DI JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DI JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA"

Transkripsi

1 lariyanto Jpkan )osen 3Serta lusan saian, :fektrf uruan rgkat tntum yang urryai (reatif gatur r oleh nateri hasil Semi <ultas satya r Uniristen CASE.BASED DAN PBOBTEM.BASED TEARIV'NG DALAM PENGAJARAN STRUKTUR DENGAN KASUS PENGAJARAN STRUKTUR DI JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA Bisatya W. Maer Esterlita Devi Hendrayani Jurusan Arsitektur Univcrsitas Kristen peira Surabaya Er,rail : bima@mitra.net.id ester@pete r. petra. ac. id ABSTRAK Dalam kurrkulum Jurusan Arsitektur Universitas Kristen petra, pengajaran struktur diharapkan dapat meluluskan mahasiswa yang mampu berinovasi dengan konsep/prinsipprinsip struktur Dari pengalaman mengajar, ternyata keberhasilan pengajaran struktur bangunan clilurusan arsitektur kurang memuaskan, apalagi dengan tuntuta'l kapabilitas yang tinggi (mampu berinovasi;. noa beberapa hal liang b"isa menjadi sebab kurang berhasilnya pengajaran st,'uktur di jurusan arsitektur : sasaran belajar, isi pengajaran, metode atau evaluasinya. Makatah ini tidak mengevaluasi pengajaran struktur, tetapi akan coba mengamaii k.rnrngkinan menerapkan metode pengajaran struktur bangunan a.lternatif, yaitu "CaseBaseJL earning,,(cbl) dan,,problembased Learni ng" (pbl). CBL dan PBL merupakan pendekatan pengajaran yang berorientasi pada mahasiswa atau "sfudent centered", dimana mahasiswa oiposisikan sebagai pusat d";i ;;;;;; belajar' Mahasiswa diharapkan aktif menggali dan menemukan masalah serta pemecahannya dibawah,pengarahan tutor, dalam hal ini dosen bertindak bukan sebagai pengajar, tapi sebagaitr:tor yang memberikan pengarahan dan motivasi. Kedua metode ini memiliki perbedaan yang tajam, dan masing riasing mempunyai kelemahan serta keurqgulan sendiri. ' 'r " CBL merupakan metodc pengajaran yang memanfaatkan kasus masa lalu sebagai bahan "belajar" untuk memecahkan problem saat ini. Daiam setiap kasus masa lalu, selalu terkandung didalamnya problem sekaligus pemecahan masaiahnya. Mahasiswa menggali dan menemukan problem serta pemecahannya dibawah pengarahan tutor. Case'Based lebih sesuai untuk problem yang terstruktur, modular dan tidak seragam. PBL lebih menekankan pada problem yang tidak terstruktu r (illstructured) yang harus dipecahkan oleh mahasiswa. Mata kuliah struktur bangunan Jurusan Arsitektur Universitas Kristen petra merupakan gabungan dari : konstrukii bangunan, konstruksi kayu, r.onrtirxri[lion, konstruksibaja, mekanika teknik, konstruksi bangunan lanjutan, bahan bangunan dan gambar bestek, sehingga dapat dikatakan sebagai mata kuliah "struktur bangunan terpidu". Dari halhal di atas akan diambil kesimpulan apakah penggunaan CBL dan pbl masingmasing sesuai dengan pengajaran struktur dan konstrursi, Oagian mana dari pengajaraln struktur yang sesuai dengan metode CBL dan dengan metode pbl, serta *n*nn,i Nasional ITSPJurusan Arsiteirtur Univenitar l(risten petra 5t

2 CASE.BASED DAN PROBT E M.B AS E D TEARN'NG Bisatya tu. Maer dan Esterlita Devi implementasi kedua metode tersebut dalam pengajaran struktur dengan membandingkan materi pengajaran dengan karakteristik CBL dan pbl, membandlngkan tingkat kemampuan yang diharapkan dalam sasaran belajar struktur dengan tingkat kemampuan yang dapat dicapai melalui CBL dan PBL, serta menguraik"n pener"pan rancangan CBL (kasus studi mata kuliah Struktur AR 410) dan PBL (kasus studi mata kuliah Pilihan Pendalaman I : StrukturDisain AR 611) Katakata kunci : Student centered, ProblemBased Learning, CaseBase d Learning, deep learning, lifelong learning PENDAHULUAN Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra (JAP) menerapkan kurikulum berbeni ukcore, dimana merancang merupakan inti kurikulum dan mata kuliah struktur ditempatkan sebagai mata kuliah pendukung bersama dengan mata kuliah sains lingkungan dan 'mata kuliah sejarah dan teori arsitektur. Tujuan pengajaran struktur dalam kurikulum jui'usan adalah menghasilkan lulusan yang mampu berinovasi dengan konsepkonsep/prinsipprinsip struktur dan konstruksi bangunan serta mampu mengkomunikasikan pada masyarakat pengguna. Mata kuliah struktur bangunan diajarkan dalam enam semester, dimana semester 1 sampai dengan merupakan mata kuliah wajib, yaitu: Struktur AR 1 10, Struktur AR 210, Stru[tur 9e_mester,S AR 310, Struktur AR 410 dan Struktur AR 510, sedangkan semester G merupakar, mata kuliah pilihan, yaitu: pendalaman struktur melalui disain dan pendalaman struktur secara teoritis (Pilihan Pendalaman I : StrukturDisain AR 611 dan Struktur Teori AR 612). Mata kuliahmata kuliah yang ada pada kurikulum sebelum tahun 1980 merupakan mata kuliah yang saling terpisah, yaitu: konstruksi bangunan, konstruksi kayu, konstruksi beton, konstruksi baja, mekanika teknik, konstruksi bangunan lanjutan, bahan bangunan dan gambar bestek. Pada kurikulum JAP setelah 1980 dikumpulkar dalam satu mata kuliah strlktur bangunan yang terpadu. lsi mata kuliah struktur bangunan : sistem struktur dan tata letak struktur, dasardasar analisis struktur (st"ucturalanalysis) dan persyaratanpersyaratan struktur, konstruksi bangunan, konstruksi kayu, korstruksi beton, konstruksi baja, dasardasar structuraldesign dan detil konstruksi, gambar oestek, bahan bangunan, serta pengintegralan ruangbentukstruktur/material/ konstruksi. Untuk mengajarkan pengetahuan yang begitu banyak drperlukan penetapan bahan ajar yang paling hakiki atau "ide dasar" yang searah dengar: tujuan l.urikulum. Dengan dasar ini materi pengajaran struktur bangunan dikelompo[t<an Oatam 3 kelompok, yaitu: Kelompok A yang termasuk dalam "ide dasar ini yaitu materi yang diperlukan mahasiswa untuk berinovasi, se rta yang diaj iajarkan berkesinambungan dari semester 1 sampai dengan semester 6. Materi yang tercakup dalam kelompok A : sistem struktur bangunan, tata letak elemenelemen struktural, stabilitas struktur dan persyaratan struktui yang lain, beban dan perilaku struktur, strukturkonstruksi dan bentuk, strukturruingbentuk, penyaluran beban dan tata letak struktur lantai/aiap, pondasi. Kelompok B yaitu materi pengajaran yang dibutrrhkan untuk berinovasi, tapi tidak diajarkan secara sinambung dari semester 1 sampai dengan semester 6 tidak l(onferensi Nasional ffspjurusan Arsitektur Universitas l(risten petra Sasc bede evalt sinte Dala ada belaj hal k Leis] cera cenc semi kem dose padr siti ( Arsit berc pen ket'i men to be ProL pen( Stuo (lear banl Sela banl Men yan(, Olel

