BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif Formalin Sampel Ikan Asin (+/-) Ulangan

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif Formalin Ikan Asin Pereaksi /Hasil uji Keterangan (+/-) Ulangan A Pereaksi tollens Terbentuk cermin perak B Pereaksi tollens Terbentuk cermin perak pada ulangan ke -2 C Pereaksi tollens Tidak terbentuk cermin perak

2 4.2 Pembahasan Berdasarkan uji laboratorium yang dilakukan di laboratorium Kimia Fakultas MIPA, terhadap sejumlah sampel ikan asin yang diperoleh dari pasar sentral Kota Gorontalo, dengan beberapa pereaksi yang digunakan hanya pada lokasi A yang mengandung formalin, dengan menggunakan pereaksi tollens. Sebelum dilakukan identifikasi formalin pada ikan asin, terlebih dahulu peneliti, melakukan preparasi sampel, dimana sampel ikan asin dilumatkan menggunakan pisau dan blender yang telah dibersihkan, setelah itu sampel ikan asin yang telah halus dimasukkan kedalam labu destilat dengan menambahkan 50 ml air, kemudian ikan asin yang telah dimasukkan kedalam labu destilat di tambahkan 1 ml larutan H 3 PO 4 (Asam Fosfat), dengan tujuan agar sampel tersebut tidak terkontaminasi oleh bakteri dan membuka ikatan rangkap yang tadinya tertutup menjadi terbuka. Setelah itu dihubungkan labu destilat dengan pendingin kemudian didestilasi, hasil dari destilasi ditampung. Tujuan dari destilasi adalah memisahkan larutan dengan perbedaan titik didih. Setelah didestilasi kemudian dilakukan pengujian dengan 3 pereaksi yaitu pereaksi Schiff, Fehling dan Tollens. Formalin kelarutannya dapat larut dalam air sehingga untuk pengujiannya untuk sampel ikan asin tidak boleh kena air Pereaksi Fehling Pereaksi fehling dibuat sebelum dilakukan pengujian formalin pada ikan asin, pada pereaksi fehling A bahan yang digunakan adalah NaOH dan CuSO 4 sebanyak 0,1 M dalam 100 ml larutan. Dengan cara pengujian yaitu dimasukkan 1 ml destilat kedalam tabung reaksi dengan cara mencampurkan Fehling A dan B

3 sebanyak 1 ml maka dihasilkan larutan biru tua, kemudian dipanaskan dalam penangas air yang mendidih, apabila selama pemanasan terjadi endapan merah bata bahwa sampel tersebut mengadung formalin. Pemanasan dilakukan karena pereaksi fehling kurang stabil pada larutan dingin (temperature rendah), sehingga dibutuhkan pemanasan agar fehling stabil. Dari ketiga sampel yang diuji dengan pereaksi fehling tidak terdapat/mengandung formalin Pereaksi Schiff Cara pengujian oksidasi aldehid (formalin) dengan pereaksi schiff di ambil 1 ml hasil destilasi dan masukkan ke dalam tabung reaksi, setelah itu di tambahkan 1 ml H 2 SO 4 pekat dengan cara di tetesi pada dinding tabung reaksi, hal ini dimaksudkan agar pembentukan warna ungu dapat teratur dan terlihat jelas, kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi schiff. Perlakuan ini diulang sebanyak tiga kali, untuk ketiga sampe ikan asin Hasil pengamatan dari ketiga sampel tidak terjadi perubahan warna menjadi ungu, ini menandakan bahwa sampel tersebut tidak mengandung formalin. Dari hasil pengujian menggunakan pereaksi schiff sampel yang tidak mengandung formalin, hasil tersebut dilakukan uji pembanding dengan bahan formalin. Pereaksi schiff direaksikan dengan senyawa kelompok aldehid, maka akan menghasilkan warna ungu. Pereaksi schiff tidak dapart bereaksi dengan kelompok aldehid dalam bentuk hidrat, karena perekasi schiff digunakan untuk menunjukan adanya gugus aldehid. Pada uji pembanding, formalin dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1-2 tetes pereaksi Schiff. Perubahan yang terjadi adalah

4 pada tabung yang berisi formalin berubah menjadi warna ungu dan menunjukkan bahwa formalin mengandung gugus aldehid Pereaksi Tollens Pereaksi tollens dibuat sebelum dilakukan pengujian, setelah dibuat pereaksi tollens, selanjutnya dilakukan uji oksidasi aldehid (formalin) dengan perekasi tolens yang dibuat. Pereaksi tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan amonia sedikit demi sedikit, hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi tollens dapat dianggap sebagai larutan perak oksida (Ag 2 O). Aldehida dapat mereduksi pereaksi tollens sehingga membebaskan unsur perak (Ag). Pereaksi tollens digunakan untuk membuktikan adanya gugus aldehid bersifat reduktor. Reaksi tersebut menunjukan hasil positif jika terbentuk endapan cermin perak. Kandungan Tollens A terdiri dari AgNO 3 dan Tollens B terdiri dari NH 3, sehingga jika dicampurkan endapan menjadi larut. Prosedur kerja yang dilakukan adalah mengambil 1 ml destilat untuk dimasukkan kedalam tabung reaksi, setelah itu ditambahkan 1 ml pereaksi tollens lalu digojok. Tujuan Penggojogan berfungsi untuk menimbulkan tumbukan antar partikel yang dapat mempercepat terjadinya reaksi antara formalin dengan pereaksi tollens. Kemudian larutan yang telah digojog dipanaskan sampai timbul gelembung. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Perubahan yang terjadi warna formalin berubah menjadi hitam dan terbentuk cermin perak di

5 permukaan. Pemanasan dilakukan untuk mengoksidasi aldehid sehingga terbentuk gugus karboksil (COO- ). Reaksinya: H C O + Ag(NH 3 )OH H-COONH 4 + Ag + H 2 O H (Fessenden, 1986) Hasil pengamatan dari ketiga sampel ikan asin, yang diambil dari 3 penjual, hanya sampel pada lokasi A yang menunjukan bahwa sampel tersebut mengadung formalin (Positif mengandung formalin), yang diulang sebanyak 3 kali, dengan terbentuknya cermin perak di permukaan, sedangkan sampel B pada ulangan ke-2 terbentuk cermin perak yang menandakan adanya formalin.