BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fluida Fluida adalah suatu zat yang berubah secara terus-menerus (kontiyu) bila terkena tegangan geser, betapapun kecilnya tegangan geser tersebut. Tegangan geser ini timbul akibat adanya gaya geser. Gaya geser yang terjadi adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan, kemudian gaya geser ini menyingung permukaan. Kemudian gaya geser ini yang dibagi dengan luas permukaan tersebut adalah tegangan geser rata-rata pada permukaan itu. (Streeter, Victor, 1983:63). Untuk aliran yang mengalir dalam pipa, diasumsikan bahwa pipa berisi penuh oleh fluida yang sedang dipindahkan. Pada keadaan seperti ini, gaya penggerak utamanya adalah gradient tekanan sepanjang pipa. Fluida dibagi dalam dua bagian yaitu cairan dan gas. Cairan tidak dapat dimampatkan dan bila terdapat dalam suatu tempat maka cairan tersebut akan mengambil tempat yang sesuai dengan bentuk tempatnya. Sedangkan gas dapat mudah dimampatkan dan dapat mengembang mengisi seluruh ruangan tempat tinggal nya dan tidak membentuk batas tertentu seperti cairan. [4] 8

2 2.1.1 Sifat-sifat Fluida Kerapatan (Density) Kerapatan adalah jumlah suatu zat pada suatu unit volume, dapat dinyatakan dalam tiga bentuk. [14] 1. Massa jenis (Mass Density) ρ =... <1> Dimana: ρ = Densitas (Kg/m 3 ) M = massa (N) V = Volume (m 3 ) 2. Berat jenis (Spesifik weight) Berat jenis adalah besarnya gaya gravitasi yang bekerja pada suatu masa dari suatu satuan volume, olek karena itu berat jenis dapat didefenisikan sebagai berat tiap satuan volume. γ= = = =ρ.g <2> γ = Berat jenisdengan N/m 3 untuk sistim SI atau kgf / m 3 untuk sistim MKS ρ = Kerapatan zat, dalam kg/m3 untuk sistim SI, atau kgm untuk sistim MKS g = Percepatan gravitasi Untuk air pada 4ºC => γ = (N/m 3 ) 9

3 3. Kerapatan Relatif - Spesifik weight (S.G) Merupakan perbandingan antara masa jenis dengan berat spesifik suatu zat terhadap masa jenis atau berat spesifik air (water). Jadi S.G tidak mempunyai satuan Vikositas (Kekentalan) Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan. Gambar 2. Perubahan bentuk akibat gaya-gaya geser tetap. Viskositet merupakan kebalikan dari fluiditas. Zat cair yang kental fluiditasnya rendah. Apabila cairan kental mengalir terhadap bidang padat maka terjadi perubahan kecepatan (dalam arah tegak lurus) terhadap arah aliran yang disebabkan oleh viskositet. Makin dekat lapisan terhadap bidang padat, kecepatan lapisan (v) semakin kecil, pada y = 0 => v=0. Jadi tiap lapisan bergeser terhadap yang lainnya, sehingga timbul gaya gesek. 10

4 Menurut hipotesa Isaac Newton (1686) yang kemudian dibuktikan oleh N.P. Petrov (1883); Regangan geser (shear strain) tergantung pada jenis fluidadan juga jenis aliran. Untuk aliran laminar regangan tersebut sebanding dengan gradien kecepatan dalam arah tegak lurus aliran fluida. [14] η = μ...<3> Persamaan ini dikenal sebagai hukum Newton untuk viskositas, diman: μ dv = Viskositet absolute (viskositas dinamik) = Tambahan kecepatan yang sesuai dengan tambahan jarak (dy) Gradien kecepatan (dv/dy) menggambarkan perubahan kecerpatan per-satuan panjang dalam arah (y) sehingga juga menyatakan tegangan geser zat cair pada suatu titik. Satuan yang sering dipakai untuk viskositet dinamik ini adalah centi poise (cp) sistem CGS, sementara kesetaraan dengan satuan lain adalah: μ = = = = Pa.s = 1000 mili. Pa.s = 1000cP (centi poise) Ciri lain dari viskositet yang lebih sering dipakai adalah viskositet kinematik adalah V= = = 10 6.cST=10 4 St(stoke).<4> Untuk gas-gas sifatnya adalah terbalik. Viskositet semakin bertambah mengikuti temperature. Hal demikian terjadi karena keadaan viskositet untuk gas berbeda terhadap zat cair. 11

5 Pada zat cair molekul-molekul lebih rapat susunannya dibanding gas dan viskositet adalah akibat dari gaya tarik antara molekul (kohesi). Gaya ini berkurang, sehingga viskositet juga menurun bila temperatur meningkat. Sedangkan pada gas-gas, viskositet itu terjadi karena pertukaran kalor yang semrawut antara molekulnya, sehingga bertambah dengan naiknya temperatur. Gambar 3. Grafik Pengaruh temperature terhadap viskositet. [5] Kemampu-mampatan (Kompresibilitas) Kompresibilitas adalah sebuah sifat yang digunakan untuk mengkarakteristikan kemampu-mampatan adalah modulus borongan (bulk modulus) K yang didefenisikan sebagai. [15] K = - = -.<5> 12

6 Yakni perubahan diferensial tekanan yang diperlukan untuk membuat perubahan diferensial volume dvdari sebuah volume V. Tanda negative (-) ditambahkan dalam persamaan karena peningkatan tekanan akan menyebabkan pengurangan volume. Karena pengurangan volume dari suatu masa, m = ρ.v akan menyebabkan peningkatan kerapatan maka kesetaraan persamaannya tampak seperti diatas. Nilai modulus yang besar menunjukan bahwa fluida relatif tidak mampu mampat, artinya dibutuhkan perubahan tekanan yang besar untuk menghasilkan perubahan volume yang kecil. Sebagai contoh, pada tekanan atmosfir dan temperature 15.6 ºC, diperlukan tekanan sebesar 21.5 MPa untuk memampatkan satu satuan volume air sebesar 1% asumsi volume semula Aliran Fluida Gerak dan Persamaan Dasar Ada tiga konsep penting dalam aliran benda cair yaitu: 1. Hukum kekalan masa, dimana dengan menggunakan hukum ini dapat diturunkan persamaan kontinyuitas. 2. Hukum I Termodiinamika, dimana dengan prinsip ini dapat diturunkan persamaan energi kinetik, energi potensial dan energi internal dan persamaan persamaan lain. 3. Hukum II Newton tentang gerakan, merupakan teorema momentum yang menurunkan persaman-persamaan untuk gaya dinamis Jenis Aliran Parameter aliran seperti kecepatan, tekanan dan kerapatan yang akan membericiri pada gerak aliran atau karakteristik aliran, pada dasarnya dapat kembali 13

7 menurut tempat atau dari satu waktu kewaktu yang lain, atau berubah menurut waktu dan tempat. Dengan adanya kemungkinan perubahan parameter terhadap waktu dan tempat tersebut, dapat dibedakan beberapa tipe aliran dengan defenisi sebagai berikut. [15] 1. Aliran tetap (Steady Flow) Adalah suatu aliran dimana parameter aliran tidak berubah menurut waktu (δt). Dalam hal ini kedalaman aliran (h) dan kecepatan aliran (v) tidak berubah menurut waktu, atau dapat dianggap tetap dalam suatu internal waktu tertentu. Hal ini dapat ditunjukan dengan persamaan-persamaan sebagai berikut: = 0 dan = 0 2. Aliran tidak tetap (Unsteady Flow) Adalah kebalikan dari aliran tetap. Dalam hal ini parameter aliran berubah menurut waktu (δt), yang dapat ditunjukan dengan persamaan-persamaan: # 0 dan # 0 3. Aliran seragam (Uniform Flow) Adalah aliran dimana parameter aliran tidak berubah menurut tempat (δs) die panjang aliran. Hal ini dapat ditunjukan dengan persamaan-persamaan: = 0 dan = 0 14

8 4. Aliran tidak seragam (Un-uniform Flow) Adalah aliran dimana parameter-parameter alirannya berubah menurut tempat (δs). Hal ini dapat ditunjukan dengan persamaan-persamaan berikut: # 0 dan # 0 Aliran tidak seragam dibagi dua yaitu aliran berubah lambat laun (gradually varied flow) dan aliran berubah dengan cepat (rapid varied flow). Kombinasi fungsi kecepatan (δv) Terhadap waktu Terhadap tempat (δt) (δs) Aliran tetap seragam (steady uniform flow). Tipe aliran ini disebut aliran beraturan. Aliran tidak seragam (steady un uniform flow). Tipe aliran ini banyak dijumpai dalam praktek yaitu aliran berubah lambat laun atau aliran berubah dengan cepat. Aliran seragam tidak tetap (unsteady uniform flow). Tipe ini hamper tidak pernah terjadi Aliran tidak seragam (unsteady ununiform flow). = 0 = 0 = 0 # 0 # 0 = 0 # 0 # 0 15