3 : 8lsarya ndrayani ngkat rapan berinovasi atau kemampuan berteori Materi yang tercak'.rp dalam kelompok C : dasar analisis struktur (mekanika teknik), konstruksi elemen non struktural (kusen,/plafond, dll.) deep Sasaran belajar tiap kelompok dirancang dengan tingkat kemampuan yang berbeda beda' Untuk kelompok A tingkat kemampuan yang diharapkan adaiah analisl/sintesis/ evaluasi, kelompok B tingkat kemampuan yang diharapkan adalah penerapan/analisis/ sintesis, kelompok C tingkat kemampuan yang diharapkan adalah pemahaman. core, rtkan r oan dan lrliah dan ltan'uksi nan, qat aseir rkan rster CASE8ASED DAN PROEI EM.BASED LEARNING Kelompok C, yaitu materi pengajaran yang tidak atau tidak langsung dibutuhkan untuk berinovasi, tapi dibutuhkan pemahamannya untuk.enrnlung"k"rurprun rnata Tata lton, Maer dan Esterlita Devi Henclra,,ani dikelompokkan dalam "ide dasar,, Materi yang tercakup dalam kelompok B : konstruksi kayu, konstruksi beton, konstruksi baja, bahan bangunan, dasar structural design dan detil 1o^trrori' ' Ingan rrgkan yang ruksi uliah ngan uktur mata )caia W.,: Dalam panduan rancangan pengajaran tim AA Universitas Brawijaya, Malang; dikatakan ada hubungan antara ienis metode mengajar dengan macam kemampuan (sasaran belajar). Metode ceramah yang paling banyak digunakan, mempunyai kelemahan dalam hal besarnya bahan yane diserap dan diingat oten mahasiswa. Oari hasil penelitian Mc Leish (1966) ternyata sekitar 4a% isi perkuliahan yang masih diingat sesaat selesainya ceramah, dan seminggu kemudian sekitar 2Oo/o. Selain itu metode ceramah juga cenderung menghaiangi respon mahasiswa, membuat mahasiswa pasif, selain itu minit, semangat dan motivasi mahasiswa dalam mengikuti ceramah sangat bergantung pada kemampuan pribadi dosen dalam membawakan ceramahnya, pioanatlioat danyat< dosen seperti ini. Keunggulannya adalah efisiensi waktu yang tinggi, bisa diterapk;; pada kelas besar, tidak memerlukan banyak alat bantu. Siti Oentari Sri Widodo dalam keynote speechnya pada Seminar Nasional pendidikan Arsitektur tahun 2000 cli Universitas lndonesia, menekankan bahwa pengajaran yang berorientasi pada dosen tidak lagi memadai, pengajaran yang berkualitas adalah pengaiaran yang berorientasi pada mahasiswa, sehingga dapat member,ikan ketrampilan mahasiswa untuk belajar mandiri (lifelong teirning) pernyataan ini menanggapi 4 pilar pendidikan dari UNESCO : learning to know,learning b do,learning to be,learning to live together. ProblemBased Learning (PBL) dan CaseBased Learning (CBL) termasuk metode pengajaran yang menggunakan model pendekatan yang berorientasi pada rnahasiswa/ StudentCentered Learning (SCl) dan mengajari<an bagaimana mahasiswa 'belalar, (learning to learn). Kedua metode ini saat ini sedang diterapkan dalam pengajaran struktur bangunan JAP Selanjutnya akan dibahas apakah penerapan PBL dan CBL dalam pengajaran struktur bangunan memang sesuai. etak ban PROBLbM.BASED L;ARNING dan CASEBAS ED LEARNING tu r{, dak dak Menurut Gwendy (1996), PBL da'r CBL sejalan dengan filsafat pendidikan konstruktivisme, yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Oleh karena itu pengetahuan tiriak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang,ffi: tw l(onferensi Nasional ttspjurusan Arsitel,turUnivenitar (risten Petra

4 case8asep DAN PROAIE M BASE D IEARNTNG Bisatya W. Ataer dan Esterlita Devi Hendrayani F Bisatya *.i I $ (dosen) ke kepala orang lain (mahasiswa), mahasiswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikar terhadap pengalaman pengilaman/ pengetahuan mereka. # * $. :r F CaseBased Learning (CBL) a i'; Kasus case) memb serta Diper,l dalam CaseBase d Learning (CBL), seringkali disebut juga CaseBased fleasoning (CBR) adalah f h suatu model yang menggunakan kasus nyata yang telah didokumentasikan dengan baik d I sebagai sarana pembelajaran. Penggunaan metoda ini dipelopori oleh Fakultas Huku:n dan B:snis Universitas Harvard untuk menggantikan metoda maeang yang diangeap tidak lagi memadai dalam menghadapi perkembangan yang cepat, kemudian dicoba pula oleh fakultas lain seperti kedokteran dan psikologi sejak tahun Dalam disip'indisiplin tsb. kasus diberikan sebagai sarana dalam memberikan pengetahuan masa lalu bagaimana individu, institusi atau perusahaan menghadapi masalah yang harus diper,ahkan, dimana seringkati proses pemecahan masalahnya dideskripsikan secara implisi,,, lnformasi masa lalu, dlta statistik, grafik dan tabeltabel disertakan dan diintegrasikan dalam kasus yrng diberikan agar peserta didik dapat bekerja dalam faktafakta dan menganalisis problem tsb. kemudian memikirkan kemungkinan pemecahan serta konsekuersi dari keputusan yang mungkin diambil. Kasus digunakan dalam pengajarap 6ipakai untuk meningkatkan pembelajaran tentang dasar (teori) dan praktek. Malrasiswa harus menggali cjan menemukan probleri?ltqip serta pemecahan dari kasus yang diberikan tersebut d,biwah pengarahan tutor dalam suatu format diskusi' Mahasiswa akan belajar banyak hal pada ru"tprorrs menemukan problem dari kasus masa lalu dan menemukan bagaimana kasus tersebut telah dipecahkan, penemuan ini akan dipakai sebagai bahan untuk memecahkan masalah saat ini (current problem and final solution), dimana seringkali adalah lebih efisien untuk memecahkan masalah dengan beranjak dari pemecahan iebelumnya dari masalah yang sejenis, ketimbang mulai dari nol. CBL lebih sesuai untuk menjeliskan masalah yang terstruktur, modular dan tidak seragam. Formi Keber ranca kelon pen,e Tutor prese fasilit permi menii maks Pada mem men! Sekre prosf Karal case Penggunaan CaseBased Learning dalam proses belajarmengajar membutuhkan rancangan strategi agar dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan pengajaran. Faktorfaktor yang perlu dipertimbangtin adalah sebagai berikut : Penulisan kasus Sebagai materi awal (pre existing materiaf), kasus yang dijadikan acuan harus jelas, fakta(sumbernya) dapat dan mudah dicari. Leoln oait1lra berasal dari lakta sumber vang familiar, mudah diingat (otentik) sebagai bagian dari dunia seharihari mahasiswa sehingga dapat langsung digunakan di dalam kelas Kasus yang,ditulis (dipilih) harus tahu apa tujuannya, apakah dibuat untuk melatih anak didik memutuskan sesuatu dari beberapa kemungkinan (decisionlditemmacases) atau melatih berpikir analitis (appraisatcases/issue cases) atau mengambil hikmah dari kasus masa lalu (dibedah) kemudian dipakaisebagaiacuan untuk mengambil keputusan dalam problem yang didisain (case histo$. Kasuikasus tersebut dapat saja diubah ataupun dikembangkan tergantung tujuan yang ingin dicapai. l(onfe'ensi l.lasional F[5P Jurusan Arsitektur Universitas l(risten petra w

5 Maer dan Esterlita Devi Hendrayani endrayani Bisatya artikan laman/ Kasus yang diberikan sebaiknya diawali dengan kasus yang sederhana (introduction case) agar tidak menimbulkan stress baik bagi mahasiswa maupun tutor, dimana dapat memberikan pancingan av/al pada mahasiswa bilamana tidak terbiasa berpikir analisis, serta dapat mensolidkan kerjasama dalam team (tutor dan kelompok mahasiswa). Diperlukan adanya penjelasan awal (brainstorming) bila CBL pertama kali digunakan V,/. CASE.B,ASED DAN PROELEM.BASED LEARNING dalam proses belajarmengajar. adalah tn baik arvard dalam Format Diskusi Keberhasilan CBL selain ditentukan oleh strategi penulisan kasus ditentukan pula oleh rancangan format diskusi yang baik, dimana melalui diskusi mahasiswa bersama dalam kelompok mengidentifikasi berbagai issue dan problem, menggali problem serta pemecahan dari kasus yang diberikan tersebut dibawah pengarahan tutor. seperti,erikan tstitt si Tutor harus tahu tujuannya secara jelas (memperkenalkan modul), dapat menstrukturkan )roses fasilitator atistik, agar rudian permasalahan, mengarahkan proses bila diperlukan, menasehati dan menilai, bila perlu menradi nara sumber (resource person), serta yakin bahwa partisipasi anak'didik maksimal (motivator, menstimulasi jika diskusi macet) "r presentasi untuk menir'gkatkan kemampuan analisis mahasiswa (bertindak sebagai. memantau proses diskusi, membet.rlkan kesalahpahaman terhadap,ngkin Pada umumnya kelompck terdiri dari 57 orang anggota, Ketua kelompok berperan rntang oblem daiam nukan memimpin dan mengendalikan jalannya diskusi, mengkoordinasi, inenjaga waktu, mengajukan usulan/bertanya, rnemantau relevansi diskusi serta menyetujui notulen. Sekretaris kelompok mer,catat, membuat notulen yang akan menjadi catatan evaluasi proses diskusi bagi tutor. telah lsalah untuk r yang yang Karakteristik CBL : case process r's rnductive rather than deductive (Robert Merry, 1954) DUluilut pada tilar Berorientasi il.dut paud pada apa yang otpetajart rnahasiswa, rasrswa, fokus IUKUS paua dipelajari rnanastswa mahasiswa rhkan :ujuan faktayang Siswa Merupakan sarana untuk meningkatkan pemahaman lewat learning by doing,?nengembangkan kemampuan analitis (berp;kir kritis) dan memutuskan sesuatu (decision makingskil/), belajar bagaimana mengkaitkan yang dipelajari dengan problem nyata (learning how to grapple with messy real life problems), mengembangjkan kemarrpuan komunikasi secara verbal dan bekerjasama dalam team. Menghadapkan mahasiswa dengan kasus nyata/aktual sehingga dapat meningkatkan mirrat dan kehadiran mahasiswa dibandingkan dengan format pengajaran yang lama (ceramahinstruksi) dimana lebih berkonsentrasi pada faktafakta dan materi kuliah daripada pengembarrgan kemampuan berpikir lebih lanjut Kerja dalam team meningkatkan rasa percaya diri anak didik dimulai dari grup kecil (peer group), menjadikan tingkahlaku yang positif, lebih mengerti bagaimana proses pemecahan masalah dan keterbatasannya, serta kemampuan anak ) atau kasus Jalam lupun r mempertanyakan lebih banyak lagi pertanyaanpertanyaan kritis selama proses ; diskusi Keuntungan CBL i.:. Dapat mengembangkan kemampuan analitis (mempertanyakan esensi dari ses,,w I u atu/hig h e r o rd e r re aso n i n g skil/s) l(onferensi Nasional ffspjurusan ArsitekturUniversitar l(risten Petra

6 CASE.BASED DAN PFOBTE M. BASE D TEARN'A G Eisatya W. Maer dan Esterlita Devi Hendrayani Kemampuan mengaplikasi konteks (teori) dan kenyataan di lapangan Kemandirian dalam mencari darr memecahkan masalah, ketrampilan belajar sendiri, (lifelong tearning) Mengurangi kegelisahan/ketakutan menghadapr problem (tugas) melalui pelatihan pemecahan masalah yang didisain makin lama makin xompteks dalam diskusi, tahu memulai pemecahan problem dari mana Meningkatkan rasa percaya diri, semangat dan kerja sama dalam team, kemampuan oral (presentasi) dengan teoin Uait<. Eisal seb ttnt Pro Kai ture Kelemahan CBL Tidak semua informasi/materi dapat diberikan dengan metode ini, bila dibandingkan dengan metode yang tradisionar misarnya ceramih (satu arah) cbl tidak efektif untuk mentransmisikan bahan/mateii dalam jumlah Penggunaan casebased Learning tidak dapat memecahkan semuayang banyak. hal (the itts) yang diajarkan Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama ProblemBased Learning (pbl) PBL merupakan pendekatan belajar dengan menghadapkan mahasiswa pada problem praktek yang harus dipecahkan. Usahi untuk mlmecahkan problem akan nlemacu mahasiswa menggali terlebih dahulu problem tersebut secara mendalam, sehingga mereka dapat memutuskan apa yang harus mereka pelajari untuk dapat memecahkan problem yang dihadapi tersebut. lni berarti mengajarkan mahasiswa learning to learn. PBL lebih menekankan pada problem yang tidakierstruktu r (iltstructured). Kar digunakan di Fakultas Kedokteran Universitas l\lcmaster, Kanada lplp:.t"11t<ali tahun 1968 (Neufeld & Barrows, 1974), dilatarbelakangi kenyataan bahwa anak didik tidak dapat mengaplikasikan halhal mendasar oari yaig telah oipelajari ketika dikondisikan pada situasi klinikal. Dengan pbl dapat menjembitani lubang tso. Dalam PBL dosen berfungsi sebagaitutor yang memberi pengarahan dan motivasi pada mahsiswa serta memberikun srrnl"r intormaji yang akarr dibutuhkan oleh mahasiswa, sedangkan mahasiswa sebagai pelaklr 'belajar', meirutuskan apa yang harus dipelajari, mencari masukan masukan sendiri dari berbagai sumber yang tetln jisedikan oleh tutor maupun sumber lain yang didapat sendiri. oleh karena itu salah satu ciri dari pbl, tiap mahasiswa mendalami materi berbedabeda dengan mendalam (deep tearning). Pada dasarnya belajar dengan PBL harus dilakukan dalam kelompok kecil 5 10 mahasiswa, atau 1 tutor berbanding 8 10 mahasiswa. Dalam proses 'belajar,, kelompok mahasiswa melakukan serangkaian diskusi sampai menemukan sasaran belajar masing masing anggota, dengan demikian terjadi interaksi lang iplnpsif antar mahasiswa. Setelah tiap anggota melakukan 'belajar' masrng masing,lnteraksi terjadi lagi pada saat proses sintesis untuk memecahkan masalah. DLngan interaks png intensif dalam kel,mpok, maka tiap mahasiswa akan ikut belajarl riemahami rpa ying dipelajari oleh teman_ temannya Ke i Prinsip PBL adalah mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki mahasiswa 56 l(onferensi Nasio,ral ttspjurusan Arsitektur Uniyersitas Krirten Ke

