MOTIVASI BELAJAR TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NAK, MAAFKAN IBU TAK MAMPU MENYEKOLAHKANMUKARYA WIWID PRASETYO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MOTIVASI BELAJAR TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NAK, MAAFKAN IBU TAK MAMPU MENYEKOLAHKANMUKARYA WIWID PRASETYO"

Transkripsi

1 MOTIVASI BELAJAR TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NAK, MAAFKAN IBU TAK MAMPU MENYEKOLAHKANMUKARYA WIWID PRASETYO Kusyairi Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan motivasi belajar intrinsik dan ektrinsik serta implikasi pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Nak,maafkan ibu tak mampu menyekolahkanmu karya Wiwiwd Prasetyo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa novel Nak,maafkan ibu tak mampu menyekolahkanmu karya Wiwiwd Prasetyo, mengandung banyak motivsi baik motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi intrinsik yang ditemukan di antaranya yaitu. Tekun menghadapi tugas, tidak mudah putus asa, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapat, tidak mudah melepaskan yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Motivasi ektrinsik yang ditemukan adalah. Adanya hadiah, adanya hukuman atau peringatan, adanya teguran, adanya nasehat, belajar karena orang. Adapun implikasi motivasi belajar dalam novel Nak,maafkan ibu tak mampu menyekolahkanmu karya Wiwiwd Prasetyo, dapat terapkan pada perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran bahasa, serta penentuan tema mata pelajaran dan penerapan pada empat aspek keterampilan berbahasa Indonesia. Kata kunci: motivasi, belajar, tokoh, novel. Karya sastra merupakan sebuah karya seni yang unik. Sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya, serta sesuatu yang ada di sekitar manusia, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Rochani (2011:15) menjelaskan sastra kadang disebut juga dengan karya yang kreatif untuk membedakan dengan karya santra non-imajinasi yang berdasarkan pada data, maka sastra tidak saja merupakan sesuatu media seni tetapi lebih jauh dari itu sastra juga sebagai media untuk menyampiakn teori,ide gagasan. Setiap kisah yang disuguhkan dalam karya sastra mampu membawa suasana hati pembacanya ikut merasakan seperti apa yang dikisahkan oleh sang pengarang. Karya-karya tersebut pasti juga memuat sejumlah dorongan motivasi kehidupan utamanya dalam dunia belajar yang ditampilkan melalui NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 676

2 prilaku para tokoh maupun berbagai peristiwa yang terjadi. Sebuah peranan tokoh-tokoh dalam cerita, pengarang ingin menyampaikan gagasannya. Dengan hadirnya karya sastra yang membicarakan persoalan manusia, antara karya sastra dengan manusia memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Sastra dengan segala ekspresinya merupakan pencerminan dari kehidupan manusia. Adapun permasalahan manusia merupakan ilham bagi pengarang untuk mengungkapkan dirinya dengan media karya sastra. Hal ini dapat dikatakan bahwa tanpa kehadiran manusia, sastra mungkin tidak ada. Memang sastra tidak terlepas dari manusia, baik manusia sebagai sastrawan maupun sebagai penikmat sastra. Mencermati hal tersebut, jelaslah manusia berperan sebagai pendukung yang sangat menentukan dalam kehidupan sastra. Keterkaitan antara sastra dan keh idupan manusia yang demikian eratm emberikan petunjuk bahwa karya sast ra diciptakan bukan tanpa tujuan.arti nya, karya sastra bukan merupakan s esuatu yang kosong tanpa makna. Karya sastra berusaha memberi sesua tu kepada pembaca, sebab bukan tida kmungkin karya sastra bisa mengand ung gagasan yang tidak hanya memb eri manusia keberhasilan segi estetiknya, tetapi juga dilihat dari kemanfaatank arya tersebut bagi pembaca dan kehid upannya. Hal ini setara dengan pendapat Amiruddin yang mengatakan, Teks sastra mengandung berbagai unsur yang sangat kompleks. Unsur itu sedikitnya meliputi:(1) kebahasaan (2) stuktur wacana (3) signifikan sastra (4) keindahan (5) sosial budaya (6) mo tivasi, baik motivasi intrisik maupun motivasi ektrinsik, serta (7) latar kesejarahannya. Fananie (2002:4) juga mengemukakan bahwa secara mendasar, suatu teks sastra setidaknya harus mengandung tiga aspek utama yaitu, decore (memberikan sesuatu kepada pembaca), delectare (memberikan kenikmatan melalui unsur estetik), dan movere (mampu mengerakkan kreativitas pembaca). Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra akan mengantarkan pembacanya untuk tergerak melaksanakan karakter tokoh di dalamnya. Hal itu bisa terjadi jika pembaca mempunyai keseriusan dalam membaca. Sehingga hal ihwal berupa penerimaan pesan, unsur estetik, dan kreatifitas pembaca akan diterima oleh pembaca sebagai pengalaman untuk dilaksanakan dalam kehidupannya. Salah satu unsur nilai yang hendak disampaikan oleh pengarang adalah motivasi. Motivasi dalam kehidupan sangat penting karena mampu membangkitkan gairah untuk melakukan sesuatu. Suryabrata (dalam Djaali 2009:101) berpendapat bahwa motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Motivasi merupakan motor penggerak aktivitas yang dilakukan seseorang, sehingga tinggi rendahnya motivasi tersebut akan berpengaruhterhadap aktivitas yang hendak ataupun yang sedang dilakukan. Hal ini di karenakan motivasi merupakan pengontrol tingkah laku. Eysenkck dan kawankawan dalam Djaali (2009:104) menyatakan bahwa fungsi motivasi NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 677

