ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DENGAN METODE CAMEL (STUDI KASUS PADA TIGA BPR DI SUMATERA BARAT)

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR BANK KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK INTERNASIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA

KESEHATAN DAN RAHASIA BANK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk

Sri Pujiyanti Dr. Ir. E. Susi Suhendra, MS Universitas Gunadarma

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

Analisis Rasio Camel Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Pada Bank Muamalat Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK. bank, maupun OJK selaku pemilik otoritas dalam mengawasi bank. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT BANK ARTOS INDONESIA Tbk PERIODE

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK SINAR MAS, Tbk. DAN PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. MENGGUNAKAN METODE CAMELS

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan atau kondisi keuangan bank dan non keuangan bank merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

ANALISIS KESEHATAN BANK PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. Faimatul Khoyimah, Elfreda A Lau 2, Suyatin 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Dana Bank

BAB III METODE PENELITIAN

Menurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jacob Abolladaka Pendidikan Ekonomi, FKIP-Undana Kupang-NTT

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN TEKNIK ANALISA CAMEL. PRAMESTI LESMANA FITRI Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Malang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar. Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

Sedangkan dalam PSAK No 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut :

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT BPR MASARAN MITRA ANDA KABUPATEN SRAGEN. Oleh: JUNI TRISNOWATI (Dosen FE-UNSA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK JATIM (PERIODE )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH BERDASARKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT. BANK AGRONIAGA (TBK) DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BPR BKK KARANGMALANG CABANG KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT. BPR NARPADA NUSA TAHUN 2016

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Lili Nur Indah Sari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT BANK DANAMON DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PERIODE TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK MELALUI ANALISIS CAPITAL, ASSETS, MANAGEMENT, EARNING, DAN LIQUIDITY PADA PT BANK MANDIRI (Tbk) DI MAKASSAR

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, BANK SYARIAH MANDIRI, DAN BNI SYARIAH

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) Pengaruh LDR, IPR, NPL, APYD, IRR, BOPO, FBIR,NIM, PR, dan FACR

AKUNTABEL 15 (1),

Transkripsi:

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DENGAN METODE CAMEL (STUDI KASUS PADA TIGA BPR DI SUMATERA BARAT) Zahara Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang Abstract This research intends to measure the BPR health level using CAMEL method (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity). This strudy was conducted at BPRs in three deferent regencies in West Sumatera. CAMEL method is calculated through financial ratios which is Capital Adequance Ratio (CAR) for Capital, Quality of Assets Productivity (KAP) for Assets, Net Profit Margin (NPM) for Management, Return On Assets (ROA) and the Ratio Operational Cost to Operational Revenue (BOPO) for Earning, Current Rasio (CR) and Loan to Deposit Ratio (LDR) for Liquidity. The BPR health level of each CAMEL ratio is measured by using the Regulation of Central Bank that is Directress Decree No. 30/11/KEP/DIR on 30 April 1997 about The System of Bank and BPR health level. The result of this research shows that two out of three BPR studied are Healthy while 1 BPR is categorized as Unhealthy. Key Word : BPR, CAMEL, CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, CR, LDR Pendahuluan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah salah satu lembaga keuangan yang melayani dan menfasilitasi keuangan masyarakat terutama dalam skala menengah, kecil dan mikro. BPR diharapkan dapat membantu menggerakkan perekonomian masyarakat yang tidak tersentuh oleh lembaga keuangan skala besar seperti perbankan. BPR dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan, deposito berjangka, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pun menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. Sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat banyak, BPR harus menjadi lembaga keuangan yang sehat sehingga mampu melakukan kegiatan operasionalnya secara optimal dan mampu memenuhi kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Salah satu metode penilaian tingkat kesehatan perbankkan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) adalah dengan metode CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity). Metode CAMEL mencerminkan 5 unsur utama kondisi keuangan dan operasional perbankkan yaitu : Capital merupakan penilaian permodalan yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank; Asset merupakan penilaian terhadap jenis-jenis dan produktifitas asset yang dimiliki oleh bank; Management untuk menilai kemampuan dan kebijakan manajemen dalam menjalankan operisonalnya dan dalam menyelesaikan permasalahan perbankkan yang dihadapinya; Earning merupakan penilaian terhadap kemampuan bank dalam meningkatkan laba dalam pengelolaan aset dan efisiensinya; sedangkan Liquidity merupakan penilaian kemampuan bank dalam membayar semua kewajibannya. Setiap aspek tersebut akan diukur dan dikelompokkan ke dalam kriteria bank

yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. BPR sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan yang juga diwajibkan oleh BI untuk mengukur tingkat kesehatannya dengan metode CAMEL ini, sehingga BPR harus sangat memperhatikan setiap rasio dalam CAMEL ini untuk mempertahankan tingkat kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kesehatan BPR pada 3 BPR yang berada di 3 Kabupaten yang berbeda di Sumatera Barat dengan menggunakan metode CAMEL. Pengukuran tingkat kesehatan masingmasing rasio CAMEL ini merujuk kepada Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Jakarta tanggal 31 Mei 2004 jo. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, tentang tingkat kesehatan bank umum dan BPR. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur rasio keuangan CAMEL dan tingkat kesehatan masing-masing BPR yang diteliti yaitu BPR X di Kabupaten Solok, BPR Y di Kab Pesisir Selatan dan BPR Z di Kab Pasaman. Hasil penelitian ini akan menggambarkan nilai rasio CAMEL dan tingkat kesehatan ke 3 BPR tersebut dibandingkan dengan peraturan BI, sehingga dapat diketahui apakah masing-masing BPR memiliki rasio CAMEL dan tingkat kesehatan yang sehat atau tidak. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi bahan evaluasi dan perbaikan bagi BPR untuk dapat menjadi BPR yang sehat sehingga kontribusi nyata mereka dalam membantu menggerakkan perekonomian masyarakat benarbenar dapat terujud. Lebih lanjut artikel ini akan membahas tentang teori yang terkait dengan BPR dan rasio CAMEL, metode penelitian dalam pengukuran rasio CAMEL dan tingkat kesehatan BPR yang sesuai dengan peraturan BI, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan serta saran dan keterbatasan dari penelitian ini. Landasan Teori Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 perubahan Undang- Undang nomor 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jenis bank ini terbagi dua yaitu: 1. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. bank umum sering disebut dengan bank komersil. 2. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga intermediasi keuangan, Martono (2007:24) menyebutkan ada beberapa kegiatan bank umum yaitu : a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) Menghimpun dan menyalurkan dana kembali kepada masyarakat merupakan kegiatan pokok perbankan. Menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan rangsangan berupa imbalan yang menarik dan menguntungkan, seperti memberikan bunga bagi bank konvensional dan bagi hasil untuk bank syariah. b. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) Menyalurkan dana berarti melempar kembali dana yang telah dihimpun melalui 62 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75

simpanan giro, tabungan dan deposito kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman bagi bank konvensional dan pembiayaan bagi bank syariah. Bagi bank konvensional dalam memberikan pinjaman disamping dikenakan bunga, juga dikenakan jasa pinjaman bagi penerima pinjaman (debitur) dalam bentuk biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi. Sedangkan bagi bank syariah didasarkan jual beli dan bagi hasil. Tinggi rendahnya tingkat bunga pinjaman tergantung oleh tinggi rendahnya tingkat bunga simpanan. Semakin tinggi tingkat bunga simpanan maka semakin tinggi pula tingkat bunga pinjaman dan sebaliknya. c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) Jasa-jasa bank lainnya ini merupakan jasa pendukung kegiatan bank yang diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung. Menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Berdasarkan uraian tesebut dapat disimpulkan bahwa BPR merupakan bank yang fungsinya menerima simpanan dalam bentuk uang dan memberikan kredit jangka pendek untuk masyarakat pedesaan. BPR tergolong bank sekunder dengan wilayah usahanya terbatas pada lingkungan kecamatan dan beberapa desa tertentu. Menurut Martono (2007:35) bentuk hukum suatu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah berupa : 1. Perusahaan Daerah. Perusahaan daerah adalah perusahaan yang modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana kekayaan perusahaan dipisahkan dari kekayaan Negara. Tujuan perusahaan daerah adalah mencari keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk pembangunan daerah. 2. Koperasi Koperasi adalah usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan usaha koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarka aras asas kekeluargaan. Modal kopersi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, hutang dan sisa hasil usaha yang tidak dibagi. Tujuan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khusunya dan masyarakat umumnya. Pengelolaan badan usaha dilakukan secara efektif dan efesien tanpa mengabaikan prinsip-prinsip koperasi. 3. Perseroan Terbatas Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu persekutuan untuk menjalankan perusahaan yang mempunyai modal usaha yang terbagi atas beberapa saham dimana setiap pemegang saham turut mengambil bahagian sebanyak satu atau lebih saham. Para pemegang saham (sebagi pemilik perusahaan) beartanggung jawab terbatas terhadap hutang-hutang perusahaan sebesar modal yang disetor. Tujuan PT ini adalah untuk memperoleh laba maksimal, dimana laba terbut sebagian dibagi pada para pemegang saham dalam bentuk dividen dan sebagian untuk menambah modal kerja serta membentuk cadangan. Lebih lanjut Martono (2007:36) menjelaskan usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh BPR adalah: a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75 63

b) Memberikan kredit kepada pengusaha kecil dan rumah tangga. c) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. d) Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada bank lain. Sedangkan menurut Sigit dan Totok (2007:86) ada beberapa kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan oleh BPR antara lain : 1. Menerima simpanan giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran 2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing 3. Melakukan penyertaan modal 4. Melakukan usaha perasuransian 5. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas. Menurut Sigit dan Totok (2007:51), bahwa kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya, dimana kegiatannya yaitu: a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, lembaga lain, dan modal sendiri. b. Kemampuan mengelola dana. c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat. d. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain. e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku. Menurut Sigit dan Totok (2007:52), berdasarkan Undang-undang no. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang no.7 tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh bank Indonesia. Undang-undang tersebut menetapkan bahwa : a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatihatian. b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. c. Bank wajib menyampaikan kepada bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang di tetapkan oleh bank Indonesia. d. Bank atas permintaan bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan. e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank. f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta 64 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75

laporan berkala lainnya dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu di audit oleh akuntan publik. Semua bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan BPR dengan CAMEL Menurut Sigit dan Totok (2007:53) Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktorfaktor CAMELS yang terdiri dari : a. Permodalan (capital) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: 1. Kecukupan pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku. 2. Komposisi permodalan 3. Tren kedepan atau proyeksi KPMM 4. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank 5. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan) 6. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha 7. Akses kepada sumber permodalan 8. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan. b. Kualitas Asset (Asset quality) Pada kualitas asset ini dilakukan penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: 1. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif 2. Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit 3. Perkembangan aktiva produktif bermasalah ( non performing asset) dibandingkan aktiva produktif 4. Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) 5. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif 6. Sistem kaji ulang internal terhadap aktiva produktif 7. Dokumentasi aktiva produktif 8. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah c. Manajemen (management) Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : 1. Manajemen umum 2. Penerapan sistem manajemen risiko 3. Keputusan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada bank Indonesia dan atau pihak lainnya. d. Rentabilitas (earnings) Penilaian terhadap faktor kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen yaitu : 1. Pengembalian atas aktiva (return on asset-roa) 2. Pengembalian atas ekuitas ( return on equity- ROE) 3. Margin bunga bersih ( Net Interest Margin-NIM) 4. Biaya operasioal terhadap pendapatan operasional (BOPO) 5. Pertumbuhan laba operasional Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75 65

6. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan 7. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya 8. Prospek laba operasional e. Likuiditas (liquidity) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen yaitu ; 1. Aktiva likuid kurang dari satu bulan dibandingkan passiva likuid kurang dari satu bulan 2. Rasio pinjaman tehadap dana pihak ketiga 3. Proyeksi arus kas tiga bulan mendatang 4. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti 5. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas 6. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumbersumber pendanaan lainnya 7. Stabilitas dana pihak ketiga f. Sensivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komonen sebagai berikut : 1. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi suku bunga. 2. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensi keerugian sebagai akibat fluktuasi nilai tukar. 3. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar. Metode Penelitian Pengukuran tingkat kesehatan BPR dalam penelitian ini menggunakan metode CAMEL yang menggambarkan lima indikator penilaian yaitu: Capital, Assets, Management, Earning dan Liquidity (CAMEL). Penilaian dengan metode CAMEL ini didasarkan kepada Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Jakarta tanggal 31 Mei 2004 jo. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, menyebutkan aspek yang dinilai melalui rasio CAMEL adalah : 1. Capital (Aspek Permodalan) Penilaian permodalan didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank yang didasarkan kepada CAR ( Capital Adequency Ratio). Penghitungan rasio CAR merujuk kepada peraturan Bank Indonesia No.8/18/PBI/2006 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum yang menetapkan bahwa penilaian terhadap faktor permodalan ini didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dengan rumus : CAR= ModalInti ModalPelengkap x100% ATMR Berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 rasio CAR dapat digolongkan sebagai berikut : Sehat : 8,00% keatas; Kurang sehat : 6,5% - 8,00% dan Tidak sehat : 0% - 6,5%. 2. Assets (Aktiva Produktif) Penilaian kualitas asset merupakan penilaian terhadap 66 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75

kondisi asset bank dan kemampuan manajemen dalam mengelola resiko kredit. Berdasarkan SK DIR BI No. 26/22/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 yang telah diubah dalam PBI No. 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) BPR, disebutkan bahwa kinerja kelangsungan usaha BPR dipengaruhi oleh kualitas penyediaan dana pada aktiva produktif, termasuk kesiapan untuk menghadapi resiko kerugian dari penyediaan dana tersebut dan dalam rangka mengembangkan usaha dan mengelola resiko, pengurus BPR wajib menjaga kualitas aktiva produktif dan membentuk PPAP. PPAP yaitu cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari baki debit berdasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif. Aktiva produktif adalah penyediaan dana BPR dalam rupiah untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit, Sertifikat Bank Indonesia dan penempatan dana antar bank. Aktiva produktif yang dimiliki bank memiliki empat golongan yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang belum mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian bagi bank. Adapun cara pengklasifikasian ini mengikuti cara kolektibilitas diatur dalam SK Dir. BI No. 30/17/UPPB tanggal 27 Februari 1998, yaitu : 0% dari aktiva produktif yang digolongkan lancar; 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar; 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan; 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet. Berikut adalah penilaian aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif (KAP) : KAP = Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan x100% Total Aktiva Produktif Berdasarkan 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 bahwa bobot predikat kesehatan KAP yaitu : Sehat : 0,00% - 10,35%; Cukup Sehat : > 10,35% - 12,60%; Kurang Sehat : > 12,60% - 14,85%; Tidak Sehat : > 14,85. 3. Management (Aspek Kualitas Manajemen) Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut (Taswan, 2006:393) : 1. Manajemen umum; 2. Penerapan sistem manajemen risiko; dan 3. Kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. Aspek manajemen ini juga dapat diukur dengan rasio keuangan yaitu NPM ( Net Profit Margin). NPM merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income (laba operasi) dari kegiatan operasi pokoknya. Zahara dan Veronika (2008) menggunakan NPM sebagai proksi dalam mengukur aspek kualitas manajemen yang dihitung dengan rumus : NPM= Laba Operasional x100% Pendapa tan Operasional Kasmir (2008:235) menyebutkan NPM dikatakan sehat, jika nilainya di atas 10%. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75 67

4. Earnings (Aspek Rentabilitas) Aspek ini dapat melihat kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapainya. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh laba dan tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur dan menggolongkan aspek earnings ini sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 adalah: a. ROA ( Return On Assets) yaitu perbandingan laba terhadap total aktiva : ROA= Laba Sebelum Pajak x100% Total Aset Nilai ROA dapat digolongkan : Sehat : lebih dari 1,22%; Cukup sehat : 0,99% - 1,22%; Kurang sehat : 0,77% - 0,99%; dan Tidak sehat : 0-0,77%. b. BOPO yaitu perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi : BOPO= Biaya Operasiona l Pendapa tan Operasiona l Penggolongan nilai BOPO adalah : Sehat : kurang dari 93,52%; Cukup sehat : 93,52% - 94,72%; Kurang sehat : 94,72% - 95,92%; Tidak sehat : lebih dari 95,92%. x100% 5. Liquidity (Aspek Likuiditas) Pada aspek likuiditas ini penilaian didasarkan atas kemampuan bank dalam membayar semua hutanghutangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan deposito. Pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak untuk disetujui, ini merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar. Menurut Taswan (2006:364), penilaian terhadap aspek likuiditas ini didasarkan pada dua rasio yaitu : 1. Cash Ratio (CR) yaitu rasio alat likuid terhadap hutang lancar, dimana alat likuid adalah kas dan penanaman pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan dikurangi dengan tabungan bank lain pada bank. sedangkan untuk hutang lancar adalah meliputi kewajiban segera, tabungan dan deposito. Cash Ratio (CR) dapat dihitung 2. dengan cara : Cash Ratio = Aktiva Lancar Hu tan g Lancar x100% Penggolongan nilai predikat kesehatan rasio alat likuid terhadap hutang lancar berdasarkan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 adalah : Sehat : 4,05% ke atas; Cukup sehat : 3,30-4,05; Kurang sehat : 2,55-3,30; Tidak sehat : 0-2,55. 3. Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank, dimana kredit yang dimaksud dalam hal ini adalah: 68 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75

a. Kredit yang diterima oleh masyarakat b. Penanaman pada bank lain dalam bentuk kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan Untuk dana yang diterima oleh bank adalah meliputi : tabungan dan deposito berjangka, pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3 (tiga) bula n, modal inti dan laba. Rumus yang digunakan sebagai berikut : LDR= Kredit yang diberikan Dana yang diterima x100% Penggolongan penilaian LDR berdasarkan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 adalah : Sehat : kurang dari 93,75%; Cukup Sehat : 93,75% - 97,50%; Kurang Sehat : 97,50% - 101,25%; Tidak Sehat : lebih dari 101,25%. Berdasarkan nilai masing-masing rasio CAMEL akan dapat dihitung nilai kredit tingkat kesehatan BPR berdasarkan bobot masing-masing rasio tersebut yaitu : Tabel 1 Bobot Rasio CAMEL dalam Penilaian Tingkat Kesehatan BPR No. Faktor Camel Bobot 1 Capital (Permodalan) 30% 2 Asset Quality (Kualitas Aset) 30% 3 Management (Manajemen) 20% 4 Earning (Rentabilitas) 10% 5 Liquiditiy (Likuiditas) 10% Sumber : SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97 Taswan ( 2006) menjelaskan cara penghitungan nilai kredit tingkat kesehatan BPR berdasarkan nilai rasio CAMEL dengan bobot komponen masing-masing standar rasio tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 2 Penilaian Tingkat Kesehatan BPR I. Capital 1. Rasio CAR Rasio CAMEL 2.Nilai= 81 + ((rasio-8)/0.1) Maksimal = 100) (nilai Nilai 3. Bobot Komponen Standar 0,3 4. Bobot Komponen dalam Faktor per standar 5. Nilai Kredit Komponen (no.2x no.4) 6. Bobot faktor/ Standar 0,3 7. Nilai Kredit Faktor Capital (no.5 x no.6) 1 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75 69

II. Assets 1. Rasio KAP 2. Nilai= (22,5- rasio)/0,15 (nilai maksimal 100) 3. Bobot Komponen Standar 0,25 4. Bobot Komponen dalam Faktor per standar 1 5. Nilai Kredit Komponen (no.2x no.4) 6. Bobot faktor/ Standar 0,25 7. Nilai Kredit Faktor Assets (no.5 x no.6) III. Management 1. Rasio NPM 2. Bobot Faktor/Standar 0,2 3. Nilai Kredit Faktor Management (no.1x no.2) IV. Earning a b 1. Rasio Earning (a=roa & b=bopo) 2. Nilai=(rasio a/0,015), 100- rasio b/0,08) (Nilai Maksimal 100) 3. Bobot Komponen Standar 0.05 0.05 4. Bobot Komponen dalam Faktor per standar 0,50 0,50 5. Nilai Kredit Komponen (no.2x no.4) Jumlah 6. Bobot faktor/ Standar 0,10 7. Nilai Kredit Faktor Earning (no.5 x no.6) V. Likuidity a b 1. Rasio Likuiditas (a=cr & b=ldr) 2.Nilai=(rasio a/0,05), ((114- rasio b) x 4) (Nilai maksimal 100) 3. Bobot Komponen Standar 0.05 0.05 4. Bobot Komponen dalam Faktor per standar 0,50 0,50 5. Nilai Kredit Komponen (no.2x no.4) Jumlah 6. Bobot faktor/ Standar 7. Nilai Kredit Faktor Likuidity (no.5 x no.6) Nilai Kredit Kesehatan BPR (Total Rasio I V) Sumber : Taswan : 2006 Hasil nilai kredit kesehatan BPR diatas akan menunjukkan predikat tingkat kesehatan BPR yang berdasarkan SK Dir BI Nomor Tabel 3 30/2/UPPB/1997 dikelompokkan ke dalam peringkat berikut : 70 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75

Standar Predikat Tingkat Kesehatan BPR Nilai Kredit Predikat 81-100 Sehat 66-81 Cukup Sehat 51-66 Kurang Sehat 0-51 Tidak Sehat Sumber : SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97 Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini akan dilakukan untuk masing-masing BPR yang diteliti. Setiap pembahasan BPR tersebut dibahas dalam 2 kelompok utama yaitu nilai masing-masing rasio CAMEL dan nilai kredit tingkat kesehatan masing-masing BPR untuk melihat predikat tingkat kesehatan BPR tersebut. Berikut akan diuraikan secara ringkas hasil penelitian ini untuk masing-masing BPR yang diteliti sebagai berikut : Tabel 4a Nilai Rasio CAMEL BPR X di Kab Solok Rasio Proksi BPR X (Solok) 2008 2009 2010 Rata-rata Keterangan Capital CAR 21,97% 31,57% 29,09% 27,54% Sehat Asset KAP 20,52% 25,87% 20,66% 22,35% Tidak Sehat Management NPM -11,64% 3,79% 11,58% 1,24% Tidak Sehat Earning ROA -2,48% 0,04% 2,93% 0,16% Tidak Sehat BOPO 111,64% 96,21% 88,42% 98,76% Tidak Sehat Liquidity CR 37,67% 39,79% 37,35% 38,27% Sehat LDR 73,68% 70,73% 73,36% 72,59% Sehat Sumber : Hasil olahan data Laporan keuangan BPR X Tabel 4b Nilai Kredit Tingkat Kesehatan BPR X Kab Solok Rasio Proksi BPR X (Solok) 2008 2009 2010 Rata-rata Capital CAR 30 30 30 30,00 Asset KAP 3,54-5,44 3,33 0,48 Management NPM -2,33 0,76 2,31 0,25 Earning ROA + BOPO -15,54 2,47 5,54-2,51 Liquidity CR + LDR 10 10 10 10,00 Nilai Kredit 25,67 37,79 51,18 38,21 Tingkat Kesehatan TIDAK SEHAT TIDAK SEHAT KURANG SEHAT TIDAK SEHAT Sumber : Hasil olahan data Laporan keuangan BPR X BPR X terletak di Kabupaten Solok. Berdasarkan hasil pengolahan data-data dari laporan keuangan BPR X untuk tahun 2008 s/d 2010, diperoleh nilai masing-masing rasio CAMEL dan nilai kredit tingkat kesehatannya seperti yang terlihat dalam tabel 4a dan tabel 4b diatas. Secara umum untuk nilai rasio CAMEL, hanya rasio Capital yang diproksi dengan CAR dan rasio Liquidity yang diproksi dengan CR dan LDR yang terkategori sehat baik untuk masing-masing tahun maupun secara rata-rata untuk ketiga tahun tersebut. Sedangkan untuk tiga rasio Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75 71

lainnya yaitu Esset yang diproksi dengan KAP, Management yang diproksi dengan NPM dan Earning yang diproksi dengan ROA dan BOPO, baik secara rata-rata ataupun untuk nilai rasio setiap tahunnya terkategori tidak sehat. Hal ini diduga disebabkan oleh kerugian cukup besar yang dialami oleh BPR X pada tahun 2008. walaupun kondisi keuangan BPR X mulai berangsur-angsur membaik di tahun 2009 dan 2010, tetapi hal ini belum dapat menaikkan nilai ketiga rasio tersebut ke kategori yang lebih baik. Nilai masing-masing rasio CAMEL ini akan dibobot untuk menghitung nilai kredit tingkat kesehatan BPR X secara keseluruhan. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut diperoleh bahwa tingkat kesehatan BPR X berpredikat tidak sehat baik untuk setiap tahun penelitian maupun secara rata-rata. Predikat tingkat kesehata BPR X yang tidak sehat ini memang dikontribus oleh nilai rasio CAMEL yang lebih banyak terkategori tidak sehat. Tabel 5a Nilai Rasio CAMEL BPR Y di Kab Pessir Selatan Rasio Proksi BPR Y (Pesisir Selatan) 2008 2009 2010 Rata-rata Keterangan Capital CAR 12,42% 14,44% 16,55% 14,47% Sehat Asset KAP 9,40% 7,57% 9,23% 8,73% Sehat Management NPM 27,04% 26,65% 25,84% 26,51% Sehat Earning ROA 5,01% 4,95% 4,82% 4,93% Sehat BOPO 72,95% 73,34% 74,16% 73,48% Sehat Liquidity CR 24,90% 15,40% 18,90% 19,73% Sehat LDR 81,00% 87,00% 84,18% 84,06% Sehat Sumber : Hasil olahan data Laporan keuangan BPR Y Tabel 5b Nilai Kredit Tingkat Kesehatan BPR Y di Kab Pesisir Selatan Rasio Proksi BPR Y (Pesisir Selatan) 2008 2009 2010 Rata-rata Capital CAR 30 30 30 30,00 Asset KAP 21,83 24,88 22,12 27,94 Management NPM 10,41 10,33 10,16 10,30 Earning ROA + BOPO 10 10 10 10,00 Liquidity CR + LDR 10 10 10 10,00 Nilai Kredit 82,24 85,21 82,28 83,24 Tingkat Kesehatan Sehat Sehat Sehat Sehat Sumber : Hasil olahan data Laporan keuangan BPR Y 72 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75

BPR Y adalah salah satu BPR yang terletak di Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan hasil pengolahan data-data dari laporan keuangan BPR Y untuk tahun 2008 s/d 2010, diperoleh nilai masing-masing rasio CAMEL dan nilai kredit tingkat kesehatannya seperti yang terlihat dalam tabel 5a dan tabel 5b diatas. Berbeda dengan BPR X sebelumnya, semua nilai rasio CAMEL mulai dari rasio Capital yang diproksi dengan CAR, rasio Asset yang diproksi dengan KAP, rasio Management yang di proksi dengan NPM, rasio Earning dengan proksi ROA dan BOPO serta rasio Liquidity yang diproksi dengan CR dan LDR, semuanya terkategori sehat. kategori sehat untuk masingmasing rasio ini terjadi baik untuk nialai rasio pada masing-masing tahun penelitian maupun secara rata-rata untuk ketiga tahun tersebut. Penilaian tingkat kesehatan BPR Y secara keseluruan juga dikontribusi oleh nilai masing-masing rasio CAMEL ini akan dibobot sesuai dengan persentasenya. Berdasarkan hasil pengolahan data rasio CAMEL tersebut diperoleh bahwa tingkat kesehatan BPR Y berpredikat sehat baik untuk setiap tahun penelitian maupun secara rata-rata selama tiga tahun. Predikat tingkat kesehata BPR Y yang sehat ini memang sejalan dengan nilai rasio CAMEL yang keseluruhannya juga terkategori sehat. Tabel 6a Nilai Rasio CAMEL BPR Z di Kab Pasaman Rasio Proksi BPR Z (Pasaman) 2008 2009 2010 Rata-rata Keterangan Capital CAR 13,00% 10,90% 11,30% 11,73% Sehat Asset KAP 11,52% 14,79% 17,23% 14,51% Tidak Sehat Management NPM 14,82% 17,51% 15,50% 15,94% Sehat Earning ROA 3,09% 3,63% 3,00% 3,24% Sehat BOPO 85,17% 82,48% 84,49% 84,05% Sehat Liquidity CR 23,79% 19,45% 24,27% 22,50% Sehat LDR 82,83% 85,98% 99,36% 89,39% Sehat Sumber : Hasil olahan data Laporan keuangan BPR Z Tabel 6b Nilai Kredit Tingkat Kesehatan BPR Z di Kab Pasaman Rasio Proksi BPR Z (Pasaman) 2008 2009 2010 Rata-rata Capital CAR 30 30 30 30,00 Asset KAP 14,53 11,07 8,07 11,22 Management NPM 20 20 20 20,00 Earning ROA + BOPO 10 10 10 10,00 Liquidity CR + LDR 10 10 10 10,00 Nilai Kredit 84,53 81,07 78,07 81,22 Tingkat Kesehatan SEHAT SEHAT CUKUP SEHAT SEHAT Sumber : Hasil olahan data Laporan keuangan BPR Z Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75 73

BPR Z adalah salah satu BPR yang terletak di Kabupaten Pasaman. Berdasarkan hasil pengolahan datadata dari laporan keuangan BPR Z untuk tahun 2008 s/d 2010, diperoleh nilai masing-masing rasio CAMEL dan nilai kredit tingkat kesehatannya seperti yang terlihat dalam tabel 6a dan tabel 6b diatas. Sejalan dengan BPR Y sebelumnya, hampir semua nilai rasio CAMEL mulai dari rasio Capital yang diproksi dengan CAR, rasio rasio Management yang di proksi dengan NPM, rasio Earning dengan proksi ROA dan BOPO serta rasio Liquidity yang diproksi dengan CR dan LDR, semuanya terkategori sehat. Hanya rasio Asset yang diproksi dengan KAP yang memiliki kategori tidak sehat. Hal ini disebabkan oleh cukup tingginya penyeluran pembiayaan yang disalurkan oleh BPR Z tidak tertagih sesuai dengan periode jatuh temponya, sehingga nilai aktiva produktif yang diklasifikasikan cukup tinggi. Kategori sehat untuk hampir semua rasio ini terjadi baik untuk nilai rasio pada masing-masing tahun penelitian maupun secara rata-rata untuk ketiga tahun tersebut, kecuali untuk rasio asset yang tidak sehat. Penilaian tingkat kesehatan BPR Z secara keseluruan juga dikontribusi oleh nilai masing-masing rasio CAMEL ini akan dibobot sesuai dengan persentasenya. Berdasarkan hasil pengolahan data rasio CAMEL tersebut diperoleh bahwa tingkat kesehatan BPR Z berpredikat sehat pada tahun 2008 dan 2009, dimana pada tahun 2009 predikat tingkat kesehatan BPR Z hanya cukup sehat hal ini disebabkan oleh pada tahun 2009 nilai rasio KAP yang cukup tinggi predikat tingkat kesehatan BPR Z adalah sehat, hal memang sejalan dengan nilai rasio CAMEL yang hampir keseluruhannya juga terkategori sehat. Kesimpulan BPR merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang menarik dana dari mmasyarakat dalambentuk tabungan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagai badan yang mengelola dana masyarakat banyak, BPR juga wajib melaporkan tingkat kesetannya kepada Bank Indonesia. Sesuai dengan SK DIR BI No.30/12/KEP/DIR/97, pengukuran tingkat kesehatan BPR dihitung dengan menggunakan metode CAMEL yang mewakili rasio keuangan utama BPR yaitu Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity. Masing-masing komponen dalam CAMEL dapat diproksi dengan satu atau lebih rasio keuangan sebagaimana yang digunaka dalam penelitian ini seperti Capital dengan CAR, Asset dengan KAP, Management dengan NPM, Earning dengan ROA dan BOPO serta Liquidity dengan CR dan LDR. nilai masingmasing rasio ini akan dibobot dengan persentase yang telah ditetapkan BI untuk menghitung nilai kredit tingkat kesehatan BPR secara keseluruhan, sehingga dapat diketahui apakah tingkat kesehatan suatu BPR berpredikat sehat, kurang sehat, cukup sehat atau bahkan tidak sehat. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa BPR X yang terletak di Kabupaten Solok memiliki nilai rasio CAMEL yang tidak sehat untuk rasio asset, management dan earning, hanya rasio capital dan liquidity yang terkategori sehat, sehingga nilai kredit tingkat kesehatan BPR X ini secara rata-rata selama 3 tahun juga tidak sehat. Berbeda dengan BPR X, BPR Y yang terletak di Kabupaten Pesisir Selatan memiliki nilai rasio CAMEL yang sehat untuk semua nilai rasionya, sehingga secara keseluruhan nilai 74 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75

kredit tingkat kesehatan BPR Y juga berpredikat sehat. Sejalan dengan BPR Y, BPR Z yang terletak di Kabupaten Pasaman juga memiliki nilai rasio yang sehat untuk komponen yaitu Capital, management, Earning dan Liquidity, hanya rasio Asset yang tidak sehat. Tetapi secara rata untuk 3 tahun nilai kredit tingkat kesehatan BPR Z berpredikat sehat. Keterbatasan Penelitian dan Saran Keterbatasan penelitian ini adalah pengukuran CAMEL hanya didasarkan kepada data-data keuangan perusahaan, termasuk komponen management hanya diproksi dengan rasio keuangan yaitu NPM tanpa dilakukan wawancara dan penelitian lebih jauh terkait kebijakan pengelolaan perusahaan oleh management. sehingga untuk beberapa data yang memerlukan penjelasan kualitatif yang lebih jauh tidak dapat diekplorasi dalam penelitian ini. sehingga untuk penelitian selajutnya yang sejenis disarankan untuk menghitung rasio CAMEL ataupun tingkat kesehatan BPR tidak hanya dengan menggunakan rasio keuangan, tetapi juga informasi kualitatif lainnya yang bisa digali ke perusahaan melalui pengumpulan data yang lebih rinci seperti melalui kuisioner maupun wawancara dengan berbagai pihak terkait. Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara, 2008 Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008 Martono. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta : Ekonisia, 2007 Sigit, Triandaru & Totok Budisantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat, 2007 Taswan. Management Perbankan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006 Zahara dan Veronika, 2009. Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank Syariah. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia edisi Mei 2009. Referensi Bastian, Indra dan Suhardjono. Akuntansi Perbankan. Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat 2006. Bank Indonesia, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, tentang penilaian kesehatan bank dan BPR. Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat, 2007 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2 Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75 75