5. Contreras, Iglesias Sandra (2002), Degradation and Biodegrability

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5. Contreras, Iglesias Sandra (2002), Degradation and Biodegrability"

Transkripsi

1 DAFTAR PUSTAKA 1. Bader, H., Hoigẻ, J. (1981), Determination of Ozone In Water By The Indigo Method, Wat. Res. 15, Benefield, L. D., Randall (1980), Process Chemistry for Water and Wastewater Treatment, Prentice Hall Inc., Englewood Cliff, New Jersey, Blatchley, Ernest R., Thompson, John E. (1998), Groundwater Contaminants, dalam The Handbook of Groundwater Engineering, Chapter 13, Delleur, Jacques W., Editor, CRC Press LLC. 4. Camel, V., Bermond, A. (1998), The Use of Ozone and Associated Oxidation Processes in Drinking Water Treatment, Wat. Res. 3, Contreras, Iglesias Sandra (00), Degradation and Biodegrability Enhancement of Nitrobenzene and,4 Dichlorophenol by Means of AOP Based on Ozone, Thesis of Ingeniería Química, University of Barcelona Djaendi (005), Selamatkan Air tanah Bandung, Pikiran Rakyat online 01 Desember Hoignẻ, J. (1994), Characterization of Water Quality Criteria for Ozonation Processes. Part I: Minimal Set of Analytical Data, Ozone Science & Eng. 10, Hoignẻ, J., Bader, H. (1976), The Role of Hydroxyl Radical Reactions in ozonation Processes in Aqueous Solutions, Wat. Res. 10, Jansen, R. H. S.et al (005), Holow Fiber Membrane Contactors - A Means to Study the Reaction Kinetics of Humic Substance Ozonation, J. Mem. Sci. 57, Keller, Michael C. (1994) Iron Removal, Sybron Chemical Inc., download Juli Leap, Darrel I. (1998), Geological Occurance of Groundwater, dalam The Handbook of Groundwater Engineering, Chapter 1, Delleur, Jacques W., Editor, CRC Press LLC. 1. Lenntech, The Ozone, , download 8 Juni Lenntech, Ozone Transfer Mechanism. download Februari 008

2 14. MRWA, 1999 Iron and Manganese Removal, download Juli National Drinking Water Clearinghouse, 1998, Iron and Manganese Removal, Tech Brief Nine, September download 17 Juli Ozone Information (008).Solubility of Ozone in Water, download Februari Ozone Solution (008), Ozone Solubility, download Februari Rahmat, Adi (006), Kinetika Kimia, download Mei Robinson, James A. (1996), Ozone Generation in the Electrical Discharge From a Water Surface, Thesis Master of Engineering Science, The University of Western Ontario, Rohmatun (006), Studi Penurunan Kandungan Besi Organik dalam Air Tanah dengan Oksidasi HO-UV, Thesis Program Master, Institut Teknologi Bandung 1. Savant, Gourav (003), Combined Ozone and Ultraviolet Inactivation of Escherichia Coli, Thesis Master Degree of Science in Civil Engineering, faculty of Missisippi state University Sawyer, C.N, McCarty, P.L., Parkin, GF. (1994), Chemistry for Environmental Engineering, McGraw-Hill International Edition. 3. Siddiqui, Mohamed S., Amy, Gary L., Murphy, Brian D. (1997), Ozone Enhanced Removal of Natural Organic Matter From Drinking Water Sources, Wat. Res. 31, Standar Methods for The Examination of Water and Wastewater 0 th Edition, American Public Health Association, Washington DC, USA (1998). 5. US EPA, 1999, Alternative Disinfectants and Oxidants. Guidance Manual, download April Wikipedia, 007. Iron, download November Wikipedia, 007. Ozone, download November 007

3 Lampiran A Lampiran A Metode Analisis Ozon Di Udara A.1 Analisis Ozon di Udara Menurut Standar Method Prinsip Pengukuran: Ozon direaksikan dengan potassium iodida membentuk potassium triiodida yang selanjutnya dianalisa dengan sptekrofotometer pada panjang gelombang 35 nm. Reaksi yang terjadi: O 3 + 3KI + H O KI 3 + KOH + O Range Sensitifitas : 0.01 ppm 10 ppm : 1 10 µl O 3 (dalam 10 ml midget impinger) Interferensi : SO, H S, debu, halogen, H O, organik, oksidan Presisi : 5% deviasi dari rata rata Peralatan: 1. Midget Impinger. Pompa 3. Volume meter 4. Termometer 5. Manometer 6. Stopwatch 7. Spektrofotometer dengan cuvette Thesis A-1

4 Lampiran A 8. Gelas ukur Reagen: 1. Purity (standar ACS). Double distilled water 3. Absorbing reagent, yaitu 1% KI dalam 0.1 M buffer phosfat, dengan prosedur pembuatan : a. larutkan gram potasium dihidrogen posfat (KH PO 4 )+ 14. gram Na HPO4 atau 35.8 gram Na HPO4.1H O gram KI dengan double distilled water hingga volume 1 liter b. Simpan pada temperatur ruang selama 1 hari sebelum digunakan. Larutan dapat disimpan hingga beberapa minggu di dalam botol kaca berwarna coklat di dalam lemari pendingin. Penyimpanan di temperatur ruang memperpendek masa penggunaan. 4. Larutan Iodine Standar, 0.05 MI (0.05N), prosedur pembuatan: a. Larutkan 16.0 g potassium iodida dan g iodin dengan double distilled water hingga volume tepat 500 ml. b. Simpan pada temperatur ruang selama 1 hari sebelum digunakan c. Lakukan standarisasi sesaat sebelum digunakan dengan 0.05 M Na S O 3. Sodium tiosulfat yang digunakan distandarisasi dengan standar bi-iodat, KH(IO 3 ) atau potassium dikromat, K Cr O 7. Prosedur a. Bersihkan semua peralatan yang akan digunakan, peralatan berbahan gelas dibersihkan menggunakan larutan pembilas dikromat dilanjutkan dengan air kran dan air distillasi. b. Pengambilan dan pengukuran sampel: 1. Pipet 10 ml absorbing reagen ke dalam midget impinger Thesis A-

