BAB II LANDASAN TEORI. bersekolah tingkat SMP dan SMA (Hurlock, 1992).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Rio Jamaludin F

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I.PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan sebagai mana mestinya, pada dasarnya narkoba hanya boleh di

MAKNA HIDUP PADA MANTAN PENGGUNA NAPZA. Oleh : Junaiedi

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 8 SERI E

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena

BAB I PENDAHULUAN. pengenceran minuman yang mengandung ethanol. minuman keras terdiri dari 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LAPORAN TUGAS AKHIR PANCASILA BAHAYA NARKOBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB IX PERGAULAN SEHAT. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 169

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, remaja tidak lagi

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional identik dengan cita-cita dan tujuan nasional, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa remaja yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. misalnya kecanduan alkohol, obat-obatan terlarang, Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan alkohol dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Alkohol adalah zat adiktif yang sering. disalahgunakan di masyarakat. Alkohol banyak terkandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Remaja Menurut psikologi remaja adalah anak-anak yang berusia 12 tahun sampai dengan 18 tahun dan biasanya remaja bersekolah tingkat SMP dan SMA (Hurlock, 1992). 2.1.1 Pengertian Undang-undang RI No 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, remaja adalah anak dengan usia antara 13-18 tahun dan belum menikah. Masa remaja adalah sebuah proses peralihan antara masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Sudarsono, 2008). 2.1.2 Ciri-Ciri Remaja Terdapat perubahan atau ciri-ciri remaja sebagai berikut: a. Masa remaja sebagai masa yang paling penting Pada periode ini terjadi perubahan fisik dan psikologis yang keduanya sama-sama penting bagi remaja. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan 7

perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (Sudarsono, 2008). b. Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan bagi remaja adalah apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Struktur psikis pada remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak (Mulyono, 2007). c. Masa remaja sebagai periode perubahan Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap emosional terhadap setiap perubahan. Remaja menginginkan kebebasan dan menuntut mendapatkannya, tetapi remaja ketakutan untuk bertanggung jawab dan meragukan kemampuan untuk 8

dapat mengatasi tanggung jawab tersebut (Mulyono, 2007). d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat (Desmita, 2008). Dalam usaha pencarian identitas diri ini mempengaruhi perilaku remaja. Salah satu bentuknya dengan meniru perilaku orang dewasa yang minum minuman keras di sekitarnya. Hal ini menjadikan remaja merasa sudah menjadi orang dewasa yang tangguh dan matang. Konsumsi rokok juga dipengaruhi oleh kebutuhan remaja memperoleh status dan dapat mengisyaratkan perasaan seseorang tentang dirinya dan mengenai siapa dirinya (Mulyono, 2007). Dari masa ke masa itulah remaja akan mengalami perubahan fisik dan psikologis yang keduanya samasama penting bagi remaja, tetapi perubahan yang terjadi akan meninggalkan bekas yang akan datang, dalam stuktur spikis pada remaja itulah yang berasal dari masa kanak-kanak, dan ciri umumnya dianggap sebagai cirri khas masa remaja sudah ada akhir masa kanak-kanak. Remaja juga akan mencari identitasnya sendiri dengan mempengaruhi perilakunya sendiri, contohnya meniru 9

perilaku orang dewasa yang minum minuman keras disekitarnya, perilaku remaja tersebut merasa dirinya sudah menjadi orang yang tangguh dan dewasa. 2.2 Perkembangan Remaja Ketika jaman berubah dengan cepat, remaja adalah salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus, tak lain karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang unik: labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju status dewasa dan sebagainya. Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Proses pencarian jati diri itu, remaja mudah sekali terombang-ambing dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Remaja juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Kondisi kejiwaan remaja yang labil juga mudah terpengaruh. Remaja cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya (Suyatno, 2007). 2.3 Minuman Keras Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi (Hartati, 2009). 10

Diproses fermentasi dan destilasi itulah yang menjadi minuman mengandung etanol. 2.3.1 Pengertian Minuman Keras Minuman keras atau minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran dan menyebabkan gangguan berupa rusaknya jaringan otak, gangguan daya ingat, gangguan jiwa, mudah tersinggung, menurunnya koordinasi otot (jalan jadi sempoyongan), reaksi reflex menurun, kelumpuhan bahkan menyebabkan kematian (Meliono, 2007). Hawari (2007), mengungkapkan bahwa miras atau minuman keras adalah jenis narkoba dalam bentuk minuman yang mengandung alkohol tidak peduli berapa alkohol didalamnya. Alkohol termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan adiksi (adiktion) yaitu ketagihan dan dependensi. Minuman keras atau minuman beralkohol jenis narkoba berbentuk minuman yang didalamnya mengandung etanol, etanol bisa menyebabkan penurunan kesadaran, rusaknya jaringan otak, membuat jalan jadi sempoyongan dan menyebabkan kematian karena dalam alkohol juga terdapat zat adiktif. 11

2.3.2 Jenis dan Kandungan Minuman Beralkohol Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol ditetapkan bahwa kategori minuman beralkohol dikelompokkan dalam golongan-golongan sebagai berikut: a. Minuman beralkohol golongan A, adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai dengan 5%. b. Minuman beralkohol golongan B, adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20%. c. Minuman beralkohol golongan C, adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55%. Pengelompokan dalam golongan-golongan tersebut paling rendah minuman beralkohol yang mengandung etanol yaitu golongan A kadar hanya 5%, dan yang paling tinggi minuman yang mengandung etanol yaitu golongan C kadar lebih dari 20% sampai dengan 55%. 12

2.3.3 Tahapan Mengenai Perilaku Minum-minuman Beralkohol Tahapan mengenai perilaku minum-minuman keras dikemukakan oleh Darmono (2009), yang membedakan menjadi tiga yaitu, eksperimen, kebiasaan, dan ketergantungan. a. Tahap eksperimen, biasanya seseorang menggunakan alkohol maupun obat-obatan hanya pada saat-saat tertentu dan umumnya digunakan bila seseorang berada di tengah-tengah kelompoknya. Toleransi terhadap obatobatan maupun minuman keras pada tahap ini masih rendah. b. Tahap kebiasaan akan terjadi jika pada tahap eksperimen penggunaannya makin meningkat. Individu akan berusaha mencari teman sebaya yang juga menggunakan obat-obatan. Pada tahap ini sudah muncul gejala-gejala peningkatan toleransi untuk mendapatkan efek seperti yang didapatkan sebelumnya. c. Tahap ketergantungan terjadi jika keinginan untuk menggunakan secara teratur sudah makin meningkat. Muncul gangguan yang bersifat fisik maupun psikologis, seperti kehilangan kesadaran (blackout), berat badan 13

menurun drastis, suka memberontak, melawan orang tua dan tidak mampu bekerja dengan baik. Ketiga tahapan tersebut saling berkaitan, jika tahap eksperimen seseorang menggunakan alkohol hanya disaat tertentu, hal itu masih tahap rendah. Tetapi jika teman sebayanya juga menggunakan alkohol atau obatobatan itu sudah termasuk tahap kebiasaan, dari kebiasaan menjadi ketergantungan yang mengakibatkan muncullah gangguan fisik maupun psikologis, misalnya kehilangan kesadaran, berat badan menurun, suka memberontak, bisa juga sama orang tua berani melawan dan tidak bisa bekerja dengan baik. 2.3.4 Faktor Penyebab Penyalahgunaan Minuman Keras 1) Faktor internal, yang meliputi faktor internal dalam penyebab penyalahgunaan minuman keras antara lain: perasaan tertekan, kebudayaan dan latar belakang kehidupan, kepribadian seseorang, bakat jasmani, keadaan rohani. 2) Faktor eksternal, yang meliputi faktor eksternal dalam penyebab penyalahgunaan minuman keras antara lain: lingkungan, faktor teman sebaya, faktor 14

sekolah dan komunitas, keadaan keluarga (Collins, 2006) 2.3.5 Dampak Penyalahgunaan Minuman Keras Dampak dari penyalahguanan minuman keras meliputi: a. Aspek medis (kesehatan): memicu kegemukan (obesitas) akibat tingginya kalori dalam alkohol, menimbulkan kerusakan hati (cirrhosis) hati mempunyai fungsi untuk membuang racun dalam tubuh jika kebanyakan mengkonsumsi alkohol hati akan rusak dan tubuh tidak mampu lagi memproses sari makanan dan obat-obatan, menurunnya produksi hormon testosteron karena terjadi peningkatan hormon estrogen dan peningkatan persentase testosteron yang terikat ke protein sehingga testosteron bebas aktif menjadi berkurang pada pria sehingga terjadi gangguan proses pembentukan spermatozoa, menambah peluang kelahiran bayi dengan berat badan kurang dan juga kelahiran bayi dengan mental terbelakang, wanita hamil bila mengkonsumsi alkohol sama saja meracuni bayinya sendiri, pemakaian alkohol dalam jangka panjang dapat mengganggu sistem saraf 15

pusat, kecanduan dengan beserta masalah sosial yang ditimbulkan akibat kecanduan tersebut (Hawari, 2005). b. Aspek mental: merubah sikap dan perilaku secara drastis, karena gangguan persepsi daya pikir, kreasi dan emosi sehingga perilaku menjadi menyimpang dan tidak mampu hidup secara wajar (Hawari, 2005). c. Aspek sosial: 1) Terhadap kehidupan sosial: berbuat tidak senonoh (jahil,tidak sopan) terhadap orang lain, tidak segan mengambil milik tetangga untuk tujuan yang sama, mengganggu ketertiban umum seperti mengganggu lalu lintas, menimbulakan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum misalnya tidak menyesal bila melakukan kesalahan. 2) Terhadap kehidupan spiritual: yang pasti bahwa alkohol bukan dosa, tetapi tindakan penyalahgunaan alkohol adalah dosa, Allah menciptakan manusia bukan untuk diracuni, dalam pandangan islam dampak kerusakan dalam kehidupan manusia jauh lebih besar dari manfaat yang bisa diperoleh. 16

3) Terhadap pribadi: merubah kepribadian secara drastis, pemurung, pemarah, dan tidak takut dengan siapapun, timbul sikap masa bodoh, semangat belajar atau bekerja turun bahkan dapat seperti orang gila, tidak ragu melakukan sex bebas karena lupa dengan norma-norma, pemalas bahkan hidup santai. 4) Terhadap keluarga: tidak segan mencuri uang atau menjual barang di rumah untuk membeli minuman keras, tidak menghargai barang milik rumah seperti memakai kendaraan tidak hati-hati sehingga merusak bahkan hancur, mengecewakan harapan keluarga, keluarga merasa malu di masyarkat (Kayleen s, 2008). 2.3.6 Pencegahan Pencegahan agar tidak terjerumus kedalam minuman keras dapat dilakukan dengan cara: Menjauhkan diri dari teman yang senang mengkonsumsi alkohol, jangan sekali-kali mencoba untuk mencicipi minuman keras, selalu mengisi harihari dengan kegiatan yang bermanfaat, jangan terpengaruh dengan iming-iming dan ajakan teman yang mengajak berpesta miras, mempertebal keimanan dan selalu mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Secara 17

prinsip penanggulangan penyalahgunaan minuman keras akan lebih baik dan efektif jika dilakukan sejak dini (upaya preventif) secara simultan dan holistik, yaitu sinergi peran keluarga dan orang tua, masyarakat termasuk pemuda, aparat kepolisian dan individu pemakai yang bersangkutan (Meliono, 2007) 18