3 adalah menjelaskan dan mengontrol tingkah laku. Motivasi merupakan pengontrol tingkah laku. Setiap orang pasti mempunyai motivasi tersendiri yang ada dalam dirinya sendiri kerena segala sesuatu yang dilakukan pasti didasari oleh motivasi. Motivasi tidak dapat diketahui secara langsung kecuali dengan melihat dari tingkah lakunya. Soemanto (2006:202) mengatakan bahwa motivasi pada diri seseorang dapat di interpretasikan dari tingkah lakunya. Luasnya cakupan motivasi mengakibatkan adanya variasi pada motivasi tersebut. Beberapa diantara motivasi tersebut misalnya; motivasi jasmani, motivasi rohani, dan motivasi belajar. Motivasi pembelajaran adalah sesuatu yang mengerakkan atau mendorong seseorang untuk belajar menguasai materi pembelajaran. Tampa motivasi, seseorang tidak akan tertarik dan serius dalam mengikuti pembelajaran, dengan adanya motivasi yang tinggi seseorang akan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses pembelajaran (Ginting, 2008:86) Motivasi dalam belajar sangat penting, karena motivasi dapat mendorong seseorang untuk belajar lebih giat. Motivasi dapat muncul dari dalam diri sendiri, tetapi motivasi juga dapat muncul karena rangsangan dari luar. Rangsangan tersebut bisa di peroleh dari lingkungan, misalnya dukungan orang terdekat. Motivasi belajar tidak hanya terdapat dalam proses pembelajaran, tetapi juga terdapat dalam novel. Salah satu novel yang mengandung motivasi belajar adalah novel Nak,Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo. Novel Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu merupakan salah satu novel yang menggunakan tema pendidikan sehingga mudah menemukan kutipan yang berkaitan dengan motivasi. Wiwid Prasetyo mampu mengksplorasi dengan baik dan nyata yang dia alami saat masih didik di sekolah dasar di Semarang, sehingga lahirlah novel Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu yang merupakan novel pertama dari tetralogi novel tersebut. Novel Nak,Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmuini sarat dengan motivasi, khususnya motivasi belajar yang di gambarkan malalui tokoh-tokohnya, seperti tokoh Wenas, Ibunya, wak Bejo, temannya dan tokoh-tokoh yang lainnya yang melatar belakangi cerita dalam novel Nak,Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu.Novel tersebut menggambarkan bagaimana perjuangan supaya bisa menikmati dan merasakanmenuntut ilmu seperti yang dirasakan oleh anak-anak pada umumnya, salah satu motivasi belajar tersebut ditunjukan oleh tokoh Wenas dan ibunya yangharus bekerja keras untuk belajar di sekolah. Walau untuk makanpun mengalami kesulitan, cita-cita Wenas tidak pernah putus! Berdasarkan masalah di atas, penulis akan meneliti Motivasi Belajar dalam Novel Nak,Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya atau lengkapnya : pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh dapat NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 678

4 dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik uraian ( telling) dan teknik ragaan ( showing) (Abrams, 1981:21), atau teknik penjelasan, ekspositori ( expository) dan teknik dramatik ( dramatic) (Altenbernd & Lewis,1966:56), atau teknik diskursif ( discursive), dramatic, dan kontekstual (Kenny,1966:34-6). Teknik yang pertama disebut pelukisan secara langsung, sedangkan teknik yang kedua disebut pelukisan secara tidak langsung (dalam Nurgiyantoro,2005:194). Nurgiantoro (2005:200) mengemukakan 8 teknik pelukisan karakter tokoh, yaitu: (1) teknik cakapan; (2) teknik tingkah laku; (3) teknik pikiran dan perasaan; (4) teknik arus kesadaran; (5) teknik reaksi tokoh; (6) teknik reaksi tokoh lain; (7) teknik pelukisan latar; (8) teknik pelukisan fisik. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan hermineutik. Hermineutik merupakan teori baru tentang interpretasi. Hermineutik menurut Ricouer (dalam Sumaryono, 1999: 107) merupakan teori pengoperasian pemahaman dalam hubungannya dengan teks. Hermineutik pada dasarnya berhubungan dengan bahasa. Dalam kaitannya dengan bahasa, hermineutik adalah ilmu atau keahlian menginterpretasi novel dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya (Teeuw, 1984: 123). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan metode deskriptis. Menurut Moleong, (2007:6), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, data yang diambil berdasarkan apa yang dikatakan orang yang meliputi kata-kata, dan gambar untuk menjelaskan permasalahan yang ada. Menurut Surackhmad (1990:139), metode deskriptif merupakan prosedur atau cara pemecahan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diteliti sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta yang terjadi. Menurut semi (1993:23) metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan tanpa menggunakan angka-angka tetapi menggunakan ke dalam penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang dikaji secara empiris. Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat, baik yang berbentuk dialog, monolog, atau narasi yang berhubungan dengan aspek kepribadian yang terdapat dalam novel Nak, Maafkan ibu tak mampu menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo. Sumber data penelitian ini adalah novelnak, Maafkan ibu tak mampu menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo yang diterbitkan tahun Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik obsevasi dan dokumentasi. Tehnik observasi berupa pengamatan secara mendalam terhadap novel Nak, Maafkan ibu tak mampu menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo. Teknik dokumentasi berupa pendokumenan atau penulisan temuan data. Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara: (1) membaca dan memahami novel, (2) mengumpulkan setiap data tentang motivasi intrinsik belajar dan NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 679