5 Lampiran A. Hubungkan impinger (melalui tabung absorbsi) ke pompa vakum dan pre-filter (jika diperlukan) dengan sambungan fleksibel (bukan berbahan karet). Penggunaan sambungan sesedikit mungkin sehingga tidak ada rongga antara impinger dengan tabung yang akn dilalui udara sebelum masuk ke impinger. 3. Nyalakan pompa dan lakukan pemompaan sampel. Hitung debit, waktu dan/ atau volume sampel seakurat mungkin. Debit pemomompaan sampel berkisar antara 0. 1 lpm. Jika temperatur dan tekanan udara sampel sangat berdeviasi dari 5 C dan 760 Torr, ukur dan catat nilainya. 4. Pemompaan sampel dilakukan hingga kandungan ozon yang terserap antara μl dalam waktu kurang dari 30 menit. Unutk debit lpm selama 30 menit harus mendapatkan sensitifitas 0.01 ppm. Hindarkan absorbing reagent dari sinar matahari langsung. 5. Sesudah pengambilan sampel, stem impinger dapat dilepas dan dibersihkan. Keluarkan sisa reagen di dalam stem dengan cara mengetukkan stem ke dinding impingerperlahan- lahan. Bilas stem dengan sedikit larutan absorber (< 1ml) danmasukkan bilasan ini ke dalam impinger. Tutup impinger dengan bahan padat yang tidak reaktif (disarankan dari bahan teflon). Jangan menggunakan bahan dari karet. 6. Larutan sampel harus dianalisa tidak lebih dari 60 menit setelah sampling. 7. Buat blangko menggunakan impinger dengan perlakukan sama dengan sampel, tetapi jangan ada udara yang masuk ke dalam impinger. c. Analisis: 1. Catat volume total laruan sampel yang terdapat di dalam impinger (biasanya 10 ml).. Masukkan larutan dari impinger ke dalam kuvet. Thesis A-3

6 Lampiran A 3. Ukur absorbansi pada panjang gelombang 35 nm, gunakan air destilasi seabagai referensi. Pengukuran harus dilakukan dalam waktu antara menit setelah sampling. 4. Gunakan blanko serta larutan standar untuk mendapatkan kurva standar hubungan antara konsentrasi ozon dengan absorbansi 5. Jika warna sampel terlalu pekat, lakukan pengenceran. Perhitungan Konsentrasi ozon yang terukur dapat diekspresikan sebagai ppm dengan rumus: μmol O 4.45 Ppm, O 3 = 3, dimana: Vs V s = volume sampel udara. Thesis A-4

7 Lampiran A A. Analisis ozon di Udara dengan Gastec Ozone Meter Thesis A-5

8 Thesis A-6 Lampiran A

9 Lampiran B Lampiran B Analisis Konsentrasi Ozon B.1 Metode Indigo di Dalam Air Reagen 1. Larutan Stok Indigo, pembuatan: a. Tambahkan 1 ml asam fosfat pekat ke dalam 500 ml air destilasi pada labu 1 L. b. Kemudian sambil diaduk tambahkan 770 mg Potassium indigo trisulfonat, C 16 H 7 N O 11 S 3 K 3, lalu tambahkan air destilasi hingga volume larutan tepat 1 L. Simpan larutan di tempat gelap.. Reagen I Indigo, pembuatan: a. Masukkan 0 ml larutan stok indigo ke dalam labu 1 L, kemudian tambahkan 10 g sodium dihidrat pasfat (NaH PO 4 ) serta 7 ml asam posfat pekat. Larutkan dengan air destilasi hingga volume tepat 1 L. b. Larutan sebaiknya disiapkan pada saat akan digunakan, sehingga absorbansinya tidak kurang dari 80% dari nilai awal. Nilai ini biasanya masih diperoleh hingga penyimpanan 1 minggu. 3. Reagen II Indigo a. Masukkan 100 ml larutan stok indigo ke dalam labu 1 L, kemudian tambahkan 10 g sodium dihidrat pasfat (NaH PO 4 ) serta 7 ml asam posfat pekat. Larutkan dengan air destilasi hingga volume tepat 1 L. b. Larutan sebaiknya disiapkan pada saat akan digunakan, sehingga absorbansinya tidak kurang dari 80% dari nilai awal. Nilai ini biasanya masih diperoleh hingga penyimpanan 1 minggu. 4. Reagen Asam Malonik, diperoleh dengan cara melarutkan 5 g asam malonik ke dalam air, lalu encerkan hingga volume 100 ml. Thesis B-1

10 Lampiran B 5. Reagen Glisin, dibuat dengan melarutkan 7 g glisin ke dalam air, encerkan hingga volume larutan 100 ml. Prosedur 1. Untuk konsentrasi ozon antara mg/l : a. Tambahkan 10 ml reagen 1 pada labu 100 ml. Isi salah satu labu dengan air destilasi dan labu lainnya dengan sampel. b. Ukur absorbansi mengunakan kuvet 10 cm segera (tidak lebih dari 4 jam setelah sampling). Untuk konsentrasi ozon antara mg/l: Gunakan reagen II serta pegukuran absobansi meggunakan kuvet 4 5 cm 3. Untuk konsentrasi besar dari 0.3 mg/l: gunakan reagen II dengan volume sampel yang lebih kecil. Kemudian larutkan dengan air destilasi hingga volume menjadi 100 ml. Pengontrolan Interferensi Jika terdapat kandugan klor < 0.1 mg/l, tambahkan 1 ml asam malonik pada labu sebelum penambahan sampel. Lakukan pengukurna secepatnya, paling lambat 60 detik setelah penambahan sampel. Jika terdapat kandungan mangan, gunakan sampel untuk membuat blanko. Kemudian tambahkan 0.1 ml glisin ke dalam labu 100 ml blanko lalu tambahkan 10 ml reagen II pada masing masing labu. Masukkan volume sampel yang sama ke dalam masing masing labu. Jika masih terjadi penurunan internsitas warna pada labu kedua secara signifikan, dosis daapt disesuaikan hingga maksimal 80 ml. Pastikan ph glisin yang digunakan tidak lebih kecil dari 6. Perhitungan Thesis B-

11 Lampiran B mg O L 3 = 100 Δ A f b v Dimana: Δ a = perbedaan absorbansi antara blanko dan sampel b = ukuran kuvet yang digunakan v = volume sampel (biasanya 90 ml) f = 0.4 Gunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm ( ± 10 nm) B. Metode Ozone Meter Alat yang digunakan: Dissolved Ozone Meter O 3 -Z Produksi : Kasahara Chemical Instruments Corp. Jepang Spesifikasi Alat: Measurement principle Measuring object Measurement object Indication Measuring range Resolution Illuminant The absorptiometry by the coloration reagent Dissolved ozone density Dissolved ozone such as clean water LCD 3 column 0.00~5.00mg/L 0.01mg/L LED Automatic power source Automatic power off after the measurable quantity hold stopping/deciding indicatory 5 second Water finding quantity Coloration reagent Power source Use temperature 5mL Powder pack reagent 1 type (OZ-K-1) Alkaline dry cell LR03 (single 4) 4 (DC6V) 5 C~35 C Thesis B-3