9 Stream line adalah garis dalam fluida yang mengalir, garis singgung padanya pada sembarang titik menyatakan arah dari vector kecepatan pada titik tersebut. Gb.3a. Pada steady flow garis arus (stream line) maupun lintasan (path lines) selalu berimpit dan tak berubah terhadap waktu. Stream tube adalah ruang tubular yang dibatasi oleh permukaan yang terdiri dari garis arus, seperti Gb.3b. Bila stream tube dikontraksi menjadi 0 maka terjadi stream lines. Gambar 4 [14] (a) Stream Line (b) Stream Tube Pada setiap titik di permukaan stream tube, vector kecepatan (v) menyinggung terhadap permukaan. Tak ada komponen tegak lurus dari (v), tidak ada zat cair yang menembus stream tube kecuali pada penampang-penampang ujungnya. Stream tube ini terbungkus oleh selubung yang tak tembus cairan sehingga ia dianggap sebagai arus elementer. Selain itu stream dianggap terbentuk dari sekelompok stream tube elementer, karena kecepatan masing-masing tubes tidak sama, maka stream tube slip antara satu dengan lainnya tetapi tak sampai tercampur (semrawut). Penampang dalam aliran yang tegak lurus arus. Stream line dianggap parallel (walaupun slip), sehingga penampang arus berupa bidang datar. 16

10 Hukum Kekalan dan Persamaan Dasar Persamaan persamaan dasar dalam mekanika fluida dapat diturunkan dengan beberapa metoda yakni pendekatan sistem, pendekatan volume kontrol (control volume) dan diferensiasi (differential), meskipun banyak referensi lebih menyarankan untuk memakai pendekatan volume kontrol dalam menyelesaikan permasalahan fluida bergerak, namun pada saat ini penulis akan menurunkannya dengan metoda pendekatan sistem yang dirasakan lebih mudah (familiar) seperti uraian dibawah ini: [1] 1) Kekekalan Massa Persamaan kontinuyuitas Fenomena kontiyuitas perlu dipahami pada aliran fluida. Fenomena kontinyuitas dijabarkan berdsarkan hokum kekalan massa yaitu massa tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, yang dapat dituliskan dengan persamaan umum sebagai berikut. Laju aliran massa neto didalam elemen adalah sama dengan laju perubahan massa tiap satuan waktu. Ganbar 5. Pipa Lurus dengan Ukuran Tetap [1] 17

11 Aliran masa yang masuk melalui titik 1 = v 1.ρ 1.dA 1 = ρ 1.dQ 1 [kg/s] Aliran masa yang masuk melalui titik 2 = v 2.ρ 2.dA 2 = ρ 2.d 2 [kg/s] Oleh karena itu, tidak ada masa yang hilang, maka v 1.ρ 1.dA 1 = v 2.ρ 2.dA 2 Pengintegralan persamaan tersebut meliputi seluruh luas permukaan saluran akan menghasilkan massa yang melalui medan aliran. v 1.ρ 1.dA 1 = v 2.ρ 2.dA 2 untuk fluida tak mampu-mampat maka ρ 1 = ρ 2 sehingga v 1.A 1 = v 2.A 2 Atau Q = v. A = Konstan. [1].<6> Debit (rate of discharge) merupakan jumlah fluida yang mengalir tiap satuan waktu melalui suatu penampang, yang dibedakan dengan: Q = Debit aliran volume fluida m3/s G = Debit aliran berat fluida N/s W = Debit aliran massa fluida Kg/s Jika diasumsikan penampang lintang dari suatu stream tube elementer dianggap sangat kecil kecepatan (v) dianggap formula maka: dq = V.dA ; dimana da = luas penampang aliran dg = V.dQ dw = ρ.dq = ρ.v.da Persamaan kontinuitas berlaku: Untuk semua fluida (gas atau cairan) Untuk semua jenis aliran (laminar atau turbulen) 18

12 Untuk semua keadaan (steady ayau unsteady) Dengan atau tanpa adanya reaksi kimia didalam aliran tersebut. Fluida tak ada yang menembus dinding stream tube 2) Hk II Newton Persamaan momentum linier Momentum suatu partikel atau benda merupakan perkalian massa (m) dengan kecepatan (v). Partikel-partikel aliran fluida mempunyai momentum, oleh karena kecepatan aliran berubah baik dalam besarannya dmaupun arahnya, maka momentum partikel-partikel fluida juga akan berubah. Menurut hokum Newton II, diperlukan gaya untuk melakukan perubahan tersebut yang sebangding dengan besarnya kecepatan perubahan momentum. Untuk menentukan besarnya perubahan momentum didalam aliran fluida, dipandang tabung aliran dengan luas permukaan da seperti pada gambar berikut: Gambar 6. Tabung aliran.[1] 19

13 Dalam hal ini dinggap bahwa aliran yang melalui tabung arus adalah permanent, maka persamaan momentum adalah: P = m.v P = (ρ.v).v P = ρ.(s.a).v P = ρ.( v.dt) A.v Jika momentum melalui tabung aliran ditinjau dalam waktu (dt) maka: P = ρ.v.a.v P = ρ.v 2.A P = ρ.q.v ρ.q ini tak lain adalah alairan massa, sementara percepatan rat-rata merupakan perubahan kecepatan ɑ = v, dan berdasarkan hokum II Newton bahwasanya F = m.a F = ρ.q. v F = ρ.q.(v 2 -v 1 ) Jadi untuk masing-masing komponen (x,y,z) [1]: F = ρ.q.(v x2 -v x1 ) F = ρ.q.(v y2 -v y1 ) F = ρ.q.(v z2 -v z1 ) 20

14 Dimana Resultan komponen gaya yang bekerja pada fluida adalah: F = Persamaan ini menyatakan bahwa aliran fluida bergerak dapat menghasilkan gaya reaksi dengan cara berikut: Variasi aliran momentum linier dalam arah atau besarnya Gaya-gaya tekanan fluida Gaya-gaya gesekan Berat fluida 3) Hk I Termodinamika persaman Energi ΔQk =ΔU +ΔW [15].<7> Inti pernyataan Hukum ini adalah Energi bersifat kekal, meskipun kalor (Qk) telah diubah menjadi energi mekanik (usaha luar (W ) dan energi dalam (U )) jumlah keseluruhan adalah tetap. Usaha luar (W) yang dimaksud adalah usaha yang dilakukan oleh gaya luar seperti gaya normal akibat tekanan dan gaya berat fluida, yakni W = F.ΔS W = (P.A).ΔS [6]...<8> W = P.(ΔV ) Dimana ΔS ini adalah pergeseran (displacement) dan sebagai catatan jika ΔS =0 (tidak ada pergeseran yang searah dengan bidang kerja) maka dianggap usaha yang dilakukan Nol (tidak ada). Energi dalam (U) ini salah satunya adalah energi kinetik Ek = yang sudah sangat umum. [1] 21

15 Persamaan Bernoulli ( ) 1. Bernouli untuk fluida ideal (invicid). Asumsi: ideal liquid aliran berupa stream tube aliran steady flow gaya yang bekerja hanya gaya berat (Gravity) Rumus ini menyatakan hubungan antara tekanan (P) terhadap kecepatan alir (v). Gambar 7. Stream Tube [6]. Pada penampang 1: Pada penampang 2: da1; v1; P1, z1 da2; v2; P2, z2 Untuk selang waktu (dt) gaya luar akan menggeser volume zat cair dari batas (1-2) ke (1 2 ). Teori mekanika bila diterapkan untuk fluida tersebut, menyatakan bahwa, usaha dari gaya luar dipakai untuk merubah energi kinetik benda. Yang termasuk gaya luar adalah gaya normal akibat tekanan dan gaya berat. 22