5 ektrinsik belajar, (3) mengaklasifiksikan data sesuai dengan permasalahan dan (4) memberikan kodifikasi data temuan. Analisis terhadap data dilakukan dengan menggunakan pendekatan hermeneutik. Adapun langkah analisis dimulai (1) identifikasi data sesuai dengan rumusan masalah, (2) data diklasifikasikan sesuai dengan kelompok yang sejenis berdasarkan indikator permasalahan dan tujuan peneilitian, (3) data yang sudah siap diinterpretasikan dengan memberikan makna, (4) mendeskripsikan hasil analisis, dan (5) menarik kesimpulan dan mengujinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa novel Nak, maafkan ibu tak mampu menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo mengandung motivasi belajar. Data motivasi intrinsik tersebut ditemukan sebanyak 194 data. Data motivasi intrinsik tekun menghadapi tugas 35 data. Data motivasi tidak mudah putus asa 28 data, menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah 22 data, lebih senang bekerja mandiri 21 data, cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin 23 data, dapat mempertahankan pendapat 25 data, tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini 18 data, senang mencari dan memecahkan masalahmasalah soal-soal 22 data. Data motivasi ektrinsik ditemukan sebanyak 121 data. Data motivasi belajar ektrinsik adanya hadih 32 data, adanya hukuman atau peringatan 21 data, adanya teguran 18 data, adanya nasehat 38 data, belajar karena orang lain 12 data. Sardiman (2007: 83) mambagi kriteria motivasi intrinsik menjadi delapan bagian. Pertama, Tekun menghadapi tugas, ketekunan menghadapi tugas merupakan salah satu yang utama dari kriteria motivasi intrinsik. Penjabarannya dapat dijelaskan dengan dapat bekerja dalam waktu yang lama dan tidak pernah berhenti sebelum selesai. Kriteria ini mensyaratkan keteguhan hati peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya. (Apa salahnya itu semua, sebab yang dibutuhkan di sini hanya kemauan untuk bekerja keras tanpa kenal lelah dan pantang menyerah, meski kerja keras tak mampu imbang lurus dengan kemakmuran. WP. 27. TMT/ ) Kedua : Tidak mudah putus asa putus asa adalah godaan setan. Setan mencoba memengaruhi orang-orang beriman dengan membuat mereka bingung dan kemudian menjerumuskan mereka untuk berbuat kesalahan yang lebih serius. Tujuannya adalah agar orang-orang beriman tidak merasa yakin dengan keimanan dan keikhlasan mereka, membuat mereka merasa tertipu. Jika seseorang jatuh ke dalam perangkap ini, ia akan kehilangan keyakinan dan akibatnya akan mengulangi kesalahan yang sama. Dalam motivasi belajar intrinsik, tidak putus asa merupakan sikap untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. (Aku tidak takut, aku sudah biasa menderita, kemarin menderita sekarangpun menderita. Penderitaan adalah temanku sehari-hari.wp. 79. TMP/ ) NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 680