7 ljrayani Bisatya W. Maer dan Esterlita Devi Hendrayani CASE8ASED DAN PROEL EM.BASED LEARNI NG endiri rtihan ;kusi, 3am, gkan ryak. t ills) rob 'racu rg0a tkern tarn. hun idak ikan ada rw8, jari, r tu,bl, t). 10 )ok ;ing rlah ses ok, an WA sebetumnya melalui problem, mcndalami pengetahuan melalui diskusi dan refleksi untuk memantapkan pengalar,ran belajar. Problem dalam PBI_: Karakteristik problem yang baik rjalam PBL tidak harus terstruktur dengan baik (i/sfructured), realworld problem, yang inenurut Duch (1ggs) harus. Menampung minat dan keingintahuan mahasiswa, memotivasi untuk memahami lebih dalam konsep yang oiperkenalkan, Menuntut mahasiswa mengambil keputusan rasio, memutuskan semua keputusan dar diajarkan. Menuntut mahasiswa mendefinisikan mengapa, informasi apa yang relevan, untuk pemecahan problem. Membutuhkan kerja sama memecahkaannya. berdasar fakta, informasi, logika dan pertimbangan berdasar prinsip yang asumsiasumsi apa yang dibutuhkan dan dan atau langkah/prosedur yang dibutuhkan beberapa mahasiswa dalam kelompok untuk Openended, tidak terbatas pada satu jawaban yang benar, dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipelajari, issuenya kontroversial sehingga dapat memunculkan opini yang berbedabeda. Sasaran dari isi pelajaran digabungidimasukkan dalam problem, menghubungkan pengetahuan sebelumnya pada konsep baru, dan menghubungkan pengetahuan pada konsep pelajaran lain dan/ atau disiplin lain Karakteristik PBL: Berorientasi pada mahasiswa, fokus pada apa yang dipelajari mahasiswa. Merupakan sarana untuk mempelajari kapabilitas, dari pada sekedar belajar rnenguasai pengetahuan Menghadapkan mahasiswa pada problem dari dunia praktek, yang memberikan stimulus untuk belayar. Suatu metoda pendidikan yang bercirikan penggunaan problem sebagai suatu konteks bagisiswa untuk belajar keterampilan pemecahan masalah dan menguasai pengetahuan. Kerja kooperatif dari para mahasiswa dalam kelompok kecil yang mempunyai akses pada seorang tutor dan/ atau nara sumber lain yang dapat memfasilitasi proses belajar. Keuntungan PBL:, Proses belajarmengajar lebih menyenangkan bagi mahasiswa dan tutor. Lingkungan belajar lebih nremberi stimulasi dan lebih akrab. Ketrampilan belajar sendiri, membantu lulusan menjadi pembelajar seumur hidup (lifelong learner), dapat ditingkatkan dengan lebih baik. Promotes deepper dari pada superticial learning Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fakultas Kelemahan PBL: Mahal, kususnya paoa saatsiarfup dan maintenancecosfs (dibutuhkan tenaga dan sumber daya lain untuk selalu mengembangkan kurikulum dan training tutor) Demanding of staff time,karen a ratio mahasiswa : tutor kecil z,frta ffi xont *n,i Nasional ffspjurusan Arsitektur Universitas lristen petra

8 ,CASE.B.ASED DAN PFOEIEMBASED LEARN I N G Bisatya W. Maer dan Esterlita Devi Hendrayani Stressfu// bagi mahasiswa dan staf, terutama pada saat awal penggunaan PBL yang, sebelumnya tidak dialami mahasiswa. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan basic science terbatas Tidak sesuai untuk kelas besar PENERAPAN CBL & PBL DALAM PENGAJARAN STRUKTUR Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan ada p:rbedaan mendasar antara CBL dan PBL, yaitu : CBL diawali dengan kasus dimana mahasiswa mendiskusikan kasus yang lbngfiap dengan prosesproses yang telah terjadi, sedangkan dalam PBL, mahasiswi dihadapkan pada sebuah problema yang justru tidak terstruktur dengan baik (iilstructured) yang harus dipecahkan. Peibedaan inl menjadi dasar analisis untuk menemukan kesesuaian CBL dan pbl dalam pengajaran struktur bangunan, dilakukan dengan: Membandingkan materi pengajaran dengan karakteristik CBL dan pbl Membandingkan tingkat kemampuan yang diharapkarr dalam sasaran belajar struktur dengan tingkat kemampuan yang dapat riicapai melalui CBL dan pbl Mencoba menerapkan rancangan perkuliahan strirktur yang dapat mengakoniodasi karakteristik kasus pada CBL (kasus studi mata kuliah Struktur AR 410 di semester 4) dan problem pada PBL (kasus studi mata kulial"' Pilihan Pendalaman I : Struktur Disain AR 611 di semester 6) Kurikulum Struktur Bangunan Tujuan pengajaran struktur dalam ku,'ikulum JAP adalah : menghasilkan lulusan yang mampu berinovasi dengan konsepkonsep/prinsipprinsip struktur dan konstl.uksi bangunan; serta mampu mengkomunikasikan pada. masyarakat pengguna. Penggunaan istilah struktur dan konstruksi dalam pengajaran struktur bangunan dipilah dengan tegas walaupun keduanya dalam bentuk fisiknya tidak terpisahkan. Struktur s bagai sistem penyalur beban, konstruksi sebagai kegiaitaniproses membangun, perealisasian sistem struktur, materialisasi disain. Dalam fengalaran struktur, raiing masing diajarkan sebagai bagian yang "terpisah", tapi jugi"terkait" karena paoi hakekatnya memang merupakan kesatuan. lsi pengajaran Secara substansial pengajaran struktur berisi 'struktur', 'konstruksi', pengintegrasian struktur dalam disain arsitektur, serta gambar teknik. Struktur berisi : sistem dan tata letak struktur, dasar analisis struktur dan persyaratanpersyaratan struktur, pembebanan, struktur dan bentuk. Konstruksi berisi : konstruksi bang.unan, konstruksi kayu, kostruksi baja, konstruksi beton, dasar dasar structural design dan detil konstruksi serta bahan bangunan. Pengintegrasian struktur dalam disain berbentuk pelatihan yang berisi : peipaduan r u a n g b e nt u k st r u kt u r I male r i au k o n st r u ks i. Dengan kurikulum struktur yang terpadu, materi perkuliahan walaupun terdiri dari substansiyang berbedabeda, namun masingmasing bisa didalamisecara berkelompok. n.p n tt d 1T lbnferensi l,lasional ftspjurusan Arsitektur Universitas l(risten

9 'Herdrayani ' BL yang Bisatya W. Maer dan Esterlita Devi Hendrayani CASE.BASED DAN PFOEI EM.BAS ED LEARN I N G ataupun oleh tiap mahasiswa anggota kelompok sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Jadi kurikulum struktur bangunin sesuai dengan salah satu karakteristik cbl dan pbl: multi disiplin Tingkat Kemampuan )BL dan rs yang IASiSWA 'llstruc belajar )BL nodasi mester :ruktur Tufu.al pengajaran struktur meluluskan mahasiswa yang mampu beinovasi. Berinovasi adalah menghasilkan ide baru dengan mengunakan sesuatu konsepiprinsip yang;j;. Konsep dan prinsip merupakan bagian dari struktur yang harus dipelajari untuk bisa berinovasi, menghasilkan ide baru berarti melakukan perancangan "r'"" qatau pemecahan masalah. ''" Tingkat kemampuan dapat diukur dengan ranah kognitifnya Bloom (196a): mengenal, memahami, menerapkan, menganalisii, mensintesij oan mengevaluasi. Kemampuan menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi merupakan kemampuan yang tinggi, yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk dapat merancang atau memecahkan masalah. lni sejalan dengan sasaran belajar dengan cbl maupun pbl seperti yang dikatakan Finucane (1 998) : mahasiswa setelah mendapatkan pengetahuannya dapat,,menyimpan,, dengan baik (memhami secara mendalam), dapat menggunakan pada konteksnya (menerapkan), dan dapat mengintegrasikan pengetahuannya dengan disiplin lain yang relevan (analisis, sintesis dan e'ralujsi), serta'seslai dengan yung"oikutakan oleh Duch (1996) problem PBL m:upun kasus dalam CBL yang dirancang o.ngrn b;ik.t,rpri melatih mahasiswa mencapai sasaran belajar oengan tingkat t<og"nitit (dtoom): analisis, s "r"'' \sintesis atau evaluasi. yang ;truksi lmplementasi pbl dan GBL Di tingkatlsemesfer mana PBL dan CBL sesu ai untuk diterapkan dalam pengajaran strukur? lipilah ruktur ngun, Substansi (isi) pengajaran strul:tur bangunan yang termasuk kelompok,,ide dasar,, (A) mulai dari semester 1 sampai dengan semester 6 sama, yang berbeda adalah tingkat kompleksitasnya' Materi pengaiaran yang termasuk kelompok non "ide dasar,, (B dan C) diajarkan tidak bersinambung dari semester 1 sampai dengan semester 6, misalnya: konstruksi kayu di semester 1 d.an 2, konstruksi beton dan baja di semester 3 dan 4 dst,, tetapi pada dasarnya bagaimarra mengintegrasikan bahan "ide dasar,, dan,,non ide dasar" merupakan pelalihan yang bersinambune. rasing p ada Yang menjadi persoalan ASIAN 'atan:ruksi an. Cuan dari npok,w) adalah:, Pengetahuan awal apa yang dimiliki mahasiswa untuk dapat belajar dengan CBL dan PBL dengan efektif? 'J CBL dan PBL merupakan proses belajar dengan sasaran belajar yang tinggi: menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi, proses penggalian proniem in pemecahan problem, traik pada cbl maupun pbl, merupakanproses inquiry yang menurut Wiryawan (1990) sesuai untuk tingkattingkat atas. Tapi selama ini belum ada tulisan yang menyatakan untuk tingkat mana cbl dan PBL sesuai diterapkan. siti oetamini dalam Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur di Universitas lndonesia, Jakdrta (2000) mengatakan untuk pendidikan merancang sebaiknya diterapkan sedini mungkin petra l(onferensi llasional ITSP Jurusan Anitektur Universitas l(risten 59

10 CASE.EASED DAN PROAIEMBASED TEARN'NG B,satya W. Mrcr dan Esterlita Devi Hendrayant Langkah belajar dengan CBL relatif lebih pendek urari PBL, karena CBL belajar dari problem dan pemecahan yang sudah ada, menurut Aditjipto (2000) dalam Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur di Universitas lndonesia, seringkali adalah lebih efisien untuk memecahkan masalah dengan Seranjak dari pemecahan sebelumnya dari masalah sejenis ketimbang mulai dari nol. Belajar dengan CBL tidak harus didahului dengan prior knowledge, karena pengetahuan awalnya dapat dicaridari pembedahan kasus (case history). CBL sangat sesuai untuk mata kuliah struktur bangunan, karena struktur dan konstruksi bangunan pada dasarnya berisi substansisubstansi yang bersifat terstruktur dan tidak seragam, kelemahannya adalah tidak semua informasi yang diperoleh dari kasus yang dipelajari bisa dipakai untuk memecahkan sem'ra problem (Merry, 1954), oleh karena itu apabila mahasiswa akan dilatih memecahkan problem setelah belajar kasus, harus diberikan problem yang sejenis dengan dengan kasus yang dipelajari, bisa ditambahkan dengan beberapa problem tambahan yang sengaja dirancang oleh pengajar. Hambatan yang perlu dipelimbangkan adalah ratio tutor : mahasiswa adalah Ma Pe lvre lul' be sil Tu 1:5'7. Dari pengamatan diatas, dan dengan mempertimbangkan: merubah paradigma belajar, baik mahasiswa maupun dosen perlu waktu dan persiapan panjang. jumlah tutor masih menjadi kendala materi pengajaran di semester satu (Struktur AR 1 10) sampai dengan s'emester tiga (Struktur AR 310) boleh dibilang merupakan materi dasar, sedangkan mateii semester empat (Struktur AR 410) selain berisi materi baru juga merupakan pendalaman dari materi semester sebelumnya. Maka untuk langkah awal cbl dicoba di semester empat Struktur AR 410. Langkah belajar dengan PBL lebih panjang, selain itu diharapkan mahasiswa telah punya sebagian pengetahuan, sepertiyang dikatakan oleh Greening (1998): prinsip PBL adalah mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki mahasiswa sebelumnya melalui poses penggalian problem, melalui diskusi dan refleksi, Dengan demikian belajar dengan PBL sangat tergantung pengetahuan awal yang dimiliki mahasiswa, makin sedikit pengetahuan awalnya proses belajar makin panjang. Struktur "bangunan terpadu" yang diterapkan di JAP memungkinkan penerapan PBL karena PBL bersifat terbuka, mahasiswa dapat mendalami materi yang berbeda beda. Kekuatan dan minat tiap mahasiswa tidak sama, dengan PBL minat dan kekuatan mahasiswa lebih terakomodasi sehingga dapat belajar lebih mendalam, sambil bertukar pengetahuan (yang mendalam) pada saat diskusi. Problem yang tidak terstrkutur dapat diberikan melalui tugas yang dirancang dengan baik, bisa berupa tugas "merancang" sesuatu. Dari pengamatan diatas, dan dengan mempertimbangkan: merubah paradigma belajar, baik mahasiswa naupun dosen perlu waktu dan '! persiapan pengetahuan awal yang dimiliki mahasiswa sangat mempengaruhi waktu belajar, maka dengan mempertimbangkan efisiensi wakiu lebih condong PBL dipertimbangkan untuk kelas atas, der,gan asumsi pengetahuan awal sudah memadai. panjang.,m l(onferc..i l,lasional ffspjr,rusanarsitekturuniversitas(ristenpetra (QBz7 Sa lu Mt

11 ?ndrayani Bisatya W. Maer dan Estertita Devi Hendrayani CASE.BASED DAN PROAT EM.BASED LEARN IN G bangunan sebasai penunjang mata kutiah 3"'**:nll:3T1i,l,y.'],11_srruktur infnrmaci rrana a,r.,,^ ^ ^ncmhatlcan rra^a l pad #;ffi];; ;;#ffi;ift:;t:il:1ffil "#.;; *",i"pjrr;;fi: a t, r.iw J ;; ; ;i I il'# J, rnnya l, l',t:::t"":menggali J3s^, T:.1 91,ll lebih l 9 mahasiswa " dialam infoimasi banyak dan mengenai struktur dan konstruksi. aterial ;':i:i: j: :,,:: r'::,1: StfUktrlr rlan lrnnotrr rlzai rentuk i',, * u: g : "' i k ; bu d k ;;ffiffiffi#jl,illi'ixl?; i;h;;;il #;ffi ; ; 5'g 'T;ilt " pertimbangan Ogftimbanoan ini, ini rlitatonlza^ arra+^i L^r:^.ditetapkan srrategi ',0"q", berljar: (, "?,1 ;; ;;hil,,uh;' #;il:' B:Nr]: iii,idj,:;;;:;;"ift;';;'r';;:o;,:, Problem Problem j:::::::ititt,?:i"*a diminta merancans suatu j.iuooro"), llly::,:rl?,":,1.j.^lr1^g.l,s_ii:y3trt"i"(tiapsemer,"r,'nir"ojr r'3{' *" oi" i' ;; #;il:i j;:f lj, fl :"i fl :,1,:' j'*,"^*lll:'; rpnclr ffi'j:il,i1n. Tema/ sub,,structure tema harus "diterjemahkan" i#3li# fft';il3t,::j"'"?"'j:::,' yang : tukan nant". ngan blem blem dirn dan clem <erja ' lgali lem,du" ktur menjadi I as form determi_ Proses dibagi tiga tahatrr: Pemahaman problem Persiapan disain dan pendalaman materi* Disain Catatan: r dari ln.!'; Tahap pemqhaman problem dikerjakan dalam kelompok 5 sampai 6 orang Tahap persiapan disain dan pendalaman dikerjakan dalam kelompok dan perorangan sesuai kebutuhan masing masing kelompok dan mahasiswa. Tahap disain dikerjakan peror3ngan. *T3hap persiapan disain dan pendalaman materi merupakan bagian belajar substansi struktur dan konstruksi secara mendalam dan terarah pada pemecahan masalah, dan dirakukan diskusi keras secara, Dalam tahap disain, khususnya proses transformasi dari konsep abstrak ke bentuk, mahasiswa melakukan "uji coba", dimana mencari ide melalui "cobacoba,,yang sudah sangat terarah pada sub tema dan informasi yang telah digali dengan mendalam pada tahap persiapan disain, kemudian di uji dengan informasi yang berkara. telah digali dengan mendalam pada tahap persiapandisaii. oaiarh 1j",il];j apabila setelah melalui diskusi berkala, atau pemberian informasi yang terencana, ternyata masih ada informasi yang kurang, mahasiswa akan metafuxan,belajar; lagi dengan menggali mendalami informisi baru. Dosen berfungsi sebagai tutor yang memberikan pengarahan dan motivasi. Sumber informasi tidak terbatas paoa tutor. Secarateoritis dapat dikatakan PBL dan CBL sesuai diterapkan pada pengajaran,,struktur bangunan yang terpadu", dimana dari kedua kasus diatas o'"p"t diariati bahwa baik melalui kasus ataup.un,.problem yang diberikan, mahasiswa selain belajar sistem struktur dan stabilitasnya sekaligus belajar pula konstruksinya (material, join, pelaksanaan, dsb.), Sasaran pengajaran struktur : analisissintesis dan evaluasi oapai tercapai. Evaluasi belum dapat disajikan dalam makalah ini karena proses betajar baiu dan.;d;;g;";j;;; ffi *r*nrui Nasional ffspjurusan Arsitektur Univenitas iirirten pern 65

12 CASE.BASED DAN PROBTEMBASED LEARNI N G Bisatya W Maer dan Esterlita Devi Hendrayani KESIMPULAN Belajar dengan CBL dan PBL tidak lagi mengejar pengetahuan sebanyakbanyaknya tetapi dangkal, melainkan lebih menekalrkan belajar secara mendalam (deep learning) CBL dan PBL mengajarkan bagaimana pembelajar dapat belajar sendiri (mandiri) secara terusmen erus (lifelong learning) CBL dan PBL selain melatih segi kognitif dan psikomotorik juga dapat melatih segi afektif melalui diskusi yang terstruktur dimana tidak didapatkan melalui metoda ceramah CBL dan PBL keduanya dapat dipakai sebagai pendekatan mengajar untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk'belajar'dan untuk mencapaitingkat kemampuan yang tinggi, termasuk pengajaran struktur barrgunan. CBL dan PBL sesuai untuk diterapkan dalam pengajaran mata kuliah "struktur bangunan terpadu" seperti pada kurikulum JAP Her,lurr Untuk kondisi Jurusan Arsitektur UK Petra saat ini, CBL lebih sesuai diterapkan di semester empat Struktur AR 410, sedangkan PBL lebih sesuai diterapkan di semester enam Pilihan Pendalaman I : StrukturDisain AR 611 ' Perlu diantisipasi kelemahan dari penggunaan CBL dan PBL, seperti kebutuhan waktu yang relatif lebih panjang, kesiapan tutor, serta mahal. Keberhasilan metode ini tergantung dari partisipasi akt;f semua pihak baik anak didik maupun tutor Dibutuhkan adanya CaseBased Team Learning (OBTL) dan ProbtemBased Team Learning (PBTL) sebagai instrukturteam teaching ulntuk mendisain program dengan metode ini dan evaluasi lebih lanjut dimana butuh tindak lanjut dari fakultas. REFERENSI Aditjipto, Mark l, Penggunaan Case8as ed & ProbtemBaseJ Learning Datah Pendidikan Arsitektu,, Prosiding seminar Nasional Pendidikan Arsitektur Meniti Masa Depan, Jurusan Arsitektur FT Ul, Depok Jakafta,910 September 2OO0 Ali, Mohamad, Pengembangan Kurikulum Di Sekotah, Bandung, Penerbit Sinar Baru, 1gg2 Bieron, Joseph F & Frank J. Dinan, Case Studles Across a Science Curriculum. New york, Department of Chemistry, Canisius College, Buffalo, httg//ublib.buffalo.edu/libraries/project/, cases/curiculum.html K?r Mct Pel Scl' sn) Sut Uni Wir Camp, Gwendi, ProblemBased Learning: A Paradigm Shift or A Passrng Fad?*, The University of rexas Medical Branch, 1 gg6, utmb.edu/meo/f htm, Duch, Barbara J, Centre for Teaching Effectiveness, Prob lem: A Key Factor ln Probtem Based Le arn i n g http ://www. udel. edu/pbl/cteisprg6phys. htm I (onferensi Nasional ttspjurusan Anitektur Universitas l(rilnn 'ffi$

13 e.crayani Bisatya W. Maer dan Esterlita Devi Hendrayani CASF.BASED DAN PFOBL EMBASED LEAR,NING /aknya (deep andiri) lrsegi retoda untuk ingkat ruktur Engel, Heino, Measure And construction of rhe Japanese House, r Vermont/Tokyo, Tuttle 'vvvv' Yvrrrrvrrt/ rl Company, charres E Finucane, Paul M, Johnsin, steve M, Pricleaux, David, Medical Education. problembased Learning: lts Rationate Ano Efficacy, school of Medicine, iacutty of Health science, Flinder Uni 'rersityofsouthaustralia,adelaide,sa(o7/08/gal gemp/gemotext/pbl*staff.html ' '.""'rlrr' lvvrv'vvu'l( Greening, Tony' Scaffotdrng ForsrJccess ln ProblemBased Learning*, Australia, School of lnformation Technology and Mathematical sciences The University cf Ballarat, Harrison, lan' Case Base,?easoning, CBR Newsletter German sosietyfor Computer Science managed by Dietmar Janetzko of Univ. of Freiburg and Satefan W.r, "f l;;;;";;;;; retrieved, http ://wwrv. aiai. ed. ac. u k/r in ks/cbr. htm r, (go t s t gz) ttt"^'$:9lll:jf:ill9.i:9 srudrgs tn.sc.ience, A Novet Method or science Education,lee4, Jurusan Arsitektur, Fakultas Tgknik sipit oun Perencanaan Universitas Kristen petra Surabaya; Buku Pedoman Jurusan Arsitektu i, 2OO1 Kardos,Geza, Engineering Cases in the C/assroom, ottawa, procceedings of the National conference on Engineering case studies, carleton University, Maret 1g7g, <an di di setuhan etode Team )ngan McBride, Jacquelin spagler, rhe case Method in Architecture Educatlon, Journal of Architectural Education (JAE 97lg,4),1994, halaman 10_11 Peters, F', Repott of.an ongoing Experimenf case sfudies in construction as Examples of Theoretical Approaches to Teaching Technotogy in Architecture,Journal of Architectural Education (JAE 3gl4),19g6, l,alaman 1121 schodek, Daniel, sfrucrures, New Jersey, prenticehalr, lnc. Engelewood, 1gB0 Snyder, James C & AnthonyJ. Catanese, lntroduction To Architecture, Newyork, 1979 tektur, itektur tq i<, De 'oject/ suparno, Paul, Filsafat Konstruktivis,ne Dalam Pendidikan, yogyakarta, penerbit Kanisius, 1gg7. Universitas lndonesia, Pendidikan Arsitektur Meniti Masa Depan, Jakarta, prosiding Makalah Seminar Nasional Wiryawan, Sri Anitah dan Th, Noorladi, Strategi Betajar Mengajar,Materi pokok pmakg170/ 3sks/modul 19, Jakarta, Deprartemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka rersity Siised,r@ l(onferensi llasional ffspjurusanarsitekturuniversitas Kristen petra 67,,,\

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL MATERI 4 STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL (STUDENT CENTERED LEARNING) Susbstansi: 1. TCL vs SCL 2. Ragam Pembelajaran SCL 3. Kemampuan yg diperoleh Mhs menurut model 4. Apa yg hrs dilakukan oleh: a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia saat ini umumnya disusun tidak mengikuti taksonomi dimensi pengetahuan yang akan dicapai

Lebih terperinci

Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT)

Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT) Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT) RANGKUMAN I Wayan Warmada Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi FT-UGM 1 Apa dan bagaimana? PBL adalah metode belajar yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu tujuan dari pendidikan pada era modern saat ini adalah untuk mengajarkan siswa bagaimana cara untuk mendapatkan informasi dari suatu penelitian, bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah diterapkan pada perguruan tinggi di dunia termasuk di Indonesia. Berbagai model telah banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)

Lebih terperinci

yahoo.com

yahoo.com endrotomoits@ yahoo.com endrop3ai@ its.ac.id endrotomoits@yahoo.com endrotomoits@yahoo.com endrotomoits@yahoo.com KEMAMPUAN APA YANG BISA DIHASILKAN DENGAN CERAMAH/ KULIAH Mendengarkan Mencatat yang ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017 VEE DIAGRAM DIPADU CONCEPT MAP SEBAGAI ALAT KONSEPTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA Handayani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan handa_yani08@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR 577 PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR Budi Utami 1), Sugiharto 1), Nurma Yunita Indriyanti 1) 3) Program Studi Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

Model pembelajaran dengan pendekatan SCL

Model pembelajaran dengan pendekatan SCL Modul 6 Model pembelajaran dengan pendekatan SCL 1. Small Group Discussion 2. Role-Play & Simulation 3. Case Study 4. Discovery (DL) 5. Self-Directed (SDL) 6. Cooperative (CL) 7. Collaborative (CbL) 8.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA

PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA Agustiningsih, S.Pd.,M.Pd. Dosen PGSD FKIP Universitas Jember Abstrak Latar belakang dilakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN TEORI INSIGHT IN LEARNING PRESPEKTIF WOLFGANG KOHLER DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

BAB IV PENERAPAN TEORI INSIGHT IN LEARNING PRESPEKTIF WOLFGANG KOHLER DALAM PEMBELAJARAN FIQIH BAB IV PENERAPAN TEORI INSIGHT IN LEARNING PRESPEKTIF WOLFGANG KOHLER DALAM PEMBELAJARAN FIQIH Siswa belajar dengan baik, apabila guru mengembangkan, memodifikasi dan menyesuaikan kurikulum dengan kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas kesehatan khususnya memberikan asuhan pelayanan kepada pasien yang meliputi kebutuhan biologis, psikologis, sosiokultural

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku peserta didik agar menjadi manusia dewasa yang hidup mandiri. Pendidikan tidak hanya mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era globalisasi ini. Selain itu, dengan adanya pasar bebas AFTA dan AFLA serta APEC tentu saja telah

Lebih terperinci

Tim Pengembang Kurikulum DIKTI

Tim Pengembang Kurikulum DIKTI Tim Pengembang Kurikulum DIKTI Pengertian pembelajaran PENDIDIK INTERAKSI SUMBER BELAJAR PESERTA DIDIK PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA DOSEN/ GURU PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA MAHASISWA MENGAPA HARUS STUDENT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Problem-Based Learning a. Pengertian Problem-Based Learning Problem-Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan

Lebih terperinci

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR TUGAS MERANCANG 1. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Tugas Merancang 1

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR TUGAS MERANCANG 1. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Tugas Merancang 1 BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR TUGAS MERANCANG 1 oleh Tim Dosen Mata Kuliah Tugas Merancang 1 Fakultas Teknik Universitas Indonesia Maret 2016 DAFTAR ISI PENGANTAR BAB 1 INFORMASI UMUM 4 BAB 2 KOMPETENSI

Lebih terperinci

Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkalian Bilangan. Eny Handayani

Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkalian Bilangan. Eny Handayani Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkalian Bilangan Eny Handayani SDN Kepanjenkidul 2 Kota Blitar Email: enyhandayani@yahoo.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan potensi dan ketrampilan. Di antaranya meliputi, pengajaran keahlian khusus, pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan suatu wadah untuk membangun generasi penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) Standard Operating Procedure FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 07 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen :

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) Definisi/Konsep Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih lemahnya proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Definisi/Konsep

Lebih terperinci

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Yerizon Jurusan Matematika FMIPA UNP Padang E-mail: yerizon@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING

21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING PERUBAHAN PEMBELAJARAN DARI TEACHER CENTERED LEARNING MENJADI STUDENT CENTERED LEARNING MENGAPA HARUS MELAKUKAN PERUBAHAN PEMBELAJARAN? APAKAH DENGAN SISTIM PEMBELAJARAN YANG BIASA DILAKUKAN SUDAH DIANGGAP

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba model, dan uji validasi model, serta pembahasan penelitian,

Lebih terperinci

TEAM TEACHING I T S-SURABAYA PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN & AKTIFITAS INSTRUKSIONAL (P3AI)

TEAM TEACHING I T S-SURABAYA PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN & AKTIFITAS INSTRUKSIONAL (P3AI) Syamsul Arifin syamp3ai@its.ac.id www.its.ac.id HP:081-2354-2233 TEAM TEACHING PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN & AKTIFITAS INSTRUKSIONAL (P3AI) I T S-SURABAYA written simulations oral narrative videos electronic

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pergeseran paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia dari pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered learning/tcl) kearah pembelajaran berpusat pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan

Lebih terperinci

MEMILIH METODE/BENTUK/MODEL PEMBELAJARAN

MEMILIH METODE/BENTUK/MODEL PEMBELAJARAN Modul 6 MEMILIH METODE/BENTUK/ PEMAN KEMAMPUAN YANG HARUS DICAPAI CERAMAH SEMINAR / DISKUSI METODE/ PEMAN PRAKTIKUM PROBLEM BASE LEARNING PROJECT BASE LEARNING COLLABORATIVE LEARNING SIMULASI. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan suatu negara. Maju tidaknya suatu negara tergantung dari kualitas pendidikan di dalamnya. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

Pergeseran Paradigma Pendidikan Tinggi. PAU-PPI, Universitas Terbuka 2008

Pergeseran Paradigma Pendidikan Tinggi. PAU-PPI, Universitas Terbuka 2008 Pergeseran Paradigma Pendidikan Tinggi PAU-PPI, Universitas Terbuka 2008 Learning is a treasure that will follow its owner everywhere.. (chinese proverb) Our Motto Pergeseran Paradigma Pendidikan Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global saat ini, menuntut perguruan tinggi untuk menyesuaikan tuntutan dunia kerja, alasan ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut

Lebih terperinci

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo Abstrak: Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat Kelompok

Lebih terperinci

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: NUR EKA KUSUMA HINDRASTI K4307041 FAKULTAS

Lebih terperinci

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DIPADU DENGAN EKSPERIMEN TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: AGASTA IKA WULANSARI

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA ( K.B.S.I. ) STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF Jakarta : Februari 2007 DAFTAR SINGKATAN IPDS KBSI KPS KKI PBL PPDS RS Pendidikan RS Jejaring WFME Institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar (Pembelajaran). Nilai yang baik menunjukkan bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. mengajar (Pembelajaran). Nilai yang baik menunjukkan bahwa proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai merupakan suatu indikasi keberhasilan suatu proses belajar mengajar (Pembelajaran). Nilai yang baik menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia yang berkarakter dan berkarakter merupakan bekal hidup yang perlu diperjuangkan untuk mencapai kesuksesan. Pencapaian ranah karakter seringkali hanya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di lingkungan pendidikan formal atau sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana

Lebih terperinci

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

* Keperluan korespondensi, tel/fax : , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 151-156 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015 PEMBELAJARAN ICARE (INRODUCTION, CONNECT, APPLY, REFLECT, EXTEND) DALAM TUTORIAL ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA UT Oleh: 1) Yumiati, 2) Endang Wahyuningrum 1,

Lebih terperinci

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember ISSN: 2407-2095 PENGGUNAAN AUTHENTIC ASESMENT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN MATH- EMATICS PROBLEM SOLVING PERFORMANCE MODELLING UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Nurcholif Diah Sri Lestari

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Arsitektur

Dokumen Kurikulum Program Studi : Arsitektur Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Arsitektur Fakultas : Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung Total Bidang Halaman Kode Akademik Dokumen dan Kemahasiswaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang selama ini berlangsung di Sekolah Dasar lebih menekankan pada pembelajaran yang bersifat ekspositori. Dimana siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

Keywords: Competency Based Curriculum, Small Group Discussion, Cognitive

Keywords: Competency Based Curriculum, Small Group Discussion, Cognitive PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) dengan SMALL GROUP DISCUSSION (SGD) UNTUK MENGUKUR KOGNITIF PADA MAHASISWA Dian Nur Adkhana Sari STIKES Surya Global Dian.adkhana@gmail.com ABSTRAK Kurikulum

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS PBL UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH PENGETAHUAN ALAT PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN MAHASISWA PRODI TATA BOGA

PEMBELAJARAN BERBASIS PBL UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH PENGETAHUAN ALAT PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN MAHASISWA PRODI TATA BOGA PEMBELAJARAN BERBASIS PBL UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH PENGETAHUAN ALAT PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN MAHASISWA PRODI TATA BOGA Siti Wahidah (Dosen Prodi Tata Boga FT Unimed) Abstrak

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DILENGKAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penerapan ilmu pengetahuan kepada siswa, dalam proses pendidikan perlu diadakan suatu strategi pembelajaran, penggunaan metode, media

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang senantiasa hadir pada setiap

1. BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang senantiasa hadir pada setiap 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan mata pelajaran yang senantiasa hadir pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Berdasarkan PP Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mencerdaskan dan membudayakan manusia serta mengembangkannya menjadi sumber daya yang berkualitas. Berdasarkan UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya

Lebih terperinci

MATERI 2. copyright: dit.akademik.ditjen dikti

MATERI 2. copyright: dit.akademik.ditjen dikti MATERI 2 MEMILIH METODE PEMAN PROGRAM OUTCOMES MACAM METODE KOMPETENSI (contoh) KULIAH SEMINAR / DISKUSI / PRESENTASI PRAKTIKUM / STUDI LAPANGAN Computer Aided MANDIRI Kemampuan komunikasi? Penguasaan

Lebih terperinci