IV.1 Kualitas Air Sumur di Daerah Bandung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV.1 Kualitas Air Sumur di Daerah Bandung"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilakukan beserta pembahasannya disajikan dalam format tabel, gambar serta narasi. Melalui perhitungan dan analisis diharapkan dapat diketahui kondisi dan faktor faktor yang mempengaruhi proses oksidasi besi serta zat organik dengan ozon maupun ozon/uv. Pembahasan pada bab ini akan dimulai dari hasil analisis kualitas air sumur di daerah Bandung, dilanjutkan dengan hasil penelitian pendahuluan mengenai produksi ozon dari generator. Kemudian diteruskan dengan pengukuran waktu paruh ozon, kelarutan ozon serta pengaruh ozon terhadap fisik-kimia air. Informasi yang diperoleh dari penelitian pendahuluan ini digunakan sebagai dasar penelitian utama yaitu menyangkut debit pemompaan udara serta waktu reaksi. Pembahasan hasil penelitian utama dilakukan untuk mengetahui penyisihan besi dan zat organik dengan oksidasi ozon serta ozon/uv. Selain itu juga dilakukan analisa statistik terhadap hasil yang diperoleh pada penelitian utama mengenai penyisihan besi untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhinya. Pada data data hasil oksidasi besi juga dilakukan analisa untuk mendapatkan kinetika reaksi yang terjadi. IV.1 Kualitas Air Sumur di Daerah Bandung Air sumur yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari air sumur penduduk di Kelurahan Kebonwaru Kecamatan Batununggal, Kota Bandung. Sesaat setelah diambil dari sumur air masih terlihat bersih, namun 1 menit berikutnya air menjadi berwarna dan tidak bening lagi. Menurut penuturan penduduk yang menggunakan sumur tersebut mereka terkadang harus menunggu hingga seminggu agar air dapat digunakan untuk keperluan sehari hari. Penggunaan langsung air dari sumur di daerah tersebut menimbulkan noda pada pakaian yang dicuci menggunakannya. Diperkirakan kondisi ini disebabkan kandungan besi yang cukup tinggi pada air sumur yang dipergunakan penduduk. 1

2 Hasil analisa kualitas air dari sumur di wilayah studi pada bulan Juni adalah ditunjukkan dengan tabel IV-1: Tabel IV-1 Kualitas Air Sumur Kelurahan Kebonwaru Kecamatan Batununggal, Kota Bandung Satuan Satuan Baku Mutu* Sumur-1 Sumur- Kualitas Ket Kualitas Ket ph ,5 7,1 memenuhi 7,3 memenuhi T ( C) Normal 4,6 memenuhi 4,5 memenuhi Turbiditas NTU tidak memenuhi 38,8 tidak memenuhi TDS mg/l memenuhi 549 memenuhi Warna TCU 15 5 memenuhi 5 memenuhi Kesadahan mg/l 5 14 memenuhi 4 memenuhi Klorida mg/l 5 61,8 memenuhi 5,6 memenuhi Flourida mg/l 1,5 <,1 memenuhi <,1 memenuhi Nitrat mg/l 5 1,5 memenuhi,1 memenuhi Nitrit mg/l 3,9 memenuhi,8 memenuhi Sulfat mg/l 5 31,9 memenuhi 35,9 memenuhi Besi mg/l,3,4 tidak memenuhi 3,1 tidak memenuhi Mangan mg/l,1 1,439 tidak memenuhi 1,114 tidak memenuhi Natrium mg/l 41,895 memenuhi 34,53 memenuhi Kalium mg/l - 9,63-8,7 - * Baku Mutu Air Minum sesuai SK Mentri Kesehatan RI 97/MENKES/SK/VII/ Hasil analisa air sumur yang dilakukan menunjukkan kualitas air sumur yang belum memenuhi baku mutu sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 97/Menkes/SK/VII/ Tanggal 9 Juli Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum adalah untuk parameter turbiditas, besi dan mangan. Nilai parameter parameter tersebut diharapkan dapat memenuhi baku mutu setelah melalui oksidasi dengan ozon maupun ozon/uv yang diikuti dengan proses filtrasi. Parameter yang selanjutnya menjadi fokus pada penelitian ini adalah besi serta paramater zat organik. Zat organik di dalam air sumur secara alami adalah berupa materi humus yang dapat berikatan dengan logam membentuk senyawa kompleks yang sukar teroksidasi. Oleh karena itulah dalam pembahasan ini konsentrasi zat organik juga diperhitungkan.

3 Pengukuran besi dan zat organik pada sumur 1 di bulan Maret dapat dilihat pada tabel IV- berikut: Tabel IV- Konsentrasi Besi dan Zat Organik Sumur 1 Fe total 3.65 mg/l Fe + Fe 3+ Zat organik.68 mg/l 3.1 mg/l 9 mg/l (sebagai TOC) Hasil analisa menunjukkan sebagian besi berada dalam bentuk besi(iii) namun diperkirakan juga terdapat kandungan besi yang berikatan dengan zat organik. Selisih dari konsentrasi besi total dengan jumlah besi(ii) dan besi(iii) diasumsikan sebagai konsentrasi besi yang berikatan dengan zat organik yaitu sebesar,43 mg/l. IV. Produksi Ozon dari Generator Konsentrasi ozon yang terukur dari 5 ml sampel udara keluaran dari generator adalah sebesar 1 ppm (udara) yang berarti (dengan asumsi 1 mol gas = 4,4 L untuk T = 5 C, P = 1 atm ): Volume ozon di dalam udara keluaran = 1 ml/1ml x 5 ml =,5 ml Mol ozon =,5 ml/4,4 ml/mmol =,5 mmol Massa ozon =,5 mmol x 48 mg/mmol =,9836 mg Konsentrasi ozon =,9836mg/5 ml =,1967 mg/l =, mg/l Berdasarkan debit pemompaan yang dialirkan ke dalam generator, produksi ozon dari generator adalah seperti pada tabel IV-4. 3

4 Tabel IV-3 Produksi Ozon dari Generator Debit pemompaan Lpm 1 Lpm,5 Lpm Waktu 1,5 detik 3 detik 6 detik Volume sampel 5 ml 5 ml 5 ml Produksi ozon (gas) 66,67 ppm/detik 33,33 ppm/detik 16,67 ppm/detik Hasil pengukuran menunjukkan produksi ozon sebanding dengan besarnya debit pemompaan. Semakin besar debit pemompaan maka produksi ozon juga akan semakin besar. Konsentrasi ozon yang dihasilkan maksimal 66,67 ppm (gas) /detik untuk debit pemompaan lpm. Jika input gas yang digunakan adalah oksigen murni, diperkirakan produksi ozon dari generator akan jauh lebih besar. Secara teoretis perbandingan oksigen dengan ozon yang dihasilkan adalah 3:, dari persamaan reaksi pembentukan ozon, yaitu: 3O O 3 Menggunakan asumsi kadar oksigen di udara sebesar,9%, didapatkan efesiensi generator ozon sebesar,7% dari perhitungan sebagai berikut: Volume sampel = 5 ml Volume Oksigen =,9 x 5 ml = 1,45 ml Volume Ozon teoretis = /3 x 1.45 = 6.97 ml Volume ozon sebenarnya = 5 ml x 1 ppm =,5 ml Efisiensi generator vol. ozon = sebenarnya 1% vol. ozon teoretis =,5/6.97x1% =,7% Efisiensi generator ozon dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen yang dialirkan ke dalam generator serta kualitas gas yang digunakan. Untuk generator yang menggunakan udara sebagai input gas, maksimum konsentrasi ozon yang dapat dihasilkan adalah 3-5% sedangkan untuk penggunaan oksigen sebagai input gas konsentrasi maksimum ozon dapat mencapai 8-14% (US EPA, 1999). Input gas yang masuk ke generator haruslah dalam kondisi yang aman bagi generator 4

5 tersebut. Gas ataupun udara yang digunakan haruslah bersih dan kering dengan titik embun maksimum -6 C dan bebas dari kontaminan (US EPA, 1999). IV.3 Kelarutan Ozon Dalam Air Ozon merupakan gas yang sedikit terlarut di dalam air. Umumnya konsenstrasi ozon yang digunakan pada pengolahan air < 14% (US EPA, 1999).Pengukuran kelarutan ozon di dalam air aquades, air kran dan air sumur dangkal dilakukan dengan beberapa perlakuan yaitu reaktor tunggal, reaktor seri dan variasi debit pemompaan udara. Konsentrasi ozon yang terukur pada penelitian ini sebenarnya adalah konsentrasi sisa ozon karena ozon merupakan gas yang sangat reaktif. Kereaktifan ozon menyulitkan bagi pengukuran kelarutan ozon di dalam air secara langsung tanpa terjadi reaksi oksidasi dengan senyawa lain yang terdapat di dalam air. Diperkirakan terjadi kehilangan konsentrasi ozon sekitar 1% selama persiapan pengukuran (Hoignẻ dan Bader, 1975). Pengukuran kelarutan ozon sebaiknya dilakukan secara online untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih tepat. Pengukuran ozon dengan Indigo dapat memberikan hasil yang akurat, gampang dan cepat, karena reagen yang diguakan hanya mengandung satu ikatan karbon rangkap yang akan bereaksi dengan ozon (Bader dan Hoignẻ, 1981). Metode Indigo dapat digunakan untuk pengukuran konsentrasi ozon dari,5 mg/l hingga 3 mg/l (Bader dan Hoignẻ, 1981). Kelarutan ozon maksimal di dalam air pada temperatur C adalah sebesar 57 ppm dengan menggunakan ozon murni (Kinman, 1975 dalam US EPA 1999). Menggunakan persamaan dari Lenntech, 1998 dapat dilakukan perhitungan rasio kelarutan ozon di dalam air pada temperatur 5 C: log1s = -,5,13T [ C] T=5 C, maka s =,66 mg/l air tiap mg/l gas 5