12 Lampiran B Substance external size Standard accessory Accessory outside standard 75 (W) 180(D) 38 (H) The meter itself (the dry cell battery you attach) the measurement cell:, reagent (OZ-K-1): 50 batches and dropper 5mL: 1, portable case: 1 Reagent for dissolved ozone (OZ-K-1): 100 batches Interferensi: sisa asam kuat misalnya klor Prosedur Pengukuran: Masukkan satu sachet reagen ke dalam kuvet, kemudian pipet 5 ml air destilasi. Tutup kuvet dan aduk sekitar 10 detik, kemudian ukur konsentrasi ozon. Jika nilai blanko tidak nol, set ulang hingga blanko menujukkan nilai konsentrasi ozon nol ke dalam kuvet yang lain masukkan sampel sebagai ganti air destilasi kemudian ukur konsentrasi ozon. Thesis B-4

13 Lampiran C Lampiran C Analisa Kadar Besi C.1 Uji Fe Total dengan Metode Fenantrolin Prinsip Didihan asam dan hidroksilamin serta penggabungannya dengan 1.1 fenatrolin akan mengubah semua senyawa besi menjadi Fe(II) yang terlarut. Tiga molekul fenantrolin bergabung dengan satu molekul Fe(II) membentuk ion kompleks berwarna merahorange. Warna ini akan terbaca pada spektrofotometer. Pereaksi a) HCl pekat pro analis b) NH OH.HCl (Hidroksilamin): 10 gram NH OH.HCl dilarutkan dalam 100 ml aquades c) Bufffer Amonium asetat: 50 gram NH 4 C H 3 O dilarutkan dalam 700 ml asam asetat glacial d) Natrium asetat: 00 gram NaC H 3 O.3H O dilarutkan dalam 800 ml aquades e) Fenantrolin: larutkan 100 mg C 1 H 8 N. H O ke dalam 80 ml aquades di dalamlabu 10 ml. Tambahkan tetes HCl pekat kemudian tambahkan awuades hingga volume larutan tepat 100 ml. Prosedur Analisa a. Tentukan panjang gelombang spektrofotometer yang sesuai dengan menggunakan larutan standar besi. Serta buat kurva kalibrasi. b. Masukkan 50 ml sampel ke dalam gelas erlenmeyer kemudian tambahkan ml HCl pekat dan 1 ml hidroksil amin. Tambahkan juga beberapa batu didih. c. Panaskan larutan hingga volumenya tersisa sekitar 0 ml, kemudian dinginkan dan pindahkan ke labu 50 ml. Thesis C-1

14 Lampiran C d. Tambahkan10 ml buffer amonium asetat, 4 ml fenantrolin dan aquades hingga volume larutan menjadi 50 ml. Aduk dan biarkan diamkan selama 15 menit kemudian ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang yang telah ditentukan. Larutan standar besi ( 1 ml = 0. mg/l ) Masukkan 50 ml H SO 4 pekat, 50 ml aquades, Fe(NH 4 ) (SO 4 ).6H O dan beberapa tetes larutan KMnO4 1 N ke dalam labu 1000 ml hingga warna larutan menjadi ungu. Kemudian encerkan dengan aquades hingga tanda batas. Kurva Kalibrasi Tabel C-1 Data Untuk Mencari Panjang Gelombang Maksimum Untuk Uji Besi λ A Thesis C-

15 Lampiran C. Absorbansi Panjang Gelombang (nm) Gambar C-1 Kurva Untuk Mementukan Panjang Gelombang Pengujian Besi Tabel C- Data Untuk Membuat Kurva Kalibrasi mg/l Fe Absorbansi Absorbansi, 510 nm kurva standar Phenanthroline y = 0.146x R = [Fe] mg/l Gambar C- Kurva Kalibrasi Uji Besi dengan Fenantrolin Thesis C-3

16 Lampiran C C. Uji Fe + dengan Metode Fenantrolin Cara pengujian : 5 ml sampel air ditambah dengan ml fenantrolin dan 5 ml buffer asetat. ukur absorbansi warna dengan spektrofotometer dalam waktu 5 10 menit. Usahakan jangan sampai terkena cahaya. C.3 Uji Fe 3+ dengan Metode KCNs Reaksi: Pereaksi: ( Fe( CNs) ) merah 3+ Fe + 3Cns 3 a. Larutan H SO 4 4 N : 111 ml H SO 4 pekat diencerkan dengan aquades hingga volume 1000 ml. b. Larutan KCNs 0%: 00 g KCNs dilarutkan dan diencerkan dengan aquades hingga volume 1000 ml. Prosedur Analisis: Masukkan 50 ml sampel air ke dalam gelas erlenmeyer, tambahkan.5 ml H SO 4 dan.5 ml KCNs. Baca nilai absiorbansi dengan spektrofotometer. Kurva Kalibrasi Uji Besi dengan KCNs Tabel C-3 Data Untuk Menentukan Panjang Gelombang Pengukuran Besi dengn KCNs Thesis C-4

17 Lampiran C Absorbansi Panjang Gelombang (nm) Gambar C-3 Penentuan Panjang Gelombang Optimum Pengukuran Konsenstrasi Besi dengan Metode KCNs kurva Standar KCNs Absorbansi, 460 nm y = x R = [Fe] mg/l 10 Gambar -4 Kurva Kalibrasi Besi Metode KCNs Thesis C-5

18 Lampiran D Lampiran D Analisa Zat Organik D.1 Zat Organik Sebagai Angka Permanganat Metode: Titrasi Permanganometri Prinsip : Zat organik dioksidasi olehg KMnO 4 berlebih dalam suasana asam dan panas. Kelebihan KMnO 4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali oleh larutan KMnO 4 Reaksi: Zat Organik + KMnO KMnO 4 + 5H C 4 4 berlebih O + 3H SO CO 4 + H O MnSO CO + K SO 4 Pereaksi 1. Larutan KMnO N : a. Larutkan 3.16 g KMnO 4 dengan aquades, lalu ecerkan hingga volumenya tepat 1 L. Didihkan selama 10 menit. b. Tambahkan aquades untuk menggantikan cairan yang hilang hingga volume larutan kembali 1 L. Biarkan di tempat gelap selama 3 hari. c. Saring denga saringan gelas wool dan simpan di dalam botol coklat.. Larutan KMnO N: Pipet 100 ml larutan KMnO N kemudian encerkan denga aquades hingga volumenya tepat 1 L. 3. Larutan Asam Oksalat (H C O 4.H O) 0.1 N : timbang 6.3 g garam oksalat dega teliti kemudian larutkan dengan aquades. Masukkan ke dalam labu ukur 1 L, lalu tambahkan 50 ml H SO 4 pekat, dan encerkan dengan aquades hingga tanda batas. 4. Larutan H SO 4 4 N Bebas Zat Organik: Thesis D-1

19 Lampiran D a. Encerkan 111 ml H SO 4 pekat dengan aquades hingga volumenya tepat 1L. Tambahkan tetes deni tetes larutan KMnO N sampai cairan berwarna merah muda. b. Didihkan selama menit, jika warna merah hilang selama pendidihan teruskan penambahan KMnO N sampai warna tidak hilang. Prosedur Analisis 1. Pembebasan Labu Erlenmeyer dari Zat Organik: a. Masukkan 100 ml air kran ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan beberapa batu didih. b. Tambahkan tetes demi tetes larutan KMnO N sampai cairan berwarna merah muda. Panaskan di atas hot plate dan biarkan mendidih selama 10 menit. c. Jika selama pendidihan warna merah muda menghilang, tambahkan lagi larutan KMnO N sampai warna tidak hilang lagi. Buang cairan dalam erlenmeyer.. Pemeriksaan Zat Organik a. Masukkan 100 ml cotoh air ke dalam labu erlenmeyer bebas zat organik. b. Tambahkan tetes demi tetes larutan KMnO N sampai cairan berwarna merah muda. Panaskan di atas hot plate sampai hampir mendidih. c. Tambahkan 10 ml larutan KMnO N, pemanasan diteruskan selama 10 menit tepat. d. Jika selama pemanasan warna merah muda menghilang, tambahkan lagi larutan KMnO N sampai warna tetap ungu. e. Setelah pemanasan selesai tambahkan 10 ml asam oksalat 0.01 N (warna KMnO 4 akan menghilang). Titrasi dengan larutan KMnO N sampai berwarna erah muda. Catat ml KMnO 4 yang digunakan. 3. Penentuan Faktor Ketelitian KMnO 4 Zat Organik a. Masukkan 10 ml larutan asam oksalat 0.01N ke dalam labu erlebmeyer bebas zat organik. Thesis D-

20 Lampiran D b. Titrasi dengan larutan KMnO N sampai cairan berwarna merah muda. Catat ml KMnO 4 yang digunakan. 10 Faktor Ketelitian = ml KMnO 4 Perhitungan 1000 Kandungan zat organik = F = 100 [{( 10 + a ) }] mg/l KMnO 4 a F = ml KMnO 4 saat dititrasi = faktor ketelitian 31.6 = berat ekivalen KMnO 4 D. Zat Organik Sebagai TOC Nama Alat: TOC Automatic Analyzer Model : TOC 100 Produksi : Toray Engineering Co., Ltd. Gambar D:1 TOC Meter Thesis D-3

21 Lampiran D Operation Manual Thesis D-4

22 Thesis D-5 Lampiran D

23 Thesis D-6 Lampiran D

24 Lampiran E Lampiran E Baku Mutu Air Minum KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI Nomor : 907/MENKES/SK/VII/00 Tanggal : 9 Juli 00 Persyaratan Kualitas Air Minum 1. Bakteriologis Parameter a. Air Minum E.Coli atau fecal coli Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan b. Air yang masuk sistem distribusi E.Coli atau fecal coli Total Bakteri Coliform c. Air pada sistem distribusi E.Coli atau fecal coli Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel 0 Jumlah per 100 ml sampel Jumlah per 100 ml sampel Jumlah per 100 ml sampel Jumlah per 100 ml sampel Kimiawi.1. Bahan kimia yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan. A. Bahan Anorganik Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Antimon (mg/liter) Air Raksa (mg/liter) Arsenic (mg/liter) 0.01 Thesis E-1

25 Lampiran E Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Barium (mg/liter) 0.7 Boron (mg/liter) 0,3 Kadmium (mg/liter) 0,003 Kromium (Valensi 6) (mg/liter) 0,05 Tembaga (mg/liter) Sianida (mg/liter) 0.07 Fluorida (mg/liter) 1,5 Timbal (mg/liter) 0.01 Molybdenum (mg/liter) 0.07 Nikel (mg/liter) 0.0 Nitrat (sebagai N0 3 ) (mg/liter) 50 Nitrit (sebagai NO ) (mg/liter) 3 Selenium (mg/liter) 0.01 B. Bahan Organik Parameter Chlorinated alkanes Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Carbon tetrachloride (µg/liter) Dichloromethane (µg/liter) 0 1,-dichloroethane (µg/liter) 30 1,1,1-trichloroethane (µg/liter) 000 Chlorinated ethenes Vinyl chloride (µg/liter) 5 1,1-dichloroethene (µg/liter) 30 1,-dichloroethene (µg/liter) 50 Trichloroethene (µg/liter) 70 Tetrachloroethene (µg/liter) 40 Aromatic hydrocarbons Benzene (µg/liter) 10 Toluene (µg/liter) 700 Thesis E-

26 Lampiran E Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Xylenes (µg/liter) 500 Benzo[a]pyrne (µg/liter) 0,7 Chlorinated benzenes Monochlorobenzene (µg/liter) 300 1,-dichlorobenzene (µg/liter) ,4-dichlorobenzene (µg/liter) 300 Trichlorobenzenes (togal) (µg/liter) 0 Lain-lain Di(-ethyl hexy)adipate (µg/liter) 80 Di(-ethylhexyl) phthalate (µg/liter) 8 Acrylamide (µg/liter) 0,5 Epichlorohydrin (µg/liter) 0,4 Hexachlorobutadiene (µg/liter) 0,6 Edetic acid (EDTA) (µg/liter) 00 Tributyltin oxide (µg/liter) 10 C. Pestisida Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Alachlor (µg/liter) 0 Aldicarb (µg/liter) 10 Aldrin/dieldrin (µg/liter) 0,03 Atrazine (µg/liter) Bentazone (µg/liter) 30 Carbofuran (µg/liter) 5 Chlordane (µg/liter) 0, Chlorotoluron (µg/liter) 30 DDT (µg/liter) 1,-dibromo - (µg/liter) 3-chloropropane (µg/liter) 1,4-D (µg/liter) 30 Thesis E-3

