PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI RISIKO GANGGUAN OTOT RANGKA AKIBAT KERJA PADA PEKERJA DI DEPARTEMEN LINE CORE PT. PANCA USAHA PALOPO PLYWOOD

Transkripsi

1 PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI RISIKO GANGGUAN OTOT RANGKA AKIBAT KERJA PADA PEKERJA DI DEPARTEMEN LINE CORE PT. PANCA USAHA PALOPO PLYWOOD Mulyadi*, I. Bakri, Nilda, R. D. Mudiastuti, L. Lestari Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Jl. Poros Malino Km.6, Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 9171 * Abstrak Pekerja merupakan aset penting bagi perusahaan, tetapi seringkali perusahaan kurang memperhatikan kebutuhan dan kepentingan pekerja. Masih banyak perusahaan yang proses produksinya tidak didukung oleh metode yang standar dan fasilitas kerja yang ergonomis menyebabkan pekerja sering mengalami keluhan-keluhan pada bagian tubuhnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi postur kerja pada pekerja di departemen line core PT. Panca Usaha Palopo Plywood (PT. PUPP) serta menganalisis dan mengusulkan postur kerja yang baik bagi pekerja di departemen tersebut dengan mengunakan metode Rapid Upper Limb Assesement (RULA) dan kuesioner Nordic Body Map. Hasilnya, terdapat postur kerja yang tergolong dalam LEVEL 3 yang mengindikasikan perubahan pada postur kerja tersebut HARUS dilakukan SECEPATNYA. Selain menggunakan alat bantu kerja yang sesuai, diperlukan pula perubahan metode kerja untuk mendapatkan postur kerja yang lebih baik. Kata kunci: postur kerja, gangguan otot rangka akibat kerja, RULA LATAR BELAKANG Pekerja merupakan aset penting bagi perusahaan, tetapi seringkali perusahaan kurang memperhatikan kebutuhan dan kepentingan pekerja. Masih banyak perusahaan yang proses produksinya tidak didukung oleh metode yang standar dan fasilitas kerja yang ergonomis menyebabkan pekerja sering mengalami keluhankeluhan pada bagian tubuhnya. Keluhan-keluhan yang timbul tersebut diakibatkan tidak adanya fasilitas kerja yang ergonomis dan sesuai dengan postur tubuh pekerja sehingga menyebabkan pekerja merasa kurang nyaman (Nazlina dkk, 008). Akibat yang ditimbulkan dari kurangnya kenyamanan dan keamanan kondisi kerja salah satunya adalah keluhan gangguan otot rangka. Keluhan gangguan otot rangka adalah keluhan pada bagianbagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit (Anizar & Suriadi, 008). Gangguan otot rangka adalah masalah ergonomi yang sering dijumpai di tempat kerja, khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakukan pekerjaannya. Masalah tersebut umumnya dialami oleh pekerja yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus-menerus (repetitive). Pekerjaan dengan beban berat dan perancangan alat yang tidak ergonomi mengakibatkan pengerahan tenaga yang berlebihan dan postur yang salah seperti memutar dengan membungkuk dan membawa beban dapat menjadi penyebab keluhan gangguan otot rangka. Studi tentang gangguan otot rangka pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa keluhan otot rangka yang paling banyak dialami pekerja adalah otot bagian pinggang (low back pain) dan bahu (Pangaribuan, 009). PT. Panca Usaha Palopo Plywood (PT. PUPP) adalah perusahaan yang bergerak di bidang kayu lapis di Provinsi Sulawesi Selatan. Perkembangan kebutuhan panel kayu semakin meningkat dan tentunya mendorong industri plywood untuk berproduksi sehingga perusahaan harus memaksimalkan kerja karyawan untuk memenuhi permintaan tersebut. Tidak sedikit karyawan yang mengabaikan postur kerja dalam bekerja karena harus mencapai target perusahaan dalam meningkatkan produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi postur kerja pada pekerja di departemen line core PT. PUPP serta menganalisis dan mengusulkan postur kerja yang baik bagi pekerja di departemen tersebut. 4

