STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A14105662"

Transkripsi

1 STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : DIAN HERYANTO A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN DIAN HERYANTO. Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 Pada PT Jakarana Tama Food Industry, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (di bawah bimbingan YUSALINA). Sektor Industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada tahun 2006 lebih dari 28,05 persen pembentukan PDB adalah dari sektor industri, sedangkan sektor pertanian hanya mencapai 12,90 persen. Perkembangan sektor industri didorong oleh jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat. Seiring dengan bertambahnya penduduk Indonesia, maka tingkat konsumsi terutama produk pangan juga bertambah. Pengeluaran berupa konsumsi penduduk Indonesia sebagian besar dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Meskipun konsumsi makanan mengalami penurunan (Tahun 2004, 2005 dan 2007), akan tetapi secara keseluruhan rata-rata konsumsinya lebih besar (53,02 persen) jika dibandingkan dengan kebutuhan lainnya (46,98 persen). Salah satu industri makanan yang berpotensi terus berkembang adalah industri Mie Instant. Tahun , konsumsi Mie Instant rata-rata jumlahnya paling tinggi (97,56 persen) dibandingkan makanan lain yang sejenis, seperti Mie basah (0,04 persen), Mie kering (1,21 persen), dan Bihun (1,19 persen). Selain dilihat dari tingkat konsumsi dalam negeri, Mie Instant juga berpotensi dipasaran ekspor makanan. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap Mie Instant yang menyebabkan bertambahnya jumlah produsen Mie Instant di indonesia, akan menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Untuk menghadapi persaingan tersebut produsen memerlukan strategi pemasaran yang tepat dalam mengelola dan memasarkan produknya. Hal ini dilakukan oleh beberapa produsen Mie Instant di Indonesia, salah satunya adalah PT Jakarana Tama Food Industry (JTFI). Pangsa pasar PT JTFI saat ini masih rendah dan cenderung terus menurun. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PT JTFI, volume penjualan Mie Instant merek Gaga Mie 100 dari periode mengalami penurunan. Segmen pasar yang dipilih oleh PT JTFI untuk produk Gaga Mie 100 adalah konsumen menengah ke bawah. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT JTFI meliputi strategi produk, harga, tempat, dan promosi. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini antara lain: (1) Merumuskan prioritas strategi pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 yang tepat. (2) Mengkaji implikasi prioritas strategi pemasaran yang tepat tersebut terhadap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Dalam penelitian ini strategi pemasaran difokuskan hanya pada produk Mie Instant. Pengamatan mengenai strategi pemasaran dilakukan pada semua bagian yang terkait dengan pemasaran produk, serta yang menjadi responden adalah yang benar-benar mengerti tentang masalah yang diteliti, yaitu kaitannya dengan strategi pemasaran.

3 Penelitian ini dilaksanakan di PT JTFI, yang berlokasi di Jl. Raya Ciawi- Sukabumi km 2,5 No.88 Ciawi, Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode Pengolahan dan analisis dilakukan secara deskriptif dan dengan menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA). Penyusunan hirarki prioritas strategi pemasaran yang disesuaikan dengan hasil pengamatan di lapangan dibagi menjadi empat tingkatan. Tingkat 1 sebagai fokus prioritas strategi pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI, tingkat 2 prioritas tujuan strategi pemasaran yaitu meningkatkan pejualan, menghadapi persaingan, dan meningkatkan keuntungan. Tingkat 3 sebagai prioritas strategi bauran pemasaran, yaitu strategi produk, harga, tempat, dan promosi. Tingkat 4 sebagai sub faktor strategi bauran pemasaran yang terdiri dari kualitas produk, kuantitas produk, desain kemasan produk, merek produk (strategi produk); harga produk berdasarkan biaya operasional, harga produk berdasarkan segmentasi konsumen, harga produk berdasarkan harga produk pesaing (strategi harga); kemudahan mendapatkan produk, ketersediaan produk, dan kebersihan tempat (strategi tempat/saluran distribusi); iklan televisi, iklan reklame, potongan harga/discount, peragaan/demo, pemberian hadiah, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung (strategi promosi). Pada pengolahan vertikal tingkat dua memiliki rasio inkonsistensi 0,00 (nol persen), artinya sudah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi di bawah 10 persen. Prioritas pertama adalah tujuan meningkatkan penjualan (0,612), prioritas kedua : meningkatkan keuntungan (0,243), dan prioritas ketiga : menghadapi persaingan (0,145). Hasil pengolahan vertikal tingkat tiga sudah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi, nilainya 0,00 (nol persen). Berdasarkan hasil pengolahan, yang menjadi prioritas pertama adalah strategi produk (0,313), prioritas kedua : strategi harga (0,276), prioritas ketiga : strategi promosi (0,245), dan prioritas keempat : strategi tempat (0,166). Rasio inkonsistensi hasil pengolahan vertikal tingkat empat sudah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi, nilainya 0,01 (satu presen). Prioritas pertama untuk strategi produk : kualitas produk (0,122), strategi harga : harga produk pesaing (0,091), strategi promosi : iklan di televisi (0,091), strategi tempat/saluran distribusi : kemudahan mendapatkan produk (0,061). Implikasi yang akan terjadi terhadap pemilihan prioritas strategi tersebut antara lain bertambahnya anggaran biaya serta lebih ketatnya pengawasan mutu produk. Anggaran biaya yang bertambah, meliputi biaya penambahan volume produksi untuk mendukung peningkatan penjualan, biaya promosi, dan penyediaan sarana dalam pendistribusian produk.

4 STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : DIAN HERYANTO A SKRIPSI Skripsi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul Skripsi Nama NRP : Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 Pada PT Jakarana Tama Food Industry, Kabupaten Bogor, Jawa Barat : Dian Heryanto : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dra. Yusalina, M.Si. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus : 25 Agustus 2008

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN UNTUK SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2008 Dian Heryanto A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat, pada tanggal 21 September 1982 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Bapak Ujun Junaedi dan Ibu Aah. Pada Tahun 1989, masuk sekolah di SD Negeri Padabeunghar, Kabupaten Sukabumi. Kemudian pada Tahun 1995 melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 1 Kota Sukabumi, dan pada Tahun 1998 kembali melanjutkan sekolah di SMU Negeri 1, Kota Sukabumi. Pada tahun 2001 diterima di Program Diploma Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada Tahun Setelah lulus dari pendidikan Diploma, langsung bekerja di beberapa perusahaan, antara lain pada PT Jakarana Tama Food Industry sebagai Quality Control Staff, PT Yupi Indo Jelly Gum dan PT Belfoods Indonesia sebagai Quality Assurance Staff. Pada Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan S1 Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus Tahun 2008.

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Judul Skripsi ini adalah Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 Pada PT Jakarana Tama Food Industry, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan dari skripsi ini adalah merumuskan prioritas strategi pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 yang tepat, serta mengkaji implikasi prioritas strategi pemasaran tersebut terhadap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Secara keseluruhan penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Akhir kata, semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri umumnya bagi pihak-pihak yang memerlukan. Bogor, Agustus 2008 Dian Heryanto A

9 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur kembali dipanjatkan bagi Allah SWT, karena atas kehendak-nyalah skripsi ini bisa diselesaikan pada tempat dan waktu yang direncanakan. Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan penghormatan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil, yaitu kepada : 1. Kedua orang tua tercinta Bapak Ujun Junaedi dan Ibu Aah yang dengan tulus telah memberikan contoh nilai-nilai kebaikan dan kerja keras yang dapat saya tauladani. 2. Dra. Yusalina, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS sebagai dosen evaluator dan penguji yang telah memberikan koreksi dan masukan untuk kesempurnaan penelitian skripsi ini. 4. Tintin Sarianti, SP sebagai dosen komisi akademik yang telah memberikan koreksi dan masukan untuk kesempurnaan penelitian skripsi ini. 5. Manajemen PT Jakarana Tama Food Industry: Ibu Yus Elidawati, Bapak Dody, Bapak Acong, dan Bapak Condro, atas kesempatan yang telah diberikan. 6. Manajemen PT Belfoods Indonesia dan PT Yupi Indo Jelly Gum, terima kasih atas kesempatan untuk mendapatkan pengalaman kerja yang bermanfaat.

10 7. Keluarga besarku di Jampang, Segog, dan Bogor, terima kasih atas dukungannya. Khusus untuk tambatan hati tercinta Lee yang telah mencurahkan kasih sayangnya. 8. Teman-teman Ekstensi MAB-14 : Aputz, Harry, Arfan, Edi, Indra, Habib, Boy, Hamid, Hendri Aceh, Nora, Sandra, Teh Siti, dan Bu Leli, terima kasih atas kebersamaannya. 9. Semua staff sekretariat Ekstensi MAB terima kasih atas bantuannya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyelesaian skripsi ini. Semoga segala kebaikannya akan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Produk Mie Instant Penelitian Terdahulu Studi Mengenai Pemasaran Studi Mengenai Mie Instant Perbedaan Studi Terdahulu dengan Penelitian Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 Pada PT JTFI, Kabupaten Bogor-Jawa Barat III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi Strategi Definisi dan Konsep Pemasaran Strategi Pemasaran Strategi Bauran Pemasaran Produk (Product) Harga (Price) Tempat (Place) Promosi (Promotion) Kerangka Pemikiran Operasianal IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Model Proses Hirarki Analitik Sistem Hirarki Keputusan Definisi Operasional... 41

12 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan Ketenagakerjaan Lokasi Perusahaan Struktur Organisasi VI. ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN GAGA MIE 100 PT JTFI Penentuan Hirarki Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 JTFI Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Untuk Prioritas Tujuan Gaga Mie 100 PT JTFI Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Pemasaran Untuk Tujuan Meningkatkan Penjualan Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Pemasaran Untuk Tujuan Menghadapi Persaingan Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Pemasaran Untuk Tujuan Meningkatkan Keuntungan Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Untuk Prioritas Tujuan Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Pemasaran Perumusan Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Implikasi Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 77

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun Persentase Konsumsi Rata-Rata Penduduk Indonesia Per Kapita Per Bulan Tahun Persentase Struktur Industri di Indonesia Tahun Konsumsi Mie Instant, Mie Basah, Mie kering, dan Bihun Rata-Rata Per Minggu Penduduk Indonesia Tahun Volume Ekspor Mie Instant Tahun Volume Penjualan Mie Instant PT JTFI Tahun Komposisi Gizi Mie dan Nasi Syarat Mutu Mie Instant Nilai Skala Banding Berpasangan Matriks pendapat Individu (MPI) Matriks Pendapat Gabungan (MPG) Nilai Indeks Acak Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Tujuan Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Meningkatkan Penjualan Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Meningkatkan Penjualan Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Menghadapi Persaingan Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Menghadapi Persaingan Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Meningkatkan Keuntungan Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Meningkatkan Keuntungan Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Tujuan Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Pemasaran Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Daftar Harga Mie Instant Rasa Soto di Pasar Swalayan Giant Pangrango Plaza-Bogor Per Tanggal 25 Juli

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan Strategi Pemasaran Bagan Hasil Analisis Horizontal Bagan Hasil Analisis Vertikal... 66

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Foto Produk Mie Instant Kuesioner Matriks Berpasangan Kuesioner Gambaran Umum Perusahaan Denah Bangunan PT JTFI Ciawi-Bogor Tahun Struktur Organisasi PT JTFI Tahun Hirarki Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Dua (Prioritas Tujuan Strategi Pemasaran) Gaga Mie 100 PT JTFI Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Tiga (Prioritas Strategi Bauran Pemasaran) Gaga Mie 100 PT JTFI Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Empat (Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran ) Gaga Mie 100 PT JTFI untuk Tujuan Meningkatkan Penjualan Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Empat (Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran ) Gaga Mie 100 PT JTFI untuk Tujuan Menghadapi Persaingan Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Empat (Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran ) Gaga Mie 100 PT JTFI untuk Tujuan Meningkatkan Keuntungan Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI

16 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik (2007) menunjukkan pada tahun 2006 lebih dari 28,05 persen pembentukan PDB adalah dari sektor industri, sedangkan sektor pertanian hanya mencapai 12,90 persen. Perkembangan sektor industri didorong oleh jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat. Berdasarkan sensus BPS (2007), pertambahan jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Peningkatan (%) , ,52 Sumber : BPS, 2007 (diolah) Seiring dengan bertambahnya penduduk Indonesia, maka tingkat konsumsi terutama produk pangan juga bertambah. Produk pangan atau makanan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi karena termasuk kebutuhan pokok. Pada Tabel 2 dapat diketahui persentase konsumsi kebutuhan makanan terhadap total kebutuhan.

17 Tabel 2. Persentase Konsumsi Rata-Rata Penduduk Indonesia Per Kapita Per Bulan Tahun Tahun (%) Rata-Rata Kelompok Barang (%) Makanan 56,89 54,59 51,37 53,01 49,24 53,02 Bukan Makanan 43,11 45,41 48,63 46,99 50,76 46,98 Total Sumber : BPS, 2008 (diolah) Pengeluaran berupa konsumsi penduduk Indonesia sebagian besar dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Meskipun konsumsi makanan mengalami penurunan (Tahun 2004, 2005 dan 2007), akan tetapi secara keseluruhan rata-rata konsumsinya lebih besar (53,02 %) jika dibandingkan dengan kebutuhan lainnya (46,98 %). Berdasarkan tingkat konsumsi makanan yang cukup tinggi, para investor baik dalam maupun luar negeri tertarik untuk menanamkan modalnya pada sektor industri makanan. Ketertarikan investor pada industri makanan dilihat dari besarnya persentase sektor industri makanan dalam struktur industri di Indonesia. Persentase sektor industri tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Struktur Industri di Indonesia Tahun Sektor Persentase (%) Industri Rata-Rata Makanan dan Minuman 21,72 22,42 22,78 22,31 Pakaian Jadi 9,26 9,22 9,27 9,25 Tekstil 9,10 9,13 9,33 9,19 Furnitur 9,13 8,95 8,99 9,02 Barang galian bukan logam 7,47 7,28 7,35 7,37 Karet dan Plastik 6,99 7,16 7,13 7,09 Industri lainnya 36,33 35,84 35,15 35,77 Total Sumber : BPS, 2006 (diolah)

18 Berdasarkan Tabel 3, sektor industri makanan menempati urutan pertama dalam struktur industri Indonesia. Rata-rata dari tahun 2003 sampai 2005 sekitar 22,31 % sektor industri bergerak di bidang makanan. Dengan demikian, persaingan bisnis di sektor makanan cukup tinggi. Salah satu industri makanan yang berpotensi terus berkembang adalah industri Mie Instant. Tahun , konsumsi Mie Instant rata-rata jumlahnya paling tinggi (97,56 %) dibandingkan makanan lain yang sejenis, seperti Mie basah (0,04 %), Mie kering (1,21 %), dan Bihun (1,19 %). Perbandingan tingkat konsumsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Konsumsi Mie Instant, Mie Basah, Mie kering, dan Bihun Rata-Rata Per Minggu Penduduk Indonesia Tahun Persentase (%) Jenis Makanan Rata- Rata Mie Instant 96,27 97,21 96,91 98,20 98,63 98,14 97,56 Mie Basah 0,06 0,03 0,04 0,04 0,03 0,01 0,04 Mie Kering 1,68 1,08 1,59 1,14 0,90 0,85 1,21 Bihun 1,99 1,68 1,46 0,62 0,44 1,00 1,19 Total Sumber : BPS, 2008 (diolah) Besarnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap Mie Instant disebabkan adanya anggapan bahwa makanan ini sebagai makanan pokok pengganti nasi. Penyebab lain peningkatan konsumsi Mie Instant adalah cita rasanya bisa diterima dibandingkan jenis makanan sereal dan cracker. Selain dilihat dari tingkat konsumsi dalam negeri, Mie Instant juga berpotensi dipasaran ekspor makanan. Volume ekspor untuk Mie Instant periode tahun mengalami peningkatan (Tabel 5). Volume ekspor yang meningkat bisa menjadi tolak ukur bahwa produk Mie Instant dalam negeri cukup diterima oleh konsumen luar negeri.

19 Tabel 5. Volume Ekspor Mie Instant Tahun Tahun Volume Ekspor Peningkatan (Kg) (%) , ,85 Sumber : BPS, 2008 (diolah) Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap Mie Instant yang menyebabkan bertambahnya jumlah produsen Mie Instant di Indonesia, akan menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Untuk menghadapi persaingan tersebut produsen memerlukan suatu strategi, salah satunya adalah strategi pemasaran yang tepat dalam mengelola dan memasarkan produknya. Strategi pemasaran merupakan salah satu faktor penting untuk membawa perusahaan pada posisi stabil dalam persaingan yang semakin kuat, agar mampu bertahan dan mampu meningkatkan usahanya sehingga mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. Hal ini dilakukan oleh beberapa produsen Mie Instant di Indonesia, salah satunya adalah PT Jakarana Tama Food Industry (JTFI). Selain memproduksi Mie Instant merek Gaga Mie 100, PT JTFI juga memproduksi Mie Instant merek lain dan produk makanan lain, seperti Michio, Mie Soun (Mie Instant), dan Gaga Saradines, Gaga Sambel dan lain-lain (produk selain Mie Instant). Gaga Mie 100 merupakan produk unggulan PT JTFI dengan jumlah produksi 60 persen dari keseluruhan produk.

20 1. 2 Perumusan Masalah Berdasarkan peningkatan konsumsinya, pasar Mie Instant pun mengalami peningkatan. Perputaran bisnis Mie Instant sampai tahun 2007 diperkirakan mencapai Rp 11 triliun. 1 Perkembangan industri Mie Instant ditandai dengan munculnya berbagai merek baru setelah Indomie (Indofood), yaitu : Mie Sedaap (Grup Wings); Kare, Selera Rakyat (Grup Orang Tua); ABC (PT ABC President); Gaga Mie 100 (PT Jakarana Tama Food Industry); Alhamie (PT Olaga Sukses Mandiri); Salam Mie (PT Sentrafood) dan sebagainya. Contoh produk Mie Instant dapat dilihat pada Lampiran 1. Tingkat persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat menyebabkan kepemimpinan suatu perusahaan, produk atau merek tertentu tidak akan selamanya stabil. Adanya produk-produk lain yang sejenis, seperti Mie basah, Mie Kering, dan Bihun juga cukup mempengaruhi persaingan bisnis Mie Instant. Departemen Perindustrian Republik Indonesia menyebutkan bahwa hingga tahun 2008 ini, tercatat ada 312 perusahaan yang bergerak di sektor industri sejenis Mie. 2 PT Indofood Sukses Makmur sebagai produsen Mie Instant terbesar di Indonesia, menguasai 80 persen dari keseluruhan pangsa pasar Mie Instant dalam negeri (Tahun 2002). Pada tahun 2005, sekitar 20 persen pangsa pasar sudah dikuasai oleh Mie Sedaap (Grup Wings) dan 10 persen lainnya oleh Gaga Mie (PT Jakarana Tama Food Industry), Salam Mie (PT Sentrafood), Kare, Selera Rakyat 1 Dyah HP. Kare ditengah Jorjoran Mi Instan. Hal Juni Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Industri Makaroni, Mie, Spageti, Soun Juni 2008.

21 (Grup Orang Tua), Alhamie (PT Olaga Sukses Mandiri), ABC (PT ABC President), dan lain-lain. 3 Berdasarkan informasi tersebut, pangsa pasar PT JTFI untuk produk Gaga Mie 100 saat ini masih rendah. Segmen pasar yang dipilih oleh PT JTFI untuk produk Gaga Mie 100 adalah konsumen menengah ke bawah. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT JTFI meliputi strategi produk, harga, tempat, dan promosi. Pada awalnya strategi produk yang dilakukan PT JTFI adalah dengan menawarkan ukuran/berat Mie yang lebih besar, dengan harga yang ditawarkan relatif sama. Berat Mie Gaga Mie 100 adalah 100 gram, sedangkan berat Mie Instant lain seperti Indomie sekitar 70 gram. Strategi ini cukup efektif, terbukti pada tahun Gaga Mie 100 cukup booming di pasaran. Pada tahun 2004 muncul Mie Sedaap sebagai pendatang baru dengan menawarkan produk Mie yang beratnya diantara merek Indomie dan Gaga Mie 100, yaitu sekitar 90 gram. Produk dengan berat di atas Indomie, meskipun beratnya sedikit di bawah Gaga Mie 100, dengan harga lebih murah dan promosi besar-besaran yang dilakukan oleh Mie sedaap, pangsa pasar Indomie, Gaga Mie 100 serta merek lainnya mengalami penurunan. Pada tahun , terjadi kenaikan harga bahan baku Mie Instant. Untuk menutupi biaya operasionalnya, PT JTFI menaikkan harga jual Gaga Mie 100 di pasaran. Meskipun harga bahan baku Mie Instant yang naik, harga jual Mie Instant untuk merek tertentu yang menjadi pesaing Gaga Mie 100, seperti Indomie 3 Sapto Anggoro. Fotokopi Bisnis. Bisnishttp:// articleread/tahun/2006/bulan/4/tgl/11/time/194936/idnews/ Juni 2008.

22 dan Mie Sedaap tidak menaikan harga jualnya di pasaran. Agar harga Gaga Mie 100 tetap bersaing di pasaran, maka harga jualnya terpaksa diturunkan, akan tetapi beratnya juga diturunkan secara bertahap yaitu dari 100, 92, sampai 88 gram. Strategi tempat/saluran distribusi dalam memasarkan produknya meliputi empat tahap. Tahap pertama melalui tiga distributor, yaitu distributor utama, sub distributor, dan POS (Priority Outlet Service). Tahap selanjutnya adalah grosir, retail 1, retail 2, dan konsumen akhir. Promosi yang dilakukan yaitu dalam bentuk iklan, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat. Pada tahun 2001 dan 2004 pernah melakukan promosi melalui iklan di televisi, dan pada tahun pernah terbit dalam jurnal halal LPPOM-MUI. Promosi penjualan yang dilakukan berupa pemberian Quantity Discount, serta penjualan dengan adanya demo produk dalam acaraacara tertentu. Dalam membina hubungan dengan masyarakat, PT JTFI memberikan bantuan setiap bulannya melalui suatu yayasan. Sejak akhir tahun 2005, strategi promosi yang dilakukan oleh PT JTFI sampai dengan tahun 2007 kurang begitu mendominasi jika dibandingkan dengan Mie Sedaap (Grup Wings) yang melakukan promosi besar-besaran. Data Nielsen Media Research menyebutkan untuk tahun 2007 Mie Sedaap menghabiskan dana sekitar Rp.33,9 Milyar untuk belanja promosi. Sumber SWA juga menyebutkan Mie Sedaap (Grup Wings) mengeluarkan dana tidak kurang dari Rp 50 milyar untuk promosi. 4 4 Dyah HP. Mendongkrak Ekuitas Merek di Pasar hiperkompetitif. swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=6297f. 26 Juni 2008.

23 Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PT JTFI, volume penjualan Mie Instant merek Gaga Mie 100 dari periode mengalami penurunan. Penurunan volume penjualan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Volume Penjualan Mie Instant PT JTFI Tahun Tahun Total Penjualan (Karton) Penurunan (%) , , ,72 Sumber : PT JTFI, 2008 (diolah) Berdasarkan uraian tersebut, maka penerapan strategi pemasaran yang dilakukan PT JTFI belum optimal. Dengan demikian, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana prioritas strategi pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 yang tepat untuk mencapai tujuan dari perusahaan? 2. Bagaimana implikasi prioritas strategi pemasaran tersebut terhadap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya? 1. 3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini antara lain: 1. Merumuskan prioritas strategi pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 yang tepat. 2. Mengkaji implikasi prioritas strategi pemasaran yang tepat tersebut terhadap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

24 1. 4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan bagi pihak PT JTFI dalam penerapan strategi pemasaran produknya. 2. Memberikan gambaran pada masyarakat mengenai perkembangan industri Mie Instant serta perkembangan industri makanan secara umum. 3. Memberikan gambaran bagi para pengusaha atau investor mengenai peluang bisnis industri Mie Instant dan industri makanan untuk dikembangkan. 4. Bagi penulis penelitian ini sebagai pembelajaran praktis dilapangan serta menambah pemahaman tentang strategi pemasaran Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini strategi pemasaran difokuskan hanya pada produk Mie Instant. Pengamatan mengenai strategi pemasaran dilakukan pada semua bagian yang terkait dengan pemasaran produk, serta yang menjadi responden adalah yang benar-benar mengerti tentang masalah yang diteliti, yaitu kaitannya dengan strategi pemasaran.

25 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Produk Mie Instant Mie Instant ditemukan pertama kali di Jepang oleh seorang imigran dari Taipeh bernama Momofuku Ando 50 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 25 Agustus 1958 Ando mengumumkan bahwa ia berhasil menyempurnakan metode penggorengan kilatnya sekaligus menandai terciptanya Mie Instan. Selanjutnya, Ando memberi nama produk tersebut sebagai Chikin Ramen, yang berarti Mi Rasa Ayam. Ayam dalam bahasa Jepang adalah Chickin, sedangkan Ramen merupakan salah satu Mie khas Jepang. 5 Definisi Mie Instant menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No adalah produk makanan yang dibuat dari adonan tepung terigu atau tepung beras dan tepung lainnya. Komposisi nilai gizi Mie sendiri hampir sama dengan nasi. Kandungan gizi Mie Instant dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Komposisi Gizi Mie dan Nasi Komposisi Mie Kering Mie Basah Nasi Kalori (kal) Air (g) Protein 7,9 0,6 2,1 Lemak 11,8 3,3 0,1 Karbohidrat ,6 Kalsium (mg) Phospor Zat Besi 2,8 0,8 0,5 Vitamin (SI) Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Susanti (2006) 5 Wonderful Life. Momofuku Ando Penemu Mie Instan Modern Juni 2008.

26 Mie Instant yang diperdagangkan harus memenuhi standar mutu, agar memberi jaminan bagi kepuasan konsumen sebagai pengguna produk. Syarat mutu Mie Instant dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Syarat Mutu Mie Instant No Uraian Satuan Persyaratan 1 Keadaan : Tekstur Rasa Bau Warna Normal Normal Normal Normal 2 Benda asing Tidak ada 3 Keutuhan % Minimal 90 4 Kadar air : Proses penggorengan Proses pengeringan 5 Kadar Protein Mie dari terigu % b/b % b/b Maksimal 10 Maksimal 14,5 Mie bukan dari terigu % b/b % b/b Minimal Minimal 4 6 Bilangan asam Mg KOH/g minyak Maksimal 2 7 Cemaran logam : Timbal (pb) Raksa (Hg) mg/kg mg/kg Maksimal 2 Maksimal 0,05 8 Asam mg/kg Maksimal 0,5 9 Cemaran mikroba Angka lempeng total E. coli Salmonella Kapang Koloni/g APM/g Koloni/g Maksimal 1,0 x 10 6 < 3 Negatif per 25 g Maksimal 1,0 x 10 3 Sumber : Departemen Perindustrian SNI dalam Susanti (2006) Proses produksi Mie Instant secara umum dibagi menjadi tiga tahap yaitu persiapan bahan baku, proses produksi, dan penggudangan. Tahap persiapan meliputi penyaringan terigu dan pembuatan larutan alkali, tahap produksi meliputi pencampuran bahan baku, proses pencampuran larutan alkali, pengepresan, pengukusan, penggorengan, pendinginan, dan pengemasan. Produk Mie Instant yang siap dijual, disimpan di gudang penyimpanan produk akhir.

27 2. 2 Penelitian Terdahulu Studi Mengenai Pemasaran Farhani (2004), mengkaji tentang strategi pemasaran Mie Instant dengan judul penelitian Analisis Strategi Pemasaran Salam Mie (Studi Kasus : PT. Sentrafood Indonesia Corporation). Metode pengolahan dan analisis yang digunakan adalah analisis lingkungan internal dan ekternal (IFE dan EFE), matriks internal-eksternal (IE), dan matriks SWOT. Hasil penelitian berdasarkan matriks IFE yaitu perusahaan telah memiliki strategi yang baik untuk mengurangi kelemahan internal yang ada. Kualitas produk yang baik merupakan kekuatan utama perusahaan, serta pembagian segmentasi, target dan posisi pasar yang belum fokus menjadi kelemahan utama perusahaan. Berdasarkan hasil analisis matriks EFE, diketahui bahwa kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan mengatasi ancaman-ancaman yang dihadapi oleh perusahaan berada pada posisi rata-rata. Ancaman utama perusahaan adalah strategi pesaing intensif dan proaktif. Hasil matriks IE didapatkan posisi perusahaan berada pada sel V, yaitu dipertahankan dan pelihara (Hold and Maintain), sehingga strategi yang paling tepat untuk digunakan adalah penetrasi pasar dan perkembangan produk. Matriks SWOT yang merupakan perpaduan dari IFE dan EFE, diperoleh alternatif strategi yaitu melakukan pengembangan produk Salam Mie dengan mengadopsi teknologi yang sedang berkembang, meningkatkan penjualan ekspor, meningkatkan kembali promosi secara intensif dan berkesinambungan, memfokuskan segmentasi, target dan posisi produk di pasar, mengoptimalkan

28 jaringan distribusi, meningkatkan kualitas produk, mempertahankan pelanggan, melakukan niche marketing dan promosi below the line, serta melakukan integrasi ke depan dengan distributor yang juga sister company PT Sentrafood Indonesia. Agustini (2007), mengkaji tentang strategi pemasaran obat-obatan dan vitamin ternak, dengan judul penelitan Analisis Strategi Pemasaran 7P Obat- Obatan dan Vitamin Ternak pada PT Alco Company, Tanggerang, Banten. Metode pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa kegiatan strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT Alco Company adalah strategi bauran pemasaran dengan 7P, yaitu produk, harga, distribusi, promosi, orang, proses dan bukti fisik. Meningkatkan penjualan menjadi prioritas pertama yang menjadi tujuan perusahaan. Sari (2007), mengkaji tentang strategi pemasaran madu dengan judul penelitian Analisis Strategi Pemasaran Madu pada Pusat Pelebahan Nasional (PUSBAHNAS) Parung Panjang, Bogor. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan Proses Hirarki Analitik (PHA). Hasil penelitian tersebut adalah kekuatan utama perusahaan yaitu produk yang dijual beraneka ragam, baik rasa, ukuran maupun kemasannya. Kelemahan utama perusahaan adalah kegiatan promosi yang belum optimal. Peluang utama bagi perusahaan adalah permintaan madu luar negeri. Ancaman utama yang dihadapi perusahaan adalah pesaing aktif memiliki jalur distribusi yang kuat dan kapasitas yang besar. Posisi perusahaan pada matriks IE berada di sel II (tumbuh dan bina). Strategi yang tepat pada posisi tersebut adalah

29 strategi stabilitas yang terdiri dari penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh delapan alternatif strategi yang dapat digunakan perusahaan. Hasil olahan PHA diperoleh prioritas strategi pemasaran secara berturut-turut adalah : memperluas jalur distribusi, meningkatkan kegiatan produksi, aktif melakukan kegiatan pengembangan produk, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk, mendatangkan tenaga ahli pemasaran, efisiensi biaya produksi, optimalisasi volume produksi, dan kampanye untuk meningkatkan konsumsi madu. Ridwansyah (2008), mengkaji tentang strategi pemasaran rumah makan, dengan judul penelitian Strategi Pemasaran pada Rumah Makan Sate Kiloan Empuk Cibinong (Kasus Strategi Pemasaran pada Perusahaan Baru). Metode pengolahan dan analisis data menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA). Hasil penelitian ini antara lain karakteristik konsumen yang berkunjung yaitu masyarakat dari daerah sekitar Citeureup dan Cibinong, dominan kaum pria dari kelompok usia tahun dan sudah menikah. Atribut yang paling berpengaruh terhadap keputusan konsumen adalah cita rasa sop dan gulainya, serta keempukan satenya. Berdasarkan metode PHA, diperoleh prioritas strategi bauran pemasaran adalah mencapai tujuan pertumbuhan penjualan.

30 Studi Mengenai Mie Instant Tania (2004), mengkaji tentang respon konsumen, dengan judul penelitian Analisis Respon Konsumen terhadap Produk Mie Instant Merek Salam Mie Rasa Mi Goreng Jawa (Studi Kasus di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat). Metode pengolahan dan analisis data menggunakan Importance-Performance Analysis. Hasil penelitian menyebutkan bahwa atribut produk Salam Mie rasa Mi Goreng Jawa yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah rasa, penambahan vitamin dan mineral penting, serta promosi. Atribut yang telah memberikan kesesuaian tertinggi kepada responden adalah merek, kemudian diikuti dengan atribut kemudahan dalam memasak dan tekstur Mie. Alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk produk Mie Instant Salam Mie rasa Mi Goreng Jawa adalah strategi produk (meningkatkan cita rasa, menambah bumbu-bumbu, mempertahankan gizi Mie, memperjelas label nilai gizi pada kemasan, adanya izin dari Departemen Kesehatan, sertifikat halal, kebersihan produk, Mie tidak mudah rusak, kelengkapan bumbu, dan kemudahan memasak), strategi harga (mempertahankan tingkat harga sekarang dan kualitas produk), strategi promosi (iklan tentang promosi rasa, hadiah langsung, hubungan masyarakat, penempatan produk yang menarik), dan strategi distribusi (jaringan distribusi terkuat dan terbesar di semua tempat penjualan, meningkatkan penyediaan produk di warung dan pasar tradisional). Amirulloh (2005), mengkaji tentang keputusan pembelian konsumen Mie Instant, dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsumen dalam Keputusan Pembelian Mi Instan Salam Mie (Kasus pada

31 Masyarakat Kelurahan Tegallega Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor. Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian Salam Mie terdiri dari variabel promosi penjualan, merek, berat/isi, pengaruh teman dan pengaruh keluarga, rasa, harga dan kemasan, iklan dan kemudahan memperoleh produk tersebut. Analisis faktor menghasilkan rekomendasi bauran pemasaran yang terdiri dari strategi produk, harga, promosi dan distribusi. Susanti (2006), mengkaji tentang ekuitas merek Mie Instant, dengan judul penelitian Analisis Ekuitas Merek Mie Instan di Kecamatan Bogor Barat. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji rehabilitas, uji Chocran, diagram Performance-Importance, dan Brand Switching Pattern Matrix. Hasil penelitian menyebutkan bahwa merek Indomie secara umum mendapat tempat yang paling baik. Asosiasi-asosiasi pembentuk brand image pada merek Indomie adalah harga terjangkau, rasa enak, kemudahan memperoleh, promosi/iklan menarik, dan merek sudah terkenal. Elemen kualitas paling unggul dipegang oleh merek Indomie dan Supermie. Secara keseluruhan Indomie memiliki keunggulan pada elemen kesadaran merek dan persepsi kualitas. Rahmadani (2006), mengkaji tentang optimalisasi produk Mie, dengan judul penelitian Optimalisasi Produksi Mie Instan di PT Jakarana Tama, Ciawi- Bogor, Jawa Barat. Metode pengolahan data dengan menggunakan formulasi model program linear.

32 Hasil penelitian menyebutkan bahwa kegiatan produksi aktual perusahaan belum optimal, jika perusahaan melakukan produksi sesuai dengan kondisi optimal maka nilai keuntungan juga akan maksimum. Kombinasi produksi pada kondisi optimal lebih sedikit dari kondisi aktual, sedangkan pada tingkat produksi secara keseluruhan dari semua kombinasi pada kondisi optimal juga lebih kecil dari kondisi aktual. Solusi optimal yang diterapkan apabila terjadi perubahan dua parameter input yaitu nilai keuntungan dan nilai ketersediaan sumber daya yang tidak berubah. Palada (2008), mengkaji brand Mie Instant, dengan judul penelitian Analisis Brand Equity Mie Instan dengan menggunakan model customer-brand Equity (Studi Kasus Merek Indomie pada Mahasiswa IPB). Metode pengolahan dan analisis data menggunakan skala likert, analisis deskriptif, Structural Equation Marketing (SEM). Hasil penelitian menyebutkan bahwa, elemen ekuitas merek Indomie mencakup komponen dari brand knowledge, yaitu brand awareness dan brand image yang memberikan pengaruh berbeda terhadap ekuitas merek Indomie Perbedaan Studi Terdahulu dengan Penelitian Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 pada PT JTFI, Kabupaten Bogor-Jawa Barat Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 pada PT JTFI, Kabupaten Bogor - Jawa Barat bisa dilihat dari jenis komoditi, alat analisis, dan tempat penelitian. Meskipun topik penelitian dan komoditi yang sama yaitu Mie Instant, akan tetapi tempat penelitiannya berbeda.

33 Penelitian yang pernah dilakukan di PT JTFI adalah tentang optimalisasi produksi, peramalan bahan baku, dan analisis pengawasan mutu Mie Instant. Dengan demikian, penelitian tentang strategi pemasaran Mie Instant belum pernah dilakukan di PT JTFI.

34 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos dan strategia, berarti pengetahuan dan seni menangani sumber-sumber yang tersedia dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan (Chandradhy, 1978). Berdasarkan definisi tersebut, maka strategi bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki agar bisa digunakan secara efektif dan efisien dalam mencapai suatu tujuan perusahaan. Manurut Pearce dan Robinson (1997), strategi adalah rencana para manajer yang berskala besar dan berorientasi pada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran perusahaan. Definisi lain mengatakan bahwa strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran jangka panjang (David, 2004). Dengan demikian, strategi yang ditetapkan suatu perusahaan bersifat untuk keperluan jangka pendek, terlebih lagi untuk keperluan jangka panjang masa depan perusahaan. Porter (1997) menyebutkan strategi adalah penciptaan posisi unik dan bernilai mencakup perangkat kegiatan yang berbeda. Perusahaan yang diposisikan secara strategis melakukan kegiatan yang berbeda dengan pesaing atau melakukan kegiatan yang sama dengan cara yang berbeda. Strategi bisnis dapat termasuk perluasan geografis, diversifiksi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan, divestasi, likuidasi dan usaha patungan.

35 Definisi dan Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005). Menurut definisi ini, pemasaran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan melalui suatu proses pertukaran, dimana pertukaran tersebut bisa dalam bentuk uang dengan barang, barang dengan barang, dan jasa dengan uang. Kartajaya (2005) mendefinisikan pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan nilai dari satu penggagas kepada pengikut gagasannya. Definisi lain yang menyebutkan pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya (Shimp, 2003). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran saat ini tidak hanya terfokus pada kegiatan jual beli barang atau jasa, tetapi juga perusahaan mampu memberi nilai tambah. Nilai tambah tersebut yang menciptakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Menurut Kotler (2005), ada lima konsep yang bersaing yang dijadikan sebagai pedoman oleh organisasi untuk melakukan kegiatan pemasaran, yaitu konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, dan konsep pemasaran sosial. 1. Konsep produksi Konsep ini menyatakan bahwa konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia secara luas dan murah. Para manajer perusahaan yang berorientasi

36 produksi berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya yang rendah, dan distribusi secara masal. 2. Konsep produk Konsep ini menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan fitur yang paling bermutu, berkinerja, atau inovatif. Para manajer organisasi itu memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk yang unggul dan memperbaiki mutunya dari waktu ke waktu. 3. Konsep penjualan Konsep ini menyatakan bahwa para konsumen umumnya menunjukan keengganan atau penolakan untuk membeli sehingga harus dibujuk supaya membeli. Konsep itu juga mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki banyak sekali alat penjualan dan promosi yang efektif yang dapat merangsang lebih banyak pembelian. 4. Konsep Pemasaran Konsep ini menyatakan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. 5. Konsep Pemasaran Sosial Konsep ini menyatakan bahwa tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing dengan cara yang tetap mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan konsumen.

37 Menurut Kartajaya (2005), konsep pemasaran yaitu proses penciptaan sasaran organisasi yang tergantung penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, penyampaian kepuasan yang didambakan itu dengan lebih efektif dan efisien dibanding pesaing. Konsep ini mengandung arti bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan kunci sukses bagi perusahaan untuk dapat bertahan menghadapi pesaing. Teori lain yang mendukung yaitu konsep pemasaran bukan hanya berorientasi pada pelayanan dan pemenuhan kebutuhan pelanggan atau konsumen tetapi juga agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain (Swastha dan Sukotjo, 2000). Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelanggan, diperlukan suatu strategi pemasaran yang terintegrasi yang dikenal dengan bauran pemasaran. Bauran pemasaran terdiri dari perencanaan produk, penetapan harga, distribusi dan promosi Strategi Pemasaran Menurut Gitosudarmo (1997), strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar atau segmen pasar yang dijadikan target oleh seorang pengusaha. Dengan demikian, strategi pemasaran merupakan kombinasi dari bauran pemasaran yang diterapkan perusahaan untuk melayani pasarnya. Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan demikian, pemasaran adalah serangkaian tujuan, sasaran, kebijakan, dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu pada masing-masing tingkatan dan acuan, serta alokasinya sebagai tanggapan

38 perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah (Assauri, 1999). Menurut McCarthy dalam Kotler (1997), Strategi pemasaran adalah strategi yang disatukan, luas, terintegrasi, dan komprehensif yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan pemasaran yang tepat oleh organisasi. Strategi pemasaran dapat didekati dengan konsep bauran pemasaran atau marketing mix Strategi Bauran Pemasaran Menurut Kotler (2005), bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasarannya. McCarthy dalam Kotler (2005), mengklasifikasikan alat-alat pemasaran tersebut menjadi empat kelompok yang luas yang disebut dengan 4P, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion) Produk (product) Definisi produk (product) menurut Kotler (2005) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, properti, organisasi, dan gagasan. Bauran produk didefinisikan sebagai kumpulan seluruh lini produk dan jenis produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan kepada pembeli. Dalam penelitian ini, produk yang menjadi objek penelitian adalah produk berupa barang pangan hasil olahan, yaitu Mie Instant.

39 Kotler (2005) mengklasifikasikan produk menjadi tiga kelompok, menurut daya tahan dan wujudnya: 1. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) Barang tidak tahan lama adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan, seperti bir dan sabun. 2. Barang tahan lama (durable goods) Barang tahan lama adalah barang yang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali, seperti lemari es, peralatan mesin, dan pakaian. 3. Jasa (service) Jasa adalah produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan dan mudah habis. Akibatnya produk ini memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi. Contohnya pemotongan rambut dan perbaikan barang. Salah satu variasi dari produk adalah barang konsumen. Kotler (2005) juga mengklasifikasikan barang konsumen berdasarkan kebiasaan belanja: 1. Barang mudah (convenience goods) Barang mudah adalah barang-barang yang biasanya dibeli oleh pelanggan dengan cepat dan dengan upaya yang sangat sedikit. Contohnya produkproduk tembakau, sabun, dan koran. 2. Barang toko (shopping goods) Barang toko adalah barang-barang yang biasanya dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan dan pembeliannya.

40 3. Barang khusus (specialty goods) Barang khusus adalah barang yang mempunyai ciri-ciri atau identifikasi merek yang unik dan karena itulah cukup banyak pembeli besedia melakukan upaya pembelian yang khusus. Contohnya mobil, komponen-komponen stereo, peralatan fotografi, dan setelan pria. 4. Barang yang tidak dicari (unsought goods) Barang yang tidak dicari adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau biasanya mereka tidak terpikir untuk membelinya, seperti detektor asap. Contoh-contoh klasik barang yang sudah dikenal tetapi yang tidak dicari adalah asuransi jiwa, persil kuburan, batu nisan, dan ensiklopedia Harga (price) Harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Swastha dan Sukotjo, 2000). Menurut Kotler (2002), harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk/jasa. Menurut Kotler (2005), perusahaan harus menetapkan harga sesuai dengan nilai yang diberikan dan dipahami pelanggan. Perusahaan harus mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan kebijakan penetapan harga. Prosedur dalam menentukan harga antara lain: memilih tujuan penetapan harga, menentukan permintaan, memperkirakan biaya, menganalisa biaya, harga, dan bayaran pesaing, memilih metode penetapan harga, dan memilih harga akhir.

41 Tempat atau Saluran Distribusi (place) Menurut Kotler (2000), saluran distribusi adalah himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa selama berpindah dari produsen ke konsumen. Suatu komoditi dikatakan sebagai suatu produk apabila berada di tempat pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Tanpa pendistribusian yang jelas, pemasaran suatu produk belum dapat dikatakan berhasil. Dengan demikian, untuk mendapatkan sistem pemasaran yang strategis, selain merancang produk, menetapkan harga yang sesuai dan didukung promosi yang baik, perusahaan juga harus menetapkan strategi distribusi yang tepat Promosi (promotion) Menurut Kotler (2000), promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk dan mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk terebut. Pemahaman lain tentang komunikasi pemasaran adalah mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebar luaskan kepada pelanggan atau kliennya (Shimp, 2003). Menurut Kotler (2005), masing-masing alat promosi memiliki karakteristik unik dan biaya sendiri. Alat-alat promosi tersebut antara lain iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan pemberitaan, penjualan pribadi, dan pemasaran langsung.

42 1. Iklan Sifat umum iklan memberikan semacam legitimasi pada produk tersebut dan juga menyiratkan suatu tawaran yang terstandarisasi. Iklan memungkinkan penjual mengulangi pesan berkali-kali, pembeli menerima dan membandingkan pesan-pesan dari berbagai pesaing. Iklan memberikan peluang untuk mendramatisir perusahaan tersebut dan produknya melalui penggunaan cetakan, suara, dan warna yang berseni. 2. Promosi Penjualan Promosi penjualan mendapat perhatian dan mungkin akan mengarahkan konsumen ke produk tersebut. Promosi penjualan menggabungkan suatu konsensi, dorongan, atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen. Promosi penjualan merupakan ajakan yang jelas untuk terlibat dalam transaksi. 3. Hubungan Masyarakat dan Pemberitaan Daya tarik hubungan masyarakat dan pemberitaan didasarkan pada tiga sifat khusus, yaitu kredibilitas yang tinggi, kemampuan menangkap pembeli yang tidak hati-hati, kemampuan untuk mendramatisir suatu perusahaan atau produk. 4. Penjualan Pribadi Penjualan pribadi adalah alat yang paling efektif pada tahap terakhir berupa proses pembelian, khususnya dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli.

43 5. Pemasaran Langsung Contoh bentuk pemasaran langsung seperti surat langsung, telemarketing, pemasaran internet. Karakteristik khusus pemasaran langsung adalah bersifat tidak umum, disesuaikan dengan orangnya, pesan dapat dipersiapkan dengan sangat cepat, serta pesan bersifat interaktif Kerangka Pemikiran Operasional PT JTFI adalah salah satu produsen Mie Instant di Indonesia yang telah berdiri kurang lebih 15 tahun. Produk perusahaan ini yang paling dominan adalah Gaga Mie 100. Dalam menjalankan bisnisnya, PT JTFI mempunyai strategi yaitu strategi pemasaran. Adanya persaingan bisnis yang semakin ketat di bidang Mie Instant, khususnya strategi para pesaing yang dominan, mengakibatkan total penjualan dan penjualan Gaga Mie 100 menurun. Pada periode lima tahun terakhir ini total volume penjualan Mie Instant dengan merek Gaga Mie 100 mengalami penurunan sekitar 45,5 % (periode ). Strategi pemasaran yang telah dilakukan PT JTFI meliputi bauran pemasaran produk, harga, strategi tempat/saluran distribusi, serta promosi. Keempat strategi pemasaran tersebut dalam pelaksanaanya disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Dengan dimikian, strategi yang dilakukan harus efektif dan seefisien mungkin. Penurunan penjualan di perusahaan menunjukan strategi bauran pemasaran yang telah dilakukan PT JTFI belum optimal.

44 Dalam melakukan strategi pemasaran, terkait dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan, maka harus dilakukan penentuan prioritas dalam pelaksanaan strategi pemasaran. Dalam penentuan prioritas strategi pemasaran yang tepat dalam penelitian ini digunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Dalam penentuan prioritas strategi pemasaran dengan metode PHA, terlebih dahulu ditentukan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan terkait dengan strategi pemasaran. Berdasarkan hasil pengamatan, tujuan yang ingin dicapai perusahaan, diantaranya adalah : meningkatkan penjualan, menghadapi persaingan, dan meningkatkan keuntungan. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, juga ditentukan empat strategi bauran pemasaran yaitu strategi produk, harga, tempat/saluran distribusi, dan promosi. Ada beberapa faktor yang menentukan penerapan strategi bauran pemasaran tersebut, yaitu : kualitas, kuantitas, desain kemasan, dan merek (produk); biaya operasional, segmentasi, dan harga pesaing (harga); kemudahan, ketersediaan, dan kebersihan (tempat/saluran distribusi); serta iklan di televisi, iklan reklame, potongan harga/discount, hadiah, peragaan/demo, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung (promosi). Setelah diperoleh prioritas strategi pemasaran dari metode PHA, selanjutnya akan dilakukan hipotesa mengenai implikasi dari penerapan prioritas strategi, dan hasilnya akan direkomendasikan kepada perusahaan untuk dipakai dalam pelaksanaan strategi pemasaran produk Mie Instant Gaga Mie 100. Secara skematis kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

45 PT Jakarana Tama Food Industry (PT JTFI) Strategi Pemasaran awal Gaga Mie 100 PT JTFI Penjualan Menurun Persaingan Ketat Keuntungan Menurun Persaingan Bisnis Penentuan Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Metode AHP Meningkatkan Penjualan Menghadapi Persaingan Meningkatkan Keuntungan Produk Harga Tempat Promosi q Kualitas q Kuantitas q Desain kemasan q Merek q Biaya Operasional q Segmentasi Konsumen q Harga Pesaing q Kemudahan Mendapatkan q Ketersediaan Produk q Kebersihan Tempat q Iklan Televisi q Iklan reklame q Potongan harga q Hadiah q Peragaan/Demo q Hubungan Masyarakat q Pemasaran Langsung Prioritas Strategi Pemasaran Implikasi (Hipotesis) Rekomendasi ke PT JTFI Keterangan: = Ruang Lingkup Strategi Pemasaran Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional

46 IV. METODE PENELITIAN 4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Jakarana Tama Foods Industry (PT JTFI), yang berlokasi di Jl. Raya Ciawi-Sukabumi km 2,5 No.88 Ciawi, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa PT JTFI merupakan salah satu produsen Mie Instant yang mengalami penurunan volume penjualan akibat persaingan yang semakin ketat. Kegiatan pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Juni Agustus Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer berupa data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara kuesioner kepada pihak perusahaan. Data sekunder berupa dokumen perusahaan, data dari instansi pemerintahan, internet, dan studi pustaka untuk rujukan teoritis yang sesuai dengan topik penelitian Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan pihak PT JTFI yang terkait langsung dan memahami kegiatan pemasaran. Wawancara yang dilakukan adalah berhubungan dengan kegiatan bauran pemasaran PT JTFI yaitu tujuan dari kegiatan pemasaran dan pemilihan strategi

47 yang tepat, terkait dengan tujuan pemasaran yang disesuaikan dengan sumber daya yang ada. Pengisian matriks berpasangan melalui kuesioner dilakukan kepada empat responden yaitu masing-masing Manajer Departemen, diantaranya Departemen Pemasaran, Departemen Keuangan, Departemen Quality Assurance, dan Departemen Produksi. Pemilihan responden dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman terhadap pemasaran dan keterkaitannya setiap bagian perusahaan tersebut terhadap strategi pemasaran. Kuesioner matriks berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 2. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi terkait, internet, dokumen perusahaan, dan studi pustaka. Data tersebut diperoleh langsung dan izin resmi, sehingga data tersebut bisa dipertanggung jawabkan Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah transformasi data mentah ke dalam bentuk yang mudah dipahami atau diinterpretasikan (Simamora, 2004). Analisis deskriptif adalah analisis pendahuluan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel yang digunakan. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan juga dianalisis secara deskriptif Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) Alat analisis PHA menyediakan prosedur yang dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan strategi pemasaran yang tepat. Alat analisis ini penting untuk diaplikasikan karena mencakup penilaian

48 secara sekaligus baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitaif (Firdaus dan Afendi, 2008). Data yang diperoleh kemudian diproses dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version 2000 dan hasil analisisnya disajikan dalam bentuk uraian, gambar, dan tabel. Langkah-langkah kerja utama PHA (Saaty, 1993) adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Pada langkah ini diperlukan penguasaan masalah yang mendalam, perhatian ditujukan kepada pemilihan tujuan, kriteria, dan elemen-elemen yang menyusun struktur hirarki. 2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang Stakeholder secara menyeluruh. Struktur hirarki ini mempunyai bentuk yang saling terkait, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke altrenatif strategi, pilihan, dan skenario. 3. Menyusun matriks banding berpasangan Matriks banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh dan berada setingkat di atasnya. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hirarki untuk fokus G, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan antar elemen yang terkait dan ada dibawahnya. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua (F 1, F 2, F 3,..., F n ) terhadap fokus G yang ada di puncak hirarki. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas suatu elemen di puncak matriks.

49 4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk pengembangan perangkat matriks di langkah tiga. Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antar variabel dapat dilakukan dengan pertanyaan. Untuk mengisi matriks berpasangan, digunakan skala banding yang bisa dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas Definisi Pentingnya Kedua elemen sama 1 pentingnya ,4,6,8 Kebalikan Sumber : Saaty, 1993 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lainnya Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Penjelasan Dua elemen menyumbangkan sama besar pada sifat itu Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memilih tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan Jika untuk kualitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i 5. Memasukan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama, penentuan proiritas dan pengujian konsistensi. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (G)

50 dibandingkan dengan Fj, sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. 6. Melaksanakan langkah 3, 4, 5 untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang tedapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atas. Metode pembandingan dalam metode PHA dibedakan menjadi dua, yaitu: Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Golongan (MPG). MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI mempunyai elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu elemen matriks pada baris kei dan kolom ke-j (Tabel 10). Tabel 10. Matriks pendapat Individu (MPI) G A1 A2 A3... Aj A1 A2 A Ai a11 a21 a ai1 a12 a22 a ai2 a13 a23 a ai a1j a2j a3j aij Sumber: Saaty, 1993 MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (Gij) berasal dari rata-rata geometriks pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistennya lebih kecil atau sama dengan 10 %, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lainnya tidak terjadi konflik. Matriks Pendapat Gabungan dapat dilihat pada Tabel 11. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah:

51 a. Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan nilai antara nilai pendapat individu yang tertinggi dengan nilai terendah. b. Tidak terdapat angka kelebihan (resipokal) pada baris dan kolom yang sama. Tabel 11. Matriks Pendapat Gabungan (MPG) G G1 G2 G3... Gj G1 G2 G Gi g11 g21 g gi1 g12 g22 g gi2 g13 g23 g Gi g1j g2j g3j gij Sumber: Saaty, 1993 Rumus matematika yang digunakan unutuk memperoleh rata-rata geometrik adalah: Gij m = m ( aij) k k =1 Dimana : Gij = Elemen MPG baris ke-i, kolom ke-j (aij) = Elemen baris ke-i dan MPI ke-k M = Jumlah MPI yang memenuhi syarat m k = 1 = Perkalian dari elemen k=1 sampai k=m m = akar pangkat dari m 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk mebobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu: (1) pengolahan horizontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis

52 pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Penngolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan Rasio Inkonsistensi. a. Pengolahan horizontal bertujuan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang berada satu tingkat di atas elemen tersebut, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas (Rasio vektor Eigen), uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal ini adalah: 1) Perkalian baris (Z) atau Vektor Eigen (VE) dengan rumus: Zi = n n aij k =1 (i, j = 1, 2,..., n) 2) Perhitungan Vektor Prioritas (VP) atau Rasio Vektor Eigen adalah: Vpi = n n n k = 1 n a n i = 1 k = 1 ij a ij VP = (VP i ), untuk i = 1, 2,..., n 3) Perhitungan nilai Eigen Maks ( maks ), dengan rumus: VA = (aij) x VA dengan VA = (Vai) VB = VA VPi dengan VB = (Vbi) n 1 maks = vbi n i = 1 untuk i = 1, 2, 3,..., n

53 4) Perhitungan Indeks Inkonsistensi (CI) dengan rumus: CI = λmaks n n 1 5) Perhitungan Rasio Inkonsistensi (CR) adalah: CI CR = RI RI = Indeks acak (random indeks) yang dikeluarkan olek oak Laboratory (Saaty, 1993) dari matriks berorde 1 s/d 15 yang menggunakan sample berukuran 100. Nilai rasio inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 10 % merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat. Tabel 12. Nilai Indeks Acak Orde (n) Indeks Acak RI) Orde (n) Indeks Acak (RI) 1 0,00 8 1,41 2 0,00 9 1,45 3 0, ,49 4 0, ,51 5 1, ,48 6 1, ,56 7 1, ,57 Sumber: Saaty, 1993 b. Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka: Cvij = CHij( t 1) xvwt( i = 1)

54 Untuk i = 1, 2, 3,..., p J = 1, 2, 3,..., r t = 1, 2, 3,..., s Dimana: CHij (t, i-1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan horizontal. VWt(i-1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-(i-1) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horizontal. p r s = jumlah tingkat hirarki keputusan. = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-(i-1) 8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks kosistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan yang hasilnya dijumlahkan. Rasio inkonsistensi ini harus bernilai 10 % atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan pada saat pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden pada perbandingan berpasangan.

55 Langkah 1, 2, dan 3 pada penelitian ini dilakukan melalui pengamatan langsung di lapang dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Langkah 4 didapatkan dari hasil pengisian kuesioner oleh masing-masing responden, dalam penelitian ini yaitu Manajer Departemen Pemasaran, Manajer Departemen Keuangan, Manajer Departemen Quality Assurance dan Manajer Departemen Produksi. Langkah 5, 6, 7, dan 8 diolah dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version Sistem Hirarki Keputusan Dalam melakukan pengolahan data dengan metode AHP dibutuhkan sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Abstraksi sistem hirarki tersebut bisa dilihat pada Gambar 2. Tingkat 1 G Tingkat 2 F 1 F F n Tingkat 3 A 1 A A n Tingkat 4 O O O Tingkat 5 S 1 S S n Gambar 2. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan Sumber: Saaty, 1993

56 Menurut Saaty (1993), penentuan perangkat komponen sistem hirarki dalam PHA tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak dari komponen-komponen seperti gambar diatas. Fokus dalam tahap ini adalah komponen-komponen sistem yang dipilih dan dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur-unsur yang dimaksud, sehingga penentuan unsur-unsur tersebut tergantung dari penguasaan para pakar terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan Definisi Operasional Sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian ini adalah penjabaran dari setiap unsur yang berpengaruh dalam penentuan strategi Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Meningkatkan Penjualan Menghadapi Persaingan Meningkatkan Keuntungan Produk Harga Tempat Promosi q Kualitas q Kuantitas q Desain kemasan q Merek q Biaya Operasional q Segmentasi Konsumen q Harga Pesaing q Kemudahan Mendapatkan q Ketersediaan Produk q Kebersihan Tempat q Iklan Televisi q Iklan reklame q Potongan harga q Hadiah q Peragaan q Hubungan Masyarakat q Pemasaran Langsung Gambar 3. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan Strategi Pemasaran

57 Tingkat 1 menunjukan fokus, yaitu tujuan yang ingin dicapai dari penelitian. Pada penelitian ini tujuannya untuk menentukan prioritas strategi pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI yang tepat. Tingkat 2 adalah tujuan, yaitu tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh PT JTFI yang terdiri dari tujuan meningkatkan penjualan, menghadapi persaingan, meningkatkan keuntungan. Tingkat 3 adalah faktor, yaitu empat strategi bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi. Tingkat 4 adalah subfaktor, yaitu penjabaran dari empat strategi bauran pemasaran. 1) Produk, merupakan salah satu dari strategi bauran pemasaran yang dijabarkan dengan strategi operasional antara lain: kualitas, kuantitas (ukuran/berat), desain kemasan, dan merek. 2) Harga, strategi operasional harga ditentukan dengan harga dari biaya operasional, harga berdasarkan segmentasi konsumen, dan berdasarkan harga produk pesaing. 3) Tempat, berhubungan dengan kemudahan untuk mendapatkannya, ketersediaan produk, dan kebersihan tempat. 4) Promosi merupakan sarana untuk menginformasikan kepada konsumen tentang nilai dari produk. Strategi operasional dari promosi antara lain: iklan di televisi, iklan reklame, potongan harga (Discount), peragaan (demo), pemberian hadiah, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung.

58 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5. 1 Sejarah Perusahaan PT JTFI didirikan pada tahun 1984, merupakan salah satu anak perusahaan PT Wicaksana Group (WG) yang pada saat itu memulai usahanya dalam bidang distribusi. Perusahaan ini didirikan pertama kali di Medan dengan Akta Notaris 20 Juni 1980 No. 107 dari Notaris Kusmulyanto Ongko, SH dan disahkan oleh Menteri Kehakiman tanggal 16 Oktober 1981 yang berstatus Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN). PT WG melakukan penyederhanaan pada tahun 1988, dimana semua anak perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha distribusi digabungkan menjadi PT Wicaksana, sedangkan PT JTFI beralih bidang usaha dari distribusi menjadi usaha produksi makanan yaitu produksi Mie Instant dengan merek dagang MICHIYO yang sekarang lebih dikenal dengan GAGA. PT WG juga merupakan pemilik perusahan Mie Instant Indofood sebelum perusahaan tersebut diambil alih oleh Salim Group, oleh karena itu bidang usaha ini bukan hal yang baru bagi PT JTFI. PT JTFI mempunyai dua lokasi yaitu di Ciawi (Bogor) dan Tanjung Morawa (Medan). Pabrik Ciawi (Bogor) dibangun pada tahun 1992, mulai beroperasi pada bulan Mei 1993, dan melakukan produksi pada bulan Juni Pabrik PT JTFI Bogor memasok bumbu ke pabrik PT JTFI Medan, karena pabrik di Medan khusus memproduksi Mie tanpa bumbu. Pada awal produksinya, hanya dipasarkan ke wilayah JABOTABEK saja. Produk yang diluncurkan ke pasar semula hanya lima flavour, yaitu Mie Kuah

59 (Kari Masalla dan Sup Ayam Paris), dan tiga flavour untuk Mie goreng (Manalagi, Goreng Jawa, dan Masalla) Pemasaran produk dilakukan oleh PT Wicaksana baik untuk domestik maupun ekspor. Pasar domestik adalah seluruh provinsi di Indonesia, sedangkan ekspor dilakukan ke negara Malaysia, Ukraina, Bulgaria, Cekoslowakia, Myanmar, dan Australia. Pasar yang dituju pada mulanya yaitu untuk kalangan menengah ke atas menggunakan merek Michiyo dengan harga Rp. 350, 00 per bungkus, tapi konsep ini berubah setelah krisis moneter tahun 1998 dengan memproduksi Mie untuk kalangan menengah ke bawah menggunakan merek dagang Gaga Mie dan Mie Karomah. PT JTFI mendirikan Yayasan Michiyo dalam rangka menggalang rasa kesetiakawanan sosial, yaitu menyediakan dana bantuan untuk korban bencana alam dan memberikan bantuan bibit dan tenaga ahli kepada petani di desa miskin. Dana untuk membiayai program kerja yayasan ini sebagian besar berasal dari penyisihan Rp. 10,00 untuk setiap penjualan satu bungkus Mie Instant Ketenagakerjaan Penerimaan tenaga kerja dilakukan apabila terdapat kekosongan jabatan atau peningktan kebutuhan tenaga kerja sejalan dengan perkembangan perusahaan. Prosedur standar untuk menyeleksi calon karyawan baru yaitu: pelamar yang sudah membuat surat lamaran dan melengkapi syarat-syarat administrasi dipanggil untuk mengikuti tes penyaringan. Tes pertama berupa teori, apabila dinyatakan lulus, dilanjutkan dengan wawancara oleh bagian personalia dan departemen yang akan menerima pelamar tersebut. Tes kesehatan merupakan

60 tes terakhir sebelum pelamar diterima kerja. Pelamar yang diterima, sebelum diangkat sebagai karyawan terlebih dahulu melewati masa percobaan minimal selama tiga bulan dan maksimal enam bulan. PT JTFI memiliki tenaga kerja 461 orang. Jumlah ini terbagi menjadi dua golongan, yaitu: karyawan tetap dan karyawan harian pada masing-masing divisi. Perbedaan dari karyawan ini adalah pada sistem pembagian gaji. Karyawan tetap adalah yang mendapatkan gaji bulanan, sedangkan karyawan harian adalah pekerja yang mendapat gaji harian yang dilakukan secara bulanan. Kayawan tetap dibedakan lagi menjadi karyawan staff dan karyawan produksi. Staff bekerja pada bagian non produksi (office) yang mengurus administrasi, sedangkan karyawan produksi bekerja di pabrik Tingkat pendidikan karyawan bervariasi, mulai dari SLTP sampai dengan S2. Pekerja sanitasi berpendidikan SLTP, Operator berpendidikan SLTA/STM sederajat dan juga ditambah pengalaman kerja minimal lima tahun di industri yang sama. Khusus untuk Sarjana, jabatannya minimal Supervisor. Waktu kerja di PT JTFI sesuai dengan aturan Depnaker yaitu 40 jam/minggu. Waktu kerja ini dibedakan antara staff office dan karyawan staff produksi. Staff non produksi bekerja dari hari senin sampai jumat, yaitu mulai jam sampai dengan jam yang diselangi istirahat selama satu jam yaitu dari jam sampai dengan jam Hari kerja staff produksi sama dengan staff non produksi, yang membedakan adalah pembagian jam kerjanya, yaitu dari jam sampai dengan jam yang diselangi istirahat dari jam sampai dengan jam Khusus untuk staff produksi seperti bagian perawatan mesin, pada hari sabtu kadang masuk dari jam sampai jam

61 Jika terjadi peningkatan permintaan terhadap produksi, misalnya menjelang hari raya, maka produksi ditambah menjadi long shift dengan perhitungan over time (lembur) terutama unutuk level operator ke bawah. Level staff ke atas bila melewati waktu kerja tersebut, disediakan uang pengganti transport yang besarnya disesuaikan dengan level masing-masing, dan diatur sesuai dengan peraturan perusahaan. Besarnya gaji yang diterima disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, dalam hal ini keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. Sejak tahun 1994 PT JTFI telah tercatat sebagai anggota APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) dengan nomor keanggotaan B /DPP/1994. Semua karyawan diasuransikan dengan asuransi Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) nomor 93.GK PT JTFI memberikan tunjangan dan fasilitas untuk kesejahteraan karyawan, diantaranya: perawatan kesehatan dengan biaya perawatan ditanggung perusahaan, asuransi tenaga kerja, asuransi kesehatan, cuti kerja, cuti haid, cuti nikah, Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan kematian, dan tunjangan-tunjangan lainnya. Fasilitas-fasilitas di lingkungan perusahaan yang digunakan karyawan, antara lain : tempat ibadah ( masjid), poliklinik, sarana olah raga, dan kantin Lokasi Perusahaan PT JTFI Bogor terletak di Jl. Raya Ciawi-Sukabumi km 2,5 No. 88, Ciawi Bogor, dengan luas enam hektar. Pabrik ini memproduksi Mie Instant, bumbu Mie Instant, Chilli Sauce, dan kecap.

62 Lokasi perusahaan PT JTFI Bogor cukup strategis, berada di daerah yang cukup sejuk sehingga hawa panas pabrik tidak begitu terasa. Transportasi cukup mudah, karena jarak ke Jakarta dan kota-kota sekitarnya dapat ditempuh melalui jalan tol Jagorawi. Bangunan yang ada terdiri dari kantor, gudang material, gudang terigu, gudang barang jadi, ruangan produksi Mie, ruangan produksi bumbu, ruangan produksi Chilli Sauce dan kecap, Mushola, kantin, poliklinik, Power House, Workshop, Utility, ruang boiler, dan area limbah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Struktur Organisasi PT JTFI mempunyai struktur organisasi garis dan staft. Struktur organisasi ini memiliki ciri dimana kekuasaan dan tanggung jawab mengalir dalam suatu garis dari puncak ke bawah seperti yang terlihat pada Lampiran 5. Tugas dan wewenang masing-masing bagian tersebut adalah: 1) Operational Director Membawahi Manager Factory, N QAQC, PPIC, Workshop dan Utility, HRD, dan R & D. Memimpin kegiatan operasional perusahaan Bertanggung jawab atas operasional perusahaan Menetapkan dan menjalankan fungsi manajemen perusahaan, baik kedalam maupun keluar Secara fungsional mewakili kepetingan perusahaan dalam melaksanakan hubungan dengan berbagai pihak

63 2) Assisten Operational Director Menjaga kelancaran proses produksi agar tercipta tingkat efisiensi yang tinggi 3) Manager Memimpin dan beranggung jawab terhadap pelaksanaan tugas bagiannya masing-masing Memberikan laporan pelaksanaan tugas kepada Director Tugas dari masing-masing Manager: a. Human Resourches & Development Manager (HRD M) Bertanggung jawab terhadap penerimaan karyawan Bertanggung jawab membina hubungan internal dan eksternal perusahaan b. Reserch and Development Manager (R & D M) Bertanggung jawab atas pengembangan produk Mencari dan meneliti formula agar diterima masyarakat c. Workshop and Utility Manager Bertanggung jawab atas penanganan dan pengembangan mesin serta ketersediaan suku cadang untuk kelangsungan proses produksi d. Production Planning and Inventory Control Manager (PPIC M) Bertanggung jawab dalam mengorder bahan baku Membuat jadwal produksi dengan mempertimbangkan efisiensi Mengkoordinasikan dan mengelola Warehouse

64 e. Quality Assurance / Quality Control Manager (QA/QC M) Menjalankan pedoman mutu, Quality Manual, Work Intruction, Quality Plan, sesuai dengan Manajemen Mutu yang ditetapkan oleh perusahaan Menjalankan terus-menerus Sistem Manajemen Mutu yang meliputi Halal Assuarnce System, HACCP, GMP, prosedur analisa dan Manajemen Mutu pre-iso 9001:2000 yang ditetapkan oleh perusahaan Melakukan pengendalian kualitas sesuai dengan Quality Plan yang ditetapkan terhadap Incoming Raw Material, Work in Process dan Finished Product mengacu kepada standar perusahaan dengan memperhatikan batasan waktu yang ditentukan Melakukan evaluasi terhadap laporan analisa data yang disimpulkan oleh Supervisor QC sesuai prosedur analisa yang ditetapkan dan memberikan persetujuan terhadap seluruh hasil analisa kualitas f. Factory Manager Bertanggung jawab dalam merealisasikan order dengan efisiensi yang tinggi Menganalisa limbah atau produk yang ditolak Membina dan memotivasi karyawan Menciptakan hubungan yang harmonis vertikal, horizontal, internal, dan eksternal guna menjamin terciptanya tim kerja yang bagus. Menjalankan Sistem Manajemen Mutu

65 4) Supervisor Menjamin dan bertanggung jawab atas kelangsungan dan kelancaran kegiatan produksi pada seksi produksinya Melakukan pengawasan terhadap tenaga kerja yang berada pada seksinya dengan dibantu oleh operator Memberikan masukan kepada Manajer tentang efisiensi produksi 5) Operator Mengawasi langsung tenaga kerja yang bertugas pada unit-unit lingkungan seksi produksinya Bertanggung jawab terhadap kebersihan, perawatan dan kelancaran mesin Bersama-sama dengan para operator lainnya menjamin kesinambungan dan kemantapan kerja seksi produksi.

66 VI. ANALISIS PRIORITAS DAN IMPLIKASI STRATEGI BAURAN PEMASARAN GAGA MIE 100 PT JTFI 6. 1 Penentuan Hirarki Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 JTFI Penyusunan hirarki prioritas strategi pemasaran yang disesuaikan dengan hasil pengamatan di lapangan dibagi menjadi empat tingkatan. Tingkat satu sebagai fokus prioritas strategi pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI, tingkat dua prioritas tujuan strategi pemasaran yaitu meningkatkan pejualan, menghadapi persaingan, dan meningkatkan keuntungan. Tingkat tiga sebagai prioritas strategi bauran pemasaran, yaitu strategi produk, harga, tempat, dan promosi. Tingkat empat sebagai sub faktor strategi bauran pemasaran yang terdiri dari kualitas produk, kuantitas produk, desain kemasan produk, merek produk (strategi produk); harga produk berdasarkan biaya operasional, harga produk berdasarkan segmentasi konsumen, harga produk berdasarkan harga produk pesaing (strategi harga); kemudahan mendapatkan produk, ketersediaan produk, dan kebersihan tempat (strategi tempat/saluran distribusi); iklan televisi, iklan reklame, potongan harga/discount, peragaan/demo, pemberian hadiah, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung (strategi promosi). Hirarki prioritas strategi pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI dapat dilihat pada Lampiran 6.

67 6. 2 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Untuk Prioritas Tujuan Pada pengolahan horizontal yang pertama adalah penentuan prioritas tujuan dari strategi bauran pemasaran yang dilakukan PT JTFI. Hasil pengolahan tersebut menunjukkan prioritas tujuan dari strategi pemasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan, yang terdiri dari tujuan meningkatkan penjualan, menghadapi persaingan, dan meningkatkan keuntungan. Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 13 dan Lampiran 7. Tabel 13. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Tujuan Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Tujuan Bobot Prioritas Rasio Inkonsistensi Meningkatkan Penjualan 0,612 1 Menghadapi Persaingan 0, ,00 Meningkatkan Keuntungan 0,243 2 Hasil pengolahan horizontal prioritas tujuan memiliki rasio inkonsistensi 0,00 (0 %), artinya sudah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi di bawah 10 %. Berdasarkan pengolahan tersebut diketahui bahwa tujuan meningkatkan penjualan menjadi prioritas pertama dengan bobot 0,612. Tujuan meningkatkan penjualan menjadi prioritas pertama karena pihak perusahaan berpendapat bahwa dengan adanya penjualan yang meningkat, maka pendapatan perusahaan juga meningkat. Pendapatan yang meningkat akan memperkuat permodalan perusahaan, dan dengan modal kerja yang semakin bertambah akan membuat perusahaan lebih leluasa dalam mengembangkan perusahaannya.

68 Tujuan meningkatkan keuntungan menjadi prioritas kedua dengan bobot 0,243, karena prioritas utama perusahaan adalah meningkatkan penjualan dan berusaha memperoleh pendapatan yang tinggi. Pendapatan yang tinggi mengakibatkan jumlah keuntungan yang diperoleh juga lebih tinggi. Tujuan perusahaan yang menjadi prioritas ketiga adalah menghadapi persaingan dengan bobot 0,145. Tujuan ini juga menjadi salah satu tujuan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, karena dalam perkembangannya bermunculan para pesaing yang bergerak dalam industri yang sama dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan. Setelah ditentukan prioritas tujuan strategi pemasaran perusahaan, selanjutnya adalah penentuan prioritas strategi bauran pemasaran (tingkat tiga) dan sub faktor yang mendukung strategi tersebut (tingkat empat). Penentuan prioritas strategi dilakukan pada masing-masing tujuan strategi pemasaran yang telah ditentukan Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Pemasaran Untuk Tujuan Meningkatkan Penjualan Pengolahan tingkat tiga untuk tujuan meningkatkan penjualan memilki rasio inkonsistensi yang sudah memenuhi persyaratan dengan nilai 0,00 (0 %). Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14 dan Lampiran 8. Tabel 14. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Meningkatkan Penjualan Strategi Rasio Tujuan Bauran Bobot Prioritas Inkonsistensi Pemasaran Meningkatkan Penjualan Produk 0,375 1 Harga 0,232 2 Tempat 0,170 4 Promosi 0, ,00

69 Pada pengolahan tingkat empat juga telah memenuhi rasio inkonsistensi dengan nilai 0,04 (4 %) untuk strategi produk, 0,00 (0 %) untuk strategi harga, 0,02 (2 %) untuk strategi tempat, dan 0,01 (1 %) untuk strategi promosi. Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 15 dan Lampiran 9. Tabel 15. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Meningkatkan Penjualan Strategi Bauran Pemasaran Produk Harga Tempat Promosi Sub Faktor Bauran Pemasaran Bobot Prioritas Kualitas 0,388 1 Kuantitas (ukuran/berat) 0,157 3 Desain Kemasan 0,152 4 Merek 0,303 2 Biaya Opersional 0,287 2 Segmentasi konsumen 0,137 3 Harga Produk Pesaing 0,576 1 Kemudahan Mendapatkan 0,500 1 Ketersediaan Produk 0,338 2 Kebersihan Tempat 0,162 3 Iklan Televisi 0,258 1 Iklan Reklame 0,076 7 Potongan Harga (Discount) 0,141 3 Peragaan (Demo) 0,079 6 Pemberian Hadiah 0,240 2 Hubungan Masyarakat 0,110 4 Pemasaran Langsung 0,095 5 Rasio Inkonsistensi 0,04 0,00 0,02 0,01 Hasil pengolahan horizontal strategi pemasaran untuk tujuan meningkatkan penjualan, yang menjadi prioritas pertama dalam strategi bauran pemasaran adalah strategi produk dengan bobot 0,375. Produk yang menjadi salah satu andalan PT JTFI adalah Gaga Mie 100, dengan demikian produk ini harus menjadi Icon perusahaan tersebut. Produk yang menjadi andalan tentunya harus unggul dari berbagai sisi yang bisa memuaskan konsumen, dilihat dari kualitas, kuantitas, desain kemasan yang menarik, serta merek yang digunakan. Pada penentuan prioritas sub faktor produk, yang menjadi prioritas pertama adalah

70 kualitas dengan bobot 0,388. Produk yang unggul dari kualitas akan memuaskan konsumen, dan menyebabkan konsumen melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut, maka dengan demikian penjualan akan terus meningkat. Kualitas yang dimaksud adalah yang bisa memuaskan konsumen baik secara keamanan, kebersihan, serta cita rasa yang tepat dengan keinginan konsumen. Prioritas kedua untuk mencapai tujuan meningkatkan penjualan adalah strategi harga dengan bobot 0,232, dan sub faktor utamanya penentuan harga berdasarkan harga produk pesaing dengan bobot 0,576. Penetapan harga yang tepat akan menarik konsumen untuk membeli Mie Instant yang diproduksi PT JTFI, salah satunya dengan memperhatikan perkembangan harga produk pesaing. Jika kualitas dan tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk pesaing lebih tinggi, maka penentuan harga produk tidak bisa melebihi harga pesaing. Harga produk yang lebih murah akan menjadi pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian, dengan demikian menyebabkan penjualan akan meningkat. Prioritas ketiga adalah strategi promosi dengan bobot 0,223. Promosi merupakan faktor penting dalam meningkatkan penjualan karena merupakan media yang dapat menginformasikan keunggulan produk yang dipasarkan perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan, sub faktor yang menjadi prioritas pertama dalam strategi promosi adalah iklan televisi dengan bobot 0,258. Iklan televisi dapat meningkatkan volume penjualan karena dengan cakupannya pemberian informasi yang luas, kemungkinan besar semakin banyak konsumen yang mengetahui produk Gaga Mie 100. Iklan yang dilakukan di televisi harus menarik dan tepat pada sasaran. Iklan yang lebih menonjolkan keunggulan

71 produk, baik dari segi kualitas, harga yang ekonomis, serta faktor keuntungan lain sehingga menarik perhatian konsumen untuk membeli produk tersebut. Prioritas keempat adalah strategi tempat/saluran distribusi dengan bobot 0,170, dan sub faktor utamanya adalah kemudahan mendapatkan produk dengan bobot 0,500. Peningkatan penjualan tentunya didukung oleh distribusi yang bisa memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk yang ditawarkan tesebut. Kemudahan tersebut bisa diciptakan dengan adanya jalur distribusi yang ditambah dan berada di tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh konsumen sasaran. Selain melalui distributor, juga bisa dilakukan dengan pemasaran langsung seperti pada acara bazar dan acara hiburan yang bisa mendatangkan banyak orang yang tentunya konsumen sasaran Gaga Mie Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Pemasaran Untuk Tujuan Menghadapi Persaingan Pengolahan tingkat tiga untuk tujuan menghadapi persaingan memilki rasio inkonsistensi yang sudah memenuhi persyaratan dengan nilai 0,00 (0 %). Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 16 dan Lampiran 8. Tabel 16. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Menghadapi Persaingan Strategi Rasio Tujuan Bauran Bobot Prioritas Inkonsistensi Pemasaran Menghadapi Persaingan Produk 0,252 2 Harga 0,239 3 Tempat 0,150 4 Promosi 0, ,00 Pada pengolahan tingkat empat untuk tujuan menghadapi persaingan juga telah memenuhi rasio inkonsistensi. Pada strategi produk rasio inkonsistensinya 0,03 (3 %), untuk strategi harga 0,00 (0 %), untuk strategi tempat/saluran

72 distribusi 0,00 (0 %), untuk strategi promosi 0,02 (2 %). Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 17 dan Lampiran 10. Tabel 17. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Menghadapi Persaingan Strategi Bauran Pemasaran Produk Harga Tempat Promosi Sub Faktor Bauran Pemasaran Bobot Kualitas 0,313 1 Kuantitas (ukuran/berat) 0,265 3 Desain Kemasan 0,120 4 Merek 0,301 2 Biaya Opersional 0,259 2 Segmentasi konsumen 0,140 3 Harga Produk Pesaing 0,602 1 Kemudahan Mendapatkan 0,484 1 Ketersediaan Produk 0,289 2 Kebersihan Tempat 0,227 3 Iklan Televisi 0,272 1 Iklan Reklame 0,146 3 Potongan Harga (Discount) 0,122 4 Peragaan (Demo) 0,086 7 Pemberian Hadiah 0,155 2 Hubungan Masyarakat 0,119 5 Pemasaran Langsung 0,100 6 Rasio Inkonsistensi 0,03 0,00 0,00 0,02 Hasil pengolahan horizontal strategi pemasaran untuk tujuan menghadapi persaingan, yang menjadi prioritas pertama adalah strategi promosi dengan bobot 0,359, dan sub faktor utamanya iklan televisi dengan bobot 0,272. Persaingan yang semakin ketat salah satunya ditunjukan dengan adanya promosi yang besar-besaran dilakukan oleh perusahaan. Iklan yang ditayangkan di televisi adalah media yang sangat bagus untuk mendominasi tingkat persaingan tersebut. Iklan tersebut adalah iklan yang bisa menyampaikan pesan dari produk serta tepat pada sasaran. Berdasarkan segmentasi produk Gaga Mie 100 yaitu menengah ke bawah, maka tayangan televisinya pun yang diperuntukan untuk kalangan tersebut, sehingga persaingan bisa dihadapi secara efektif dan efisien

73 Prioritas kedua adalah strategi produk dengan bobot 0,252, dan sub faktor utamanya adalah kualitas produk dengan bobot 0,313. Persaingan produk Mie Instant di pasaran yang juga mencolok adalah adanya produk-produk yang menawarkan kualitas dengan berbagai keunggulannya masing-masing. Keunggulan yang membedakan produk satu dengan yang lain akan menyebabkan produk tersebut mempunyai daya saing. Prioritas ketiga adalah strategi harga dengan bobot 0,239, dan yang menjadi sub faktor utamanya adalah harga produk pesaing dengan bobot 0,602. Dalam persaingan, harga dapat dijadikan indikator. Harga produk yang bersaing adalah harga yang sesuai dengan kemampuan konsumen yang menjadi sasaran. Konsumen sebagai pengguna tentunya selain mempertimbangkan faktor kualitas produk, juga akan membandingkan harga antara produk yang satu dengan yang lain. Pada saat penentuan harga produk, tentunya perusahaan harus lebih jeli dalam melihat perkembangan harga produk pesaingnya. Sebagaiman telah disebutkan sebelumnya, jika menurut konsumen kualitas produk Gaga Mie 100 di bawah pesaingnya, maka penentuan harga tidak boleh lebih dari harga pesaing tersebut. Prioritas keempat adalah strategi tempat/saluran distribusi dengan bobot 0,150, dan sub faktor utamanya adalah kemudahan mendapatkan dengan bobot 0,484. Persaingan produk di pasaran bisa dihadapi dengan adanya pendistribusian yang lebih tepat sasaran, sehingga lebih memudahkan konsumen mendapatkan produk yang ditawarkan tersebut. Produk yang mudah didapatkan akan menjadi pilihan terakhir walaupun terkesan sebagai produk pengganti, akan tetapi apabila kondisi tersebut berlangsung lama, maka akan memberikan citra baik bagi produk

74 pengganti tersebut, dan akhirnya persaingan yang terjadi bisa dihadapi dengan memperbaiki citra atau pelayanan yang diberikan Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Pemasaran Untuk Tujuan Meningkatkan Keuntungan Rasio inkonsistensi pada pengolahan horizontal tingkat tiga ini sudah memenuhi persyaratan. Rasio inkonsistensi bernilai 0,00 (0 %). Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 dan Lampiran 8. Tabel 18. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Meningkatkan Keuntungan Strategi Rasio Tujuan Bauran Bobot Prioritas Inkonsistensi Pemasaran Meningkatkan Keuntungan Produk 0,177 3 Harga 0,430 1 Tempat 0,167 4 Promosi 0, ,00 Pada pengolahan tingkat empat untuk tujuan meningkatkan keuntungan juga telah memenuhi rasio inkonsistensi. Pada strategi produk rasio inkonsistensinya bernilai 0,01 (0 %), untuk strategi harga 0,00 (0 %), untuk strategi tempat/saluran distribusi 0,02 (2 %), untuk strategi promosi 0,01 (1 %). Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 19 dan Lampiran 11.

75 Tabel 19. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Meningkatkan Keuntungan Strategi Bauran Pemasaran Produk Harga Tempat Promosi Sub Faktor Bauran Pemasaran Bobot Prioritas Kualitas 0,260 2 Kuantitas (ukuran/berat) 0,378 1 Desain Kemasan 0,154 4 Merek 0,208 3 Biaya Opersional 0,522 1 Segmentasi konsumen 0,142 3 Harga Produk Pesaing 0,336 2 Kemudahan Mendapatkan 0,388 2 Ketersediaan Produk 0,417 1 Kebersihan Tempat 0,194 3 Iklan Televisi 0,192 1 Iklan Reklame 0,089 7 Potongan Harga (Discount) 0,157 3 Peragaan (Demo) 0,128 5 Pemberian Hadiah 0,113 6 Hubungan Masyarakat 0,170 2 Pemasaran Langsung 0,150 4 Rasio Inkonsistensi 0,01 0,00 0,02 0,01 Prioritas pertama untuk meningkatkan keuntungan adalah strategi harga dengan bobot 0,430 dan sub faktor utamanya adalah biaya operasional dengan bobot 0,522. Penentuan harga berdasarkan biaya operasional produk tentunya menjadi faktor utama karena berhubungan dengan besarnya penerimaan dari penjualan produk tersebut. Harga produk yang terlalu tinggi tidak akan mendatangkan keuntungan yang besar, karena tidak menutupi biaya operasional yang digunakan. Kondisi yang dialami PT JTFI dengan produk Gaga Mie 100 adalah adanya kenaikan harga bahan baku utama yaitu terigu. Apabila prioritas tujuan dari strategi pemasarannya ingin meningkatkan keuntungan, maka dalam penentuan harga produk Gaga Mie 100 tidak bisa tergantung dengan harga produk pesaing, tetapi harus berdasarkan biaya operasionalnya. Penentuan harga ini dilakukan karena para pesaing cenderung bertahan pada harga semula, tidak

76 terpengaruh dengan adanya kenaikan harga terigu. Para pesaing lebih bertahan karena memilki cadangan terigu yang memadai dengan memproduksinya sendiri, seperti yang dilakukan oleh Indofood dengan produknya yang bermerek Indomie. Prioritas kedua adalah strategi promosi dengan bobot 0,226, dan sub faktor utamanya adalah iklan televisi dengan bobot 0,192. meskipun promosi yang dilakukan dengan menggunakan media televisi cukup mahal, tetapi cakupan dalam penyampaian informasi lebih luas dan cepat diterima oleh konsumen, dibandingkan dengan media lain. Informasi yang diterima tersebut secara tidak langsung memberikan keuntungan, karena kemungkinan besar pembelian terhadap produk tersebut akan meningkat. Prioritas ketiga adalah strategi produk dengan bobot 0,177, dan sub faktor utamanya adalah kuantitas dengan bobot 0,378. Peningkatan keuntungan suatu penjualan produk juga dapat diperoleh dari penyesuaian kuantitas yang meliputi ukuran dan berat produk itu sendiri, artinya sedikit saja kita mengurangi kuantitas dari produk, maka biaya produksi yang digunakan dapat diturunkan. Penurunan biaya produksi mengakibatkan lebih leluasanya dalam penentuan harga pokok produk. Penentuan harga produk yang lebih tinggi dari harga pokok produk akan mendatangkan keuntungan yang besar. Prioritas keempat adalah strategi tempat/saluran distribusi dengan bobot 0,167, dan sub faktor utamanya adalah ketersediaan produk dengan bobot 0,417. Tempat/saluran distribusi harus menjamin adanya ketersediaan produk pada saat adanya permintaan dari konsumen. Apabila adanya permintaan yang tinggi dan perusahaan dapat memenuhi permintaan tersebut, maka akan memberikan kepercayaan bagi konsumen. Kepercayaan dari konsumen merupakan keuntungan

77 jangka panjang yang didapatkan perusahaan. Bagan hasil analisis horizontal untuk masing-masing tujuan dapat dilihat pada Gambar 4. Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Meningkatkan Penjualan 0,612 Meningkatkan Keuntungan (0,243) Menghadapi Persaingan (0,145) Produk (0,375) Kualitas (0,388) Harga (0,430) Biaya Operasional (0,522) Promosi (0,359) Iklan Televisi (0,272) Gambar 5. Bagan Hasil Analisis Horizontal 6. 3 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Untuk Prioritas Tujuan Penentuan prioritas tujuan dari strategi pemasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan, selain dengan pengolahan horizontal juga dilakukan dengan pengolahan vertikal. Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 20 dan Lampiran 12. Tabel 20. Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Tujuan Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Tujuan Bobot Prioritas Rasio Inkonsistensi Meningkatkan Penjualan 0,612 1 Menghadapi Persaingan 0, ,00 Meningkatkan Keuntungan 0,243 2

78 Persyaratan rasio inkonsistensi untuk hasil pengolahan vertikal tingkat dua sudah terpenuhi, nilainya 0,00 (0 %). Hasil pengolahan vertikal ini menunjukan hasil yang sama dengan pengolahan tingkat dua secara horizontal. Prioritas pertama adalah tujuan meningkatkan penjualan dengan bobot 0,612, prioritas kedua adalah meningkatkan keuntungan dengan bobot 0,243, dan prioritas ketiga adalah menghadapi persaingan dengan bobot 0,145. Dari hasil pengolahan ini menunjukan bahwa prioritas menyeluruh yang ingin dicapai perusahaan adalah meningkatkan penjualan. Meningkatnya volume penjualan produk Gaga Mie 100 akan bisa mendorong pengembangan usaha PT JTFI karena produk tersebut merupakan produk utama yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Peningkatan penjualan menjadi prioritas tujuan yang ingin dicapai yang selama empat tahun terakhir ini mengalami penurunan Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Pemasaran Hasil pengolahan vertikal tingkat tiga menunujukan prioritas setiap strategi bauran pemasaran dari keseluruhan tujuan yang ingin dicapai perusahaan terhadap fokus atau sasaran utamanya pada tingkat satu, yaitu prioritas strategi pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI. Hasil pengolahan ini sudah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi, nilainya 0,00 (0 %). Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 21 dan Lampiran 12. Tabel 21. Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Strategi Bauran Rasio Bobot Prioritas Pemasaran Inkonsistensi Produk 0,313 1 Harga 0, ,00 Tempat 0,166 4 Promosi 0,245 3

79 Hasil pengolahan vertikal tingkat empat menunjukan prioritas dari keseluruhan sub faktor bauran pemasaran pada setiap strategi bauran pemasaran dan tujuan dari strategi pemasaran terhadap fokus atau sasaran utamanya pada tingkat satu, yaitu prioritas strategi pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI. Rasio inkonsistensi hasil pengolahan vertikal tingkat empat sudah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi, nilainya 0,01 (satu presen). Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 22 dan Lampiran 12. Tabel 22. Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Strategi Bauran Pemasaran Produk Harga Tempat Promosi Sub Faktor Bauran Pemasaran Bobot Prioritas Kualitas 0,122 1 Kuantitas (ukuran/berat) 0,062 3 Desain Kemasan 0,046 4 Merek 0,091 2 Biaya Opersional 0,068 2 Segmentasi konsumen 0,026 3 Harga Produk Pesaing 0,091 1 Kemudahan Mendapatkan 0,061 1 Ketersediaan Produk 0,046 2 Kebersihan Tempat 0,023 3 Iklan Televisi 0,091 1 Iklan Reklame 0,035 6 Potongan Harga (Discount) 0,053 3 Peragaan (Demo) 0,035 6 Pemberian Hadiah 0,071 2 Hubungan Masyarakat 0,048 4 Pemasaran Langsung 0,042 5 Rasio Inkonsistensi 0,01 Prioritas pertama yang menyeluruh dari semua strategi adalah strategi produk dengan bobot 0,313, dan sub faktor utamanya adalah kualitas produk dengan bobot 0,122. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, strategi produk dengan mengutamakan kualitas adalah yang paling menentukan baik untuk meningkatkan penjualan dalam jangka pendek, persaingan yang bisa dihadapi, serta keuntungan jangka panjang bagi perusahaan.

80 Prioritas kedua adalah strategi harga dengan bobot 0,276, dan sub faktor utamanya adalah harga produk pesaing dengan bobot 0,091. Penentuan harga produk harus dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, salah satunya harga produk pesaing. Pada saat ini terdapat perusahaan-perusahaan Mie Instant yang menawarkan harga produknya dibawah harga Gaga Mie 100, karena memiliki sumber daya yang mendukung, diantaranya bahan baku dan biaya promosi. Prioritas ketiga adalah promosi dengan bobot 0,245, dan sub faktor utamanya adalah iklan televisi dengan bobot 0,091. iklan yang dilakukan di televisi selain dapat mendorong peningkatan penjualan karena ketertarikan konsumen yang kemudian membeli produk, juga secara langsung akan meningkatkan daya saing yang menguntungkan bagi perusahaan. Prioritas keempat adalah strategi tempat/saluran distribusi dengan bobot 0,166, dan sub faktor utamanya adalah kemudahan konsumen mendapatkan produk dengan bobot 0,061. Strategi tempat/saluran distribusi meskipun menjadi prioritas yang terakhir, tapi dalam pelaksanaannya sangat penting untuk menyampaikan produk yang kita tawarkan ke tangan konsumen sebagai pengguna. Total penjualan yang meningkat akibat dari pembelian konsumen yang tinggi karena mudahnya produk diperoleh, keuntungan jangka panjang karena adanya kepercayaan konsumen terhadap pelayanan yang memuaskan, serta persaingan pun bisa dihadapi. Bagan hasil analisis vertikal dapat dilihat pada Gambar 5.

81 Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Meningkatkan Penjualan 0,612 Produk (0,313) Harga (0,276) Promosi (0,245) Tempat (0,166) Kualitas (0,122) Harga Pesaing (0,091) Iklan Televisi (0,091) Kemudahan Mendapatkan (0,061) Gambar 5. Bagan Hasil Analisis Vertikal 6. 4 Perumusan Prioritas Strategi Pemasaran Setelah dilakukan analisis dengan pengolahan horizontal, diperoleh prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang berada satu tingkat di atas elemen tersebut. Hasil pengolahan horizontal belum memperlihatkan keseluruhan kaitan setiap elemen dalam suatu hirarki, maka dilakukan pengolahan vertikal. Pengolahan vertikal bertujuan mendapatkan suatu prioritas pengaruh setiap elemen pada level tertentu dalam suatu hirarki terhadap fokus atau sasaran utamanya pada tingkat satu. Berdasarkan hasil pengolahan vertikal, pada tingkat dua yang menjadi prioritas pertama adalah tujuan meningkatkan penjualan. Sesuai dengan volume penjualan Gaga Mie 100 yang terus mengalami penurunan (tahun ), tujuan tersebut sangat relevan. Manajemen perusahaan beranggapan dengan meningkatnya volume penjualan, maka keuntungan yang diterima perusahaan juga akan meningkat, dengan demikian perusahaan mempunyai tambahan modal kerja dalam mengembangkan bisnisnya.

82 Strategi produk menjadi prioritas pertama dengan kualitas sebagai sub faktor strategi bauran pemasarannya. Produk Mie Instant yang berkualitas meliputi rasa, aroma, tekstur/kekenyalan, kematangan mie, dan penampakan produk. Hal ini menunjukan bahwa berbagai macam merek Mie Instant yang menampilkan keunggulannya masing-masing, menyebabkan konsumen lebih selektif dalam memilih produk sebelum melakukan pembelian. Meskipun produk Gaga Mie 100 cukup lama muncul di pasaran setelah produk Indofood, akan tetapi dengan bertambahnya berbagai merek baru yang menawarkan keunggulannya masing-masing, menyebabkan citra kualitas Gaga Mie 100 menurun dimata konsumen. Kualitas Gaga Mie 100 harus terus ditingkatkan, karena akan menambah kepercayaan konsumen, dengan demikian citra baik perusahaan akan terus terbentuk. Daya beli konsumen karena adanya kepercayaan kualitas dari suatu produk akan meningkat, maka volume penjualan produk pun meningkat. Strategi harga menjadi prioritas kedua dengan sub faktor penentuan harga berdasarkan harga produk pesaing. Harga merupakan strategi bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, maka penentuan harga harus diperhitungkan secara tepat. Penentuan harga berdasarkan harga produk pesaing artinya sebuah perusahaan harus benar-benar mengikuti perkembangan harga di pasaran karena berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Konsumen akan lebih memilih merek Mie Instant yang paling terjangkau harganya dengan kualitas sama atau lebih baik. Apabila kualitas produk pesaing sudah mempunyai citra baik di mata konsumen, maka dalam penentuan harga produk tidak boleh lebih tinggi dari harga produk pesaing, maksimal sama dengan harga produk pesaing, kecuali konsumen sudah benar-benar loyal terhadap produk yang kita tawarkan. Pada

83 kondisi saat ini harga produk Gaga Mie 100 tidak bisa menyesuaikan dengan harga produk para pesaingnya, seperti Indomie dan Mie Sedaap yang bertahan pada harga di bawah harga produk Mie dari seluruh produsen Mie Instant. Berdasarkan hasil survei di salah satu pasar swalayan besar (Giant), contohnya Indomie Rasa Soto bisa bertahan dengan harga semula, yaitu Rp per bungkus dengan berat produk 70 gram. Harga Mie Sedaap Rasa Soto berada di bawah harga Indomie dan Gaga Mie 100 yaitu Rp dengan ukuran/berat 75 gram, lebih tinggi dari Indomie. Harga Gaga Mie 100 Rasa Soto adalah Rp dengan berat 80 gram. Harga Gaga Mie 100 Rasa Soto tersebut tidak bersaing, karena meskipun ukuran/beratnya lebih tinggi, ada merek lain yang menawarkan harga sama tetapi ukuran/bertanya lebih tinggi, yaitu 101 gram. Merek Mie Instant yang menawarkan Mie dengan berat 101 gram tersebut adalah Sarimie Besar. Daftar harga beberapa produk Mie Instant dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Daftar Harga Mie Instant Rasa Soto di Pasar Swalayan Giant Pangrango Plaza-Bogor per Tanggal 25 Juli 2008 Merek Berat Mie (gram) Harga (rupiah) Indomie ABC Kare Mie Sedaap Gaga Mie Sarimie Besar Sumber : Survei di Pasar Swalayan Giant Pangrango Plaza Bogor 6 Strategi promosi menjadi prioritas ketiga dengan sub faktor promosi melalui iklan di televisi. Promosi menjadi hal yang penting dalam mengkomunikasikan karakteristik dari Mie Instant Gaga Mie 100, karena tujuan dari produk ini pada awalnya adalah menawarkan produk Mie Instant dengan berat yang proporsional dalam penyajiannya yaitu 100 gram. Dengan berat yang 6 Hasil survei di Pasar Swalayan Giant Pangrango Plaza Bogor. 25 Juli 2008.

84 lebih besar dari merek lain, maka harga yang ditawarkan pun lebih tinggi. Pesan dari produk yang ditawarkan tersebut tidak sampai ke konsumen, mengakibatkan konsumen memilih Mie Instant yang lebih murah dengan citra kualitas yang lebih baik. Iklan televisi mencakup audio dan visual, artinya pesan yang disampaikan dapat dilihat dan didengar oleh konsumen. Meskipun biaya iklan televisi lebih tinggi dari strategi promosi yang lain, akan tetapi cakupannya lebih cepat dan luas, sehingga apabila iklannya tepat sasaran, akan lebih efektif dalam mengkomunikasikan produk Gaga Mie 100 tersebut. Prioritas keempat adalah strategi tempat/saluran distribusi, dengan sub faktor kemudahan konsumen mendapatkan produk Gaga Mie 100. Lokasi produksi Gaga Mie Instant cukup mendukung jalur distribusinya karena letak yang cukup strategis, yaitu dekat dengan jalan tol yang mengarah ke jakarta sebagai tempat distributor utama produk Gaga Mie Implikasi Prioritas Strategi Pemasaran Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik, yang menjadi prioritas tujuan strategi pemasaran Gaga Mie 100 adalah meningkatkan penjualan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap tujuan peningkatan penjualan, antara lain adalah volume produksi harus ditingkatkan untuk menjamin ketersediaan produk. Pada saat dilakukan peningkatan volume produksi, dibutuhkan biaya operasional yang juga bertambah untuk penyediaan bahan baku, upah tenaga kerja, dan biaya-biaya operasional lainnya.

85 Peningkatan biaya produksi yang terjadi akibat adanya target penjualan yang ditingkatkan, merupakan resiko yang besar dalam penggunaan modal kerja perusahaan. Agar pemakaian biaya tersebut efisien, maka perhitungan alokasi biaya yang digunakan harus tepat. Dalam pelaksanaannya, semua bagian dalam perusahaan harus mengerti dan mendukung pencapaian tujuan perusahaan, terutama bagian keuangan, perencanaan produksi dan persediaan bahan baku, serta bagian produksi itu sendiri. Prioritas pertama strategi bauran pemasaran yang telah dirumuskan adalah strategi produk dengan sub faktor utama kualitas produk. Produk Mie Instant yang berkualitas adalah yang bisa memuaskan konsumen, artinya yang menjadi tolak ukur kualitas adalah sesuai dengan permintaan konsumen yang menjadi standar kualitas produk suatu perusahaan. Standar tersebut meliputi keamanan, kebersihan, dan cita rasa yang tepat dengan selera konsumen. Untuk menciptakan Mie Instant yang berkualitas tentunya harus didukung oleh berbagai pihak dalam perusahaan, tentang pentingnya kualitas suatu produk tersebut. Baik manajemen maupun bagian operasional perusahaan harus benarbenar berkomitmen dalam menjaga kualitas produk, sehingga memberikan jaminan kualitas produk kepada konsumen. Produk Mie Instant yang sesuai standar mutu harus terkontrol dalam setiap proses produksinya, mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi, pengemasan, penyimpanan, serta pendistribusian sampai dengan tahap penjualannya kepada konsumen. Selain dari kualitas produk dalam proses produksinya, perusahaan dalam hal ini bagian pengembangan produk

86 (Reserch and Development) harus terus berinovasi untuk menambah keunggulan dari produk dibandingkan dengan para pesaingnya. Prioritas yang kedua adalah strategi harga dengan penentuan harga berdasarkan harga produk pesaing. Harga produk pesaing yang menjadi acuan menuntut suatu perusahaan untuk terus mengikuti perkembangan pasar, khususnya kenaikan maupun penurunan harga produk. Harga produk Mie Instant yang saat ini cenderung dipengaruhi harga bahan baku yang mengalami peningkatan seperti harga tepung terigu, akan dijadikan peluang bagi para pesaing. Para pesaing tersebut adalah yang mempunyai persediaan bahan baku yang banyak, sehingga meskipun harga bahan baku naik, tidak akan mempengaruhi biaya operasionalnya, sehingga kenaikan harga produknya hanya sedikit atau sama sekali tidak dinaikan. Prioritas yang ketiga adalah strategi promosi dengan mengutamakan iklan di televisi. Iklan yang dilakukan dengan memanfaatkan media televisi tentunya akan lebih cepat dan mencapai cakupan yang luas. Implikasi yang akan terjadi bagi perusahaan adalah, pertama perusahaan akan mengeluarkan biaya besar untuk pembelanjaan iklan, karena berdasarkan wawancara dengan pihak PT JTFI, iklan di televisi merupakan biaya promosi yang paling tinggi, yaitu mencapai (6-7 %) dari harga pokok produk. Implikasi yang kedua adalah, kemungkinan besar apabila iklan tersebut cukup berhasil menarik konsumen untuk membeli produk Gaga Mie 100, maka tujuan utama perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan akan tercapai.

87 Prioritas keempat adalah strategi tempat/saluran distribusi dengan mengutamakan kemudahan konsumen mendapatkan produk Gaga Mie 100. Saluran distribusi merupakan hal yang cukup penting karena menentukan penyampaian produk ke tangan konsumen sebagai pengguna. Agar konsumen lebih mudah dalam mendapatkan produknya, maka perusahaan harus lebih memperluas jalur distribusi, baik dengan menambah distributor serta armada transportasi yang bisa menyampaikan produk ke tempat yang lebih terjangkau oleh konsumen.

88 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7. 1 Kesimpulan Tujuan utama yang ingin dicapai PT JTFI dalam memasarkan produk Mie Instant Gaga Mie 100 adalah meningkatkan penjualan. Prioritas pertama strategi bauran pemasarannya adalah strategi produk dengan mengutamakan kualitas produk, prioritas kedua adalah strategi harga dengan cara penentuan harga sesuai perkembangan harga produk pesaing, prioritas ketiga dilakukannya strategi promosi dengan iklan di televisi, dan prioritas keempat adalah strategi tempat/saluran distribusi dengan lebih mementingkan kemudahan konsumen mendapatkan produk. Implikasi yang akan terjadi terhadap pemilihan prioritas strategi tersebut antara lain bertambahnya anggaran biaya serta lebih ketatnya pengawasan mutu produk. Anggaran biaya yang bertambah, meliputi biaya penambahan volume produksi untuk mendukung peningkatan penjualan, biaya promosi, dan penyediaan sarana dalam pendistribusian produk Saran Beberapa saran yang dapat dijadikan masukan bagi PT JTFI adalah sebagai berikut : 1. Pengadaan persediaan (stock) bahan baku harus lebih efektif dan efisien sesuai kebutuhan. 2. Komitmen semua bagian di perusahaan terhadap penjaminan kualitas produk lebih ditingkatkan, baik dari manajemen yang memberikan kebijakan, maupun

89 dari bagian operasional yang melaksanakan kebijakan tersebut. Diberlakukannya sangsi yang berat terhadap karyawan yang melanggar komitmen mutu, serta pemberian hadiah bagi karyawan yang mentaatinya. Selain dari pihak perusahaan, harus ditanamkan juga akan pentingnya kualitas suatu produk kepada pihak yang berkepentingan seperti pemasok bahan baku dan distributor. Diberlakukannya sangsi untuk tidak memasok bahan baku karena telah diberikan citra kualitas buruk bagi pemasok tersebut. 3. Iklan televisi yang digunakan harus lebih tepat dalam mengkomunikasikan produk kepada konsumen sasaran, serta menjelaskan positioning Gaga Mie 100 di pasaran, karena pada kondisi sekarang dengan merek Gaga Mie 100 tidak berarti beratnya 100 gram, tetapi hanya 88 gram untuk Mie Goreng dan 80 gram untuk Mie Kuah. 4. Pendistribusian harus lebih merata dan tepat sasaran sesuai dengan permintaan konsumen, karena selera konsumen terhadap rasa produk makanan seperti Mie Instant, setiap daerah berbeda-beda.