16 tekanan pada: Selama waktu (dt) dan mengacu pada persamaan (8) maka, usaha akibat Penampang 1 Penampang 2 : W 1 = (P 1.dA 1 ).(ν 1.dt) : W 2 = -(P 2.dA 2 ).(ν 2.dt) Bertanda (-) karena berlawanan dengan arah pergeseran (displacement) dan juga sebagai reaksi gaya untuk menjaga kesetimbangan sistim. Selubung stream tube: W3 = 0 Karena gaya perpindahan Usaha akibat gaya berat fluida: W 4 = F.Δz W 4 = m.g.(z 1 z 2 ) W 4 = dg.(z 1 z 2 ) [5] Tipe Aliran [5] a. Aliran laminar : ketika bilangan Reynold, Re < 2300 b. Aliran transisi : ketika bilangan Reynold, 2300 Re 2300 c. Aliran Turbulen : ketika bilangan Reynold Re > 4000 d. Berdasarkan ordinatnya : aliran satu, dua dan tiga dimensi e. Aliran subsonic : kecepatan alirannya lebih kecil dari kecepatan suara f. Transonik : aliran dimana kecepatan alirannya sama dengan kecepatan suara g. Supersonik : aliran yan melebihi kecepatan suara h. Hypersonik : aliran yang sangat tinggi (lebih besar dari kecepatan suara) 23

17 2.1.3 Aliran Liminer dan Turbulen Perbandingan gaya-gaya yang yang disebabkan oleh gaya gaya inersia, gravitasi dan kekentalan dikenal sebagai bilangan Reynolds ditulis sebagai berikut [12]: Re =..<9> atau bisa juga dituli Re =...<10> dimana: U D = kecepatan rata-rata aliran (m/s) = diameter pipa (m) ρ = massa jenis fluida (kg/m 3 ) µ = viskositas dinamik (N.s/m 2 ) v = viskositas kinematik (m 2 /s) Dalam hal ini, jika Re nya kecil, aliran akan meluncur diatas lapisan yang lain yang dikenal sebagai aliran laminar, sedangkan jika aliran-aliran tadi tidak terdapat garis edar tertentu yang dapat dilihat, aliran ini disebut aliran turbulen. 24

18 Gambar 8. Aliran Laminer dan Turbulen Pada pipa: Aliran laminar terjadi jika Re < 2100 Aliran turbulen terjdi jika Re > 4000 Untuk kondisi 2100 < Re < 4000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran transisi. Untuk saluran tertutup bilangan Reynolds telah dinyatakan sebagai: Re = <11> Sedangkan: R = = =.<12> 4R = D [12]..<13> Dimana: D = Diameter Pipa (m) A = Luas Penampang (m 2 ) P = Keliling basah (m) R = Jari-jari hidrolis (m) 25

19 2.2 Sistem Flare Sistim Flare allternatif terkenal dengan nama Flare stack yaitu sistim pemipaan yang berisi perangkat pembakaran gas yang digunakan pada industrial plant seperti Kilang Minyak (Petroleum refineries), Pabrik Kimia (Chemical Plants), Pabrik pengolahan Gas alam (Natural Gas Processing Plants) serta dilokasi produksi minyak dan gas, yang memiliki sumur minyak (oil wells), sumur gas (gas wells) dan anjungan minyak dan gas lepas pantai (offshore oil and gas rigs). [16] Gambar 9. Elevated Flare Pembakaran adalah suatu suatu proses reaksi kimia yang menggunakan fuel, panas dan oksigen. Pembakaran gas khususnya yang menggunakan gas metana CH4 dan udara. Metana adalah komponen utama dalam gas alam, pembakaran dari metana 26

20 menghasilkan karbondioksida (CO 2 ) dan uap air (H 2 O). Persamaan reaksi tersebut adalah: CH 4 + 2O 2 CO 2 + 2H 2 O Persamaan stoikiometri menunjukan bahwa molekul metana tersusun dari empat buah atom hydrogen dalam satu karbon, diareaksikan dengan dua buah atom oksigen. Persamaan stoikiometri adalah persamaan yang setara, yaitu jumlah atom reaktan sama dengan jumlah atom produk, artinya jumlah masa direaktan sama dengan jumlah masa di produk. Gas dalam flaring yang akan dibuang termasuk exothermic flare gases artinya gas tersebut mempunya inilai heating value yang cukup (pada umumnya lebih dari 300 BTU/SCF) untuk menjaga gas tersebut dapat terbakar sendiri tanpa dibutuhkan penambahan fuel. Endhothermic gas dapat dibuang menggunakan desain khusus seperti single point flare, multi point flare dan enclosed ground flare. [7] Sistim pemipaan flare didesign untuk menampung pipa-pipa gas buangan dari dari equipment seperti Pig Receiver, Slug Catcher, Gas Scrubber, Condensate metering, Gas metering, Condensate Pump. Dan juga gas buangan dari process line dari sistim piping yang di release melalui blowdown valve, pressure safety valve dan restriction orifice. Pada dasarnya flare system memiliki filosofi desain yang berhubungan dengan, Over pressure protection filosofi, emergency shutdown filosofi dan emergency depressurisizing filosofi. 27

21 2.2.1 Flare Flaring mempunyai beberapa tipe aplikasi yang di gunakan dala proses industry, pada umumnya flaring dilakukan diketinggian tertentu, dilokasikan secara terbuka diudara dengan desain burner tip menggunakan fuel, steam atau udara. Proses flaring dapat menghasilkan produk samping yang tidak diinginkan seperti suara, asap, radiasi panas, cahaya, SOx, NOx, dan CO sehingga desain yang tepat dibutuhkan untuk mengurangi hal tersebut. Pada industry pengolahan minyak bumi, terminal penampungan, petrokimia dan dalam area yang padat profile closed ground flare dengan no visible flame dan no noise atau thermal radiation dikombinasikan dengan efisiensi untuk pembakaran tanpa asap menjadi menarik. Enclosed flare (dapat disebut juga thermal oxider) sangat berhubungan dengan persyaratan keamanan, sebelum unit tersebut dapat dioperasikan secara online, fully automatic control diharuskan melakukan pengecekan terhadap seluruh alat pengamanan atau safe guards. Setiap pilot sebagai contoh harus di lengkapi dengan UV scanner yang akan memastikan pilot tersebut berjalan sebelum burner utama dioperasikan.[2] 28

22 Gambar 10. Steam Elevated Flare System ( Flare yang digunakan pada industry secara umum dikategorikan sebagai berikut: 1. Single point 2. Multi point 3. Eclosed point 29

23 Single Point Single point flare pada umumnya dapat diaplikasikan dan didesain tanpa timbulnya asap dan secara umum dilokasikan pada ketinggian tertentu dengan mempertimbangkan tingkat kebisingan, radiasi panas dan akses terhadap peralatan proses. Single point flare pada umumnya terdiri dari beberapa item dibawah ini: 1. Flare burner a. Pilot b. Pilot ignator c. Pendeteksi api 2. Struktur pendukung perpipaan 3. Pressure vessel 4. Instrumentasi Multi Point Multi point flare digunakan untuk meningkatkan pembakaran dengan memanfaatkan aliran gas dan jumlah dari titik pembakaran. Pada industry pengilangan, petrokimia, flare tipe ini didesain dengan harapan dapat menghasilkan pembakaran tanpa asap disetiap jumlah laju alir. [2] Multi point flare pada umumnya terdiri dari bebrapa item dibawah ini: 1. Flare burner dengan jumlah lebih dari satu 2. Pilot, pilot ignitor 3. Flame detector 4. Pressure vessel 30

24 5. Perpipaan 6. Instrumentasi Enclosed flares Enclosed flare diciptakan dengan konstruksi tertutup, pembakaran dan nyala api tidak terlihat dan terjadi didalam chamber. Enclosed flare mempunyai keuntungan dapat mengurangi tingkat kenisingan suara disekitarnya dan mengurangi radiasi panas. Flare tipe ini digunakan untuk menutupi tampak api sehingga dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan disekitar. Enclosed flare pada umumnya terdiri dari beberapa item dibawa ini: 1. Flare burner 2. Pilot, pilot ignitor 3. Struktur tertutup untuk menyembunyikan api 4. Pagar untuk akses terbatas 5. Perpipaan 6. Pressure vessel Thermal Oxidizer Thermal oxidizer pada umumnya berfungsi seperti incinerator dengan membakar gas buang yang mempunyai nilai heating value yang rendah. Gas buang tersebut tidak dapat membakar dirinya sendiri sehingga dibutuhkan penambahan fuel untuk menaikan nilai heating value, oleh karena itu desain thermal oxidizer dilengkapi dengan burner yang berfungsi sebagai added fuel. Desain konstruksi secara umum seperti enclosed ground flare. [2] 31