2 METODOLOGI Penelitian ini menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) untuk menganalisis postur kerja dari pekerja yang diamati. RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki risiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb). RULA dilaksanakan dalam 3 tahapan, pertama adalah merekam posisi kerja, kedua melakukan scoring, dan ketiga penentuan level untuk mengetahui tingkat risiko yang ada bagi tubuh dan menentukan perbaikan apa yang disarankan. Selain RULA, penelitian ini juga menggunakan kuesioner Nordic Body Map untuk memetakan keluhan-keluhan gangguan otot rangka akibat kerja dari para pekerja yang diamati. HASIL DAN PEMBAHASAN PT. PUPP harus memproduksi lembaran core sebanyak ± 15 m 3 atau sekitar.50 lembar core setiap hari yang diproduksi pada departemen line core dibagian rotary yang dikerjakan oleh sejumlah karyawan yang bekerja mulai dari pukul pagi hingga pukul siang. Masing - masing karyawan memiliki pekerjaan disetiap stasiun yang terdiri dari empat bagian, yaitu pencucian log yang terdiri dari orang pekerja, stasiun center log yang terdiri dari 1 orang pekerja, stasiun pengupasan log yang terdiri dari orang pekerja dan stasiun perbaikan core yang terdiri dari 4 orang pekerja. Pekerjaan dilakukan secara manual dimulai dari pencucian log dengan menghilangkan pasir atau tanah serta paku yang melengket pada log, dilanjutkan dengan center log yang berfungsi memberi tanda pada titik tengah log agar lebih mudah pada proses pengupasan log agar dihasilkan core dengan ketebalan yang sama, dan stasiun yang terakhir berfungsi untuk melakukan perbaikan apabila terdapat lembaran core hasil pengupasan yang mengalami cacat. Gambaran Layout pada departemen line core bagian rotary dapat dilihat pada Gambar 1 dan untuk proses produksi secara garis besar dapat digambarkan dalam bentuk Process Chart seperti yang terlihat pada Gambar dan Tabel 1. Gambar 1. Layout Stasiun Kerja pada PT. PUPP Gambar. Process Chart PT. PUPP Tabel 1. Detail Process Chart PT. PUPP 3 Simbol 1 4 Aktivitas Log yang telah dipotong sesuai ukuran dibawa menuju tempat pencucian Proses pencucian log untuk menghilangkan pasir/tanah Memberikan tanda berupa titik tengah pada log (center log) Proses mengaitkan log pada mesin untuk melakukan pengupasan Melakukan perbaikan pada hasil pengupasan (core) Penyimpanan core hasil seleksi dan perbaikan Estimasi Jarak (m) Estimasi Lama Proses (menit) ,5 0,5 0,

3 Dari keempat stasiun yang tergambar di Gambar 1, telah diperoleh data berupa foto serta rekaman video postur kerja. Foto dan video tersebut kemudian ditabulasi pada Tabel Tabel. Data Postur Kerja pada Setiap Stasiun kerja Kode No Stasiun Kerja Aktivitas Keterangan Postur Postur 1 Menggosok log bagian atas Pencucian log 1 1. Menggosok log (Gambar 3) Menggosok log bagian bawah 1 Memberi garis pada log Center log 1. Penentuan titik tengah log Memberi tanda titik tengah pada log 1 Mengaitkan log pada penjepit 1. Membawa log menuju mesin rotary Menahan log pada mesin 3 Pengupasan log rotary Menggulung hasil. Menggulung core 1 pengupasan (core) Menyeleksi core hasil 1 1. Melakukan seleksi pengupasan 4 Perbaikan core Memotong hasil seleksi core Menyatukan core yang. Menyatukan core 1 terpisah Gambar 3. Stasiun Kerja 1 Aktivitas 1 Postur Kerja 1 dan Gambar 4. Stasiun Kerja Aktivitas 1 Postur Kerja 1 dan Gambar 5. Stasiun Kerja 3 Aktivitas 1 Postur Kerja 1 dan Gambar 6. Stasiun Kerja 3 Aktivitas Postur Kerja 1 44

4 Gambar 7. Stasiun Kerja 4 Aktivitas 1 Postur Kerja 1 dan Gambar 8. Stasiun Kerja 4 Aktivitas Postur Kerja 1 Tabel 3 menyajikan hasil perhitungan resiko postur kerja setelah dilakukannya analisis RULA. dari table tersebut terlihat terungkap bahwa tidak terdapat postur kerja yang terindikasi pada LEVEL 4 yang mengindikasikan investigasi dan perubahan harus dilakukan segera. Umumnya postur kerja dari para pekerja di PT. PUPP berada pada LEVEL yang mengindikasikan bahwa pada pada stasiun-stasiun kerja dengan postur kerja tersebut DISARANKAN untuk dilakukan perubahan untuk mendapatkan postur kerja yang lebih baik. Terdapat pula postur kerja (memotong hasil seleksi core dan menyatukan core yang terpisahtang tergolong dalam LEVEL 3 yang mengindikasikan bahwa PERUBAHAN terhadap postur kerja harus DILAKUKAN SECEPATNYA. Rekomendasi perbaikan untuk stasiun-stasiun kerja dengan LEVEL 3 tersebut disajikan pada Tabel 4. Tabel 3. Rekapitulasi Skor Berdasarkan Perhitungan Dengan Metode RULA Untuk Semua Postur Kerja No Stasiun Kerja Aktivitas Kode Postur Skor Level 1 Pencucian log 1. Menggosok log Center log 1. Penentuan titik tengah log Membawa log menuju mesin 1 4 Pengupasan rotary 3 log. Menggulung core Melakukan seleksi 4 Perbaikan core 5 3. Menyatukan core Tabel 4. Rekomendasi Perbaikan Postur Kerja Level 3 No Aktivitas/Postur Postur Awal Rekomendasi Perbaikan Postur Aktivitas memotong hasil core sebaiknya Aktivitas memotong hasil seleksi Aktivitas dilakukan dengan batang dilakukan dengan posisi stabil dengan tubuh membungkuk dan leher dengan posisi tertekuk, bahu terangkat dapat seimbang. Selain itu untuk men- batang tubuh tegak dan posisi leher yang core untuk menghilangkan ba- 1 serta lengan bawah mendapat tekanan meja kerja perbaikan core sebaiknya dapat dukung posisi tubuh yang tegak dan stabil, gian core yang berlubang diatur sesuai keinginan pekerja Aktivitas menyatukan core yang tepisah setelah core diseleksi Aktivitas dilakukan dengan menyatukan dan menyusun core yang terpisah dengan posisi tubuh condong kedepan, bahu terangkat serta lengan bawah mendapat tekanan Aktivitas menyatukan core yang terpisah yang memiliki durasi waktu yang lumayan lama sebaiknya dilakukan dengan posisi batang tubuh tegak agar posisi tubuh dapat lebih stabil. 45

5 Dengan menggunankan kuesioner Nordic Body Map (NBP), prevalensi keluhan nyeri lokal pada para pekerja PT. PUPP disajikan pada Tabel 5. Adapun lokasi-lokasi nyeri pada bagian tubuh para pekerja tergambar pada Gambar 9 sampai Gambar 13. Keluhan tersebut digolongkan menjadi 3, yaitu agak sakit, sakit dan sakit sekali. Gambar 9. Lokasi-lokasi nyeri pada bagian tubuh pekerja Tabel 5. Rekapitulasi Keluhan Nyeri Lokal No. Keluhan Pada Bagian No. Keluhan Pada Bagian Prevalensi Gambar Tubuh Gambar Tubuh Prevalensi 1 Tulang ekor 0 1 Pergelangan tangan Bokong 0 13 Tangan 3 3 Punggung 1 14 Paha belakang 4 Leher 1 15 Lutut 5 Kepala 0 16 Betis 4 6 Bahu 4 17 Pergelangan kaki 1 7 Pinggang 18 Kaki 3 8 Pantat 0 19 Dada 0 9 Lengan atas 4 0 Dada bawah (Ulu hati) 0 10 Siku 1 Perut 0 11 Lengan bawah 3 Paha bagian depan 0 46

6 Tanpa Keluhan Agak Sakit Sakit Sangat Sakit (a) (b) Gambar 10. Rekapitulasi Keluhan Nyeri Lokal pada Stasiun 1 (a) Sebelum Istirahat Siang (b) Sebelum Pulang Kerja Tanpa Keluhan Agak Sakit Sakit Sangat Sakit (a) (b) Gambar 11. Rekapitulasi Keluhan Nyeri Lokal pada Stasiun (a) Sebelum Istirahat Siang (b) Sebelum Pulang Kerja 47

7 Tanpa Keluhan Agak Sakit Sakit Sangat Sakit (a) (b) Gambar 1. Rekapitulasi Keluhan Nyeri Lokal pada Stasiun 3 (a) Sebelum Istirahat Siang (b) Sebelum Pulang Kerja Tanpa Keluhan Agak Sakit Sakit Sangat Sakit (a) (b) Gambar 13. Rekapitulasi Keluhan Nyeri Lokal pada Stasiun 4 (a) Sebelum Istirahat Siang (b) Sebelum Pulang Kerja Dari setiap stasiun dapat diketahui bahwa titik kelelahan yang dialami oleh setiap pekerja merupakan pada bagian bahu serta betis. Hal ini terjadi karena sebagian besar aktivitas kerja dilakukan dengan posisi berdiri serta mengangkat beban dalam waktu kerja yang lama dan berulang. KESIMPULAN Terdapat 8 postur kerja yang tergolong dalam LEVEL yang mengindikasikan perubahan pada postur kerja sebaiknya dilakukan. Kedelapan postur kerja tersebut yaitu menggosok log bagian atas, menggosok log bagian 48

8 bawah, memberi garis pada log, memberi tanda titik tengah pada log, mengaitkan log pada penjepit, menahan log pada mesin rotary, menggulung hasil pengupasan (core), menyeleksi core hasil pengupasan. Dan terdapat postur kerja yang tergolong dalam LEVEL 3 yang mengindikasikan perubahan pada postur kerja HARUS dilakukan secepatnya. Kedua postur kerja tersebut yaitu memotong hasil seleksi core dan menyatukan core yang terpisah. Dengan analisis postur kerja dengan menggunakan metode RULA, maka usulan perbaikan yang diberikan untuk aktivitas kerja level 3 adalah sebaiknya dilakukan perubahan postur kerja guna mengurangi resiko terjadinya gangguan otot rangka akibat aktivitas kerja. Selain itu risiko tersebut dapat pula dikurangi dengan mengubah alat bantu kerja. REFERENSI Anizar dan Suriadi, Joko., 008. Analisa Postur Kerja Operator Pada Bagian Boiler dengan Metode Ovako Working Posture Analysis System Di PTPN V Sei Rokan Riau. Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Teknik Industri dan Kongres BKSTI V. Makassar,16-17 Juli 008. Nazlina, Buchari, dan Ria, Selvi Indah Usulan Perancangan Postur Kerja dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanika dan Fisiologi pada Aktivitas Pencetakan Batu Bata. Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Teknik Industri dan Kongres BKSTI V. Makassar, 8 November 017. Pangaribuan. M, D, 009. Analisa Postur Kerja Dengan Metode RULA Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatra Utara. 49