6 Ketiga: Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah, anak yang mempunyai motivasi yang tinggi ditunjukkan dengan adanya minat terhadap bermacam-macam masalah untuk dijadikan bahan perenungan dan belajarnya. (Turunkan bencanamu yang lebih besar lagi! Akan ku tantang dengan gagah berani.! Badai kali ini tak seseru badai sebelumnya yang nyaris meneggelamkan tubuhku! WP. 07. MBM/ ) Keempat:Lebih senang bekerja mandiri, motivasi yang tinggi tumbuh dan menjadikan anak didik lebih senang bekerja sendiri tanpa terikat dengan ketergantungan dengan orang lain. (Susahpun aku tak ingin meminta-minta dari orang lain, aku tak ingin bergantung pada orang lain, aku tak butuh belas kasihan selama aku masih diberi kemampuan berupa raga yang sehat dan anggota utuh yang masih utuh. WP. 36. LSBM/ ) Kelima:Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin, tugas-tugas rutin senantiasa dikerjakan dan dijalani tanpa adanya kebosanan, sehinigga tugas-tugas tersebut selesai tepat waktu. ( Tak pernah merasa puas dengan keadaan, tidak pernah bisa menerima nasib dan menginginkan kepuasan yang lebih dari apa yang saat ini kumiliki. WP CBTR/ ) Keenam:Dapat mempertahankan pendapat,pendapat anak didik yang mempunyai motivasi yang tinggi akan dipertahankan dengan alasan yang logis serta mengedepankan kejujuran ilmiah. (Huss! Hentikan pembicaraan kalian. Semua masih belum jelas dan perlu diteliti lagi dilaboratorium, Tetapi memang begitulah kenyataannya! WP. 16. DMP/ ) Ketujuh : Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini,keyakinan bagi anak didik yang mempunyai motivasi tinggi merupakan wujud keteguhan hati untuk mencapai hal yang telah ditempuh dan diperjuangkannya. (Kita tidak perlu lagi Tuhan, sebab dengan kemampuan manusia telah berhasil memajukan peradaban. WP. 18. TMHD/ ) Kedelapan :Senang mancari dan memecahkan masalah soalsoal,masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Bagi anak didik yang mempunyai motivasi yang tinggi akan menjadi hal yang menyenangkan jika mampu memecahkan masalah tersebut. (Ini penemuan penting yang akan mengubah kebijakan pemerintah Jepang terhadap lingkungan. WP. 19. SMS/ ) Motivasi Ektrinsik Belajar Tokoh dalam Novel Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul karena ada rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi dari luar yang berupa usaha pembentukan dari orang lain. Jadi, tingkah laku yang timbul disebabkan oleh rangsangan dari luar. Seperti, NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 681

7 seseorang belajar daengan harapan mendapat nilai yang baik sehingga ia dipuji oleh guru, temannya, ataupun ingin mendapatkan hadiah. Kriteria motivasi ektrinsik belajar yang terdapat dalam novel Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo. Ditunjukkan oleh tokoh yang mempunyai keinginan untuk belajar tokoh tersebut timbul karena adanya dorongan dari orang lain, baik dorongan yang secara langsung diucapkan ataupun dorongan yang berasal dari diri sendiri, tetapi ada factor dari luar yang merupakan pendukung tokoh untuk belajar (belajar tidak sepenuhnya didasari pada keinginan untuk mengatahui suatu pelajaran). Kriteria tersebut yaitu motivasi karena adanya hadiah, adanya teguran, motivasi karena nasihat, belajar karena orang lain. Dimyati dan Mudjiono (2009:95) membagi kriteria motivasi belajar ekstrinsik menjadi lima bagian. Pertama :Adanya hadiah, dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat memberikan apa saja kepada pesertad didik yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas, benar menjawab ulangan yang diberikan, dan meningkatkan kedisiplinan belajar dan sebagainya. Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan fungsinya sebagai alat pendidik represif positif. Hadiah juga merupakan alat pendorong untuk belajar lebih aktif. Keluarga sakinah dapat memilih macam-macam hadiah dengan disesuaikan dengan sutuasi dan kondisi tertentu. (Sebuah upacara adat digelar, tentu saja dengan taritarian dan berbagi macam sesajian hasil bumi yang mereka kumpulkan dengan keringat, Raga didudukkan di kursi paling terhormat.wp. 22. AH/ ) Kedua : Adanya hukuman atau peringatan, hukuman adalah perlakuan yang negative, tetapi diperlukan dalam pendidikan. Hukuman yang dimaksud adalah hukuman yang bersifat mendidik. Kesalahan peserta didik karena melanggar disiplin dapat diberikan hukuman berupa mencatat bahan pelajaran atau apa saja yang sifatnya mendidik. Dalam proses belajar mengajar, anak didik yang membuat keributan dapat diberikan sanksi untuk menjelaskan kembali bahan pelajaran yang baru saja dijelaskan oleh guru. Sanksi segera dilakukan jangan ditunda, karena tujuannya untuk mendapat umpan balik dari peserta didik terhadap pelajaran yang baru dijelaskan. (Boleh-boleh saja, akusangat menghargai orang yang mau kembali. Tetapi, tuntutanku sangat banyak, apa kau sanggup.? Kataku menantangnya.wp AP/ ) Ketiga :Adanya teguran, dalam sudut pandang Islam, manusia adalah tempat salah dan lupa. Jadi, akan ada saja kemungkinan kalau seorang mukmin pun bisa khilaf. Kalau seorang ulama pun bisa salah. Kalau seorang pemimpin pun bisa kepeleset. Saat itu, ia butuh teguran sebagai cermin yang bisa menyadarkan. Teguran adalah ungkapan sayang yang sejati seorang saudara terhadap saudaranya yang terjebak dalam kesalahan. Cinta karena Allah, dan benci pun karena Allah. Kalau bukan karena cinta, mungkin ia tak akan pernah menegur. Dalam NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 682

8 pembelajaran, teguran digunakan sebagai alat untuk memotivasi anak didik dalam meningkatkan cara belajarnya. (Disini bukan Jepang, Anak muda. Disini Menahasa, pulau terpencil yang sangat elok dan kaya akan harta karun.wp. 25. AT/ ) Keempat :Adanya nasehat, nasehat adalah alat motivasi yang positif, karena setiap orang akan merasa senang dengan dinasehati dengan pendekatan yang tepat. Dalam kegiatan belajar-mengajar nasehat dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Guru dapat menggunakan nasehat untuk memperbaiki anak didik. Nasehat tidak hanya dapa iberikan kepada seorang anak didik tetapi dapat diberikan kepada semua anak didik. (Makanlah selagi masih panas, nanti kalau dingin rasanya jadi tak enak, bubur ini hanya tahan beberapa jam saja, setelah itu mencair dan beras tumbuknya akan mengendap di dasar mangkuk. WP. 32. AN/ ) Kelima :Belajar karena orang lain, belajar Karena orang lain merupakan salah satu factor motivasi ekstrinsik. Hal ini disebabkan karena anak didik bisa mempunyai motivasi belajar tinggi jika ia melihat teman atau orang lain belajar dengan tekun dan berhasil. Keberhasilan belajar orang lain tersebut menjadikan kekuatan yang memacu terciptanya keinginan untuk belajar dengan tujuan untuk meniru orang tersebut. (Terimalah, aku tak akan menuntut apa-apa darimu, aku ikhlas memberinya tampa mengharapkan imbalan apa pun darimu.wp.339.bkl/ ) Pembahasan hasil apresiasi terhadap novel Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo dapat dipaparkan bahwa tokoh yang ada didalamnya salah satunya Wenas mempunyai cita-cita yang tinggi untuk bisa merasakan bangku sekolah seperti yang dialami temanteman sebayanya, Wenas adalah bocah miskin. Walau untuk makanpun kesulitan cita-citanya untuk bersekolah tidak pernah pupus! Wenas sangat mengerti bahwa hidup adalah perjuangan, perubahan tidak akan turujud bila berpangku tangan. Ketika semua kita percaya bahwa pndidikan merupakan cara memutus mata rantai kemiskinan, justru tak semua anak tidak bisa mendapatkannya. Diluar sana banyak anak-anak menantang panas matahari dengan senyum mengembang, berharap bisa mengumpulkan uang untuk bersekolah. Motivasi intrinsik belajar dalam novel Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi Intrinsik Belajar Tokoh dalam Novel Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo.Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri. Motivasi intrinsik diantaranya ditimbulkan oleh faktorfaktor yang muncul dari pribadi seseorang. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tidak membutukan rangsangan ataupun paksaan dari orang lain, karena motivasi ini berasal dari dalam diri anak didik. Pernyataan tersebut sesuai dengan definisi tentang NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 683

9 motivasi intrinsik yang di kemukakan Djamarah bahwa motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Kreteria motivasi intrisik belajar tokoh dalam novel Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo dimiliki oleh Wenas, Ibunya, serta seorang Profesor. Motivasi intrinsik belajar yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut didorong oleh keinginan yang tinggi untuk bisa mengenyam pendidikan dan bisa mempelajari suatu ilmu yang ingin diketahui, seperti ilmu pengatahuan yang dipelajari di sekolah, tentang agama, seni, dan sebagainya. Kreteria motivasi intrinsic yang terdapat dalam novel Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo adalah tekun menghadapi tugas, tidak mudah putus asa, tidak mudah melapaskan hal-hal yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Tekun menghadapi tugas.ketekunan menghadapi tugas merupakan salah satu yang utama dari kriteria motivasi intrinsik. Penjabarannya dapat dijelaskan dengan dapat bekerja dalam waktu yang lama dan tidak pernah berhenti sebelum selesai. Kriteria ini mensyaratkan keteguhan hati peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya. Tidak mudah putus asa. Putus asa adalah godaan setan. Setan mencoba memengaruhi orang-orang beriman dengan membuat mereka bingung dan kemudian menjerumuskan mereka untuk berbuat kesalahan yang lebih serius. Tujuannya adalah agar orang-orang beriman tidak merasa yakin dengan keimanan dan keikhlasan mereka, membuat mereka merasa tertipu. Jika seseorang jatuh ke dalam perangkap ini, ia akan kehilangan keyakinan dan akibatnya akan mengulangi kesalahan yang sama. Dalam motivasi belajar intrinsik, tidak putus asa merupakan sikap untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah. Anak yang mempunyai motivasi yang tinggi ditunjukkan dengan adanya minat terhadap bermacam-macam masalah untuk dijadikan bahan perenungan dan belajarnya. Lebih senang bekerja mandiri. Motivasi yang tinggi tumbuh dan menjadikan anak didik lebih senang bekerja sendiri tanpa terikat dengan ketergantungan dengan orang lain. Cepat bosan dengan tugastugas yang rutin. Tugas-tugas rutin senantiasa dikerjakan dan dijalani tanpa adanya kebosanan, sehinigga tugas-tugas tersebut selesai tepat waktu. Dapat mempertahankan pendapat. Pendapat anak didik yang mempunyai motivasi yang tinggi akan dipertahankan dengan alasan yang logis serta mengedepankan kejujuran ilmiah. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. Keyakinan bagi anak didik yang mempunyai motivasi tinggi merupakan wujud keteguhan hati untuk mencapai hal yang telah ditempuh dan diperjuangkannya. Senang mancari dan memecahkan masalah soal-soal. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Bagi anak didik yang mempunyai motivasi yang tinggi akan menjadi NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 684

