BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makan bagi manusia merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup serta menjalankan kehidupan. Makan diperlukan untuk memperoleh zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Untuk seorang anak, makan dapat dijadikan media untuk mendidik anak supaya dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik, juga menentukan jumlah makanan yang cukup dan bermutu. Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki kemampuan anak seusianya. Anak yang sehat biasanya mampu belajar dengan baik (Santoso & Ranti, 2004). Anak usia sekolah dasar (SD) adalah anak yang berumur antara 6-12 tahun. Pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak sekolah dasar perlu mendapat perhatian yang cukup karena anak yang berkualitas merupakan salah satu aset pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Kekurangan zat gizi pada makanan, termasuk sarapan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan terutama pertumbuhan fisik yang terlihat dari ukuran tubuh yang pendek, gemuk atau kurus. Dampak dari gangguan pertumbuhan antara lain, menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh sehingga anak sakit-sakitan dan cepat lelah. Hal ini
2 akan menghambat pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang (Syarief, 1997). Pada anak usia sekolah ini, anak banyak mengikuti aktivitas fisik maupun mental seperti bermain, belajar, dan berolahraga (Mitayani dan Sartika, 2010). Dengan aktivitas tinggi seperti itu, stamina anak akan cepat loyo kalau tidak ditunjang dengan intake pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler, maka saran utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan pagi (Khomsan, 2010). Sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Untuk orang dewasa, sarapan dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak usia sekolah, sarapan dapat memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar pun menjadi lebih baik (Muaris, 2006). Menurut Khomsan (2010), ada berbagai alasan yang seringkali menyebabkan anak tidak sarapan. Ada yang merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau tidak selera untuk sarapan. Anak yang tidak sarapan akan mengalami kekosongan lambung dan kadar gula menurun. Padahal gula darah merupakan sumber energi utama bagi otak. Dampak negatifnya adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah. Dalam keadaan demikian anak akan sulit
3 untuk dapat menerima pelajaran dengan baik. Gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun. Menurut Hardinsyah, dkk (2012), sarapan akan menyediakan 15-25% kebutuhan gizi sehari. Apabila kecukupan energi seorang anak sekolah adalah sekitar 2000 kalori dan protein 40 gram sehari, maka sarapan menyediakan 300-500 kalori dan 6-10 gram protein, sedangkan sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi dari makan siang, makan malam dan makanan selingan. Menurut Irianto (2007), setiap orang sebaiknya memperhatikan kebiasaan makan mereka dengan membiasakan makan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore secara teratur. Terutama kebiasaan makan pagi sangat penting karena kegiatan kita pada siang hari sangat banyak membutuhkan energi. Salah satu masalah yang dihadapi oleh anak sekolah dasar (SD) adalah rendahnya derajat kesehatan dan status gizi, hal ini berkaitan dengan rendahnya tingkat konsumsi makanan/ketidakseimbangan konsumsi gizi dan kecukupan gizi dari anak tersebut. Konsumsi sarapan di masyarakat diperkirakan terus menurun karena makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri di rumah. Disamping itu, anak mulai banyak melakukan kegiatan di luar rumah, sehingga agak sulit mengawasi jenis makanan apa saja yang mereka makan diluar termasuk makanan jajanan. Oleh karena itu, makanan jajanan yang mengandung gizi, bersih, dan aman dikonsumsi akan mempunyai pengaruh yang menguntungkan, karena anak mengonsumsi makanan tersebut ketika mereka sedang lapar. Untuk memperoleh tambahan energi yang sudah mulai menurun