6 Untuk generator ozon yang menghasilkan konsentrasi ozon sebesar, mg/l didapatkan secara teoretis kelarutan ozon di dalam air sebesar,54 mg/l. Hasil percobaan akan coba dibandingkan dengan hasil perhitungan ini Reaktor Tunggal Kelarutan ozon untuk reaktor tunggal dari 3 jenis air dengan debit pemompaan,5 lpm disajikan pada tabel IV-5 dan Gambar IV-1. Hasil percobaan menunjukkan kelarutan ozon pada air sumur lebih tinggi dibandingkan aqudes dan air kran. Selama jam ozonasi konsentrasi maksimal ozon untuk air sumur adalah,67 mg/l, untuk air kran,15 mg/l dan untuk aquades sebesar, mg/l. Kelarutan ozon pada air kran menunjukkan konsentrasi yang paling rendah, kondisi ini mungkin disebabkan masih terdapat sisa klor pada air kran. Klorin dapat bereaksi dengan ozon dan dapat mengganggu pengukuran kadar ozon di dalam air (Hoignẻ, 1994). Standar penggunaan ozone meter juga menyatakan bahwa pembacaan konsentrasi ozon terlarut akan terganggu jika di dalam air tersebut masih terdapat sisa klor. Untuk itu sebaiknya dilakukan analisa sisa ozon di dalam air kran. Konsentrasi sisa ozon berbeda beda untuk kondisi air yang berbeda pula. Kelarutan ozon sangat dipengaruhi oleh ph air, temperatur, kekeruhan serta adanya materi materi di dalam air yang dapat bereaksi dengan ozon. Tabel IV-4 Kelarutan Ozon dalam Air (mg/l) Aquades Air Kran Air Sumur Waktu (menit) [O3] mg/l ph T ( C) [O3] mg/l ph T ( C) [O3] mg/l ph T ( C)

7 Aquades Air Kran Air Sumur Waktu (menit) [O3] mg/l ph T ( C) [O3] mg/l ph T ( C) [O3] mg/l ph T ( C) Kelarutan ozon yang terukur pada penelitian ini sangat kecil (maksimum sebesar,67 mg/l pada ozonasi air sumur dengan waktu 1 menit) dibandingkan kelarutan maksimum menurut teori yaitu 57 mg/l. Kecilnya konsentrasi ozon yang terukur disebabkan kadar ozon yang dilarutkan ke dalam air juga sangat kecil yaitu sebesar 1 ppm atau, mg/l yang setara dengan maksimal 66,67ppm/detik untuk pemompaan lpm. Namun jika konentrasi ozon yang ditemukan ini dibandingkan terhadap perhitungan teoretis bahwa untuk, mg/l ozon di udara kelarutannya di dalam air sebesar,54 mg/l pada temperatur 5 C, maka kelarutan ozon yang terukur lebih besar. Perbedaan nilai konsentrasi kelarutan ozon antara perhitungan dan pengukuran mungkin disebabkan pada perhitungan hanya mempertimbangkan temperatur, tanpa mempertimbangkan kandungan lain di dalam air, waktu kontak antara ozon dengan air maupun proses transfer massa yang terjadi. Konsentrasi Ozon (mg/l) y = -4E-5x +.6x R =.5189 y = -7E-5x +.14x R = y = -1E-5x +.9x R =.9559 'aquades' 'air kran' 'air sumur' Poly. ('air kran') Poly. ('aquades') Poly. ('air sumur') Gambar IV-1 Kurva Kelarutan Ozon dalam Air 7

8 4.3. Reaktor Seri Hasil ozonasi untuk reaktor seri pada aquades dan air sumur menunjukkan besar konsentrasi ozon di kedua reaktor tidak jauh berbeda (Gambar IV- dan IV-3). Hal ini menunjukkan bahwa pada gas keluaran dari reaktor pertama masih terdapat ozon dalam jumlah yang cukup untuk menjalankan reaktor kedua. Jika dijalankan hanya satu reaktor gas keluaran dari reaktor tersebut memungkinkan untuk diresirkulasi..5 Konsentrasi Ozon (mg/l) Reaktor 1 Reaktor Gambar IV- Reaktor Seri Untuk Aquades Pada gambar IV- menunjukkan kelarutan ozon pada air sumur dengan debit pemompaan sebesar 1 lpm. Kelarutan ozon dapat mencapai 1 mg/l setelah 9 menit ozonasi pada reaktor 1. Pemasangan reaktor secara seri menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda di antara kedua reaktor. Hal ini menunjukkan bahwa sisa ozon dari reaktor pertama masih cukup untuk mengoksidasi air pada reaktor kedua. Sisa ozon yang besar bisa disebabkan volume reaktor yang kecil yaitu L sehingga masih banyak ozon yang langsung terlepas lagi ke udara setelah kontak dengan air yang tidak begitu dalam. Pada penelitian ini reaksi hanya dilakukan untuk debit reaktor maksimal L, volume reaktor tidak dapat diperbesar karena keterbatasan ketersediaan peralatan. 8

9 Konsenstrasi ozon (mg/l) reaktor 1 reaktor Gambar IV-3 Reaktor Seri Untuk Air Sumur Pada Perbedaan Debit Pemompaan Percobaan menggunakan debit pemompaan yang berbeda bertujuan untuk mengetahui hubungan debit dengan kelarutan ozon serta untuk mendapatkan besarnya debit optimum yang sebaiknya digunakan. Perbedaan debit pemompaan ternyata menghasilkan kelarutan ozon yang berbeda. Dari gambar IV-8 terlihat bahwa kelarutan ozon di dalam air sumur yang terbesar didapatkan dengan pemompaan 1 lpm, dan terkecil pada pemompaan,5 lpm. Hasil ini menunjukkan bahwa kelarutan ozon tidak berbanding lurus dengan besarnya debit pemompaan. Debit pemompaan yang terlalu besar atau terlalu kecil justru memberikan nilai kelarutan yang lebih kecil. 9

10 Kelarutan Ozon dalam Air Sumur Konsentrasi Ozon (mg/l) y = -.1x +.4x R = y = -7E-5x +.14x R =.768 y = -6E-5x +.151x R =.961.5lpm 1lpm lpm Poly. (.5lpm) Poly. (1lpm) Poly. (lpm) Gambar IV-4 Kelarutan Ozon pada Beberapa Debit pemompaan Kelarutan ozon juga seharusnya memperhatikan proses transfer gas yang terjadi. Faktor faktor yang mempengaruhi transfer gas seperti ukuran gelembung, diameter pori, volume dan bentuk reaktor juga harus menjadi pertimbangan untuk mendapatkan desain reaktor yang lebih baik. Debit pemompaan yang optimum untuk penelitian ini dengan reaktor yang dipakai adalah 1 lpm Pengaruh Kelarutan Ozon Terhadap ph Air Untuk mengetahui apakah ozonasi mempengaruhi ph air, pada setiap pengambilan sampel air dilakukan pengukuran ph. Hasil percobaan menunjukkan reaksi ozonasi mempengaruhi ph air dan menunjukkan hubungan yang berbeda beda sesuai dengan jenis air yang digunakan. Hubungan waktu ozonasi dengan ph air pada 3 jenis air yang digunakan pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar IV-5. Hubungan yang didapatkan antara waktu ozonasi dengan ph air mengikuti pola regresi polinomial. Untuk air sumur dan air kran terjadi kecenderungan kenaikan ph namun untuk aquades justru terjadi kecenderungan penurunan ph. Penyebab turunnya ph pada aquades belum dapat dijelaskan pada penelitian ini.

11 y = -6E-5x +.16x R =.955 y = E-5x -.5x R =.345 y = -4E-5x -.45x R =.7964 ph 'Aquades' 'air kran' 'air sumur' Poly. ('air sumur') Poly. ('air kran') Poly. ('Aquades') Gambar IV-5 Kurva Kondisi ph Air dengan Ozonasi Hubungan antara konsentrasi ozon dengan ph air pada air yang berbeda juga menunjukkan hasil yang berbeda. Kelarutan ozon di dalam aquades cenderung menyebabkan terjadinya penurunan ph dari 6,3 hingga menjadi 5 pada konsenstrasi ozon,19 mg/l. Hubungan ozon dengan ph air pada aquades mengikuti regresi polinomial (gambar IV-6) ph depan belakang Konsentrasi Ozon (mg/l) Gambar IV-6 Hubungan Konsentrasi Ozon Terhadap ph Aquades

12 Series1 Poly. (Series1) ph y = -5.59x x x R = Konsentrasi Ozon (mg/l) Gambar IV-7 Hubungan Konsentrasi Ozon Terhadap ph Air Kran Pada air kran ph cenderung tidak banyak mengalami perubahan karena adanya konsentrasi ozon di dalam air hingga,15 mg/l seperti terlihat pada Gambar IV-11 di atas ph y = -.559x x R = Konsentrasi Ozon (mg/l) Gambar IV-8 Hubungan Konsentrasi Ozon Terhadap ph Air Sumur Sedangkan untuk air sumur kenaikan konsentrasi ozon di dalam air menghasilkan kenaikan ph air (Gambar IV-8). Terjadinya kenaikan ph air setelah ozonasi pada air sumur disebabkan oleh hasil oksidasi yang terjadi di dalam air.. Oksidasi zat organik akan menghasilkan gas karbondioksida yang akan menaikkan ph air. Untuk mengetahui lebih detail penyebab kenaikan ph sebaiknya dilakukan pula analisis alkalinitas air sebelum dan setelah ozonasi.

13 IV.4 Waktu Paruh Ozon Di Dalam Air Setelah dilakukan ozonasi selama 1 menit kemudian konsentrasi sisa ozon di dalam aquades diukur hingga selang waktu 6 menit setelah ozonasi. Didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan konsentrasi ozon terlarut. Dari data ini diketahui bahwa waktu paruh ozon di dalam aquades adalah 6 menit. Gambar berikut menunjukkan penurunan konsentrasi ozon di dalam aquades dari dua reaktor yang awalnya dijalankan secara seri. Konsentrasi Ozon (mg/l) waktu (menit) y = -.19x +.43 R =.99 y = -.17x R =.893 depan belakang Linear (depan) Linear (belakang) Gambar IV-9 Kurva Konsentrasi Ozon Setelah Ozonasi Kedua reaktor menunjukkan pola yang hampir sama, dimana terjadi penurunan setengah konsentrasi setelah 6 menit. Waktu paruh ozon pada air murni yang didapat dari penelitian Hoigně and Bader tahun 1975, yaitu pada ph 8 dan temperatur 5 C adalah menit dengan konsentrasi ozon awal sebesar 1 14 mg/l. Pada penelitian Hoignẻ dan Bader dilakukan penyesuaian ph menggunakan buffer sodium fosfat yang pada penelitian penulis tidak dilakukan, mungkin inilah yang menyebabkan perbedaan hasil yang didapatkan. Peluruhan ozon mengikuti reaksi orde nol atau orde satu. Peluruhan ozon terjadi lebih cepat dengan adanya alkalinitas dan menjadi lebih lambat dengan adanya senyawa alkohol alifatik, ion klorida dan ion karbonat. Sedangkan aseton dapat menstabilkan kelarutan ozon di dalam air (Hoignẻ and Bader, 1976). Dengan demikian diperkirakan peluruhan ozon pada air kran akan lebih lambat daripada peluruhan pada aquades, sedangkan peluruhan ozon pada air sumur bisa lebih

14 lambat atau lebih cepat tergantung pada komposisi senyawa yang terdapat di dalam air tersebut. IV.5 Pengaruh Ozon dan Ozon/UV Terhadap Kualitas Air Tanah Setelah dilakukan ozonasi serta penggabungan ozon/uv air yang diuji coba difiltrasi menggunakan kertas saring hasil filtrasi ini selanjutnya dianalisa kembali. Berikut (Tabel IV-6) hasil analisa ozonasi serta ozon/uv untuk dua sumber air: Tabel IV-5 Kualitas Air Setelah Direaksikan dengna Ozon dan Ozon/UV Sumur 1 Sumur Satuan Satuan Standar Awal Ozon Ozon/UV Awal Ozon Ozon/UV ph 6,5-8,5 7,1 8,1 8,17 7,3 7,78 7, 87 T ( C) Normal 4,6 4,7 4,5 4,5 4,6 4,7 Turbiditas NTU ,5 1,7 38,8 1,6 1,6 TDS mg/l Warna TCU Kesadahan mg/l Klorida mg/l 5 61,8 53,75 51,74 5,6 34,16,1 Flourida mg/l <,1 <,1,6 <,1 <,1 <,1 Nitrat mg/l 5 1,5,53 1,9,1,,513 Nitrit mg/l 3,9,,7,8,3,8 Sulfat mg/l 5 31,9 3,85 9,57 35,9 8,3 9,57 Besi mg/l.3 1,6,81,375,179 Mangan mg/l.1,7195,78,557,39,1371 Natrium mg/l 6,845 45,47 44,85 51,79536,85 34,49 Kalium mg/l - 1,777 1,5 1,375 9,744 8,675 8,31 Hasil ozonasi maupun aplikasi ozon/uv pada kedua air sumur menunjukkan kualitas air telah memenuhi baku mutu, kecuali untuk parameter mangan pada hasil ozon/uv sumur. Selama proses reaksi dengan ozon secara fisik terlihat adanya peningkatan intensitas warna air sebagaimana terlihat pada Gambar IV-1. Jika diamati pada dasar wadah terbentuk endapan. Warna dan endapan yang timbul menunjukkan hasil logam logam yang terdapat di dalam air yang dapat teroksidasi dengan ozon. Dari warna yang timbul diperkirakan sebagan besar berasal dari warna endapan besi(iii) oksida serta endapan mangan(iv) oksida.

15 Sumur 1, 5 menit Sumur 1, 1 menit Sumur 1, 15 menit Sumur 1, menit Sumur, 5 menit Sumur, 1 menit Sumur, 15 menit Sumur, menit Gambar IV-1 Hasil Ozonasi Sumur 1 dan Hasil oksidasi menggunakan ozon/uv secara fisik menunjukkan intensitas warna yang lebih rendah daripada hasil ozonasi. Perbandingan warna air dari sumur 1dan menunjukkan pada sumur intensitas warna yang terbentuk lebih rendah. Sumur 1 Sumur Gambar IV-11 Hasil Ozon/UV Sumur 1 dan Setelah menit Pada Gambar IV-1 hingga IV-14 memperlihatkan perbandingan penampakan fisik dari hasil ozonasi maupun ozon/uv dari kiri ke kanan adalah kondisi awal, hasil ozonasi dan hasil ozonasi-filtrasi.

16 Gambar IV-1 Hasil Ozonasi Sumur 1 Gambar IV-13 Hasil Ozon/UV Sumur 1 Pada gambar terlihat bahwa setelah ozonasi maupun ozon/uv warna air berubah menjadi lebih kekuningan. Namun setelah dilakukan penyaringan diperoleh air yang lebih bening daripada kondisi awal.

17 Gambar IV-14 Hasil Ozon/UV Sumur IV.6 Penyisihan Besi Dan Organik Dari Air Sumur Dengan Ozonasi Penyisihan Besi Besi yang terkandung di dalam air tanah dalam penelitian berada dalam bentuk besi terlarut, koloid dan dalam bentuk berikatan dengan zat organik. Rata rata konsentrasi besi total yang terukur adalah antara 4 mg/l. Keberadaan besi dan materi lainnya menyebabkan air berwarna agak kekuningan. Pada penelitian ini konsentrasi besi diukur sebelum dan setiap selang waktu tertentu, konsentrasi yang diukur adalah konsentrasi besi terlarut atau hasil dari filtrasi menggunakan kertas saring. Konsentrasi besi yang diukur sebagai konsentrasi besi total terlarut mengalami penurunan drastis pada menit pertama setelah ozonasi dengan rata rata penyisihan besi sebesar 95%. Konsentrasi besi maksimum yang diijinkan untuk air minum menurut SK Menteri Kesehatan adalah,3 mg/l standar ini juga sesuai dengan standar EPA. Meskipun konsentrasi besi melebihi standar tersebut tidak membahayakan kesehatan manusia, namu menimbulkan gangguan warna dan bau. Gambar - gambar berikut memperlihatkan konsentrasi besi serta besarnya penyisihan besi pada variasi perlakuan.

18 Ozonasi Sumur 1,.5 lpm penyisihan besi sumur 1,.5 lpm Konsentrasi Besi (mg/l) [Fe]1 [Fe] ph1 ph ph persen penyisihan waktu (menit) Gambar IV-15 Ozonasi Sumur 1,.5 lpm Setelah menit ozonasi pada sumur 1 dengan debit pemompaan,5 lpm didapatkan sisa besi terlarut di dalam air sebesar,6 mg/l dengan penyisihan mencapai 95,%. Hasil ozonasi untuk reaktor seri pada percobaan ini menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Kondisi ini sesuai dengan hasil percobaan sebelumnya yang menunjukkan besarnya ozon yang tersisa pada reaktor seri hampir sama pada reaktor pertama maupun reaktor kedua. Konsentrasi Besi (mg/l) Ozonasi Sumur 1, 1 lpm [besi1] [besi] ph1 ph ph persen penyisihan penyisihan besi sumur 1, 1 lpm Series1 Series waktu (menit) Gambar IV-16 Ozonasi Sumur 1, 1 lpm Sedangkan untuk debit pemompaan 1 lpm, diperoleh sisa besi total terlarut sebesar,3,5 ppm dengan penyisihan mencapai 98,4 98,8 % pada reaktor yang dipasang seri. Kondisi ph air setelah ozonasi seperti pada hasil sebelumnya juga menunjukkan terjadinya kenaikan ph. Kondisi ph awal air juga sedikit berbeda karena ph air dipenaruhi oleh temperatur serta tekanan udara pada saat percobaan dilangsungkan. Sehingga walaupun berasal dari sumber yang sama nilai ph dapat sedikit berbeda untuk tiap percobaan. Pada penelitian ini digunakan

19 air sumur tanpa pengawetan terlebih dahulu dengan pertimbangan penambahan bahan kimia akan dapat menggangu proses ozonasi.. Ozonasi Sumur,.5 lpm 8.1 Penyisihan Besi Sumur,.5 lpm Konsentrasi Besi (mg/l) [besi] ph ph Persen Penyisihan waktu (menit) Gambar IV-17 Ozonasi Sumur,.5 lpm Untuk sumur kedua dengan debit pemompaan,5 lpm konsentrasi besi total terlarut yang tersisa setelah menit reaksi adalah,39 ppm dengan penyisihan mencapai 8,7%. Hasil ozonasi pada sumur pertama dan sumur kedua menunjukkan hasil yang berbeda. Konsentrasi Besi (mg/l) Ozonasi Sumur, 1 lpm [Fe] ph ph persen penyisihan penyisihan besi sumur, 1 lpm waktu (menit) Gambar IV-18 Ozonasi Sumur, 1 lpm Sedangkan untuk debit pemompaan 1 lpm dengan air dari sumur dua setelah menit ozonasi konsentrasi ozon terlarut bersisa sebesar,47 ppm dengan persentase penyisihan besi mencapai 84,3 %. Untuk kondisi ini sisa besi terlarut melebihi konsentrasi yang dibolehkan. Sementara itu ph air mengalami kenaikan dari sekitar 7,1 hingga 8,1.