25 2.2.2 Desain Flare Flare yang aman dapat dioperasikan dengan optimum membutuhkan keahlian dan persyaratan khusu untuk membuatnya, dibutuhkan perhatian yang tinggi terhadap faktor-faktor yang menyebabkan ukuran, keamanan, regulasi dan biaya yang optimum. Secara garis besar factor yang mempengaruhi dalam mendesain flare adalah: 1. Laju alir 2. Komposisi gas 3. Temperature gas 4. Tekanan gas yang tersedia 5. Utility cost 6. Persyaratan keamanan Untuk mendesain flare yang aman dibutuhkan informasi diatas dan umumnya informasi tersebut dimiliki oleh pemilik plant, dan informasi tersebut harus dimiliki oleh seorang desainer untuk membuat desain yang layak. Secara teknis empat informasi utama adalah mutlak dibutuhkan untuk mendesain flare, dan informasi berikutnya akan berhubungan dengan fasilitas dan lokasi plant tersebut Laju Alir Sistem suatu flare didesain berdasarkan suatu kondisi laju alir tertentu, sehingga informasi laju alir suatu gas yang akan dibakar harus ditentukan terlebih dahulu yang berhubungan dengan beberapa scenario yang terjadi dalam suatu proses. Estimasi laju alir yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan modal investasi awal yang besar dan biaya operasional yang tinggi, estimasi laju alir yang terlalu rendah dapat menyebabkan hasil yang tidak aman dan efektif. Laju air akan sangat 32

26 berdampak dalam menetukan ukuran peralatan, penetuan tersebut akan mempengaruhi ketinggian dan besar suatu peralatan tersebut Komposisi Gas Komposisi gas dapat mempengaruhi desain suatu flare, komposisi gas dibutuhkan untuk melihat karakteristik gas pada setiap laju alirtertentu, dan juga melihat gas khusus yang dapat digunakan sebagai pilot dan purge gas. Komposisi gas yang diketahui dapat menetukan karakteristik pembakaran yang akan terjadi. Informasi komposisi gas sebagai contoh perbandingan hydrogen dan karbon, rasio hydrogen dan karbon dapat menjadi parameter terjadi dan munculnya asap pada pembakaran. Tingkat perbandingan H/C semakin rendah menyebabkan kemungkinan terjadinya asap dalam pembakaran. Komposis gas dapat juga terlihat komponen hidrokarbon seperti H 2 S dan pengotor, dimana karakteristik gas khusus yang mengandung H 2 S yang tinggi dibutuhkan penaganan khusus terhadap tingkat konsentrasi dipermukaan tanah Tekanan Gas Yang Tersedia Tekanan gas yang tersedia pada suatu fasilitas sistem flare dapat menetukan analisa secara keseluruhan dari system pressure relief dan peralatan menuju flare burner. Skenario kondisi operasi yang terjadi dapat dianalisa untuk menentukan tekanan disetiap peralatan dan skenario vent disetiap cabang flare header. Tekanan tersebut adalah tekanan rendah yang diizinkan untuk kembali atau allowable back pressure pada setiap peralatan. Tekanan yang optimum pada flare tip dapat mengurangi biaya yang akan timbul. 33

27 Utility Cost System flare pada kasusu tertentu tidak hanya dibutuhkan alairan gas untuk menghasilkan pembakaran tanpa asap. Pada suatu kondisi tertentu dibutuhkan aliran lain seperti steam untuk meningkatkan kualitas pembakaran tanpa asap. Steam digunakan dengan menginjeksikan melalui lubang aliran dan juga alternatif menggunakan udara bertekanan dari blower. Biaya yang timbul akibat hal tersebut harus diperhitungkan dan kelayakan desain dengan kondisi tersebut Persyaratan Keamanan Sistem flare sangat berhubungan dengan factor kesalamatan. Perhatian terhadap factor keselamatan terhadap radiasi panas yang ditimbulkan api dan juga pemantik ayng layak. Persyaratan keamanan berdasarkan Amerikan Petroleum Instutte (API) Recomendation and Practice (RP) 521. Radiation Time to Pain Intensity Threshold BTU per Hour Kilowatt per Second per Square Foot Square Meter Tabel 2.1 Batas Ambang Radiasi Panas 34

28 2.2.3 Komponen - Komponen Flare Peningkatan teknologi pengolahan gas terus dilakukan untuk menghasilkan efesiensi dalam proses industry, berbagai metode digunakan untuk meningkatkan berbagai macam produk akhir, mengurangi produk samping yang tidak diinginkan dalam berbagai bentuk seperti gas, cair atau padatan. Komponen hidrokarbon yang menjadi produk samping harus mempunyai kandungan yang aman dan tidak berpotensi merusak lingkungan. Produk samping dalam industry pengolahan gas bumi, minyak bumi dan petrokimia yang tidak diinginkan telah diciptakan berbagai metode untuk menghuilangkan produk samping tersebut, berbagai cara seperti membuang diarea yang aman, menginjeksikan kembali kedalam sumur. [7] Pada aplikasi umum uap tidak dapat disimpan dan harus diolah kembali. Metode yang efisien untuk penanganan komponen tersebut dengan pembakaran oksida pada suhu yang tinggi (1000ºC) atau yang dikenal dengan enclosed ground flare atau thermal oxidizer. Enclosed ground flare dengan suhu tinggi secara cepat dan efektif akan menghancurkan komponen hidrokarbon yang akan dibuang, merubah karbon dan oksigen menjadi kondioksida dan uap air. Faktor yang menentukan desain enclosed ground flare seperti komposisi gas buang dan laju alir akan berdampak pada ukuran, material dan perlengkapan konstruksi. Pertimbangan faktor ekonomi dari modal investasi dan biaya operasi akan diperhitungkan dalam studi kelayakan. Peraturan untuk penanganan gas buang berbahaya seperti H 2 S menjadi perhatian penting utuk diaplikasikan. [7] 35

29 Stack Enclosed ground flare mempunyai konstruksi dengan menggunakan stack atau cerobong bakar, pada umumnya mengunakan material logam carbon steel dengan spesifikasi yang diatur oleh standar internasional seperti ASTM (American Society of Testing and Material), SNI dan lain-lain. Gambar 11. Stack Enclosed Ground Flare ( Burner Enclosed ground flare didesain dengan pembakaran didalam suatu body shell dimana pembakaran terjadi menggunakan burner baik pembakaran langsung ataupun bertingkat yang disebut multiple burner. Burner didesain untuk menghasilkan pembakaran yang baik berdasarkan kaapasitas gas buang yang akan dibakar. Burner tang terjadi pada suhu yang tinggi 36

30 dibutuhkan konstruksi material yang mampu menahan temperatur tinggi, karena itu pemilihan material burner menggunakan material stainless steel. Gambar 12. Burner ( Pilot Proses pembakaran didalam enclosed ground flare menggunakan pilot yaitu pemantik elektronik dari busi dan sumber bakar disuplai fuel. Pilot digunakan sebagai nyala api pertama sebelum digunakan untuk membakar gas buang. Penyalaan mengunakan sebuah transformer dimana terjadi peningkatan dari teganagan rendah ketegangan tinggi. Pada umumnya digunakan tegangan rendah VAC untuk ditingkatkan menjadi sekitar 5000 volt. Material pilot menggunakan stainless steel yang berbentuk pipa dengan ukuran ½ sampai 1. 37

31 Gambar 13. Pilot Model Aplikasi Software Desain suatu flare melibatkan komposisi gas, karakteristik, physical properties, chemical properties, dan lain-lain membuat desain flare memiliki kompleksitas yang cukup tinggi, oleh karena itu penggunaan tools sebagai bantuan untuk mendesain sangat menguntungkan desainer. Pada desain flare dapat digunakan beberap software yang berguna untuk membantu memeudahkan pekerjaan diantaranya adalah HYSYS, FLARENET, CFD, dan STACKDES 38

32 2.3 Getaran Getaran adalah suatu gerakan bolak-balik suatu benda yang mempunyai amplitude yang sama (Wikipedia.org). Beberapa komponen penting yang berhubungan dengan getaran adalah sebagai berikut: 1. Frekuensi Frekuensi adalah banyaknya jumlah putaran atau gerakan dalam satu satuan waktu. [8] Dinyatakan dalam satuan Hertz (Hz). 2. Amplitudo Amplitudo adalah simpangan terbesar dari titik normalnya (Rao, Sangiresu S, 2004, 51). Amplitudo dapat berupa: 1. Perpindahan (Displacement) 2. Kecepatan (Velocity) 3. Percepatan (Accelaretion) 4. Sudut Fase (Phase angle) Sudut fase dapat diartikan sebagai perbedaan amplitude dalam satu frekwensi. [7] 39