90 DAFTAR PUSTAKA Agustini, R Analisis Strategi Pemasaran 7P Obat-Obatan dan Vitamin Ternak pada PT Alco Company, Tanggerang, Banten. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis.Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Amirulloh, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsumen dalam Keputusan Pembelian Mi Instan Salam Mie (Kasus pada Masyarakat Kelurahan Tegallega Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Assauri, S Manajemen Pemasaran. PT Raja Grafindo. Jakarta. Chandradhy, D Strategi-Strategi Pemasaran di Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indnesia. Jakarta. David, FR Manajemen Strategi Konsep. Edisi ke Tujuh. PT Indeks. Jakarta. Farhani, D Analisis Strategi Pemasaran Salam Mie (Studi Kasus : PT. Sentrafood Indonesia Corporation). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Firdaus, M dan Afendi, FM Aplikasi Metode Kuantitaif Terpilih untuk Manajemen dan Bisnis. IPB Press. Gitosudarmo, I Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Kartajaya, H Memenangkan Persaingan dengan Segitiga Positioning- Diferensiasi-Brand. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kotler, P Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Edisi Kesembilan. Julid satu. PT Prenhalindo. Jakarta Manajemen Pemasaran. Jilid satu. Edisi Millenium. PT Prenhallindo. Jakarta Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. PT Prenhallindo. Jakarta Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jilid 1. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.

91 Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jilid 2. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. Palada, I Analisis Brand Equity Mie Instant. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Pearce, JA dan Robinson, RB Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jilid satu. Binarupa Aksara. Jakarta. Porter, M Strategi Bersaing. Penerbit Erlangga. Jakarta. Rahmadani, L Optimalisasi Produksi Mie Instan di PT Jakarana Tama, Ciawi-Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Rirwansyah, F Strategi Pemasaran pada Rumah Makan Sate kiloan Empuk Cibinong (Kasus Strategi Pemasaran pada Perusahaan Baru). Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Saaty, T. L Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (PHA untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks). Edisi Bahasa Indonesia. IPMM dan PT Pustaka Binaman Pressindo. Sari, AK Analisis Strategi Pemasaran Madu pada Pusat Plebahan Nasional (PUSBAHNAS) Parung Panjang, Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Shimp, TA Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Edisi Ke-5. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. Simamora, Riset Pemasaran: Falsafah, Teori dan Aplikasi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Susanti, R Analisis Ekuitas Merek Mie Instan di Kecamatan Bogor Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Swastha, B dan Sukotjo, I Pengantar Bisnis Modern. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Tania, R Analisis Respon Konsumen terhadap Produk Mie Instan Merek Salam Mie Rasa Mi Goreng Jawa (Studi Kasus di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

92

93 Lampiran 1. Foto Produk Mie Instant

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : DIAN HERYANTO A14105662 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A.14105704 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SARI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) Oleh : CITRA WIDYALESTARI A 14105522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi sekarang ini cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan perekonomian dan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik yang kemudian berpengaruh terhadap berbagai sektor industri yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. baik yang kemudian berpengaruh terhadap berbagai sektor industri yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi sekarang ini cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Khususnya

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri-ciri yang semakin menonjol dalam dunia bisnis di Indonesia belakangan ini adalah kompleksitas, persaingan, perubahan dan ketidakpastian. Keadaan tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas sekarang ini, tingkat persaingan usaha di

BAB I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas sekarang ini, tingkat persaingan usaha di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era perdagangan bebas sekarang ini, tingkat persaingan usaha di pasaran sangat ketat sekali. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini semakin pesat. Berbagai produk baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu berkembang maupun

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A14105695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi pemasaran yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi pemasaran yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perubahan-perubahan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perubahan-perubahan terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perubahan-perubahan terjadi pada berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi. Dan dari keadaan ini semua pihak

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai)

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai) ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai) Oleh : DARMA SAUT PARULIAN SITUMORANG A 14105660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Aktivitas masyarakat saat ini yang semakin tinggi menyebabkan pola konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Aktivitas masyarakat saat ini yang semakin tinggi menyebabkan pola konsumsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas masyarakat saat ini yang semakin tinggi menyebabkan pola konsumsi pangan masyarakat berubah. Perubahan pola atau gaya hidup masyarakat yang sudah semakin

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Oleh : THOMSON BERUTU A

Oleh : THOMSON BERUTU A ANALISIS MANAJEMEN STRATEGI GIANT (PT. HERO SUPERMARKET, Tbk.) DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN RITEL DI KOTA BOGOR (Studi Kasus di Giant PT. Hero Supermarket, Tbk. Botani Square) Oleh : THOMSON BERUTU A 14105616

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR Oleh : NOVA RESKI SEPTINA K A14104117 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung nilai gizi yang tinggi. Gizi yang tinggi ini merupakan sumber

I. PENDAHULUAN. mengandung nilai gizi yang tinggi. Gizi yang tinggi ini merupakan sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecap manis merupakan salah satu produk turunan kedelai yang mengandung nilai gizi yang tinggi. Gizi yang tinggi ini merupakan sumber karbohidrat dan protein yang diperoleh

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SEPATU PADA CV. MULIA CIOMAS, BOGOR. Oleh : Arief Widiatmoko A

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SEPATU PADA CV. MULIA CIOMAS, BOGOR. Oleh : Arief Widiatmoko A ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SEPATU PADA CV. MULIA CIOMAS, BOGOR Oleh : Arief Widiatmoko A14102135 DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN ARIEF

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR Disusun Oleh : SYAIFUL HABIB A 14105713 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin maju dan mengalami perkembangan, ini ditunjukkan semakin banyaknya bermunculan perusahaan industri, baik industri

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baku utamanya adalah tepung terigu, yang diolah dengan merebus dalam air panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baku utamanya adalah tepung terigu, yang diolah dengan merebus dalam air panas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Definisi Mie Instan Mie instan adalah sejenis produk makanan berbentuk pasta yang berbahan baku utamanya adalah tepung terigu, yang diolah dengan merebus dalam air

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN KINERJA ATRIBUT TEH HIJAU SIAP MINUM MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL DI KOTA JAKARTA. Dhita Aditya Ayuningtyas H

ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN KINERJA ATRIBUT TEH HIJAU SIAP MINUM MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL DI KOTA JAKARTA. Dhita Aditya Ayuningtyas H ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN KINERJA ATRIBUT TEH HIJAU SIAP MINUM MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL DI KOTA JAKARTA Dhita Aditya Ayuningtyas H34066034 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang jumlah penduduknya setiap tahun mengalami peningkatan. Banyaknya jumlah penduduk ini juga mengakibatkan banyaknya jumlah pangan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan 144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada pepatah yang berbunyi Mempertahankan sesuatu lebih sulit daripada

BAB I PENDAHULUAN. Ada pepatah yang berbunyi Mempertahankan sesuatu lebih sulit daripada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada pepatah yang berbunyi Mempertahankan sesuatu lebih sulit daripada merebutnya. Pepatah tersebut menginspirasi bagaimana seharusnya perusahaan mempertahankan konsumennya

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK

ANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK ANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK SUSU CIMORY (Kasus di Giant Hypermarket Botani Square Bogor) Oleh : RIKA ARIANIKA DEWI A14105596 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

USAHA SUSU KEDELAI. Oleh : A

USAHA SUSU KEDELAI. Oleh : A ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SUSU KEDELAI BUBUK INSTAN (Studi Kasus: PD Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor) Oleh : AGUS SATRIYO BUDI A14104072 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA Oleh : NURSYAMSIYAH A14102046 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A

ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A14105629 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PADA INDUSTRI MI INSTAN DI INDONESIA

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PADA INDUSTRI MI INSTAN DI INDONESIA ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PADA INDUSTRI MI INSTAN DI INDONESIA Eka Siti Khasanah Romuelah Seena Disusun Oleh : Fitri Handayani Nur Hakim Tiara Natasha P. E. L Dosen Pengampu: Dr. H. Ardito

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Produk Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan penyajiannya (Kotler, 2001:126). Produk adalah suatu sifat yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. merupakan salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. merupakan salah satu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. merupakan salah satu perusahaan besar yang sangat terkenal di Indonesia. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan makanan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam siklus yang bermula dan

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam siklus yang bermula dan II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran merupakan salah satu dari hal terpenting bagi perusahaan untuk membantu organisasi mencapai tujuan utamanya adalah mendapatkan laba atau

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN MIE INSTAN INDOMIE

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN MIE INSTAN INDOMIE PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN MIE INSTAN INDOMIE Nama : Atikah Rahmawati NPM : 11210214 Jurusan Pembimbing : Manajemen : Nenik Diah Hartanti, SE, MM LATAR BELAKANG Sektor industry

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, masyarakat Indonesia sudah mulai terpengaruh dan mengadaptasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, masyarakat Indonesia sudah mulai terpengaruh dan mengadaptasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, masyarakat Indonesia sudah mulai terpengaruh dan mengadaptasi gaya hidup orang asing yang dikenal dengan istilah westernisasi, mulai dari gaya

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A.

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. 14103550 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) : Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS Oleh TUTUT RETNO LESTARI A 14102716 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha untuk melakukan pembelian, konsumen tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha untuk melakukan pembelian, konsumen tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam usaha untuk melakukan pembelian, konsumen tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya, dan mutu dari produk tersebut. Perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka ragam, antara lain kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer merupakan prioritas utama

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A 14105587 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di

II. LANDASAN TEORI. Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di II. LANDASAN TEORI A. Strategi Pemasaran 1. Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

Lebih terperinci

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM MAKALAH KEGIATAN PPM Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM Oleh: Muniya Alteza, M.Si 1 Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Usaha bagi UKM di Desa Sriharjo, Bantul Dalam Rangka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR. Oleh : HAFNANSYAH HARAHAP A

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR. Oleh : HAFNANSYAH HARAHAP A ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR Oleh : HAFNANSYAH HARAHAP A 14103540 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) PADA PRODUK KEMBANG GULA LUNAK (CHEWY CANDY) RASA BUAH DI KOTA BOGOR OLEH : MOHAMMAD HATTA A

ANALISIS EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) PADA PRODUK KEMBANG GULA LUNAK (CHEWY CANDY) RASA BUAH DI KOTA BOGOR OLEH : MOHAMMAD HATTA A ANALISIS EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) PADA PRODUK KEMBANG GULA LUNAK (CHEWY CANDY) RASA BUAH DI KOTA BOGOR OLEH : MOHAMMAD HATTA A 14103568 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN DAN SENSITIVITAS HARGA BEBERAPA MEREK KECAP MANIS DI KOTA DEPOK (Kasus Kecap Merek Bango, ABC, dan Nasional)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN DAN SENSITIVITAS HARGA BEBERAPA MEREK KECAP MANIS DI KOTA DEPOK (Kasus Kecap Merek Bango, ABC, dan Nasional) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN DAN SENSITIVITAS HARGA BEBERAPA MEREK KECAP MANIS DI KOTA DEPOK (Kasus Kecap Merek Bango, ABC, dan Nasional) Oleh : BERTHA ELIZABET A14104131 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT Oleh : SUHENDRI A 14105610 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke tiga terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke tiga terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke tiga terbesar di dunia memiliki kebutuhan pangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya.

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango)

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) DISUSUN OLEH: EFENDY A14104121 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh manusia lain dalam berinteraksi sehari-hari. Terutama dalam memenuhi kebutuhannya, karena setiap manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Http ://www.id-wikipedia.com/2009. (27 Juli 2009)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Http ://www.id-wikipedia.com/2009. (27 Juli 2009) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Sate Sop Kambing Sate adalah sejenis makanan yang dibuat dari potongan-potongan daging berupa daging ayam atau daging kambing yang ditusuk dengan lidi atau tusuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasarkan sebuah produk, perusahaan memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasarkan sebuah produk, perusahaan memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasarkan sebuah produk, perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggannya dengan mengajukan proposal nilai yaitu serangkaian keuntungan yang mereka tawarkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR

VI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR VI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR 6.1. Karakteristik Konsumen Minute Maid Pulpy Orange Karakteristik konsumen pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke-3 terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke-3 terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia, sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke-3 terbesar di dunia memiliki kebutuhan pangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi. Dan dari keadaan ini semua

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi. Dan dari keadaan ini semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perubahan-perubahan terjadi pada berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi. Dan dari keadaan ini semua pihak terkena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas konsumen terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: berbelanja, melakukan pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, konsumen

Lebih terperinci

A. Kuesioner penentuan bobot faktor analisis persaingan industri

A. Kuesioner penentuan bobot faktor analisis persaingan industri Lampiran 1. Kuesioner Kajian 89 A. Kuesioner penentuan bobot faktor analisis persaingan industri Petunjuk pengisian Nilai diberikan pada pertimbangan berpasangan antara 2 faktor vertikalhorizontal) berdasarkan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis BAB 7 Manajemen Pemasaran 7.1. Konsep-Konsep Inti Pemasaran Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA 8.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro Pada bab ini akan dijelaskan analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A14104120 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS KEPUASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telekomunikasi merupakan bagian yang penting di dalam kehidupan manusia dan tak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Handphone menjadi salah satu sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) Oleh: ARYA SAJIWA A14103660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Evaluasi Aktivitas Promosi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Evaluasi Aktivitas Promosi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu mengenai perumusan dan penetapan strategi promosi dilakukan oleh Simorangkir (2009) yang meneliti strategi promosi produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut prediksi para ekonom Indonesia, di tengah suasana. perekonomian negara yang masih belum menentu sejak tahun 1997,

I. PENDAHULUAN. Menurut prediksi para ekonom Indonesia, di tengah suasana. perekonomian negara yang masih belum menentu sejak tahun 1997, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut prediksi para ekonom Indonesia, di tengah suasana perekonomian negara yang masih belum menentu sejak tahun 1997, ditambah perkembangan situasi politik yang kurang

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR Oleh: Faisal Onassis Siregar A14105670 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan. Sesungguhnya

Lebih terperinci

DEFINISI PEMASARAN DAN BAURAN PEMASARAN. Tugas Individu I Manajemen Pemasaran (MP) Dosen : Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc.

DEFINISI PEMASARAN DAN BAURAN PEMASARAN. Tugas Individu I Manajemen Pemasaran (MP) Dosen : Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc. DEFINISI PEMASARAN DAN BAURAN PEMASARAN Tugas Individu I Manajemen Pemasaran (MP) Dosen : Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc. Disusun oleh: Fajar Adi (NPM : P.056132123-14EK) Magister Manajemen Syariah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tak hanya mencakup penjualan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tak hanya mencakup penjualan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran ( Marketing ) merupakan suatu rangkaian proses kegiatan yang tak hanya mencakup penjualan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda dengan bantuan program IBM

BAB V PENUTUP. menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda dengan bantuan program IBM BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang pengujian elemen visual kemasan dan elemen verbal kemasan terhadap keputusan pembelian konsumen. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang consumer goods. Semakin besar jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang consumer goods. Semakin besar jumlah penduduk maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini tentunya memberikan manfaat dan keuntungan yang besar bagi produsen untuk menawarkan

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 24 april 2011 Loc.cit Loc.cit

II TINJAUAN PUSTAKA.  24 april 2011 Loc.cit Loc.cit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Bisnis Mie Mie merupakan makanan populer di kalangan penduduk Asia khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara. Penemuan bersejarah oleh Dr. Houyuan Lu dari lembaga geologi

Lebih terperinci