PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM JALAN KABUPATEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM JALAN KABUPATEN"

Transkripsi

1 SK No. 77 / KPTS / Db / 1990 PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM JALAN KABUPATEN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

2 DAFTAR ISI Halaman 1. MAKSUD DAN TUJUAN Kebutuhan akan Perencanaan Tujuan RUANG LINGKUP PROSEDUR PERENCANAAN Kelompok Tugas Pencakupan Jaringan Jalan dan Prosedur Penyaringan Pengertian Kategori Pekerjaan Rangkuman Prosedur Perencanaan KEBUTUHAN SUMBERDAYA Kebutuhan Staf Tugas Utama Jadwal Keseluruhan Tugas Pembiayaan Kebutuhan Sumber Daya Lainnya Modul 1 : Gambaran Umum

3 1 MAKSUD DAN TUJUAN 1.1 KEBUTUHAN AKAN PERENCANAAN 1. Tugas yang sangat penting mengenai perencanaan dan persiapan program pekerjaan tahunan untuk jaringan jalan kabupaten, sudah mulai dilakukan secara sistematis. Sebelumnya kebanyakan program disusun berdasarkan usulan-usulan `ad-hoc' yang diajukan oleh kabupaten yang kurang didukung dengan perencanaan yang memadai atau dengan evaluasi sehingga didapat pilihan alternatif yang prioritas. Persiapan program lima tahun dengan bantuan konsultan untuk mendapatkan Bantuan Luar Negeri (BLN), tidak menunjukkan sebagai suatu cara yang efisien dan memuaskan. Dalam kenyataannya aspirasi dan kemampuan daerah kurang dipertimbangkan karena terlalu banyaknya petunjuk dari instansi di tingkat pusat yang memaksakan suatu kerangka kerja yang kaku dan kurang dapat diterima di dalam pemilihan proyek untuk jangka panjang. Rencana-rencana yang dihasilkan dengan cara ini cenderung sudah kadaluarsa, bahkan sebelum pelaksanaannya dapat dimulai. 2. Peranan kabupaten dalam mempersiapkan program penanganan jaringan jalan sendiri jelas diperlukan untuk menjamin adanya keluwesan dalam mengadakan perubahan-perubahan sesuai kebutuhan daerah dan untuk mengalihkan tanggung jawab instansi tingkat pusat ke tingkat kabupaten. Pada saat yang sama, Pemerintah Pusat dan pihak donor memerlukan jaminan bahwa program semacam ini mempunyai dasar yang rasional dan disusun secara sistimatis. Demikian pula dengan sumber daya ekonomi nasional yang jumlahnya terbatas, supaya dapat digunakan seefisien mungkin. 3. Prosedur perencanaan jalan semacam ini perlu diperkenalkan kepada kabupaten. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tidaklah cukup hanya dengan menyerahkan suatu buku petunjuk begitu saja untuk diterapkan secara bersama. Untuk memperkenalkan suatu prosedur secara efektif, perlu didukung oleh program pelatihan, bimbingan dan bantuan teknis di tingkat kabupaten, termasuk pengarahan yang tegas dari instansi yang tingkatnya lebih tinggi. Kegiatan ini telah mulai dilakukan sejak tahun 1990 seiring dengan SK No Dirjen Bina Marga 4. Keberhasilan juga mungkin dapat lebih dicapai dari pendekatan terpusat yang menerima kenyataan bahwa untuk mencakup seluruh jaringan jalan sekaligus dalam sekali studi tidak dapat dilaksanakan. Karena itu perlu dipertimbangkan bahwa untuk mengalihkan prosedur perencanaan dari tingkat pusat ke daerah harus dilakukan melalui suatu periode peralihan beberapa tahun, dimana instansi di tingkat propinsi harus ikut melakukan peranan pemeriksaan dan pengawasan yang dahulu hampir semuanya dilakukan oleh pusat. 5. Keperluan mendasar dalam proses perencanaan adalah untuk membuktikan bahwa dari setiap proyek dapat diharapkan suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang dapat dipertanggung-jawabkan. Tanpa melakukan hal ini paling tidak akan memboroskan beberapa sumber daya yang disediakan untuk proyek jalan kabupaten. Untuk memberikan program pekerjaan yang potensial dan melibatkan berbagai proyek dalam skala besar, diperlukan latihan perencanaan yang cukup banyak dengan lengkap. 6. Alasan utama diperlukannya masukan perencanaan dalam skala besar bukannya karena kerumitan metodologi yang diusulkan, namun karena besarnya jumlah Modul 1 : Gambaran Umum 1

4 proyek yang berdiri sendiri yang harus dinilai dan banyaknya jenis proyek yang terlibat. Pengalaman dari beberapa tahun pelaksanaan studi jalan kabupaten di Indonesia telah menunjukkan bahwa karena besarnya variasi jenis jalan, mulai dari jalan aspal yang dilewati beberapa ribu kendaraan per hari sampai dengan jalan setapak yang tidak dapat dilewati kendaraan, menyebabkan setiap proses perencanaan harus mempertimbangkan ruas-ruas jalan atas dasar kondisi masingmasing dengan suatu bentuk penaksiran yang sesuai supaya rekomendasi yang dihasilkan mempunyai kelayakan yang memadai. 7. Bagian pokok dari proses perencanaan ini meliputi suatu kegiatan survai pengumpulan data yang diperlukan, terutama dalam hal lokasi jalan, panjang dan kondisinya saat ini, serta informasi mengenai tingkat lalu lintas atau jumlah penduduk pengguna jalan yang bersangkutan (informasi seperti ini seringkali tidak tersedia sulit didapatkan). 8. Bagian pokok berikutnya adalah kegiatan evaluasi proyek dengan dengan menggunakan data hasil survai di atas. Ada beberapa metode penaksiran atau evaluasi yang dapat dilaksanakan; metode yang paling sederhana yakni penyusunan peringkat proyek dengan menggunakan cara indeks menunjukkan korelasi yang lemah dari hasil evaluasi ekonomi. Karena itu pada prosedur ini cara tersebut tidak digunakan dan dipakai suatu sistim yang tetap berhubungan langsung dengan kriteria ekonomi konvensional. Sistim ini tidak memerlukan tambahan data survai dan waktu analisa yang berarti, ataupun tingkat keahlian yang lebih tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh metode yang paling sederhana tadi. 1.2 TUJUAN 1. Tujuan umum dari Prosedur Perencanaan dan Penyusunan Program ini adalah : Untuk menyusun prioritas penangan jalan sesuai dengan dana yang tersedia dengan cara yang efisien, agar menunjang pembangunan ekonomi dan sosial daerah tersebut. 2. Tujuan khusus-nya adalah untuk : Memberi pengetahuan kepada staf kabupaten di dalam melaksanakan pekerjaan survai, analisa dan evaluasi, sesuai dengan prosedur yang sistematis dan menuju ke arah persiapan yang tepat waktu dari program tahunan dalam standar yang konsisten. Memberi kepastian bahwa alokasi sumber daya berdasarkan kategori pekerjaan (yakni, pekerjaan berat, pemeliharaan dan pekerjaan ringan lain) ditentukan secara rasional. Memberi kepastian bahwa penentuan pemilihan prioritas pekerjaan berat, didasarkan atas kriteria ekonomi yang sederhana namun rasional, sehingga dapat memberikan tingkat kepercayaan yang memadai baik bagi donor maupun instansi pemerintah bahwa investasi yang diusulkan telah sesuai. Mendokumentasikan dan membangun `database' dari informasi mengenai jaringan jalan untuk keperluan pemantauan dan perencanaan lebih lanjut. Dapat mencakup perencanaan bagi semua pembiayaan jalan kabupaten, tanpa melihat darimana sumber pendanaannya. Modul 1 : Gambaran Umum 2

5 2 RUANG LINGKUP PROSEDUR PERENCANAAN 2.1 KELOMPOK TUGAS 1. Prosedur perencanaan dibagi dalam lima komponen utama atau kelompok tugas, dimana setiap kelompok tercakup dalam bagian terpisah dalam buku petunjuk ini : Tugas 1 : KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN DATABASE Tugas 2 : SURVAI Tugas 3 : ANALISA Tugas 4 : PENAKSIRAN BIAYA Tugas 5 : PERSIAPAN PROGRAM TAHUNAN 2. Bagan alir yang telah disederhanakan pada Gambar 1 menunjukkan rangkaian pokok kegiatan-kegiatannya. Gambar 2 menunjukkan aliran tugas serta keterkaitannya satu sama lain secara lebih terinci. 3. Perencanaan harus dilihat sebagai suatu siklus kegiatan yang berkesinambungan dengan maksud untuk menyusun suatu gabungan informasi mutakhir mengenai seluruh jaringan jalan. Informasi perencanaan disusun untuk memberikan suatu program tahunan, namun prosesnya tidak hanya berhenti disitu. Program tahunan harus merupakan bagian dari suatu strategi untuk jangka yang lebih panjang bagi seluruh jaringan, yaitu rencana yang bergulir dan mencakup beberapa tahun. 4. Siklus perencanaan dengan pembagian waktunya secara umum digambarkan seperti di bawah ini. DAUR PERENCANAAN TAHUNAN Kaji Ulang Program Des Kaji Ulang & Pemutakhiran Database Okt-Nop Survai Pemeliharaan Terinci Survai Penjajagan Kondisi Jalan S1 Sep -Nop Jan - Feb Apr Survai S2 S8 Survai Disain Sep-Nop Penyusunan Program Sep Jul - Agu Penyaringan dan Penyusunan Peringkat Mei - Jun Analisa dan Penaksiran Biaya Modul 1 : Gambaran Umum 3

6 Modul 1 : Gambaran Umum 4

7 Modul 1 : Gambaran Umum 5

8 2.2 PENCAKUPAN JARINGAN JALAN DAN ROSEDUR PENYARINGAN 1. Prosedur Perencanaan ini dimaksudkan untuk diterapkan pada seluruh jaringan jalan kabupaten secara sistematis. 2. Data survai terbaru yang dapat diandalkan dari setiap ruas dalam jaringan jalan harus tersedia sehingga pilihan pekerjaan yang diperlukan dapat dipertimbangkan dan disusun dalam urutan prioritas. Alokasi dana yang rasional hanya dapat dibuat bila datanya lengkap untuk seluruh jaringan jalan. 3. Jaringan jalan tersebut dibagi dalam dua bagian : Jalan mantap (stabil ; selalu dapat diandalkan untuk dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun), terutama yang kondisinya sudah `baik/sedang' yang hanya memerlukan pemeliharaan. Jalan tidak mantap (tidak stabil ; tidak dapat diandalkan untuk dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun), terutama yang kondisinya `rusak/rusak berat' yang memerlukan pekerjaan berat' (rehabilitasi, perbaikan, konstruksi), termasuk jalan tanah yang saat ini tidak dapat dilewati kendaraan roda Untuk menjaga kemutakhiran data inventarisasi jalan seluruh jaringan (agar umur datanya selalu tidak akan lebih dari tiga tahun) perlu dilakukan hal berikut : Pada jalan-jalan yang mantap, setiap tahunnya harus dilakukan `Survai Penjajagan Kondisi Jalan' (S1) Pada jalan-jalan yang tidak mantap, setiap tahunnya harus dilakukan Survai Penyaringan Jalan (S2) pada sepertiga bagian jalan saja, sehingga seluruh bagian jalan dapat tercakup dan selesai disurvai dalam daur tiga tahun. Pada jalan-jalan yang tidak mantap, dibagi dalam tiga bagian yang kira-kira sama, lalu setiap tahun satu bagian harus dicakup dalam `Survai Penyaringan Jalan' (S2), sehingga seluruh bagian jalan dapat tercakup dan selesai disurvai dalam daur tiga tahun. 5. Pada prinsipnya semua jalan mantap setiap tahunnya harus mendapatkan prioritas untuk ditangani dengan pemeliharaan rutin dan/atau berkala. Untuk itu, informasi survai yang terbaru diperlukan untuk menentukan kebutuhan teknis yang tepat, karenanya survai tahunan sangat perlu dilaksanakan. Survai S1 digunakan untuk memperbaharui informasi inventarisasi jalan sebagai bagian dari prosedur perencanaan yang sekaligus digabung dengan survai penyaringan pemeliharaan tahap pertama dalam persiapan pemeliharaan tahunan (lihat petunjuk terpisah untuk Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten). 6. Di banyak kabupaten, jaringan jalan yang tidak mantap masih lebih besar dari jaringan jalan yang mantap dan dana untuk pekerjaan berat yang diperlukan melebihi dana yang tersedia. Karenanya diperlukan suatu sistim untuk menyaring dan menyusun urutan proyek, terutama yang berdasarkan kriteria ekonomi. Survai penyaringan kondisi jalan (S2) dikaitkan dengan survai-survai lain yang mengukur permintaan akan angkutan, dilakukan untuk keperluan tersebut. 7. Manfaat peningkatan suatu jalan dapat dihitung dengan cara, membandingkan kondisi jalan saat ini dengan yang diharapkan, dan dengan memperkirakan jumlah Modul 1 : Gambaran Umum 6

9 lalu lintas yang diharapkan. Manfaat ini kemudian dapat diperbandingkan dengan perkiraan biaya peningkatan jalan, untuk memberikan tingkat pengembalian ekonomi proyek (misalnya, Net Present Value = nilai bersih saat ini atau NPV/Km). Kemudian sejumlah proyek dapat disusun peringkatnya dan proyek yang NPV/kmnya tertinggi harus dipilih untuk dilaksanakan terlebih dahulu. Dengan cara ini baik kabupaten maupun secara nasional dapat memanfaatkan dengan sebaik mungkin keadaan kelangkaan dana tersebut. 8. Jaringan jalan yang tidak mantap selanjutnya dapat dibagi lagi kedalam dua kelompok : Jalan terbuka yang dapat dilalui kendaraan roda-4 untuk sepanjang tahun. Jalan tertutup yang tidak dapat dilalui kendaraan roda-4 untuk sepanjang atau sebagian tahun. 9. Permintaan akan angkutan pada jalan yang terbuka bagi kendaraan roda-4, bisa diperkirakan dengan baik melalui survai lalu lintas yang ada (S5). Sedangkan pada jalan yang tertutup lalu-lintas yang ada bukan merupakan suatu ukuran yang baik bagi permintaan angkutan yang potensial, untuk itu dilakukan perkiraan dari jumlah penduduk yang terlayani oleh jalan dan dari tingkat hambatan akses yang dialami sekarang. Data ini diperoleh langsung dari survai penduduk (S7) dan survai hambatan lalu-lintas (S8). 10. Gambaran bagaimana jaringan jalan kabupaten dicakup oleh studi perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 3. CAKUPAN SURVAI JARINGAN JALAN Tahun ke - 1 Wilayah Perencanaan 1 Tahun ke - 2 Wilayah Perencanaan 2 Tahun ke - 3 Wilayah Perencanaan 3 Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat ' Tertutup Roda-4 ' S2, S7 dan S8 Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat ' Terbuka Roda-4 ' S2 dan S5 Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat ' Tertutup Roda-4 ' S2, S7 dan S8 Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat ' Terbuka Roda-4 ' S2 dan S5 Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat ' Tertutup Roda-4 ' S2, S7 dan S8 Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat ' Terbuka Roda-4 ' S2 dan S5 T D K M A N T A P Jalan Kondisi Baik /Sedang Survai Tahunan S1 dan 20% S5 M A N T A P Modul 1 : Gambaran Umum 7

10 11. Karena jaringan jalannya berkembang, maka lebih banyak jalan yang akan pindah dalam kelompok mantap dan memerlukan survai tahunan untuk pemeliharaan. Data lalu lintas juga diperlukan untuk kelompok ini, supaya standar teknis dan standar biaya yang sesuai dapat diterapkan. Target yang harus dicakup adalah paling sedikit 20 % dari jaringan yang mantap dilakukan survai lalu-lintas setiap tahunnya, sehingga tidak akan ada ruas jalan yang data lalu lintasnya lebih lama dari lima tahun. 12. Pada saat informasi tentang kebutuhan pemeliharaan dan tingkat lalu- lintas telah meningkat, sistim prioritas secara ekonomi dilakukan juga terhadap pekerjaan pemeliharaan berkala yang terpadu dengan sistim untuk pekerjaan berat. 13. Meskipun telah dilakukan pemeliharaan, beberapa jalan yang mantap akan memburuk ke kondisi `rusak/rusak berat', sementara lainnya mungkin memerlukan pelebaran atau perkuatan karena lalu-lintasnya meningkat. Karena itu setiap tahunnya, sejumlah ruas dicakup dalam survai S2, sebagai hasil dari survai penjajagan (S1) sebelumnya. 14. Pada saat jaringan jalannya berkembang dan menjadi mantap, maka proporsi ruas jalan yang dievaluasi dengan metode lalu lintas akan bertambah, namun sebagian besar jalan tanah akan tetap perlu dievaluasi dengan metode kependudukan. Sebagian kecil ruas, khususnya jalan baru yang menuju wilayah pertanian potensial yang luas atau jalan-jalan baru yang akan mengalihkan rute lalu lintas, tidak dapat dicakup oleh metode evaluasi umum dalam prosedur perencanaan ini, sebagai gantinya diperlukan "studi khusus" yang harus dilaksanakan oleh staf dengan kemampuan khusus pula. 15. Diagram di bawah ini menggambarkan bagaimana jaringan jalan akan dicakup oleh jenis-jenis studi yang berbeda. KATEGORI STUDI PERENCANAAN JALAN TERBUKA BAGI KENDARAAN RODA 4 JALAN TERHAMBAT DAN TERTUTUP BAGI KENDARAAN RODA 4 HAMBATAN JALAN AKSES RENDAH HAMBATAN JALAN AKSES SEDANG HAMBATAN JALAN AKSES TINGGI PENAKSIRAN MANFAAT LALU LINTAS PENAKSIRAN MANFAAT PENDUDUK STUDI KHUSUS Modul 1 : Gambaran Umum 8

11 2.3 PENGERTIAN KATEGORI PEKERJAAN 1. Untuk keperluan perencanaan dan penyusunan program, pekerjaan jalan ini dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar sebagai berikut : a. Pekerjaan pemeliharaan : untuk jalan berkondisi `baik/sedang' b. Pekerjaan berat : untuk jalan berkondisi `rusak/rusak berat' (pembangunan baru, peningkatan, rehabilitasi) c. Pekerjaan penyangga : untuk jalan berkondisi `rusak/rusak berat' 2. Ditinjau dari nilainya, pekerjaan berat dapat dibedakan dengan pekerjaan ringan (yakni pekerjaan pemeliharaan dan penyangga) seperti yang juga ditunjukkan pada matriks biaya (lihat tugas 4) PEKERJAAN BERAT (PK) PEMBANGUNAN BARU (PB) PENINGKATAN (PK) REHABILITASI (RE) PEKERJAAN RINGAN PEMELIHARAAN (M) PENYANGGA (H) PEMEL. PERIODIK (MP) PEMEL. RUTIN (MR) DARURAT PEKERJAAN PEMELIHARAAN (M), harus dilakukan terhadap semua ruas jalan yang berkondisi baik/sedang dan harus mendapatkan prioritas untuk ditangani. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar permukaan ruas jalan mendekati kondisi semula, dan juga diperlukan agar suatu proyek pekerjaan berat memungkinkan untuk tetap bertahan sesuai dengan umur disain yang direncanakan. Pekerjaan ini terutama terdiri dari pekerjaan rutin tahunan, pelapisan ulang berkala serta pekerjaan drainase. PEKERJAAN BERAT (PK), dimaksudkan untuk meningkatkan jalan yang sesuai dengan tingkat lalu lintas yang diperkirakan, biasanya merupakan pembangunan kembali perkerasannya. Pekerjaan berat ini dapat berupa pembangunan baru, peningkaaan atau rehabilitasi dengan umur rencana paling sedikit 10 tahun. Sebagian besar jaringan jalan di kabupaten memerlukan pekerjaan berat, dan hal ini diperkirakan akan menyerap hampir semua biaya yang tersedia setelah dikurangi dengan biaya untuk semua pekerjaan pemeliharaan. Untuk memudahkan penggolongan pekerjaan dalam tahap perencanaan ini, maka singkatan `PK' digunakan untuk menunjukkan semua jenis pekerjaan berat. PEMBANGUNAN BARU (PB) pada umumnya terdiri atas pekerjaan untuk meningkatkan jalan tanah atau jalan setapak agar dapat dilalui kendaraan roda 4. Kondisi jalan yang berat ini, memerlukan biaya yang besar dan biasanya pekerjaan tanah yang besar pula. Modul 1 : Gambaran Umum 9