4 sejak beberapa jam masuk sekolah, maka anak sekolah memperolehnya dari makanan jajanan. Makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah akan menambah energi bagi anak sekolah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010), data menunjukkan akibat tidak sarapan sebanyak 44,54% anak Indonesia tidak terpenuhi energinya, dan mengalami masalah defisiensi gizi mikro, seperti vitamin dan mineral, sedangkan 23% anak hanya sarapan dengan karbohidrat dan minum, serta 44,6% sarapan namun berkualitas rendah. Pada hasil riset Nestle Indonesia (2012), empat dari sepuluh anak Indonesia mengonsumsi sarapan tidak bergizi dan menurut Hardinsyah (2015), tujuh dari sepuluh anak Indonesia kekurangan gizi sarapan. Hal ini terjadi karena pemilihan makanan dan minuman untuk sarapan tidak memenuhi standar gizi yang baik. Riset tersebut diperkuat oleh hasil penelitian sebuah lembaga terhadap 50.000 anak berusia lima sampai 12 tahun. Berdasarkan penelitian hasil survei riset Nestle (2012), jenis makanan yang sering dikonsumsi untuk sarapan pagi adalah nasi, rebusan umbi-umbian, mie, biskuit dan sereal. Pada jenis makanan nasi dan rebusan tidak diimbangi dengan lauk yang mengandung protein dan vitamin. Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi untuk sarapan adalah air mineral, sirup, susu dengan kadar gula yang tinggi dan susu dengan kadar gula yang rendah. Hal tersebut karena kecenderungan orang Indonesia melakukan sarapan pagi hanya untuk mengisi tenaga dan belum mengutamakan keseimbangan gizi. Berdasarkan penelitian
5 Hardinsyah dan Aries (2012), sepuluh jenis makanan yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan oleh anak 6-12 tahun adalah nasi putih, telur ceplok/dadar, tempe goreng, sayur berkuah, ikan goreng, mie instan, nasi goreng, sayuran (tumis), tahu goreng, serta roti dan turunannya. Lima jenis minuman yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan oleh anak 6-12 tahun adalah air putih, teh manis, susu kental manis, susu instan dan air teh. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari (2005) menemukan sebesar 25% anak sekolah dasar di Yogyakarta jarang mempunyai kebiasaan sarapan. Menurut penelitian Djusmaidar (1991), sebanyak 18,8% anak sekolah dasar tidak melakukan sarapan sebelum berangkat sekolah. Beberapa faktor yang menyebabkannya antara lain : faktor sosiologis (55,6%), faktor waktu (33,3%) dan faktor kesehatan (11,1%). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Rohayati (2003), faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan dan prestasi belajar siswa di Kudus, Semarang, yaitu peranan ibu, tingkah laku orang terdekat (keluarga) dan selera makan pada anak. Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan perilaku gizi terutama pada anak sekolah dasar yang berkaitan dengan sarapan adalah dengan menggunakan media komunikasi berupa komik. Dalam media pendidikan yang disebut dengan komik adalah bentuk media gambar yang dimodifikasi dengan tulisan. Komik adalah suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan sautu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hubungan kepada pembaca. Komik juga memiliki
6 kelebihan yaitu tidak berbahaya untuk anak-anak dan tidak merusak minat baca anak-anak. Komik juga dapat memperkaya kecerdasan visual dan bisa mendorong anak belajar mencocokan antara latar belakang dengan kejadian yang dipaparkan dalam cerita. Komik punya peranan yang positif yaitu mengembangkan kebiasaan membaca. Dunia anak-anak penuh dengan imajinasi dan kreasi, itulah sebabnya sebagian besar anak-anak menyukai gambar, sketsa dan komik. Komik adalah salah satu alat media yang menyenangkan untuk anak belajar yang diharapkan mampu membentuk pola pikir yang tepat untuk anak mengerti pentingnya sarapan sehat dan tidak mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Namun saat ini banyak komik yang berisi tentang hal-hal yang tidak baik yang dapat dicontoh oleh anak-anak, sehingga dikhawatirkan akan merusak perilaku anak-anak. Anak anak memiliki sifat mencontoh apa yang mereka baca dan mereka lihat. Komik juga saat ini sudah ada yang berbentuk digital atau komik online yang dapat diakses melalui media telepon genggam yang dimiliki oleh anak-anak. Hal ini dikhawatirkan akan lebih cepat merusak perilaku anakanak karena akses yang mudah dalam membaca komik. Oleh karena itu, peneliti berharap komik kesehatan ini dapat membantu pemahaman anak tentang suatu informasi, dalam hal ini tentang pentingnya sarapan sehat. Anak-anak banyak yang lebih menyukai gambar kartun atau karikatur dibandingkan dengan gambar poster. Perpaduan antara gambar dengan isi tentang pentingnya sarapan sehat ini dapat memberikan suatu informasi serta pendidikan pada anak yang lebih mudah dipahami dan dimengerti maksud dan tujuannya.
7 Dalam penelitian Azrida (2015) menunjukkan bahwa media cerita bergambar dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar, serta media cerita bergambar diketahui lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar tentang penyakit TB Paru dibandingkan dengan media leaflet. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Listiyani dan Widayati (2012) terbukti bahwa media pembelajaran komik yang dikembangkan memberikan dampak positif yaitu nilai post-test siswa subjek uji coba untuk Kompetensi Dasar persamaan dasar akuntansi secara mayoritas mengalami peningkatan. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Mediawati (2011) yang mendapatkan hasil penelitian yaitu terjadi peningkatan skor dari tes awal ke tes akhir, yang secara otomatis akan menimbulkan peningkatan hasil belajar mahasiswa di kelas eksperimen sebesar 54,28 %. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa komik mampu menyampaikan pesan dengan cara yang menarik sehingga mudah dimengerti dan dapat meningkatkan pengetahuan anak sekolah. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan ditemukan bahwa konsumsi sarapan murid Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Sunggal kurang memenuhi kecukupan gizi.. Dari survei terhadap 20 murid di SDN tersebut sebanyak 13 orang (65%) yang sarapan dan 7 orang (35%) yang tidak sarapan. Dari 13 orang yang sarapan, ada 5 orang (38,5%) sarapan hanya dengan teh manis dan roti, 5 orang (38,5%)
8 sarapan dengan nasi dan lauk dan 3 orang (23%) sarapan dengan nasi, lauk, sayur ditambah susu. Dalam survei tersebut, alasan para murid tidak sarapan adalah karena tidak sempat (57,1%), tidak ada yang menyiapkan (28,6%) dan tidak lapar atau tidak selera makan (14,3%). Peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan orang tua murid diketahui dari 10 orang tua murid alasan murid tidak sarapan yaitu tidak selera makan (40%), tidak sempat makan karena terburu-buru berangkat sekolah (30%) dan orang tua tidak sempat menyiapkan (30%). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat pengaruh peningkatan perilaku anak sekolah dasar dengan menggunakan media komunikasi berupa komik yang berisi mengenai pentingnya sarapan sehat. 1.2 Permasalahan Berdasarkan survei yang dilakukan kepada murid Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Medan Sunggal diketahui bahwa masih banyaknya murid yang tidak sarapan, hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan guru bahwa ada murid yang mengantuk dan kurang fokus dalam belajar selain itu masih banyak murid yang membeli makanan jajanan pada pedagang makanan jajanan kaki lima karena tidak sarapan dan tidak membawa bekal ke sekolah serta sekolah yang tidak memiliki kantin. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang makanan jajanan kaki lima banyak yang tidak aman karena penjual makanan menjajakan makanan dalam keadaan terbuka sehingga makanan banyak dihinggapi lalat dan jarak pedagang yang dekat dengan parit sekolah dan jalan raya.
9 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan peneliti maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi gizi dengan media komik terhadap peningkatan perilaku tentang sarapan sehat pada murid Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. 1.4 Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Ho : Tidak ada pengaruh komunikasi gizi dengan media komik terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang sarapan sehat pada murid Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Ha : Ada pengaruh komunikasi gizi dengan media komik terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang sarapan sehat pada murid Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi bagi pihak Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan tentang manfaat sarapan sehat bagi murid di sekolah tersebut. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan agar memberikan informasi dan pentingnya sarapan sehat kepada muridnya.
10 3. Memberikan bahan informasi yang berguna bagi penelitian selanjutnya. 4. Menjadikan murid-murid Sekolah Dasar sebagai agent of change baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga.