealer-dealer mobil di kota Surakarta. Sementara mengenai mekanisme sehingga terjadinya hubungan hukum antar pihak, yaitu lessor, lessee, dan juga supplier terdapat berbagai alternatif sebagai berikut: a. Lessor membeli barang atas permintaan lessee, selanjutnya memberikan kepada lessee secara leasing. b. Lessee membeli barang sebagai agennya lessor, dan mengambil barang tersebut secara leasing dari lessor. c. Lessee membeli barang atas namanya sendiri, tetapi dalam kenyataannya sebagai agen dari lessor dan mengambil barang tersebut secara leasing dari lessor. 9

10 d. Setelah lessee membeli barang atas namanya sendiri, kemudian melakukan novasi, sehingga lessor kemudian menghaki barang tersebut dan membayarnya. e. Setelah lessee membeli barang untuk dan atas namanya sendiri, kemudian menjualnya kepada lessor, dan mengambil kembali barang tersebut secara leasing. f. Lessor sendiri yang mendapatkan barang secara leasing dengan hak untuk melakukan subleasing dan memberikan subleasing kepada lessee. Setiap usaha mempunyai resikonya masing-masing, resiko yang sering dihadapi oleh dalam pelaksanaan perjanjian kredit mobil atau pembiayaan mobil adalah macetnya pembayaran angsuran dari pembeli atau debitur karena berbagai alasan. Resiko dalam praktek sulit dihindari, namun dapat ditekan sekecil mungkin. Salah satu usaha untuk menekan resiko usaha yang dilakukan oleh Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta dalam perjanjian kredit mobil atau pembiayaan mobil adalah melakukan seleksi ketat terhadap calon debitur/ lessee. Untuk dapat diterima sebagai lessee (debitur) dalam perjanjian kredit mobil atau pembiayaan mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, lessee wajib memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, antara lain: a. Mempunyai penghasilan tetap, yang dibuktikan dengan slip gaji atau keterangan penghasilan dari tempat ia bekerja; b. Menyerahkan fotocopy: 1) Kartu Keluarga; 2) Bukti Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan; 3) Bukti pembayaran Rekening Listrik bulan terakhir; 4) Tabungan. c. Memiliki dan menyerahkan Kartu Tanda Penduduk; d. Membayar uang muka (Down Payment) sesuai yang ditentukan oleh Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. Sebelum memutuskan untuk mengabulkan permohonan dari seorang calon lessee, perusahaan memeriksa kebenaran data atau dokumen yang 10

11 diserahkan dan menganalisa kemampuan calon lessee untuk membayar cicilan mobil yang dibelinya dengan melakukan: a. Kunjungan secara langsung ke alamat rumah calon lessee guna mencocokkan data yang diterima dengan kenyataan di lapangan serta melakukan interview kepada calon lessee untuk mendapatkan keterangan tentang hal-hal sebagai berikut: 1) Pekerjaan atau sumber penghasilan yang dipakai untuk membayar cicilan; 2) Pengeluaran atau biaya-biaya rutin yang harus dikeluarkan setiap bulan. Contohnya adalah pembayaran rekening listrik, rekening telpon, dan sebagainya; 3) Status kepemilikan rumah tinggal (menyewa, milik sendiri, punya orang tua/ keluarga); 4) Bila masih ragu atas kebenaran keterangan yang diberikan oleh calon pembeli, dapat juga menanyakan kepada tetangga atau relasi calon pembeli. b. Jika menurut petugas yang melakukan kunjungan permohonan dari calon pembeli layak untuk diterima, maka petugas tersebut mengusulkan kepada atasannya untuk menyetujui dan mengabulkan permohonan tersebut; c. Setelah permohonan disetujui dan dikabulkan serta dinilai layak untuk dibiayai, oleh pejabat yang berwenang, maka petugas yang ditunjuk mempersiapkan perjanjian dengan mengisi formulir perjanjian kredit mobil. d. Selanjutnya pembeli diminta untuk membayar DP dan kemudian diajukan dengan penandatanganan perjanjian kredit mobil. e. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kredit Mobil, mobil dapat dibawa langsung oleh lessee atau diserahkan oleh dealer di rumah lessee. f. STNK setelah selesai diurus diserahkan kepada lessee, sedangkan BPKB selama angsuran belum lunas tetap disimpan oleh Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. Dalam Pelaksanaan perjanjian kredit mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta ada beberapa permasalahan yang sering terjadi, diantaranya adalah: a. Penarikan kembali kendaraan oleh pihak lessor dalam hal ini Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta apabila angsuran pertama mengalami tunggakan. 11

12 b. Kendaraan hilang sebelum angsuran lunas dengan berbagai sebab, misalnya kerena pencurian dan perampasan. c. Oper kredit oleh pihak lessee tanpa sepengetahuan dari pihak lessor dalam hal ini Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. 2. Penyelesaian kendala kredit pembiayaan pembelian mobil Kendala merupakan suatu keadaan di mana salah satu pihak tidak memenuhi prestasi atau kewajiban atau lalai tidak memenuhi prestasi, terlambat memenuhi prestasi, memenuhi akan tetapi tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Kendala yang terjadi dalam praktek perjanjian kredit mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, sebagian besar dilakukan oleh pihak lessee, yang sering terjadi adalah: a. Debitur terlambat membayar angsuran pertama. b. Pemindahtanganan obyek perjanjian sebelum selesainya masa angsuran oleh pihak debitur tanpa sepengetahuan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. c. Keberadaan obyek perjanjian/ unit-unit mobil yang berada sampai di luar Pulau Jawa. Misalnya debitur berada di Demak akan tetapi obyek perjanjian atau unit mobil berada di Pulau Kalimantan. d. Debitur terlibat tindak pidana money laundering. 3. Penyelesaian Atas Terjadinya Overmacht Dalam praktek perjanjian kredit mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, peristiwa overmacht yang sering terjadi adalah banyak disebabkan oleh karena faktor-faktor di luar kesadaran dari pihak debitur/ lessee yaitu faktor karena perbuatan orang lain, yaitu obyek perjanjian dicuri dan karena keadaan alam, yaitu obyek perjanjian rusak terkena bencana alam. Dari awal perjanjian kredit mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta biasanya ditawarkan adanya asuransi all risk, jika di tengah perjalanan pembayaran angsuran obyek perjanjian atau mobil tersebut dicuri atau rusak terkena bencana alam, maka jika debitur/ lessee ikut asuransi mobil tersebut berhak mendapat penggantian, dengan syarat harus melapor pihak kepolisian. Juka tidak ikut asuransi, maka resiko yang harus ditanggung debitur/ lessee bila obyek perjanjian/ mobil dicuri atau rusak terkena bencana alam maka obyek perjanjian atau mobil tidak mendapat penggantian dan debitur/ lessee harus tetap membayar angsuran. 12

13 C. Masalah yang timbul dan cara penyelesaiannya pada perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil Pada umumnya tidak memenuhi prestasi dalam suatu perikatan adalah menjadi tanggung jawab dari debitur apabila ia baik karena sengaja maupun kelalaiannya tidak memenuhi prestasinya. Dalam praktek perjanjian kredit mobil melalui kredit pembiayaan pembelian mobil baru Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, peristiwa overmacht yang sering terjadi adalah banyak disebabkan oleh faktor-faktor di luar kesadaran dari pihak debitur/ lessee yaitu faktor karena perbuatan orang lain dan karena keadaan alam. Secara lebih konkretnya peristiwa overmacht yang dapat menyebabkan terhalangnya kewajiban debitur/ lessee dalam pemenuhan prestasinya, yaitu peristiwa bencana alam, obyek perjanjian dicuri, kecelakaan lalu lintas, terjadi huru hara dan penjarahan dan sejenisnya. Sebagai pertanggungjawaban atas terjadinya hal-hal tersebut di atas, maka kreditur/ lessor juga telah menyiapkan cara untuk mengatasinya yang secara umum hal ini jarang dicantumkan dalam perjanjian di muka. Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta memberikan informasi bahwa dalam hal terjadinya overmacht seperti pada contoh di atas oleh pihak kreditur/ lessor tetap dikenakan denda bila oleh karenanya debitur menjadi terlambat dalam memenuhi kewajibannya tetapi besarnya denda tidaklah sebesar atau sama dengan besarnya denda keterlambatan bila tidak terjadi suatu overmacht. Besarnya denda hanya dikenakan separuh dari ketentuan yang diperjanjikan. Itupun dengan catatan bahwa prestasi dari debitur/ lessee yaitu dalam hal pembayaran angsuran pada bulan-bulan sebelumnya relatif baik dan lancar. Bagi pihak debitur/ lessee seringkali merasa terkejut dengan dikenakannya denda akibat overmacht karena sebagian besar debitur tidak menyadari akan hal ini dan kebanyakan masalah overmacht tidak disebutkan dalam perjanjian kredit mobil melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. Munculnya masalah tersebut lebih banyak disebabkan karena tidak adanya kesadaran dari para pihak untuk mencantumkan masalah overmacht dalam perjanjian, akibatnya dapat menimbulkan suatu perselisihan di antara mereka. Terjadinya persengketaan akibat dikenakannya denda atas terjadinya overmacht kepada debitur lebih disebabkan karena lemahnya peran debitur dalam menentukan isi perjanjian di mana debitur secara tepat bersedia menandatangani perjanjian kredit mobil tersebut tanpa pertimbangan apakah ia mampu memenuhi 13

14 kewajiban-kewajibannya, sehingga bila terjadi overmacht debitur dapat dikenakan denda dan menjadi terbebani. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan terungkap bahwa pola penyelesaian kredit bermasalah dalam praktek sehari-hari yang dilakukan oleh Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. Pola penyelesaian tersebut dapat penulis kategorikan dan jelaskan sebagai berikut : a. Penyelesaian Intern oleh Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta. Penyelesaian intern masalah kredit bermasalah di Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta ditangani oleh Departemen Service dan Departemen Problem Account Officer (PAO)/ Collection. Kewajiban Bagian Penagihan setelah melihat data pembayaran konsumen yang telah jatuh tempo namun tidak/belum terbayar mengupayakan lebih dahulu penagihan dengan cara yang persuasive dan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) Melakukan kontak telepon dengan konsumen (Desk Call). Proses Desk Call diambil terhadap piutang konsumen yang telah jatuh tempo dalam interval waktu 1-14 hari. Dalam Desk Call ini diutamakan personal approach dengan memberitahukan bahwa hutang konsumen telah jatuh tempo, dan memberikan pengarahan pengarahan kepada konsumen selaku debitur dalam rangka pelunasan hutang kepada Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta sekaligus dinyatakan pula akibat hukum yang akan menimpa debitur bila utang tersebut tidak dibayar. Jika interval waktu 1-14 hari yang menjadi masa desk call ini konsumen tidak memberikan tanggapan, maka proses selanjutnya, departemen service akan mendatangi konsumen tersebut guna mengupayakan lebih lanjut pembayaran hutang konsumen tersebut. Proses ini dinamakan ; 2) Field Call. Proses persuasive oleh Departemen Service dengan mendatangi konsumen tersebut dan dilakukan terus-menerus hingga hari ke 44 setelah kredit jatuh tempo. Selama masa ini debitur tetap dapat melakukan pembayaran angsuran. Dalam masa Desk Call dan Field Call selain langkah-langkah persuasif via telpon dan kunjungan-kunjungan persuasive maka langkah administrasi tetap diambil yaitu dengan memberikan Surat Peringatan I hingga Over Due kredit 7 hari, dan pada hari ke-8 akan dikirim Surat Peringatan II hingga hari ke-15 Over Due kredit. Bila setelah pengiriman Surat Peringatan II ini hingga hari ke-15 ini 14

15 konsumen belum memberikan tanggapan apapun maka dikirimkan surat peringatan III yang memiliki masa berlaku 1 minggu atau berakhir pada hari ke 21. b. Penyelesaian wanprestasi oleh Tim Account Officer (Collection) Penyelesaian oleh Tim Account Officer (Collection) ini tidak memiliki ketentuan waktu dan selama itu kendaraan dapat ditarik apabila ada itikad tidak baik dari konsumen. Dilain pihak kendaraan sebagai barang jaminan tersebut mungkin tidak ditarik bilamana konsumen masih beritikad baik untuk melanjutkan kredit dan bersifat kooperatif. Dalam kondisi demikian konsumen dapat menitipkan kendaraannya pada Tim Account Officer (Collection) Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta sebagai jaminan hingga waktunya ia membayar. Menurut keterangan Eko Wijayanto, seorang responden yang mengajukan kredit untuk kendaraan niaga, menyatakan bahwa bersikap kooperatif dan terus berkomunikasi dengan pihak Tim Account Officer (Collection) bisa dijadikan sarana yang membantu penyelesaian masalah kredit macetnya kredit pada akhirnya tetap berjalan hingga akhir tenor kreditnya, dengan meminta waktu untuk melunasi angsurannya. Pernyataan ini diperkuat oleh ketua Tim Account Officer (Collection), bahwa lebih dari setengah customer yang bermasalah kreditnya akhirnya dapat melanjutkan pembayaran angsuran hingga waktu tenor perjanjian selesai. Menurut Arief Sucipto, setelah kendaraan ditarik pihak Tim Account Officer (Collection) maka prosedur penyelesaian yang dilakukan adalah pengiriman Surat Penyelesaian Hutang (SPH). SPH ini berisi pernyataan dari pihak lembaga pembiayaan bahwa dalam waktu 7 hari bila konsumen tidak menyelesaikan hutangnya maka kendaraan akan dijual. KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Bentuk dan isi perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, yakni (a) Dalam bentuknya, perjanjian mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. (b) Pelaksanaan suatu perjanjian merupakan perwujudan dari kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya diantara para pihak (2) Pelaksanaan perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil baru antara nasabah dengan Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta, meliputi : (a) Prosedur Pemberian Kredit Melalui Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta (b) Penyelesaian kendala kredit pembiayaan 15

16 pembelian mobil. (2) Masalah yang timbul dan cara penyelesaiannya pada perjanjian kredit pembiayaan pembelian mobil, yakni : (a) Bank CIMB Niaga Cabang Surakarta memberikan informasi denda keterlambatan bila tidak terjadi suatu overmacht. (b) Untuk mengurangi resiko akibat terjadinya overmacht biasanya debitur/ lessee ditawari kreditur/ lessor pada awal perjanjian kredit mobil untuk ikut asuransi atau tidak, asuransi tersebut berguna untuk melindungi debitur/ lessee tersebut dari peristiwa overmact, biasanya asuransi tersebut untuk all risk, jadi jika terjadi overmacht maka pihak debitur/ lessee mendapatkan ganti kerugian dari pihak asuransi. DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982 Bahan Kuliah Hukum Perikatan Achmad Anwari, 1987, Perjanjian Perikatan Dalam Hukum Perdata, Jakarta : Ghalia Indonesia. Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1991 C.D. Marpaung, 1991, Problematika Perjanjian Tertentu, Jakarta : Ghalia Indonesia. Emy Pangarimbuan, 1986, Hukum Pertanggungan dan Perkembangan Hukum Dagang, Yogyakarta : Fakultas Hukum UGM. Hartono, Sri Soemarti, 1987, Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Peraturan Kepailitan, Seksi Hukum Dagang, Yogyakarta : Fakultas Hukum UGM. Lexy J. Moleong, 1990, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Mariam Darus Badrulzaman, 1991, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya, Bandung. Muhammad Abdul Kadir, 1983, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Bandung : Alumni. Munir Fuady, 2002, Hukum Tentang Perjanjian (Dalam Teori dan Praktek), PT. Citra Aditya, Bandung. Prodjodikoro, Wirjono, 1991, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Bandung : Penerbit Sumur. Purwahid Patrik, 1992, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Dan Undang-undang, Jurusan Hukum Perdata Universitas Diponegoro, Surakarta. R. Subekti, 1994, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung. 16

17 R. Setiawan, 1987, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Bina Cipta, Jakarta. R. Subekti, 1992, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung. R.M. Soedikno Mertokusumo, 1988, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,Yogyakarta. Suryono Sutanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. Suryono Sukanto & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta. Soerjono Soekanto, 1988, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Keppres RI No. 61 Tahun 1988 SK MenKeu RI No. 1169/KMK.01/ 1991 SK MenKeu RI No. 448/KMK. 017/

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya 1. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah peraturan. Hukum adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Istilah lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Dalam praktek kehidupan sehari-hari lembaga

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance). BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE A. Gambaran Umum PT Adira Finance PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk (Adira Finance) adalah sebuah perusahaan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara berkembang juga turut memacu roda perekonomian masyarakat. Sayangnya pertumbuhan ekonomi tersebut tidak ditopang oleh pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh: KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA Oleh: Ronal Ravianto Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan negara di zaman sekarang begitu pesat dan cepat dari perkembangan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam, bahkan di negara Indonesia yang menganut

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan keterkaitan yang erat antara sektor riil dan sektor moneter, di mana kebijakan-kebijakan khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin. Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Dalam perkembangan bisnis dan usaha dana merupakan salah satu sarana penting dalam rangka pembiayaan. Kalangan perbankan selama ini diandalkan sebagai satu-satunya

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan

Lebih terperinci

Pasal 2: Penerbitan, Kepemilikan, Penggunaan Kartu Kredit dan PIN 2.1 Penerbitan Kartu Kredit dilakukan Bank berdasarkan permohonan tertulis dari Pemo

Pasal 2: Penerbitan, Kepemilikan, Penggunaan Kartu Kredit dan PIN 2.1 Penerbitan Kartu Kredit dilakukan Bank berdasarkan permohonan tertulis dari Pemo Sebelum menggunakan Kartu Kredit yang diterbitkan oleh PT Bank UOB Indonesia, mohon untuk membaca dengan teliti Syarat dan Ketentuan Kartu Kredit PT Bank UOB Indonesia ( Syarat dan Ketentuan ) ini. Dengan

Lebih terperinci

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk. PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Cabang Purwodadi) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak ) PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari dan tanggal yang disebutkan dalam Lampiran I Perjanjian ini, oleh dan antara: 1. Koperasi Sahabat Sejahtera Anda, suatu koperasi

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi

Lebih terperinci

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung.

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung. PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR Aprilianti Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak Perjanjian sewa guna usaha (leasing) yang diadakan oleh Lessor dan Lesseen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI A. Pengaturan Sewa Beli di Indonesia Perjanjian sewa beli adalah termasuk perjanjian jenis baru yang timbul dalam masyarakat. Sebagaimana perjanjian jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor perdagangan,

Lebih terperinci

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi saat sekarang mengalamin peningkatan yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik simpati masyarakat dalam menyediakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA KRISNA FINANCE SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA KRISNA FINANCE SURAKARTA PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA KRISNA FINANCE SURAKARTA HARTINI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURAKARTA ABSTRAK: Salah satu bentuk perjanjian adalah perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat. Banyaknya produk barang dan/atau jasa yang ditawarkan para pelaku usaha kepada masyarakat sama-sama

Lebih terperinci

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Daftar Isi Financial Check List 1 01 Definisi Pembiayaan 3 02 Mengapa Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 5 5 03 Kapan Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 6 6 04 Siapa Saja Nasabah 8 Jasa Pembiayaan?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara bertahap untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikir dan pengetahuannya, manusia dapat memenuhi segala kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. pikir dan pengetahuannya, manusia dapat memenuhi segala kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai berbagai macam kebutuhan guna menunjang kelangsungan hidupnya. Seiring dengan perkembangan pola pikir dan pengetahuannya, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya pembangunan berkelanjutan dewasa ini, meningkat pula kebutuhan akan pendanaan oleh masyarakat. Salah satu cara untuk mendapatkan dana

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah Dana Bantuan Sahabat yang sebelumnya adalah Nasabah aktif ANZ Personal Loan pada saat produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, seiring dengan pertumbuhan perekonomian yang terjadi, kebutuhan masyarakat atas barang atau jasa semakin meningkat sekaligus bervariasi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis atau pembahasan terhadap hasil penelitian sebagaimana

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis atau pembahasan terhadap hasil penelitian sebagaimana 1 BAB IV PENUTUP Berdasarkan analisis atau pembahasan terhadap hasil penelitian sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut : A. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan adalah salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Dalam hal ini lembaga perbankan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan dan pergaulan hidupnya selalu memiliki berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu diklasifikasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan yang ada di masyarakat sangat beraneka ragam. selain kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan akan perumahan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI 65 TINJAUAN YURIDIS Abstrak : Perjanjian sewa beli merupakan gabungan antara sewamenyewa dengan jual beli. Artinya bahwa barang yang menjadi objek sewa beli akan menjadi milik penyewa beli (pembeli) apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan Pembangunan Nasional, peranan pihak swasta dalam kegiatan pembangunan semakin ditingkatkan juga. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal agar suatu kegiatan usaha atau bisnis tersebut dapat terwujud terlaksana. Dalam suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan pembangunan merupakan dua variabel yang selalu sering mempengaruhi antara satu sama lain. Hukum berfungsi sebagai stabilisator yang mempunyai peranan menciptakan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Fasilitas Dana Bantuan Sahabat ( Syarat dan Ketentuan Umum ) ini berlaku bagi Nasabah yang permohonan Fasilitas Dana Bantuan Sahabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah yang melandasi kegiatan bernegara dan berbangsa, yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERJADINYA WANPRESTASI TERHADAP LEASING PADA PERUSAHAAN SUZUKI FINANCE DI KOTA GORONTALO

PERLINDUNGAN HUKUM TERJADINYA WANPRESTASI TERHADAP LEASING PADA PERUSAHAAN SUZUKI FINANCE DI KOTA GORONTALO 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERJADINYA WANPRESTASI TERHADAP LEASING PADA PERUSAHAAN SUZUKI FINANCE DI KOTA GORONTALO Oleh : Wisna Lamusu, Mutia Cherawaty Thalib, Suwitno Y. Imran 1 Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dunia perbankan saat ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat baik, walaupun kegiatan bisnis bank umum sempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman dan pesatnya pembangunan, lembaga keuangan bukan bank sangat diperlukan untuk ikut serta mengemban fungsinya sebagai perantara di bidang keuangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian Piutang Secara umum piutang merupakan hak atas uang, barang dan jasa kepada orang lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN SKRIPSI Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh : AGUSRA RAHMAT BP. 07.940.030

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman dan peningkatan ekonomi, maka kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam sesuai dengan harkatnya semakin meningkat pula. Macam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada konsumen karena ada beragam variasi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit Di dalam memahami pengertian kredit banyak pendapat dari para ahli, namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perjanjian jual beli sangat banyak macam dan ragamnya, salah satunya adalah perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian

Lebih terperinci

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan meningkat setiap harinya, masyarakat pun menganggap kebutuhan yang ada baik diri maupun hubungan dengan orang lain tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RUSDI / D

TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RUSDI / D TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RUSDI / D 101 09 421 ABSTRAK Karya ilmiah ini berjudul : Tinjauan Hukum Perjanjian Leasing Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan

Lebih terperinci

Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti

Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti sebagai berikut: a. "Angsuran" adalah besar pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN Perkembangan masyarakat terlihat pada lembaga yang ada pada masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi maupun hukum. Untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Living, Breathing Asia SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah yang permohonan Dana Bantuan Sahabat telah disetujui. Harap membaca Syarat

Lebih terperinci

BAB III WANPRESTASI TERHADAP OBJEK JAMINAN YANG DISITA SEBAGAI BARANG BUKTI OLEH PIHAK KEPOLISIAN

BAB III WANPRESTASI TERHADAP OBJEK JAMINAN YANG DISITA SEBAGAI BARANG BUKTI OLEH PIHAK KEPOLISIAN BAB III WANPRESTASI TERHADAP OBJEK JAMINAN YANG DISITA SEBAGAI BARANG BUKTI OLEH PIHAK KEPOLISIAN A. Pelaksanaan Perjanjian Pembiyaan Konsumen Pada PT. Federal International Finance Cabang Yogyakarta 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari, yang dipasarkan secara terbuka baik pasar-pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dana atau modal bagi seseorang saat ini sangatlah penting, untuk memenuhi kebutuhan dana atau modal maka diperlukan suatu lembaga pembiayaan. Bank sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2 TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor kredit baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank sesuai dengan Pasal 1 butir 2 Undang-undang no.10 tahun 1998 yang merupakan perubahan atas Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU KOTA SANTRI Cabang Karanganyar Koperasi Serba Usaha KOTA SANTRI Cabang Karanganyar dalam memberikan kredit

Lebih terperinci

PERJANJIAN SEWA BELI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN (Studi Komparatif Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor di Beberapa Perusahaan Finance Surakarta)

PERJANJIAN SEWA BELI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN (Studi Komparatif Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor di Beberapa Perusahaan Finance Surakarta) PERJANJIAN SEWA BELI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN (Studi Komparatif Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor di Beberapa Perusahaan Finance Surakarta) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perekonomian di suatu Negara merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak

Lebih terperinci

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN ST., S.H.,M.H Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) Makassar Abstract Vehicle financing agreement was made as the embodiment of the financing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka pelaksanaan pembangunan nasional harus lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai

Lebih terperinci