12 PEKERJAAN PENINGKATAN (PK) dapat dikatakan untuk meningkatkan standar pelayanan dari jalan yang ada; baik yang membuat lapisan permukaan menjadi lebih halus, seperti pengaspalan terhadap jalan yang belum diaspal, atau menambah Lapis Tipis Aspal Beton LATASTON/Hot Rolled Sheet pada jalan yang menggunakan lapisan penetrasi (LAPEN); atau menambah lapisan struktural untuk memperkuat perkerasannya; atau memperlebar lapisan perkerasan yang ada (yang kurang lebarnya). PEKERJAAN REHABILITASI (RE) diperlukan bila pekerjaan pemeliharaan rutin yang secara teratur harus dilaksanakan itu diabaikan atau pemeliharaan berkala (pelapisan ulang) terlalu lama ditunda sehingga keadaan lapisan permukaan semakin memburuk. Yang termasuk dalam kategori ini ialah perbaikan terhadap kerusakan lapisan permukaan seperti lubang-lubang dan kerusakan struktural seperti amblas, atau kerusakan tersebut kurang dari % dari seluruh perkerasan yang biasanya berkaitan dengan lapisan aus baru. Pembangunan kembali secara total biasanya diperlukan bila kerusakan struktural sudah tersebar luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan, atau kekuatan disain yang tidak sesuai, atau karena umur rencana sudah terlampaui. PEKERJAAN PENYANGGA (H), adalah pekerjaan tahunan dengan biaya rendah yang diperlukan untuk menjamin jalan terbuka bagi lalu-lintas yang ada atau untuk menjaga agar kondisi jalan tidak lebih memburuk atau makin parah. Hal ini dilakukan bila pekerjaan berat yang telah ditentukan tidak dibenarkan karena tingkat lalu-lintasnya rendah atau karena dana yang tersedia tidak mencukupi. Dana yang memadai perlu dicadangkan untuk pekerjaan penyangga ini. PEKERJAAN DARURAT, adalah pekerjaan yang sangat diperlukan untuk membuka kembali jalan yang baru saja tertutup untuk lalu-lintas kendaraan roda 4 karena mendadak terganggu, misalnya akibat tebing yang longsor atau jembatan yang roboh. Dana untuk pekerjaan darurat ini tidak dapat disiapkan sebelumnya, tetapi sebaiknya perlu dicadangkan dalam jumlah yang sepadan. PEKERJAAN JEMBATAN, dapat digolongkan sebagai berikut : PBJ : Pembangunan Baru Jembatan (termasuk Penggantian Bangunan Atas dan Bangunan Bawah Jembatan). PAJ : Penggantian Bangunan Atas Jembatan. PJJ : Pemeliharaan/Penunjangan Jembatan (termasuk Pemeliharaan berkala, misalnya perbaikan lantai; sedangkan Pemeliharaan Rutin Jembatan dimasukkan ke dalam Pemeliharaan Jalan). Modul 1 : Gambaran Umum 10

13 2.4 RANGKUMAN PROSEDUR PERENCANAAN KELOMPOK TUGAS 1 : KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN DATABASE a. Kelompok tugas ini bertujuan untuk mengembangkan dan memutakhirkan sejumlah informasi mengenai ; jaringan jalan, sumber daya, dan kegiatan sosial-ekonomi kabupaten secara keseluruhan. Informasi ini diperlukan untuk mendukung perencanaan, pemantauan dan studi tambahan lainnya. b. Beberapa dari informasi ini bisa didapatkan pada database komputer di tingkat pusat, propinsi, maupun di kabupaten. c. Sebagian besar kabupaten telah mengumpulkan banyak informasi selama kegiatan awal perencanaan, namun perlu untuk dikaji ulang, diperbaiki, dan diperbaharui secara teratur minimal sekali dalam setahun serta disusun dalam format yang standar sehingga perbandingan antar kabupaten akan mudah dilakukan. d. Informasi ini disusun dalam suatu rangkaian formulir K1 - K14. Periode waktu utama untuk memperbaharui atau memutakhirkan formulir K adalah Januari Pebruari. 1A. Pemutakhiran Data Jaringan Jalan (K1 - K2) : Tugas terpenting adalah untuk memutakhirkan inventarisasi `daftar induk' ruas jalan kabupaten (K1), terutama dalam hal penentuan ruas dan kondisi permukaan jalan secara garis besar. Data ini harus diperbaharui setiap tahunnya dengan menggunakan informasi dari hasil survai jalan (S1, S2) dan informasi pekerjaan (K3/atau RD-1.JK). Tugas berikutnya adalah melakukan kaji ulang secara berkala terhadap pilihan ruas dalam jaringan jalan yang ditetapkan sebagai `strategis' yang harus mendapatkan prioritas khusus (K2). 1B. Pemutakhiran Data Riwayat Pekerjaan (K3 - K4) : Menyusun serta memutakhirkan rangkuman data secara teliti dan sistimatis mengenai pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk setiap ruas. Hal ini terutama diperlukan untuk perencanaan pemeliharaan dan pemantauan keefektifan program. 1C. Pemutakhiran Data Sumber Daya (K7- K9) : Menyusun serta memutakhirkan suatu daftar mengenai aspek-aspek sumber daya yang tersedia seperti : peralatan berat, kontraktor, sumber material, upah pekerja/buruh dan harga bahan/material serta staf Tim Perencana Jalan Kabupaten Catatan: Daftar peralatan berat dan kontraktor tidak lagi dicakup dalam buku prosedur perencanaan ini, karena akan dibahas dalam buku prosedur lainnya 1D. Pemutakhiran Data Jembatan (K10) : Menyusun serta memutakhirkan data inventarisasi mengenai lokasi dan karakteristik kondisi setiap jembatan. Modul 1 : Gambaran Umum 11

14 1E. Pemutakhiran Data Sosial Ekonomi (K11-K14) : Menyusun serta memutakhirkan informasi data penyebaran penduduk (K11), karakteristik pasar dan pusat kegiatan lainnya (K12), tata guna lahan dan data lainnya per Kecamatan (K13) serta informasi mengenai kegiatan Pembangkit Lalu-Lintas Angkutan Berat dan rencana-rencana pengembangan kawasan (K14 dan survai S6). 1F. Pemutakhiran Peta : Menyusun serta memutakhirkan peta dasar jaringan jalan kabupaten disesuaikan dengan data inventarisasi dalam K1. Beberapa versi peta jalan diperlukan untuk menunjukkan kondisi jalan, ruas jalan strategis dan program tahunan. Tujuan jangka panjangnya adalah menyempurnakan peta dasar jaringan jalan dengan menggunakan peta topografi dan pemeriksaan di lapangan. 1G. Dokumentasi Studi : Menyusun dan menyimpan data secara sistematis mengenai informasi dari formulir K, hasil survai tahunan, data analisa dan program, kemudian meringkasnya dalam bentuk laporan untuk disampaikan pada RAKON KELOMPOK TUGAS 2 : SURVAI a. Survai-survai diperlukan untuk mengumpulkan informasi secara berkala mengenai karakteristik, kondisi dan penggunaan seluruh jaringan jalan. b. Informasinya disusun dalam formulir `S' (S1-S8) ; survai S1-S4 berkaitan dengan pengumpulan data inventarisasi jalan dan data kondisi jalan, survai S5-S8 berkaitan dengan pengumpulan data penggunaan jalan. c. Periode waktu utama untuk melaksanakan survai adalah Maret - April untuk jalan mantap dan April - Mei untuk jalan tidak mantap. 2A. Survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) : Survai ini dilaksanakan setiap tahun pada seluruh jaringan jalan yang `mantap' atau `baik/sedang' untuk memperbaharui data inventarisasi/kondisi jalan (masukan pada tugas 1A/1D) dan membantu proses penyaringan dalam program pemeliharaan. Survai ini harus dilaksanakan pada bulan September - Oktober dengan pencakupan target sekitar 40 Km/hari. Formulir S3 digunakan untuk mengkalibrasi odometer kendaraan pada survai S1/S2. 2B. Survai Penyaringan Ruas Jalan (S2) : Survai ini dilakukan pada sepertiga bagian jaringan jalan yang tidak mantap atau `rusak/rusak berat' setiap tahunnya. Survai ini menggabungkan pengumpulan data inventarisasi jalan serta informasi kondisi dan foto jalan yang cukup untuk memungkinkan dilakukannya penaksiran secara umum terhadap manfaat dan biaya rata-rata peningkatan jalan, untuk keperluan penyaringan. Pelaksanaan survai S2 ini ditargetkan rata-rata 10 Km/hari pada ruas-ruas jalan yang terbuka bagi roda-4. Modul 1 : Gambaran Umum 12

15 2C. Survai Kecepatan (S4) : Survai kecepatan secara sederhana dilaksanakan pada semua ruas yang terbuka bagi roda-4 yang telah dilakukan survai S2, untuk membantu penaksiran kondisi permukaan jalan. 2D. Survai Lalu-Lintas (S5) : Penghitungan lalu-lintas selama dua hari dilaksanakan pada semua ruas yang terbuka bagi roda-4 yang telah dilakukan survai S2, dan paling sedikit 20 % dari jaringan jalan yang `mantap' setiap tahunnya. Data lalu-lintas akan digunakan untuk memperkirakan manfaat dari suatu peningkatan jalan dan untuk menentukan standar disain yang sesuai. Survai lalu lintas diperlukan rata-rata untuk setiap 5 Km bagian jalan. 2E. Survai Kependudukan (S7) : Survai mengenai penyebaran penduduk di dalam desa akan diperlukan untuk jalan-jalan dan jembatan yang tertutup bagi roda-4 sepanjang atau sebagian tahun, dimana lalu-lintas yang ada bukan merupakan ukuran yang baik untuk pengguna potensial dari jalan yang ditingkatkan. Kegunaan S7 adalah untuk mengisi rincian, atas informasi umum yang sudah disusun dalam formulir K11 untuk seluruh kabupaten. 2F. Survai Hambatan Lalu Lintas (S8) : Diperlukan informasi hasil survai mengenai jenis, penyebab dan pengaruh hambatan akses jalan pada jalan yang tidak terbuka bagi kendaraan roda-4, baik sebagian atau sepanjang tahun. Informasi ini digunakan bersama-sama data dari S7 untuk memperkirakan manfaat dari peningkatan jalan dengan menggunakan metodologi `kependudukan' KELOMPOK TUGAS 3 : ANALISA a. Data survai harus disusun secara sistimatis untuk keperluan dokumentasi, pemantauan dan evaluasi proyek. b. Suatu lembar data (A1) disiapkan untuk menganalisa setiap proyek yang telah tercakup dan didukung oleh survai S2 serta setiap proyek pemeliharaan berkala yang tercakup oleh survai S1; foto- foto disusun secara terpisah dalam format yang standar. c. Lembar-lembar analisa data `antara' dipersiapkan untuk mendokumentasikan dan menganalisa data lalu-lintas pada jalan-jalan yang terbuka bagi roda-4 (A2), serta data kependudukan dan hambatan akses jalan pada jalan- jalan yang tidak terbuka bagi roda-4 (A3). d. Informasi yang telah dirangkum dalam formulir A1 ini kemudian digunakan untuk menentukan proyek-proyek yang layak untuk ditangani. Suatu tabel penuntun yang sederhana digunakan dalam menaksir manfaat proyek. e. Tahap analisa terutama akan dilaksanakan pada periode waktu Mei-Juni. Modul 1 : Gambaran Umum 13

16 3A. Analisa Data Ruas Jalan (A1) : Inventarisasi jalan, kondisi dan data kecepatan yang didapat dari survai S2 dan S4 dirangkum dan diringkas secara grafis dalam format standar dalam lembar data `A1' untuk setiap ruas yang disurvai. 3B. Analisa Data Lalu Lintas (A2) : Data lalu-lintas yang didapat dari survai S5, disusun dan disesuaikan untuk dievaluasi lebih lanjut pada lembar analisa A2. Ringkasan datanya dipindahkan ke dalam lembar A1. 3C. Penentuan Proyek : Proyek-proyek yang sesuai untuk dievaluasi lebih lanjut pada dasarnya ditentukan oleh perubahan dalam tingkat lalu-lintas yang ada dan jenis permukaan jalan serta kondisinya. Titik awal dan akhir proyek harus secara jelas didokumentasikan. 3D. Penaksiran Manfaat Lalu Lintas : Evaluasi proyek berdasarkan lalu- lintas yang telah disederhanakan (dengan menggunakan tabel penuntun manfaat) memberikan nilai manfaat per kilometer yang diharapkan untuk tingkat lalu-lintas dan jenis/kondisi permukaan yang ada. 3E. Analisa Proyek Kependudukan (A3) : Informasi pada jalan yang tidak terbuka bagi roda-4 yang didapat dari hasil survai S7 dan S8 disusun dan dianalisa untuk masing-masing ruas pada suatu lembar analisa data kependudukan `A3'. Hasilnya dipindahkan ke dalam lembar data proyek A1. 3F. Permasalahan dan Studi Khusus : Beberapa proyek tidak dapat ditangani oleh metode standar dengan evaluasi secara umum. Ini memerlukan `studi khusus' atau perlakuan khusus, misalnya : jalan-jalan yang sangat dipengaruhi oleh kegiatan pertanian yang besar, proyek yang menimbulkan pengalihan lalu-lintas yang besar, proyek pelebaran jalan dan proyek jembatan besar. Beberapa ketentuan berdasarkan perkiraan dan pertimbangan yang memadai dapat digunakan untuk masalah-masalah tersebut, namun diperlukan keahlian khusus untuk melakukan studi secara penuh. Tugas utama Tim Perencana Jalan Kabupaten adalah untuk melaksanakan survai dan mengumpulkan data tambahan yang diperlukan studi khusus tersebut. 3G. Penilaian Lingkungan dan Prosedur Konsultasi : Sejalan dengan Undang-Undang Pemerintah, maka semua proyek harus tunduk pada penilaian lingkungan dan dikonsultasikan dengan masyarakat yang terpengaruh oleh proyek tersebut. Proyek penyaringan lingkungan untuk jalan kabupaten dengan studi lanjutan (bila diperlukan), dahulu dilaksanakan oleh instansi tingkat pusat namun kini kabupaten harus dapat melaksanakannya, termasuk ikut mensyahkan informasi mengenai lingkungan, serta membantu untuk melaksanakan dan memantau rencana pengurangan dampak lingkungannya. Modul 1 : Gambaran Umum 14

17 Prosedur yang ada sekarang untuk MUSBANG dan pertemuan LKMD/LMD di tingkat desa harus bertujuan pada kepastian bahwa penduduk yang terpengaruh oleh proyek jalan harus benar-benar diberitahu mengenai pembangunan jalan yang diusulkan termasuk penanganan yang benar tentang pembebasan lahan bila hal itu terjadi KELOMPOK TUGAS 4 : PENAKSIRAN BIAYA a. Identifikasi dan penaksiran biaya untuk pekerjaan jalan dan jembatan yang cocok, dilaksanakan mengikuti tahapan analisa tersebut di atas, dengan menggunakan foto, ringkasan data jalan (S1/S2) dan `Matriks untuk Pekerjaan dan Biaya yang sesuai', dikaitkan dengan kondisi jalan dan tingkat lalu lintas yang ada sekarang. b. Hal ini memungkinkan penaksiran biaya yang ditetapkan secara umum, cukup memadai untuk keperluan penyaringan pekerjaan berat, pemeliharaan dan pekerjaan `penyangga'. Perhitungan biaya secara terpisah harus disiapkan pada tahap disain terinci berikutnya untuk proyek-proyek yang telah dipilih. c. `Matriks biaya' sementara masih disiapkan di tingkat pusat bagi kabupaten dan setiap tahun selalu diperbaharui berdasarkan formulir K9 (ringkasan harga material dan upah buruh setempat), yang dibuat oleh setiap kabupaten dan dikirimkan ke pusat. Penyiapan matriks biaya ini nantinya diharapkan akan dapat dilakukan oleh kabupaten sendiri d. Data pekerjaan dan biayanya dimasukkan dalam lembar A1 untuk setiap proyek. 4A. Penilaian Kondisi Jalan : Penilaian subyektif terhadap daya dukung tanah dasar (CBR) dan nilai sisa perkerasan ditentukan dari hasil foto dan data S2. 4B. Penentuan Kelas Rencana Lalu-lintas : Tingkat lalu-lintas yang diperkirakan terjadi sesudah dilakukannya peningkatan jalan, dapat dibaca secara grafis dari matrik biaya berdasarkan kondisi jalan dan lalu-lintas yang ada sekarang. 4C. Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Berat : Biaya pekerjaan berat secara umum per kilometer dapat dibaca dari matriks biaya, sesuai dengan persediaan kondisi jalan serta penentuan Kelas Rencana Lalu-lintasnya. 4D. Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Pemeliharaan : Biaya pemeliharaan secara umum yang diutamakan untuk keperluan anggaran dapat dibaca pada matriks berdasarkan (terutama) pada umur jalan, lalu-lintas dan jenis/kondisi permukaan. Kebutuhan biaya pemeliharaan yang sebenarnya akan didapatkan dari prosedur survai pemeliharaan S1/MS2. Proyek pemeliharaan periodik akan dievaluasi dengan cara yang sama seperti pekerjaan berat. Modul 1 : Gambaran Umum 15

18 4E. Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Penyangga : Bila ditemukan pekerjaan berat yang tidak layak atau belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan dana, maka dapat diusulkan pekerjaan alternatif dengan menggunakan biaya pekerjaan penyangga yang telah ditentukan dalam matriks. 4F. Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Jembatan : Suatu matriks biaya yang terpisah digunakan untuk memperkirakan biaya tahap perencanaan yang ditentukan bagi perbaikan jembatan, penggantian atau konstruksi baru dengan menggunakan foto sebagai bukti utama atas kebutuhankebutuhan pada tahap ini. Buku Petunjuk terpisah menjelaskan prosedur secara rinci untuk pemeriksaan, pemeliharaan serta disain jembatan KELOMPOK TUGAS 5 : PERSIAPAN PROGRAM TAHUNAN a. Evaluasi, penyaringan dan penentuan peringkat proyek dilaksanakan sesudah penyelesaian analisa data dan penaksiran biaya. b. Proyek-proyek dalam kondisi baik/sedang dimasukkan dalam daftar pemeliharaan P1 awal. Calon untuk pekerjaan berat disaring dan ditentukan peringkatnya pada `daftar panjang P2' dari hasil studi perencanaan dengan menggunakan kriteria ekonomi (NPV/KM) yang membandingkan antara perkiraan biaya dan manfaat. Proyek-proyek yang layak kemudian dipilih sebagai calon untuk program pekerjaan tahun yang akan datang pada daftar pendek P3 awal/sementara (sesuai dengan formulir UR-1.JK). c. Usulan program UR-1.JK pendahuluan harus sudah selesai pada bulan Agustus sebagai masukan pada RAKORBANG tingkat Propinsi. Proses pemeriksaan dan kaji ulang kemudian dilaksanakan antara September - Nopember termasuk pengkajian elijibilitas pasca-disain yang kemudian menuju pada `daftar pendek' P3 akhir. Sesudah itu usulan anggaran akan disetujui/disyahkan dalam RAKON pada bulan Desember dan didokumentasikan dalam bentuk RD-1.JK. 5A. Evaluasi dan Penyaringan Proyek : Manfaat dari setiap usulan pekerjaan berat (Tugas 3D/E) dapat diperbandingkan langsung dengan biaya per kilometer (Tugas 4C) untuk memberikan ukuran nilai proyek (NPV/KM). Proyek-proyek layak dengan NPV/Km yang lebih besar dari nol dapat disusun berurutan dan dikelompokkan pada daftar P2 untuk menentukan prioritasnya (Tugas 5C). Proyek-proyek yang sudah dalam kondisi `baik/sedang' harus dimasukkan dalam daftar pemeliharaan P1. Beberapa proyek yang belum layak (NV) mungkin cocok untuk pekerjaan `penyangga', sedangkan proyek-proyek `tidak dievaluasi' (NE) lainnya memerlukan studi lebih lanjut karena evaluasi yang dilakukan belum memadai. 5B. Kaji Ulang dan Persiapan Daftar Pemeliharaan (P1) : Daftar pemeliharaan P1 harus memuat semua jalan yang berkondisi baik/sedang yang diklasifikasikan menurut ; tipe permukaan, umur jalan sejak dilakukan pekerjaan berat atau pemeliharaan berkala terakhir, dan tingkat lalu lintasnya. Modul 1 : Gambaran Umum 16

19 P1 ini disusun di kantor, pada bulan Juli - Agustus, terutama berdasarkan daftar induk K1. Penyusunannya harus disertai dengan perbaikannya dan harus memasukkan jalan-jalan yang sedang dalam peningkatan atau dalam pemeliharaan, ditambah dengan setiap jalan yang layak dipelihara yang ditemukan selama survai S2 yang baru dilaksanakan. Hasilnya akan menjadi dasar bagi Survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) di bulan September - Oktober dan harus dikaji ulang dan diperbaiki dengan memasukkan usulan pekerjaan pemeliharaan awal untuk tahun yang akan datang. P1 terutama digunakan untuk keperluan pendanaan awal, dimana prioritas pendanaannya diberikan pada kebutuhan pemeliharaan. 5C. Persiapan Daftar Panjang Pekerjaan Berat (P2) : Semua studi yang dicakup dalam proses analisa perencanaan (A1) harus didokumentasikan dalam daftar P2, bersama-sama dengan setiap proyek `luncuran' dari studi selama tiga tahun yang lampau, yang belum dilaksanakan. Jadi P2 harus memuat data evaluasi proyek yang baru saja dibuat untuk seluruh bagian dari jaringan yang belum ada pada daftar P1. Proyek-proyek layak harus diurutkan sesuai dengan NPV/Km. Daftar P2 akan dibagi ke dalam empat bagian : Bagian A mencakup proyek `luncuran' yang layak; Bagian B mencakup proyek layak yang baru distudi ; Bagian C mencakup proyek yang tidak layak atau proyek yang tidak dievaluasi tidak termasuk pemeliharaan ; Bagian D mencakup bagian jalan yang baru disurvai yang layak untuk pemeliharaan termasuk hasil evaluasi ekonomi terhadap proyek pemeliharaan berkala. 5D. Kaji Ulang Kebutuhan Anggaran dan Strategi Pekerjaan (P5) : Penaksiran kebutuhan anggaran tahunan dengan batasannya dibuat dengan menggunakan formulir P5, untuk membantu kabupaten dalam menyusun strategi pembiayaan yang pantas untuk pekerjaan jalan, serta untuk menyediakan informasi guna membantu pemerintah pusat dalam pengalokasian dana. 5E. Persiapan Daftar Pendek Pekerjaan Berat (P3/P4) : Kemungkinan kebutuhan anggaran beserta batasannya harus dipertimbangkan didalam pemilihan ruas untuk `daftar pendek' pendahuluan tentang usulan pekerjaan berat (P3, UR-1.JK). Semua proyek dalam P3 harus layak secara ekonomi yang ditunjukkan oleh studi perencanaan. Namun permasalahan setempat perlu juga diperhitungkan, termasuk rencana pembangunan kabupaten dan fungsi jalan. Jalan-jalan berkondisi `rusak/rusak berat' yang terbuka untuk roda-4 tetapi tidak tercantum dalam P3 karena tidak layak atau karena keterbatasan dana harus diberi tanda untuk pekerjaan `penyangga' dan dimasukkan dalam daftar P4. 5F. Kaji Ulang Program dan Dokumentasi Anggaran : Kaji ulang program secara luas dan perbaikannya mungkin diperlukan antara waktu untuk menyusun program pendahuluan di bulan Juli - September dan pematangannya pada RAKON di bulan Desember. Kaji ulang ini meliputi penyaringan lingkungan dan audit studi perencanaan yang dilakukan oleh staf di tingkat pusat atau propinsi. Kaji ulang juga meliputi penyesuaian-penyesuaian dengan kriteria kebijaksanaan di tingkat nasional atau Modul 1 : Gambaran Umum 17

20 tingkat propinsi, perubahan dalam prioritas kabupaten, perubahan yang timbul dari kaji ulang disain dan elijibilitas pasca-disain, serta penyiapan proyekproyek luncuran yang telah dihitung kembali pembiayaannya. Daftar pendek perencanaan (P3) yang telah diperbaiki perlu dibuat dalam bulan Agustus. Dokumentasi Anggaran akhir (formulir RD-1.JK) harus didasarkan pada elijibilitas biaya disain/durp. Modul 1 : Gambaran Umum 18

21 3 KEBUTUHAN SUMBERDAYA 3.1 KEBUTUHAN STAF a. Diperlukan suatu Tim Perencana Jalan di kabupaten yang terdiri dari empat orang staf yang dapat diambil dari staf dinas yang terkait dengan penanganan jalan. Tim akan diminta untuk melaksanakan studi perencanaan selama kurang lebih dua sampai empat bulan setiap tahunnya, mengikuti prosedur dan jadwal waktu yang telah ditetapkan. Mereka diperlukan dalam sebuah tim yang bekerja dan bertanggung jawab kepada Dinas yang secara langsung menangani jalan (PU/BM/Praswil Kab.), dan secara umum mendapat pengarahan dari Bupati. b. Angota Tim yang bekerja dalam tugas ini harus diangkat melalui Surat Keputusan (SK) dari Bupati. Mereka harus tetap pada kedudukannya paling tidak selama dua tahun, supaya upaya pelatihan dan pengalaman yang telah didapat dapat dimanfaatkan secara optimal. c. Staf yang ditunjuk akan ditempatkan pada posisi tugas seperti di bawah ini, berikut dengan perkiraan waktu yang diperlukan setiap tahun : Posisi Koordinator Tim Transport Planner Planning Engineer Koordinator Survai Lalu Lintas Kemungkinan sumber instansi DPU/BM/PW-Kab. Bappeda Kabupaten DPU/BM/PW-Kab. DPU/BM/PW-Kab Perkiraan kebutuhan waktu per tahun (dalam bulan) d. Salah seorang dari staf di atas, biasanya Planning Engineer atau Transport Planner, ditetapkan pula sebagai staf yang bertanggung jawab atas masalah lingkungan yang berkaitan dengan jalan kabupaten. e. Secara struktural, alternatif usulan kebutuhan staf dapat dilihat pada Gambar 4. Pada pokoknya anggota Tim perencana dapat diambil dinas-dinas yang terkait dengan penangan jalan. Perlu dicatat bahwa tim secara keseluruhan mendapatkan pengarahan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang secara langsung menangani jalan. Modul 1 : Gambaran Umum 19

22 Gambar 4. STRUKTUR TIM PERENCANA JALAN KABUPATEN BUPATI BAPPEDA Kepala DPU/ BM/PW Kab. KOORDINATOR BAGIAN PEMBANGUN AN PLANNING ENGINEER ** TRANSPORT PLANNER ** KOORDINATOR SURVAI LALULINTAS ASISTEN SURVAIOR ASS.TRANSPORT PLANNER * Mungkin dirangkap dengan posisi Transport Planner ** Mungkin juga sebagai Staff Lingkungan PENGHITUNG LALU LINTAS (diambil dan dilatih secara setempat) f. Pengalaman khusus dalam perencanaan umum jalan tidak selalu mutlak diperlukan, karena diharapkan bahwa masing-masing staf dapat mengenali masalah dan mengembangkan kemampuannya setelah mengikuti pelatihan di lapangan, serta berpengalaman dalam menerapkan prosedur. Koordinator Tim atau Transport Planner, jika memungkinkan harus mempunyai : latar belakang pengalaman dalam pengetahuan sosial-ekonomi; kemampuan untuk mengorganisir staf dan melakukan pekerjaan survai serta analisanya dalam jangka waktu tertentu; tingkat ketelitian dalam angka dan presisi data yang wajar; kemampuan berkomunikasi dengan pejabat dan instansi lain dalam menyampaikan tujuan, hasil dan akibat langsung dari studi perencanaan. Planning Engineer harus mempunyai latar belakang dibidang teknik dan beberapa pengalaman pada pekerjaan survai dan prosedur perhitungan biaya pekerjaan jalan. g. Selain dari empat staf perencanaan yang ditugaskan dalam tim itu, masih diperlukan beberapa asisten/pembantu yaitu : Asisten Transport Planner : diperlukan jika jabatan Transport Planner dirangkap oleh Koordinator Tim. Asisten Survaior : 1-2 bulan kerja Staf survai PLL : minimal 10 orang atau sejumlah 100 hari orang kerja per tahun (biasanya diambil dari penduduk setempat di sekitar lokasi lalu lintas untuk jangka waktu tertentu) Modul 1 : Gambaran Umum 20

23 3.2 TUGAS UTAMA 1. Koordinator Tim; bertanggung jawab mengkoordinasi semua tahapan studi perencanaan serta menjaga ketepatan waktu penyelesaian tiap tahap tersebut. 2. Transport Planner : jika dirangkap tugasnya oleh Koordinator Tim maka dengan dukungan Assisten Transport Planner, ia harus bertanggung jawab sepenuhnya atas tugas-tugas berikut ini : Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database (Kelompok Tugas 1) Survai Penjajagan Kondisi Jalan (2A) - Aspek Inventarisasi Penentuan Proyek (3C) Penaksiran Manfaat Lalu-lintas (3D) Survai dan Analisa Proyek Kependudukan (2E, 2F, 3E) Pengkajian Lingkungan dan Prosedur Konsultasi (3G) - Aspek Tata Guna Lahan Persiapan Program Tahunan (Kelompok Tugas 5) 3. Planning Engineer ; ikut berperan serta dalam Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database, termasuk khususnya Data Sumber Daya (1C) dan Persiapan Program Tahunan. Tanggung jawab utamanya adalah : Survai Penjajagan Kondisi Jalan (2A) - Aspek Pemeliharaan Survai Penyaringan Ruas Jalan (2B) Analisa Data Ruas Jalan (3A) Pengkajian Lingkungan dan Prosedur Konsultasi (3G) - Aspek Engineering Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan (Kelompok Tugas 4) 4. Koordinator Survai Lalu Lintas; mempunyai tanggung jawab dalam : Survai Lalu Lintas (2D) - termasuk pengawasan langsung Survai Kecepatan (2C) Analisa Data Lalu Lintas (3B) 5. Kebutuhan waktu yang dianjurkan bagi tugas-tugas tersebut dapat dibaca pada Gambar 5. Sudah termasuk di dalamnya waktu yang diperlukan bagi pelatihan dan pemantauan survai lalu lintas. Modul 1 : Gambaran Umum 21

24 Gambar 5. USULAN PENETAPAN TUGAS & TARGET ALOKASI WAKTU PER TAHUN TARGET ALOKASI WAKTU ( hari per orang ) Kode Tugas KorTim / Trnsp. Planner Trp.Pln/ Asstn. Trp.Pln Plan. Engineer Koor. Survai La-lin Total waktu Waktu di Kantor Waktu di Lapang. Hari Kendaraan Pelaks. (Bln) 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G A 2B 2C 2D 2E 2F 10 1 ** 22 ** * * *** 2-3 3A 3B 3C 3D 3E 3F 3G A 4B 4C 4D 4E 4F A 5B 5C 5D 5E 5F TOTAL Asumsi Jumlah Jaringan Kab. : Km Pencakupan Survai S1 : 350 Km : 40 km/hari : 10 pos PLL Pencakupan Survai S2 : 200 Km : 10 km/hari : 15 pos PLL Dengan Survai S7/S8 : 50 % : 15 lokasi S7/S8 } Asumsi : 0.75 hari } pengawasan per PLL Keterangan : * Dilakukan pada hari yang sama seperti 2B/2D ** Dilaksanakan bersama-sama dengan 2E *** Dilaksanakan bersama-sama dengan 2B Modul 1 : Gambaran Umum 22

25 3.3 JADWAL KESELURUHAN TUGAS 1. Gambar 6 menunjukkan target jadwal kegiatan perencanaan. Kegiatan survai utama biasanya dilaksanakan antara Maret - April untuk survai Peningkatan dan Oktober - Nopember untuk survai pemeliharaan, lalu analisanya antara Mei - Juni dalam tahun kerja yang bersangkutan, sehingga usulan program pendahuluan untuk konsultasi berikutnya bisa dipersiapkan dari bulan Juli - Agustus, sedangkan pekerjaan disain dimulai dari bulan September. 2. Koordinator Tim bertanggung jawab dalam penyusunan jadwal dan biaya survai dan kegiatan perencanaan setiap tahunnya untuk memperjelas ruang lingkup dan jadwal waktu kegiatan perencanaan yang diusulkan. Biasanya hal ini dilaksanakan dalam bulan Januari segera setelah program pendahuluan tahun sebelumnya selesai. 3. Koordinator Tim harus membicarakan jadwalnya dengan Kepala DPUK/DPU-BM- K dan Ketua Bappeda Kabupaten dan memastikan bahwa dana yang diperlukan akan dialokasikan untuk melaksanakan survai pada waktunya. Ia kemudian harus memantau dan melaporkan kemajuan survainya secara teratur kepada Kepala DPUK/DPU-BM-K, serta mengkonsultasikannya dengan Ketua Bappeda Kabupaten. 4. Contoh format untuk membuat jadwal kegiatan perencanaan dapat dilihat pada Gambar 7 : di situ harus terdaftar setiap ruas yang akan tercakup dalam survai dan rencana mingguan untuk survai dan analisa. 5. Periode bulan Oktober - Nopember dapat pula dipergunakan untuk proses dokumentasi, tindakan lanjutan dan studi khusus serta pemutakhiran data sumber daya. 3.4 PEMBIAYAAN 1. Biaya untuk studi perencanaan jalan ini harus disisihkan sebagai `komponen khusus' dari Biaya Umum Proyek Jalan Kabupaten *). Kebutuhan dana untuk studi perencanaan tahunan bagi semua pekerjaan jalan disediakan secukupnya (± 0.25% dari total biaya proyek). 2. Koordinator Tim bertanggung jawab dalam mengusahakan kebutuhan dana untuk melaksanakan jadwal perencanaan tahunan dan membahasnya bersama-sama dengan Kepala Dinas PU/BM/PW-Kab dan Ketua Bappeda Kabupaten. Mereka bersamasama bertanggung jawab untuk memastikan bahwa dana untuk Tim Perencana Jalan Kabupaten dapat disediakan agar Tim tersebut dapat melaksanakan kegiatan perencanaan yang telah dijadwalkan pada waktunya... *) Biaya Penyusunan Perencanaan Program dan Perencanaan Teknis, menjelaskan penggunaannya untuk merencanakan program dan persiapan teknis untuk tahun anggaran berikutnya, seperti pengeluaran untuk kegiatan survai dalam rangka pengumpulan data dan analisa kelayakan program proyek jalan (dari Petunjuk Pelaksanaan Inpres Dati II TA 1994/95, Direktorat Jenderal Pengembangan Wilayah, Departemen Dalam Negeri, 5/4/94). Modul 1 : Gambaran Umum 23

26 3.5 KEBUTUHAN SUMBER DAYA LAINNYA 1. Diperlukan ruang kerja dengan luas minimal 15 meter persegi yang bersifat permanen dalam kantor (misalnya di DPU/BM-Kab.) yang kira-kira sesuai bagi ruang kerja Tim Perencana Jalan. 2. Kelengkapan yang diperlukan adalah dua atau tiga meja kerja, sebuah meja besar untuk membuka peta atau keperluan rapat, dan tempat penyimpanan dokumen yang dapat dikunci. 3. Bagi keperluan survai harus disiapkan sekitar 63 hari kendaraan dan 63 hari pengemudi dengan jatah BBM mencukupi untuk mencakup panjang kilometer per hari kendaraan. Kemungkinan diperlukan dua buah kendaraan dalam waktu yang bersamaan. Kendaraan bermotor itu harus terdiri dari jenis jeep dobelgardan dan jenis `kijang' untuk mengangkut anggota survai lalu lintas. Kedua kendaraan dilengkapi masing-masing dengan pengemudi tetap, serta odometer yang bekerja baik. Perubahan mengenai keperluan dan penggunaan kendaraan dimungkinkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing kabupaten. 4. Perlengkapan kantor dan keperluan survai yang diperlukan setiap tahun terdiri atas : kamera (kalau memungkinkan dengan fasilitas pencatat tanggal) 20 rol film serta keperluan dana untuk memproses dan mencetak film sebanyak dua salinan tiap potretnya white board (atau papan penunjuk lokasi foto) lembaran plastik tembus pandang (70 lembar) atau album sederhana bagi penyusunan foto beserta spidol pita ukur (panjang 50 m) stop watch alat penjepit lingkar (ordner) dan kotak map papan penjepit (clip board), pena berwarna dan lain sebagainya kebutuhan dana photocopy formulir dan peta Modul 1 : Gambaran Umum 24

27 Modul 1 : Gambaran Umum 25

28 Modul 1 : Gambaran Umum 26

29 DAFTAR ISI Halaman 1. TUGAS 1 A- PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN... 1A Ruang Lingkup dan Tujuan... 1A Tugas 1A/1 Penyelesaian Dta Ruas K1... 1A Tugas 1A/2 Penyelesaian Data Segmen dari K1... 1A Tugas 1A/3 Penyelesian Data Lingkungan dari Kiri... 1A Tugas 1A/4 Penentuan Jaringan Jalan Strategis (K2)... 1A TUGAS 1B PEMUAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN... 1B Ruang Lingkup dan Tujuan... 1B Tugas 1B/1 - Penyelesaian Formulir K3... 1B Tugas 1B/2 Penyelesain K4... 1B-5 3. TUGAS 1C PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA... 1C Ruang Lingkup dan Tujuan... 1C Tugas 1C/1 Penyelesaian K7... 1C Tugas 1C/2 Penyelesai K8... 1C Tugas 1C/3 Penyelesaian K9... 1C-5 4. TUGAS 1D PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL-EKONOMI... 1D Ruang Lingkup dan Tujuan... 1D Prosedur Penyelesaian K D-1 5. TUGAS 1E PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN... 1E Ruang Lingkup dan Tujuan... 1E Tugas 1E/1 Data Kependudukan (K11)... 1E Tugas 1E/2 Data Pusat Kependudukan (K12)... 1E Tugas 1E/3 Data Kecamatan (K13)... 1E Tugas 1E/4 Kegiatan Pembangkit Lalu Lintas Berat dan Rencana Pengembangan Sektoral... 1E Penyelesaian S6B (Rencana/Pola Transmigrasi dan PIR/NES)... 1E Penyelesaian S6C (Kegiatan Sektor Pariwisata)... 1E TUGAS 1F PEMUTAKHIRAN PETA... 1F Ruang Lingkup dan Tujuan... 1F Tugas 1F/1 Perbaikan dan Pemutakhiran Peta Dasar Jaringan Jalan... 1F Tugas 1F/2 Penyempernaan Peta Dasar... 1F Tugas 1F/3 Penyempurnaan Peta Dasar... 1F-3 7. TUGAS 1G DOKUMENTASI STUDI... 1G Ruang Lingkup dan Tujuan... 1G Prosedur... 1G-1 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database

30 TUGAS 1 : KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN DATABASE WAKTU : JANUARI - PEBRUARI PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN 1A PEMUTAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN 1B PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA 1C PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN 1D PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL EKONOMI 1E DOKUMENTASI STUDI 1G PEMUTAKHIRAN PETA 1F SURVAI 2 TUGAS TUJUAN/PROSEDUR FORMULIR 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN Memutakhirkan Daftar Induk Jaringan Jalan Kabupaten setiap tahunnya berdasarkan informasi dari hasil survai jalan (S1,S2) dan informasi pekerjaan (K3, RD-1.JK) Mengkaji-ulang pilihan ruas dari jaringan jalan yang ditetapkan sebagai 'strategis' untuk mendapatkan prioritas khusus dalam pemeliharan atau studi untuk peningkatan PEMUTAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN Memutakhirkan data pekerjaan jalan dan jembatan yang telah dilaksanakan pada setiap ruas, untuk keperluan pemantauan dan penanganan lebih lanjut Merangkum data pembiayaan jalan dari seluruh sumber dana setiap tahunnya, untuk keperluan perencanaan dan pemantauan PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA Menyiapkan daftar yang sistematis mengenai sumber-daya yang tersedia seperti; Tim Perencana jalan dan staf pelaksana, sumber material, harga bahan/material dan upah pekerja / buruh, untuk mempersiapkan dan melaksanakan program pekerjaan jalan PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN Memutakhirkan data mengenai lokasi dan karakteristik kondisi setiap jembatan pada setiap ruas setiap tahunnya, berdasarkan hasil survai dan informasi pekerjaan PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL EKONOMI Menyiapkan daftar yang sistematis mengenai data penyebaran penduduk dan karakteristik pasar atau pusat kegiatan di setiap kecamatan untuk keperluan studi perencanaan Menyiapkan data statistik tata guna lahan dan data sosial ekonomi lainnya, serta informasi mengenai sumber pembangkit lalu lintas angkutan berat dan rencanarencana pembangunan, untuk keperluan perencanaan PEMUTAKHIRAN PETA Memutakhirkan peta jaringan jalan supaya selalu sesuai dengan data inventarisasi jalan (K1) Sebagai tujuan jangka panjang, menyempurnakan kualitas peta dasar dengan menggunakan peta topografi dan pemeriksaan di lapangan. DOKUMENTASI STUDI Menyusun dan menyimpan database, hasil survai, analisa dan program tahunan secara sistematis dan meringkasnya dalam bentuk laporan untuk disampaikan dalam RAKON K1, K2, PETA JARINGAN JALAN K3, K4 K7,K8-K9 K10 K11-K12 K13-K14 S6ABC PETA JJ PETA TOPO LAPORAN, ARSIP

31 1 TUGAS 1A - PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN FORMULIR : K1 DAN K2 1.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Tugas ini ditujukan untuk memutakhirkan data dalam Daftar Induk Jaringan Jalan Kabupaten (K1), berdasarkan kondisi terkini dari hasil survai perencanaan tahunan dan dari informasi pekerjaan jalan yang sedang berjalan. 2. Selain itu juga mengkaji ulang dan mempebaiki data ruas jalan strategis atau ruas jalan yang menunjang sektor ekonomi prioritas dalam Daftar Usulan Jaringan Jalan Strategis (K2). 3. Tugas ini sebaiknya dilakukan terutama di bulan Januari Pebruari dengan mengacu pada hasil survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) dan survai Penyaringan Ruas Jalan (S2) serta informasi mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan. 4. Perbaikan data pada daftar K1 dilakukan secara manual, langsung pada formulir K1 yang dihasilkan dari database komputer. Hal ini untuk memudahkan operator database komputer dalam melakukan perbaikan yang diperlukan 5. Pemutakhiran daftar K1 dilakukan pada tiga (3) bagian, yaitu data ruas, data segmen dan data lingkungan. 6. Kajiulang dan perbaikan daftar K2 dilakukan secara berkala, hanya jika ada perubahan yang berarti 1.2 TUGAS 1A/1 - PENYELESAIAN DATA RUAS K1 Data ruas pada K1 terdiri dari kolom 1 9, yang merupakan data tetap yang sekali sudah ditentukan dengan benar tidak boleh diubah-ubah lagi, kecuali ada alasan yang dapat diterima NOMOR RUAS (KOLOM 1) a. Setiap ruas yang telah ditetapkan di Kabupaten harus diberi tanda dengan angka bulat (contoh : 02, 33, 104). Jangan membuat nomor ruas dalam bentuk desimal (02.1, 02.2, 33.1, 33.2) atau memakai bentuk gabungan angka dan huruf (33A, 33B) atau gabungan angka bulat dan desimal (33, 33.1) untuk membedakan ruas jalan yang menerus. b. Sekali sudah ditetapkan, maka nomor ruas tersebut harus terus dipertahankan dan tidak boleh dirubah (kecuali dengan alasan yang sangat khusus), supaya tidak menimbulkan keraguan dan kesalahan dalam pembacaan peta dan proses database komputer. c. Ruas-ruas baru yang sebelumnya tidak bernomor atau belum masuk di daftar K1, dapat diberi nomor lanjutan dari nomor terakhir yang telah ada sebelumnya, bila sebelumnya telah sampai ruas nomor 100, maka ruas berikutnya harus diberi nomor 101, dst. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 1

32 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 2

33 d. Bila belum ada kejelasan mengenai status resmi suatu ruas, maka sebagai alternatif dapat digunakan nomor kode sementara yang dapat dipakai sebagai patokan, sebagaimana contoh pada tabel berikut : Kode Sementara Keterangan 400 Jalan Kota (yaitu 401, 402, 403,... dan seterusnya) 500 Jalan Irigasi 600 Jalan Baru 700 Jalan Transmigrasi 800 Jalan Perkebunan/PIR atau Jalan Kehutanan/Angkutan Kayu 900 Jalan Desa JN/JP/JT Jalan Negara/Propinsi/Jalan Toll (gunakan nomor jalan BM/PW yang sudah ditetapkan) e. Nomor tersebut kemudian dapat diganti dengan nomor yang tetap, bila telah disetujui secara resmi oleh Kabupaten dan telah dilakukan survai perencanaannnya. Bersamaan dengan itu, maka data pada peta dan pada semua yang berkaitan dengan database juga harus diganti. f. Di dalam database, nomor-nomor ruas telah digabung dengan kode Kabupaten dan Propinsi yang mengikuti sistim pemberian kode Biro Pusat Statistik (BPS). Kode tersebut dapat dilihat pada bagian atas formulir K1 di sisi nama Propinsi dan Kabupaten ; misalnya Propinsi Aceh (11), Kabupaten Aceh Selatan (01) NAMA RUAS (KOLOM 2 / 3) a. Setiap ruas jalan harus diberi nama pangkal dan nama ujung yang khas (berbeda), yang biasanya berdasarkan nama permukiman setempat. b. Titik pangkal ruas (ditentukan sebagai km 0,0 ruas jalan) biasanya merupakan titik yang paling sibuk pada ruas tersebut. c. Penting untuk diperhatikan bahwa sekali nama ruas sudah ditentukan, maka nama tersebut tidak boleh dirubah kecuali dengan alasan khusus yang dapat diterima. Perubahan dapat menyebabkan kekacauan dalam database komputer dan dalam pembacaan peta. d. Contoh penentuan nama dan nomor ruas yang benar dan yang salah, diilustrasikan dalam gambar 1A1 di bawah Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 3

34 Gambar 1A1. CONTOH KESALAHAN DALAM PEMBERIAN NOMOR DAN NAMA RUAS PETA NO RUAS SALAH NAMA RUAS NO RUAS BENAR NAMA RUAS Alam 2.1 Alam-Citra 2 Alam-Bisa 2 Citra Bisa 2.2 Citra-Bisa Alam 2 45 Dadu 2 Bisa-Alam 2 Alam-Bisa Citra Bisa 45 Dadu-Citra 45 Citra-Dadu Alam 2 Citra 45 Bisa Dadu 2 Bisa-Alam 2 Alam-Bisa 45 Alam-Dadu 45 Citra-Dadu TITIK PENGENAL RUAS JALAN (KOLOM 4 / 5 ) a. Titik pangkal dan ujung setiap ruas jalan harus ditentukan secara jelas dan mengacu pada titik pengenal di lapangan yang spesifik, seperti persimpangan dengan satu / lebih ruas jalan lain, nama tempat atau pengenal fisik lainnya yang sifatnya menetap. b. Persimpangan dengan ruas jalan lain di dalam wilayah kabupaten dinyatakan dengan nomor ruasnya. Misalnya (lihat sket di bawah ini) : titik pangkal ruas 45 ditentukan sebagai (02/02) dan titik ujung ruas (46/47) c. Persimpangan dengan ruas jalan Nasional atau Propinsi dinyatakan dengan pal-km jalan raya yang diukur dari patok kilometer terdekat dengan nama kota acuannya (biasanya ibukota Propinsi), misalnya : JN. Km 14,5 Medan. ke Medan Km Km 15.0 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 4

35 d. Pada kasus jalan buntu atau ruas jalan tanpa persimpangan; beri tanda pengenal yang jelas pada titik dimana nomor ruas jalan itu berubah, berdasarkan titik pengenal yang spesifik dan menetap, seperti pada contoh berikut : SD Kampung Baru : Sekolah Dasar di Kampung Baru KC Bayah : Kantor kecamatan Bayah MSJ P. Lawas : Mesjid P. Lawas BTS KAB. A : Batas Kabupaten A. KD Kulon : Kantor Desa Kulon e. Hindari penggunaan titik pengenal seperti `desa/kampung saja, karena tidak memberikan penjelasan yang cukup dimana tepatnya titik pangkal atau ujung ruas tersebut. f. Bila menggunakan titik pengenal jembatan, pastikan bahwa jembatan tersebut termasuk dalam ruas jalan tersebut atau tidak. Berikan tambahan keterangan seperti pada contoh berikut : Ut.Jbt.S.Siak (Utara Jembatan Sungai Siak) g. Cara penentuan titik pengenal ruas yang benar dan yang salah, diilustrasikan pada gambar berikut : Km 21 Km 20 Gambar 1A2. CONTOH KESALAHAN DALAM PENENTUAN TITIK PENGENAL Alam Bogor PETA 2 Citra Bisa NO RUAS NAMA RUAS (PANGKAL/ UJUNG) TITIK PENGENAL SALAH BENAR 2 Alam JN JN.KM 20.6 (Jalan Negara) BGR Dadu Esa Jln. Desa 46 Esa Bts. Desa Mesjid Esa Desa Esa Kampung Esa 2 46 Citra Dadu Citra 2 2/ PANJANG RUAS (KOLOM 6) a. Panjang ruas yang didasarkan pada pengukuran dengan pita ukur atau odometer yang telah disesuaikan harus dibulatkan menjadi per 100 m. Perbedaan dalam pengukuran dapat terjadi meskipun dengan menggunakan odometer yang telah disesuaikan. b. Jangan terus merubah panjang ruas, sebagai hasil dari beberapa kali survai dengan kendaraan dalam batas 10% dari data yang ada di K1. Namun panjang ruas harus segera diperbaiki, setelah pengukuran disain selesai dilaksanakan. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 5

36 1.2.5 KLASIFIKASI FUNGSI JALAN (KOLOM 7) a. Semua ruas harus ditentukan fungsinya berdasarkan sektor ekonomi yang dilayaninya. Hal Ini akan dipakai sebagai alat untuk memantau perkembangan jaringan jalan serta sebagai alat bantu dalam pemilihan proyek yang berkaitan dengan kebijakan Nasional. b. Untuk setiap ruas hanya ditentukan satu fungsi saja, diantara klasifikasi fungsi berikut ini: JJS : Ruas jaringan jalan strategis (lihat prosedur 1A/3) TRAN : Melayani kawasan transmigrasi PIR : Melayani kawasan perkebunan inti rakyat NMG : Melayani kegiatan ekspor non migas seperti perkebunan besar PAR : Melayani proyek atau kawasan pariwisata JI : Melayani proyek irigasi atau daerah penghasil utama padi UH : Melayani wilayah kehutanan/jalan untuk angkutan kayu gelondongan KOTA : Melayani jalan kota LU : Untuk pelayanan umum c. Kecuali untuk fungsi pelayanan umum atau jalan kota, fungsi ekonomi lainnya harus ditunjang oleh dokumen pendukung sesuai dengan jenis dan skala kegiatan yang dilayani, dengan menggunakan baik itu K2 untuk ruas- ruas strategis, ataupun survai S6 untuk sektor-sektor tertentu. d. Peraturan Pemerintah (PP No. 26/1985) menjelaskan bahwa sebagian besar jalan kabupaten juga ditentukan fungsinya sebagai jalan `lokal' yang menghubungkan antara `pusat' dengan daerah pemukiman (persil), atau menghubungkan antar pusat orde ketiga sebagian kecil jalan kabupaten ditentukan sebagai jalan `kolektor' yang menghubungkan antar pusat orde ke-dua atau pusat orde kedua dan ketiga STATUS ADMINISTRASI RUAS JALAN (KOLOM 8) Telah dibuat kode huruf yang menunjukkan kedudukan hukum secara administratif atau yang bertanggung jawab terhadap suatu ruas jalan. K : Kabupaten D : Desa P : Perkebunan H : Kehutanan/angkutan balok kayu T : Transmigrasi A : Irigasi/pengairan JN/JP/JT : Nasional/Propinsi/Toll TERMASUK KECAMATAN (KOLOM 9) a. Suatu kecamatan yang dilayani atau dilewati oleh suatu ruas jalan, harus ditentukan namanya untuk membantu penggambaran ruas pada peta dan sebagai alat bantu dalam pemilihan proyek dimana masalah pemerataan harus diperhatikan. b. Bila suatu ruas melewati lebih dari satu kecamatan, tentukan salah satu saja yang terpenting atau yang mencakup bagian ruas terpanjang. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 6

37 1.3 TUGAS 1A/2 - PENYELESAIAN DATA SEGMEN DARI KI Kolom dalam K1 mencatat segmen atau data bagian ruas yang secara berkala perlu diperbaharui bila kondisi jalan berubah PAL KILOMETER (KOLOM 10) a. Pal kilometer untuk jalan kabupaten belum biasa digunakan. Karena itu titik pangkal dan ujung suatu bagian ruas harus ditentukan dengan pal km yang diukur di sepanjang ruas dengan pita ukur atau odometer kendaraan yang telah disesuaikan b. Pengukuran tersebut harus dimulai dari titik pangkal yang telah ditentukan dan diberi tanda sebagai Km 0,0. Perhatikan bahwa jumlah panjang seluruh segmen harus sama dengan total panjang ruas. Contoh : Ruas No : 02 Panjang total : 6,6 km Segmen 1 : Km 0,0-3,5 aspal baik Segmen 2 : Km 3,5-6,6 aspal rusak c. Jangan menggunakan pal km yang diukur dari kota Kabupaten atau kota Propinsi. Sistim ini akan mudah menyebabkan kekacauan bagi ruas jalan kabupaten yang pendek dan bagi keseluruhan jaringan jalan LEBAR PERKERASAN (KOLOM 11) a. Lebar rata-rata perkerasan suatu ruas harus dicatat dalam `meter' dengan pembulatan paling kecil 0,5 meter. b. Bahu jalan tidak dimasukkan kecuali untuk jalan tanpa perkerasan, dimana tidak jelas seberapa lebar bahunya. c. Jalan setapak dapat dicatat dengan lebar nominal, yakni satu meter (1,0 m) TIPE DAN KONDISI PERMUKAAN (KOLOM 12) a. Tipe permukaan harus ditentukan menurut kategori di bawah ini : A : Aspal B : Batu K : Kerikil T : Tanah C : Beton b. Kondisi permukaan rata-rata suatu segmen, terutama yang mencerminkan kualitas berkendaraan (kenyamanannya) atau kekasarannya, ditentukan menurut kategori berikut : B : Baik S : Sedang SR : Sedang/Rusak R : Rusak RB : Rusak Berat Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 7

38 1.3.4 HAMBATAN LALU LINTAS (KOLOM 13) Setiap segmen harus ditentukan tingkat aksesnya terhadap kendaraan roda-4, dengan menggunakan kode angka (kode akses dari formulir A3 bila sudah ada) atau kode huruf sebagai berikut : Terbuka untuk kendaraan roda-4 sepanjang tahun TB 0 Tertutup untuk kendaraan roda-4 selama 2-6 minggu/tahun TB/TMH 1 Tertutup untuk kendaraan roda-4 pada musim hujan TMH 2 Tertutup untuk kendaraan roda-4 sepanjang tahun TST 3 Tertutup juga untuk sepeda motor TST BULAN-TAHUN SURVAI PERENCANAAN TERAKHIR (KOLOM 14) Data ini harus ditunjukkan dengan bulan dan tahun (misalnya 06/94) dari studi perencanaan S2/A1 terakhir, atau dari pelaksanaan survai lalu lintas terakhir (untuk ruas yang berkondisi baik/sedang) namun bukan dari survai S1 yang dilakukan setiap tahun pada semua ruas yang kondisinya baik/sedang TAHUN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PK/MP) TERAKHIR (KOLOM 15) a. Catat dalam kolom ini (15.1) tahun program pelaksanaan pekerjaan berat terakhir (PK), misalnya 93 (tahun program 1993/94). Tidak perlu memberikan bulan awal dan akhir pelaksanaan pekerjaan. b. Pada versi K1 yang baru, disediakan kolom data yang kedua (15.2) untuk mencatat pekerjaan pemeliharaan periodik yang terakhir (overlay/ pelapisan ulang) BULAN-TAHUN PERUBAHAN DATA K1 TERAKHIR (KOLOM 16) a. Data dasar K1 mempunyai kolom data untuk pengisian bulan/tahun dari setiap perbaikan yang dibuat pada formulir K1, ini tercatat secara otomatis di komputer. b. Perlu dicatat bahwa pada versi hasil komputer, biasanya dicantumkan pula tanggal di bagian atas, misalnya "Edisi April 1993". Ini menunjukkan bahwa sebagian besar perubahan-perubahan segmen yang baru harus sudah dibuat dalam kwartal pertama Hasil cetakan komputer juga mencantumkan tanggal pencetakan pada bagian kanan atas KELAS RENCANA LALU LINTAS / KRLL (KOLOM 17) a. Data dasar K1 juga mempunyai kolom data untuk Kelas Rencana Lalu Lintas b. Data ini diperoleh dari data lalu lintas beserta studi perencanaan yang berkaitan dan menunjukkan perkiraan kisaran lalu lintas harian rata-rata roda-4 (LHR) bila jalan tersebut telah ditingkatkan atau sudah dalam kondisi baik/sedang. KRLL 1 : LHR < 50 KRLL 2 : LHR KRLL 3 : LHR KRLL 4 : LHR KRLL 5 : LHR > 1500 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 8

39 c. Penambahan satu angka di belakangnya (.1,.2 atau.3) menunjukkan bagian dari jumlah truk sedang dan berat dalam lalu lintas tersebut (lihat tugas 4B) LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA / LHR ( KOLOM 18) Data dasar K1 mempunyai kolom data untuk pencatatan total LHR kendaraan roda- 4 yang ada (17) dan LHR kendaraan roda-4 ekivalen termasuk sepeda motor dan lalu lintas bukan bermotor (18) yang tercatat dalam penghitungan lalu lintas JUMLAH PENDUDUK (KOLOM 19) Dalam data dasar K1 juga disediakan kolom data untuk mencatat jumlah penduduk yang dilayani oleh suatu segmen yang terangkum dalam lembar analisa A BULAN TAHUN PERUBAHAN DATA (KOLOM 20) Merupakan catatan dari database komputer yang menunjukkan kapan (bulan tahun) terakhir kali data diperbaharui. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 9

40 1.4 TUGAS 1A/3 - PENYELESAIAN DATA LINGKUNGAN DARI K1 Kolom dalam K1 mencatat data lingkungan yang secara berkala perlu diperbaharui bila kondisi lingkungan suatu ruas jalan kabupaten berubah STATUS LINGKUNGAN (KOLOM 21) Telah dibuat kode angka yang menunjukkan status lingkungan suatu ruas jalan kabupaten pada saat K1 dibuat atau diperbaharui yaitu : 1 = Menunggu Studi ANDAL 2 = Ditunda menunggu Studi ANDAL 3 = Tercakup dalam PIL sektoral tipe D 4 = Tercakup dalam PIL sektoral tipe ID 5 = Perlu Studi KL / UKL, UPL KODE DAERAH RAWAN (KOLOM 22) Untuk mengetahui bahwa suatu ruas jalan kabupaten melewati suatu daerah rawan lingkungan telah dibuat kode angka sebagai berikut : 1 = Cagar Alam 2 = Suaka Margasatwa 3 = Hutan Konservasi 4 = HL - TGHK masih hutan 5 = HL - direkomendasikan RePPProt masih hutan 6 = HL TGHK bukan hutan 7 = HK direkomendasikan RePPProt bukan hutan 8 = Taman Baru 9 = Taman Nasional 10 = Taman Rekreasi / Wisata 11 = Daerah curam (Informasi Land System) 12 = Lahan Basah (Gambut) 13 = Daerah Pantai / Hutan Bakau 14 = Kawasan Waduk / Danau 15 = Kawasan Bencana Alam STATUS STUDI LINGKUNGAN (KOLOM 23) Untuk mengetahui status studi lingkungan pada suatu ruas jalan kabupaten telah dibuat kode huruf sebagai berikut : O = Diperlukan penyaringan tahap awal dan kedua S = Cukup dengan sektoral UKL / UPL K = Diperlukan Studi KL U = Sudah dilakukan Studi KL A = Diperlukan Kerangka Acuan untuk ANDAL T = Sudah dibuat Kerangka Acuan untuk ANDAL R = Sudah dilakukan Studi ANDAL Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 10

41 1.5 TUGAS 1A/4 - PENENTUAN JARINGAN JALAN STRATEGIS (K2) RUANG LINGKUP DAN TUJUAN a. Tujuan pokok dari tugas ini adalah untuk menentukan rute jalan kabupaten yang akan mendapat prioritas tertinggi untuk pekerjaan pemeliharaan, atau bila sesuai untuk pekerjaan rehabilitasi atau peningkatan. b. Sekali pemilihan rute ini dilakukan dengan benar, maka kaji ulang dan perbaikannya (jika diperlukan) cukup dilakukan kira-kira setiap tiga tahun sekali saja. c. Target utamanya adalah menentukan jaringan jalan strategis dengan batas maksimal sekitar 20 persen dari total panjang jaringan jalan yang ada di kabupaten (tidak termasuk jalan negara/propinsi) KRITERIA Jaringan jalan strategis harus mencakup jalur utama yang melayani hubungan antar berbagai bagian di dalam kabupaten, yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut : a. Ruas jalan yang umumnya bersifat antar kota, yaitu menghubungkan kota kabupaten dengan pusat-pusat administrasi pemerintahan seperti kota kecamatan, dan pusat-pusat kegiatan ekonomi seperti pasar utama ; ini akan meliputi jalan `kolektor' yang menghubungkan kota 'orde' kedua dan ketiga (seperti yang ditetapkan menurut peraturan yaitu : PP No. 26, 1985). b. Ruas jalan alternatif yang salah satunya sudah ditetapkan dan memenuhi hubungan yang memadai, tidak termasuk dalam kriteria ini. c. Ruas jalan yang biasanya sudah menampung tingkat lalu lintas tinggi (atau berpotensi tinggi pada wilayah yang jaringannya belum berkembang secara penuh) pada kenyataannya tingkatan ini bisa berbeda, misalnya, mulai dari di atas 500 LHR di daerah padat penduduk di Pulau Jawa sampai di atas 50 LHR di daerah kurang berkembang di pulau lain. d. Ruas jalan yang biasanya sudah diaspal, kecuali pada daerah yang jaringan jalannya belum dikembangkan. e. Ruas jalan yang melayani sumber-sumber penyebab meningkatnya lalu lintas selain perkotaan, seperti sumber material besar, pabrik atau daerah perkebunan, dapat pula masuk ke dalam kriteria ini asalkan ruas jalannya terbuka bagi lalu lintas umum. f. Ruas jalan yang melayani pangkalan jenis angkutan lain (yakni ruas menuju pelabuhan laut atau sungai, lapangan udara, atau stasiun KA) g. Ruas jalan yang pendek (yakni kurang dari 5 km), tapi bukan bagian dari rute lanjutan, tidak termasuk dalam kriteria ini (kecuali pada vi) h. Ruas jalan di daerah perkotaan tidak termasuk dalam kriteria ini, kecuali kalau ruas tersebut merupakan bagian dari rute lanjutan jaringan jalan strategis yang menghubungkan dua pusat kota. i. Ruas jalan utama antar kabupaten bisa dimasukkan apabila tidak ada jalan negara/propinsi yang memadai untuk jalur tersebut. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 11

42 j. Bagian ruas jalan negara/propinsi yang berada di dalam kabupaten secara otomatis merupakan bagian dari jaringan jalan strategis, walaupun pemeliharaan atau peningkatannya tidak masuk ke dalam program jalan kabupaten. k. Perlu dicatat, bahwa istilah strategis disini didasarkan atas konsep ekonomi. Berbeda halnya dengan istilah `strategis keamanan' yang mengacu pada jalan khusus dengan fungsi keamanan negara, seperti jalan yang berdekatan dengan batas negara (jalan seperti ini tidak tercakup dalam prosedur ini) PROSEDUR PENGISIAN Pada formulir K2 dan Peta Jaringan Jalan 2 (lihat tugas 1F), tentukan ruas jalan yang akan diusulkan menjadi bagian dari jaringan jalan strategis sesuai langkahlangkah berikut : KELOMPOK A : a. Beri tanda di peta dan cantumkan pada formulir K2 semua ruas jalan nasional dan propinsi, termasuk nomor ruasnya (sesuai dengan nomor Bina Marga). b. Informasi ini bisa diperoleh dari Dinas PU / Bina Marga/prasana wilayah Propinsi KELOMPOK B : a. Beri tanda di peta dan cantumkan pada formulir K2 : ruas jalan terpendek yang menghubungkan setiap kota kecamatan ke jalan nasional / propinsi dan ke ibukota kabupaten. b. Perhatikan: jalur baru secara umum tidak dapat dimasukkan kecuali bila penghematan jarak tempuhnya ke kota kabupaten mencapai paling sedikit 50 persen dari jarak tempuh lewat jalur yang sudah ada; perhatikan juga bahwa jalur baru itu memerlukan studi khusus yang justru memperlambat penyertaannya dalam program. c. Catat pada formulir K2 nama kota yang dilayani ruas jalan itu, instansi mana yang bertanggung jawab untuk pemeliharaannya dan data informasi tentang kondisi perkerasan serta keterbukaan ruas jalan itu (dari formulir K1). KELOMPOK C : a. Beri tanda pada satu jalur langsung yang menerus dan wajar, yang merupakan penghubung antar kota kabupaten dengan ibukota kabupaten di sekitarnya dan cantumkan nomor ruas jalur itu jika belum tercatat pada kelompok A atau B. b. Biasanya jalur ini merupakan ruas jalan yang sudah ada; karena jalur baru hanya akan diterima bila terjadi penghematan jarak tempuh paling sedikit 50 persen dari yang ada. c. Ruas-ruas jalan penghubung antar kabupaten yang bertetangga ini harus ditentukan sebagai jalur strategis. KELOMPOK D : a. Beri tanda dan cantumkan kemungkinan pilihan lain untuk dimasukan sebagai jalur strategis, diantara pilihan berikut ini : Ruas jalan lain yang melayani lalu lintas tinggi yang secara khusus merupakan ruas jalan langsung penghubung dua bagian penting di dalam daerah kabupaten. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 12

43 Ruas jalan lain ke jalan Nasional / Propinsi atau ke ibukota kabupaten, dari sumber penyebab lalu lintas tinggi selain dari kota kecamatan (sebutkan sumber penyebabnya) b. Periksa bahwa total (B+C+D) tidak lebih atau sama dengan 20 persen dari total panjang jaringan jalan kabupaten (dari K1). Jangan masukkan ruas jalan berprioritas rendah bila total tersebut sudah melebihi target. c. Kaji ulang dan sesuaikan usulan itu seperlunya sewaktu konsultasi dengan instansi yang terkait dengan penanganan jalan di Propinsi dan kalau ada dengan konsultan pembimbing, khususnya untuk mendapatkan : Status yang sebenarnya dari ruas jalan kabupaten yang kemungkinannya dalam waktu dekat akan menjadi jalan propinsi untuk keperluan perencanaan pekerjaan, terutama usulan ruas baru. Pandangan Propinsi terhadap perkembangan yang terjadi pada ruas jalan antar kabupaten. Sebaiknya dana dan sumber daya kabupaten tidak dialokasikan ke ruas jalan yang dalam waktu dekat menjadi status propinsi. d. Cantumkan pada formulir K1 (kolom 7) ruas jalan yang termasuk dalam klasifikasi jaringan jalan strategis (JJS). Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 13

44 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 14

45 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 15

46 2 TUGAS 1B - PEMUTAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN FORMULIR : K3 DAN K4 2.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Untuk menyusun dan menjaga tersedianya catatan mengenai pekerjaan yang telah dilakukan pada setiap ruas dari jaringan jalan setiap tahunnya. 2. Untuk membuat perencanaan yang sistematis, terutama untuk pekerjaan pemeliharaan dan untuk membantu dalam pemantauan keefektifan program pekerjaan 3. Sumber data bisa didapat terutama dari data anggaran (RD-1.JK) atau dari data kontrak yang memuat semua sumber dana untuk jalan kabupaten, termasuk diantaranya semua pekerjaan jalan yang dibiayai oleh Dana Pembangunan Kabupaten/Kota (DAK/DAU). 4. Formulir K3 digunakan dalam menyusun rincian per ruas untuk setiap tahun program. 5. Formulir K4 merupakan rangkuman semua dana untuk jalan kabupaten per tahun serta cakupan pekerjaannya untuk beberapa tahun. 6. Data riwayat pekerjaan per segmen juga diringkaskan dalam formulir K1 dan P1. 7. Formulir K3 dan K4 harus selalu dimutakhirkan pada bulan Januari setelah anggaran biaya diketahui dan diperbaiki untuk memperhitungkan pelaksanaan yang sebenarnya. Prioritas utama harus ditujukan dalam hal pencatatan secara rinci semua pekerjaan berat dan pemeliharaan berkala. 8. Untuk selanjutnya K3 akan disusun sebagai bagian dari database komputer, meskipun formulir untuk pemasukkan data secara manual mungkin juga akan diperlukan. 2.2 TUGAS 1B/1 - PENYELESAIAN FORMULIR K3 Cakupan dan format K3 hampir mendekati bentuk format dokumen biaya RD-1.JK (lihat tugas 5F) dan tersedia dalam bentuk manual maupun dalam bentuk data base komputer PROSEDUR PENGISIAN Formulir K3 harus dibuat secara terpisah untuk setiap ruas jalan, rincian dari semua pekerjaan pada ruas tersebut harus didaftar secara berurutan setiap tahun program. BAGIAN ATAS : NOMOR, PANJANG, DAN NAMA RUAS. a. Kotak-kotak di bagian atas dari formulir K3 harus mencatat data ruas jalan dalam format yang tepat sama dengan K1. b. Perlu diperhatikan bahwa nama dan nomor ruas yang digunakan harus sama dengan yang tertera pada K1, meskipun nama yang dipakai dalam kontrak adalah berbeda. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 1

47 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 2

48 KOLOM 1 : TAHUN PROGRAM PEKERJAAN Kolom 1 menunjukkan Tahun Program Pekerjaan, untuk sistem tahun anggaran baru digunakan bentuk penuh, misalnya : 2001 KOLOM 2 : PANJANG PEKERJAAN JALAN Pal Km segmen diukur dengan cara yang sama seperti pada K1, namun segmensegmen pekerjaan mungkin berbeda dengan yang tercatat dalam K1 yang ada. KOLOM 3 : PAL KM AWAL DAN AKHIR SEGMEN PEKERJAAN JALAN Panjang pekerjaan (kolom 2) harus sama dengan selisih antara kolom (3.2) dan (3.1). KOLOM 4 : JENIS PEKERJAAN JALAN Jenis pekerjaan diberikan dengan kode standar sebagai berikut : KOLOM 5 PK = Pekerjaan Berat atau Peningkatan MP = Pemeliharaan Berkala/Periodik MS = Pengaspalan Ulang Periodik MR = Pemeliharaan Rutin PB = Pembangunan Baru RE = Rehabilitasi H = Pekerjaan Penyangga : TIPE LAPISAN PERMUKAAN PEKERJAAN JALAN Bila rincian mengenai lapisan permukaan belum diketahui, cukup gunakan A (lapisan aspal) atau K (kerikil). Tipe permukaan jalan yang diusulkan ditentukan secara rinci dengan menggunakan kode-kode seperti berikut ini : PMA = LKP = TAB = KOLOM 6 Penetrasi Macadam (Lapen) Kerikil Padat Tertutup (Kepatup) Lapis Tipis Aspal Beton (HRS) : LEBAR PERKERASAN PEKERJAAN JALAN Lebar perkerasan adalah lebar yang diusulkan dalam pekerjaan tanpa memasukkan lebar bahu jalan. KOLOM 7 : BIAYA PEKERJAAN JALAN Jumlah seluruh biaya pekerjaan harus merupakan biaya kontrak termasuk pajak (diperjelas dengan menyatakan sumber dananya di kolom 14). KOLOM 8 : BIAYA PEKERJAAN JALAN/KM Biaya pekerjaan jalan/km dihitung secara otomatis oleh komputer dengan membagi kolom 7 dengan kolom 2. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 3

49 KOLOM 9 : NOMOR URUT JEMBATAN (9.1) ATAU JUMLAH JEMBATAN YANG MENDAPATKAN PEKERJAAN (9.2) Untuk jembatan besar dapat dicatat secara tersendiri. Bila ada sejumlah jembatan yang lebih kecil yang menerima pekerjaan sebagai bagian dari kontrak pekerjaan jalan, maka dapat diberikan data jumlah dari seluruh pekerjaan jembatan. Bila ditemukan jembatan yang berdiri sendiri, masukkan (bila mungkin) pal km jembatan tersebut dalam kolom 3.1. Gunakan urutan nomor jembatan dari formulir K10 di kolom 9.1, sementara bila informasi untuk beberapa jembatan digabung masukkan jumlah jembatan yang bersangkutan dalam kolom 9.2 KOLOM 10 : JENIS PEKERJAAN JEMBATAN Jenis pekerjaan jembatan harus ditentukan dengan menggunakan kode standar (PBJ/PAJ/PJJ/JL/GG). KOLOM 11 : PANJANG DAN LEBAR JEMBATAN Panjang dan lebar jalur jembatan diukur dalam satuan meter. KOLOM 12 : BIAYA PEKERJAAN JEMBATAN Kolom 12 merupakan biaya pekerjaan masing-masing jembatan atau seluruh jembatan dalam satu segmen (jika dijadikan dalam satu kontrak pekerjaan). Masukkan juga biaya oprit jembatan bila belum termasuk dalam biaya pekerjaan jalan yang bersangkutan. KOLOM 13 : JUMLAH SELURUH BIAYA PEKERJAAN (JALAN DAN JEMBATAN) Kolom 13 merupakan gabungan pengeluaran untuk jalan dan jembatan untuk pekerjaan dalam satu segmen. KOLOM 14 : SUMBER DANA Isikan sumber dananya dalam kolom 14 dengan menggunakan kode standar : DAU = DAK = DBH = PAD = Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil / Perimbangan Pendapatan Asli Daerah Sebutkan sumber-sumber dana lainnya dan masukkan sumber dana dari Luar Negeri (BLN) bila ada, misalnya IBRD. KOLOM 15 & 16 : BULAN/TAHUN PEKERJAAN Kolom 15 dan 16 harus menunjukkan bulan dan tahun awal dimulai dan selesainya pekerjaan yang sebenarnya jika diketahui (misalnya 6/94 sampai 3/95); tanggal ini mungkin berbeda dengan tanggal pada program aslinya. Jangan mengisi tanggal selesainya pekerjaan sebelum diketahui kebenarannya. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 4

50 KOLOM 17 : STATUS PROYEK Kolom 17 merupakan informasi tambahan sesuai dengan status pekerjaannya, misalnya : L = Proyek `Luncuran' ST = Pekerjaan yang dikerjakan dengan menggunakan dana sisa tender. MY = Kontrak berlanjut ke tahun berikutnya (multi year) B = Proyek Baru KOLOM 18 : SUMBER DAN TANGGAL DATA Kolom 18 menunjukkan sumber data dan tanggal data tersebut diterbitkan; biasanya dalam bentuk kode formulir, misalnya : RD-1.JK, CJ dan lain sebagainya. CATATAN : Bila setelah beberapa tahun pekerjaan halaman K3 untuk ruas tersebut sudah penuh, mulailah dengan halaman baru yang diberi nomor urut di bagian atasnya. Pertahankan formulir K3 tersusun secara berurutan berdasarkan nomor ruas. 2.3 TUGAS IB/2 - PENYELESAIAN K LINGKUP TUGAS a. K4 merupakan rangkuman tahunan yang berkesinambungan mengenai pembiayaan pekerjaan untuk seluruh jaringan jalan kabupaten, selama enam (6) tahun terakhir. b. Rangkuman ini disusun dengan menjumlahkan data-data yang tercatat di formulir K3, sesuai dengan jenis pekerjaan dan sumber dananya. c. Data ini harus diperbaharui setiap bulan Desember setelah menyelesaikan pengisian K3. d. Bila catatan selama enam tahun telah lengkap, mulailah dengan formulir K4 baru dan satukan dengan yang lama PROSEDUR PENGISIAN a. Bagian atas formulir merupakan rangkuman jumlah pengeluaran untuk jalan dalam juta rupiah dengan sumber dana utama, yang dibagi sebagai berikut: (A) : Dana Alokasi Umum (DAU) (B) : Dana Alokasi Khusus (DAK) (C) : Dana lainnya untuk jalan (PAD / lainnya : sebutkan) (D) : Jumlah dana untuk jalan (A+B+C) Catatan : Pisahkan jumlah (D) dalam komponen dana APBN dan BLN jika ada. Biaya umum dan lain sebagainya harus dimasukkan dalam sub-total biaya. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 5

51 b. Bagian bawah formulir membagi TOTAL biaya untuk jalan ke dalam lima komponen utama dan juga memberikan rangkuman panjang jalan (kilometer) dan jembatan (meter) : Pekerjaaan Berat (PK) termasuk Pembangunan Baru (PB) dan Rehabilitasi (RE) Pemeliharaan Berkala/Periodik (MP) Pemeliharaan Rutin (MR) Pekerjaan lainnya (harus ditentukan misalnya Pekerjaan Penyangga / Darurat) Biaya umum Catatan : Angka TOTAL yang merupakan jumlah pengeluaran dari ke-lima komponen di atas, harus sama dengan jumlah pengeluaran (D) di bagian atas formulir. Ke-tiga komponen pekerjaan utama di atas (PK,MP,MR) juga harus mempunyai jumlah untuk setiap sumber dana utama. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 6

52 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1B - 7

53 3 TUGAS 1C - PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA FORMULIR : K5 - K9 3.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Tugas ini ditujukan untuk mencatat secara sistimatis aspek-aspek sumber daya yang tersedia di Kabupaten, untuk keperluan persiapan dan pelaksanaan program serta pengadministrasian dan pemantauan. Sumber daya tersebut mencakup hal-hal seperti peralatan, kontraktor, sumber-sumber material dan jumlah staf. 2. Beberapa dari aspek sumber daya Kabupaten telah tercakup dalam petunjuk teknis atau prosedur lain, misalnya data kontraktor (dulu K6) dan data peralatan (dulu K5) yang tercakup dalam Buku Petunjuk Peralatan yang dikeluarkan oleh Bina Marga dan Bangda : Sistem Pengelolaan Armada Peralatan Dati II. 3. Aspek-aspek yang masih dicakup dalam prosedur perencanaan sekarang ini adalah : K7 K8 K9 = Catatan mengenai staf Tim Perencana Jalan Kabupaten = Sumber-sumber material lokal = Daftar upah buruh dan harga material 4. Formulir-formulir tersebut harus diperbaharui pada bulan Desember setiap tahunnya. 3.2 TUGAS 1C/1 - PENYELESAIAN K PROSEDUR a. Formulir K7 digunakan terutama untuk mencatat data staf kabupaten yang terlibat dalam Tim Perencanaan Jalan Kabupaten, mencakup : nama, jabatan dalam Tim, asal instansi, jabatan di instansi dan golongan / pangkatnya. b. Tentukan siapa dari anggota tim perencana atau staf lain yang bertanggung jawab untuk masalah lingkungan dan untuk perencanaan pemeliharaan. c. Dalam formulir ini juga diterangkan informasi mengenai jumlah keseluruhan staf Dinas PU dan staf Bappeda Kabupaten. d. Formulir ini harus diperbaiki setiap tahun dan ditanda tangani oleh pejabat instansi terkait seperti Kepala Dinas PU, BAPPEDA dan Bagian Penyusunan Program Kabupaten, serta dilampiri dengan SK Bupati untuk Tim Perencana. e. Informasi ini akan digunakan didalam penyusunan database mengenai anggota Tim Perencana, untuk keperluan pelatihan serta pemantauan prestasi kerja anggota tim. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1C - 1

54 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1C - 2

55 3.3 TUGAS 1C/2 - PENYELESAIAN K PROSEDUR a. Formulir K8 (yang berkaitan dengan K9) digunakan untuk mencatat sumbersumber utama material lokal untuk pekerjaan jalan di Kabupaten. b. Cantumkan nama sumber material (quarry / sungai / lainnya) pada peta dasar, lalu perkirakan jarak ke ruas terdekat dan sebutkan nomor ruasnya. c. Material yang ada dalam daftar tersebut harus ditentukan dengan kode nomor dan satuan yang sama dengan yang digunakan di daftar K9. d. Harga yang dicantumkan harus berdasarkan pada harga di sumbernya tanpa memasukkan ongkos angkut yang sudah ditentukan secara terpisah dalam K9. e. Berikan keterangan, misalnya apakah sumber material tersebut sampai saat ini masih dipakai, juga mengenai kualitas atau kapasitas produksinya. f. Formulir K8 ini setiap tahun pada bulan Januari harus diperiksa kembali dan diperbaiki. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1C - 3

56 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1C - 4

57 3.4 TUGAS 1C/3 - PENYELESAIAN K LINGKUP TUGAS a. Formulir K9 berisikan daftar harga material lokal dan upah buruh di kabupaten dalam kisaran tertentu, yang digunakan dalam pembangunan jalan kabupaten. b. Daftar harga ini akan digunakan untuk memutakhirkan Matriks Biaya Perencanaan, oleh karena itu K9 harus selalu diperbaharui setiap tahun, paling lambat pada bulan Januari. c. Setiap Kabupaten hanya perlu menyiapkan satu (1) daftar K9, yang dianggap mewakili. d. Kebenaran data tersebut harus diperiksa secara teliti dan harus ditanda-tangani oleh kepala Dinas PU / BM Kabupaten, lalu disampaikan ke Dirjen Prasarana Wilayah Direktorat Bina Teknik atau atau Konsultannya di Jakarta PROSEDUR PENGISIAN a. Harga di Quarry / Sumbernya. Harga bahan di quarry / sumbernya (Pelabuhan atau Depo) harus di luar pajak. Bila pajak dimasukkan dan tidak dapat dipisahkan secara tepat, tunjukkan pada harga tersebut dengan tanda bintang ( * ). b. Jarak Angkut Rata-rata Catat jarak angkut rata-rata yang biasa dipakai dan mewakili jarak dari quarry/sumber ke tempat proyek untuk wilayah kabupaten sebagai keseluruhan. Informasi ini harus masuk juga dalam formulir K8 yang melengkapi formulir K9. c. Biaya Angkut per Unit Biaya angkut per unit untuk material dari quarry / sumber dihitung dengan menggunakan prosedur berikut ini (angka / nilai yang tertera hanya untuk ilustrasi saja). (1) Jarak angkut Jarak angkut rata-rata dari quarry ke lokasi proyek = 20 km Kapasitas truk = 3 m3 Kecepatan truk rata-rata = 45 km/jam (2) Biaya Truk Sewa truk Rp / jam = Rp / jam Pengemudi Rp / 5 jam = Rp / jam Pembantu/kenek Rp / 5 jam = Rp. 900 / jam Jumlah = Rp / jam Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1C - 5

58 (3) Waktu angkut Waktu u/ muat = 15.0 menit Waktu u/ bongkar = 10.0 menit 20 km Waktu u/ perjalanan : 2 x x 60 menit = 53.3 menit 45 km/jam (4) Biaya Angkut Jumlah = 78.3 menit (1.3 jam) Biaya angkut / 3 m3 : 1.3 jam x Rp = Rp ,- Biaya angkut / m3 : Rp / 3 = Rp 8.016, Catatan : Jangan menggunakan perkiraan biaya angkut untuk K9, ataupun untuk Disain & DURP (misalnya : Rp 75,- per ton per km, dan lain sebagainya) d. Biaya Total (tanpa pajak) Biaya total untuk material, bilamana mungkin harus tanpa pajak, tanpa "pengeluaran tambahan" untuk biaya tak terduga, keuntungan kontraktor, inflasi dan lain-lain. e. Pajak Pajak ini termasuk Pajak Penghasilan, Asuransi Tenaga kerja (Astek) dan 10% Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk material, (perlu di catat bahwa biasanya hal ini sudah dimasukkan dalam harga material yang dibawa ke kabupaten). f. Pengesahan Bila K9 sudah terisi, lengkapi dengan pengesahannya (K9 harus ditanda tangani oleh kepala DPUK/DPU-BM-K), catat tanggalnya dan nama yang mengesahkannya. g. Pengolahan K9 untuk pembuatan matriks biaya K9 yang telah dilengkapi harus segera dikirimkan ke Jakarta (untuk sementara kepada Ditjen Prasarana Wilayah atau Konsultannya) paling lambat pada akhir Januari, supaya pengolahan komputer untuk pembuatan matriks biaya pekerjaan jalan ( perencanaan ) dapat diselesaikan pada waktunya. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1C - 6

59 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1C - 7

60 4 TUGAS 1D - PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN FORMULIR : K RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Tujuannya adalah untuk menyusun dan menjaga kemutakhiran suatu inventarisasi data, mengenai lokasi dan karakteristik setiap jembatan pada jaringan jalan kabupaten 2. Formulir K10 pada dasarnya merupakan rangkuman dari informasi yang lebih rinci, yang dikumpulkan dari hasil pemeriksaan jembatan secara rutin dan terinci (dengan formulir MS1, B1, B2 dan B3 dari buku Petunjuk Pemeliharaan Jembatan Kabupaten). 3. Dalam prakteknya, kualitas dari informasi tentang jembatan termasuk penentuan datanya, masih ketinggalan dibandingkan data untuk jalan. Data K10 masih harus ditingkatkan secara bertahap dari beberapa sumber termasuk dari survai perencanaan S1 dan S2. Informasi dari inventarisasi data Bina Marga tahun 1990 mengenai jembatan (IJK03) dapat pula digunakan. 4. Tugas yang paling penting adalah untuk memastikan bahwa data lokasi jembatan sesuai dengan penentuan data ruas yang sama seperti yang ada dalam inventarisasi jalan pada K1, termasuk cara pengukuran lokasi dengan pal km dari awal ruas. 5. Prioritas harus diberikan dalam menyelesaikan pengisian lokasi jembatan, nama, panjang dan lebarnya, sebelum mengumpulkan secara rinci data jenis komponen jembatan dan kondisinya yang memerlukan survai-survai yang lebih rinci. 6. Untuk selanjutnya akan dikembangkan database komputer untuk K10, namun untuk saat ini penyelesaian formulir secara manual perlu diteruskan. 7. Pemutakhiran K10 harus dilaksanakan terutama dalam bulan Januari pada waktu yang sama dengan pemutakhiran K PROSEDUR PENYELESAIAN K10 1. Untuk setiap ruas harus dibuatkan satu formulir K10 tersendiri. Cantumkan nomor ruas, nama dan panjangnya di bagian atas K10 persis seperti yang tercantum dalam K1. 2. Semua bangunan jembatan yang panjangnya 2 meter atau lebih (diukur antara kedua kepala jembatan) harus dicatat. Lokasi lintasan sungai yang tidak berjembatan juga dimasukkan dan diberi nama. 3. Jembatan dan lintasan sungai harus dicatat dan diberi nomor urut (kolom 1), dimulai dari titik pangkal ruas yang telah ditentukan pada daftar K1. Lokasinya harus ditentukan dengan pal km yang telah disesuaikan dari titik pangkal ruas yang telah ditentukan (kolom 3), dan bila mungkin juga dengan nama-nama sungainya (kolom 2). Bila semua penyeberangan di catat, maka tidak perlu lagi untuk merubah nomor urut jembatan. 4. Kode-kode yang digunakan pada K10 dapat dilihat bersama-sama dengan contoh formulir K10 yang telah diisi lengkap. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 1

61 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 2

62 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 3

63 5. Keterangan untuk beberapa hal khusus yang diisikan ke dalam K10 adalah sebagai berikut (1) Tipe Penyeberangan/Lintasan (Kolom 4) : JN = Penyeberangan Jalan KA = Penyeberangan Kereta Api S = Penyeberangan Sungai L = Lain-lain (2) Panjang jembatan (kolom 5) Diukur dalam meter di antara kedua kepala jembatan. (3) Lebar jembatan (kolom 6) Harus ditentukan sebagai lebar jalur jalan saja (kolom 6.1) dan total lebar jembatan sampai dengan bagian luar dari sandaran (kolom 6.2). (4) Bangunan jembatan dibagi dalam 5 bagian komponen : Bangunan atas (kolom 8-11) Lantai (dek) (kolom 12, 13) Sandaran (handrail) (kolom 14, 15) Pondasi (kolom 16-18) Kepala jembatan dan pilar (kolom 19-21) (5) Deskripsi setiap komponen terdiri atas : Tipe bagian (bangunan atas / pondasi / kepala jembatan) Tipe bahan / material Asal / sumber (hanya bangunan atas) Nilai / tingkat kondisinya 6. Kode rujukan (pada formulir K10L) dan catatan khusus pada uraian komponenkomponen bangunan atas, diberikan secara singkat di bawah ini : (1) Tipe Bangunan Atas B = Gorong-gorong persegi (kotak) Gorong-gorong persegi adalah gorong-gorong dengan penampang melintang berbentuk persegi. Y = Gorong-gorong Pipa Gorong-gorong pipa adalah gorong-gorong dengan penampang melintang berbentuk lingkaran. Untuk keperluan masukan data, semua gorong-gorong dengan garis tengah (diameter) atau lebar luar sepanjang sumbu jalan > 2,0 meter harus dicatat sebagai jembatan. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 4

64 KX = Lintasan Kereta Api Lintasan kereta api perlu dicatat sebaik-baiknya, sehingga dapat ditetapkan suatu prioritas untuk dibangun jembatan (bila sangat diperlukan). S = Jembatan Sementara Jembatan sementara adalah jembatan yang digunakan sebagai alat hantaran sementara sampai jembatan permanen dibangun. Jembatan sementara dapat berupa rangka, gelagar, pelat atau lainnya. Jembatan Bailey termasuk dalam kategori ini. FX = Ferry Jika penyeberangan sungai dilakukan dengan ferry (untuk kendaraan ataupun tidak), catatlah dalam laporan. Perkirakanlah lebar penyeberangan tersebut. Nyatakanlah dalam catatan, waktu tunggu rata-rata dan perkiraan panjang jembatan yang diperlukan. WX = Pelintasan Basah (Jembatan Limpas) Pelintasan basah adalah jembatan limpas, pelintasan banjir (atau yang serupa); dimaksudkan untuk suatu pelintasan sungai dimana kendaraan melintas melalui sungai di atas pondasi atas di bawah air yang telah dipersiapkan. Setiap pelintasan demikian harus dicatat pada kartu data inventarisasi jembatan, dengan suatu tanda dalam catatan; berapa kali dan berapa lama pelintasan basah ini tidak dapat dilalui dalam satu tahun. Nyatakan perkiraan panjang jembatan yang diperlukan atau bila pelintasan tersebut sudah cocok dengan keadaan sekarang. (2) Sumber / Asal Bangunan Atas Sumber / asal pemasok terutama mengacu kepada negara pembuat dengan cara memberi Kode negara asal dengan huruf tersendiri seperti diberikan pada lampiran formulir K10L. (3) Bahan untuk Bangunan Atas Kode bahan yang digunakan untuk pemeriksaan inventarisasi dapat dilihat pada lampiran formulir K10L. Terdapat sejumlah 21 bahan yang berbeda, yang masing-masing didaftar dengan satu kode huruf. (4) Bahan Lantai Jembatan Kode untuk tiap jenis bahan lantai jembatan harus dibentuk dengan dua huruf yang diambil dari daftar bahan seperti tersebut di atas. Satu huruf untuk jenis bahan bagian perletakan lantai dan huruf lainnya untuk jenis bahan jalur kendaraan, misalnya KA = lantai jembatan kayu dengan jalur kendaraan aspal. (5) Kepala Jembatan dan Pilar, Tipe dan Bahan Disiapkan kode untuk dua bentuk kepala jembatan dan enam jenis pilar. Kode ditentukan dengan satu huruf seperti yang dapat dilihat dalam lampiran formulir (K10L). Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 5

65 (6) Jenis dan Bahan Pondasi Rincian-rincian tertentu mengenai jenis konstruksi pondasi mungkin tidak dapat ditentukan dalam pemeriksaan di lapangan, tanpa penyelidikan lapangan lebih lanjut. Diberikan delapan jenis pondasi, masing-masing ditentukan dengan dua huruf. Apabila terdapat data, maka isilah jenis pondasi tersebut dengan menggunakan kode dari lampiran formulir K10 (K10L), jika tidak ada data, biarkan kolom tersebut tetap kosong. (7) Bahan Sandaran Dipertimbangkan untuk mencakup hal-hal seperti sandaran, pagar pengaman dan tembok ujung sebuah jembatan : yang kesemuanya dimaksudkan sebagai perlindungan kendaraan atau pejalan kaki, dan kadang-kadang juga dijadikan sebagai pelindung untuk bagian-bagian pokok jembatan. Apabila jembatan dilengkapi dengan sandaran beton serta tembok ujung pasangan batu, gunakan kode bahan untuk beton dan pasangan batu, misalnya TM. Bilamana jembatan mempunyai sandaran pipa baja dan tiang beton tanpa tembok ujung pasangan batu, gunakan kode bahan hanya untuk sandaran saja, misalnya B. Kode-kode bahan dicantumkan pada lampiran formulir K10 (K10L). (8) Penilaian Kondisi Digunakan untuk menilai kondisi bagian-bagian jembatan sebagai berikut : Bangunan atas Sistim lantai jembatan Sandaran (dan pagar pengaman, dll) Pondasi (dan aliran air) Kepala jembatan dan pilar-pilar Penilaian kondisi jembatan menggunakan skala 0-5 seperti yang ditetapkan pada bagian bawah lampiran formulir K10 (K10L). 7. Bila ruangan pada formulir K10 tidak cukup untuk mendaftar semua jembatan yang ada pada suatu ruas, gunakan halaman kedua, beri nomor halaman pada formulir menurut urutannya. Usahakan formulir yang telah di selesaikan selalu tersusun sesuai dengan urutan nomor ruas. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1D - 6

66 5 TUGAS 1E - PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL- EKONOMI 5.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Menyusun suatu kerangka kerja mengenai informasi penunjang sosial-ekonomi kabupaten, sebagai tambahan pada data mengenai jaringan jalan dan lalu lintas, untuk medukung studi perencanaan jalan yang sistematis. 2. Menunjang pengembangan jaringan jalan kabupaten yang memperhitungkan rencana dan kebutuhan pengembangan tata ruang dari kabupaten yang bersangkutan. 3. Diperlukan lima jenis informasi, dengan susunan data atau formulir survai seperti berikut : Data kependudukan (K11) Data pusat kegiatan (K12) Data penggunaan lahan kecamatan (K13) Kegiatan pembangkit/penyebab timbulnya angkutan berat (K14/S6A) Rencana pengembangan/pembangunan (S6B/6C) 4. Informasi tersebut di atas, umumnya bisa didapat dari dua sumber utama : Statistik sosial-ekonomi yang telah diterbitkan dan tersedia di tingkat kabupaten atau kecamatan (misalnya : data penggunaan lahan BPN, kabupaten dalam angka, monografi desa) Informasi khusus yang diperoleh dari wawancara dengan manajemen perkebunan (mengenai sumber-sumber pembangkit lalu lintas berat), manager pabrik, quarry, dan lain sebagainya ; atau dari instansi- instansi pemerintah sektoral yang bertanggung jawab atas rencana khusus (seperti : kehutanan, pertanian, irigasi, pariwisata). 5. Informasi ini diperlukan untuk memperkirakan lalu lintas potensial dan penggunaan jalan dimasa datang, serta untuk menafsirkan data lalu lintas; termasuk menentukan pergerakan kendaraan-kendaraan berat yang dapat mempengaruhi disain jalan. 6. Satu copy dari peta dan dokumen pokok Rencana Utama Tata Ruang Kabupaten (RUTR-K), harus selalu disimpan di dalam ruangan Tim Perencana Jalan Kabupaten. Ini akan diperlukan untuk memastikan bahwa perencanaan jalan sudah mengacu kepada tujuan perencanaan pembangunan kabupaten dalam skala yang lebih luas. 7. Tugas-tugas di atas harus dilaksanakan pada bulan Januari Februari setiap tahunnya. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 1

67 5.2 TUGAS 1E/1 - DATA KEPENDUDUKAN (K11) LINGKUP TUGAS a. Perkiraan jumlah penduduk yang dilayani oleh ruas jalan, diperlukan untuk menaksir manfaat dari peningkatan jalan yang sekarang ini tertutup untuk lalu lintas kendaraan roda-4 karena kondisi jalannya. b. Sebagai kerangka kerja untuk tugas ini, maka perlu dibuat (di kantor) suatu tabulasi sebaran penduduk per desa dan per ruas jalan untuk seluruh kabupaten dengan menggunakan formulir K11. Hal ini akan membantu di dalam menentukan ruasruas mana yang memerlukan survai yang lebih terinci (S7). c. Sekali hal ini dikerjakan dengan benar, maka K11 hanya memerlukan kaji ulang dan perbaikan secara berkala bila data survai S7 yang lebih terinci telah diperoleh. Catat tanggal diperbaikinya K11 dan tanggal diselesaikannya survai S PROSEDUR PENYELESAIAN K11 a. Siapkan peta skala besar (diutamakan berdasarkan peta topo skala 1 : , yakni copy 1 hasil tugas 1F) yang menunjukkan nama dan perkiraan batas tiap desa dalam kabupaten serta jaringan jalan dengan nomor ruasnya. b. Dapatkan suatu daftar dari semua desa per kecamatan yang menunjukkan perkiraan jumlah penduduk yang menetap atas dasar statistik pencatatan terakhir; periksa apakah desa-desa baru telah dimuat pada peta dan ditandai tanpa ada satupun yang tertinggal. c. Siapkan formulir K11 untuk setiap kecamatan (Penentuan Pendahuluan Jumlah Penduduk menurut Ruas Jalan); tulis setiap nama desa beserta jumlah penduduknya pada kolom sebelah kiri dan tulis nomor ruas semua jalan yang ada di dalam kecamatan yang bersangkutan di baris atas. d. Buatlah perkiraan pendahuluan atas keterlibatan tiap desa terhadap satu atau lebih ruas jalan, berdasarkan kenyataan di peta dan dengan menggunakan pedoman berikut ini : Tujuan utama dari tugas ini adalah mencoba menentukan keterlibatan seluruh penduduk desa itu kepada satu ruas jalan yang diperkirakan akan digunakan sebagai jalur pilihan ke pusat kegiatan di luar desa (pasar, dan sebagainya) atau untuk mencapai jaringan jalan utama lainnya. Kelompok penduduk yang sama jangan ditentukan pada lebih dari satu ruas jalan. Jangan mengabaikan satu bagianpun dari penduduk desa, meskipun bagian itu diperkirakan telah dilayani langsung oleh ruas jalan negara atau propinsi daripada oleh ruas jalan kabupaten itu sendiri. Penduduk yang berada di titik pangkal atau ujung yang merupakan persimpangan ruas jalan (misalnya dalam jarak 500 meter dari titik persimpangan dengan ruas jalan yang lebih penting) perlu dipisahkan dan dimasukkan ke dalam jangkauan pelayanan ruas jalan yang lebih penting tadi ke bagian mana ruas jalan itu bersambung. Tandai desa-desa yang jelas terlayani sepenuhnya oleh satu ruas jalan saja dan masukkan jumlah penduduknya pada kolom nomor ruas jalan yang dimaksud. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 2

68 Bagi desa yang dilayani oleh beberapa ruas jalan dan pembagian jumlah penduduknya meragukan, beri tanda silang ( x ) kolom ruas jalan yang sesuai, dan pada tahap ini jangan mencoba memasukkan jumlah penduduk tersebut (dalam kasus ini ada desa-desa yang nantinya akan memerlukan studi tambahan). e. Minta pada setiap kecamatan untuk menyediakan peta kecamatan dan sket tiap desa di kecamatan itu dengan skala perkiraan (Formulir S7 bisa digunakan), yang menunjukkan : nama dan lokasi tiap kampung atau pemukiman yang terpisah di dalam wilayah desa jumlah penduduk tiap kampung (data registrasi terakhir) lokasi dan panjang jalan desa, tipe dan kondisi permukaan jalan serta hambatan aksesnya. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 3

69 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 4

70 5.3 TUGAS 1E/2 - DATA PUSAT KEGIATAN (K12) LINGKUP TUGAS a. Tujuan dari tugas ini adalah untuk menentukan lokasi, karakteristik dan ukuran relatif dari semua pasar atau pusat kegiatan yang berarti (cukup besar) di wilayah Kabupaten. b. Informasi ini terutama diperlukan untuk hal - hal sebagai berikut : membantu menafsirkan data lalu lintas dengan menentukan pusat- pusat kegiatan yang diperkirakan menjadi pusat daya tarik untuk melakukan perjalanan ; membantu dalam menentukan dan menjelaskan variasi lalu lintas harian sehubungan dengan hari pasar; membantu dalam menentukan tingkat lalu lintas yang potensial pada ruas jalan yang saat ini mengalami hambatan akses dikaitkan dengan ukuran dan tipe pusat kegiatan luar yang digunakan (tugas 3D). c. Tugas ini menggunakan formulir K12 yang akan mencatat seluruh kota pusat administrasi kecamatan dan kabupaten, serta kota/pusat lainnya yang memiliki pasar. Untuk mengisi data khusus selanjutnya bagi setiap kota yang tercatat tadi, mintalah bantuan staf kecamatan bila perlu mengenai : status administratif informasi pasar fasilitas yang dinyatakan penting d. Hasil pendataan tersebut akan digunakan dalam menentukan ukuran relatif dari pusat-pusat kegiatan itu yang dikelompokkan ke dalam lima (5) ukuran. e. Metode ini merupakan suatu bentuk penyederhanaan dari hasil studi yang dikembangkan oleh Direktorat Jendral Cipta Karya dan sesuai dengan petunjuk Bappenas terhadap pengertian tingkat orde kota. Penerapan metode pengukuran dari hasil penilaian bagi pusat-pusat kegiatan berdasarkan urutan kategori itu dapat berubah sesuai dengan kenyataan atau faktor-faktor tentang perkembangan karakteristik yang ada. f. Sekali telah dilakukan dengan benar, K12 hanya perlu untuk dikaji ulang dan diperbaiki secara berkala, kira-kira tiga tahun sekali KRITERIA a. Tipe Pusat Hubungan antara sistim orde kota oleh Kimprasivil / Bappenas dan penggunaannya dalam prosedur perencanaan jalan kabupaten, dapat dilihat pada table di bawah Kota-kota orde lebih tinggi yakni orde IV, III atau lebih tinggi, biasanya termasuk pusat administrasi kota kabupaten dan beberapa kota kecamatan besar yaitu dengan radius pelayanan paling sedikit km dan jumlah penduduk jiwa atau lebih yang memiliki fasilitas orde lebih tinggi seperti rumah sakit. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 5

71 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 6

72 Pusat-pusat sedang dan kecil biasanya hanya memiliki fasilitas orde sedang atau lebih rendah, seperti SMP atau Puskesmas, dengan radius pelayanan kurang dari 25 km dan jumlah penduduk kurang dari 50 ribu jiwa. Orde Kota Radius Pelayanan Maksimum Indikator penduduk yang dilayani (ribu) Tipe Pusat Skor Kepusatan I I I (lebih tinggi ) > 50 Km > 100 Pusat utama/ Kota Kabupen > 85 IV Km Pusat besar V Km Pusat sedang VI 7,5-15 Km 5-20 Pusat kecil < 7,5 Km < 5 Pusat terkecil < 15 b. Tipe Pasar Pasar dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga kelompok ukuran relatif yang didasarkan pada perkiraan volume kegiatan mingguan. Apabila data khusus tidak ada, maka petunjuk di bawah ini dapat dipakai sebagai indikator ukuran relatif : Ukuran Relatif Status Admin. Pasar Frekuensi hari pasar Tipe Bangunan Besar Kabupaten Setiap hari Permanen (mis : bang. batu bata) Kegiatan penjualan eceran / fasilitas perdagangan Toko serba ada untuk bahan pokok (misalnya : Toko pakaian, toko emas perhiasan, elekronik, studio foto). Fasilitas perdagangan untuk pedagang partai besar Sedang Kabupaten Kecamatan Berkala Setiap hari Permanen Permanen / Semi permanen Fasilitas penjualan dengan skala terbatas, (misalnya : bahan bangunan dan 9 bahan pokok). Fasilitas perdagangan dalam jumlah sedang sampai kecil. Kecil Kecamatan Berkala Semi permanen / sementara (mis : bang. kayu atau bambu) Umumnya berupa toko kecil atau toko pengecer seperti warung yang menjual kebutuhan hari-hari Tidak ada perdagangan dalam jumlah besar. Merupakan tempat penukaran langsung antara penjual / petani dan pembali. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 7

73 Pasar "kabupaten" adalah pasar yang secara resmi dikelola oleh kabupaten (termasuk pemeliharaan fasilitasnya) bagi pemasukan pajak (IPEDA); sedangkan pasar kecamatan belum memiliki pengaturan bagi pajak pendapatan pasar dan kebanyakan belum memiliki fasilitas yang permanen. c. Fasilitas Ada 15 macam fasilitas yang sudah ditentukan dan dibagi ke dalam 3 kelompok tipe yang khas sesuai dengan kepentingannya di kabupaten, yaitu : (1) Fasilitas Biasa : Sekolah Menengah Pertama (SMP) ( kolom 8 ) Puskesmas (tidak termasuk puskesmas pembantu) ( kolom 9 ) dan/atau tempat praktek dokter umum Pos Polisi ( kolom 10 ) Bank Desa, kantor cabang (BRI) yang melayani Kredit ( kolom 11 ) Badan Usaha Unit Desa / BUUD (bukan KUD) ( kolom 12 ) (2) Fasilitas Madya : Sekolah Menengah Atas (SMA) ( kolom 14 ) Apotik ( kolom 15 ) Kantor Pos ( kolom 16 ) Terminal Bis (atau stasiun Kereta Api) ( kolom 17 ) Bioskop permanen ( kolom 18 ) (3) Fasilitas Utama : Perguruan Tinggi : Politeknik, Akademi, Universitas ( kolom 20 ) Rumah Sakit ( kolom 21 ) Kantor Telepon/Telegram ( kolom 22 ) Hotel dengan Restoran ( kolom 23 ) Stadion/Gedung Olah Raga ( kolom 24 ) PROSEDUR PENYELESAIAN K12 a. Catat pada formulir K12, setiap kota dalam wilayah kabupaten yang berstatus administrasi setingkat kecamatan atau yang lebih tinggi dan juga pusat lainnya yang mempunyai pasar termasuk pasar kecil yang tidak dikelola oleh kabupaten. b. Tunjukkan status administrasi dari setiap pusat kegiatan pada kolom 2 di formulir K12, dengan menggunakan petunjuk angka berikut ini : Kabupaten (lokasi dan kantor kabupaten) = 20 Kecamatan (lokasi dan kantor camat) = 10 Desa (lokasi dari kantor desa) = 0 Tidak ada status administrasinya = 0 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 8

74 c. Untuk setiap pasar, tunjukkan : Status administrasi pasar (kolom 3) = KAB (Kabupaten) atau KEC (Kecamatan) Tipe konstruksi bangunan pasar (kolom 4) = P (Permanen) SP (Semi Permanen) S (Sementara) Jika berupa pasar khusus (kolom 5), tunjukkan tipe komoditi perdagangannya, misalnya IK ( ikan ), HE ( hewan/ternak ), SA (sayuran), sedangkan tipe lain- lainnya ditetapkan sebagai UM ( pasar umum ) Tunjukkan hari-hari pasar setiap minggunya (kolom 6) dengan memberi tanda silang ('X'); dan tunjukkan hari pasar mana yang terpenting pada rangkaian kegiatan itu dengan melingkari tanda silang tadi. Tentukan ukuran relatif pasar (kolom 7) dengan mempergunakan informasi dan kriteria di atas serta pengetahuan umum dari kabupaten; berilah kode seperti berikut: besar : 30 sedang : 20 kecil : 10 d. Untuk setiap tipe fasilitas dalam kolom 8-12; dan 20-24, isilah dengan angka 1 bila fasilitas ada atau 0 bila tidak ada. Untuk pusat sedang/kecil, fasilitasnya harus berada di dalam radius 2 km dari titik pusatnya (misalnya pasar); untuk pusat utama/besar, fasilitasnya harus terletak dalam radius 5 km. e. Hitunglah jumlah angka dengan cara `pembobotan' sebagai berikut : kolom 13 : jumlah angka dari kolom 8-12 saja kolom 19 : jumlah angka dari kolom dikalikan dengan 3 kolom 25 : jumlah angka dari kolom dikalikan dengan 6 Pembobotan di atas dimaksudkan untuk dapat mencerminkan ukuran relatif dari tipe fasilitas yang ada di setiap kabupaten. f. Skor pada kolom 26 merupakan jumlah angka (dengan bobot) yang terdapat pada kolom (2), (7), (13), (19), (25) untuk mendapatkan skor total keterpusatan pada kolom (26), lalu tentukan tipe pusat kegiatan itu dengan memakai kisaran skor dalam kolom (27) sebagai berikut : Pusat kabupaten/utama : > 85 Pusat besar : Pusat sedang : Pusat kecil : Pusat terkecil : < 15 g. Tandai pada peta topo copy-1 dan peta jaringan jalan 2, semua pusat kegiatan yang telah ditentukan sesuai dengan tanda indikatornya. (lihat tugas 1F). Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 9

75 5.4 TUGAS 1E/3 - DATA KECAMATAN (K13) RUANG LINGKUP, TUJUAN DAN PROSEDUR PENYELESAIAN K13 a. Diperlukan suatu rangkuman data sosial-ekonomi per kecamatan untuk menyusun program-program tahunan, dalam hubungannya dengan pengembangan kabupaten yang lebih luas. b. Formulir K13 digunakan untuk mencatat informasi mengenai jumlah desa, jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga (KK), luas wilayah, penggunaan lahan dan hasil utama daerah besar atau kegiatan-kegiatan lokal yang besar per kecamatan. c. Gunakan sumber data kependudukan yang sama seperti untuk tugas 1E/1 (K.11). d. Data penggunaan lahan bisa didapatkan dari BPN. e. Periksa bahwa jumlah kolom dan pada barisnya benar. f. Sekali formulir K13 dilengkapi dengan benar, maka kaji ulang dan perbaikan hanya diperlukan secara berkala, kira-kira setiap tiga tahun sekali. 5.5 TUGAS 1E/4 - KEGIATAN PEMBANGKIT LALU LINTAS BERAT DAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKTORAL RUANG LINGKUP DAN TUJUAN a. Diperlukan informasi mengenai sumberutama yang ada atau potensial dalam hal lalu lintas angkutan berat yang mempengaruhi ruas jalan di kabupaten. b. Perhitungan lalu lintas saja, kemungkinan tidak dapat memberikan informasi yang memadai tentang karakteristik lalu lintas angkutan berat tadi. c. Adalah penting sekali untuk mengetahui lebih banyak tentang lalu lintas truk sedang dan berat, yang dapat mempengaruhi pemilihan disain teknis jalan (lihat tugas 4B); dan tentang kecenderungan dari pertumbuhan lalu lintas angkutan berat yang mungkin berbeda dengan pertumbuhan lalu lintas secara umum di kabupaten PROSEDUR PENYELESAIAN K14 DAN S6A a. Informasi kegiatan pembangkit lalu lintas angkutan berat harus dikumpulkan dalam dua tahap sebagaimana berikut : penyusunan daftar ruas jalan yang melayani semua sumber penyebab meningkatnya lalu lintas angkutan berat di kabupaten (K14) survai khusus mengenai kegiatan penyebab meningkatnya lalu lintas (S6A) b. Sebelum survai S2 tetapi setelah survai penjajagan (tugas 2A) dilaksanakan, mulailah mempersiapkan daftar kegiatan utama yang menjadi penyebab meningkatnya lalu lintas angkutan berat, dengan menggunakan formulir K14. c. Daftar ini harus diperluas dan dimutakhirkan sesuai dengan informasi baru yang tersedia. Jika ruas jalan kelihatannya digunakan oleh lalu lintasnya terbangkit oleh kegiatan-kegiatan tersebut, maka pertama-tama, informasi studi harus diperoleh langsung dengan mewawancarai pihak pengelola kegiatan dengan menggunakan formulir S6A. d. Survai ini dilaksanakan oleh transport planner pada waktu yang telah ditentukan bersama-sama dengan survai lainnya (tugas kelompok 2). Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 10

76 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 11

77 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 12

78 e. Beberapa informasi yang diperlukan mungkin bisa diperoleh dari instansi pemerintah di kabupaten. Sumber-sumber lalu-lintas yang layak untuk disurvai dengan S6A, adalah : Sumber bahan galian/material (kantor setempat, DPU/BM/PW Kab) Perkebunan (kantor perkebunan) Kehutanan dan industri kayu (kantor setempat) Rencana pengairan (Kantor pemerintah : DPU/BM/PW Kab) Rencana pengembangan pertanian (kantor pemerintah : Bappeda) Rencana/Program transmigrasi (kantor SKP, kantor pemerintah setempat) Kegiatan pembuatan bata merah, genteng dan lain-lain (kantor setempat) Pabrik-pabrik (kantor pabrik) Pelabuhan/dermaga (kantor) f. Masukkan rencana dan proyek pengembangan yang sedang dikerjakan atau yang sudah diangggarkan. Usaha swasta di dalam wilayah perkotaan sebaiknya tidak perlu dicatat kecuali kalau membangkitkan lalu lintas yang cukup berarti pada jalan kabupaten (dibandingkan dengan jalan negara atau propinsi) g. Survai ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi berikut: jumlah lalu lintas truk per hari ke / dari lokasi kegiatan berdasarkan tipe truk dan beban muatan rata-rata. variasi lalu lintas yang terjadi sesuai dengan kondisi iklim atau musim kecenderungan volume lalu lintas dimasa datang h. Formulir S6A tidak dimaksudkan untuk memberikan daftar pertanyaan yang mendalam; beberapa tambahan pertanyaan mungkin dibutuhkan. i. Secara khusus, penting untuk memeriksa ulang bahwa perkiraan volume per hari atau per minggu sesuai dengan perkiraan jumlah perjalanan dikalikan dengan ratarata muatan per truk. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 13

79 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 14

80 5.6 PENYELESAIAN S6B (RENCANA/POLA TRANSMIGRASI DAN PIR/NES) RUANG LINGKUP DAN TUJUAN a. Formulir S6B digunakan untuk memperoleh informasi lebih rinci tentang keadaan proyek transmigrasi dan perkebunan (PIR/NES) yang lalu-lintas kendaraannya beroperasi (akan) di ruas -ruas jalan yang sedang dilakukan studi perencanaannya b. Informasi yang diperoleh merupakan tambahan terhadap informasi tentang lalu lintas angkutan berat yang tercatat pada formulir S6A PROSEDUR Informasi yang dikumpulkan dengan formulir S6B ini mencakup hal-hal berikut : a. Nama kecamatan dimana proyek berada dan nama desa / kampung utama terdekat. b. Nama Proyek, PTP (berapa?) dan nama perusahaan (PT atau lainnya) bila ada c. Tipe proyek : misalnya PIR/NES; perkebunan besar (swasta atau BUMN); SKP/WPP Transmigrasi d. Jenis tanaman pohon untuk ekspor yang telah ditanam atau yang direncanakan, catat data tiap jenis tanaman kalau lebih dari satu macam e. Data terbaru dari total luas areal yang sudah ditanami per jenis tanaman (hektar) f. Rencana atau proyeksi total luas areal yang akan ditanami dalam 5 tahun ini per jenis tanaman (sebut tahun rencananya). g. Produktivitas yang ada : data terakhir dari produksi rata-rata (ton / hektar) yang ada sekarang, sebut jenis produksinya (mis : kelapa segar, minyak kelapa, dsb) h. Rencana atau proyeksi produktivitas : rata-rata produksi ton per hektar yang diharapkan dalam 5 tahun ini (sebut tahunnya) ; jelaskan jenis produksinya. i. Total produksi dalam ton yang ada sekarang ; yaitu data no. (5) x (7) j. Total produksi dalam ton yang diharapkan ; yaitu data no. (6) x (8) k. Bila produksi tanaman perlu diolah terlebih sebelum dipasarkan, tanyakan dimana lokasi pengolahannya (tandai pada peta) l. Tanyakan juga rencana pembangunan tempat pengolahan dalam 5 tahun (jika ada) m. Nama lokasi pelabuhan utama dari tanaman yang akan diekspor atau tempat utama untuk penampungan pertama. n. Perkirakan panjang jalan penghubung (km) yang berkondisi baik/sedang yang hanya perlu pemeliharaan dan kondisi rusak/rusak berat untuk perbaikan atau rehabilitasi; catat total panjang jembatan yang perlu dibangun, diganti atau diperbaiki; kelompokkan jalan penghubung tadi ke dalam pengertian di bawah ini : penghubung langsung ke pusat proyek atau disebut Jalan Penghubung penghubung tak langsung, biasanya jalan kabupaten yang menghubungkan `Jalan Penghubung' ke jaringan jalan utama penghubung lokal terpenting atau `Jalan Poros/Utama' yang menghubungkan lokasi di dalam proyek itu sendiri, seperti ke Satuan Pemukiman (SP) atau Kampung Utama (pada proyek PIR/NES disebut `Jalan Produksi' ) Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 15

81 penghubung lokal yang kurang penting atau `Jalan Poros' sekunder, di lokasi perkebunan proyek PIR/NES disebut `Jalan Kolektor' yaitu yang menghubungkan langsung ke daerah penanaman. SEKTOR TRANSMIGRASI Berapa jumlah keluarga (KK dan Jiwa) yang sudah ada dan akan ditempatkan di proyek dalam 5 tahun ini. Kapan proyek transmigrasi secara fisik siap, yakni kapan transmigran pertama datang? (sebut bulan dan tahunnya). Kapan proyek ini wewenangnya diserahkan ke kabupaten? (sebut bulan dan tahunnya). SEKTOR PIR PETA Berapa jumlah keluarga (atau jumlah buruh) yang bekerja di perkebunan yang diharapkan terlibat dalam proyek PIR pada saat seluruhnya selesai. Apabila areal perkebunan yang tersedia masih belum ditanami, kapan areal tersebut akan mulai ditanami? Apakah dana untuk penanaman tersebut sudah tersedia? Apakah proyek tersebut pernah distudi secara teknis dan ekonomis? Sediakan peta yang menunjukkan areal proyek dan batas-batasnya, lokasi dan nomor ruas jalan masuknya, lokasi pabriknya, kantor utamanya dan lain-lain. SEMUA SEKTOR Penjelasan tentang ruas jalan yang mempunyai prioritas tertinggi di proyek untuk perbaikan, catat nama dan panjang ruas bila memungkinkan. Kalau belum ada jalan penghubung, maka perlu penjelasan mengenai pilihan alat transportasi yang memadai, seperti angkutan sungai, laut dan sebagainya. Penjelasan atas masalah-masalah selain dari jalan penghubung yang berpengaruh terhadap proyek secara khusus, seperti : kondisi lahan, drainase, pengadaan air, faktor adat, dana terbatas, dan seterusnya. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 16

82 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 17

83 5.7 PENYELESAIAN S6C (KEGIATAN SEKTOR PARIWISATA) TUJUAN DAN LINGKUP TUGAS a. Formulir S6C harus digunakan untuk mendapatkan latar belakang informasi mengenai proyek-proyek jalan yang digolongkan melayani atraksi/obyek wisata yang sudah ada atau yang diusulkan. b. Beberapa dari informasi ini bisa didapat secara langsung di lokasi obyek wisata, namun sebagian besar hanya bisa didapat dari instansi yang terlibat langsung dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata di tingkat kabupaten, propinsi atau pusat PROSEDUR a. Gunakan formulir S6C sebagai daftar periksa didalam melakukan wawancara dengan responden yang berkompeten di kantor obyek wisata atau di instansi pariwisata yang berwenang. b. Satukan data dan peta yang didapat bersama-sama dengan formulir S6C yang telah diisi, lalu gunakan informasi ini sewaktu melakukan kajian perencanaan terhadap ruas jalan yang terkait. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 18

84 Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1E - 19

85 6 TUGAS 1F - PEMUTAKHIRAN PETA FORMULIR : PETA DASAR JARINGAN JALAN DAN PETA TOPO 6.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Penggunaan peta-peta yang kualitasnya baik sangat penting untuk suatu perencanaan jalan yang baik. Prosedur yang ada sekarang mempunyai tiga tujuan utama dalam pemetaan : a. Memperbaiki dan memutakhirkan peta-peta jaringan jalan yang ada b. Memberikan informasi yang mutakhir mengenai jaringan jalan c. Meningkatkan kualitas, penyajian dan ketepatan dan peta jaringan jalan 2. Tujuan (a) dan (b) adalah tugas-tugas tahunan yang berulang, sedangkan, tujuan (c) adalah sasaran jangka panjang. 3. Sebagian besar kabupaten saat ini mempunyai peta dasar jaringan jalan ukuran A1 atau A0 yang biasanya berskala antara 1 : dan 1 : Peta-peta ini dibuat dalam bentuk lembaran kalkir yang dapat diperbaiki dan diperbanyak dengan mudah. Versi yang telah diperkecil menjadi format A3 juga dibuat untuk kemudahan pemakaian. Akurasi dari sebagian besar peta-peta ini yang telah ditingkatkan dengan cara menyesuaikannya dengan peta topo, namun ketepatan untuk hal-hal lainnya masih relatif rendah. 4. Dalam jangka panjang peta jalan hasil olahan komputer dengan Sistem Informasi Geografi (Geographical Information Systems - GIS) akan disiapkan. Informasi gambar tersebut dapat dihubungkan kepada database jaringan jalan (K1), melalui suatu proses `digitasi peta' yang akan dilaksanakan oleh tingkat pusat. Peta jaringan jalan kabupaten yang sudah ada sekarang akan menjadi masukkan pokok dalam proses ini, karena itu sangatlah penting untuk dijaga agar selalu mutakhir dan akurat. 6.2 TUGAS 1F/1 - PERBAIKAN DAN PEMUTAKHIRAN PETA DASAR JARINGAN JALAN LINGKUP TUGAS & PROSEDUR a. Yang paling diperlukan dari peta dasar jaringan jalan kabupaten adalah bahwa nama dan nomor ruasnya benar dan sama dengan yang tercantum pada daftar K1. Alinyemen horizontal dari ruas-ruas jalannya harus kurang lebih benar dan bersimpangan secara benar dengan ruas lainnya. Namun demikian untuk banyak keperluan perencanaan, suatu pendekatan `Peta Skets' dapat diterima sampai peta yang lebih baik dan lebih sempurna dapat disiapkan. b. Peta dasar harus diperiksa dan diperbaharui setiap tahunnya pada bulan Januari, pada waktu yang sama dengan pelaksanaan kaji ulang dan perbaikan pada K1, yang terutama didasarkan atas bukti hasil survai S1 dan S2. Koreksi harus dilaksanakan pada `kalkirnya'. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1F - 1

86 c. Tidak perlu melakukan penggambaran ulang seluruh peta, cukup hanya membuat koreksi dan perbaikan. Adapun yang perlu diperiksa adalah sebagai berikut : Nama dan nomor ruas yang hilang Ketidak-konsistenan, ketidak-benaran atau perbaikan nama dan nomor ruas Nama dan nomor ruas yang tidak terbaca Persimpangan jalan yang salah Skala dan arah kompas yang tidak ada Penambahan ruas yang sebelumnya tidak ada pada peta dan K1 Penambahan tanggal dilakukannya perbaikan d. Bila di lapangan ditemukan bahwa peta dasarnya ternyata sama sekali tidak cocok / salah, maka harus diberi keterangan mengenai hal tersebut pada peta toponya. 6.3 TUGAS 1F/2 - PETA ACUAN DATA JARINGAN JALAN LINGKUP TUGAS DAN PROSEDUR a. Peta dasar jaringan jalan harus dicopy, baik dalam ukuran A3 maupun dalam ukuran A1, untuk digunakan didalam pemberian kode warna pada jalan-jalan yang menunjukkan aspek-aspek karakteristik jaringan jalan. b. Ada tiga (3) jenis peta harus disiapkan dan diperbaiki secara berkala, yaitu : Peta 1 : Peta Kondisi Jalan (diperbaiki setiap tahun bersama K1) Peta 2 : Peta Jaringan Jalan Strategis (diperbaiki 3 tahun sekali bersama K2) Peta 3 : Peta Program Tahunan (diperbaiki setiap tahun bersama P3). c. Lima copy dari setiap peta tersebut di atas harus disiapkan. d. Tambahkan batas wilayah perencanaan yang membagi jaringan jalan dalam tiga wilayah yang kira-kira sama untuk menunjukkan pemusatan kegiatan survai (S2) tahunan. e. Tambahkan pula tempat-tempat (pos) penghitungan lalu lintas. f. Beri kode pada Peta 1 sebagai berikut : (lihat juga tugas 1A/2). Jalan Toll, Nasional dan Propinsi : merah Jalan Kabupaten - Aspal Baik / Sedang : biru - Aspal Rusak / Rusak Berat : biru - Kerikil / Batu Baik / Sedang : hijau - Kerikil /Batu Rusak / Rusak Berat : hijau Jalan Tanah - Terbuka untuk Kendaraan Roda-4 : kuning - Tertutup untuk Kendaraan Roda-4 : kuning Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1F - 2

87 Kota Kabupaten : Letak Pos PLL : Kota Kecamatan : Wilayah Perencanaan : Pasar Utama : Daerah Perkebunan : Batas Kota : Proyek Transmigrasi : g. Beri kode pewarnaan pada Peta 2 sebagai berikut (lihat juga tugas 1A/3) : Jalan Toll, Nasional dan Propinsi ( A ) : merah Jalan Kabupaten Penghubung Kota Kecamatan ( B ) : biru Antar Kabupaten ( C ) : hijau Pilihan ( D ) : kuning h. Beri kode pewarnaan pada Peta 3 sebagai berikut (lihat juga tugas 5E) : Diusulkan untuk Pekerjaan Pemeliharaan : biru Layak untuk Pekerjaan Berat Hasil studi tahun berjalan : merah Luncuran : hijau Belum Layak untuk Pekerjaan Berat : kuning 6.4 TUGAS 1F/3 - PENYEMPURNAAN PETA DASAR LINGKUP TUGAS a. Tujuan utama dari kegiatan perencanaan ini adalah untuk memperbaiki peta dasar jaringan jalan yang ada di kabupaten. Dengan kata lain bahwa peta kabupaten itu harus diperbaiki berdasarkan peta topografi skala 1 : atau 1 : (bila memungkinkan). b. Untuk beberapa wilayah mungkin terpaksa menggunakan peta topo dengan skala yang lebih kecil atau peta tata-guna tanah BPN, bila peta topo yang berskala 1 : tidak didapatkan. Sekalipun banyak peta topo sudah kadaluwarsa, namun biasanya masih dapat dipergunakan untuk penentuan suatu lokasi secara tepat dari keadaan fisiknya; seperti sungai besar, pemukiman luas, dan paling tidak sebagian dari jaringan jalannya masih sama. c. Perbaikan dan penambahan data dapat dilakukan waktu survai lapangan dan hasilnya segera digambar ulang pada skala yang diperkecil melalui fotocopy (biasanya dengan skala 1: ). d. Tugas untuk menyempurnakan peta ini tidak mungkin dikerjakan bagi seluruh wilayah kabupaten sekaligus, tetapi memerlukan waktu beberapa tahun. Untuk sementara, bagaimanapun juga peta sket jaringan jalan yang lebih umum dan mencakup seluruh kabupaten akan terus diperlukan. Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1F - 3

88 6.4.2 PROSEDUR a. Untuk keperluan kegiatan perencanaan jalan di kabupaten dibutuhkan satu set peta topografi skala 1: yang mencakup wilayah kabupaten tersebut. b. Siapkan lima buah fotocopy dari peta topo asli dan gabung menjadi mosaik yang mencakup setiap wilayah survai. Untuk wilayah yang luas, guna memudahkan pekerjaan di lapangan, maka dianjurkan untuk memperkecil `copy' peta topo tadi menjadi skala 1 : dengan cara `fotocopy perkecil'. c. Lima buah copy peta topo tersebut akan digunakan untuk hal-hal berikut ini : Copy-1. Penentuan batas desa, pemukiman dan pusat kegiatan (tugas 1E/1 dan 1E/2) Copy-2. Copy lapangan untuk survai penjajagan (tugas 2 A, juga untuk di pos penghitungan lalu lintas) Copy-3. Copy lapangan untuk survai penyaringan ruas jalan (tugas 2 B dan 2 F) Copy-4. Copy biasa untuk arsip di kabupaten Copy-5. Copy biasa untuk dikirim ke Propinsi / Pusat sebagai dokumentasi. d. Setiap tahun setelah pelaksanaan survai, copy-5 peta topo dari wilayah survai yang sudah diperbaiki datanya, harus dikirim ke propinsi / pusat untuk keperluan dokumentasi. Nantinya, setelah peta dari setiap wilayah survai selesai diperbaiki untuk seluruh kabupaten, maka dimungkinkan untuk membuat peta yang baru untuk seluruh jaringan jalan di kabupaten dalam berbagai ukuran skala. e. Dalam pemberian tanda pada setiap copy Peta Topo tersebut, gunakan standar pewarnaan dan kode-kode berikut ini : Jalan Toll, Nasional dan Propinsi : merah Jalan Kabupaten : merah Jalan Desa / lainnya (terbuka untuk kendaraan roda-4) : hijau Jalan setapak (tertutup untuk kendaraan roda-4) : kuning Persimpangan : Sungai : biru Pusat Pemukiman : Jembatan besar (>20m) : Nomor Ruas Tempat Pos PLL : : X 14 Penyeberangan sungai : Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1F - 4

89 7 TUGAS 1G - DOKUMENTASI STUDI FORMULIR : ARSIP DATA, LAPORAN DOKUMENTASI TAHUNAN, IKHTISAR PROGRAM TAHUNAN 7.1 RUANG LINGKUP DAN TUJUAN 1. Dokumentasi data perencanaan memerlukan suatu sistematika dan standarisasi, dengan beberapa tujuan sebagai berikut : Memberi kemudahan dalam mendapatkan bahan referensi pokok mengenai jalan di kabupaten Membantu pemantauan dan penelitian ulang dari data perencanaan jalan kabupaten di tingkat propinsi dan/atau tingkat pusat. Membentuk suatu `data base', yang diawali dari tingkat pusat. Memberikan dasar pembuatan laporan ke pemerintah tingkat pusat dan badanbadan donor dari luar. 2. Selain dari kebutuhan pengarsipan yang sistematis terhadap seluruh formulir dan peta yang telah dilengkapi dan diperbaiki, maka kebutuhan utama lainnya dari kabupaten adalah dua macam laporan tahunan berikut ini : Laporan dokumentasi tahunan Ikhtisar program tahunan 7.2 PROSEDUR 1. Semua formulir asli yang telah dilengkapi untuk kerangka studi, hasil dokumentasi survai, analisa, serta penyaringan proyek dan program (yakni formulir seri K,S, A dan P), harus diarsipkan dalam `map-odner' atau map-kantong dan disimpan di kantor. 2. Untuk memudahkan pekerjaan perencanaan jalan kabupaten selanjutnya, maka disarankan untuk mengelompokkan data & peta, dengan cara sebagai berikut : Formulir seri S harus disimpan rapi berdasarkan ruas jalannya. Formulir seri K, A dan P disimpan bersama-sama berdasarkan tahun programnya. Peta asli harus dikumpulkan dan disimpan bersama-sama untuk memudahkan pencariannya, yaitu meliputi : Peta Kondisi Jalan (Peta 1) Peta Jaringan Jalan Strategis (Peta 2) Copy peta topo 1-4 Peta Program Tahunan (Peta 3) Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1G - 1

90 3. Ikhtisar Program Tahunan disiapkan sebanyak 10 copy, yang terdiri atas : P1 - Daftar Program Pekerjaan Pemeliharaan P2 - Daftar Panjang Program Pekerjaan Berat P3 - Daftar Pendek Program Pekerjaan Berat P4 - Daftar Program Pekerjaan Penyangga Peta 3 - Peta Program Tahunan 4. Laporan Dokumentasi Tahunan disiapkan sebanyak 5 copy, yang terdiri atas : A1-A3 - Lembar Data Proyek untuk semua proyek yang telah disurvai. P1-P5 - Formulir Program / Penyaringan Proyek K1-K14 - Formulir Kerangka Kerja / Lembar Dokumentasi Sumber Data Peta-1 - Peta Kondisi Jalan Peta-2 - Peta Jaringan Jalan Strategis Peta-3 - Peta Program Tahunan 5. Copy dari ikhtisar dan laporan tadi harus dikirimkan masing-masing kepada : Instansi Instansi Tingkat Kabupaten Instansi Tingkat Propinsi Bangda (Jakarta) Dit.Jen. PPW (Jakarta) PMUC (kalau ada) Pembimbing Perencana Lapangan ( Propinsi / Konsultan - jika ada) Ikhtisar Program Tahunan Laporan Dokumentasi Tahunan Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1G - 2

91 DAFTAR ISI Halaman 1. TUGAS 2 A- SURVAI PENJAJAGAN KONDISIS JALAN... 2A Tujuan... 2A Lingkup Tugas... 2A Organisasi Dan Persiapan... 2A-3 2. TUGAS 2B SURVAI PENYARINGAN RUAS JALAN... 2B Tujuan... 2B Lingkup Tugas... 2B Organisasi Dan Persiapan... 2B Prosedur Di Lapangan... 2B-4 3. TUGAS 2C SURVAI KECEPATAN... 2C Ruang Lingkup Dan Tujuan... 2C Organisasi Dan Persiapan... 2C Prosedur... 2C-1 4. TUGAS 2D SURVAI LALU LINTAS... 2D Ruang Lingkup Dan Tujuan... 2D Organisasi Dan Persiapan... 2D Prosedur... 2D-2 5. TUGAS 2E SURVAI KEPENDUDUKAN... 2E Ruang Lingkup Dan Tujuan... 2E Prosedur... 2E-1 6. TUGAS 2F SURVAI HAMBATAN LALU LINTAS... 2F Ruang Lingkup Dan Tujuan... 2F Prosedur... 2F-1 Modul 3 : Tugas 2 - Survai

92 TUGAS 2 : SURVAI WAKTU : MARET MEI ( 2B, 2C, 2D, 2E, 2F ) SEPTEMBER - OKTOBER ( 2A ) KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN DATABASE 1 SURVAI PENJAJAGAN KONDISI JALAN 2A SURVAI PENYARINGAN RUAS JALAN 2B SURVAI KECEPATAN 2C SURVAI LALU LINTAS 2D SURVAI KEPENDUDUKAN 2E SURVAI HAMBATAN LALU LINTAS 2F ANALISA 3 TUGAS TUJUAN/PROSEDUR FORMULIR 2A 2B 2C 2D SURVAI PENJAJAGAN KONDISI JALAN Dilaksanakan pada 'seluruh jaringan jalan yang mantap' (kondisi baik/sedang) setiap tahunnya untuk ; memutakhirkan data inventarisasi-kondisi jalan membantu proses penyaringan dalam program pemeliharaan SURVAI PENYARINGAN RUAS JALAN Dilaksanakan pada 'sepertiga bagian jaringan jalan yang tidak mantap' (kondisi rusak / rusak berat) setiap tahunnya untuk ; memutakhirkan data inventarisasi-kondisi jalan mengumpulkan informasi mengenai kondisi jalan dengan foto, sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam penaksiran biaya peningkatan jalan dan penilaian manfaat, untuk keperluan penyaringan program SURVAI KECEPATAN Dilaksanakan pada semua ruas yang terbuka untuk kendaraan roda-4 dan telah dilakukan survai S2, untuk membantu penilaian kondisi permukaan jalan. SURVAI LALU LINTAS Dilaksanakan pada ruas-ruas jalan yang terbuka untuk kendaraan roda-4 (TB, TMH) dan telah di -survai S2, untuk mendapatkan data lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang akan digunakan dalam ; memperkirakan nilai manfaat dari peningkatan jalan menentukan standar disain jalan yang sesuai S1, S3 S2, S3 S4 S5-A/B/C 2E 2F SURVAI KEPENDUDUKAN Dilaksanakan pada ruas-ruas jalan yang tidak terbuka (tertutup) untuk kendaraan roda-4 (TMH, TST) dan telah disurvai S2, untuk mendapatkan data penyebaran jumlah penduduk yang akan digunakan dalam ; memperkirakan potensi jumlah penduduk yang akan menggunakan jalan, jika jalan ditingkatkan SURVAI HAMBATAN LALU LINTAS Dilaksanakan pada ruas-ruas jalan yang tidak terbuka (tertutup) untuk kendaraan roda-4 (TMH, TST) dan telah disurvai S2, untuk mendapatkan data mengenai jenis, lokasi dan lama hambatan yang mempengaruhi akses jalan yang bersangkutan.s7 digunakan untuk ; memperkirakan nilai manfaat yang timbul dari peningkatan suatu jalan Menentukan standar desain jalan yang sesuai S7, K11 S8 Modul 3 : Tugas 2 - Survai

93 1 TUGAS 2A - SURVAI PENJAJAGAN KONDISI JALAN FORMULIR : S1 DAN P1 1.1 TUJUAN : 1. Memutakhirkan daftar K1 dan peta. 2. Memeriksa daftar P1 dan melakukan penyaringan program pemeliharaan (sekaligus melaksanakan survai persiapan pemeliharaan di lapangan). 3. Menunjang rencana survai-survai selanjutnya. 1.2 LINGKUP TUGAS : 1. Survai penjajagan kondisi jalan (S1) dilakukan setiap tahun pada seluruh jaringan jalan kabupaten yang berkondisi baik dan sedang. 2. Waktu yang disarankan untuk melaksanakan survai S1 adalah bulan September - Oktober, karena : Bagi ruas jalan yang pekerjaan pemeliharaan atau peningkatannya sedang berlangsung, maka sudah dapat diperkirakan jenis pekerjaan yang diperlukan pada tahun berikutnya. Survai lapangan termasuk survai terinci untuk pemeliharaan periodik dapat diselesaikan pada waktu mempersiapkan perkiraan biaya sebelum RAKON bulan Desember. Bagian jalan yang kondisinya rusak bisa diketahui dan dimasukkan ke dalam survai perencanaan berikutnya. 3. Pemahaman isi formulir S1 : Kolom-kolom di bagian kiri digunakan untuk mencatat waktu, pal km dari halhal yang perlu dicatat disertai dengan tipe, kondisi dan lebar perkerasan jalan. Juga kolom untuk mencatat nomor foto jika dilakukan pemotretan pada hal-hal yang dianggap perlu. Kolom-kolom di bagian kanan digunakan untuk mencatat rincian karakteristik kondisi jalan dan jembatan, serta penilaian terhadap kerusakan permukaan dan bahu jalan yang diperlukan untuk penyaringan program pemeliharaan. Bagian tengah formulir digunakan untuk mencatat informasi geografis seperti lokasi-lokasi pemukiman, bangunan umum, pasar, simpang jalan, alinyemen jalan dan catatan mengenai kebutuhan suatu pekerjaan jalan yang mendesak, serta catatan tingkat lalu-lintas dan rencana lokasi pos penghitungan lalu-lintas yang sesuai (jika diperlukan). Terdapat juga kotak isian di bagian bawah formulir untuk digunakan dalam penilaian pemeliharaan secara umum. Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 1

94 Modul 3 : Tugas 2 - Survai 2A - 2

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA 11210 TELP. (021) 724-7524, FAX (021) 726-0856 Nomor : KU.01.01-SJ/695 Jakarta, 30 Desember 2005 Lampiran :

Lebih terperinci

! Pendahuluan! Lampiran!

! Pendahuluan! Lampiran! ! Pendahuluan! Lampiran! KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 63/KPTS/M/2004 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS NON DANA REBOISASI BIDANG INFRASTRUKTUR TAHUN

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun

Lebih terperinci

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS Program Studi MMTITS, Surabaya 3 Pebruari 2007 STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU LINTAS Hery Wiriantoro Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 PRT/M/2015 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL

PERATURAN MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 PRT/M/2015 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL PERATURAN MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 PRT/M/2015 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian ini akan disampaikan bagan alir dimana dalam bagan alir ini menjelaskan tahapan penelitian yang dilakukan dan langkah-langkah apa saja yang

Lebih terperinci

Lokakarya. Perkembangan sistem Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran Penanganan Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten

Lokakarya. Perkembangan sistem Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran Penanganan Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT BINA PROGRAM Lokakarya Manajemen Penanganan Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten Perkembangan sistem Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, 1 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 21

Lebih terperinci

PENENTUAN KONDISI PERKERASAN JALAN ABSTRAK

PENENTUAN KONDISI PERKERASAN JALAN ABSTRAK PENENTUAN KONDISI PERKERASAN JALAN Nama : Elvira Christine Siregar NRP : 0621039 Pembimbing : Dr. Budi Hartanto Ir.,M.Sc ABSTRAK Kegiatan pemeliharaan jalan diperlukan untuk mempertahankan agar kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang satu pihak bersifat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M Purwodadi, 15 Juli 2014 Purwodadi, Juli 2014 APBD PENETAPAN : Rp. 55.831.155.000,00 VISI DINAS BINA

Lebih terperinci

SUSUNAN REDAKSI. ALAMAT REDAKSI : Jl. Hi. Z.A. PAGAR ALAM NO. 26 BANDAR LAMPUNG Telp Fax

SUSUNAN REDAKSI. ALAMAT REDAKSI : Jl. Hi. Z.A. PAGAR ALAM NO. 26 BANDAR LAMPUNG Telp Fax ISSN 2087-2860 SUSUNAN REDAKSI PENANGGUNG JAWAB : Rektor Universitas Bandar Lampung KETUA DEWAN PENYUNTING : IR. LILIES WIDOJOKO, MT DEWAN PENYUNTING : DR. IR. ANTONIUS, MT (Univ. Sultan Agung Semarang)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder III - 1 BAB III METODOLOGI Persiapan Mulai Studi Pustaka Pengamatan Pendahuluan Identifikasi Masalah Alternatif Pendekatan Masalah Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder T Data Cukup Y Analisa Jalan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG I. LATAR BELAKANG Transportasi merupakan pendukung perekonomian suatu daerah. Tersedianya suatu jaringan dan sistem transportasi

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.22/MEN/X/2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 1220 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN, MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM,

MENTERI PERTANIAN, MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM, KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 231/Kpts/OP/4/1980 NOMOR : 135 TAHUN 1980 NOMOR : 243/KPTS/1980 TENTANG PEMBENTUKAN TEAM PENGENDALIAN, TEAM

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Dinas Bina Marga Provinsi Lampung 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung Dinas Pekerjaan Umum Dati I Lampung berdiri pada tanggal 11 maret 1967 berdasarkan

Lebih terperinci

B U P A T I S R A G E N

B U P A T I S R A G E N B U P A T I S R A G E N PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 39 TAHUN 2009 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Persiapan Pendahuluan Tahap ini merupakan kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan kegiatan sebagai berikut : 1) Menentukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.165/HK.206/DRJD/99 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DENGAN ALAT PENIMBANGAN YANG DAPAT

Lebih terperinci

PANDUAN SURVAI DAN PERHITUNGAN WAKTU PERJALANAN LALU LINTAS NO. 001 /T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

PANDUAN SURVAI DAN PERHITUNGAN WAKTU PERJALANAN LALU LINTAS NO. 001 /T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PANDUAN SURVAI DAN PERHITUNGAN WAKTU PERJALANAN LALU LINTAS NO. 001 /T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan sistem irigasi serta untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PRT/M/2015

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PRT/M/2015 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PRT/M/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEAMANAN JEMBATAN DAN TEROWONGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA ANTAR PERANGKAT DAERAH DAN ANTARA KECAMATAN DENGAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

III - 1 BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 PENDAHULUAN Dalam proses perencanaan jalan perlu dilakukan analisa yang teliti, semakin rumit masalah yang dihadapi maka akan semakin kompleks pula analisa yang harus dilakukan.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 60 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 60 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 60 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam proses perencanaan jalan perlu dilakukan analisis yang teliti. Semakin rumit masalah yang dihadapi maka akan semakin kompleks pula analisis yang harus dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Proses perencanaan dalam melakukan penelitian perlu dilakukan analisis yang teliti, semakin rumit permasalahan yang dihadapi semakin kompleks pula analisis yang akan dilakukan.

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH MEMILIKI IZIN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TETAPI BELUM MEMILIKI

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. : (0717) Fax : (0717) 92534

BUPATI BANGKA Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. : (0717) Fax : (0717) 92534 BUPATI BANGKA Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat 33215 Bangka Telp. : (0717) 92536 Fax : (0717) 92534 SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

d. pengendalian perencanaan dan operasional rehabilitasi/ e. pelaksanaan urusan ketatausahaan; f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas s

d. pengendalian perencanaan dan operasional rehabilitasi/ e. pelaksanaan urusan ketatausahaan; f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas s BAB XVIII BALAI PELAKSANA TEKNIS JALAN DAN JEMBATAN WILAYAH TANGERANG PADA DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG PROVINSI BANTEN Pasal 123 Susunan Organisasi Balai Pelaksana Teknis Jalan dan Jembatan Wilayah

Lebih terperinci

12-5. Gambar 1.4 Volume Lalu Lintas Jalan-Jalan Utama. Studi Sektoral (12) TRANSPORTASI DARAT

12-5. Gambar 1.4 Volume Lalu Lintas Jalan-Jalan Utama. Studi Sektoral (12) TRANSPORTASI DARAT 3) Standar Desain Standar desain jalan (1997) ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga 2 dan Pedoman Kapasitas Jalan Raya Indonesia (Versi Bahasa Inggris berjudul Indonesian Highway Capacity Manual,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG DINAS KEPENDUDUKAN PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG DINAS KEPENDUDUKAN PROPINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG DINAS KEPENDUDUKAN PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi Dan Misi Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan Visi Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan : Terwujudnya sarana dan prasarana infrastruktur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan infrastruktur jalan memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatkan aktivitas masyarakat suatu daerah dalam memenuhi

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA

STANDAR LATIHAN KERJA 1 STANDAR KERJA (S L K) Keahlian Nama Jabatan : Pengawasan Jalan / Jembatan : Kepala Supervisi Pekerjaan Jalan/Jembatan (Chief Supervision Engineer of Roads/Bridges) Kode SKKNI : DEPARTEMEN PEMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni Presiden Republik Indonesia,

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni Presiden Republik Indonesia, Menimbang : ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni 1986 Presiden Republik Indonesia, a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Digunakan untuk kendaraan bermotor. Digunakan untuk publik. Dibiayai oleh badan publik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Digunakan untuk kendaraan bermotor. Digunakan untuk publik. Dibiayai oleh badan publik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Raya Jalan raya adalah jalan besar atau main road yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain. Biasanya jalan besar ini memiliki fitur fitur berikut (www.academia.edu)

Lebih terperinci

d. Kepala Seksi Bahan dan Peralatan; e. Kelompok Jabatan Fungsional.

d. Kepala Seksi Bahan dan Peralatan; e. Kelompok Jabatan Fungsional. BAB XXXI BALAI PELAKSANA TEKNIS JALAN DAN JEMBATAN WILAYAH LEBAK PADA DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG PROVINSI BANTEN Pasal 138 Susunan Organisasi Balai Pelaksana Teknis Jalan dan Jembatan Wilayah Lebak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam

III. METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai konsep teoritik (pengetahuan) yang mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam penelitian.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan ekonomi dan pergerakan masyarakat secara cepat memberikan konsekuensi (tugas) kepada pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melakukan percepatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF

LAPORAN AKHIR VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKHIR VOLUME 2 : STUDI KELAYAKAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1-1 1.2 Tujuan Studi... 1-2 1.3 Wilayah Studi dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN. 01 ORGANISASI AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA POLA PENANGANAN UMUM Penanganan Pemeliharaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen penting pendukung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir maka perlu dibuat suatu pedoman kerja yang matang, sehingga waktu untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir dapat

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 B. Pemanfaatan dari Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 1.3. Manfaat SLHD Provinsi DKI Jakarta 1.3.1. Manfaat Bagi Pemerintah Daerah Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi DKI Jakarta dimanfaatkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN KUNINGAN DENGAN

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROSEDURE (SOP)

PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROSEDURE (SOP) 1 PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROSEDURE (SOP) dr. AGUS DWI PITONO,M.KES Disampaiakn pada Pertemuan Penyusunan SOP Dinas Kesehatan Kota Bima 02 Maret 2015 2 ORGANISASI PEMERINTAH DASAR HUKUM: Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PROFILE PERUSAHAAN

BAB I PROFILE PERUSAHAAN Contoh Usulan Teknis Pekerjaan perencanaan Jalan BAB I PROFILE PERUSAHAAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan Perusahaan... merupakan perusahaan swasta umum yamg sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh warga negara

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Tata Kelola Program Hibah Air Minum Perkotaan APBN Murni TA 2016

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Tata Kelola Program Hibah Air Minum Perkotaan APBN Murni TA 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA Tata Kelola Program Hibah Air Minum Perkotaan APBN Murni TA 2016 1 Program Hibah Air Minum APBN Tahun 2016 Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-G TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-G TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN WALIKOTA SURAKARTA, PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-G TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 143, 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : Bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG 1 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS POKOK KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF (PPSIP) KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa irigasi

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS LABORATORIUM TEKNIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K No.2087, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Jabatan Fungsional. Perencana. Angka Kredit. PNS. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK.07/2003 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS NON DANA REBOISASI TAHUN ANGGARAN 2004 Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS. NOMOR 11 Tahun 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS. NOMOR 11 Tahun 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 11 Tahun 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang a. bahwa dalam rangka menserasikan dan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017. B N G A L I K A H I N E K A T U BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017. TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan wajib di bidang pekerjaan. 3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan wajib di bidang pekerjaan. 3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Cirebon Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Cirebon merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2008

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2008 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI WILAYAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1) EVALUASI KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN RIGID DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS RUAS JALAN SEI DURIAN RASAU JAYA km 21 + 700 S.D. km 24 + 700) Supardi 1) Abstrak Jalan Sei Durian Rasau

Lebih terperinci