10 hal yang menyenangkan jika mampu memecahkan masalah tersebut. Kriteria motivasi ektrinsik belajar yang terdapat dalam novel Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid Prasetyo. Ditunjukkan oleh tokoh yang mempunyai keinginan untuk belajar tokoh tersebut timbul karena adanya dorongan dari orang lain, baik dorongan yang secara langsung diucapkan ataupun dorongan yang berasal dari diri sendiri, tetapi ada factor dari luar yang merupakan pendukung tokoh untuk belajar Adanya hadiah. Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan fungsinya sebagai alat pendidik represif positif. Hadiah juga merupakan alat pendorong untuk belajar lebih aktif. Keluarga sakinah dapat memilih macammacam hadiah dengan disesuaikan dengan sutuasi dan kondisi tertentu. Adanya hukuman atau peringatan. Hukuman adalah perlakuan yang negative, tetapi diperlukan dalam pendidikan. Hukuman yang dimaksud adalah hukuman yang bersifat mendidik. Kesalahan peserta didik karena melanggar disiplin dapat diberikan hukuman berupa mencatat bahan pelajaran atau apa saja yang sifatnya mendidik. Dalam proses belajar mengajar, anak didik yang membuat keributan dapat diberikan sanksi untuk menjelaskan kembali bahan pelajaran yang baru saja dijelaskan oleh guru. Sanksi segera dilakukan jangan ditunda, karena tujuannya untuk mendapat umpan balik dari peserta didik terhadap pelajaran yang baru dijelaskan. Adanya teguran. Dalam sudut pandang Islam, manusia adalah tempat salah dan lupa. Jadi, akan ada saja kemungkinan kalau seorang mukmin pun bisa khilaf. Kalau seorang ulama pun bisa salah. Kalau seorang pemimpin pun bisa kepeleset. Saat itu, ia butuh teguran sebagai cermin yang bisa menyadarkan. Teguran adalah ungkapan sayang yang sejati seorang saudara terhadap saudaranya yang terjebak dalam kesalahan. Cinta karena Allah, dan benci pun karena Allah. Kalau bukan karena cinta, mungkin ia tak akan pernah menegur. Dalam pembelajaran, teguran digunakan sebagai alat untuk memotivasi anak didik dalam meningkatkan cara belajarnya. Adanya nasehat. Nasehat adalah alat motivasi yang positif, karena setiap orang akan merasa senang dengan dinasehati dengan pendekatan yang tepat. Dalam kegiatan belajar-mengajar nasehat dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Guru dapat menggunakan nasehat untuk memperbaiki anak didik. Nasehat tidak hanya dapa iberikan kepada seorang anak didik tetapi dapat diberikan kepada semua anak didik. Belajar karena orang lain. Belajar Karena orang lain merupakan salah satu factor motivasi ekstrinsik. Hal ini disebabkan karena anak didik bisa mempunyai motivasi belajar tinggi jika ia melihat teman atau orang lain belajar dengan tekun dan berhasil. Keberhasilan belajar orang lain tersebut menjadikan kekuatan yang memacu terciptanya keinginan untuk belajar dengan tujuan untuk meniru orang tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan dan data penelitian terhadap novel Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu karya Wiwid NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 685

11 Prasetyo dapat dipaparkan bahwa tokoh-tokoh seperti Wenas, dan tokoh yang lain memiliki kemauan yang besar untuk mengenyam pendidikan sama dengan orang lain, aspek ini melekat pada diri Wenas, yang meliputi motivasi intrinsik belajar dan motivasi ektrinsik belajar. Motivasi intrinsik sangat penting dalam belajar karena motivasi yang berasal dari dalam diri anak didik tersebut akan mempermudah dalam melakukan aktivitas belajar dan tidak membutuhkan paksaan dari orang lain agar anak didik punya kemauan untuk belajar. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Kriteria motivasi intrinsik menjadi delapan. 1)Tekun menghadapi tugas Ketekunan menghadapi tugas merupakan salah satu yang utama dari kriteria motivasi intrinsik. Penjabarannya dapat dijelaskan dengan dapat bekerja dalam waktu yang lama dan tidak pernah berhenti sebelum selesai. Kriteria ini mensyaratkan keteguhan hati peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya. 2) Tidak mudah putus asa. Putus asa adalah godaan setan. Setan mencoba memengaruhi orangorang beriman dengan membuat mereka bingung dan kemudian menjerumuskan mereka untuk berbuat kesalahan yang lebihserius. Tujuannya adalah agar orang-orang beriman tidak merasa yakin dengan keimanan dan keikhlasan mereka, membuat mereka merasa tertipu. Jika seseorang jatuh ke dalam perangkap ini, ia akan kehilangan keyakinan dan akibatnya akan mengulangi kesalahan yang sama. Dalam motivasi belajar intrinsik, tidak putus asa merupakan sikap untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. 3). Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah. Anak yang mempunyai motivasi yang tinggi ditunjukkan dengan adanya minat terhadap bermacammacam masalah untuk dijadikan bahan perenungan dan belajarnya. 4). Lebih senang bekerja mandiri. Motivasi yang tinggi tumbuh dan menjadikan anak didik lebih senang bekerja sendiri tanpa terikat dengan ketergantungan dengan orang lain. 5). Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin. Tugas-tugas rutin senantiasa dikerjakan dan dijalani tanpa adanya kebosanan, sehinigga tugas-tugas tersebut selesai tepat waktu. 6). Dapat mempertahankan pendapat. Pendapat anak didik yang mempunyai motivasi yang tinggi akan dipertahankan dengan alasan yang logis serta mengedepankan kejujuran ilmiah. 7). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. Keyakinan bagi anak didik yang mempunyai motivasi tinggi merupakan wujud keteguhan hati untuk mencapai hal yang telah ditempuh dan diperjuangkannya. 8). Senang mancari dan memecahkan masalah soal-soal. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Bagi anak didik yang mempunyai motivasi yang tinggi akan menjadi hal yang menyenangkan jika mampu memecahkan masalah tersebut. Motivasi ekstrinsik diperlukan untuk membangkitkan minat anak didik terhadap suatu pelajaran sehingga anak didik mempunyai keinginan untuk belajar. Motivasi ekstrinsik bisa disebut juga sebagai NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 686

12 bentuk motivasi dalam aktivitas belajar berdasarkan dorongan dari luar, yang tidak sepenuhnya berkaitan dengan belajar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi belajar ekstrinsik mempunyai kriteria motivasi belajar ekstrinsik menjadi lima bagian. a). Adanya hadiah, dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat memberikan apa saja kepada pesertad didik yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas, benar menjawab ulangan yang diberikan, dan meningkatkan kedisiplinan belajar dan sebagainya. Motivasi dalam bentuk hadiah ini dapat membuahkan semangat belajar dalam mempelajari materimateri pelajaran. Dan sebuah keluarga yang sakinah harus memilih waktu yang tepat, yaitu kapan hadiah tersebut akan diberikan untuk mendatangkan pengaruh positif terhadap anak. b). Adanya hukuman atau peringatan, hukuman adalah perlakuan yang negative, tetapi diperlukan dalam pendidikan. Hukuman yang dimaksud adalah hukuman yang bersifat mendidik. Kesalahan peserta didik karena melanggar disiplin dapat diberikan hukuman berupa mencatat bahan pelajaran atau apa saja yang sifatnya mendidik. Dalam proses belajar mengajar, anak didik yang membuat keributan dapat diberikan sanksi untuk menjelaskan kembali bahan pelajaran yang baru saja dijelaskan oleh guru. Sanksi segera dilakukan jangan ditunda, karena tujuannya untuk mendapat umpan balik dari peserta didik terhadap pelajaran yang baru dijelaskan. c). Adanya teguran, dalam sudut pandang Islam, manusia adalah tempat salah dan lupa. Jadi, akan ada saja kemungkinan kalau seorang mukmin pun bisa khilaf. Kalau seorang ulama pun bisa salah. Kalau seorang pemimpin pun bisa kepeleset. Saat itu, ia butuh teguran sebagai cermin yang bisa menyadarkan. Teguran adalah ungkapan sayang yang sejati seorang saudara terhadap saudaranya yang terjebak dalam kesalahan. Cinta karena Allah, dan benci pun karena Allah. Kalau bukan karena cinta, mungkin ia tak akan pernah menegur. Dalam pembelajaran, teguran digunakan sebagai alat untuk memotivasi anak didik dalam meningkatkan cara belajarnya. d). Adanya nasehat, Nasehat adalah alat motivasi yang positif, karena setiap orang akan merasa senang dengan dinasehati dengan pendekatan yang tepat. Dalam kegiatan belajarmengajar nasehat dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Guru dapat menggunakan nasehat untuk memperbaiki anak didik. Nasehat tidak hanya dapa iberikan kepada seorang anak didik tetapi dapat diberikan kepada semua anak didik. e). Belajar karena orang lain, belajar Karena orang lain merupakan salah satu factor motivasi ekstrinsik. Hal ini disebabkan karena anak didik bisa mempunyai motivasi belajar tinggi jika ia melihat teman atau orang lain belajar dengan tekun dan berhasil. Keberhasilan belajar orang lain tersebut menjadikan kekuatan yang memacu terciptanya keinginan untuk belajar dengan tujuan untuk meniru orang tersebut. Saran Karya sastra seperti novel sebagai imaji pengarang dan NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 687

13 merupakan cerminan pengarang dalam gaya penceritaannya. Latar belakang religi, domilsili, dan pendidikan akan mempengaruhi pengarang dalam menampilkan watak-watak tokoh.peneliti yang dilakukan saat ini ditinjau dari teori psikologi Freud. Peneliti lanjutan dapat mengembangkan penelitian lain dengan menggunakan teori yang berbeda dengan objek penelitian yang sama sehingga memberikan gambaran yang lebih luas terhadap kajian. DAFTAR RUJUKAN Adi, Ida Rochani Fiksi Populer Teori dan Metode Kajian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Aminuddin, Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sianar baru Aminuddin, Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sianar baru Arikonto, Suharsimi Prosedur penelitian satuan pengantar praktik. Jakarta: Renika cipta Arikonto, Suharsimi Dasardasar evaluasi Pendidikan. Jakarta: bumi aksara Asrori, Muhammad.2008 Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima Depdikbut, Kamu Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta rineka cipta Djaali, H Psikologi Pendidikan Jakarta : Bumi Aksara Djamarah, Syaiful Bahri Psikologi Belajar. Jakarta : Asdi Mahasatya. Djamarah, Syaiful Bahri Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Fananie, Zainuddin Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press Jabrohim, dkk Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Gintings, Abdorrakhman Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Humaniora Hamzah Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Maulana, Ahmad Kamus Ilmiyah Populer Lengkap. Yogyakarta: Absolut Moleong, Lexi J Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Nurgiyantoro, Burhan. 1995, Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Prasetyo, Wiwid Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu. Jokjakarta : Diva Pres. NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 Halaman 688

MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK DALAM NOVEL

MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK DALAM NOVEL MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK DALAM NOVEL Kusyairi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Madura Jalan Raya Panglegur Km 3,5 Pamekasan Abstrak: Motivasi intrinsik belajar berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Ada yang menceritakan pengalaman hidup orang lain dan bahkan ada

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Ada yang menceritakan pengalaman hidup orang lain dan bahkan ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memiliki hubungan erat dengan kehidupan nyata yang dialami oleh manusia. Ada yang menceritakan pengalaman hidup orang lain dan bahkan ada pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA oleh INEU NURAENI Inneu.nuraeni@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL ORANG CACAT DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL ORANG CACAT DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI ANALISIS NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL ORANG CACAT DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Siti Ma rifatul Khoeriah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERBANDINGAN PENGGAMBARAN KARAKTER TOKOH PEREMPUAN PADA NOVEL SITTI NURBAYA KARYA MARAH RUSLI DAN ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA BERDASARKAN PERIODE

Lebih terperinci

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK Penelitian ini mengambil novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI PUISI MELALUI KEGIATAN MEMBACA DAN MENDENGARKAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEBAKWANGI KABUPATEN KUNINGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan baik dalam segala hal (Maulana dkk, 2008: 363). Optimis juga berarti memiliki pengharapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ady Wicaksono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adywicaksono77@yahoo.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada manusia yang disebabkan oleh perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap. Proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO Deni Eko Setiawan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Email: Denny_r.madrid@yahoo.com Kian Amboro Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

NILAI KARAKTERR BANGSA KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYA SKRIPSI

NILAI KARAKTERR BANGSA KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYA SKRIPSI NILAI KARAKTERR BANGSA KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA Agustian SDN 02 Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Psikologi berasal dari kata Yunani, psycheyang berarti jiwa dan logosyang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Jaenudin, 2012:1). Psikologi terus berkembang seiring

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia. Ia tidak

Lebih terperinci

ASPEK PENDIDIKAN MORAL DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

ASPEK PENDIDIKAN MORAL DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA ASPEK PENDIDIKAN MORAL DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Fredi Adiansyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa 100 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMK Muhammadiyah 03 Singosari Malang Motivasi belajar merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Putut Hasanudin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo pututhasanudin@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO Oleh: Eni Kustanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra.

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra. NILAI RELIGIUS NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Oleh Leny Dhamayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dhamayanti_cubby@yahoo.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh Felly Mandasari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik merupakan bagian penting dari kehidupan manusia dan merupakan situasi yang wajar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan menggunakan bahasa yang indah sebagai sarana pengucapannya dan dapat berguna bagi manusia, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, bahwa cerpen-cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Nita Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci