BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum a. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum, baik yang bersifat preventif maupun represif untuk menegakkan hukum. Kata perlindungan secara kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan unsur-unsur, yaitu : 1) Unsur tindakan melindungi; 2) Unsur pihak-pihak yang melindungi; dan 3) Unsur cara-cara melindungi. Kata perlindungan mengandung makna yaitu suatu tindakan perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditunjukkan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wahyu Sasongko, 2007 : 30). Perlindungan hukum bila dijelaskan secara harafiah dapat menimbulkan banyak persepsi. Perlindungan hukum dapat menimbulkan pertanyaan yang kemudian meragukan keberadaan hukum. Oleh karena hukum sejatinya harus memberikan perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena setiap orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum. Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum (Status Hukum, 2014,

2 16 diakses tanggal 21 April 2016 pukul 10.26). Menurut Philipus M. Hadjon (dalam Philipus M. Hadjon dkk, 2001 : 288) bahwa Undang-Undang Dasar Belanda menyatakan sekarang ini hampir seluruh bidang hukum administrasi seorang warga ditangani oleh hakim administrasi. Pertama, seorang hakim tidak pernah dapat mengambil keputusan sendiri tetapi dia harus mendapat informasi tambahan; Kedua, seorang hakim hanya dapat mengambil keputusan dalam perkara yang konkrit tentu saja harus dicatat; Ketiga, hakim itu sifat pengujiannya terbatas menurut hukum. Seorang hakim memegang kekuasaan dalam memutus perkara. Di Indonesia, perlindungan hukum diatur pada sebuah aturan dimana ada asas yang sangat penting bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut dikatakan sebagai penegasan dari penjelasan Pasal 24 dan Pasal 25 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Walaupun menurut undang-undang dasar dan undang-undang kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka dari campur tangan siapapun dalam menyelenggarakan peradilan, tetapi dalam hal ini tergantung pada pribadi para hakim (Philipus M. Hadjon dkk, 2001 : 296). b. Tujuan Perlindungan Hukum Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum (Status Hukum, 2014, diakses tanggal 20 April 2016 pukul 16.02). c. Bentuk Perlindungan Hukum Perlindungan hukum terdiri dari dua bentuk yaitu perlindungan hukum preventif (pencegahan) dan hukum represif (pemaksaan), baik yang

3 17 secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum (Status Hukum, 2014, diakses tanggal 20 April 2016 pukul 16.02). Menurut Philipus M. Hadjon (dalam Status Hukum, 2014, diakses tanggal 20 April 2016 pukul 16.02), perlindungan hukum bagi rakyat meliputi dua hal, yakni: Pertama : Perlindungan hukum preventif, yakni bentuk perlindungan hukum di mana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindakan pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan. Di Indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif. Kedua : Perlindungan hukum represif, yakni bentuk perlindungan hukum untuk menyelesaikan sengketa. Secara konseptual, perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila. 2. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen a. Pengertian Perlindungan Konsumen Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tersebut cukup memadai. Kalimat yang

4 18 menyatakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen. Meskipun undang-undang ini disebut sebagai Undang-Undang Perlindungan Konsumen namun bukan berarti kepentingan pelaku usaha tidak ikut menjadi perhatian karena keberadaan perekonomian nasional banyak ditentukan oleh para pelaku usaha (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2011 : 1-2). b. Asas-Asas Perlindungan Konsumen Berkaitan dengan tujuan perlindungan konsumen, ada lima asas yang terkandung menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ini adalah (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2011 : 31-33) : 1) Asas manfaat Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakkan hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak di atas pihak lain atau sebaliknya, tetapi untuk memberikan kepada masing-masing pihak, pelaku usaha dan konsumen, apa yang menjadi haknya. 2) Asas keadilan Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal, memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. Asas ini menghendaki bahwa melalui pengaturan dan penegakkan hukum perlindungan konsumen ini, konsumen dan pelaku usaha dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan menjalankan kewajiban secara seimbang.

5 19 3) Asas keseimbangan Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual. Asas ini menghendaki agar konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakkan hukum perlindungan konsumen. 4) Asas keamanan dan keselamatan konsumen Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi, dan sebaliknya bahwa produk itu tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta bendanya. 5) Asas kepastian hukum Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. c) Tujuan Perlindungan Konsumen Tujuan yang ingin dicapai melalui Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ini sebagaimana dimaksud adalah (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2011 : 33-34) : 1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri; 2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa; 3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

6 20 4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi; 5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha; dan 6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. 3. Tinjauan Umum tentang Hukum Perlindungan Konsumen a. Sejarah Terbitnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen Dasar pertimbangan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwa pembangunan dan perkembangan perekonomian di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang di dukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan informasi telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa yang ditawarkan bervariasi baik produksi luar negeri maupun produksi dalam negeri (Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, paragraf ke-1). Kondisi ini memberikan manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen (Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, paragraf ke-2). Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini disebabkan karena rendahnya pendidikan konsumen

7 21 (Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, paragraf ke-4). Adanya upaya pemberdayaan konsumen melalui pembentukan undang-undang yang dapat melindungi kepentingan konsumen serta dapat diterapkan secara efektif di masyarakat. Sehingga terbentuklah Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, paragraf ke-5, ke-7, dan ke-8). b. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen Menurut Nasution (dalam Kelik Wardiono, 2014 : 5) menyatakan bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang lebih luas. Secara definitif beliau mengemukakan : Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas atau kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup. Selanjutnya Nasution (dalam Kelik Wardiono, 2014 : 5-6) telah mengakui salah satu bagian dari hukum konsumen adalah aspek perlindungannya, misalnya bagaimana cara mempertahankan hak-hak konsumen terhadap gangguan pihak lain. c. Subjek Hukum Perlindungan Konsumen Subjek hukum adalah setiap pendukung hak dan kewajiban. Maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat memiliki hak secara sah dan diakui berdasarkan hukum dan/atau dapat di bebani kewajiban menurut hukum yang berlaku. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, terdapat dua subjek hukum yaitu : Konsumen dan Pelaku Usaha (Kelik Wardiono, 2014 : 6-7). d. Prinsip-prinsip Hukum Perlindungan Konsumen Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen. Kasus pelanggaran hak

8 22 konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggungjawab (Sidharta, 2000 : 58-59). Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut (Sidharta, 2000 : 59-65) : 1) Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata, prinsip ini dipegang secara teguh. Penerapan prinsip ini adalah konsumen hanya melihat semua di balik dinding suatu korporasi itu sebagai satu kesatuan. Maksudnya, jika suatu korporasi (misalnya rumah sakit) memberi kesan kepada masyarakat (pasien), orang yang bekerja di situ (dokter, perawat, dan lain-lain) adalah karyawan yang tunduk di bawah perintah/koordinasi korporasi tersebut, maka sudah cukup syarat bagi korporasi itu untuk wajib bertanggungjawab terhadap konsumennya. 2) Prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab Prinsip ini menyatakan tergugat selalu dianggap bertanggungjawab sampai ia dapat membuktikan ia tidak bersalah. Jadi, beban pembuktian ada pada si tergugat. Jika digunakan teori ini, maka yang berkewajiban membuktikan kesalahan itu ada di pihak pelaku usaha yang digugat. Tergugat ini yang harus menghadirkan bukti-bukti dirinya tidak bersalah. Apabila penggugat ingkar dapat digugat balik. 3) Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggungjawab Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggungjawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan biasanya dapat dibenarkan. Penerapan prinsip ini adalah dalam hukum pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabin/bagasi tangan yang biasanya dibawa dan diawasi oleh si penumpang (konsumen) adalah tanggung jawab dari penumpang. Hal ini, pengangkutan (pelaku usaha) tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.

9 23 4) Prinsip tanggung jawab mutlak Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab absolut (absolute liability). Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha, khususnya produsen barang yang memasarkan produknya yang merugikan konsumen. 5) Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan Prinsip tanggung jawab pembatasan sangat disenangi oleh pelaku usaha dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan jika ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausul yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggungjawabnya. Jika ada pembatasan mutlak harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang jelas. 4. Tinjauan Umum tentang Konsumen a. Pengertian Konsumen Pengertian konsumen menurut pendapat para ahli dan Undang- Undang Republik Indonesia sebagai berikut : 1) Menurut A.Z. Nasution Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan jasa digunakan untuk tujuan tertentu (dalam Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 25). 2) Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2011 : 4).

10 24 b. Unsur-unsur Konsumen Menurut Sidharta (dalam Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 27-30) terdapat unsur-unsur dalam pengertian konsumen sebagai berikut : 1) Setiap Orang Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa. Istilah orang menimbulkan keraguan, apakah hanya orang individual yang lazim disebut natuurlijke persoon atau termasuk juga badan hukum. Hal ini berbeda dengan pengertian yang diberikan untuk pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 3, secara khusus membedakan kedua pengertian orang di atas, dengan menyebutkan kata-kata orang perseorangan atau badan usaha. Tentu yang paling tepat tidak membatasi pengertian konsumen itu sebatas pada orang perseorangan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tampaknya berusaha menghindari penggunaan kata produsen sebagai lawan kata konsumen. Untuk itu digunakan kata pelaku usaha yang bermakna lebih luas. 2) Pemakai Sesuai dengan bunyi Penjelasan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, kata pemakai menekankan, konsumen adalah konsumen akhir. Istilah pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan barang dan/atau jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli. 3) Barang dan/atau jasa Berkaitan dengan istilah barang dan/atau jasa, sebagai pengganti digunakan kata produk. Semula kata produk hanya mengacu pada pengertian barang. Sementara itu, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Pengertian disediakan bagi masyarakat menunjukkan, jasa itu harus ditawarkan kepada masyarakat. Artinya, harus lebih dari satu orang. Kata-kata ditawarkan kepada

11 25 masyarakat itu harus ditafsirkan sebagai bagian dari suatu transaksi konsumen. 4) Yang Tersedia dalam Masyarakat Barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia dipasaran, dilihat Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen berbunyi, barang dan/atau jasa tersebut tersedia. 5) Bagi Kepentingan Diri Sendiri, Keluarga, Orang lain, dan Makhluk Hidup Lain Transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba untuk memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi barang dan/atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain (di luar diri sendiri dan keluarga) bahkan untuk makhluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan. 6) Barang dan/atau jasa itu tidak untuk Diperdagangkan Pengertian konsumen dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir. Batasan itu sudah biasa dipakai dalam peraturan perlindungan konsumen berbagai negara. c. Ciri-ciri Konsumen Menurut Hans W. Micklitz (dalam Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 34-35) menyatakan terdapat dua tipe konsumen yang akan mendapatkan perlindungan, yaitu : 1) Konsumen yang terinformasi a) Ciri-ciri konsumen yang terinformasi sebagai tipe pertama yaitu : (1)Memiliki tingkat pendidikan tertentu; (2)Mempunyai sumber daya ekonomi yang cukup, sehingga dapat berperan dalam ekonomi pasar; dan (3)Lancar berkomunikasi.

12 26 Adanya tiga potensi, konsumen jenis ini mampu bertanggung jawab dan relatif tidak memerlukan perlindungan. 2) Konsumen yang tidak terinformasi a) Ciri-ciri konsumen yang tidak terinformasi sebagai tipe kedua yaitu : (1)Kurang pendidikan; (2)Termasuk kategori kelas menengah ke bawah; dan (3)Tidak lancar berkomunikasi. d. Hak dan Kewajiban Konsumen Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan hanya fisik, melainkan perlindungan yang diberikan mengenai hak-hak konsumen (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 30). Secara umum terdapat empat hak dasar konsumen, yaitu (Sidharta dalam Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 30) : 1) Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety) Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang dan jasa yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan/atau jasa tidak boleh membahayakan jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan jasmani dan rohani (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 33). 2) Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed) Setiap produk yang diperkenalkan konsumen harus disertai informasi yang benar. Informasi diperlukan agar konsumen tidak sampai mempunyai gambaran yang keliru atas produk barang dan/atau jasa. Informasi disampaikan lisan kepada konsumen, melalui iklan atau mencantumkan dalam kemasan produk (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 33-34). 3) Hak untuk memilih (the right to choose) Setiap mengkonsumsi suatu produk, konsumen berhak menentukan pilihannya. Ia tidak boleh mendapat tekanan dari pihak luar sehingga ia

13 27 tidak lagi bebas untuk membeli atau tidak membeli (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 36). 4) Hak untuk di dengar (the right to be heard) Hak untuk di dengar merupakan hak yang erat kaitannya dengan hak untuk mendapatkan informasi. Ini disebabkan oleh informasi yang diberikan pihak yang berkepentingan atau berkompeten sering tidak cukup memuaskan konsumen (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : ). PBB melalui Resolusi Nomor A/RES/39/248 tanggal 16 April 1985 tentang Perlindungan Konsumen (Guidelines for Consumer Protection) merumuskan enam kepentingan konsumen yang harus dilindungi, yaitu (Inosentius Samsul dalam Zulham, 2013 : 49) : 1) Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan keamanannya; 2) Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen; 3) Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan kebutuhan pribadi; 4) Pendidikan konsumen; 5) Tersediannya ganti rugi yang efektif; dan 6) Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut untuk menyuarakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka. Organisasi Konsumen Sedunia (International Organization of Consumers Union-IOCU) menambahkan empat hak dasar konsumen yang harus dilindungi, yaitu (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo dalam Zulham, 2013 : 49) : 1) Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup; 2) Hak untuk memperoleh ganti rugi; 3) Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen; dan

14 28 4) Hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Masyarakat ekonomi Eropa juga telah menetapkan hak-hak dasar konsumen yang perlu mendapat perlindungan, yaitu (Mariam Darus dalam Zulham, 2013 : 49-50): 1) Hak perlindungan kesehatan dan keamanan; 2) Hak kepentingan ekonomi; 3) Hak mendapat ganti rugi; 4) Hak atas penerangan; dan 5) Hak untuk didengar. Hak konsumen tertuang dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sebagai berikut (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 31-32) : 1) Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; 2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; 3) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; 4) Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; 5) Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 8) Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang di terima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan 9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

15 29 Adapun kewajiban konsumen menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, sebagai berikut (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 41) : 1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi kemanan dan keselamatan; 2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; 3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; dan 4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. 5. Tinjauan Umum tentang Pelaku Usaha a. Pengertian Pelaku Usaha Menurut penjelasan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen istilahnya pelaku usaha atau produsen adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi (Az Nasution dalam Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 41). b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha Kegiatan menjalankan usaha, undang-udang memberikan sejumlah hak dan membebankan sejumlah kewajiban dan larangan kepada produsen. Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hak-hak dari pelaku usaha (produsen) sebagai berikut (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 43) : 1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

16 30 2) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; 3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; 4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; dan 5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya. Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, kewajiban dari pelaku usaha (produsen) sebagai berikut (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011 : 43) : 1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; 2) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan; 3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 4) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku; 5) Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan /atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan; 6) Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; dan 7) Memberikan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang di terima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

17 31 c. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, tanggung jawab pelaku usaha (produsen) sebagai berikut (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2011 : 125) : 1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan; 2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi; 4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan; dan 5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen. 6. Tinjauan Umum tentang Hak Atas Kesehatan a. Pengertian Kesehatan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan), karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional dan tidak akan mampu memperoleh hak-hak lainnya (Dedi Afandi, 2008 : 2). Sehingga kesehatan menjadi salah satu ukuran selain tingkat pendidikan dan ekonomi yang menentukan mutu sumber daya

18 32 manusia (Dedi Afandi, 2008 : 3). Menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat. b. Pengertian Hak Atas Kesehatan Hak atas kesehatan bukanlah berarti hak agar setiap orang untuk menjadi sehat, atau pemerintah harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang mahal di luar kesanggupan pemerintah. Tetapi lebih menuntut agar pemerintah dan pejabat publik dapat membuat berbagai kebijakan dan rencana kerja yang mengarah kepada tersedia dan terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan untuk semua dalam kemungkinan waktu yang secepatnya (Dedi Afandi, 2008 : 16). Adanya hak atas kesehatan memberikan suatu hak kepada konsumen dalam menggunakan pelayanan air dari PDAM. c. Hak-Hak Atas Kesehatan Konsumen Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi, Setiap orang berhak atas kesehatan (Kelik Wardiono, 2014 : 10). Menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, sebagai berikut (Kelik Wardiono, 2014 : 10) : 1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. 2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. 3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggungjawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi, Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Menurut Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi, Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat

19 33 kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kerja (Kelik Wardiono, 2014 : 10). Menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi, pemerintah bertanggungjawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Kelik Wardiono, 2014 : 10). Menurut Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi, pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan/atau persyaratan kesehatan (Kelik Wardiono, 2014 : 11). 7. Tinjauan Umum tentang Hak Atas Keamanan dan Keselamatan a. Hak Atas Keamanan Hak atas keamanan merupakan hak untuk melindungi dari pemasaran barang dan/atau jasa yang berbahaya terhadap kesehatan dan kehidupan. Konsumen memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keamanan produk atau jasa. Misalnya, makanan dan minuman yang dikonsumsi harus aman bagi kesehatan konsumen dan masyarakat umumnya. Produk makanan yang aman berarti produk tersebut memiliki standar kesehatan, gizi, dan sanitasi serta tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan manusia baik dalam jangka pendek maupun panjang. Di Amerika Serikat hak ini merupakan hak pertama dan tertua serta paling tidak kontroversial (Bob Widyahartono MA, 2013, diakses tanggal 25 Februari 2016 pukul WIB). b. Hak Atas Keselamatan Hak atas keselamatan mengandung pengertian bahwa konsumen berhak mendapatkan produk yang memberi keselamatan. Oleh karena itu, konsumen harus dilindungi dari segala bahaya yang mengancam kesehatan, jiwa, dan harta bendanya karena memakai atau mengkonsumsi produk. Setiap produk baik dari segi komposisi bahannya, dari segi desain dan konstruksi, maupun dari segi kualitasnya harus diarahkan untuk

20 34 mempertinggi rasa keselamatan konsumen (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2011 : 41). 8. Tinjauan Umum tentang Air a. Pengertian Air Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah kecuali air laut dan air fosil. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air dalam ketentuan umum Pasal 1 menyatakan bahwa air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum. b. Klasifikasi Mutu Air Menurut Pasal 8 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air dapat dibedakan menjadi empat kelas, sebagai berikut : 1) Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan/atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; 2) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; 3) Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; dan

21 35 4) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. c. Pengertian Air Minum Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum. d. Standar Kualitas Air Minum Menurut Pasal 3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, standar kualitas air minum sebagai berikut : 1) Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang memuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. 2) Parameter wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh penyelenggara air minum. 3) Pemerintah daerah dapat menetapkan parameter tambahan sesuai dengan kondisi kualitas lingkungan daerah masing-masing dengan mengacu pada parameter tambahan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini. 4) Parameter wajib dan parameter tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini.

22 36 e. Persyaratan Kualitas Air Minum Tabel 2.1. Parameter Wajib No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan Kadar maksimum yang diperbolehkan a. Parameter Mikrobiologi 1) E.Coli Jumlah per 100 ml sampel 0 2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel 0 b. Kimia an-organik 1) Arsen mg/l 0,01 2) Fluorida mg/l 1,5 3) Total Kromium mg/l 0,05 4) Kadmium mg/l 0,003 5) Nitrit, sebagai NO 2- mg/l 3 6) Nitrat, sebagai NO 3- mg/l 50 7) Sianida mg/l 0,07 8) Selenium mg/l 0,01 2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter Fisik 1) Bau Tidak berbau 2) Warna TCU 15 3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500 4) Kekeruhan NTU 5 5) Rasa Tidak berasa 6) Suhu 0 C Suhu udara ±3 b. Parameter Kimiawi 1) Alumunium mg/l 0,2 2) Besi mg/l 0,3 3) Kesadahan mg/l 500 4) Khlorida mg/l 250 5) Manga mg/l 0,4 6) Ph 6,5-8,5 7) Seng mg/l 3 8) Sulfat mg/l 250 9) Tembaga mg/l 2 10) Amonia mg/l 1,5 Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

23 37 Tabel 2.2. Parameter Tambahan No Jenis Parameter Satuan 1 KIMIAWI Kadar maksimum yang diperbolehkan a. Bahan Anorganik Air Raksa mg/l 0,001 Antimon mg/l 0,02 Barium mg/l 0,7 Boron mg/l 0,5 Molybdenum mg/l 0,07 Nikel mg/l 0,07 Sodium mg/l 200 Timbal mg/l 0,01 Uranium mg/l 0,015 b. Bahan Organik Zat Organik (KMnO 4 ) mg/l 10 Deterjen mg/l 0,05 Chlorinated alkanes Carbon tetrachloride mg/l 0,004 Dichloromethane mg/l 0,02 1,2-Dichloroethane mg/l 0,05 Chlorinated ethenes 1,2-Dichloroethene mg/l 0,05 Trichloroethene mg/l 0,02 Tetrachloroethene mg/l 0,04 Aromatic hydrocarbons Benzene mg/l 0,01 Toluene mg/l 0,7 Xylenes mg/l 0,5 Ethylbenzene mg/l 0,3 Styrene mg/l 0,02 Chlorinated benzenes 1,2-Dichlorobenzene mg/l 1 1,4-Dichlorobenzene mg/l 0,3 Lain-lain Di(2-ethylhexyl) phthalate mg/l 0,008 Acrylamide mg/l 0,0005 Epichlorohydrin mg/l 0,0004 Hexachlorobutadiene mg/l 0,0006 Ethylenediamine-tetraacetic acid (EDTA) mg/l 0,6 Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/l 0,2 c. Pestisida Alachlor mg/l 0,02 Aldicarb mg/l 0,01 Aldrin dan dieldrin mg/l 0,00003 Atrazine mg/l 0,002 Carbofuran mg/l 0,007

24 38 No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan Chlordane mg/l 0,0002 Chlorotoluron mg/l 0,03 DDT mg/l 0,001 1,2-Dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/l 0,001 2,4 Dichlorophenoxyacetic (2,4-D) mg/l 0,03 1,2-Dichloropropane mg/l 0,04 Isoproturon mg/l 0,009 Lindane mg/l 0,002 MCPA mg/l 0,002 Methoxychlor mg/l 0,02 Metolachlor mg/l 0,01 Molinate mg/l 0,006 Pendimethalin mg/l 0,02 Pentachlorophenol (PCP) mg/l 0,009 Permethrin mg/l 0,3 Simazine mg/l 0,002 Trifluralin mg/l 0,02 Chlorophenoxy herbicides selain 2,4- D dan MCPA 2,4-DB mg/l 0,090 Dichlorprop mg/l 0,10 Fenoprop mg/l 0,009 Mecoprop mg/l 0,001 2,4,5-Trichlorophenoxy- acetic acid mg/l 0,009 d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya Desinfektan Chlorine mg/l 5 Hasil sampingan Bromate mg/l 0,01 Chlorate mg/l 0,7 Chlorite mg/l 0,7 Chlorophenols 2,4,6-Trichlorophenol (2,4,6-TCP) mg/l 0,2 Bromoform mg/l 0,1 Dibromochloromethane (DBCM) mg/l 0,1 Bromodichloromethane (BDCM) mg/l 0,006 Chloroform mg/l 0,3 Chlorinated acetic acids Dichloroacetic acid mg/l 0,05 Trichloroacetic acid mg/l 0,02 Chloral hydrate Halogenated acetonitrilies Dichloroacetonitrile mg/l 0,02 Dibromoacetonitrile mg/l 0,07 Cyanogen chloride (sebagai CN) mg/l 0,07

25 39 No Jenis Parameter Satuan 2. RADIOAKTIFITAS Kadar maksimum yang diperbolehkan Gross alpha activity Bq/l 0,1 Gross beta activity Bq/l 1 Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum 9. Tinjauan Umum tentang Hak Atas Air a. Sejarah Keberadaan suatu konstitusi dalam suatu negara dimaksudkan sebagai aturan main dalam proses penyelenggaraan negara. Ketentuan mengenai jaminan hak atas air bagi seluruh rakyat Indonesia ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Penguasaan negara atas air sebagai kekayaan alam yang bersifat nasional untuk pemenuhan kesejahteraan rakyat. Pemenuhan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagai suatu bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam melepaskan diri dari penjajahan yang telah menciptakan penderitaan bagi rakyat Indonesia, sehingga diharapkan penderitaan itu berakhir dan kewajiban bangsa Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan sebagai konsekuensi kesepakatan seluruh rakyat Indonesia untuk mendirikan negara yang bernama Indonesia (F. Sugeng Istanto, 1998 : 1). Jaminan hak atas air bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan bentuk kesejahteraan tersebut. b. Pengertian Hak atas air merupakan penjelmaan dari pemenuhan hak asasi masyarakat Indonesia yang terdapat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Hak menguasai negara dalam bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan bentuk hak asasi sosial (F. Sugeng Istanto, 1998 : 2), hal ini menuntut campur tangan pemerintah dalam pengelolaannya untuk

26 40 mewujudkan kemakmuran rakyat itu sendiri. Ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memiliki tujuan mulia dalam memberikan kesejahteraan pada rakyat akan menjadi suatu tempat kosong ketika tidak diikuti oleh semangat dan keinginan yang kuat untuk mewujudkannya. Hak atas air merupakan hak asasi yang bukan datang dari negara, konteks ekologis tertentu dari eksistensi manusia yang memunculkan hak atas air (Vandhana Shiva, 2003 : 23). Oleh karena itu, masuknya negara dalam pengelolaan air sebagai wujud hak menguasai yang terdapat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan bentuk perlindungan hak-hak asasi tersebut agar dapat terjaga dan terjamin bagi seluruh rakyat, tidak dapat dihilangkan oleh siapapun karena hak atas air merupakan hak yang bersifat kodrati. Air sebagai kebutuhan manusia merupakan hak yang harus dipenuhi oleh negara sebagai bentuk pengakuan terhadap hak untuk hidup itu sendiri. Keberadaan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara filosofis sebagai penjelmaan Sila ke-5 Pancasila yaitu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, di mana air sebagai salah satu kekayaan nasional merupakan kebutuhan rakyat dikuasai negara dalam kerangka memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. 10. Tinjauan Umum tentang PDAM a. Sejarah Pada awalnya air minum Kota Surakarta terbangun tahun 1929 oleh Paku Buwono X. Pelaksanaan pembangunan diserahkan kepada NV Hoogdruk Water Leiding Hoofplaats Surakarta en Omstreken. Pada zaman pendudukan Jepang, berubah nama menjadi SOLO SUIDO SYO. Kemudian diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia sesudah Proklamasi 17 Agustus Selanjutnya pada tanggal 9 April 1960 pengelolaan dialihkan kepada Dinas Penghasilan Daerah Kotamadya Dati II Surakarta. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 1977 tanggal 21 Mei 1977,

27 41 status dari Seksi Air Minum pada Dinas Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi PDAM Kodya Dati II Surakarta. Pada tanggal 16 Januari 2004 telah ditetapkan Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 1977 (PDAM, 2011, diakses tanggal 14 Februari 2016 pukul WIB). b. Visi dan Misi Visi PDAM Kota Surakarta adalah menjadi salah satu PDAM yang terbaik di bidang pelayanan air minum dan air limbah melalui pengelolaan yang berwawasan lingkungan (PDAM, 2011, diakses tanggal 14 Februari 2016 pukul WIB). Misi PDAM Kota Surakarta sebagai berikut (PDAM, 2011, diakses tanggal 14 Februari 2016 pukul WIB) : 1) Memberikan layanan air minum dan air limbah kepada masyarakat secara berkesinambungan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan; 2) Meningkatkan kontribusi perusahaan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD); 3) Meningkatkan Profesionalisme Sumber Daya Manusia; dan 4) Melestarikan sumber air. c. Acuan Peraturan PDAM Terkait Pemberian Hak Pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan penduduk pada wilayah kota dan daerah mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan persediaan air dan distribusi air minum yang selaras, adil, dan merata. Tugas PDAM adalah pengelolaan dan melayani kebutuhan air, namun pertumbuhan perkembangan penduduk merupakan faktor utama yang pada akhirnya memperoleh perhatian. Secara internal perusahaan berusaha membina sesuatu kehidupan perusahaan yang baik serta dinamis dan secara eksternal berusaha meningkatkan pelayanan yang baik karena mati hidupnya perusahaan tergantung pada langganan, sehingga langganan harus dipelihara baik kepercayaannya maupun pelayanannya (PDAM, 2011, diakses tanggal 26 Februari 2016 pukul WIB).

28 42 Adanya penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum tujuan utama yang ingin dicapai adalah pengelolaan dan pengurusan air minum yang berkualitas dengan harga terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Sementara penyediaan air bersih yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini adalah PDAM belum mampu memberikan pelayanan yang seimbang akan kebutuhan masyarakat terhadap air bersih. Selama ini pelanggan dituntut terus memenuhi kewajiban dalam pembayaran tagihan PDAM, dan akan dikenai sanksi jika mengalami keterlambatan pembayaran, baik itu berupa denda sampai berupa pencabutan atau pemutusan dari pelangganan PDAM sendiri (PDAM, 2011, diakses tanggal 26 Februari 2016 pukul WIB). Menghadapi permasalahan di PDAM Kota Surakarta terdapat aturan yang dapat dijadikan acuan terkait pemberian hak-hak konsumen yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (PDAM, 2011, diakses tanggal 26 Februari 2016 pukul WIB).

29 43 B. Kerangka Pemikiran Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen PDAM Kota Surakarta Kualitas Air Berkualitas atau Memenuhi Syarat Tidak Berkualitas atau Tidak Memenuhi Syarat Pengolahan Hak-Hak Konsumen Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

30 44 Penjelasan Kerangka Pemikiran : Bagan kerangka pemikiran tersebut menjelaskan alur berpikir penulis dalam menyusun penelitian hukum. Sumber daya alam merupakan hal terpenting, khususnya sumber air bersih atau istilah lainnya air minum yang peranannya sangat penting bagi kehidupan manusia. Setiap orang atau sering disebut dengan konsumen memerlukan air demi memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk memenuhi kebutuhan konsumen maka dalam memberikan layanan air bagi konsumen harus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kini di Indonesia muncul Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen untuk melindungi hubungan antara konsumen dan pelaku usaha. Dimaksud dengan pelaku usaha adalah PDAM Kota Surakarta. PDAM sebagai suatu perusahaan yang memproduksi atau mengolah air sangat membutuhkan dan sangat bergantung atas dukungan konsumen sebagai pelanggan. Salah satu layanan yang harus dipenuhi adalah pemenuhan kebutuhan air minum berdasarkan kualitas air yang diperuntukkan bagi konsumen. Pihak PDAM memberikan layanan air berkualitas sesuai hak-haknya kemudian sebaliknya bahwa konsumen menerima layanan tersebut dan PDAM dapat terjamin kelangsungan usahanya. Air yang diolah oleh PDAM menimbulkan dua kemungkinan, yaitu : Pertama, Air Berkualitas atau Memenuhi Syarat adalah air tersebut tidak ditemukan kandungan fisika, kimia, dan bakteriologi melebihi kadar maksimal yang diperbolehkan; Kedua, Air Tidak Berkualitas atau Tidak Memenuhi Syarat adalah air tersebut didalamnya ditemukan kandungan fisika, kimia, dan bakteriologi diatas batas normal kadar maksimal yang diperbolehkan. Apabila air tidak berkualitas atau tidak memenuhi syarat maka pihak PDAM akan melakukan penelitian ke sumber air baku untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut agar kembali ke standar air yang layak dikonsumsi oleh konsumen. Apabila air dari PDAM sudah memenuhi syarat dan terjaga kualitas airnya agar layak dikonsumsi konsumen maka PDAM telah memberikan hak-hak kosumen seperti hak atas kesehatan, keamanan, dan keselamatan konsumen sesuai peraturan yang berlaku untuk memberikan pelayanan air.

Lampiran I. Gambar Sampel. Air setelah penambahan pree chlorination

Lampiran I. Gambar Sampel. Air setelah penambahan pree chlorination Lampiran I. Gambar Sampel Air setelah penambahan pree chlorination Lampiran II. Diagram Alir I. Pembuatan Media a. Pembuatan Media NaCl 9% 0,9 g NaCl NaCl 9% Dimasukkan kedalam erlemeyer 100 ml Dilarutkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

LAMPIRAN I. No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan LAMPIRAN I Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. I. PARAMETER WAJIB No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN F. Persyaratan Kualitas Air Minum

LAMPIRAN F. Persyaratan Kualitas Air Minum LAMPIRAN F Persyaratan Kualitas Air Minum PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: 97/MENKES/SK/VII/22 TANGGAL: 29 Juli 22 LAMPIRAN F Persyaratan Kualitas Air Minum PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: 97/MENKES/SK/VII/22

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 2. Sifat fisik dan kimia air permukaan

Tabel Lampiran 2. Sifat fisik dan kimia air permukaan LAMPIRAN 58 59 Tabel Lampiran 1. Sifat kimia air hujan No Contoh Air ph P-total (mg/l) Nitrat (mg/l) Pb (mg/l) 1 Air Hujan 1 6.3 0.25 6.2 0.13 2 Air Hujan 2 6.3 0.2 0 0.09 3 Air Hujan 3 6.1 0.33 6.2 0.13

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dala m rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM 688 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA 2.1 Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Basu, R., and Wright, N.J. (1997), Total Manufacturing Solutions, Oxford: Butterworth-Heinemann.

DAFTAR PUSTAKA. Basu, R., and Wright, N.J. (1997), Total Manufacturing Solutions, Oxford: Butterworth-Heinemann. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Kebijakan Pembangunan Air Bersih dan Peningkatan Kinerja Melalui Penyehatan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Dikutip 2 Januari 2007 dari http://kkppi.go.id/dloads/kpdam.pdf

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN 56 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah

Lebih terperinci

STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN

STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN Sosialisasi PMK No. 70/2016 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri Sri Irianti Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Auditorium Siwabessy,

Lebih terperinci

Tata cara penentuan jenis unit instalasi pengolahan air berdasarkan sumber air baku

Tata cara penentuan jenis unit instalasi pengolahan air berdasarkan sumber air baku Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan jenis unit instalasi pengolahan air berdasarkan sumber air baku ICS 91.140.60; 13.060.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. Bahwa salah satu faktor mendasar yang menentukan tingkat

Lebih terperinci

TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK TAHUN 2005 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang : a. Bahwa salah

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis Perlindungan Konsumen Bisnis Hukum Bisnis, Sesi 8 Pengertian & Dasar Hukum Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Konsumen Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah, pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM I. PARAMETER WAJIB No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan 1. Parameter

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU 85 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No Parameter Satuan A. FISIKA Bau Jumlah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2003 PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2003 PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, 1 LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 44 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 27 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb). BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN 2.1. Konsumen 2.1.1. Pengertian Konsumen Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan konsumen adalah pemakai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen 18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA 2.1 Hukum Perlindungan Konsumen 2.1.1 Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen Ada dua istilah mengenai hukum yang mempersoalkan konsumen,

Lebih terperinci

A. Pengertian konsumen dan perlindungan konsumen. Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

A. Pengertian konsumen dan perlindungan konsumen. Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau A. Pengertian konsumen dan perlindungan konsumen 1. Pengertian Konsumen Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). 15 Pengertian tersebut secara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No. 27 2000 Seri D PERATURAN DAERAH JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2000 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN BAKU MUTU AIR PADA SUNGAI CITARUM DAN ANAK-ANAK SUNGAINYA DI JAWA BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air SALINAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air A. Daftar Kriteria Kualitas Air Golonagan A (Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat 16 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 2.1. Pengertian Perlindungan Konsumen Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan perlindungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan perlindungan 21 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Konsumen 1. Konsep Perlindungan Hukum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan perlindungan adalah: a. tempat berlindung; b. perbuatan (hal dan sebagainya)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN, PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN, PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM 21 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN, PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM 2.1 Konsumen. 2.1.1. Pengertian Konsumen. Pengertian Konsumen di Amerika Serikat dan MEE, kata Konsumen yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi. Tingkat kepuasan pelnggan yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi. Tingkat kepuasan pelnggan yang tinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pelanggan 2.1.1 Definisi Kepuasan Pelanggan Banyak manfaat yang diterima oleh perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi. Tingkat kepuasan

Lebih terperinci

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: Wahyu Simon Tampubolon, SH, MH Dosen Tetap STIH Labuhanbatu e-mail : Wahyu.tampubolon@yahoo.com ABSTRAK Konsumen

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM TENTANG UNDANG-UNDANG RAHASIA DAGANG DAN KETENTUAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

ANALISIS HUKUM TENTANG UNDANG-UNDANG RAHASIA DAGANG DAN KETENTUAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Al-Qishthu Volume 13, Nomor 2 2015 185 ANALISIS HUKUM TENTANG UNDANG-UNDANG RAHASIA DAGANG DAN KETENTUAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Pitriani Dosen Jurusan Syari ah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha Hukum Perlindungan Konsumen menurut Az. Nasution adalah hukum konsumen yang memuat asas-asas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l No Panjang Gelombang % T Absorbansi (nm) 1 500 75 0,1249 2 505 74 0,1308 3 510 73

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 13 2000 SERI D KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 28 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUNTUKAN AIR DAN BAKU MUTU AIR PADA SUNGAI CIWULAN DAN SUNGAI CILANGLA DI JAWA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI 2.1 Tanggung Jawab Tanggung jawab pelaku usaha atas produk barang yang merugikan konsumen merupakan perihal yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam

BAB III TINJAUAN UMUM. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam 21 BAB III TINJAUAN UMUM A. Tinjuan Umum Terhadap Hukum Perlindungan Konsumen 1. Latar belakang Perlindungan Konsumen Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengaturan Perlindungan Konsumen di Indonesia Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan

Lebih terperinci

Makan Kamang Jaya. : KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan tersebut. BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

Makan Kamang Jaya. : KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan tersebut. BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA Bab ini merupakan inti dalam tulisan ini yang menengahkan tentang upaya perlindungan hukum bagi konsumen rumah makan kamang jaya, pembinaan dan pengawasan Pemerintah Daerah dan instansi terkait terhadap

Lebih terperinci

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM. PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM. 1 PERLINDUNGAN KONSUMEN setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanggung jawab dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata responsibility

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanggung jawab dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata responsibility II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata responsibility atau liability, sedangkan dalam bahasa Belanda, yaitu vereentwoodelijk atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asasasas atau kaidah kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini akan mengkaji dan membahas tentang hak dan kewajiban pihakpihak dalam perjanjian pelayanan jasa laundry, bentuk wanprestasi yang dilakukan pelaku usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Dwi Afni Maileni Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA Batam Abstrak Perlindungan konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN A. Pengertian Pelaku Usaha Kegiatan usaha sudah banyak di dapatkan melalui berbagai media online dengan mudah, karena pada saat ini berbagai

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TELEKOMUNIKASI

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TELEKOMUNIKASI BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TELEKOMUNIKASI A. Ketentuan Hukum Mengenai Perlindungan Konsumen Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia, mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup di samping udara, tanah dan cahaya. Makhluk hidup khususnya manusia tidak akan mampu bertahan tanpa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hak dan Kewajiban Konsumen 1. Pengertian Konsumen Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Secara harfiah arti kata consumer itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada

I. PENDAHULUAN. pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada era globalisasi saat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN

BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN 2005 A. Analisis Implementasi Hak Keamanan Konsumen

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA Oleh Gek Ega Prabandini I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This study, entitled "Effects Against

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN 2.1. Pengangkut 2.1.1. Pengertian pengangkut. Orang yang melakukan pengangkutan disebut pengangkut. Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai informasi yang jelas pada kemasan produknya. Pada kemasan produk makanan import biasanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK 43 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 178 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

HAK-HAK KONSUMEN DALAM PEREDARAN PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN

HAK-HAK KONSUMEN DALAM PEREDARAN PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN HAK-HAK KONSUMEN DALAM PEREDARAN PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh I Kadek Surya Tamanbali I Wayan Sutaradjaya Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

General Information on Fecal Koliform. March BASIN

General Information on Fecal Koliform. March BASIN DAFTAR PUSTAKA Alaerts G, Santika SS. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya [APDAMINDO] Asosiasi Pengusaha/Pemasok dan Distribusi Depo Air Minum Indonesia. 03. Air Minum Isi Ulang [APHA]

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI ATAS PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 200 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen atau biasa disingkat dengan UUPK dan mulai diberlakukan pada tanggal 20 April UUP

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen atau biasa disingkat dengan UUPK dan mulai diberlakukan pada tanggal 20 April UUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan aktivitas masyarakat banyak menyebabkan perubahan dalam berbagai bidang di antaranya ekonomi, sosial, pembangunan, dan lain-lain. Kondisi ini menuntut

Lebih terperinci

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT) Department of Food Science and Technology Bogor Agricultural University http://itp.fateta.ipb.ac.id COURSE 4: Major national food regulation: Food Act (7/1996) Consumer Protection Act (8/1999) Food Labeling

Lebih terperinci

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia Penyelenggaraan jasa multimedia adalah penyelenggaraan jasa telekomunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern di satu pihak membawa dampak positif, di antaranya tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. modern di satu pihak membawa dampak positif, di antaranya tersedianya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan industri barang dan jasa yang semakin modern di satu pihak membawa dampak positif, di antaranya tersedianya kebutuhan dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN PELAKU USAHA, KONSUMEN, DAN PENGOPLOSAN. Konsumen menentukan bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau

BAB II PENGERTIAN PELAKU USAHA, KONSUMEN, DAN PENGOPLOSAN. Konsumen menentukan bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau BAB II PENGERTIAN PELAKU USAHA, KONSUMEN, DAN PENGOPLOSAN 1.1 Pengertian Pelaku Usaha Dalam Pasal 1 angka 3 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menentukan bahwa pelaku usaha adalah setiap

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA A. Hak Dan Kewajiban Konsumen 1. Hak-Hak Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hak-hak Konsumen adalah : 1. Hak atas kenyamanan,

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU Afandi Andi Basri,1), Nieke Karnaningroem 2) 1) Teknik Sanitasi Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurusan Teknik Lingkungan FTSP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air tawar bersih yang layak minum kian langka di perkotaan. Sungai-sungai

BAB I PENDAHULUAN. Air tawar bersih yang layak minum kian langka di perkotaan. Sungai-sungai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air tawar bersih yang layak minum kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KONSUMEN. Business Law Semester Gasal 2014 Universitas Pembangunan Jaya

PERLINDUNGAN KONSUMEN. Business Law Semester Gasal 2014 Universitas Pembangunan Jaya PERLINDUNGAN KONSUMEN Business Law Semester Gasal 2014 Universitas Pembangunan Jaya MENGAPA KONSUMEN DILINDUNGI??? 2 ALASAN POKOK KONSUMEN PERLU DILINDUNGI MELINDUNGI KONSUMEN = MELINDUNGI SELURUH BANGSA

Lebih terperinci

Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM

Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Perlindungan hukum adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang

Lebih terperinci

BAB II. A. Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha dan Konsumen. kemungkinan penerapan product liability dalam doktrin perbuatan melawan

BAB II. A. Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha dan Konsumen. kemungkinan penerapan product liability dalam doktrin perbuatan melawan BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Hubungan Hukum antara Pelaku

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Perlindungan Hukum dan Perlindungan Konsumen. perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. 1 Perlindungan hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Perlindungan Hukum dan Perlindungan Konsumen. perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. 1 Perlindungan hukum II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum dan Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan Hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN I. UMUM Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) Pada perkembangannya GOJEK telah resmi beroperasi di 10 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi. KUESIONER DAMPAK PEMUPUKAN NITROGEN DOSIS TINGGI PADA USAHATANI SAYURAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Artinya, perlindungan menurut hukum dan undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Artinya, perlindungan menurut hukum dan undang-undang II. TINJAUAN PUSTAKA a. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum terdiri dari dua suku kata yaitu Perlindungan dan Hukum. Artinya, perlindungan menurut hukum dan undang-undang yang berlaku. Perlindungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Lampiran PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK Kesehatan merupakan hal yang harus dijaga oleh setiap manusia, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kegiatan usaha yang banyak bermunculan. Kegiatan usaha terbagi menjadi

I. PENDAHULUAN. kegiatan usaha yang banyak bermunculan. Kegiatan usaha terbagi menjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian saat ini semakin pesat, hal ini diakibatkan oleh kegiatan usaha yang banyak bermunculan. Kegiatan usaha terbagi menjadi beberapa bidang, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat, saat ini hampir setiap orang dalam satu ruang lingkup keluarga memiliki

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG BAKU MUTU LINDI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen. antar anggota masyarakat yang satu dengan yang

BAB III TINJAUAN UMUM. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen. antar anggota masyarakat yang satu dengan yang BAB III TINJAUAN UMUM A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen Keberadaan hukum dalam masyarakat merupakan suatu sarana untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat, sehingga dalam hubungan

Lebih terperinci

Air mineral alami SNI 6242:2015

Air mineral alami SNI 6242:2015 Standar Nasional Indonesia Air mineral alami ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN A. Pengertian dan Bentuk-bentuk Sengketa Konsumen Perkembangan di bidang perindustrian dan perdagangan telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS CACAT TERSEMBUNYI PADA OBJEK PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL YANG MEMBERIKAN FASILITAS GARANSI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO

Lebih terperinci

Hukum Perlindungan Konsumen yang Berfungsi sebagai Penyeimbang Kedudukan Konsumen dan Pelaku Usaha dalam Melindungi Kepentingan Bersama

Hukum Perlindungan Konsumen yang Berfungsi sebagai Penyeimbang Kedudukan Konsumen dan Pelaku Usaha dalam Melindungi Kepentingan Bersama Hukum Perlindungan Konsumen yang Berfungsi sebagai Penyeimbang Kedudukan Konsumen dan Pelaku Usaha dalam Melindungi Kepentingan Bersama Agustin Widjiastuti SH., M.Hum. Program Studi Ilmu Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. mengenal batas Negara membuat timbul berbagai permasalahan, antara lain

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. mengenal batas Negara membuat timbul berbagai permasalahan, antara lain BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha. Perkembangan globalisasi ekonomi dimana arus barang dan jasa tidak lagi mengenal batas Negara membuat timbul berbagai

Lebih terperinci

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengedaran Makanan Berbahaya yang Dilarang oleh Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Berdasarkan PP No 42 tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya air, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Maya Dewi Savitri, MSi.

PERILAKU KONSUMEN. Maya Dewi Savitri, MSi. PERILAKU KONSUMEN Maya Dewi Savitri, MSi. PERTEMUAN 12 Perlindungan Konsumen MENGAPA KONSUMEN DILINDUNGI??? 3 ALASAN POKOK KONSUMEN PERLU DILINDUNGI MELINDUNGI KONSUMEN = Melindungi seluruh bangsa sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORITIS. orang yang memiliki hubungan langsung antara pelaku usaha dan konsumen.

BAB III KERANGKA TEORITIS. orang yang memiliki hubungan langsung antara pelaku usaha dan konsumen. BAB III KERANGKA TEORITIS A. Pengertian Konsumen Kata konsumen merupakan istilah yang biasa digunakan masyarakat untuk orang yang mengonsumsi atau memanfaatkan suatu barang atau jasa. Selain itu sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN. A. Sejarah Singkat Perlindungan Konsumen Di Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN. A. Sejarah Singkat Perlindungan Konsumen Di Indonesia BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Sejarah Singkat Perlindungan Konsumen Di Indonesia Masalah perlindungan konsumen di Indonesia baru mulai terjadi pada dekade 1970-an. Hal ini ditandai

Lebih terperinci