33 Gambar 14. Vibrasi Sederhana yang Menggunakan Sistim Masa Pegas Klasifikasi getaran secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Getaran bebas Getaran Bebas adalah suatu getaran yang terjadi secara alami pada suatu sistim yang tidak dipengaruhi oleh gaya luar (external force). 2. Getaran paksa Getaran paksa adalah getaran yang terjadi akibat adanya rangsangan gaya dari luar (external force). Jika rangsangana tersebut berosilasi, maka sistim tersebut dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan.apabila frekuensi rangsangan sama dengan frekuensi natural sistim, maka akan terjadi resonansi yang nantinya akan mengakibatkan pembesaran amplitudo. Keadaan resonansi ini bisa menyebabkan kerusakan pada sistim perpipaan seperti patah atau retak Vibrasi pada Piping Vibrasi pada piping system adalah fungsi dari frekuensi natural pipa itu sendiri (tergantung pada nilai diameter pipa, panjang bentangan dan jenis support), dan kondisi 40

34 operasional piping sytem seperti tekanan, suhu dan aliran (Wachel, 1995). Secara umum kegagalan dinamis pada piping system disebabkan oleh resonansi dari vibrasi bentangan pipa tersebut. Tegangan yang terjadi dari bentangan pipa yang merupakan resonansi dari vibrasi secara langsung berbanding lurus dengan amplitudo vibrasi maksimum (displacement, velocity, acceleration) dari bentangan pipa. Dalam rangka memutuskan apakah pengukuran amplitude vibrasi dari piping system bersifat acceptable, maka tegangan dinamis (Dynamic stress) yang disebabkan oleh vibrasi harus dibandingkan dengan limitasi daya tahan (endurance) material pipa yang digunakan. [11] Vibrasi pada piping umumnya disebabkan oleh, Flow induced turbulence, mechanical excitation, Pulsation, high frequency acoustic excitation, surge/momentum change due to valve operation, cavitation dan flashing. Sumber yang dominan dari frekwensi rendah tekanan pulsation yang banyak terjadi adalah, Reciprocating/positive displacement pumps dan kompresor, Sentrifugal kompresor (Rotating Stall) dan Flow induced Excitation. Vibrasi pada sistim pemipaan disebabkan oleh dinamik stress, yang mana jika berada diatas level kritikal akan menghasilkan permulaan dan perambatan dari fatigue crack. Fatigue crack yang tidak diperiksa akan membawa pada peretakan ketebalan dan berikutnya bisa membuat pecah atau putus seperti tampak pada gambar 15 dibawah ini. Komponen yang mengalami fatigue crack, jangka hidupnya akan menjadi pendek ( dalam beberapa kasus terjadi dalam hitungan menit atau hari). Bagaimanapun vibrasi yang terjadi dalam waktu yang singkat (intermittent) maka jangka hidup dari 41

35 komponen yang fatigue akan lebih lama tergantung dari amplitude dinamik stress dan frekwensi dari vibrasi. [5] Gambar 15. Fatigue Crack pada Koneksi Header Lokasi yang paling sensitive dari fatigue adalah welded joint, termasuk line utama dan koneksi cabang kecil (small bore). Tipikal fatigue failure dari koneksi cabang kecil terjadi pada sambungan dengan pipa induk, seperti pada gambar

36 Gambar 16. Fatigue Crack pada SBC Flow Induced Turbulence Turbulen akan terjadi di kebanyakan piping sistem dan ini ditemukan dalam praktiknya. Pada pipa lurus hal ini disebabkan oleh turbulen boundary layers pada dinding pipa, dan kekerasannya tergantung pada kekuatan aliran yang di kenal dengan Reynolds number. Bagaimanapun, pada kebanyakan kasus yang terjadi dalam praktik, yang menjadi sumber dari turbulen adalah aliran besar yang tidak bersambung (major flow discontinuities) pada sistim. Seperti terjadi pada proses equipment, sebagian closed valves, short radius atau mitred bends, tees atau reducer. 43

37 Hal ini berpotensi menimbulkan jalur lebar tingkat tinggi dari energi kinetik lokal menuju sumber turbulen. (Lihat figure 17). Gambar 17. Distribusi Enegi Kinetik oleh Flow Induced Turbulence. Walaupun energi yang didistribusikan melalui tingkat frekwensi yang luas, mayoritas dari eksitasi berpusat pada frekwensi rendah (< 100Hz); frekwensi terendah, tingkat tertinggi eksitasi dari turbulen (lihat gambar 17). Ini mendorong terjadinya eksitasi dari frekwensi rendah dari mode vibrasi pada pipa kerja. [5] Gambar 18. Grafik Energi Turbulen sebagai Fungsi dari Frekwensi 44

38 Periode Flow Induced Excitation Aliran yang melalui bodi menyebabkan pusaran air (vortices) akan dialirkan pada frekwensi khusus sesuai dengan persamaan. Ƒ = <14> Dimana: V = Kecepatan Fluida D = Dimensi S = Bilangan Strouhal Periode gangguan tekanan pada frekwensi rendah dapat terjadi di: Aliran yang melalui ujung dari cabang kaki mati (dead leg branch), biasanya terjadi pada downstream dari Relief line. Aliran yang melalui komponen yang disisipkan pada fluida stream atau aliran nonsymetrical pada vessel. Secara relatif, sistim gas pada kecepatan aliran yang tinggi akan membentuk tonal eksitasi yang dihasilkan ketika aliran melewati ujung mati (dead leg) dari sebuah cabang, sehingga menimbulkan ketidak stabilan pada mulut sambungan cabang (lihat gambar 19 dibawah ini). 45

39 Gambar 19. Dead leg Branch Frekwensi Tinggi Akuistik Eksitasi Pada sistim pemipaan gas, tingkat tertingi dari energi frekwensi akuistik dihasilkan oleh peralatan pengubah tekanan seperti relief valve, control valve dan orifice plate. Perhatian khusus terhadap acouistic fatigue yang cenderung berakibat pada safety (relief and Blowdown) sistim. Sebagai tambahan, waktu untuk terjadinya kegagalan sangat pendek (biasanya beberapa menit atau jam) dikarenakan respon yang tinggi dari frekwensi. Sebaik mungkin memberikan kenaikan tingkat kebisingan luar kepada pipa, dimana keadaan ini merangsang terjadinya vibrasi tingkat tinggi yang hebat pada dinding pipa. Vibrasi akan membentuk pelemahan lokal pada dinding pipa (shell flexural mode of vibration) yang menghasilkan potensi dinamik stres tingkat tinggi pada keliling dinding pipa yang terputus ( circumferential discontinuities) seperti pada sambungan cabang yang kecil (small bore), fabrikasi tee atau pipe support yang dilas.tingkat kebisingan yang tinggi yang dihasilkan oleh kecepatan tinggi fluida yang menubruk dinding pipadan campuran dari turbulensi dan aliran yang tercekik 46

40 (choke flow), aliran yang tergoncang (shockwave) pada downstream dari aliran yang tertahan. Semuanya itu adalah akibat dari pressure drop yang melewati alat-alat pengubah tekanan dan mass flow rate dari gas. Tipikal frekwensi yang dominan dari frekwensi akuistik tingkat tinggi adalah antara 500Hz sampai dengan 2000 Hz Perluasan eksitasi (Extent of excitation) Respon yang disebabkan oleh akuistik eksitasi frekwensi tinggi mengakibatkan downstream dari pipa kerja yang bersumber dari vessel, separator dan KO drum. Penilaian yang dilakukan pada main line likelihood of failure (LOF) dari setiap welded discontinuity seperti small bore connection (SBC), welded Tee, dan welded support. Apabila nilai dari diskontitas LOF sama dengan satu, maka tindakan koreksi harus dilakukan. [5] Sumber dari eksitasi akuistik frekwensi tinggi adalah peralatan pengubah tekanan seperti control / relief valve, restriction orifices atau branch connection. 47

41 Input External diameter of the main line External diameter of branch Sy m bol D e xt d ex t Units mm mm Internal diameter of main line Dint mm Distance between source and the welded discontinuity Molecular weight of gas L di s M w Pressure upstream of pressure reducing device P 1 Pressure downstream of pressure reducing device P 2 m Grams /mol Pa absolu te Pa absolu te Wall thickness of the main line T mm Wall thickness of the branch line t mm Upstream temperature Te K Mass flow rate W Kg/s Tabel 2.2 Parameter Penilaian LOF 48