27 Lampiran E Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan ,-dichloropropane (µg/liter) 0 1,3-dichloropropene (µg/liter) 0 Heptachlor and (µg/liter) Heptachlor epoxide (µg/liter) 0,03 Hexachlorobenzene (µg/liter) 1 Isoproturon (µg/liter) 9 Lindane (µg/liter) MCPA (µg/liter) Methoxychlor (µg/liter) 0 Metolachlor (µg/liter) 10 Molinate (µg/liter) 6 Pendimethalin (µg/liter) 0 Pentachlorophenol (µg/liter) 9 Permethrin (µg/liter) 0 Propanil (µg/liter) 0 Pyridate (µg/liter) 100 Simazine (µg/liter) Trifluralin (µg/liter) 0 Chlorophenoxy (µg/liter) Herbicides (µg/liter) selain,4d dan MCPA (µg/liter),4-db (µg/liter) 90 Dichlorprop (µg/liter) 100 Fenoprop (µg/liter) 9 Mecoprop (µg/liter) 10,4,5-T (µg/liter) 9 D. Desinfektan dan hasil sampingannya Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Monochloramine (mg/liter) 3 Thesis E-4

28 Lampiran E Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Chlorine (mg/liter) 5 Bromate (µg/liter) 5 Chlorite (µg/liter) 00 Chlorophenol (µg/liter),4,6-trichlorophenol (µg/liter) 00 Formaldehyde (µg/liter) 900 Trihalomethanes Bromoform (µg/liter) 100 Dibromochloromethane (µg/liter) 100 Bromodichloromethane (µg/liter) 60 Chloroform (µg/liter) 00 Chlorinated acetic acids Dichloroacetic acid (µg/liter) 50 Trichloroacetic acid (µg/liter) 100 Chloral hydrate (µg/liter) (trichloroacetaldehyde) (µg/liter) 10 Halogenated acetonitriles Dichloroacetonitrile (µg/liter) 90 Dibromoacetonitrile (µg/liter) 100 Trichloracetonitrile (µg/liter) 1 Cyanogen chloride (sebagai CN) (µg/liter) 70. Bahan Kimia yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen A. Bahan Anorganik Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Ammonia mg/l 1,5 Alumunium mg/l 0, Thesis E-5

29 Lampiran E Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Klorida mg/l 50 Tembaga mg/l 1 Kesadahan mg/l 500 Hidrogen Sulfida mg/l 0.05 Besi mg/l 0.3 Mangan mg/l 0.1 ph - 6,5-8,5 Sodium mg/l 00 Sulfat mg/l 50 Total zat padat terlarut mg/l 1000 Seng mg/l 3 B. Bahan Organik, Desinfektan dan hasil sampingannya Organik Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Toluene (µg/l) Xylene (µg/l) Ethylbenzene (µg/l) -00 Styrene (µg/l) Monochlorobenzene (µg/l) ,-dichlorobenzene (µg/l) ,4-dichlorobenzene (µg/l) 0,3-30 Trichloorbenzenes (total) (µg/l) 5-50 Deterjen (µg/l) 50 Desinfektan dan hasil sampingannya Chlorine (µg/l) chlorophenol (µg/l) ,4-dichlorophenol (µg/l) 0,3-40 Thesis E-6

30 Lampiran E Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan 1 3 4,4,6-trichlorophenol (µg/l) Radioaktifitas Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Gross alpha activity (Bq/liter) 0,1 Gross beta activity (Bq/liter) 1 4. Fisik Parameter Parameter Fisik Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan Warna TCU 15 Rasa dan bau tidak berbau dan berasa Temperatur C Suhu udara ± 3`C Kekeruhan NTU 5 Thesis E-7

31 Lampiran F Lampiran F Data Hasil Percobaan F.1 Percobaan Pendahuluan Tabel F-1 Kelarutan Ozon Pada Aquades, 0.5 lpm Waktu (mnt) depan belakang [O3] ph T ('C) [O3] ph T ('C) Tabel F- Kelarutan Ozon Pada Air Kran, 0.5 lpm Waktu (mnt) [O3] ph T ('C) Tabel F-3 Kelarutan Ozon Pada Air Sumur t 0.5lpm t 1lpm t lpm Thesis F-1

32 Lampiran F Tabel F-4 Produksi Ozon Generatpr Debit Udara Lpm 1 Lpm 0.5 Lpm Lpm Waktu 1.5 detik 3 detik 6 detik 1.5 detik Volume sampel 50 ml 50 ml 50 ml 50 ml Produksi ozon ppm/detik ppm/detik ppm/detik ppm/detik F. Percobaan Utama Tabel F-5 Ozonasi Sumur 1, 0.5 lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan ml permanganat Angka KMnO Tabel F-6 Ozonasi Sumur 1, 0.5 lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan ml permanganat Angka KMnO Tabel F-7 Ozonasi Sumur 1, 1 lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan ml permanganat Angka KMnO Thesis F-

33 Lampiran F Tabel F-8 Ozonasi Sumur 1, 1 lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan ml permanganat Angka KMnO Tabel F-9 Ozonasi Sumur 1, lpm t A (Fe) [Fe] A (Fe) [Fe] [Fe] Penyisihan Tabel F-10 Ozonasi Sumur, 0.5 lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan Tabel F-11 Ozonasi Sumur, 1 lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan Tabel F-1 Ozonasi Sumur, lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan Thesis F-3

34 Lampiran F Tabel F-13 Ozon/UV Sumur 1, 0.5 lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan ml permanganat Angka KMnO Tabel F-14 Ozon/UV Sumur 1, 1 lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan ml permanganat Angka KMnO Tabel F-15 Ozon/UV Sumur 1, lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan ml permanganat Angka KMnO Thesis F-4

35 Lampiran F Tabel F-16 Ozon/UV Sumur, 0.5 lpm t ph T A (Fe) [Fe] % Penyisihan Tabel F-17 Ozon/UV Sumur, 1 lpm t ph T A ( Fe) [Fe] % Penyisihan Tabel F-18 Ozon/UV Sumur, lpm t ph T A (F e) [F e] % Penyisihan Tabel F-19 TOC O3 saja o3 +uv t TOC Total TOC D Penyisihan t TOC Total TOC D Penyisihan Penyisihan Thesis F-5

36

37 Lampiran H Lampiran H Analisa Statistika Uji ANOVA dilakukan terhadap penyisihan besi dari air. Sebelum dilakukan uji ANOVA data terlebih dahulu perlu diuji aakah terdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan metode Chi-Kuadrat menggunakan program SPSS. Hasil uji normalitas penyisihan besi dari air tanah ditampilkan pada tabel H- dan H-3 berikut: Tabel H-1 Data Analisa Statistik Level Faktor Sumur Debit Pemompaan, Lpm UV watt Efesiensi R1 R Total x x Total Tabel H- Hasil Uji Chi- Kuadrat Tabel H-3 VAR00001 Chi-Square(a),000 df 3 Asymp. Sig. 1,000 a 4 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 1,0. Tabel H-3Test Normalitas Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. VAR00001,156 4,133,907 4,030 a Lilliefors Significance Correction Thesis H-1

38 Lampiran H ANOVA Tabel H-4 Berbagai Variasi Kondisi Oksidasi Besi Faktor Level 1 Level Level 3 Sumber Air (A) Sumur 1 Sumur Debit Pemompaan (B) 0,5 lpm 1 lpm lpm UV (C ) 0 watt 3 x 10 watt 1. Hipotesis: H0 = α1 = α = 0 β1 = β = β3 γ1 = γ ; (α β)11 = (α β)1 =.= (α β)3 = 0 (α γ)11 = (α γ)1 =.= (α γ) = 0 (β γ)11 = (β γ)1 =.= (β γ)3 = 0 (α β γ)111 = (α β γ)11 =.= (α β γ)3 = 0 Ha = nilai α, β, γ, (α β), (αγ), (β γ), (α β γ), dan ρ 0 Tingkat Kepercayaan,α =0.05 (5%) untuk seluruh pengujian.. Kriteria a =, b = 3, c =, r = a. Untuk replikasi df-numerator = r-1 = 1 df-denumerator = (abc-1)(r-1) = 11 Tolak bila F> 4,84 (F (0,05), (,11) ) b. Untuk efek utama Sumber Air (A) df-numerator = b-1 = 1 df-denomerator = (abc-1)(r-1) = 11 Tolak bila F> 4,84 (F (0,05), (,11) ) Debit Pemompaan df-numerator = b-1 = df-denomerator = (abc-1)(r-1) = 11 Tolak bila F> 3,98 (F (0,05), (,11) ) Sinar UV df-numerator = c-1 = 1 df-denomerator = (abc-1)(r-1) = 11 Thesis H-

39 Lampiran H Tolak bila F> 4,84 (F (0,05), (,11) ) c. Untuk interaksi dua faktor Sumber air- debit pemompaan (AB) df-numerator = (a-1)(b-1) = df-denomerator = (abc-1)(r-1) = 11 Tolak bila F> 3,98 (F (0,05), (,11) ) Sumber air- sinar UV(AC) df-numerator = (a-1)(c-1) = 1 df-denomerator = (abc-1)(r-1) = 11 Tolak bila F> 4,84 (F (0,05), (,11) ) Debit pemompaan-sinar UV (BC) df-numerator = (b-1)(c-1) = df-denomerator = (abc-1)(r-1) = 11 Tolak bila F> 3,98 (F (0,05), (,11) ) d. Untuk interaksi tiga faktor Sumber Air-Debit Pemompaan-Sinar UV df-numerator = (a-1)(b-1)(c-1) = df-denomerator = (abc-1)(r-1) = 11 Tolak bila F> 3,98 (F (0,05), (,11) ) 3. Perhitungan dengan ANOVA dua arah untuk penyisihan besi Dari data pada tabel H-1 dilakukan perhitungan sebagai berikut: T 113,57 a. C = = = , 1 abcr x3xx = x ij ,1= 937,81 b. SST C = [ 95,0 + 91, ,98 ] 1 SS(Tr) = r 1 a = c. T - C = [ 186, ,03 ] , = abc x3x d. SSR T C = [ 1058, ,41 ] ,1 0.3 b = e. SSE = SST - SSTr SSR = Selanjutnya SS(Tr) dipisah menjadi: a. Efek utama = SSA, SSB, SSC b. Interaksi dua faktor = SS(AB), SS(AC), SS(BC) c. Interaksi tiga faktor = SS (ABC) Thesis H-3

40 Lampiran H 4.a Interaksi AB Untuk mengatahui interaksi AB, data ada tabel H-1 disusun kembali dengan hanya memuat faktor A dan B saja seperti pada tabel H-5 Tabel H-5 Data Interaksi AB B A T T Dari data dihitung nilai dari: 1 SS(Tr)AB = r c 1 = x x ij C [ 37, , ,77 ] ,1 = 603, 94 [ 1116, ,01 ] 1 1 SSA = Ta C = ,1 = 595,53 bxcxr 3xx 1 SSB = T axcxr 1 = xx b [ 70, , ,77 ] ,1 = 0,81 SS ( AB) = SS( Tr) AB SSA SSB = 603,94 595,53 0,81 = 7,60 4.b Interaksi AC Untuk mengatahui interaksi AC, data ada tabel H-1 disusun kembali dengan hanya memuat faktor A dan C saja seperti pada tabel H-6 Tabel H-6 Data Interaksi AC C A x10 T T Dari data dihitung nilai dari: 1 SS(Tr)AC = r b 1 = x3 x ij C [ 580, , ,10 ] ,1 = 770, 13 Thesis H-4

41 Lampiran H 1 SSC = Tb C = bxaxr 3xx 1 [ 108, ,75 ] ,1 = 113,00 SS ( AC) = SS( Tr) AC SSA SSC = 770,13 595,53 113,00 = 61,60 4.b Interaksi BC Untuk mengatahui interaksi BC, data ada tabel H-1 disusun kembali dengan hanya memuat faktor B dan C saja seperti pada tabel H-7 Tabel H-7 Data Interaksi BC B C T X T Dari data dihitung nilai dari: 1 SS(Tr)BC= r a 1 = x x ij C [ 386, , ,86 ] ,1 = 63, 85 SS ( BC) = SS( Tr) BC SSB SSC = 63,85 0,81 113,00 = 150,04 = 1,0 [ SSA + SSB + SSC + SSAB + SSAC + ] SS( ABC) = SS( Tr) SSBC Rekapitulasi hasil perhitungan ANOVA tersebut di atas ditampilkan pada tabel H-8 Tabel H-8 Rekapitulasi ANOVA sumber variasi df SS MS F hit F HIPOTESIS replikasi diterima efek utama: A ditolak B diterima C ditolak interaksi faktor AB ditolak AC ditolak BC ditolak Thesis H-5

42 Lampiran H sumber variasi df SS MS F hit F HIPOTESIS interaksi 3 faktor ABC diterima error total 3.00 Thesis H-6

LAMPIRAN F. Persyaratan Kualitas Air Minum

LAMPIRAN F. Persyaratan Kualitas Air Minum LAMPIRAN F Persyaratan Kualitas Air Minum PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: 97/MENKES/SK/VII/22 TANGGAL: 29 Juli 22 LAMPIRAN F Persyaratan Kualitas Air Minum PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: 97/MENKES/SK/VII/22

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dala m rangka

Lebih terperinci

Lampiran I. Gambar Sampel. Air setelah penambahan pree chlorination

Lampiran I. Gambar Sampel. Air setelah penambahan pree chlorination Lampiran I. Gambar Sampel Air setelah penambahan pree chlorination Lampiran II. Diagram Alir I. Pembuatan Media a. Pembuatan Media NaCl 9% 0,9 g NaCl NaCl 9% Dimasukkan kedalam erlemeyer 100 ml Dilarutkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

LAMPIRAN I. No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan LAMPIRAN I Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. I. PARAMETER WAJIB No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 2. Sifat fisik dan kimia air permukaan

Tabel Lampiran 2. Sifat fisik dan kimia air permukaan LAMPIRAN 58 59 Tabel Lampiran 1. Sifat kimia air hujan No Contoh Air ph P-total (mg/l) Nitrat (mg/l) Pb (mg/l) 1 Air Hujan 1 6.3 0.25 6.2 0.13 2 Air Hujan 2 6.3 0.2 0 0.09 3 Air Hujan 3 6.1 0.33 6.2 0.13

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Basu, R., and Wright, N.J. (1997), Total Manufacturing Solutions, Oxford: Butterworth-Heinemann.

DAFTAR PUSTAKA. Basu, R., and Wright, N.J. (1997), Total Manufacturing Solutions, Oxford: Butterworth-Heinemann. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Kebijakan Pembangunan Air Bersih dan Peningkatan Kinerja Melalui Penyehatan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Dikutip 2 Januari 2007 dari http://kkppi.go.id/dloads/kpdam.pdf

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM 688 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002

Lebih terperinci

Tata cara penentuan jenis unit instalasi pengolahan air berdasarkan sumber air baku

Tata cara penentuan jenis unit instalasi pengolahan air berdasarkan sumber air baku Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan jenis unit instalasi pengolahan air berdasarkan sumber air baku ICS 91.140.60; 13.060.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l No Panjang Gelombang % T Absorbansi (nm) 1 500 75 0,1249 2 505 74 0,1308 3 510 73

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. III.1 Umum

Bab III Metodologi Penelitian. III.1 Umum Bab III Metodologi Penelitian III.1 Umum Seluruh penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung dari Bulan Februari hingga

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. Bahwa salah satu faktor mendasar yang menentukan tingkat

Lebih terperinci

TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK TAHUN 2005 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. Bahwa salah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM I. PARAMETER WAJIB No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan 1. Parameter

Lebih terperinci

Tabel.1. Data Absorbansi Larutan Standar Unsur Nikel ( Ni ) Bulan II 0,0000 0,0000 0,0100 0,0015 0,0200 0,0030 0,0300 0,0044 0,0400 0,0057

Tabel.1. Data Absorbansi Larutan Standar Unsur Nikel ( Ni ) Bulan II 0,0000 0,0000 0,0100 0,0015 0,0200 0,0030 0,0300 0,0044 0,0400 0,0057 Lampiran Tabel.1. Data Absorbansi Larutan Standar Unsur Nikel ( Ni ) Konsentrasi (mg/l) Absorbansi rata rata 0,0000 0,0000 0,0100 0,0015 0,0200 0,0030 0,0300 0,0044 0,0400 0,0057 Absorbansi Unsur Nikel

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU 85 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No Parameter Satuan A. FISIKA Bau Jumlah

Lebih terperinci

General Information on Fecal Koliform. March BASIN

General Information on Fecal Koliform. March BASIN DAFTAR PUSTAKA Alaerts G, Santika SS. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya [APDAMINDO] Asosiasi Pengusaha/Pemasok dan Distribusi Depo Air Minum Indonesia. 03. Air Minum Isi Ulang [APHA]

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

IV.1 Kualitas Air Sumur di Daerah Bandung

IV.1 Kualitas Air Sumur di Daerah Bandung Bab IV Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilakukan beserta pembahasannya disajikan dalam format tabel, gambar serta narasi. Melalui perhitungan dan analisis diharapkan dapat diketahui kondisi

Lebih terperinci

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9 97 Lampiran 1 ph Alat Ukur : ph meter Prosedur Pengukuran 1. Kalibrasi dengan larutan buffer sampai ph 4 2. Pengukuran ph air gambut (dicelupkan ph meter ke air gambut) 3. Dicatat berapa ph yang terukur

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air A. Daftar Kriteria Kualitas Air Golonagan A (Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Buret 25 ml pyrex - Pipet ukur 10 ml pyrex - Gelas ukur 100 ml pyrex - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex - Labu ukur 100 & 1000 ml pyrex - Botol aquades

Lebih terperinci

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5. BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plan (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN

STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN Sosialisasi PMK No. 70/2016 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri Sri Irianti Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Auditorium Siwabessy,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

Penurunan Konsentrasi Besi Dalam Air Secara Oksidasi Kimia Lanjut (Fotokimia Sinar Uv Dan Uv-Peroksidasi) Elfiana 1 ABSTRAK

Penurunan Konsentrasi Besi Dalam Air Secara Oksidasi Kimia Lanjut (Fotokimia Sinar Uv Dan Uv-Peroksidasi) Elfiana 1 ABSTRAK Penurunan Konsentrasi Besi Dalam Air Secara Oksidasi Kimia Lanjut (Fotokimia Sinar Uv Dan Uv-Peroksidasi) Elfiana 1 1 Staf Pengajar email : elfiana_72@yahoo.com ABSTRAK Air yang mengandung besi terlarut

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2003 PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2003 PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, 1 LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 44 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 27 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna Benda uji Tabung reaksi berisi laktosa broth Di Pipet Diinkubasi pada suhu 35 ± 0,5ºC selama 24 jam Tahap Pendugaan Gas + dalam 24 jam Gas dalam

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 15: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) refluks terbuka dengan refluks terbuka secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PENGUJIAN AMDK Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PARAMETER UJI Warna Kekeruhan Kadar kotoran ph Zat terlarut Zat organik(angka KMnO40 Nitrat Nitrit Amonium Sulfat Klorida Flourida Sianida Klor bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi. KUESIONER DAMPAK PEMUPUKAN NITROGEN DOSIS TINGGI PADA USAHATANI SAYURAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam titrasi redoks Permanganometri Dikromatometri Serimetri Iodo-iodimetri Bromatometri Permanganometri Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No. 27 2000 Seri D PERATURAN DAERAH JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2000 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN BAKU MUTU AIR PADA SUNGAI CITARUM DAN ANAK-ANAK SUNGAINYA DI JAWA BARAT

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii

Lebih terperinci

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN YANG MELAKUKAN PENGOLAHAN AIR

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PROSEDUR ANALISA TSS

LAMPIRAN I PROSEDUR ANALISA TSS 165 LAMPIRAN I PROSEDUR ANALISA TSS 1. Alat a. Cawan penguapan, diameter 90 mm, kapasitas 100 ml, terbuat dari porselin b. Oven untuk pemanasan 105 o C c. Desikator d. Kertas Saring e. Timbangan analitis,

Lebih terperinci

PENURUNAN KONSENTRASI BESI DALAM AIR SECARA OKSIDASI KIMIA LANJUT (FOTOKIMIA SINAR UV DAN UV-PEROKSIDASI) ABSTRAK

PENURUNAN KONSENTRASI BESI DALAM AIR SECARA OKSIDASI KIMIA LANJUT (FOTOKIMIA SINAR UV DAN UV-PEROKSIDASI) ABSTRAK PENURUNAN KONSENTRASI BESI DALAM AIR SECARA OKSIDASI KIMIA LANJUT (FOTOKIMIA SINAR UV DAN UV-PEROKSIDASI) Elfiana 1 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Email: elfiana_72@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV Ayu Nitami 0906489681 Mohammad Fauzi Rachman 0906636876 Retno Murti Wulandari 0906636964 Tanggal Praktikum : 5 Mei

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit LAMPIRAN Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46 Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air. Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air. Nitrogen - Distilasi dari 50 ml ke 25 ml - Tambahkan MnSO4 1 tetes - Tambahkan Clorox 0,5 ml - Tambahkan Phenat 0,6 ml - Diamkan ± 15 menit

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan. Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan. No Parameter Fisik, Kimia, Biologi Satuan Alat 1 Temperatur air 0 C Termometer Air Raksa 2 DO (Oksigen Terlarut)

Lebih terperinci

PENYISIHAN Fe-ORGANIK PADA AIR TANAH DENGAN PROSES OZONISASI

PENYISIHAN Fe-ORGANIK PADA AIR TANAH DENGAN PROSES OZONISASI PENYISIHAN Fe-ORGANIK PADA AIR TANAH DENGAN PROSES OZONISASI Kancitra Pharmawati 1, Moh. Rangga Sururi, 2 Eka Wardhani 3 Indra Suryana 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Lingkungan, ITENAS E-mail: 1 kancitra@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum a. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum, baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu yaitu penelitian

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 7 : Cara uji kadar sulfur dioksida (SO 2 ) dengan metoda pararosanilin menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA o C Temperatur mg/l Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Residu Terlarut mg/l

Lebih terperinci

Perhitungan nilai konsentrasi gas SO 2 yang terjerap. Analisis data. Penulisan skripsi. Selesai

Perhitungan nilai konsentrasi gas SO 2 yang terjerap. Analisis data. Penulisan skripsi. Selesai LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1. Diagram alir penelitian Mulai Pengambilan sampel uji (sampel dijerap dengan larutan TCM) Sampel dikarakterisasi secara spektroskopi Diperoleh panjang gelombang serapan maksimum

Lebih terperinci

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas Standar Nasional Indonesia Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas ICS 79.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium 118 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan dengan 3

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air SALINAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Air tanah merupakan sumber air yang sangat potensial bagi manusia, yaitu meliputi 99% dari air bersih yang siap pakai. Kualitasnya pun lebih baik daripada air permukaan

Lebih terperinci

MODEL ALAT PENYARINGAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA TAWAS, PASIR DAN ARANG TEMPURUNG TERHADAP KUALITAS AIR

MODEL ALAT PENYARINGAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA TAWAS, PASIR DAN ARANG TEMPURUNG TERHADAP KUALITAS AIR MODEL ALAT PENYARINGAN AIR GAMBUT DENGAN MEDIA TAWAS, PASIR DAN ARANG TEMPURUNG TERHADAP KUALITAS AIR Suatu Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Air minum dalam kemasan

Air minum dalam kemasan SNI 0135532006 Standar Nasional Indonesia Air minum dalam kemasan ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 0135532006 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Kerja Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biomassa dari bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 13 2000 SERI D KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 28 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUNTUKAN AIR DAN BAKU MUTU AIR PADA SUNGAI CIWULAN DAN SUNGAI CILANGLA DI JAWA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N. Lampiran 1 Prosedur uji asam basa dan Net Acid Generation (Badan Standardisasi Nasional, 2001) A. Prinsip kerja : Analisis perhitungan asam-basa meliputi penentuan potensi kemasaman maksimum (MPA) yakni

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lay out penelitian I

Lampiran 1 Lay out penelitian I LAMPIRAN 65 Lampiran 1 Lay out penelitian I 66 Lampiran 2 B. humidicola tanpa N (A), B. humidicola dengann (B), P. notatum tanpa N (C), P. notatum dengan N (D), A. compressus tanpa N (E), A.compressus

Lebih terperinci

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik PERMANGANOMETRI A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik B. TUJUAN Menentukan normalitas KMnO 4 sesungguhnya. C. DASAR TEORI Permanganometri merupakan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK Oleh: Retno Rahayu Dinararum 1409 100 079 Dosen Pembimbing: Drs. R. Djarot

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 5: Cara uji oksida-oksida nitrogen dengan metoda Phenol Disulphonic Acid (PDS) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE Logo PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE RADITYO ARI HAPSORO 1407100013 Dosen Pembimbing Drs. Djarot Sugiarso KS,

Lebih terperinci