KONTRIBUSI STRATEGIS IPTEK UNTUK MEWUJUDKAN POROS MARITIM DUNIA
|
|
- Suryadi Hadian Chandra
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMIKIRAN KECIL TENTANG KONTRIBUSI STRATEGIS IPTEK UNTUK MEWUJUDKAN POROS MARITIM DUNIA OLEH - MUH. DIMYATI DEPUTI SUMBER DAYA IPTEK, KEMENRISTEK DAN DIKTI Jakarta, 10 Desember 2014 Jakarta, 18 Desember 2014
2 LATAR BELAKANG 2
3 TRANSPORTASI, PELABUHAN, DAN PENDUKUNGNYA? 3
4 BIOTA LAUT, IKAN, DAN TAMBANGNYA? 4
5 SDM, GUGUSAN PULAU, DAN KEAMANANNYA? 5
6 PEMAHAMAN POROS MARITIM DUNIA PERTAMA, poros maritim dapat dilihat sebagai sebuah visi atau cita-cita mengenai Indonesia yang ingin dibangun. Dalam konteks ini, gagasan poros maritim merupakan sebuah seruan besar untuk kembali ke jati diri Indonesia atau identitas nasional sebagai sebuah negara kepulauan, yang diharapkan akan mewujud dalam bentuk Indonesia sebagai kekuatan maritim yang bersatu (unity), sejahtera (prosperity), dan berwibawa (dignity). KEDUA, poros maritim juga dapat dipahami sebagai sebuah doktrin, yang memberi arahan mengenai tujuan bersama (a sense of common purpose). Sebagai doktrin, Jokowi mengajak bangsa Indonesia melihat dirinya sebagai Poros Maritim Dunia, kekuatan di Antara Dua Samudra. Doktrin ini menekankan realitas geografis, geostrategis, dan geoekonomi Indonesia yang masa depannya tergantung, dan pada saat bersamaan ikut mempengaruhi, dinamika di Samudra Hindia-Samudra Pasifik. 6
7 PEMAHAMAN POROS MARITIM DUNIA KETIGA, gagasan poros maritim Jokowi tidak berhenti pada level abstraksi dan konseptualisasi. Gagasan itu menjadi operasional ketika platform Jokowi juga memuat sejumlah agenda konkret yang ingin diwujudkan dalam pemerintahannya ke depan. Misalnya, rencana pembangunan tol laut untuk menjamin konektivitas antarpulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan, pembangunan pelabuhan, perbaikan transportasi laut, serta fokus pada keamanan maritim, mencerminkan keseriusan dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dengan kata lain, gagasan poros maritim juga bagian penting dari agenda pembangunan nasional. Catatan: terminologi maritim berurusan dengan permukaan laut utamanya transportasi (kapal, pelabuhan, lingkungan), sedangkan kelautan (lebih luas) lebih fokus kepada substansi sumber daya laut seperti ikan, biota lain, terumbu karang dan sebagainya, dan kepulauan adalah gugusan beberapa buah pulau; kumpulan pulau.
8 MOTIVASI PERWUJUDAN NEGARA MARITIM Bangsa Indonesia harus menjadi bangsa besar dengan menguasai teknologi pembuatan kapal laut serta mampu menguasai dan mengembangkan teknologi dirgantara.. Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekedar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan. Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawala samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri. (Ir. Soekarno) o Indonesia harus mampu menghubungkan pulau atau daerah terpencil dengan pesawat asli produksi Indonesia. o Indonesia harus menguasai dua teknologi utama yakni maritim dan dirgantara, apabila ingin menjadi bangsa yang besar. (B.J. Habibie)
9 INDONESIA NEGARA KEPULAUAN 1. Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri pulau, dengan garis pantai 104 ribu km, & luas laut 5,8 juta km 2, 60% penduduknya di Pesisir. 2. Tercatat 40% barang dan jasa perdagangan diangkut melalui laut. 3. Potensi ekonomi di sektor kelautan, mempunyai nilai lebih dari USD 1,2 triliun per tahun Potensi minyak & gas Indo.70% di laut. 4. Indonesia dikenal sebagai Megabiodiversity memiliki keanekaragaman hayati laut sangat besar. 5. Total Pelabuhan dan Terminal : 2154, terdiri 111 pelabuhan komersial, 1129 pelabuhan non komersial, serta lebih dari 914 Terminal Khusus, dan Jumlah Industri Galangan Kapal ± 250 Perusahaan.
10 INDONESIA NEGARA KEPULAUAN Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982, telah menetapkan tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sebagai alur pelayaran dan penerbangan oleh kapal atau pesawat udara internasional. Ketiga ALKI tersebut dilalui 45% dari total nilai perdagangan dunia atau mencapai sekitar dolar AS.
11 POLA KONEKTIFITAS NASIONAL DALAM MP3EI Namun konektifitas lautnya masih memprihatinkan perlu didukung dengan feeder darat (Kereta Api orang/barang), laut (kapal barang/orang), dan udara (pesawat kecil orang/barang)
12 SEBARAN PELABUHAN BERDASAR HIRARKI (DEPHUB) Perlu diprioritaskan percepatan penanganan kepada pelabuhan-pelabuhan Hub Internasional (yang diprioritaskan menjadi International dan National Hub) agar dapat digunakan untuk melabuh kapal-kapal barang-jasa yang bertonase besar, agar bisa mensubtitusi pelabuhan International Hub di Singapore.
13 KONSEP PENGEMBANGAN POROS MARITIM (SUMBER: DEPHUB) KONSEP LAYANAN RUTE TAHAP AWAL PENGEMBANGAN PELABUHAN FEEDER
14 KONSEP PENGEMBANGAN POROS MARITIM (SUMBER: DEPHUB) PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG RENCANA STRUKTUR RUANG NASIONAL
15 POTRET SDM DAN IPTEK 15
16 POTRET SDM PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA Perbandingan Komposisi SDM Sumber: KP3EI, 2013 Dalam rangka memperkuat SDM Iptek bangsa, selain penguasaan teknologi, peningkatan kualitas SDM menjadi syarat mutlak untuk peningkatan daya saing dan percepatan proses industrialisasi. Jika dibandingkan Negara-negara OECD maupun Malaysia, kondisi tingkat pendidikan SDM di Indonesia masih sangat jauh tertinggal dari komposisi yang ideal. Jumlah SDM dengan pendidikan tinggi-menengah di Indonesia hanya mencapai kurang dari 30% (yang menempuh pendidikan tinggi masih sekitar 7,20%). Rasio peneliti Indonesia pada tahun 2014 sebesar 551 orang per 1 juta penduduk lebih rendah dibandingkan dengan Turki sebesar 1.730, Cina 1.285, Jepang 7.021, Malaysia 2.384, Singapura 7.199, dan Brazil 1203 peneliti per satu juta penduduk ( pada tanggal 11 Juli 2014)
17 POTRET PENDUDUK INDONESIA BONUS DEMOGRAFI Hasil proyeksi penduduk tahun menunjukkan bahwa Indonesia kini tengah memasuki era bonus demografi dg puncaknya pada Angka beban tanggungan pada saat puncak bonus demografi tercatat sebesar 46,9, yang artinya untuk setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung beban sebanyak 46,9 atau sekitar 47 penduduk usia non- produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas).
18 POTRET BUDAYA PENGGUNAAN ENERGI INDONESIA Konsumsi Energi Indonesia (juta SBM) Elastisitas Energi Antar Negara ( ) Penggunaan energy masih bergantung pada penggunaan tenaga fosil, sehingga kedepan akan diancam oleh kelangkaan (krisis) energy. Apalagi minyak hanya bertahan sampai Angka elastisitas energy Indonesia masih tinggi (artinya masih BOROS).
19 PERKEMBANGAN IPTEK-INOVASI INDONESIA Sumber teknologi yang digunakan anak bangsa ini masih didominasi oleh produkproduk luar negeri (58%). Artinya apabila kita ingin mandiri teknologi, kita masih harus kerja ekstra keras. Untuk itu perlu pilih-pilih teknologi mana yang bisa digarap dan menjadi andalan anak bangsa. Sumber Teknologi di Industri Manufaktur
20 RENDAHNYA KEMAMPUAN TEKNOLOGI INDONESIA Kemampuan teknologi Indonesia masih sangat rendah dibanding Negara sekitar. Bahkan trendnya turun dari 63,3% (2006) menjadi 55,5% (2011).
21 DUKUNGAN IPTEK STRATEGI PENGEMBANGAN IPTEK HENDAKNYA MEMPERTIMBANGKAN FILOSOFI NEGARA KEPULAUAN, KEINGINAN KELUAR DARI JEBAKAN STATUS NEGARA DENGAN PERTUMBUHAN MENENGAH 21
22 PRINSIP PENGELOLAAN NEGARA KEPULAUAN Sebagai Negara Kepulauan Pemerintah harus memastikan seluruh warga negaranya dapat berinteraksi (bahkan berjalan kaki) secara bebas dari Sabang sampai Merauke, serta dari Rote hingga Talaud sebagai bagian untuk menggapai kesejahteraan hidupnya. Negara harus hadir menyediakan Fasilitas (Wahana Komunikasi, Wahana Transportasi, seperti Pesawat, Kapal, Kereta/Bus artinya kemampuan iptek dan inovasi) untuk memastikan warga negaranya bisa bertinteraksi (berjalan kaki) bebas ke semua pelosok negeri. JADI.Negara harus mampu mengelola atau mengurus dan memanfaatkan resources yang dimilikinya untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya
23 ESCAPING FROM MIDDLE INCOME TRAP Per capita HIGH INCOME $ UPPER MIDDLE INCOME $4.086 LOWER MIDDLE INCOME $1.036 LOW INCOME 2000 $ 657 Russia $ Spain $ South Korea $ Taiwan $ Brazil $ China $ Malaysia $ Mexico $ South Africa $ Thailand $ $ $ $ Prediction target of income percapita 2025 $ India $ Indonesia $ Philipines $ Vietnam $ Sumber: Economist Pocket World in Figures 2014, WEF-GCR $ INNOVATION DRIVEN: Business sophistication R&D Innovation Difficult to improve income percapita?? EFFICIENCY DRIVEN: Higher education and training Goods market efficiency Labor market efficiency Financial market development Technological readiness Market size FACTOR DRIVEN: Institutions Infrastructure Macroeconomic environment Health and Primary education 30% Innovationdriven stage 10 Innovation and sophistication factors Efficiency enhancers % 50% 5 % COMPETITIVENESS Efficiencydriven stage 50% 20% 40% Basic recuirement 35% 60% Factor-driven stage
24 STRATEGI PERWUJUDAN POROS MARITIM Pertama, kesiapan sumber daya manusia. Hal ini perlu dimulai dengan melakukan pengarusutamaan wawasan bahari ke dalam proses pendidikan. Indonesia juga perlu menyiapkan keahlian di berbagai bidang kelautan, mulai dari yang bersifat teknis, teknologi, sampai ahli-ahli strategi dan hukum laut internasional. Pada level yang lebih strategis, bangsa Indonesia juga perlu memperkuat kesadaran lingkungan maritim (maritime domain awareness/mda). Kedua, wawasan bahari dan MDA perlu ditopang oleh, dan dituangkan dalam dokumen Negara untuk melakukan penguatan infrastruktur maritim. Fokus pada pembangunan infrastruktur ini sudah tertuang dalam rencana kerja agenda pembangunan Jokowi-Jusuf Kalla. Ketiga, pembangunan maritim perlu biaya yang besar, ketersediaan teknologi yang cukup, dan waktu yang panjang. Sulit rasanya membayangkan semua itu dapat dilakukan oleh Indonesia secara mandiri, jadi harus membangun kerjasama.
25 JAKSTRAGRAM PENINGKATAN EFEKTIFITAS DUKUNGAN IPTEK 1. Pengembangan Potensi Ekonomi Maritim Di Koridor Ekonomi - Membangun pusat-pusat partumbuhan di setiap pulau, dengan pengembangan klaster industri berbasis sumber daya unggulan (komoditi dan /atau sektor) berbais maritim. Iptek tertentu perlu mendukung undustri berbasis sumberdaya unggulan ini. 2. Penguatan Konektivitas Nasional (locally integrated, internationally connected) - mengurangi transaction cost, mewujudkan sinergi antar pusat pertumbuhan, mewujudkan akses pelayanan yang merata, meliputi : Konektivitas intra dan inter pusat pertumbuhan (tol laut kapal perintis antar pusat pertumbuhan), Konektivitas international (gate perdagangan dan wisatawan ditetapkan sebagai pintu masuk negara Indonesia 2 atau 3 gate), Konektivitas lokal untuk pembangunan inklusif (akses, infra-struktur dan kualitas pelayanan dasar yang merata di seluruh Indonesia- ditetapkan simpul- simpul pelabuhan utama dan komersial), dan Kecukupan listrik, komunikasi, sarpras transportasi (akses jalan dan kendaraan kereta dan mobil angkutan- ke feeder pendukung). Peran iptek harus lebih banyak mendukung perwujudan konektifitas nasional ini. 25
26 JAKSTRAGRAM PENINGKATAN EFEKTIFITAS DUKUNGAN IPTEK 3. Pengembangan Tata Kelola Sumberdaya Maritim (Kelautan), yang mengedepankan kemudahan pengelolaan berkelanjutan atas sumberdaya kelautan untuk kesejahteraan bangsa Indonesia (meningkatkan penyerapan tenaga kerja, partumbuhan ekonomi nasional, dan pemerataan pembangunan), 4. Reformasi Birokrasi Yang Menangani Regulasi Dan Perijinan Transportasi, terutama kapal, mulai dari gross akte, ijin ber-layar, sampai kepada penanganan kapal asing keluar dan masuk pelabuhan Indonesia (CIQP = Custom, Immigration, Quarantine, Port Clearance). Proses perizinan masih memakan waktu lama dan banyak punglinya. Hal ini bisa diatasi dengan semua perizinan online dan dilakukan di satu atap (one stop service). Iptek dapat mendukung online system. 5. Pemberantasan Illegal Fishing Yang Merugikan Negara dan mengambil hak nelayan nasional dalam memperoleh hasil tangkapan ikan di laut, mengaktifkan BAKORKAMLA secara efektif. Iptek dapat berpe-ran signifikan dalam teknologi penangkapan, dan pengamanan asset lau nasional, dan sebagainya. 6. Penguatan Kemampuan SDM Dan Iptek Nasional- Meningkatkan kemampuan SDM dan Iptek nasional untuk mendukung pengembangan program utama di bidang kemaritiman (transportasi maritim, energi laut, perikanan, hasil tambang, keamanan, sekolah/pendidikan Maritim, dsb). 26
27 PENUTUP Poros maritim dunia sebagai visi, cita-cita, doktrin dari sebuah bangsa besar untuk menuju Indonesia yang maju dan sejahtera harus ditindaklanjuti dalam sebuah platform dan program yang kongkritefisien-berkelanjutan. Dalam mengelola Negara kepulauan, Negara harus berani hadir dan mengedepankan ke-indonesiaannya melalui teknologi yang dihasilkan oleh anak bangsa sendiri, bukan (selalu) membeli barang dan teknologi yang berorientasi murah harganya dari luar negeri (tapi bekas pakai). Membangun poros maritim diperlukan waktu yang tidak sebentar, untuk itu Indonesia perlu memulainya dengan mengerahkan seluruh sumberdaya, termasuk bekerjasama berbagai pihak. Dalam konteks ini, Iptek dapat memberikan kontribusi strategis paling tidak dalam bidang pengembangan ekonomi maritim, penguatan konektifitas maritim nasional, pemberantasan illegal fishing, serta penguatan kemampuan SDM dan Iptek Nasional.
28 TERIMA KASIH Data Yang Dipresentasikan Dirujuk Dari Berbagai Sumber 28
29 LAMPIRAN BEBERAPA CONTOH KESIAPAN LPNK KEMENRISTEK 29
30 KESIAPAN INDUSTRI GALANGAN KAPAL NASIONAL
31 TEKNOLOGI ENERGI UNTUK KELISTRIKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL Peningkatan Peran EBT berbasis Teknologi Smart Micro-Grid Untuk Kelistrikan di Daerah 500 kwp PV System 500 kw VRB Storage System Smart PLTD SASARAN : Mendukung program pemerintah dalam penerapan energi terbarukan, Menurunkan pemakaian BBM PLTD setempat, Mendukung program Sumba Iconic Island 2025 dalam meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, Meningkatkan kualitas daya listrik pada jaringan PLN, Menurunkan energi listrik losses baik teknis dan non teknis, Meningkatkan kualitas SDM bidang Smart MicroGrid. Status Pengujian 2014 (Januari-Juni) Produksi energi listrik PLTS hingga saat ini setara BBM ( kwh: 3 kwh/l) = ,5 liter, Bila VRB bekerja normal, maka produksi energi PV sekitar kwh/hari ~ setara 833 liter solar (asumsi Peak Sun Hour (PSH) 5 jam/hari), Optimasi VRB Unit masih berlangsung. Kemitraan : BPPT PEMKAB SUMBA BARAT DAYA PT. PLN SISTEM KENDALI
32 KESIAPAN BPPT
33 KESIAPAN LAPAN
34 KESIAPAN LAPAN
35 KESIAPAN LAPAN
36 TEKNOLOGI ENERGI Microturbine Cogeneration Application Project (MCTAP) Aplikasi Microturbine di Hotel Borobudur Kapasitas daya microturbine terpasang 65 kw terhubung paralel dengan suplai PLN. Thermal energi yang bisa didaur-ulang sekitar 89 kw. Total effisiensi meningkat hingga 62 %, dari effisiensi listrik hanya sekitar 25 %. Sistem Informasi Manajemen Energi (SIME) Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen) Revitalisasi PLT Hibrid di Nusa Penida, Bali PLTD Jungut Batu, 3 unit PLTD Instaled 750 KW Mampu 310 KW Pusat Beban terletak di Nusa Lembongan Tower Interkoneksi 20 KV Wind Turbine (9 unit) & Solar Cell (2 unit) Installed 795 KW PLTD PLN (9 unit) & Sewa (2 unit) Installed KW ; Mampu KW Saat Ini PLTD milik PLN Hanya sebagai cadangan Seluruh beban dipikul oleh PLTD Sewa Mitra Kerja: GEF, UNDP, PLN, EBTKE ESDM, Pemda, Hotel Borobudur
37 FAKTA ILLEGAL FISHING DAN POSISI ALKI Bayangkan, kejahatan illegal fishing yang dilakukan oleh ribuan kapal asing terus saja marak terjadi. Data Badan Pemeriksa Keuangan (2013) menunjukkan, potensi pendapatan sektor perikanan laut kita jika tanpa illegal fishing mencapai Rp. 365 triliun per tahun. Namun, akibat illegal fishing, menurut hitungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011), pendapatan tersebut hanya berkisar Rp. 65 triliun per tahun. Jadi ratusan triliun rupiah devisa negara hilang setiap tahun. Di samping itu, kita juga belum pandai memanfaatkan letak geografis Indonesia. Padahal, Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982, telah menetapkan tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sebagai alur pelayaran dan penerbangan oleh kapal atau pesawat udara internasional. Ketiga ALKI tersebut dilalui 45% dari total nilai perdagangan dunia atau mencapai sekitar dolar AS. Sayangnya, posisi geografis yang penting itu belum kita manfaatkan dengan baik. Terbukti, kita belum punya pelabuhan-pelabuhan transit bagi kapal niaga internasional yang berlalu lalang di 3 ALKI tadi.
38 TEKNOLOGI DI BIDANG BAHAN BAKAR Coal Upgrading untuk Peningkatan Kinerja PLTU Peran BPPT : Pengkaji Teknologi Solusi Teknologi Intermediasi Kemandirian Bangsa Batch Sacale Pilot Plant STD di BPPT ± 120 kg/jam Latar Belakang : Sebagian besar PLTU tidak berkinerja maksimal karena rendahnya kualitas batubara (nilai kalor < 4200 kkal/kg) Solusi : Peningkatan kinerja PLTU dengan peningkatan nilai kalor batubara Teknologi : Steam Tube Dryer Program Mendatang : 1. Intermediasi Pemanfaatan Teknologi Coal Upgrading pada PLTU dan Tambang Batubara 2. Disain Enjiniring Capaian : 1. Jasa Pengujian Coal Up Grading 2. Jasa Konsultansi ke Pengguna Mitra : 1. Tsukishima Kikai Co. Ltd. (Jepang) 2. PT. Bukit Asam
STRATEGI & KEBIJAKAN BIDANG RISTEKDIKTI DAN IMPLIKASINYA PADA PROFESI AKUNTANSI
STRATEGI & KEBIJAKAN BIDANG RISTEKDIKTI DAN IMPLIKASINYA PADA PROFESI AKUNTANSI Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Medan 18 September 2015 Negara-Negara & Bangsa-Bangsa Telah Menjadi Masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciDISAMPAIKAN DALAM ORASI ILMIAH DI UNIVERSITAS ISLAM SULTANG AGUNG SEMARANG. MENTERI RISTEKDIKTI Semarang, Sabtu 24 Oktober 2015
DISAMPAIKAN DALAM ORASI ILMIAH DI UNIVERSITAS ISLAM SULTANG AGUNG SEMARANG MENTERI RISTEKDIKTI Semarang, Sabtu 24 Oktober 2015 1.PENDAHULUAN HAK DASAR RAKYAT 1. MENDAPAT PENDIDIKAN, DAN MEMPEROLEH MANFAAT
Lebih terperinciSEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT.
SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 1 PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR SEKTOR TRANSPORTASI MELALUI
Lebih terperinciBAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015
BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan
Lebih terperinciKonservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi
Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi B2TE BPPT, Energy Partner Gathering Hotel Borobudur Jakarta, 4 Desember 2013 www.mctap-bppt.com INTENSITAS ENERGI SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA (dan
Lebih terperinciIndonesia Menuju Poros Maritim Dunia
Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia Indonesia merupakan negara maritim yang besar, kuat, dan makmur. Suatu anugerah yang sangat berharga yang dimiliki oleh bangsa kita. Potensi maritim Indonesia memiliki
Lebih terperinciPERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL
PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan
Lebih terperinciPeluang Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kebijakan Saat Ini serta Usulan Perbaikannya. Indra Jaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Peluang Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kebijakan Saat Ini serta Usulan Perbaikannya Indra Jaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB RAKORNAS Pemberantasan IUU Fishing - Jakarta, 10-12 Juli 2017
Lebih terperinciSTRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA
STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA Disampaikan pada Seminar Nasional Maritim 2015, Tantangan dan Peluang Provinsi Kepulauan Dalam
Lebih terperinciMendorong Industri Manufaktur, Memacu Pertumbuhan
Mendorong Industri Manufaktur, Memacu Pertumbuhan Muliaman D. Hadad, PhD. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Surabaya, 8 Oktober 2015 Indonesia: bergerak ke sektor tersier? 2 Pangsa sektor industri
Lebih terperinciPEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Pembangunan nasional tahun 2015-2017 menekankan kepada penguatan sektor domestik yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, yaitu ketahanan pangan
Lebih terperinciBAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN
BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.
Lebih terperinciPeran Kemristekdikti dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa
Peran Kemristekdikti dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa Patdono Suwignjo Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 2015 Outline A Background Ristekdikti 2015
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat
Lebih terperinciGambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia
- 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan penelitian. 1.1.1. Latar belakang. Jalan merupakan sarana transportasi darat yang mempunyai peranan besar dalam arus lalu lintas barang dan orang, sebagai penghubung
Lebih terperinciKebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia
RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG KEMARITIMAN TAHUN 2017 Jakarta, 4 Mei 2017 Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Safri Burhanuddin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciKajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi Oleh : Ir. Putu Rudi Setiawan Msc
Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi Oleh : Ir. Putu Rudi Setiawan Msc Terdapat beragam pengertian tentang infrastruktur publik. Salah satunya, World Bank (1994) yang mendefinisikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini secara nasional ketergantungan terhadap energi fosil (minyak bumi, gas bumi dan batubara) sebagai sumber energi utama masih cukup besar dari tahun ke tahun,
Lebih terperinciINSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI
MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI
Lebih terperinciDIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY
MINISTRY OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION DIRECTORAT OF VARIOUS NEW ENERGY AND RENEWABLE ENERGY Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND
Lebih terperinciPulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia
TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap
Lebih terperinciPERANAN PENGUSAHA DAERAH DALAM MENGHADAPI MEA 2015. Ir. Eddy Kuntadi Ketua Umum KADIN DKI Jakarta
PERANAN PENGUSAHA DAERAH DALAM MENGHADAPI MEA 2015 Ir. Eddy Kuntadi Ketua Umum KADIN DKI Jakarta KADIN : Wadah bagi Pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang perekonomian, Wadah Persatuan dan Kesatuan,Wadah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi di berbagai negara semakin meluas dalam berbagai aspek dan dimensi. Globalisasi membuka peluang dan menjadi tantangan bagi perekonomian
Lebih terperinciPembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta
Pembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta Jalan Trisakti Trisakti 1: Berdaulat dalam politik Mengedepankan identitas Indonesia sebagai negara kepulauan dalam pelaksanaan diplomasi dan membangun kerjasama
Lebih terperinciMasih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014
Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Akhir-akhir ini di berbagai media ramai dibicarakan bahwa â œindonesia sedang mengalami krisis energiâ atau â œindonesia sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau (Wikipedia, 2010). Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mengalami banyak hambatan dalam pengembangan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia
Lebih terperinciF A C T S H E E T S B Kebijakan Realokasi Anggaran
F A C T S H E E T S B Kebijakan Realokasi Anggaran Grafik B1: Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2012 Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2012 Grafik B2: Komposisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinciDEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sumber energi utama yang dikonversi menjadi energi listrik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia berada di ambang krisis energi. Lebih dari 37 juta penduduk Indonesia, atau setara sekitar 15% dari total jumlah penduduk, saat ini tidak memiliki
Lebih terperinciPENGUATAN PERAN B2TKE TERHADAP BPPT
PENGUATAN PERAN B2TKE TERHADAP BPPT Disampaikan pada Pra Raker B2TKE, 30 Maret 2017 Clean Energy for a Brighter Future PENDAHULUAN PERAN BPPT & PENGUATANNYA PERAN B2TKE TERHADAP BPPT & PENGUATANNYA PENDAHULUAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang sangat luas. Sebagai negara maritim luas wilayah laut yang mencakup wilayah pesisir dan lautannya memiliki luas 5,8
Lebih terperinciPengembangan Mutu Modal Manusia, Kelembagaan, dan Inovasi
Pengembangan Mutu Modal Manusia, Kelembagaan, dan Inovasi Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Surabaya, 9 Oktober 2015 1 Indonesia Saat Ini... 16 th Peringkat
Lebih terperinciDenpasar, Juli 2012
Denpasar, 12-14 Juli 2012 1. Latar Belakang 2. Tujuan dan Sasaran 3. Perkembangan Kegiatan 4. Hasil Yang Diharapkan LATAR BELAKANG MP3EI antara lain menetapkan bahwa koridor ekonomi Bali Nusa Tenggara
Lebih terperinciTOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT
DUKUNGAN KEBIJAKAN DALAM MENGOPTIMALKAN KAPASITAS, KUALITAS DAN DAYA SAING INDUSTRI PELAYARAN NIAGA DAN PELAYARAN RAKYAT SERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA DALAM MEWUJUDKAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN NORMALISASI
Lebih terperinciLAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA
Lebih terperinciBAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011
BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau yang tersebar di seluruh wilayah, 2/3 bagian wilayahnya merupakan
Lebih terperinciSoal-soal Open Ended Bidang Kimia
Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciNo. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan
Lebih terperinciRENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011
LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional
Lebih terperinciBAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI
BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI A. Tahapan Pelaksanaan MP3EI merupakan rencana besar berjangka waktu panjang bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, implementasi yang bertahap namun
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN
RENCANA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KEBERLANJUTANNYA DI NTT Oleh : Ir. Wayan Darmawa,MT Kepala Bappeda NTT 1 KONDISI UMUM PEMBANGUNAN NTT GAMBARAN UMUM Letak Geografis
Lebih terperinciVisi Indonesia Pembangun- an Manusiaa Ekonomi. Infrastruktur. Kelautan. Transportasi dan Konektivitas. Pertanian. Pariwisata. dan.
PATHWAY Efisiensi Sumberdaya dan Pengelolaan Sampah Pembangun- n- an Manusiaa Ekonomi Infrastruktur Transportasi dan Konektivitas Visi Indonesia 2050 Kelautan Pertanian Pariwisata dan Keragaman Budaya
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA
ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Implementasi asas Cabotage merupakan sebuah prinsip yang lahir dari rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan udaranya. Dalam konteks
Lebih terperinciRENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI
RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI 2010-2014 KATA PENGANTAR Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai peran dan tugas melaksanakan pengkajian, pengujian, pengembangan,
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM
REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI
Lebih terperinciDukung Pemanfaatan Gas Bumi, PGN-ASDP Sepakat Operasikan Kapal Berbahan Bakar Ganda di Merak-Bakauheni
Dukung Pemanfaatan Gas Bumi, PGN-ASDP Sepakat Operasikan Kapal Berbahan Bakar Ganda di Merak-Bakauheni JAKARTA, 25 Juli 2017 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) terus berkomitmen dalam memperluas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia. Jumlah sumber daya mineral yang merupakan
Lebih terperinciOleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta, 3 September 2014
Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Jakarta, 3 September 2014 1 1. Sesuai dengan UU 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan: rencana
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: MOHAMAD RAHMAT MULIANDA DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Batam, 22 Agustus 2014 1 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciKAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL
KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL Andi Sitti Chairunnisa Mappangara 1, Misliah Idrus 2, Syamsul Asri 3 Staff Pengajar Fakultas Teknik
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan
Lebih terperinciKOORDINASI DAN SINKRONISASI
2 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA KOORDINASI DAN SINKRONISASI INTEGRASI RENCANA INDUK RISET NASIONAL (RIRN) KEDALAM PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL PROF.
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciRENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA
Lampiran Surat Nomor: Tanggal: RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA 2016 2019 INSTANSI PENANGGUNGJAWAB: KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NO. C. INDUSTRI SUMBER DAYA ALAM DAN JASA KELAUTAN
Lebih terperinciLAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA
2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA BAB I: PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 1 1.1. PELUANG INDUSTRI BATUBARA 2 1.1.1. Potensi Pasar 2 Grafik 1.1. Prediksi Kebutuhan Batubara untuk
Lebih terperinciKATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi
Lebih terperinciPEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG
PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG Dibawakan oleh Bp. Ir. Wilfred I. A. singkali *) PENGERTIAN PASAR : Pasar Produk Industri Pracetak dan Prategang : Adalah pasar konstruksi yang menggunakan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI
KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum
Lebih terperinciBAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS
BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian
Lebih terperinciMEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Oleh: Kardaya Warnika Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak
Lebih terperinciULANGAN HARIAN I. : Potensi SDA dan SDM
ULANGAN HARIAN I Mata Pelajaran Kelas Materi : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL : IX : Potensi SDA dan SDM I. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d dalam
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik menunjukkan trend yang
Lebih terperinciSUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setelah Mahkamah Hukum Internasional menjatuhkan putusan kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia pada tanggal 17 Desember 2002, Indonesia memasuki suatu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan
Lebih terperinciBAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik
BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 20 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan mempertimbangkan
Lebih terperinciJakarta, 10 Maret 2011
SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber daya energi tak terbarukan semakin lama semakin menipis. Pada Outlook Energi Indonesia 2014 yang dikeluarkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan
Lebih terperinciPeran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban
1 Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran Oleh Prayoto Universitas Gadjah Mada Energi Sebagai Penunjang Peradaban Peradaban manusia sejak awal perkembangannya telah bertumpu
Lebih terperinciluas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laut sebagai anugerah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, harus senantiasa terjaga sumber daya alam kelautannya. Keberhasilan Indonesia untuk menetapkan identitasnya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAPASITAS APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING
PEMBEKALAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PENGEMBANGAN KAPASITAS APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING
Lebih terperinciOleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia
Direktorat t Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral STRATEGI DAN PROGRAM KERJA UNTUK MENINGKATKAN AKSES ENERGI DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Oleh:
Lebih terperinciPembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013
Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Indonesia memiliki potensi sapi potong yang cukup besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Sensus Pertanian
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN
INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Raya Palima Pakupatan, Curug Serang; Telp / Fax : 0254
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang
Lebih terperinciLAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA
2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA BAB I: PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 1 1.1. PELUANG INDUSTRI BATUBARA 2 1.1.1. Potensi Pasar 2 Grafik 1.1. Prediksi Kebutuhan Batubara untuk
Lebih terperinciPerkembangan Jumlah Penelitian Tahun
Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia adalah masalah energi. Saat ini Indonesia telah mengalami krisis energi
Lebih terperinciKebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional
Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanasan global merupakan suatu proses dimana terjadinya peningkatan suhu rata rata atmosfer, laut, dan daratan bumi yang mana telah menjadi permasalahan perhatian
Lebih terperinci