20 Konsentrasi Besi (m g/l) Ozonasi Sumur, lpm [Fe] ph ph persen p en yisih an penyisihan besi sumur, lpm waktu (menit) Gambar IV-19 Kurva Konsentrasi Ozon Setelah Ozonasi pada Debit lpm untuk Air dari Sumur Hasil ozonasi air sumur kedua dengan debit pemompaan lpm menunjukkan sisa besi terlarut yang lebih kecil yaitu sebesar,9 ppm. Penyisihan besi yang didapat setelah menit ozonasi mencapai 86,85%. Dari hasil yang diperoleh diketahui waktu reaksi optimum untuk penyisihan besi dari air tanah yang digunakan adalah menit. Pada penelitian Rohmatun (6) penurunan Fe-EDTA menggunakan hidrogen peroksida sebagai oksidator memerlukan waktu minimal 1 menit, sedangkan untuk aplikasi hidrogen peroksida/uv waktu yang diperlukan adalah 6 menit. Dilihat dari waktu reaksi penyisihan besi menggunakan ozon memerlukan waktu yang lebih singkat dari pada penggunaan hidrogen peroksida maupun hidrogen peroksida/uv Penyisihan Zat Organik Konsentrasi zat organik yang terdapat di dalam air diukur sebagai nilai Karbon Organik Total (TOC) dan sebagai angka Permanganat. Nilai TOC awal air tanah yang diteliti berkisar sekitar 9 mg/l sedangkan nilai permanganat,9 3,3 mg/l. Rendahnya nilai permanganat menunjukkan masih ada zat organik yang tidak dapat teroksidasi oleh permanganat sehingga tidak terdeteksi. Dari hasil ini sebenarnya dapat disimpulkan bahwa angka permanganat tidak dapat mewakili konsentrasi zat organik yang terdapat di dalam air tanah. Namun untuk penelitian ini pengukuran nilai permanganat tetap dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi selama reaksi dengan ozon dan ozon/uv.

21 Percobaan untuk mengetahui penyisihan zat organik setelah ozonasi dilakukan dengan debit pemompaan optimal yang didapat dari percobaan pada penyisihan besi yaitu dengan debit 1 lpm. Setelah dilakukan percobaan diperoleh nilai zat organik yang berbeda. Nilai TOC yang terukur menunjukkan penurunan sementara angka permanganat berfluktuasi (Gambar 4- dan 4-1). Penyisihan Zat organik denganozonasi TOC (mg/l) toc total toc terlarut Gambar IV- Penyisihan Zat Organik dengan Ozonasi Gambar di atas menunjukkan nilai TOC total air serta nilai TOC terlarut yang merupakan nilai TOC setelah dilakukan filtrasi dengan kertas saring. Pada grafik terlihat bahwa terjadi kecenderungan oksidasi zat organik yang berupa partikulat terlebih dahulu yang sebagian diubah juga menjadi bentuk terlarut. Namun setelah 5 menit ozonasi semua zat organik telah berubah menjadi bentuk terlarut namun masih menyisakan konsentrasi sebesar 4 mg/l. Reaksi ozon dengan zat organik bersifat selektif. Ozon dapat mengoksidasi zat organik berikatan tak jenuh menghasilkan aldehid (formaldehid, asetaldehid, gloksal, metiglioksal) dan asam karboksilat (formik, asetat, glioksilat, piruvat dan asam ketomelanik) (Camel and Bermond, 1998). Sisa oksidasi serta zat organik yang tidak dapat teroksidasi oleh ozon terukur sebagai TOC pada akhir reaksi. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, hasil pengukuran angka permanganat menunjukkan hasil yang berfluktuasi dan nilai permanganat setelah ozonasi justru lebih besar daripada nilai permanganat sebelum ozonasi. Kondisi ini menunjukkan

22 bahw terdapat zat organik yang tidak dapat dioksidasi dengan permanganat di awal percobaan namun setelah dilakukan ozonasi zat organik tersebut menjadi lebih sederhana sehingga dapat dioksidasi dengan permanganat. Nilai oksidator ozon memang lebih besar daripada permanganat yaitu sebesar,7 V untuk ozon dan maksimal 1,68 V untuk permanganat. Selain itu kandungan mangan di dalam air akan bereaksi dengan ozon membentuk permanganat yang akan meningkatkan nilai permanganat dari air tersebut (Hoignẻ, 1994). Konsentrasi Zat Organik Sebagai Angka Permanganat 7 y =.x x +.517x R =.7966 Angka Permanganat (mg/l) y =.13x +.41x R = lpm ozon 1 Poly. (.5lpm Ozon) Poly. (1 lpm ozon) lpm Ozon Gambar IV-1 Kurva Konsentrasi Zat Oganik Setelah Ozonasi Kurva nilai permanganat setelah ozonasi untuk Debit pemompaan yang berbeda juga menunjukkan hasil yang berbeda. Pada pemompaan 1 lpm terjadi kecenderungan kenaikan nilai permanganat sementara pada debit pemompaan yang lebih kecil (,5 lpm) nilai permanganat justru berfluktuasi. Setelah reaksi selama menit diperoleh nilai permanganat pada pemompaan 1 lpm sebesar 6,45 mg/l sedangkan pembacaan TOC menunjukkan nilai 6 mg/l. Pembacaan nilai permanagat yang lebih tinggi bisa disebabkan gangguan mangan, diketahui di dalam air tersebut terdapat kandungan mangan berkisar sekitar 1,439 mg/l.

23 IV.7 Penyisihan Besi Dan Organik Dari Air Sumur Dengan Ozonasi Dan UV Penggabungan ozonasi dengan sinar UV dimaksudkan untuk menginisiasi terbentuknya radikal hidroksi (OH*) yang memiliki potensial redoks yang lebih besar daripada ozon (sehingga terjadi mekanisme AOP). Percobaan dengan penggabungan ozon dan sinar UV dilakukan menggunakan air dari sumber yang sama dengan percobaan ozonasi. Variasi debit dilakukan untuk penyisihan besi sementara untuk pengukuran TOC dilakukan pada debit optimum yang didapat dari percobaan untuk mengetahui penyisihan besi Penyisihan Besi Konsentrasi besi awal air sumur yang diteliti berkisar antara 1,4,3 mg/l untuk sumur 1 dan antara 1,7 mg/l untuk sumur. Konsentrasi besi awal ini agak berbeda dengan kondisi air pada percobaan ozonasi walaupun diambil dari sumber yang sama namun pada pengambilan yang berbeda. Ozon/UV Sumur Konsentrasi Besi (mg/l) ph [Fe].5 lpm [Fe]1 lpm [Fe] lpm ph lpm ph 1 lpm ph.5 lpm Gambar IV- Ozon /UV Sumur 1 Pada Gambar 4- terlihat perubahan konsentrasi besi terlarut serta perubahan ph air yang terjadi. Terjadi penurunan konsentrasi besi yang signifikan pada 1 menit

24 pertama, namun konsentrasi mencapai nilai yang stabil setelah menit ke- reaksi. Hasil ini hampir sama dengan hasil percobaan ozonasi. Adapun tingkat penyisihan yang tebesar justru terjadi untuk debit pemompaan.5 lpm. Debit ini selanjutnya menjadi debit optimum untuk pengukuran konsentrasi zat organik sebagai TOC. Penyisihan Besi dengan O3+UV Penyisihan Besi (%) lpm 1 lpm lpm Gambar IV-3 Kurva Penyisihan Besi dengan Ozonasi dan UV Sumur 1 Persentase penyisihan besi terlarut setelah reaksi selama menit untuk Debit pemompaan,5 lpm adalah sebesar 9,97% dengan konsentrasi akhir,16 mg/l dari konsentrasi besi awal,4 mg/l. Sementara untuk pemompaan 1 lpm terjadi penyisihan besi sebesar 86,16% dari konsentrasi awal 1,39 menjadi,15 mg/l. Untuk Debit pemompaan lpm peenyisihan besi sebesar 85,89% dari konsentrasi awal 1,7mg/l menjadi,4 mg/l setelah menit reaksi. Dilihat dari tingkat penyisihan kondisi optimum juga di dapat pada Debit pemompaan,5 lpm. Pada percobaan menggunakan ari dari sumur kedua juga didapatkan hasil yang optimal pada Debit pemompaan,5 lpm. Namun konsentrasi besi yang diinginkan yaitu maksimal,3 mg/l tidak tercapai. Pada pemompaan,5 lpm penyisihan besi sebesar 8,5% setelah menit reaksi dari konsentrasi 1,66mg/l menjadi,33 mg/l. Penyisihan besi untuk pemompaan 1 lpm adalah sebesar 55,56% dari konsentrasi,1 menjadi,74 mg/l sedangkan pemompaan lpm didapatkan penyisihan sebesar 6,59 % dari konsentrasi awal yang sama. Hasil percobaan dengan air dari sumur kedua ini ditunjukkan pada gambar 4-1 dan 4- berikut ini.

25 .5 Ozon/UV Sumur 9. Konsentrasi Besi (mg/l) ph [Fe].5 lpm [Fe]1 lpm [Fe] lpm ph.5 lpm ph 1 lpm ph lpm % Penyisihan Gambar IV-4 Ozon + UV Sumur Penyisihan Besi dengan Ozon + UV Sumur.5 lpm 1 lpm lpm Gambar IV-5 Kurva Penyisihan Besi dengan Ozonasi dan UV Sumur 4.7. Penyisihan Zat Organik Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, untuk pengukuran TOC dilakukan pada reaksi dengan Debit pemompaan,5 lpm. Sedangkan nilai permanganat diukur untuk perbedaan Debit pemompaan. Sumber air yang digunakan dalam pengukuran TOC serta angka permanganat berasal dari sumur 1. Angka permanganat hasil oksidasi pada debit,5 lpm menunjukkan nilai yang lebih rendah daripada pemompaan yang lebih besar (Gambar IV-6). Penggunaan UV menyebabkan terjadi dekomposisi ozon lebih cepat yang menyebabkan berkurangnya pembentukan permanganat dari oksidasi mangan. Namun pada pemompaan yang lebih besar, sisa ozon yang terdapat di dalam air menjadi lebih

26 banyak sehingga pembentukan permanganat pun menjadi lebih besar. Berdasarkan data pengukuran TOC (Gambar IV-7), setelah menit reaksi terjadi penyisihan hingga 1% zat organik, sehingga nilai permanganat yang terbaca diperkirakan berasal dari oksidasi mangan. Angka Permanganat Air Sumur dengan Ozon+UV Angka Permanganat (mg/l) y =.1x -.1x R =.914 y =.9x -.748x R =.76 y = -.4x +.933x R =.83.5lpm 1lpm lpm Poly. (lpm) Poly. (1lpm) Poly. (.5lpm) Gambar IV-6 Angka Permanganat dengan Ozonasi dan UV Hasil yang pengukuran nilai TOC menunjukkan terjadinya penyisihan zat organik mencapai 1% setelah menit reaksi. Nilai TOC awal air yang diteliti adalah sebesar 9 mg/l yang mengandung 5 mg/l TOC terlarut (Gambar 4-7). Penggunaan ozon/uv dapat mengoksidasi zat organik yang terdapat didalam air sumur baik zat organik yang terlarut maupun yang tidak terlarut. Penyisihan Zat organik dengan Ozonasi + UV TOC (mg/l) toc total toc terlarut 1 3 Gambar IV-7 Kurva Penyisihan Zat Organik dengan Ozonasi dan UV

27 IV.8 Analisa Statistik Penyisihan Besi Untuk mengetahui pengaruh dari berbagai perlakuan yang diberikan pada percobaan penyisihan besi dilakukan analisa statistik inferens (ANOVA) berupa analisa multifaktorial. Analisa multifaktorial dilakukan karena penelitian yang dilakukan melibatkan lebih dari dua faktor dengan level lebih dari dua. Data yang digunakan untuk analisa multifaktorial ini menggunakan waktu reaksi selama menit yaitu waktu optimum yang didapatkan dari percobaan terdahulu. Data analisa ditampilkan pada tabel 4-3 berikut ini: Tabel IV-6 Data Analisa Multifaktorial untuk Besi Level Faktor Efesiensi Sumur (A) 1 Debit UV pemompaan, watt R1 R Total Lpm (B) ( C ),5 95, 91,19 186,1 1 98,4 98,9 197,14 98,56 99,1 197,57,5 9,64 93,9 185,93 1 3x1 89,16 88,73 177,89 85,89 85,94 171,83,5 8,7 8, 16,7 1 84,3 83,78 168,1 86,85 86,89 173,74,5 85,19 85,9 17,8 1 3x1 81,18 81,61 16,79 81,5 8,98 16,3 Total 158,16 155,41 113,57 Faktor faktor yang akan dilihat pengaruhnya pada analisa ini meliputi faktor replikasi, sumber air, Debit pemompaan serta penggunaan sinar UV. Hasil rekapitulasi ANOVA multifaktorial dapat dilihat pada tabel 4-4. Sedangkan langkah analisa serta perhitungan dari analisa ini dapat dilihat pada lampiran.

28 Tabel IV-7 Hasil Rekapitulasi ANOVA Multifaktor sumber variasi df SS MS F hit F HIPOTESIS replikasi 1,3,3,44 4,84 diterima efek utama: A 1 595,53 595,53 89,43 4,84 ditolak B,81,41,57 3,98 diterima C 1 113, 113, 157,38 4,84 ditolak interaksi faktor AB 7,6 3,8 5,9 3,98 diterima AC 1 61,6 61,6 85,8 4,84 ditolak BC 15,4 75, 14,48 3,98 ditolak interaksi 3 faktor ABC 1,,51,71 3,98 diterima error 11 7,9,7 total 3 Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa replikasi memberikan perbedaan yang tidak signifikan. Hasil percobaan pada replikat pertama maupun kedua menunjukkan hasil yang hampir sama dan dapat diambil nilai rata ratanya untuk mewakili data tersebut. Pengaruh sumber air sumur yang digunakan serta penggunaan sinar UV menunjukkan perbedaan yang signifikan, berarti kedua faktor ini sangat berpengaruh terhadap penyisihan besi terlarut di dalam air. Perbedaan debit pemompaan menunjukkan nilai perbedaan yang tidak signifikan. Sementara itu interaksi antara faktor sumber air dan debit pemompaan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan begitu pula dengan interaksi ketiga faktor utama. Namun interaksi antara sumber air dengan penggunaan sinar UV dan interaksi antara debit pemompaan dengan penggunaan sinar UV menunjukkan perbedaan yang signifikan Pengaruh Sumber Air yang Digunakan Air sumur yang digunakan berasal dari dua lokasi yang berbeda namun tidak terlalu berjauhan yaitu di daerah Cicadas Bandung. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh sumber air tersebut variasi perlakuan terhadap kedua sumber diplot ke dalam grafik garik pada gambar 4-4 di bawah ini. Secara umum konsentrasi besi awal pada sumur 1 berkisar antara 1,39 3,6 mg/l sementara sumur

29 memiliki kandungan besi antara 1,66 3,1 mg/l. Secara umum rentang konsentrasi besi kedua sumur ini tidak jauh berbeda. Setelah dilakukan percobaan dengan beberapa variasi Debit pemompaan dan penggunaan sinar UV didapatkan bahwa air pada sumur 1 menunjukkan tingkat penyisihan besi yang lebih tinggi daripda air pada sumur. Konsentrasi besi terlarut pada sumur 1 setelah menit reaksi lebih kecil dari,3 mg/l. Sedangkan air pada sumur menunjukkan perilaku yang berbeda ketika diberi ozon dan gabungan ozon dan sinar UV. Gambar gambar berikut menunjukkan kondisi oksidasi besi air dari kedua sumber. Ozonasi dengan Pemompaan.5 lpm Ozon/UV dengan Pemompaan.5 lpm Konsentrasi Besi (mg/l) [Fe] 1 [Fe]. % Peny.1 % Peny % Penyisihan Konsentrasi Besi (mg/l) [Fe] 1 [Fe] % Peny. 1 % Peny % Penyisihan Ozonasi dengan Pemompaan 1 lpm Ozon /UV dengan Pemompaan 1 lpm Konsetrasi Besi (mg/l) [Fe] 1 [Fe] % Peny. 1 % Peny % Penyisihan Konsentrasi Besi (mg/l) [Fe] 1 [Fe] % Peny. 1 % Peny % Penyisihan Konsentrasi Besi (mg/l) Ozonasi dengan Pemompaan lpm [Fe] 1" [Fe] % Peny. 1 % Peny % Penyisihan Konsentrasi Besi (mg/l) Ozon/UV dengan Pemompaan lpm [Fe] 1 [Fe] % Peny.1 % Peny % Penyisihan Gambar IV-8 Kurva Oksidasi dan Penyisihan Besi dalam Berbagai Kondisi

30 Dengan penambahan sinar UV penyisihan besi pada sumur justru menjadi lebih rendah dibandingkan penyisihan besi dengan ozon saja. Hal ini berbeda dengan hipotesa awal yang menyatakan penambahan sinar UV akan meningkatkan reaksi oksidasi yang terjadi 4.8. Pengaruh Debit pemompaan Selanjutnya pada gambar IV-9 ditampilkan grafik grafik yang menunjukkan hubungan antara debit pemopaan dengan penyisihan besi pada beberapa perlakuan. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa debit pemompaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada penyisihan besi untuk menit reaksi. Pada gafik terlihat untuk ozonasi pada sumur 1 hasilnya memang menunjukkan kondisi yang hampir sama begitu pula pada saat penggunaan gabungan ozon dan sinar UV untuk air dari sumur 1. Sedangkan pada sumur terlihat ada perbedaan tingkat penyisihan untuk masing masing debit pemompaan. Namun pola konsentrasi besi di dalam air serta pola penyisihan besinya menunjukkan kesamaan. Perbedaan terlihat pada konsentrasi besi awal. Jadi secara umum dapat dikatakan debit pemompaan tidak memberi pengaruh yang signifikan untuk penyisihan besi.

31 4. Ozonasi Sumur Ozonasi Sumur 1 Konsentrasi Besi (mg/l) [Fe].5 lpm [Fe]1 lpm [Fe] lpm % Peny..5 lpm % Peny.1 lpm % Peny. lpm % Penyisihan Konsentrasi Besi (mg/l) [Fe].5 lpm [Fe]1 lpm [Fe] lpm % Peny..5 lpm % Peny.1 lpm % Peny. lpm % Penyisihan Ozon/UV Sumur Ozon/UV Sumur Konsentrasi Besi (mg/l) lpm 1 lpm lpm.5 lpm 1 lpm lpm % Penyisihan Konsentrasi Besi (mg/l) % Penyisihan.5 lpm 1 lpm lpm.5 lpm 1 lpm lpm Gambar IV-9 Kurva Pengaruh Debit pemompaan pada ozonasi dan Ozon/UV Pengaruh Penggunaan Sinar UV Penggabungan sinar UV dengan ozonasi diharapkan akan menginisiasi terjadinya proses AOP, namun untuk penyisihan besi hal ini tidak begitu terlihat. Pola penyisihan besi justru tidak jauh berbeda dengan ozonasi saja. Hasil analisa statistik menunjukkan penggunaan UV memberikan pengaruh yang cukup signifikan, secara visual memang terliahat perbedaan tingkat peyisihan antara ozonasi dengan penggabungan ozon/uv, namun yang terjadi justru tingkat penyisihan besi menjadi lebih kecil dengan adanya UV. Jika diperhatikan lebih lanjut besarnya tingkat penyisihan besi apda ozonasi disebabkan konsentrasi besi awal yang lebih bear daripada yang digunakan pada penggabungan ozon/uv sementara konsentrasi besi setelah reaksi hampir sama. Kondisi ini terjadi pada sumur 1, lain halnya dengan kondisi pada air dari sumur yang menunjukkan setelah reaksi dengan ozon /UV konsentrasi besi terlarut yang tersisa masih tinggi.

32 Ozonasi dan Ozon/UV Sumur 1,.5 lpm Ozonasi dan Ozon + UV Sumur,.5 lpm Konsentrasi Besi Terlarut (mg/l) [Fe]ozon [Fe]ozon/uv % Peny.ozon % Peny.ozon/uv % Penyisihan Besi Konsentrasi Besi Terlarut (mg/l) [Fe]ozon [Fe]ozon/uv % Peny.ozon % Peny.ozon/uv % Penyisihan Besi Ozonasi dan Ozon + UV Sumur 1, 1 lpm Ozonasi dan Ozon/UV Sumur, 1 lpm Konsentrasi Besi Terlarut (mg/l) ozon ozon+uv % Peny.ozon % Peny.ozon/uv % Penyisihan Besi Konsentrasi Besi Terlarut (mg/l) [Fe]ozon [Fe]ozon/uv % Peny.ozon % Peny.ozon/uv % Penyisihan Besi Ozonasi dan Ozon + UV Sumur 1, lpm Ozonasi dan Ozon/UV Sumur, lpm Konsentrasi Besi Terlarut (mg/l) ozon ozon+uv % Peny.ozon % Peny.ozon/uv % Penyisihan Besi Konsentrasi Besi Terlarut (mg/l) [Fe]ozon [Fe]ozon/uv % Peny.ozon % Peny.ozon/uv % Penyisihan Besi Gambar IV-3 Kurva Pengaruh Penggunaan UV Terhadap Penyisihan Besi Jika dibandingkan dengan kondisi yang terjadi pada zat organik, penggunaan UV justru menunjukkan hasil yang jauh lebih baik. Pada gambar IV-31 ditampilkan konsentrasi zat organik sebagai nilai TOC pada ozonasi dan penggabungan ozon/uv baik nilai TOC total maupun nilai TOC terlarutnya. Ozonasi saja hanya mampu menyisihkan 55, 56% TOC total setelah 5 menit reaksi dari konsentrasi awal sebesar 9 mg/l. Namun penggunaan sinar UV mampu menyisihkan TOC hingga 1% dengan hanya menit reaksi.

33 TOC (mg/l) ozon+uv, toc total ozon+uv, toc terlarut ozon, toc total ozon, toc terlarut Gambar IV-31 Kurva Pengaruh Penggunaan UV Terhadap Penyisihan Zat Organik Hasil penyisihan zat organik menunjukkna hasil yang sesuai dengan hipotesa awal, bahwa penggabungan ozon/uv akan dapat menyisihkan lebih banyak zat organik karena melibatkan reaksi hidroksil radikla yang bersifat tak selektif terhadap zat organiki. Sementara ozon merupakan oksidator yang selektif untuk zat organik sehingga tidak semua zat organik dapat dioksidasi dengan ozon saja. IV.9 Kinetika Reaksi Penyisihan Besi Orde Reaksi Orde reaksi merupakan parameter yang menunjukkan sejauh mana suatu reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi masing masing reaktan. Pada penelitian ini faktor yang akan dilihat orde reaksinya adalah faktor konsentrasi besi terhadap reaksi ozonasi maupun ozon/uv. Hal ini dikarenakan ozon yang digunakan dalam konsentrasi yang berlebih begitu pula dengan sinar UV nya, sebagaimana hasil yang diperoleh dari percobaan pendahuluan untuk konsentrasi ozon yang digunakan dan percobaan yang telah dilakukan oleh Rohmatun (6). Berikut ini data yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan kinetika reaksi: Tabel IV-8 Hasil Reaksi Ozonasi Waktu [Fe] mg/l Sumur 1 [Fe] mg/l Sumur t,5 lpm 1 lpm lpm,5 lpm 1 lpm lpm 3,58 3,11 3,11 1,96 3,1,4 1,65,9,7,55,63,9,5,4,5,39,47,9

34 Waktu [Fe] mg/l Sumur 1 [Fe] mg/l Sumur t,5 lpm 1 lpm lpm,5 lpm 1 lpm lpm 3,11,4,4,,,7 4,5,3,3,34,47,8 6.5,,,5,9,18 Tabel IV-9 Hasil Reaksi Penggabungan Ozon/UV Waktu [Fe] mg/l Sumur 1 [Fe] mg/l Sumur t,5 lpm 1 lpm lpm,5 lpm 1 lpm lpm,4 1,39 1,7 1,66,1,1 1,57,31,31,79,76,74,16,15,4,33,74,75 3,1,1,1,4,71,75 4,9,1,18,41,76,7 6,1,1,1,38,87,74 Untuk mendapatkan nilai orde reaksi dilakukan plot data kedalam bentuk grafik antara data konsentrasi terhadap waktu pada berbagai persamaan orde reaksi mulai dari reaksi orde nol, orde 1 dan orde. Dari grafik yang didapat dilakukan linearisasi untuk mendapatkan persamaan reaksninya beserta nilai koefisien determinasi (r ) dari masing masing grafik. Orde reaksi yang sesuai adalah orde reaksi yang memiliki nilai koefisien determinasi terbesar. Berikut ini contoh grafik untuk perhitungan orde reaksi ozonasi sumur 1 Sumur 1 ozon orde nol C (molar).7 y = -.8x R =.498 y = -.11x R =.5636 y = -.11x R = Waktu(menit) sumur 1,.5 lpm ozon sumur1, 1 lpm sumur1, lpm Linear (sumur 1,.5 lpm ozon) Linear (sumur1, 1 lpm ) Linear (sumur1, lpm) Gambar IV-3 Grafik Persamaan Reaksi Orde Nol Ozonasi Sumur 1

35 Sumur 1 ozon orde 1 y = -.447x R =.9675 Log C y = -.486x R =.8 y = -.497x R =.8585 sumur1,.5lpm sumur1, 1lpm lpm Linear (sumur1,.5lpm) Linear (sumur1, 1lpm) Linear ( lpm) Gambar IV-33 Grafik Persamaan Reaksi Orde Satu Ozonasi Sumur 1 Sumur 1 ozon orde y = 5.899x R = y = x R =.953 y = x - 13 R = /C sumur1,.5lpm sumur1,1lpm sumur1,lpm Linear (sumur1,.5lpm) Linear (sumur1,1lpm) Linear (sumur1,lpm) Gambar IV-34 Grafik Persamaan Reaksi Orde Dua Ozonasi Sumur 1 Pada grafik grafik di atas terlihat bahwa orde reaksi yang sesuai untuk Debit pemompaan,5 lpm adalah orde 1 dimana nilai koefisien deterninasi terbesar diberikan oleh orde satu sebesar,97. Pada debit 1 lpm persamaan laju reaksi yang memiliki nilai koefisien determinasi terbesar adalah persamaan reaksi orde dua, yaitu sebesar,93 dan debit lpm juga mengikuti orde dengan koefisien determinasi sebesar,97. Setelah semua data diplotkan diperoleh hasil sebagaimana tercantum pada tabel IV-1. Air dari sumur 1 memiliki orde reaksi 1 unutk debit pemompaan,5 lpm dengan ozonasi serta untuk debit lpm pada penggabungan ozon/uv. Sedangkan perlakukan lainnya menunjukkan orde yang sesuai adalah reaksi orde.

36 Tabel IV-1 Hasil Rekapitulasi Perhitungan orde Reaksi Sumur 1 Debit r untuk orde UV pemompaan Orde (watt) (lpm) nol satu dua Terpilih,5,491,968, ,564,8,95,56,859,97,5,671,891, x1,566,598,47 1,583,715,715 1,5,61,716, ,565,599,413 1,6,848,817 1,5,671,676, x1,33,66,6 nol,47,361,313 nol orde rata-rata,55,668,661 1 Untuk sumur kedua didapatkan nilai orde reaksi pada penggabungan ozon/uv dengan pemompaan 1 dan lpm mengikuti reaksi orde nol sedangkan kondisi lainnya menunjukkan reaksi orde 1. namun ode reaksi rata rata dari reaksi penyisihan besi terlarut menunjukkan reaksi orde 1 yang berarti laju reaksi penyisihan besi sebanding dengan konsentrasi besi yang terdapat di dalam air. Sehingga persamaan laju reaksi penyisihan besi dari air tanah adalah: d[ Fe] = k[ Fe ] dt Dari persamaan tersebut dapat dihitung konsentrasi besi pada waktu t sebagai: kt [ Fe] = [ Fe] e t o 4.9. Konstanta Laju Reaksi Dengan didapatkannya nilai orde reaksi penyisihan besi terlarut, selanjutnay dapat ditentukan besarnya konstanta laju reaksi dari masing masing variasi perlakuan. Orde reaksi yang digunakan adalah orde reaksi satu semu, karena pada reaksi

37 konsntrasi ozon serta sinar UV sangat besar dan berlebih, sehingga yang mempengaruhi reaksi hanyalah konsentrasi besinya saja. Nilai konstanta laju reaksi diperoleh dari persamaan reaksi yang didapatkan. Untuk reaksi orde satu persamaan reaksinya adalah: Log C = - kt/,3 atau log C = -,43kt, dimana C adalah sisa konsentrasi besi paa waktu t. Selanjutnya dengan memplotkan nilai log C dan nilai t akan diperoleh nilai konstanta laju reaksi (k) yaitu sebagai slope (kemiringan) garisnya. Misalnya untuk ozonasi pada sumur 1 didapatkan grafik log C terhadap t seperti pada gambar IV-3, nilai k untuk debit pemompaan,5 lpm adalah -.447/,434 =,3/menit. Hasil perhitungan seluruh nilai k ditampilkan pada tabel IV-11. Sumur 1 Tabel IV-11 Perhitungan Nilai k Debit pemompaan UV (watt) (lpm) Persamaan k (1/menit).5 y=-,447x-1,3555,13 1 y=-,486x-1,635,11 y=-,497x-1,617,115.5 y=-,354x-1,5866,8 1 3x1 y=-,14x-1,8937,49 y=-,36x-1,7888,54.5 y=-,194x-1,66,45 1 y=-,11x-1,541,49 y=-,357x-1,6361,8.5 y=-,15x-1,6763,35 1 3x1 y=-,87x-1,6158, y=-,91x-1,6116,1

38 Konstanta laju reaksi untuk ozonasi baik pada sumur 1 maupun sumur memiliki nilai paling besar pada pemompaan lpm, sedangkan untuk aplikasi Ozon/UV nilai terbesar didapat dari pemompaan,5 lpm. Efektifitas ozonasi meningkat dengan peningkatan debit pemompaan yang berarti juga peningkatan jumlah ozon yang dikontakkan dengan air.. Laju reaksi ozon dengan zat terlarut di dalam air mengikuti laju reaksi orde 1 baik dari segi konsentrasi ozon maupun konsentrasi materi terlarutnya (Hoigne and Bader, 1981). Hasil penelitian menunjukkan orde reaksi yang sesuai dengan penelitian Hoigne dan Bader tersebut. Oksidasi besi dengan ozon/uv berjalan lebih baik pada laju ozonasi yang lebih rendah. Menggunakan nilai konstanta laju reaksi yang diperoleh dilakukan perhitungan konsentrasi besi pada waktu t untuk masing masing perlakuan dan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari percobaan. Gambar gambar berikut memperlihatkan perbandingan hasil perhitungan konsentrasi besi pada waktu t dengan hasil pengukuran sebenarnya. [Fe] mg/l Ozonasi Sumur 1,.5 lpm Pengukuran Perhitungan 4 6 [Fe] mg/l Ozonasi Sumur,.5 lpm Pengukuran Perhitungan Ozonasi Sumur 1, 1 lpm 3.5 Ozonasi Sumur, 1 lpm 3 3. [Fe] mg/l.5 1 Pengukuran Perhitungan [Fe] mg/l Pengukuran Perhitungan

39 3.5 Ozonasi Sumur 1, lpm.5 Ozon/UV Sumur1,.5 lpm [Fe] mg/l Pengukuran Perhitungan [Fe] mg/l Pengukuran Perhitungan [Fe] mg/l Ozon/UV Sumur1,.5 lpm Pengukuran Perhitungan [Fe] mg/l Ozon/UV Sumur,.5 lpm Pengukuran Perhitungan [Fe] mg/l Ozon/UV Sumur 1, 1 lpm Pengukuran Perhitungan [Fe] mg/l Ozon/UV Sumur,.5 lpm Pengukuran Perhitungan [Fe] mg/l Ozon/UV Sumur 1, lpm Pengukuran Perhitungan [Fe] mg/l Ozon/UV Sumur,.5 lpm Pengukuran Perhitungan Gambar IV-35 Grafik Grafik Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Perhitungan Konsentrasi Besi di Dalam Air Sumur

Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Air tanah merupakan sumber air yang sangat potensial bagi manusia, yaitu meliputi 99% dari air bersih yang siap pakai. Kualitasnya pun lebih baik daripada air permukaan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. III.1 Umum

Bab III Metodologi Penelitian. III.1 Umum Bab III Metodologi Penelitian III.1 Umum Seluruh penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung dari Bulan Februari hingga

Lebih terperinci

PENYISIHAN BESI DAN ZAT ORGANIK DARI AIR TANAH MENGGUNAKAN OZON (AOP)

PENYISIHAN BESI DAN ZAT ORGANIK DARI AIR TANAH MENGGUNAKAN OZON (AOP) No.401/S2-TL/TPAL/2008 PENYISIHAN BESI DAN ZAT ORGANIK DARI AIR TANAH MENGGUNAKAN OZON (AOP) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH

Lebih terperinci

AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM

AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM PENURUNAN KADAR BESI (Fe) PADA AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM (Suatu Penelitian di RT 1 Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo) Clara Shinta Dilapanga 1), Herlina

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

BAB III Metodologi Penelitian

BAB III Metodologi Penelitian BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Tahap penelitian Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada gambar III.1. Perumusan Masalah Tahap Persiapan Persiapan alat: Aerator, ozon generator dan dekomposer Pembuatan

Lebih terperinci

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Limbah Laboratorium Limbah laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah sisa analisis COD ( Chemical Oxygen Demand). Limbah sisa analisis COD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-78 Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l No Panjang Gelombang % T Absorbansi (nm) 1 500 75 0,1249 2 505 74 0,1308 3 510 73

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. 3.1 Bahan Buah jeruk nipis, belimbing, jeruk lemon, vitamin C baku (PPOMN),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi manusia, air digunakan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, memasak dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan manusia maupun kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air adalah merupakan bahan yang sangat vital

Lebih terperinci

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA Part I IKATAN KIMIA CHEMISTRY Summer Olympiad Camp 2017 - Kimia SMA 1. Untuk menggambarkan ikatan yang terjadi dalam suatu molekul kita menggunakan struktur Lewis atau 'dot and cross' (a) Tuliskan formula

Lebih terperinci

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian

Bab III. Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1. Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian potensi pemanfatan limbah las karbid dalam proses karbonatasi mineral sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui konsentrasi besi (total, Fe2+), maka dilakukan pengujian

Untuk mengetahui konsentrasi besi (total, Fe2+), maka dilakukan pengujian 39 BABV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil pemeriksaan di laboratorium 5.1.1 Pemeriksaan besi Untuk mengetahui konsentrasi besi (total, Fe2+), maka dilakukan pengujian besi total dan ferro (Fe2+)

Lebih terperinci

V.2 Persyaratan Air Baku Air Minum Pada dasarnya, ada dua sisi yang harus dipenuhi oleh air baku dalam sistem pengolahan air minum, yaitu:

V.2 Persyaratan Air Baku Air Minum Pada dasarnya, ada dua sisi yang harus dipenuhi oleh air baku dalam sistem pengolahan air minum, yaitu: BAB V V.1 Umum Dalam sebuah proses pengolahan hal terpenting yang harus ada adalah bahan baku. Bahan baku yang dijadikan input dalam proses pengolahan air minum dinamakan air baku. Air baku yang diolah

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

PENYISIHAN Fe-ORGANIK PADA AIR TANAH DENGAN PROSES OZONISASI

PENYISIHAN Fe-ORGANIK PADA AIR TANAH DENGAN PROSES OZONISASI PENYISIHAN Fe-ORGANIK PADA AIR TANAH DENGAN PROSES OZONISASI Kancitra Pharmawati 1, Moh. Rangga Sururi, 2 Eka Wardhani 3 Indra Suryana 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Lingkungan, ITENAS E-mail: 1 kancitra@yahoo.com;

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0.05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan. PETA KONSEP LAJU REAKSI Berkaitan dengan ditentukan melalui Waktu perubahan Dipengaruhi oleh Percobaan dari Pereaksi Hasil reaksi Konsentrasi Luas Katalis Suhu pereaksi permukaan menentukan membentuk mengadakan

Lebih terperinci

BAB 4 Analisa dan Bahasan

BAB 4 Analisa dan Bahasan BAB 4 Analisa dan Bahasan 4.1. Penentuan Komposisi untuk Kolom Dari data yang telah didapatkan setelah melakukan percobaan seperti pada 3.5 maka selanjutnya di analisa untuk mendapatkan komposisi yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengamatan Tabel 2. Hasil Pengamatan Karbon Aktif tanpa Penambahan Zeolit Volume Volume t V1 ph V2 buffer EBT (menit) (ml) (ml) (tetes) (tetes) awal Sesudah Kesadahan

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr SOAL LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml A. 5 ml B. 10 ml C. 2.5 ml D. 15 ml E. 5.5 ml : A Mencari volume yang dibutuhkan pada proses

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR Fe (BESI) PADA AIR TANAH DANGKAL (SUMUR) DI KECAMATAN SUKARAME PALEMBANG TAHUN 2012 ABSTRAK

GAMBARAN KADAR Fe (BESI) PADA AIR TANAH DANGKAL (SUMUR) DI KECAMATAN SUKARAME PALEMBANG TAHUN 2012 ABSTRAK GAMBARAN KADAR Fe (BESI) PADA AIR TANAH DANGKAL (SUMUR) DI KECAMATAN SUKARAME PALEMBANG TAHUN 2012 Witi Karwiti Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang ABSTRAK Besi merupakan salah satu logam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Asiditas dan Alkalinitas.

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Pembahasan

Bab IV Data dan Pembahasan Bab IV Data dan Pembahasan 4.1. Data Karakteristik Sampel Air 4.1.1. Karakteristik Fisik dan Kimia Sampel Air Air yang digunakan pada percobaan ini berasal dari Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Dago

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah salah satu elemen atau unsur yang berdiri sebagai pemegang tonggak kehidupan makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, oleh karena itu air berperan

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

Reaksi Oksidasi-Reduksi

Reaksi Oksidasi-Reduksi Reaksi ksidasireduksi Reaksi yang melibatkan transfer Elektron disebut ksidasireduksi atau Reaksi Redoks ksidasi adalah hilangnya Elektron suatu reaktan Reduksi adalah penangkapan Elektron oleh reaktan

Lebih terperinci

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8 1. Pada suatu suhu tertentu, kelarutan PbI 2 dalam air adalah 1,5 x 10-3 mol/liter. Berdasarkan itu maka Kp PbI 2 adalah... A. 4,50 x 10-9 B. 3,37 x 10-9 C. 6,75 x 10-8 S : PbI 2 = 1,5. 10-3 mol/liter

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Desinfeksi merupakan salah satu proses dalam pengolahan air minum ataupun air limbah. Pada penelitian ini proses desinfeksi menggunakan metode elektrokimia yang dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbtivitas Molar I 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan dilakukan dengan mereaksikan KI

Lebih terperinci

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

Available online  Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Jurnal Einstein 2 (3) (2014): 33-40 Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sungai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode

Lebih terperinci

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam titrasi redoks Permanganometri Dikromatometri Serimetri Iodo-iodimetri Bromatometri Permanganometri Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9 97 Lampiran 1 ph Alat Ukur : ph meter Prosedur Pengukuran 1. Kalibrasi dengan larutan buffer sampai ph 4 2. Pengukuran ph air gambut (dicelupkan ph meter ke air gambut) 3. Dicatat berapa ph yang terukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi kehidupan manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi kehidupan manusia adalah sumber daya air. Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari, sehingga dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Mekanisme reaksi hidrogen peroksida dengan iodida a. Hidrogen peroksida Hidrogen peroksida merupakan agen pengoksidasi yang kuat. Senyawa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Air yang dimaksud adalah air tawar atau air bersih yang akan secara langsung dapat dipakai di kehidupan.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1. Umum Pada Bab IV ini akan dijabarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian yang didapatkan. Secara garis besar penjelasan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit dan arang batok yang dianalisis di Laboraturium Teknik Lingkungan Universitas

Lebih terperinci

OKSIDASI OLEH SRI WAHYU MURNI PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA

OKSIDASI OLEH SRI WAHYU MURNI PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA KSIDASI MKA PRSES KIMIA LEH SRI WAHYU MURNI PRDI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YGYAKARTA Tipe-tipe proses oksidasi: 1. Dehidrogenasi C 2 H 5 H + ½ 2 etanol CH 3 2. Pemasukan Atom ksigen CH 3 C H + ½ 2 C

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit 8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Hasil Penelitian Tahap Sebelumnya

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Hasil Penelitian Tahap Sebelumnya 73 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tahapan Pengerjaan Hasil Penelitian Tahap Sebelumnya Penentuan parameter yang akan diteliti Penentuan metode pengambilan sampel Pemilihan metode analisa sampel. Persiapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 8. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini disampaikan penentuan laju ozonisasi optimum atas sistem injektor ozon yang dipasang, gambaran kenaikan konsentrasi ozon terlarut di air pada variasi laju alir dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS O L E H: NAMA : HABRIN KIFLI HS STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK : V (LIMA) ASISTEN : SARTINI, S.Si LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010 SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU Oleh : Andri Lukismanto (3306 100 063) Dosen Pembimbing : Abdu Fadli Assomadi S.Si MT Jurusan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN : Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Persamaan Redoks. Cu(s) + 2Ag + (aq) -> Cu 2+ (aq) + 2Ag(s)

Persamaan Redoks. Cu(s) + 2Ag + (aq) -> Cu 2+ (aq) + 2Ag(s) Persamaan Redoks Dalam reaksi redoks, satu zat akan teroksidasi dan yang lainnya tereduksi. Proses ini terkadang mudah untuk dilihat; untuk contoh ketika balok logam tembaga ditempatkan dalam larutan perak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

DISINFEKSI DAN NETRALISASI

DISINFEKSI DAN NETRALISASI DISINFEKSI DAN NETRALISASI PROSES Disinfeksi ADALAH PROSES PENGOLAHAN AIR DENGAN TUJUAN UNTUK MEMBUNUH MIKROORGANISME (BAKTERI) DALAM AIR YANG MENYEBABKAN PENYAKIT Cara-cara Disinfeksi 1. Cara Fisik a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan yang pertama bagi terselenggaranya kesehatan yang baik adalah tersedianya air yang memadai dari segi kuantitas dan kualitasnya yang memenuhi syarat kebersihan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode MBAS setelah 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode MBAS setelah 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit. 7 dengan metode MBAS setelah 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit. Kinetika Reaksi Degradasi DBS dengan Partikel Fe 0 Kinetika degradasi DBS dilakukan dengan 2 metode berbeda, yaitu dengan konsentrasi

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 Jakarta 2-7 September Bidang Kimia. UjianTeori LEMBAR JAWABAN. Waktu: 210 menit

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 Jakarta 2-7 September Bidang Kimia. UjianTeori LEMBAR JAWABAN. Waktu: 210 menit OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 Jakarta 2-7 September 2012 Bidang Kimia UjianTeori LEMBAR JAWABAN Waktu: 210 menit Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PENGUJIAN AMDK Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PARAMETER UJI Warna Kekeruhan Kadar kotoran ph Zat terlarut Zat organik(angka KMnO40 Nitrat Nitrit Amonium Sulfat Klorida Flourida Sianida Klor bebas

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Diagram Latimer (Diagram Potensial Reduksi)

Diagram Latimer (Diagram Potensial Reduksi) Diagram Latimer (Diagram Potensial Reduksi) Ini sangat mudah untuk menginterpresikan data ketika ditampilkan dalam bentuk diagram. Potensial reduksi standar untuk set sepsis yang berhubungan dapat ditampilkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Dan Pembahasan Bab IV Hasil Dan Pembahasan IV.1 Analisa Kualitas Air Gambut Hasil analisa kualitas air gambut yang berasal dari Riau dapat dilihat pada Tabel IV.1. Hasil ini lalu dibandingkan dengan hasil analisa air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tidak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia tidak

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Yogyakarta Mei Lembar Jawab.

OLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Yogyakarta Mei Lembar Jawab. Hak Cipta Dilindungi Undang-undang OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2016 Yogyakarta 18-24 Mei 2015 Lembar Jawab Kimia TEORI Waktu: 240 menit KEMENTERIAN

Lebih terperinci

VOLUMETRI / TITRIMETRI

VOLUMETRI / TITRIMETRI VLUMETRI / TITRIMETRI Volumetri atau titrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif didasarkan pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan zat yang digunakan

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION HERMAN, S.Pd., M.Si FARMASI UNMUL TITRASI REDUKSI OKSIDASI TITRASI REDUKSI OKSIDASI DEFINISI analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi reduksi

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disegala

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat

Lebih terperinci