42 2.3.3 Penilaian Risiko Likelihood of Failure Likelihood of failure (LOF) adalah bentuk skoring yang digunakan untuk tujuan skrining. LOF bukan suatu bentuk kemungkinan yang mutlak dari kegagalan maupun suatu pengukuran yang mutlak dari kegagalan (failure). Perhitungan didasarkan pada penyederhanan model untuk meyakinkan kemudahan dari aplikasi dan tentunya sangat konservatif. Inisial fokus dari penilain adalah sistim yang dipertimbangkan sebagai kritikal sistim dalam hal keselamatan Kuantitatif penilaian LOF untuk header. Penilaian kuantitatif dilakukan untuk setiap mekanisme eksitasi yang di identifikasi dari penilaian kualitatif. Ini akan menghasilkan LOF skor dari setiap main line pada sistim, untuk setiap mekanisme identifikasi. LOF skor untuk beberapa mekanisme eksitasi adalah diameter pipa dan ketebalan pipa itu sendiri ( e.g. flow induced turbulence). Oleh karena itu ketika bekerja pada proses sistim, perubahan diameter pipa dan spesifikasi akan menghasilkan perubahan LOF skor pada sistim yang sama untuk mekanisme eksitasi yang sama. Perlu dicatat, jika main line memiliki LOF skor lebih besar dari 0.5, maka pengecekan perlu dilakukan pada peralihan vibrasi kepada jaringan pipa yang berdekatan. Juga apabila LOF skor untuk Slug flow yang tidak ada dalam referensi maka skor untuk main line nya adalah LOF=1. 49

43 Kuantitatif penilaian LOF untuk Small bore connection (SBC). Penilaian LOF terhadap SBC tidak perlu mempertimbangkan LOF skor dari main line. Bagaimanapun perlu dicatat bahwa pada kasus ini main line LOF skor adalah.1.0. Sebagai tambahan, jika SBC pada main line adalah subyek kepada tonal eksitasi, bersaman antara struktural natural frekwensi pada SBC dan frekwensi dari tonal eksitasi yang harus dihindari. Eksitasi tonal terjadi karena beberapa mekanisme eksitasi antara lain: Mekanikal eksitasi Pulsation : Reciprocating/positive displacement pumps and compressors Pulsation: Rotating stall Pulsation: Flow Induced Excitation Informasi penting yang dibutuhkan adalah: Main line LOF =1.0 SBC geometry dan lokasi 50

44 Main line LOF SBC Modifier Multiply main line LOF by 1.42 Minimum of both inputs SBC LOF Flowchart penentuan SBC LOF skor Gambar 20. Kritikal Matrik Kalkulasi LOF Skor dan Resiko 51

45 Skor LOF <LOF <LOF 0.3 LOF<0.3 Langkah Penanganan Main line harus di desain ulang, disupport dan detailnya dianalisa lagi, dan perhatian terhadap vibrasi pada main line harus dilakukan. (Note 1). Tindakan koreksi dan pengujian harus dilakukan jika dianggap penting. Koneksi SBC ke main line harus dinilai kembali. Pengamatan visual harus dilakukan untuk mengecek konstruksi yang tidak tepat dan atau geometrid dan support pada main line atau potensi penyebaran vibrasi pada pipa kerja disekitarnya. Main line harus di desain ulang, disupport dan detailnya dianalisa lagi, dan perhatian terhadap vibrasi pada main line harus dilakukan. (Note 1). Tindakan koreksi dan pengujian harus dilakukan jika dianggap penting. Koneksi SBC ke main line harus dinilai kembali. Pengamatan visual harus dilakukan untuk mengecek konstruksi yang tidak tepat dan atau geometrid dan support pada main line atau potensi penyebaran vibrasi pada pipa kerja disekitarnya. Koneksi SBC ke main line harus dinilai kembali. Pengamatan visual harus dilakukan untuk mengecek konstruksi yang tidak tepat dan atau geometrid dan support pada main line atau potensi penyebaran vibrasi dari sumber line. Pengamatan visual harus dilakukan untuk mengecek konstruksi yang tidak tepat dan atau geometrid dan support pada main line atau potensi penyebaran vibrasi dari sumber line. Tabel 2.3 Koreksi pada Main Line sesuai LOF Skor 52

46 Notes: 1. Untuk mekanisme vibrasi sementara tertentu, teknik pengukuran khusus dibutuhkan. 2. Untuk kasus acoustic excitation dengan frekwensi tinggi, mekanisme ini berlaku untuk main line. SBC pada main line hanya membutuhkan pengujian jika ada mekanisme eksitasi lain yang berpengaruh kepada main line. Skor Langkah Penanganan LOF 0.7 SBC harus di desain ulang, disupport dan detailnya dianalisa lagi dan perhatian terhadap vibrasi pada SBC harus dilakukan. Pengamatan secara visual harus dilakukan untuk mengecek konstruksi yang tidak tepat atau SBC geometri dan instrument tubing. 0.7>LOF 0.4 Pemantauan terhadap vibrasi pada SBC harus dilakukan, alternative yang mungkin adalah desai kembali SBC, disupport dan detailnya dianalisa lagi. Pengamataan secara visual harus dilakukan untuk mengecek konstruksi yang tidak tepat atau SBC geometri dan instrument tubing. LOF <0.4 Pengamataan secara visual harus dilakukan untuk mengecek konstruksi yang tidak tepat atau SBC geometrid an instrument tubing. Tabel 2.4 Koreksi pada SBC line sesuai LOF Skor 53

47 Skor LOF = 1.0 LOF = 0.29 Langkah Penanganan Mengubah thermowell atau menganalisa detail. Tidak ada aksi yang dibutuhkan. Tabel 2.5 Koreksi Pada Thermowell sesuai LOF Skor [5] Penilaian kuantitatif terhadap main line LOF Penentuan Akuistik energy (SWL) Prosedur untuk memprediksi Akuistik energi yang terjadi pada Piping system didasarkan pada parameter-parameter berikut: Upstream dan downstream pressure (P1 dan P2) Mass Flow Rate (W) Upstream Temperatur (T) Molecular Weight (Mw) Akuistik energi dinyatakan sebagai Sound Power Level (SWL) dan dihitung dengan pendekatan berikut Menentukan Sumber dari SWL Untuk masing-masing alat pengurangan tekanan seperti PSV dan BDV Valves, koneksi cabang dengan aliran sonic, dll. SWL dapat dihitung dengan formula berikut: SWL S = 10 Log [( 3.6 w 2 ( 1.2 ] Dimana; SWL S = Source Sound power level yang dihasilkan oleh Upstream pressure reducer 54

48 Variabel Defenition Metric Unit SWL Sound Power Level db P 1 Upstream pressure (absolute) bara P 2 Downstream pressure (absolute) bara ΔP P 1- P 2 bara W Mass Flow rate Kg/S T Upstream temperatur K Mw Molecular weight - Tabel 2.6 Deskripsi formula Menentukan Pengaruh Kebisingan terhadap Pelemahan Sepanjang Dinding Pipa. Kebisingan aliran sepanjang pipa dapat melemahkan pada batas tertentu dikarenakan kehilangan kekentalan dan konduksi panas. Pelemahan ini berkisar pada 6 db per 100 diameter pipa. Oleh karena itu SWL pada suatu titik yan berada pada downstream dari sumber dapat dihitung dengan formula berikut. SWL= SWL S AT = SWL S 0.6 Dimana; SWL = Sound power level pada lokasi pipa L dwnstrm meter downstream dari sumber. SWL S = Source sound power level yng dihasilkan oleh Upstream pressure reducer. AT = Power Attenuation term (db) L dwnstrm = Distance of location downstream of pressure let- down device (m) 55

49 ID = Internal diameter of line downstream of the let-down device (m) Kriteria Desain sesuai General Specification SWL yang dizinkan untuk design AIV sebagai sebuah fungsi dari perbandingan Diameter pipa dan thickness (D/T) ditunjukan pada plot dibawah ini. Gambar 21. Kriteria Pipe Desain SWL vs D/t Kurva diatas terdiri dari perhitungan Sumber dari akuistik energi SWL (sumbu vertikal) dengan rasio dari Outside diameter pipa dibagi thickness dinding pipa (sumbu horizontal). Dengan sistim prediksi SWL yang melebihi batas desain dari kurva harus mengalami perubahan salah satu dari dua yaitu mengurangi akuistik energi atau mengeliminasi defisiensi yang bisa menyebabkan fatigue failure. Berdasarkan pengalaman, asymmetric discontinuities pada dinding pipa, seperti pada koneksi cabang, support saddles, dan restrain attachment adalah berpotensi menjadi titik dari fatigue failure. Fatigue failure disebabkan oleh peak cyclic stresses 56

50 (tegangan puncak yang berulang-ulang) yang terjadi pada detail dimana dinding pipa bergetar secara tiba-tiba tertahan oleh diskontinuitas asimetris. Axi- symmetric diskontinuitas pada dinding pipa seperti di flange, valves, dan stiffening rings diketahui tidak menjadi potensi dari titik fatique failure. Ini karena amplitudo getaran dinding pipa damp out secara bertahap mendekati axi-symmetric discontinuity, dikarenakan efek dari cylindrical shell stiffening. Oleh karena itu SWL dinilai pada tiap-tiap asymmetric discontinuity. Kurva warna biru menggambarkan pemakaian secara terus-menerus sedangkan kurva warna merah menggambarkan pemakaian yang sekali-sekali Kalkulasi likelihood of failure Berdasarkan Guidelines for the Avoidance of Vibration Induced Fatigue Failure in Process Pipework, Sound Power Level akan dinilai dan Likelihood of failure (LOF) dihitung sebagaimana yang dijelaskan oleh flowchart dibawah ini. 57

51 Bersambung ke Flowchart dihalaman berikutnya. 58

52 Gambar 22. Flowchart Perhitungan SWL dan LOF [5] Dimana: N = Number of cycles to failure FLM = Fatigue life multiplier for stage i PWL = Soud Power Level SFF = A correction factor to account for sonic flow. If sonic conditions exist then SFF=6; Otherwise SFF=0 59

53 2.3.5 Tindakan Koreksi pada Piping Sistem Penurunan Mass Flow Rate Salah satu metode efektif untuk menurunkan tingkat kebisingan pada sumber bunyi adalah dengan menurunkan mass flow rate yang melewati valve, baik itu menggunakan beberapa valve maupun memperpanjang waktu untuk proses relief atau blowdown pada sistim. Petunjuk umum menyatakan bahwa pembatasan bilangan mach pada fluida yang keluar dari valve, (rasio dari kecepatan fluida pada sisi keluaran valve dengan kecepatan sonik dari fluida yang diberikan suhu) adalah 0.4 mach untuk pengoperasian sistim yang terus menerus (continues) dan 0.5 mach untuk pengoperasian sistim yang jarang (intermittent). Hal ini menghasilkan hubungan antara penurunan mass flow rate dengan tingkat akuistik energi yang rendah. Walaupun hal ini pada prakteknya sangat sulit diterapkan pada sebagian relief sistim Mengganti Valve Trim Penggunaan multi stage pressure drop pada internal kontrol valve dapat membantu menurunkan tingkat kebisingan pada sumber sehingga dapat mengurangi resiko akuistik fatigue failure. Bagaimanapun informasinya harus diperlihatkan oleh manufaktur valve untuk memastikan bahwa penurunan tekanan dari tingkat kebisingan akan terjadi jika valve dilengkapi dengan low noise trim seperti hole cage dan labyrinth cage teknologi. Ini juga mengurangi penggunaan akuistik insulasi pada bagian luar pipa, yang mana merupakan keuntungan langsung dari prespektif pengaratan. Perlu diketahui bahwa proses merubah valve trim tidak selalu benar. Penggunaan lagging tidak memberikan pengaruh yang signifikan atas respon dari frekwensi tinggi pada pipa yang bisa menyebabkan akuistik fatigue failure. 60

54 Bagaimanapun, penggunaan dari low noise trim bukan merupakan suatu pilihan khususnya pada relief valve Merubah Panjang Pipa-Pelemahan dengan Jarak. Perubahan panjang pipa dapat dipertimbangkan pada tahapan desain. Tipikal figure dari kekuatan bunyi dengan jarak adalah 3dB per 50 diameter pipa downstream. Oleh karena itu peningkatan panjang pipa antara valve dan lokasi yang beresiko tinggi pada downstream valve, dapat mengurangi akuistik energi pada level yang diterima Akuistik silencers Akuistik silencer dapat dipertimbangkan jika tidak ada kemungkinan untuk menurunkan frekwensi tingkat tinggi dari sumber akuistik energi. Walaupun akuistik silencer adalah suatu alternatif, tetapi penggunaanya tidak direkomendasikan karena tingkat keberhasilan dan daya tahan yang terbatas. Silencer akan menyingkap akuistik energi tingkat tinggi yang dapat menghasilkan fatigue failure pada silencer itu sendiri Respon pada Main line Mengganti Ketebalan Pipa Peningkatan ketebalan pada dinding pipa setempat adalah salah satu opsi dari sebuah desian baru yang dapat mengurangi frekwensi tinggi dari tingkat dinamik stress pada keliling diskontinuitas. Dengan alternatif full wrap reinfrorcement pada support dan koneksi cabang akan dicapai tujuan tersebut. Parsial reinforcement tidak dapat digunakan. Mengurangi diameter dari rasio ketebalan dinding pipa pada lokasi yang sensitif adalah efektif dan pada kebanyakan kasus, pendekatan nya adalah pada tahapan design. 61

55 Menghilangkan Circumferential Diskontinitas Circumfrential discontinuities seperti small bore conection (SBC) harus didesain sedemikian rupa agar terhindar dari hal diatas, karena SBC adalah lokasi utama yang sensitive yang memicu terjadinya fatigue. Atau bisa berubah menjadi axisymetri discontinuity jika sambungan menggunakan full wrap atau reinforcement pad. Penggunaan jenis sambungan seperti forged dan extruded tee lebih dipertimbangkan sebagai alternative dari pada weldolets atau welded / stabbing tees yang sangat rentan untuk terjadinya fatigue geometri. Perlu di ingat bahwa akustik fatigue failure pada bagian dari pipa tanpa circumferential discontinuity telah dilaporkan terjadi. Oleh karena itu pipe kerja yang tidak ada pembentukan circumferential discontinuity maka tindakan yang perlu untuk pencegahan adalah memastikan kwalitas yang baik dari penetrasi pengelasan tanpa under cut Penggunaan Circumferential Stiffening Ring. Penggunaan circumferential stiffener ring lokal adalah efektif untuk beberapa kasus. Ini dapat merubah frekwensi tinggi dari structural karakteristik pada dinding pipa, yang kemudian menghasilkan tingkat dinamik stress yang rendah pada sambungan pipa ke main line. Lokasi dari stiffening ring akan ditentukan oleh lokal geometri akan dicek oleh beberapa bentuk analisis seperti finite element methods untuk memprediksi kemungkinan perubahan tingkat respon. Walaupun sebagai suatu petunjuk awal, akan tetapi harus ditempatkan kira-kira 2D upstream dan downstream sambungan (dimana D= Diameter dari sambungan pipa). [5] 62

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sistem pemipaan mengharuskan pemenuhan standard, codes, spesifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sistem pemipaan mengharuskan pemenuhan standard, codes, spesifikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemipan dalam industri perminyakan adalah suatu entiti yang paling sibuk baik dari segi desain, konstruksi dan operasional. Hal ini dikarenakan sistem pemipaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pembakaran adalah suatu proses reaksi kimia yang melibatkan fuel, panas dan oksigen. Proses industri di pengilangan minyak bumi, pengolahan gas, petrokimia, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA.1 Sifat-Sifat Fluida Fluida merupakan suatu zat yang berupa cairan dan gas. Fluida memiliki beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERANCANGAN TEKNIS Penelitian kasus penanganan gas buang yang telah dilakukan dari aspek teknis mempunyai beberapa hasil yang dapat diperhatikan secara seksama. Pemilihan

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA 13321070 4 Konsep Dasar Mekanika Fluida Fluida adalah zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatutegangan geser.mekanika fluida disiplin ilmu

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P ANGGAPAN YANG DIGUNAKAN ZAT CAIR ADALAH IDEAL ZAT CAIR ADALAH HOMOGEN DAN TIDAK TERMAMPATKAN ALIRAN KONTINYU DAN SEPANJANG GARIS ARUS GAYA YANG BEKERJA HANYA

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Fluida Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Molekul-moleku1di dalam fluida mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Edy Sriyono Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Aliran Pipa vs Aliran Saluran Terbuka Aliran Pipa: Aliran Saluran Terbuka: Pipa terisi penuh dengan zat cair Perbedaan tekanan mengakibatkan

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti: turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam, rotasional,

Lebih terperinci

Pengantar Oseanografi V

Pengantar Oseanografi V Pengantar Oseanografi V Hidro : cairan Dinamik : gerakan Hidrodinamika : studi tentang mekanika fluida yang secara teoritis berdasarkan konsep massa elemen fluida or ilmu yg berhubungan dengan gerak liquid

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut.

Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut. KINEMATIKA ZAT CAIR Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut. Jenis aliran. Aliran inisid dan iskos Aliran inisid aliran dengan kekentalan zat cair μ 0 (zat

Lebih terperinci

Klasisifikasi Aliran:

Klasisifikasi Aliran: Klasisifikasi Aliran: 1) Aliran Invisid dan Viskos 2) Aliran kompresibel dan tak kompresible 3) Aliran laminer dan turbulen 4) Aliran steady dan unsteady 5) Aliran seragam dan tak seragam 6) Aliran satu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Elemen Meteorologi Untuk Irigasi. tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Elemen Meteorologi Untuk Irigasi. tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Elemen Meteorologi Untuk Irigasi Sosrodarsono, (1978) dalam perencanaan saluran irigasi harus memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi proses irigasi diantaranya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Laju Aliran Fluida dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya berasal dari hukum kekekalan massa seperti yang terlihat pada Gambar

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi 4.1 Pertimbangan Awal Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk membakar gas hasil gasifikasi. Di dalam pembakar (burner), gas dicampur

Lebih terperinci

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Aliran Turbulen (Turbulent Flow) Aliran Turbulen (Turbulent Flow) A. Laminer dan Turbulen Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikelpartikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat

BAB II DASAR TEORI. Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat BAB II DASAR TEORI II.1. Aliran Fluida Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul dalam

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. perubahan benda padat sedemikian rupa sehingga regangan (strain) berbanding lurus dengan tegangan (stress)

BAB II TEORI DASAR. perubahan benda padat sedemikian rupa sehingga regangan (strain) berbanding lurus dengan tegangan (stress) BAB II-TEORI DASAR-YOGIE MARADONA-NIM 4130910016 BAB II TEORI DASAR 1 Mekanika Fluida Dasar Mekanika fluida dan Hidrolika adalah bagian daripada mekanika terpakai (Applied Mechanics) yang mempelajari statika

Lebih terperinci

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Pendahuluan Dalam bagian ini kita mengkhususkan diri pada materi

Lebih terperinci

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN Dalam pemodelan sistem perpipaan diperlukan data-data pendukung sebagai input perangkat lunak dalam analisis. Data yang diperlukan untuk pemodelan suatu sistem perpipaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar-dasar Pompa Sentrifugal Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat

Lebih terperinci

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinematika adalah tinjauan gerak partikel zat cair tanpa memperhatikan gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Kinematika mempelajari kecepatan disetiap titik dalam medan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA Pengenalan Statika Fluida (Hidrostatik) Hidrostatika adalah ilmu yang mempelajari perilaku zat cair dalam keadaan diam. Konsep Tekanan Tekanan : jumlah gaya tiap satuan luas

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP Pengaruh Getaran Terhadap Pengukuran Kecepatan Aliran Gas Dengan Menggunakan Orifice Plate Oleh: Rizky Primachristi Ryantira Pongdatu 2410100080 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP. 19650309

Lebih terperinci

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Jurusan teknik kimia fakultas teknik universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng ALIRAN FLUIDA Kode Mata Kuliah : 2035530 Bobot : 3 SKS Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng Apa yang kalian lihat?? Definisi Fluida Definisi yang lebih tepat untuk membedakan zat

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida MEKANIKA FLUIDA Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida, jelas bahwa bukan benda tegar, sebab jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Molekul-molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluida Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE TIPE BEM DENGAN MENGGUNAKAN PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA PANAS (Mh)

ANALISIS PERFORMANSI PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE TIPE BEM DENGAN MENGGUNAKAN PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA PANAS (Mh) ANALISIS PERFORMANSI PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE TIPE BEM DENGAN MENGGUNAKAN PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA PANAS (Mh) Aznam Barun, Eko Rukmana Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification)

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification) Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification) Didasarkan pada tinjauan tertentu, aliran fluida dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan. Dalam ulasan ini, fluida yang lebih banyak dibahas

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR Tujuan Intruksional Umum (TIU) Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan konsep mekanika fluida, teori hidrostatika dan hidrodinamika. Tujuan Intruksional

Lebih terperinci

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id DINAMIKA FLUIDA nurhidayah@unja.ac.id nurhidayah.staff.unja.ac.id Fluida adalah zat alir, sehingga memiliki kemampuan untuk mengalir. Ada dua jenis aliran fluida : laminar dan turbulensi Aliran laminar

Lebih terperinci

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA DEFINISI Mekanika fluida gabungan antara hidraulika eksperimen dan hidrodinamika klasik Hidraulika dibagi 2 : Hidrostatika Hidrodinamika PERKEMBANGAN HIDRAULIKA

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum dapat dihitung dan persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 47 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Bab ini menampilkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrodinamika 2.1.1 Definisi Hidrodinamika Hidrodinamika merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan gerak liquid atau lebih dikhususkan pada gerak air. Skala

Lebih terperinci

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis 1 BAB FLUIDA 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis Massa Jenis Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Yang termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN ALIRAN. Pengukuran adalah proses menetapkan standar untuk setiap besaran yang

BAB II PENGUKURAN ALIRAN. Pengukuran adalah proses menetapkan standar untuk setiap besaran yang BAB II PENGUKURAN ALIRAN II.1. PENGERTIAN PENGUKURAN Pengukuran adalah proses menetapkan standar untuk setiap besaran yang tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat

Lebih terperinci

Principles of thermo-fluid In fluid system. Dr. Ir. Harinaldi, M.Eng Mechanical Engineering Department Faculty of Engineering University of Indonesia

Principles of thermo-fluid In fluid system. Dr. Ir. Harinaldi, M.Eng Mechanical Engineering Department Faculty of Engineering University of Indonesia Principles of thermo-fluid In fluid system Dr. Ir. Harinaldi, M.Eng Mechanical Engineering Department Faculty of Engineering University of Indonesia Sifat-sifat Fluida Fluida : tidak mampu menahan gaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Zat Padat dan Fluida Pertanyaan Apa itu fluida? 1. Cairan 2. Gas 3. Sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA Syofyan Anwar Syahputra 1, Aspan Panjaitan 2 1 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai Sei Raja

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

B. FLUIDA DINAMIS. Fluida 149

B. FLUIDA DINAMIS. Fluida 149 B. FLUIDA DINAMIS Fluida dinamis adalah fluida yang mengalami perpindahan bagianbagiannya. Pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengan fluida bergerak, antara lain, viskositas, persamaan kontinuitas, hukum

Lebih terperinci

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI MASSA JENIS Massa jenis atau kerapatan suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan olum zat tersebut m V ρ = massa jenis zat (kg/m 3 ) m = massa

Lebih terperinci

Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika

Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika OLEH : ENUNG, ST.,M.Eng JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2011 1 SILABUS PERTEMUAN MATERI METODE I -PENDAHULUAN -DEFINISI FLUIDA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta FLUIDA DINAMIS Ada tiga persamaan dasar dalam hidraulika, yaitu persamaan kontinuitas energi dan momentum. Untuk aliran mantap dan satu dimensi persamaan energi dapat disederhanakan menjadi persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal eori Kinetik Gas eori Kinetik Gas adalah konsep yang mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang bergerak acak. Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun

Lebih terperinci

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PENGERTIAN Kinematika aliran mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Macam Aliran 1. Invisid dan viskos 2. Kompresibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika Mekanika Fluida II Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika 1 Geometri Saluran 1.Kedalaman (y) - depth 2.Ketinggian di atas datum (z) - stage 3.Luas penampang A (area cross section area) 4.Keliling

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure)

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure) Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure) Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan ST MT Team Teaching: Ir. Chandra Hassan Dip.HE, M.Sc Pengantar Fluida Hidrolika Hidraulika merupakan satu topik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA CONTOH TERAPAN DIBIDANG FARMASI DAN KESEHATAN?

MEKANIKA FLUIDA CONTOH TERAPAN DIBIDANG FARMASI DAN KESEHATAN? MEKANIKA FLUIDA DISIPLIN ILMU YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI BIDANG MEKANIKA TERAPAN YANG MENGKAJI PERILAKU DARI ZAT-ZAT CAIR DAN GAS DALAM KEADAAN DIAM ATAUPUN BERGERAK. CONTOH TERAPAN DIBIDANG FARMASI DAN

Lebih terperinci

Hidraulika dan Mekanika Fuida

Hidraulika dan Mekanika Fuida Drs. Rakhmat Yusuf, MT Hidraulika dan Mekanika Fuida Hidraulika dan Mekanika Fuida Hidraulika dan Mekanika Fuida Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Diploma III Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH ) PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH ) Mustakim 1), Abd. Syakura 2) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai.

Lebih terperinci

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari VARIASI JARAK NOZEL TERHADAP PERUAHAN PUTARAN TURIN PELTON Rizki Hario Wicaksono, ST Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ASTRAK Efek jarak nozel terhadap sudu turbin dapat menghasilkan energi terbaik.

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro atau biasa disebut PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air sama halnya dengan PLTA, hanya

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah Francisca Gayuh Utami Dewi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci